Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Selama pekerjaan makalah ini,
kami mencurahkan pikiran, kemampuan, dan pengalaman sebaik mungkin
guna terwujudnya makalah yang baik. Tidak lupa penulisan mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan terselesaikannya penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai mahkluk ciptaan Tuhan tidak luput


dari kesalahan, kelalaian dan kekurangan, sehingga dapat diterima bila ada
kritik dan saran pada pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Ternate, 28 oktober 2021


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


aglutinasi adalah pengumpulan butir-butir darah merah, bakteri,
tepung sari dan spermatozoa yang disebabkan oleh penambahan aglutin
dari bahan yang bersangkutan. Uji aglutinasi merupakan salah satu uji
serologi yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Uji
aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menambahkan antibodi yang
homolog pada antigen yang dapat berupa sel ataupun partikel lateks
yang telah diserapi antigen yang dapat terlarut penambahan sebuah
antibodi pada partikel lateks ini dapat menyebabkan terjadinya proses
aglutinasi atau pengumpalan, sehingga menyebabkan terbentuknya
agregat sel-sel yang kasat mata. Proses penggumpalan ini disebabkan
karna antibodi berlaku sebagai jembatan untuk membentuk jaringan kisi-
kisi antibodi dan antigen partikulat sehingga membentuk gumpalan.

Uji aglutinasi ini tidak hanya dapat digunakan untuk diagnosis


penyakit menular tertentu yang reaksi aglutinasi antigen-antigennya yang
diketahui oleh seorang penderita, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengetahui mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui. Hal ini
dapat diketahui karena kemampuan spesifik serum yang telah diketahui
untuk mengumpalkan suspensi sel-sel yang belum diketahui tersebut,
sehingga mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui tersebut
dapat diidentifikasi.

Pemeriksaan aglutinasi merupakan teknik pemeriksaan yang


sederhana, cepat, murah, dan tidak memerlukan keahlian kusus dalam
pemeriksaannya. Uji aglutinasi lateks merupakan suatu pemeriksaan
berdasarkan reaksi aglutinasi yang terbentuk akibat interaksi antara
antigen dan antibodi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pemeriksaan infeksi virus pada metode aglutinasi
1.2.2

1.3 Tujuan
Mengetahui kesesuaian antara pemeriksaan aglutinasi lateks dan
pemeriksaan uji widal untuk Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk
mendeteksi bakteri yang mengakibatkan penyakit tifoid
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Aglutinasi


Aglutinasi dalam kedokteran dan ilmu hewan adalah pengumpulan
dalam suatu cairan akibat mempersembahkan suatu bahan ke
didalamnya Kata berasal dari bahasa lain aglutinare, yang berarti"untuk
ditempel". Contoh yang aglutinasi adalah peristiwa penggumpulan protein
dalam darah sebagai reaksi atas pemberian suatu antigen

Aglutinasi adalah salah satu cara dimana antibodi menandai


antigen untuk dihancurkan antibodi memiliki setidaknya dua lokasi
dimana antigen dapat mengikat, sehingga mereka mampu mengikat
dengan lebih dari satu bakteri atau virus. Ketika ini terjadi, partikel
meyerang mulai menggumpalkan, atau membentuk gumpalan, melalui
jaringan antibodi gumpalan akhirnya menjadii terlalu besar untuk tetap
dalam larutan dalam aliran darah, dan mengendap dari larutan.

Setelah gumpalan partikel yang cukup besar, mereka menjadi


mangsa mudah bagi fagosit-sejenis sel darah puti yang mencerna bahan
asing. Fagosit menelan dan memecah gumpalan, menetralkan ancaman
penyakit dengan cara ini, aglutinasi memungkinkan tubuh untuk melucuti
dan menghapus partikel berbahaya yang menyerang. Hemaglutinasi
sebaiknya bukanlah proses yang terjadi secara alami dalam tubuh, tetapi
malah digunakan untuk melakukan tes dan prosedur pengujian dalam
biologimelekuler golongan darah ditentukan melalui proses ini dalam
golongan darah, antibodi spesifik yang ditambahkan mengikat jenis
tertentu dari sel darah merah jika antibodi berikatan dalam sel darah
merah dalam sampel, aglutinasi terjadi, dan golongan darah dapat
dipastikan yang didasarkan pada antibodi yang digunakan

Kosentrasi bakteri atau virus dalam sampel kadang kadang dapat


ditentukan dengan menggunakan tes yang disebut uji hemaglutinasi
bakteri tertentu dan virus mengandung senyawa yang memungkinkan
mereka untuk mengikat sel sel darah merah, menciptakan jaringan
gumpalan.

Dalam uji tersebut, sampel di encerkan virus ditambahkan ke


sampel sel darah encer, dan aglutinasi diperbolehkan terjadi selama
sekitar 30 menit kosentrasi virus dapat di tentukan dengan menghitung
jumlah gumpalan atau kisi terbentuk pada sampel campuran.

Prinsip reaksi aglutinasi yaitu reaksi aglutinasi dapat terjadi antara


antigen yang terlarut (soluble) dengan antibodi yang tidak terlarut
(insoluble) atau sebaliknya. Antigen atau antibodi dapat dibuat menjadi
tidak terlarut dengan cara mengikatkannya pada permukaan carier
seperti partikel latex (koivunen and krogsrud, 2006)
Pengumpulan terjadi jika molekul antigen memiliki berbagai
macam epitop yang menyebabkan ikatan silang.

2.1.1 Uji Aglutinasi


Uji aglutinasi merupakan salah satu uji serologi yang digunakan
untuk mendiagnosa suatu penyakit. Uji aglutinasi ini dapat dilakukan
dengan menambahkan antibodi yang homolog pada antigen yang dapat
berupa sel atau partikel lateks yang telah diserapi antigen yng dapat
larut. Penambahan antibodi pada partikel lateks ini dapat menyebabkan
terjadinya proses aglutinasi atau penggumpalan, sehingga menyebabkan
terbentuknya agregat sel sel yang kasat mata. Proses penggumpalan ini
disebabkan karna antibodi berlaku sebagai jembatan untuk membentuk
jaringan kisi kisi antibodi dan antigen pertikulat sehingga membentuk
gumpalan.

Uji aglutinasi ini tidak hanya dapat digunakan untuk diagnostik


penyakit menular tertentu yang reaksi aglutinasi antigen antigennya yang
telah diketahui oleh serum penderita, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengetahui mikroorganisme antau bakteri yang belum diketahui. Hal ini
dapat diketahui karna kemampuan spesifik serum yang telah diketahui
untuk mengumpalkan suspensi sel sel yang belum diketahui tersebut,
sehingga mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui tersebut
dapat diidentifikasi.

Uji aglutinasi terhadap bakteri dapat dilakukan dalam tabung-


tabung reaksi kecil atau sebuah kaca objek. Kebanyakan uji bakteri
dilakukan dengan pengenceran antiserum secara serial didalam tabung
yang kedalamannya ditambahkan antigen dalam jumlah yang konstan,\.
Setelah diinkubasi, pengamatan dapat dilakukan secara visual, kemudian
ditentukan titernya. Titer antiserum adalah suatu nilai nisbi dan
berbanding terbalik dengan pengenceran tertinggi yang memiliki
gumpalan sel dan antibodi. Titer yang lebih tinggi menunjukkn adanya
konsentrasi antibodi yang lebih tinggi pula.

2.1.2 Jenis-jenis aglutinasi

1. aglutinasi indirek
Menggunakan Ab yang tidak berlabel terhadap Ab yang diuji
dengan Ab sekunder yang berlabel (yang berikatan spesifik dengan Ab
pertama) semakin banyak ikatan Ab sekunder Sinyal Floresen semakin
meningkst. Faktor yang mempengaruhi: afinitas konjugat antigen
terhadap carrier, waktu inkubasi dengan serum penderita dan interaksi
yang terjadi pada lingkungan mikro (pH dan konsentrasi protein) contoh
pemeriksaan: tes streptococcus grup A, treponema polidium, hormon
tiroid, dan deteksi anti-Hbs.

2. Aglutinasi direk
Hambatan aglutinasi antara human chorionic gonadotropoin (HCG)
dalam urin selama proses kehamilan berlangsung dengan lateks yang
secara kimiawi dengan adanya HCG bebas dalam urin maka antibodi
akan dinetralkan sehingga tidak terjadi penggumpalan. Salah satu contoh
teknik aglutinasi direk adalah reaksi widal. Yang merupakan uji serologi
untuk menegakkan diagnosis penyakit typhus yang disebabkan oleh
bakteri salmonella. Uju serologi ini menyatakan adanya antibodi terhadap
antigen salmonella. Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang berupa
partikel atau sel contoh pemeriksaan: reaksi widal (deteksi antibodi
terhadap s.tiphy), penyakit hemolitik, tes rheumatoid faktor (IgM dan IgG),
tes syphilis dan tes kehamilan.

Uji aglutinasi merupakan salah satu uji serologi yang digunakan


untuk mendiagnosa suatu penyakit. Teknik ini merupakan sebuah
metoda klasik dalam penetapan antibodi atau antigen. Ag bentuk partikel
direaksikan dengan Ab spesifik membentuk aglutinasi. Faktor yang
mempengaruhi: muatan lisrik protein, molaritas medium, faksositas
media, dan fenomena prozone. Jumlah antigen dan antibodi harus
seimbang.
3. Aglutinasi pasif terbalik (Reverse Passive Aglutination)
Antibodi diletakkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel
(partikel intert), seperti: latex, gelatin, silikat, dll., agar hasil reaksi dapat
terlihat dengan mata.

4. Hambatan Aglutinasi ( Agglutination inhibition)


Serum atau cairan yang akan diperiksa direaksikan terlebih dahulu
dengan antibodi spesifik, bila terdapat antigen pada serum, akan
membentuk reaksi antigen-antibodi. Bila partikel lateks yang dilapisi
antigen ditambahkan, maka aglutinasi tidak terjadi berarti hasil tes positif.
Apabila dalam serum yang diperiksa tidsk terdapat antigen, maka
antibodi yang bebas dapat bereaksi dengan antigen melekat pada
permukaan partikel dan menimbulkan aglutinasi (hasil negatif).

5. Ko-Aglutinasi (CoAgglutination)
Sama seperti aglutinasi pasif, bedanya pada partikel “innert” yang
dipakai. Partikel “innert” memakai bakteria, kebanyakan menggunakan
staphylococcus aureus, karena memiliki protein dipermukaan luarnya
yang dinamakan protein A yang secara natural mampu mengadsorbsi Fc
(fragmen crystallizeable) dari molekul antibodi.

2.1.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Aglutinasi


Faktor faktor yang mempengaruhi reaksi aglutinasi adalah ukuran
partikel, kepadatan muatan elektrostatik permukaan atau sifat sifat
imunokimia antibodi serta keadaan fisikokomia tertentu. Proses aglutinasi
fase pertama penyatuan antigen antibodi terjadi seperti pada presitipin
dan tergantung pada kekuatan ion, Ph, dna suhu. Fase kedua,
pembentukan kisi kisi, tergantung pada penangulangan gaya tolak
elektroststik partikel-partikel. Aglutinasi sel darah merah, misalnya dalam
sisi sisi reseptor antigenik mungkin terletak pada cekungan yang dalam.
Pada permukaan sel, antibodi diikat kuat pada sisi reseptor pada satu
sel. Pembentukan kisi kisi tidak dapat terjadi sampai falensi reseptor
bebeasnya melekat pada antigen antara sel sel yang berdekatan. Jika sel
terpisa oleh gaya tolak, ujung bebas molekul antibodi tidak akan
mendekat ke antigen cukup rapat untuk membuat ikatan yang kuat. Gaya
tolak dappat diatasi dalam metode fisik yang memaksa sel menjadi lebih
dekat dengan semifugasi. Namun, dengan beberapa sistem antigen
antibodi cara demikian ini tidak mempunyai pengaruh sehingga aglutinasi
tidak dapat terjadi (zmijewski and bellanti, 1913)

2.2 Jenis-jenis Pemeriksaan


1. Test widal
2. Test CRP (C-Reactive Protein)
3. Test HCG (Human Corionic Gonadotrophin)
4. Testt ASTO
5. Test RF
6. Test RPR
7. Test TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay)
8. Test Golongan Darah

A. Uji widal
Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri
yang mengakibatkan penyakit tifoid. Uji ini akan memperlihatkan
reaksi antibodi bakteri salmonella typhi terhadap antigen somatik
‘’O’’ dan flagella ‘’H’’ didalam darah (Madigan et al.,2009). Reagen
pemeriksaan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu reagen yang
mengandung antigen somatik ‘’O’’ dan mengandung antigen
flagella ‘’H’’ reagen yang mengandung antigen O diberi pewarna
biru sedangkan reagen yang mengandung antigen H diberi
pewarna merah.

Prinsip pemeriksaan ini adalah reaksi aglutinasi bila serum


penderita dicampur dengan suspensi antigen s.typhi (Olopoenia
and king.,2000)

Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi


antara antigen dan antibodi.dengan cara mengencerkan serum
maka titer antibodi dalam serum dapat ditentukan. Pengenceran
tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menujukkan
titer antibodi dalam serum.

Uji kualitatif

Reagen: eagen : Antigen O, H, AH dan BH

Carakerja:

 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


1. Pipet satu tetes serum (20µ) keadaan lingkaran yang
terdapat dalam slide aglutiasi dengan kode O,H,AH,dan BH
2. Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuai
dengan kode slide, begitu pula pada CN dan CP
3. Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk
berbeda dan lebarkan kemudian goyang-goyangkanselama
satu menit
4. Amati reaksi yang terjadi.Interpretasi Hasil
5. Positif : Bila terjadi aglutinasi
6. Negative : Bila tidak terjadi aglutinas

Penentuan semikuantitatif:

1. Memipet masing-masing 0,08 ml, 0,04; 0,02ml, 0,01 dan 0,005


ml serum yang tidak diencerkan pada kaca benda
2. Menambahkan masing-masing serum dengan 1 tetes suspensi
antigen, lalu aduk selama 1 menit dan amati hasilnya.
3. Menentukan hasill akhir titernya.

Titer antibodi ekuifalen dengan pengenceran:

Volume serum Ekuifalen pengenceran


0,08 ml 1:20
0,04 ml 1:40
0,02 ml 1:80
0,01 ml 1:160
0,005 ml 1:320

B. Tes CRP
C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang ada
dalam serum normal. Protein tersebut akan meningkat secara
signifikan jika terjadi kerusakan jaringan, infeksi bakteri dan virus,
inflamasi dan malignant kurang dari 12 mg/L.
Pemeriksaan CRP dilakukan dengan menguji suspensi partikel
lateks yang dilapisi antibodi anti-CRP manusia melawan serum
yang tidak diketahui (yamamoto, 1993). Kehadiran aglutinasi
mengindikasi adanya peningkatan kadar CRP ke tingkat klinis
yang signifikan. Reagen lateks CRP sudah distandarisasi untuk
mendeteksi CRP serum diatas atau setara dengan enam µg/ ml
yang dianggap konsentrasi terendah signifikasi klinis.

Prinsip: Aglutinasi pasif terbalik dimana lateks dilapisi antibodi


CRP dan yang dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan
kadar tinggi, aglutinasi terlihat dalam waktu dua menit.
Alat pemeriksaan: kaca objek, transferpet + tip, pengaduk
Bahan: serum
Reagen: lateks (suspensi polisterin lateks)
Cara kerja: Masukkan 50 µl serum dalam tes slide, tambahkan 1
tetes suspensi, campurkan susupensi dengan cara digoyang.
Putar tes slide selama dua menit lihat aglutinasi yang terjdai.
Interpretasi hasil: Hasil positif = aglutinasi kasar; positif lemah =
aglutinasi halus; hasil negatif; tidak ada aglutinasi

C. Tes HCG
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) adalah hormon
glikoprotein yang disekresikan oleh plasenta yng sedang
berkembang tidak lama setelah vertilasi (burtis et al.,1999).
Kehadiran awal HCG dalam urin telah membuat HCG dipilih
menjadi penanda untuk deteksi kehamilan.
Pemeriksaan HCG ini berdasarkan reaksi aglutinasi yang terjadi
antara partikel lateks yang dilapisi antibodi anti-HCG dengan HCG
yang terkandung dalam sampel (batzer 1980)

Metode aglutinasi langsung:


a. Teteskan setetes urin diatas permukaan kaca objek
b. Teteskan setetes reagen antigen HCG
c. Aduk dengan batang pengaduk sampai rata
d. Goyangkan kaca objek dengan gerakan memutar
e. Amati terbentuknya gumpalan dalam waktu yang tidak
melebihi 3 menit
Interpretasi hasil:
Positif: ada gumpalan atau aglutinasi
Negatif: tidak ada gumpalan atau aglutinasi

Metode aglutinasi tidak langsung


a. Teteskan setetes urin pada permukaan gelas pemukaan
b. Berturut-turut teteskan 1 tetes anti B HCG antibodi dan 1
tetes antigen HCG yang diletakkan pada lateks
c. Aduk dengan batang pengauk sampai merata
d. Goyangkan permukaan gelas dengan gerakan memutar
e. Amati adanya gumpalan yang terjadi dalam waktu yang
tidak melebihi 3 menit.
Interpretasi hasil:
Positif: tidak terjadi gumpalan atau aglutinasi
Negatif: terjadi gumpalan atau aglutinasi

D. Tes ASTO
Streptolisisn O merupakan salah satu eksotoksin hemolitik yang
diproduksi oleh bakteri streptococcus β- hemolitik. Kehadiran
streptolisisn O dapat menstimulasi pembentukkan antibodi ASO
pada serum manusia.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah partikel lateks yang dilapisi
streptolisin O akan teraglutinasi ketika dicampurkan dengan
sampel yang mengandung ASO. Hasil dinyatakan positif jika
bebrbentuk aglutinasi selama dua menit. Aglutinasi mengindikasi
tingkat ASO dalam sampel lebih dari atau sama dengan 200 IU/ml
sedangkan tidak adanya aglutinasi mengindikasi tingkat ASO
dalam sampel kurang dari 200 IU/ ml (Davidson and hendry, 1969)
Reagen: control + mengandung antibodi ASO : control (-) = tidak
mengandung antibodi ASO : reagen lateks = suspensi partikel
lateks polisiterin yang dilapisi streptolissin O.
Cara kerja: reagen dan serum diinkubasi dalam suhu kamar,
teteskan 50 µl serum pasien kedalam lubang slide. Kocok reagen
lateks, kemudian teteskan kedalam lubang dengan penetes yang
disediakan. Campur tetesan menggunakan alat disposable untuk
memastiksan seluruh lubang tes tercampur. Putar tes slide,
selama dua menit lihat aglutinasi yang terjadi.

E. Tes RF
Penentuan RF adalah uji laboratorium yang paling umum
digunakan tidak hanya untuk diagnosis reumatoid atritis tetapi juga
membantu dalam prognosis penyakit dan dalam pemantauan
respon terapi.
Reagen lateks RF adalah suspensi dari partikel polistiren dan
IgG manusia. Kerika reagen lateks dicampurkan dengan serum
yang mengandung reumatoid faktor mka akan terjadi reaksi
aglutinasi yang dapat terlihat jelas. Aglutinasi hanya dapat terjadi
jika dalam serum terdapat RF dengan konsentrasi lebih dari 10 IU/
ml (Klein 1976)
Reagen: control + mengandung antibodi RF: control –
= suspensi lateks poliesterin dilapisi fragsi FC termodifikasi dari
IgG dalam buffer stabil.
Cara kerja: reagen dan serum diinkubasi dalam suhu kamar,
teteskan 50 µl serum pasien kedalam lubang slide. Kocok reagen
lateks, kemudian teteskan kedalam lubang yang disediakan.
Campur tetesan menggunakan alat disposable untuk memastikan
seluruh lubang tes tercampur. Putar tes slide, selama 2 menit lihat
aglutinasi yang terjadi.

F. Tes RPR
Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram Negatif Treponema pallidum (larse et al., 1990).
Mikroorganisme ini dapat menyebabakan kerusakan pada hati dan
jantung serta dapat melepaskan beberapa fragmen jaringan.
Kerusakan tersebut menyebabkan sistem imun tubuh
menghasilkan reagin. Reagin adalah kelompok antibodi yang
dapat mengenali beberapa komponen jaringan kerusak dari pasien
yang terinfeksi oleh T. pallidum (Schimid, 1994).
Uji RPR adalah uji aglutinasi non treponema untuk mendeteksi
keberadaan reagin dalam serum manusia. Pemeriksaan ini
berdasarkan pada reaksi pada aglutinasi yang terjadi antara
partikel karbon yang dilapasi kompleks lipid dengan reagin yang
berada dalam sampel pasien yang terkena sifillis (Larse et al.,
1990).
Cara kerja: Reagen dan serum diinkubasi dalam suhu kamar,
teteskan 50 mikrol serum pasien kedalam lubang slide.
Tambahkan 1 tetes reagen antigen pada tes spesimen, putar pada
100 Rpm selama 8 menit.

G. Tes TPHA
Reaksi Hemaglutinasi secara imonologis antara eritrosit avian
yang dilapisi oleh antigen Treponema pallidum (Nichols
strain)pada reagen dengan antibodi spesifik terhadap Treponema
pallidum pada sampel serum/plasma pasien.

Treponema pallidium hemaggulatination assay (TPHA)


merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis.untuk skrining
penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau
RPP apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.

Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk


melihat apakah adanya antibodi terhadap troponema.jika di dalam
tubuh terdapat bakteri ini,maka hasil tes positif.tes ini akan menjadi
negatif setelah 6-24 bulan setelah pengobatan.bakteri-bakteri yang
lain selain keluarga troponema tidak dapat membuat hasil tes ini
menjadi positif.
Metode kualitatif
Pengenceran sampel (1:20)
 Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan
dikondisikan pada suhu ruang
 Mikroplate diletakan pada meja yang datar dan kering
 Reagen diluent dimasukan sebanyak 190 µl dengan
mikropipet ke dalam satu sumur mikroplate.
 Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µl
dengan mikropipet kedalam sumur tersebut.
 Campuran dihomogenkan
 NB : kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap
digunakan tampa memerlukan pengenceran.

Test

1. Mikroplate (6 buah sumur uji) disiapkan


2. Pada sumur 1 dan 2 masing-masing ditambahkan 25µl
sampel yang telah diencerkan (1:20)
3. Pada sumur 2 dan 4 ditambahkan 25 µl control positif
dan pada sumur 5 dan 6 ditambahkan 25 µl control
negative.
4. Pada sumur 1,3 dan 5 ditambahkan 75 µl reagen test cell
dan pada sumur 2,4 dan 6 ditambahkan 75 µl reagen
control cell serta dihomogenkan.campuran ini disebut
pengenceran 1:80.
5. Kemudian diinkubasi pada suhu 15-30˚C selama 45-60
menit tampa adanya getaran.
6. Hasil/reaksi yang terjadi di amati dan diinterpretasikan
7. Apabilah hasil yang diperoleh positi maka dilanjutkan
pada metode semi kuantitatif.
Interprestasi hasil pemeriksaan kualitatif
1. Reaksi positif ditunjukan denga hemaglutinasi sel
2. Reaksi negatif ditunjukan dengan adanya pengendapan
sel pada dasar sumur seperti titik.

Metode semi kuantitatif


Pengenceran sampel (1;20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan
dikondisikan pada suhu ruang.
2. Mikroplate diletakan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen diluent dimasukan sebanyak 190 µl dengan
mikropipet kedalam satu sumur mikroplate
4. Sampel serum / plasma ditambahkan sebanyak 10 µl
dengan mikropipet kedalam sumur tersebut
5. Campurkan di homogenkan
6. NB : kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap
digunakan tanpa memerlukan pengenceran

H. Tes Golongan Darah


Uji ini berdasaran prinsip aglutinasi. Antigen yang terdapat
dalam sel darah merah akan mengumpul ketika direaksikan
dengan antibodi yang sesuai.
Cara kerja:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Diletakkan jarum pada autocheck, pastikan autocheck
berada pada keadaan siap menusuk
3. Dilakukan antiseptis dengan kapas alkohol pada jari
tenngah/ jari manis pasien, lalu tusuk dengan autocheck
4. Tetesan darah pertama dihapus dengan tissue, lalu tetesan
berikutnya ditampung diatas objek glass
5. Buat sebanyak 4 tetesan pada objek glass
6. Diteteskan anti-A disamping tetesan darah yang pertama,
diteteskan anti-B disamping tetesan darah yang kedua,
diteteskan anti-AB disamping tetesan darah yang ketiga,
diteteskan anti-D disamping tetesan darah yang keempat
7. Dihomogenkan darah dan anti-A menggunakan stik dengan
arah memutar membentuk lingkaran, lalu dibersihkan stik
dan tisssue, dan dilakukan untuk ketiga tetesan darah
dengan pereaksinya dengn cara yang sama.
8. Digoyangkan secara perlahan objek glass selama kurang
lebih dua menit. Apakah hasilnya aglutinasi atau
nonaglutinasi.
9. Hasil dicatat

2.3 Contoh Pemeriksaan Virus

Anda mungkin juga menyukai