Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

Plasmodium Vivax

KELOMPOK 2
AGNES VERONICA AGUSTIN 213010801024
ADHIVITO MARICAN EKA NUGRAHA 213010801025
AMBITHA KRISTANTY 213010801026
RIRIN OLVIANI 213010801027
PUTRI RABIATUL ADAWIYAH 213010801028
REFIANSYAH TRI ANGGORO 213010801029
RAMADHANI
ALDI ADITYA SAPUTRA 213010801030
DHIMAS AKMAL PUJIATMIKO 213010801031
CEVIN FEBRYAWAN 213010801032
OGY KRISTANTO 213010801033
DINDA ANANDA SULISTINA 213010801034
TSANIA NAJMI ZAHRA 213010801035
AUDRI VANNESA AULIA PUTRI 213010801037
TIARA ABIDAH 213010801038
MUHAMMAD NAUFAL AL FIRAS 213010801039
BENEDIKTA CEMARA RANINAI JAKUNG 213010801040
FEBRIARINI DWI NANDA 213010801041
FARIZKY RAKHMAN 213010801042
NATASYA SISILYA 213010801043
ANGELIKA SAMOSIR 213020801044
KANIYA MEYLIN MARLIZA 213020801045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini laporan hasil praktikum
tentang Plasmodium vivax. Secara garis besar, laporan ini berisi tentang hal yang
berhubungan dengan Plasmodium vivax.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Indria Augustina, M.Si,
selaku Dosen Mata Kuliah Parasitologi Klinik yang telah memberikan Tugas
sehingga penulis dapat belajar membuat laporan secara ilmiah. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ilmiah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada laporan ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga laporan ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang
perkembang biakan nyamuk.

Palangkaraya, 14 Maret 2024


Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................
2.1 NAMA PENYAKIT, HOSPES, DAN DISTRIBUSI GEOGRAFI.....................................
2.2 HABITAT, MORFOLOGI, CARA INFEKSI..................................................................
2.2.1 HABITAT............................................................................................................
2.2.2 MORFOLOGI.......................................................................................................
2.3 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS............................................................................
2.3.1 GEJALA KLINIS..................................................................................................
2.3.2 DIAGNOSIS.........................................................................................................
2.4 TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN......................................................................
2.4.1 TATALAKSANA MALARIA VIVAX...................................................................
2.4.2 PENCEGAHAN..................................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................
3.2 SARAN.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4

iv
DAFTAR SINGKATAN

ACT : Artemisinin-based Combination Therapy


DHP : Dihydroartemisinin-piperaquine
DNA : Deoxyribonucleic acid
G6PD : Glucose-6-phosphate dehydrogenase
KLB : Kejadian Luar Biasa
LPB : Lapangan Pandang Besar
PCR : Polymerase Chain Reaction
RDT : Rapid Diagnostic Test
SD : Sediaan Darah
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvate Transaminase
WHO : World Health Organization

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh
infeksi Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Nyamuk Anopheles
betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda menurut
spesiesnya. Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (belum menderita
malaria). Sesudah +12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit) kemudian, bila daya
tahan tubuh orang yang terkena gigitan tidak mampu meredam penyakit ini maka orang sehat
tersebut berubah menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria. Salah satu
Plasmodium penyebab malaria adalah Plasmodium vivax. Plasmodium ini menyebabkan
terjadinya malaria vivax. Malaria ini adalah jenis malaria yang paling ringan dengan gejala
demam, dapat terjadi setiap tiga hari sekali setelah gejala pertama terjadi.

Plasmodium vivax adalah parasit penyebab malaria paling luas penyebarannya di


manusia, sehingga meningkatkan risiko orang yang terinfeksi sebanyak 2,5 miliar. infeksi
parasit ini tersebar luas secara geografis daerah beriklim tropis hingga iklim sedang. Menurut
survei yang sudah dilakukan WHO pada tahun 2010, infeksi plasmodium vivax cukup tinggi
di daerah Asia tenggara dan Pasifik barat. prevalensi puncak plasmodium vivax biasanya
menyerang kelompok usia 2-6 tahun. 1 Menurut Elyazar dkk, pada tahun 2012, dari hasil
survei sebanyak 4.658 darah dari tahun 1985 - 2011 didapatkan kalau infeksi plasmodium
vivax hampir terjadi di berbagai daerah indonesia dengan daerah bebas risiko di daerah Jawa,
Bali, Sumatra dan daerah risiko tinggi di wilayah timur indonesia, yaitu daerah Nusa
Tenggara Timur, Maluku dan Papua. 2 Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang
intensif mengenai Plasmodium vivax penyebab malaria vivax dan pencegahannya agar angka
penyebaran tidak semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Siapa hospes dari infeksi plasmodium vivax?

1
2. Bagaimana distribusi geografis plasmodium vivax?
3. Dimana habitat plasmodium vivax?
4. Bagaimana morfologi dan cara infeksi plasmodium vivax?
5. Apa saja gejala klinis yang timbul akibat infeksi plasmodium vivax?
6. Bagaimana cara diagnosis dari infeksi yang disebabkan plasmodium vivax?
7. Bagaimana terapi dan pencegahan infeksi yang disebabkan plasmodium vivax?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hospes dari infeksi plasmodium vivax.
2. Untuk mengetahui distribusi geografis plasmodium vivax.
3. Untuk mengetahui habitat dari plasmodium vivax.
4. Untuk mengetahui morfologi dan cara infeksi plasmodium vivax
5. Untuk mengetahui gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi plasmodium vivax
6. Untuk mengetahui cara mencegah dan mengobati infeksi malaria

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nama Penyakit, Hospes, Dan Distribusi Geografi


Nama penyakit : Malaria vivax
Hospes : Manusia
Distribusi Geografi : Plasmodium vivax adalah spesies malaria yang paling tersebar luas.
Lebih dari sepertiga populasi dunia, hampir 2,5 miliar orang, berisiko terinfeksi malaria P.
vivax. Jangkauan distribui geografi P. vivax mencakup daerah tropis, subtropis, dan beriklim
sedang. Prevalensi tertinggi adalah di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Menurut laporan
WHO pada tahun 2018, sebesar 74,1% kasus malaria di wilayah Amerika pada tahun 2017
disebabkan oleh P. vivax. 1

2.2 Habitat, morfologi, cara infeksi


2.2.1 Habitat
Plasmodium vivax lazim ditemukan di daerah beriklim sedang dan tropis, dan
keberadaannya tersebar di berbagai wilayah geografis. Parasit ini banyak ditemukan di
beberapa bagian Amerika Selatan, Afrika, anak benua India, Asia Tenggara, Timur
Tengah, dan Kepulauan Pasifik. P. vivax hidup di lingkungan dimana vektor nyamuk yang
cocok, khususnya nyamuk Anopheles, dan inang manusia yang rentan hidup
berdampingan. Plasmodium vivax hidup sebagai parasit intraseluler di sel darah merah (sel
darah merah) manusia dalam bentuk keadaan dewasa yang disebut trofozoit. Spesies
Plasmodium dilaporkan ditemukan pada reptil, burung, dan berbagai mamalia. 3

2.2.2 Morfologi
Plasmodium vivax adalah spesies parasit malaria yang menyebabkan malaria vivax
atau tertiana. Spesies ini merupakan spesies dengan jumlah infeksi terbesar kedua setelah
Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax dapat menyebabkan kambuhnya penyakit
kembali setelah infeksi primer karena adanya aktivasi parasit yang tidak aktif, atau disebut
hipnozoit. Masa inkubasi malaria vivax berkisar antara 12-17 hari, dan kekambuhan dapat
terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Ada tiga stadium perkembangan
Plasmodium vivax, yaitu 4:

a. Trofozoit

3
Trofozoit pada Plasmodium vivax awalnya berbentuk cincin kemudian berkembang
menjadi bentuk yang tidak beraturan (ameboid). Di stadium ini, trofozoit memiliki
satu kromatin (inti). Pigmen berwarna kuning sampai coklat, hasil dari pertumbuhan
atau metabolisme parasit. Pada infeksi Plasmodium vivax, sel darah merah yang
terinfeksi ukurannya akan terlihat membesar. Namun, pada stadium ini parasit belum
sepenuhnya memenuhi sel darah merah

Gambar 2. 1

b. Skizon
Skizon pada Plasmodium vivax memiliki banyak kromatin (inti). Stadium ini
merupakan stadium dengan inti yang akan membelah secara aseksual hingga
jumlahnya akan terus bertambah dari dua inti sampai dengan banyak inti. Setiap
intinya disertai dengan sitoplasma. Pada stadium ini, parasit mulai memenuhi sel
darah merah dengan pigmen yang menyatu dan berwarna cokelat kekuningan

Gambar 2. 2

c. Gametosit
Gametosit pada Plasmodium vivax akan berkembang berubah bentuk menjadi bulat
atau lonjong dan padat. Parasit pada stadium ini sudah memenuhi sel darah merah.
Kromatin (inti) terlihat padat serta pigmen berwarna coklat yang tersebar.

4
Gambar 2. 3

2.2.3 Cara infeksi


Parasit plasmodium memiliki karakteristik adanya siklus hidup yang berlangsung
dalam dua tahap, yaitu secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual
terjadi di tubuh manusia, sedangkan secara seksual terjadi di tubuh nyamuk Anopheles
betina. Tahap aseksual di tubuh manusia terbagi lagi menjadi fase exo-erythrocytic pada
hati dan fase erythrocytic pada darah. Di fase erythrocytic inilah parasit berkembang biak
menjadi tiga stadium yang biasa terlihat pada proses identifikasi penyakit malaria. 5

Gambar 2. 4

5
2.3 Gejala klinis dan Diagnosis
2.3.1 Gejala Klinis
a. Demam
Demam secara periodic berhubungan dengan pecahnya sejumlah skizon matang dan
keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah. Biasanya serangan malaria dimulai
dengan gejala prodromal yaitu lesu, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, dan terkadang
disertai gejala mual dan muntah. 6 Gejala demam yang khas terdiri dari tiga stadium,
yatiu:
1) Stadium dingin atau menggigil, stadium ini dimulai dengan rasa dingin hingga
menggigil, karena skizon matang dalam sel darah merah pecah. Kulit dingin, dan
kering. Terkadang seluruh badan gemetar, wajah dan kulit terlihat pucat. Stadium
tersebut berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur.
2) Stadium acme (stadium puncak panas atau demam), rasa dingin berubah menjadi
sekali, karena masuknya merozoit dalam sel darah merah. Wajah penderita
terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas pada tubuh tetap
tinggi bisa sampai 40°C atau lebih, nyeri kepala, serta muntah-muntah. Stadium
tersebut berlangsung lebih lama dari fase dingin atau menggigil dapat sampai 2
jam atau lebih.
3) Stadium sudoris (stadium berkeringat), penderita berkeringat banyak sampai
pakaian dan tempat tidur menjadi basah oleh keringat karena pecahnya skizon
matang dalam sel darah merah. Biasanya penderita dapat tidur dengan nyenyak,
tetapi ketika bangun akan merasa lemah tetapi sehat, stadium ini berlangsung
selama 2 sampai 4 jam.

b. Splenomegali
Pembesaran limpa adalah gejala khas terutama pada malaria menahun, limpa
mengeras dan berwarna merah gelap sampai coklat hitam tergantung lamanya infeksi
dan jumlah pigmen yang ditimbun dalam eritrosit, yang mengandung parasit yang
disimpan dalam organ. 6

6
c. Anemia
Anemia tergantung pada spesies parasit yang menginfeksinya. Selain itu pada
keadaan akut, kadar hemoglobin dapat menurun secara mendadak. Anemia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung
parasite terjadi di dalam limpa.
2) Reduced survival time, merupakan sel darah merah normal yang tidak terinfeksi
Plasmodium umurnya akan lebih pendek setelah proses pembersihan sel darah
merah yang mengandung Plasmodium.
3) Diseritropoesis, merupakan gangguan pembentukan sel darah merah yang
dihancurkan, lisis, dan gangguan proses pembentukan sel darah merah sehingga
hemoglobin yang terbentuk juga berkurang.

2.3.2 Diagnosis
a. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:
1) riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;
2) riwayat tinggal di daerah endemik malaria;
3) riwayat sakit malaria/riwayat demam;
4) riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;
5) riwayat mendapat transfusi darah
b. Pemeriksaan Fisik
1) Demam (>37,5 ºC aksila)
2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3) Pembesaran limpa (splenomegali)
4) Pembesaran hati (hepatomegali)
5) Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin
berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah
(prostration).

7
c. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan
pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara
berikut:
1) Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku)
untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan
membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD)
tebal dan tipis di rumah sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:
 Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
 Spesies dan stadium Plasmodium;
 Kepadatan parasit:
2) Semi Kuantitatif
 (-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
 (+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
 (++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
 (+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
 (++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
3) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
 Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit
8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000
parasit/uL.
 Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah eritrosit
4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 = 225.000
parasit/uL.

d. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan pada unit

8
gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil yang tidak
tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis. 7

Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai
agar terlebih dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang tersedia
dalam kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang
digunakan oleh Program Pengendalian Malaria adalah yang dapat
mengidentifikasi P. falcifarum dan non P. Falcifarum. 7

e. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan
ini penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P.
falcifarum. Selain itu dapat digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium
yang jumlah parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis.
Pemeriksaan dengan menggunakan PCR juga sangat penting dalam eliminasi
malaria karena dapat membedakan antara parasit impor atau indigenous. 7

f. Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang


perlu dilakukan adalah:
 pengukuran hemoglobin dan hematokrit;
 penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
 kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis
gas darah); dan urinalisis.

9
2.4 Tatalaksana dan Pencegahan
2.4.1 Tatalaksana Malaria vivax
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks saat ini menggunakan obat-obat
golongan ACT ditambah primakuin. Dosis obat DHP diberikan sama untuk malaria
falsiparum dan malaria vivaks. Obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan
pada hari pertama saja, sedangkan malaria vivaks selama 14 hari. Dosis primakuin adalah
0,25 mg/ kgBB. Pengobatan malaria knowlesi menggunakan ACT selama 3 hari 8. Lini
pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:
1) Lini Pertama
DHP + Primakuin
*Primakuin diberikan pada bayi mulai usia 6 bulan

Tabel 1. Pengobatan lini pertama malaria vivax menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin

Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada table
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan. Primakuin
sebagai terapi radikal untuk vivaks dan ovale dapat mulai diberikan sejak usia 6
bulan. Primakuin sebagai terapi radikal untuk vivaks dan ovale dapat mulai diberikan
sejak usia 6 bulan dan orang tua harus diminta untuk memonitor warna urin. Jika
warna urin menjadi hitam, primakuin harus segera dihentikan dan bayi / anak segera
dibawa ke fasilitas kesehatan. Paling ideal adalah jika bayi dan anak dapat diketahui
kadar dan aktivitas enzim G6PD nya. Pertimbangan pemberian primakuin adalah
berdasarkan kerugian dan manfaat pemberian terapi tersebut (antara relaps berulang
dan menjadi anemia dan kemungkinan hemolisis pada pasien defisiensi enzim
G6PD). 8

10
2) Lini Kedua
Kina+Primakuin
* Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang gagal dengan
pengobatan ACT.

Tabel 2. Pengobatan lini kedua malaria vivax. 8

3) Pengobatan Malaria Vivax yang relaps


Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan pasien sakit kembali dengan
parasit positif dalam kurun waktu 4 minggu sampai 52 minggu setelah pengobatan
tanpa ada riwayat perjalanan lagi ke daerah endemis malaria. 8

Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan regimen ACT yang
sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari (harus disertai
dengan pemeriksaan laboratorium enzim G6PD). Khusus untuk pasien defisiensi
enzim G6PD yang dicurigai melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin
coklat kehitaman setelah minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara
mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75 mg/kgBB. Pengobatan
malaria pada pasien dengan Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit bila ada
tanda perdarahan. 8

11
2.4.2 Pencegahan
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lainlain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis
100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di
daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6
bulan. 9

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Risiko
malaria P.vivax hampir universal, yaitu anemia dan trombositopeni yang dapat
berakibat buruk pada pasien. Di Indonesia, risiko malaria banyak ditemukan di
kawasan lindung, dan risiko terbesar ada di Indonesia bagian timur, khususnya Nusa
Tenggara Timur, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan Papua.

3.2 Saran
1. Plasmodium vivax dapat menyebabkan serangan kambuh, sehingga orang yang
pernah terinfeksi malaria P.vivax perlu waspada, terutama yang tinggal di
daerah endemik malaria.

2. Kedepannya perlu di lakukan praktikum secara offline untuk mengetahui secara


langsung bagaimana bentuk dan morfologi dari P.Vivax.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Howes RE, Battle KE, Mendis KN, Smith DL, Cibulskis RE, Baird JK, et al. Global
epidemiology of Plasmodium vivax. Vol. 95, American Journal of Tropical Medicine and
Hygiene. American Society of Tropical Medicine and Hygiene; 2016. p. 15–34.
2. Surjadjaja C, Surya A, Baird JK. Epidemiology of Plasmodium vivax in Indonesia. American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 2016;95:121–32.
3. Adams JH, Mueller I. The biology of plasmodium vivax. Cold Spring Harb Perspect Med.
2017 Sep 1;7(9).
4. Sistem D, Komputer B. IDENTIFIKASI STADIUM PLASMODIUM VIVAX UNTUK
PENEGAKAN DIAGNOSIS PENYAKIT MALARIA.
5. Aryani D. REVIEW JURNAL: EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS PLASMODIUM VIVAX.
6. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5
TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA LAKSANA MALARIA [Internet]. Available from:
www.djpp.depkumham.go.id
7. Fitriany J, Sabiq A. MALARIA. Vol. 4, Jurnal Averrous. 2018.
8. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
9. BUKU SAKU TATALAKSANA KASUS MALARIA Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ
KEMETENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017.

Anda mungkin juga menyukai