LEPTOSPIROSIS
Oleh :
Nafitra Windri 1740312257
Rahmat Akbar 1840312234
Fitria Syafrina 1840312273
Preseptor:
dr. Arnelis, Sp. PD-KGEH
dr. Rudy Afriant, Sp.PD-KHOM
2.1. DEFENISI
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa.Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit
infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah,
dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
2.2. ETIOLOGI
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain,
malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang
terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam
hati.Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium.Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler.Pada manusia
terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale.Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk
betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum
suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana.P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan
malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena
malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat
menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi
di dalam organ-organ tubuh
Parasit malaria
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan
hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik
pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies
parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana.
Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa
minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana.
Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.4
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran
P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae.Infeksi campuran tiga jenis
sekaligus jarang sekali terjadi.Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang
tinggi angka penularannya.Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae
dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik.Malaria yang disebabkan oleh
spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi
tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.
Agar dapat hidup terus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam
tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan
betina pada saat yang sesuai untuk penularan.Parasit juga harus menyesuaikan diri
dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang antropofilik agar sporogoni
memungkinkan sehingga dapat menghasilkan sporozoit yang infektif. 1
Sumber: Bruce-Chwatt
2.3. EPIDEMIOLOGI
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki,
namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut
mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah :
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat
perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.Defisiensi
terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada
wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium
yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya
dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi.Anak-anak mungkin terutama penting
dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan
subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang
bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh
wisatawan yang datang dari daerah endemis.
Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier
plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai
akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses
kelahiran.
Gambar Peta Distribusi Malaria.
O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak
pernah ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
2.7. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali). 2
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Hampir 100% tanpa pengobatan,
Tatalaksana adekuat: 20%
Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan
berikut:
Malaria serebral
Gangguan status mental
Kejang multipel
Koma
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
Distress pernafasan
Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
Hipotensi
Oliguria atau anuria
Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
Kreatinin > 1,5 mg/dL
Parasitemia > 5%
Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan
darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning 5
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah
sakit untuk menentukan:
o Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
o Spesies dan stadium plasmodium
o Kepadatan parasite
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6
jam sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam
lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis
gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks
5) Analisis cairan serebrospinalis
6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.
2.8. PENGOBATAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria.2
Pemberian tranfusi trombosit pada penderita malaria tidak diperlukan karena
kadar trombosit dapat meningkat seiring dengan pemberian terapi anti- malaria.
Penelitian di Kamerun terhadap perubahan hematologis yang terjadi setelah
pengobatan menunjukkan pe- ningkatan kadar trombosit yang signifikan setelah
terapi kombinasi amodiakuin artesunat, dibandingkan sebelum terapi (p < 0,001).15
2.8.1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1. Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah
ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Tabel III.1.1.
Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut kelompok
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenis Obat 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15
Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
1 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
Primakuin *) *) ¾ 1 1/2 2 2-3
2 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
3 Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). 2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang
dewasa adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia<8 tahun. Bila
tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin. 2
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5
mg/kgbb/kali Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
dengan umur di bawah. 8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Tabel III.1.2.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum
Tabel III.1.3.
Pengobatan lini kedua untuk malaria faliparum
Tabel III.1.4
Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale. 2
Klorokuin
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb. 2
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari dan
diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak
boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2
Tabel III.2.1.
Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari.
Seperti pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada
Ibu hamil, bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. Dosis kina adalah
30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina pada anak usia di
bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan. Dosis dan cara pemberian
primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin pada malaria vivaks
terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14 hari. 2
Tabel III.2.2
Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenis Obat
0-1 Bln 2-11 Bln 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 Thn >15 Thn
1-7 Kina *) *) 3 X 1/2 3X1 3 X 1 1/2 3X3
1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1
Tabel III.2.3.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh)
Tabel III.2.4.
Pengobatan malaria malariae
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenis Obat 0-1 2-11 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 >15
Bln Bln Thn Thn
1 Klorokuin 1/4 1/2 1 2 3 3-4
2 Klorokuin 1/4 1/2 1 2 3 3-4
3 Klorokuin 1/8 1/4 1/2 1 1 1/2 2
3. Catatan
a. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik malaria dan belum
tersedia obat kombinasi artesunat + amodiakuin, Penderita dengan infeksi
Plasrnodium falciparurn diobati dengan sulfadoksinpirimetamin (SP) untuk
membunuh parasit stadium aseksual.
Obat ini diberikan dengan dosi tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau berdasarkan
dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit
stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan
berdasarkan golongan umur penderita seperti pada tabel III.3.1. 2
Tabel III.3.1.
Pengobatan malaria falsiparum di sarana kesehatan tanpa tersedia obat artesunat-
amodiakuin
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenis Obat <1 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 >15 Tahun
Tahun Tahun
H1 SP - 3/4 1 1/2 2 3
Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2-3
Pengobatan malaria falsiparum gagal atau alergi SP
Jika pengobatan dengan SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita mempunyai
riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya, penderita diberi regimen kina
+ doksisiklin/tetrasiklin + primakuin. 2
Pengobatan alterflatif = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti tertera
pada tabel III.3.2.dan tabel III.3.3 Dosis maksimal penderita dewasa yang
dapatdiberikan untuk kina 9 tablet, dan primakuin 3 tablet. Selain pemberian dosis
berdasarkan berat badan penderita, obat dapat diberikah berdasarkan golongan umur
seperti tertera pada table III.3.2. 2
Tabel III.3.2.
Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum
Har Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
i <1 Tahun 1-4 5-9 10 - 14 >15 Tahun
Tahun Tahun Tahun
1 Kina *) 3 X 1/2 3X1 3 X 1 1/2 3 X (2-3)
Dosisiklin - - - 2 X 1**) 2 X 1 ***)
Primakuin - 3/4 1 1/2 2 2-3
2 Kina *) 3 X 1/2 3X1 3 X 1 1/2 3 X (2-3)
Dosisiklin - - - 2 X 1**) 2 X 1***)
Perbedaan manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa dapat dilihat pada tabel
III.4.1
Manifestasi malaria berat pada Anak Manifestasi malaria berat pada
Dewasa
Koma (malaria serebral) Koma (malaria serebral)
Distres pernafasan Gagal ginjal akut
Hipoglikemia (sebelum terapi kina) Edem paru, termasuk ARDS#
Anemia berat Hipoglikaemia (umumnya sesudah terapi
kina)
Kejang umum yang bertulang Anemia berat (< 5 gr%)
Asidosis metabolik Kejang umum yang berulang
Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia, Asidosis metabolik
hipotensi (tek. sistolik<50mmHg)
Gangguan kesadaran selain koma Kolaps sirkulasi, syok
Kelemahan yang sangat (severe Hipovolemia, hipotensi
prostation)
Hiperparasitemia Perdarahan spontan
Ikterus Gangguan kesadaran selain koma
Hiperpireksia (SUhu>410C) Hemoglobinuria (blackwater fever)
Hemoglobinuria (blackwater fever) Hiperparasitemia (>5%)
Perdarahan spontan Ikterus (Bilirubin total >3 mg%)
Gagal ginjal Hiperpireksia (Suhu >40C)
Komplikasi terbanyak pada anak : Komplikasi dibawah ini lebih sering pada
Hipoglikemia (sebelum pengobatan kina) dewasa:
Anemia berat. Gagal ginjal akut
Edem paru
Keterangan : Malaria serebral Ikterus
Anemia berat ( Hb<5 g%, Ht<15%)
Sering pada anak umur 1-2 tahun. # Adult Respiratory Distress Syndrom
Gula darah <40mg% lebih sering pada
anak <3 tahun.
Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan manifestasi
klinis berat termasuk yang gagal dengan pengobatan lini pertama.
Apabila fasilitas tidak atau kurang memungkinkan, maka penderita dipersiapkan
untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. 2
Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan
: 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10
cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan
dapat minum obat. 2
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi dari malaria adalah malaria berat, atau biasa juga disebut malaria
cerebral kerana infeksi parasitnya sudah sampai di serebri/otak. Malaria berat
biasanya disebabkan oleh P.falciparum, namun tak jarang juga disebabkan oleh P.
vivax,P.knowlesi atau kombinasi P. falciparum dengan P.vivax atau P. falciparum
dengan P.knowlesi.
Berdasarkan epidemiologi, malaria berat kausa P.falciparum , dapat diikuti
dengan satu atau beberapa gejala berikut, yang diikuti dengan adanya P.falciparum
asexual parasitemia.7
Gangguan kesadaran : Glasglow coma scale (GCS) < 11 pada dewasa atau
Blantyre coma score <3 pada anak
Kelemahan : general weakness, sehingga pasien sulit untuk duduk, berdiri
atau berjalan tanpa dibantu
Asidosis : defisit basa >8mEq/L atau level plasma bikarbonat <15 mmol/L,
atau plasma laktat vena >=5 mmol/L. Asidosis berat bermanifestasi secara
klinis dengan adanya respiratory disstress (pernapasan cepat, dalam, dan sulit
bernapas)
Hipoglikemi : glukosa darah atau plasma < 2,2 mmol/L (<40mg/dL)
Anemia malaria berat : konsentrasi hemoglobin <= 5g/dL atau hematokrit <=
15% pada anak < 12 tahun. Sedangkan pada dewasa Hb <7g/dL dan Ht
<20%), dengan parasit count >10.000/mikroliter
Gagal ginjal : plasma atau serum kreatinin >265 mikromol/L (3mg/dL)
dengan parasit count 100.000/mikro liter
Edema paru : dengan konfirmasi dari hasil radiologi atau saturasi oksigen
<92% pada ruangan udara, dengan respiratipn rate >30/menit, sering diikuti
dengan5 napasyang cepat dan krepuitasi pada auskultasi
Perdarahan yang signifikan/banyak : termasuk perdarahan yang sering dan
lama pada hidung, gusi, dan daerah yang berlubang; hematemesis atau melena
Syok : kompensasi syok dapat diketahui dengan capillary refill >= 3 detik atau
temperatur menurun/ dingin pada kaki, terutama bagian akral, tapi tanpa
disertai hipotensi. Dekompnesasi syok diketahui dari tekanan darah sistolik
<70mmHg pada anak dan <80 mmHg pada dewasa, dengan bukti adanya
gagal perfusi (akral dingin, atau capillary refill yang memanjang)
Hyperparasitemia : P. falciparum parasitemia > 10%
Malaria berat vivax sama seperti malaria berat falsiparum tapi tidak
diikuti dengan peningkatan densitas parasit. Malaria berat knowlesi sama seperti
malaria falsiparum tapi ada 2 perbedaan, yaitu : adanya hiperparasitemia p.
knowlesi, densitas parasit > 100.000/ mikro liter, dan adanya jaundice dengan
diikuti densitas parasit > 20.000/ mikro liter.7
Malaria berat terjadi saat infeksi dipersulit oleh kegagalan organ yang
serius atau kelainan pada darah atau metabolisme pasien. Manifestasi malaria
berat meliputi malaria serebral, dengan perilaku abnormal, gangguan kesadaran,
kejang, koma, atau kelainan neurologis lainnya, anemia berat akibat hemolisis
(penghancuran sel darah merah), hemoglobinuria (hemoglobin dalam urin) akibat
hemolisis, sindrom gangguan pernafasan akut (acute respiratory distress
syndrome / ARDS), reaksi inflamasi di paru-paru yang menghambat pertukaran
oksigen, yang mungkin terjadi bahkan setelah jumlah parasit menurun dalam
menanggapi pengobatan, kelainan pada pembekuan darah, tekanan darah rendah
disebabkan oleh kolaps kardiovaskular, gagal ginjal akut hyperparasitemia,
dimana lebih dari 5% sel darah merah terinfeksi oleh parasit malaria, asidosis
metabolik (keasaman berlebih pada cairan darah dan jaringan), sering dikaitkan
dengan hipoglikemia(glukosa darah rendah).
Hipoglikemia juga dapat terjadi pada ibu hamil dengan malaria tanpa
komplikasi, atau setelah perawatan dengan kina. Malaria berat adalah keadaan
darurat medis dan harus ditangani dengan segera dan agresif. Bagian atas Malaria
kambuh Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, pasien yang telah sembuh dari
episode pertama penyakit dapat mengalami beberapa serangan tambahan
("kambuh") setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tanpa gejala.
Relaps terjadi karena P. vivax dan P. ovale memiliki parasit stadium empuk yang
aktif ("hypnozoites") yang dapat diaktifkan kembali. Pengobatan untuk
mengurangi kemungkinan kambuh tersebut tersedia dan harus mengikuti
pengobatan serangan pertama.
Bagian atas Manifestasi Malaria lainnya Kelainan neurologis kadang kala
terjadi setelah malaria serebral, terutama pada anak-anak. Cacat seperti itu
meliputi masalah dengan gerakan (ataksia), palsi, kesulitan bicara, tuli, dan
kebutaan. Infeksi berulang dengan P. falciparum dapat menyebabkan anemia
berat. Hal ini terjadi terutama pada anak-anak muda di Afrika tropis dengan
infeksi yang sering diobati. Malaria selama kehamilan (terutama P. falciparum)
dapat menyebabkan penyakit parah pada ibu, dan dapat menyebabkan persalinan
prematur atau persalinan bayi dengan berat lahir rendah. Pada kesempatan langka,
malaria P. vivax dapat menyebabkan pecahnya limpa. Sindrom nefrotik (penyakit
ginjal kronis berat) dapat terjadi akibat infeksi kronis atau berulang dengan P.
malariae. Malaria splenomegali hiperaktif (juga disebut "sindrom splenomegali
tropis") jarang terjadi dan dikaitkan dengan respons kekebalan abnormal terhadap
infeksi malaria berulang. Penyakit ini ditandai dengan limpa dan hati yang sangat
membesar, temuan imunologis abnormal, anemia, dan kerentanan terhadap infeksi
lain (seperti infeksi kulit atau pernafasan).
2.11 PROGNOSIS
Prognosis malaria tergantung kepada jenis malaria yang menginfeksi. Malaria
tanpa komplikasi biasanya akan membaik dengan pengobatan yang tepat. Tanpa
pengobatan, infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat berlanjut dan
menyebabkan relaps sampai 5 tahun. Infeksi Plasmodium malariae bisa bertahan
lebih lama daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Infeksi Plasmodium
falciparum dapat menyebabkan malaria serebral yang selanjutnya dapat
mengakibatkan kebingungan mental, kejang dan koma.
Sebagian besar anak dengan malaria tanpa komplikasi akan menunjukkan
perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96 jam.
Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat, prognosis
malaria tanpa komplikasi pada anak umumnya baik.8
Namun, bila sampai menjadi malaria berat,maka prognosis lebih buruk,
terutama pada pasien yang berisiko, seperti pada anak usia muda, ibu hamil, dan
penderita imonodefisiensi.
RUJUKAN PENDERITA
Semua penderita malaria berat dirujuk / ditangani RS Kabupaten. Apabila
penderita tidak bersedia dirujuk dapat dirawat di puskesmas rawat inap dengan
konsultasi kepada dokter RS Kabupaten. Bila perlu RS kabupaten dapat pula merujuk
kepada RS Propinsi.
Cara merujuk :
1) Setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang
diagnosa, riwayat penyakit, pemeriksaan yang telah dilakukan dan tindakan yang
sudah diberikan.
2) Apabila dibuat preparat Pemeriksaan sediaan darah (SD) malaria, harus
diikutsertakan.
Pengamatan dapat dilakukan secara rutin melalui PCD (Passive Case Detection) oleh
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit atau ACD (Active Case
Detection) oleh petugas khusus seperti PMD (Pembantu Malaria Desa) di Jawa-Bali. Di
daerah luar Jawa-Bali yang tidak pernah mengalami program pembasmian malaria dan
tidak mempunyai PMD sehingga pengamatan rutin tidak bisa dilaksanakan, penularan
malaria dilakukan melalui survey malariomatrik (MS), mass blood survey (MBS), mass
fever survey (MFS) dan lain-lain. 1
Kasus malaria ditemukan melalui ACD dan PCD dan dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan mikroskopik. 1
ABER merupakan ukuran dari efisiensi operasional. ABER diperlukan untuk menilai
API. Penurunan API yang disertai penurunan ABER belum tentu berarti penurunan
insidens. Penurunan API berarti penurunan insidens bila ABER meningkat
SPR adalah persentase sediaan darah yang positif. Seperti penilaian API, SPR baru
bermakna bila ABER meningkat. 1
PF adalah proporsi dari tiap parasit di suatu daerah. Spesies yang mempunyai PF
tertinggi disebut spesies yang dominan. Interpretasi dari masing-masing dominansi
adalah sebagai berikut: 1
P. falciparum dominan:
penularan masih baru/belum lama
pengobatan kurang sempurna/rekrudesensi
P. vivax dominan:
transmisi dini yang tinggi dengan vector yang paten (gametosit P. vivax timbul pada hari
2-3 parasitemia, sedangkan P. falciparum baru pada hari ke-8) 1
pengobatan radikal kurang sempurna sehingga timbul rekurens
P. malariae dominan:
kita berhadapan dengan vektor yang berumur panjang (P. malariaemempunyai siklus
sporogoni yang paling panjang dibandingkan spesies lain)
Penderita demam/klinis malaria unit-unit kesehatan yang belum mempunyai
fasilitas laboratorium dan mikroskopis dapat melakukan pengamatan terhadap
penderita demam atau gejala klinis malaria. Nilai data akan meningkat bila
disertai pemeriksaan sediaan darah (dapat dikirim ke laboratorium terdekat).
Hasil pengamatan dinyatakan dengan proporsi pengunjung ke unit kesehatan
tersebut (mis. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu) yang menderita demam atau
gejala klinis malaria. Meskipun hasilnya tidak sebaik penggunaan parameter a.
s/d d., proporsi yang meningkat sudah bias menunjukkan kemungkinan adanya
wabah/kejadian luar biasa dan mengambil tindakan yang diperlukan.
PR adalah persentase penduduk yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat
tertentu. Kelompok umur yang dicakup biasanya adalah golongan 2-9 tahun dan 0-1
tahun. PR kelompok 0-1 tahun mempunyai arti khusus dan disebutInfant Parasite
Rate (IPR) dan dianggap sebagai indeks transmisi karena menunjukkan adanya transmisi
lokal.
H.2 : teraba tapi proyeksinya tidak melebihi garis horisontal yang ditarik melalui
pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis mamilaris kiri.
AES adalah rata-rata pembesaran limpanya dapat diraba. Indeks ini diperoleh dengan
mengkalikan jumlah limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa (menurut Hacket)
dengan pembesaran limpa pada suatu golongan umur tersebut. AES bermanfaat untuk
mengukur keberhasilan suatu program pemberantasan. AES seharusnya menurun lebih
cepat daripada SR bila endemisitas menurun.
Survei-survei lain yang dapat dilaksanakan untuk menilai situasi malaria adalah:
Pada MBS seluruh penduduk di suatu daerah tertentu diperiksa darahnya. Hasilnya
adalah parasite rate (PR) dan parasite formula (PF).
Pada MFS semua penduduk yang menderita demam atau menderita demam dalam waktu
sebulan sebelum survey diperiksa darahnya. Ini dilaksanakan bila MBS tidak bias
dilaksanakan karena keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu.
3. Survey Entomologi
Survei ini sama penting dengan survey malariometrik terdahulu. Tanpa mengetahui sifat-
sifat (bionomic) vector setempat tidak akan dapat disusun upaya pemberantasan yang
berhasil. Parameter penting yang perlu diketahui adalah a.l:Man Biting Rate (gigitan
nyamuk per hari per orang), Parous Rate (nyamuk yang telah bertelur), Sporozoit
Rate (nyamuk dengan sporosoit dalam kelenjar liurnya),Human Blood Index (nyamuk
dengan jumlah darah manusia dalam lambungnya),Mosquito Density (jumlah nyamuk
yang ditangkap dalam 1 jam), Inoculation Rate(man biting rate x sporozoit rate) 1
4. Survey Lingkungan
Data mengenai lingkungan seperti data meteorologi dan demografi harus diusahakan dari
instansi lain di luar kesehatan. Yang penting diketahui adalah data tentang tempat-tempat
perindukan nyamuk, baik yang alamiah maupun yang buatan manusia. 1
5. Survei-survei lain
Berdasarkan spleen rate (SR) pada kelompok 2-9 tahun, endemisitas malaria di suatu
daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. hipoendemik : SR 10%
2. mesoendemik : SR 11-50%
3. hiperendemik : SR 50%
4. holoendemik : SR 75% (dewasa : 25%)
Di daerah holoendemik, SR pada orang dewasa rendah karena imunitas tinggi yang
disebabkan transmisi tinggi sepanjang tahun. Epidemi atau kejadian luar biasa (KLB)
malaria adalah terjadinya peningkatan jumlah penderita atau kematian karena malaria
yang secara statistik bermakna bila dibandingkan dengan waktu sebelumnya (periode 3
tahun yang lalu). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya epidemic (KLB) malaria
adalah: 1
Receptivity adalah adanya vektor malaria dalam jumlah besar dan terdapatnya factor-
faktor ekologis yang memudahkan penularan. Vulnerability menunjukkan suatu daerah
malaria atau kemungkinan masuknya seorang atau sekelompok penderita malaria dan
atau vektor yang telah terinfeksi. 1
Malaria di suatu daerah bersifat stable apabila transmisi di daerah tersebut tinggi tanpa
banyak fluktuasi selama bertahun-tahun, sedangkan malaria bersifatunstable apabila
fluktuasi transmisi dari tahun ke tahun cukup tinggi. Malaria yangunstable lebih mudah
ditanggulangi daripada malaria yang stable.
DAFTAR PUSTAKA