SURVEILANS MALARIA
OLEH:
ASMIATI ARIF
J1A1 18 197
A 2020
KENDARI
2022
KATA PENGATAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Surveilans Malaria”. Makalah
ini dibuat untuk menambah wawasan dan penulis dalam mempelajari surveilans
terhadap penyakit malaria. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGATAR........................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106
negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular
malaria. Jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 216 juta kasus, dimana 28 juta
kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal
dunia karena malaria terutama anak balita (86%), 320 ribu diantaranya berada di
tertular malaria. Dari 497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia saat ini, 54%
masih merupakan wilayah endemis malaria. Secara nasional selama tahun 2005-
(2005) menjadi 1,38% (2013). Jumlah pemeriksaan Sediaan Darah (SD) untuk uji
kasus klinis) pada tahun 2005, menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari
1.849.062 kasus klinis) pada tahun 2013. Walaupun demikian di daerah endemis
tinggi angka Annual Parasite Incidence (API) masih sangat tinggi dibandingkan
angka nasional, selama tahun 2013 masih sering tejadi Kejadian Luar Biasa
1
tahun 2013 adalah 6.0%. Lima propinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi
adalah Papua (9.8% dan 28.6%), Nusa Tenggara Timur (6.8% dan 23.3%), Papua
Barat (6.7% dan 19.4%), Sulawesi tengah (5.1% dan 12.5%), dan Maluku (3.8%
Penyakit malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari
masa Hipocrates (400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880)
yang menemukan bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897)
maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa.
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari
1.6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta
Setengah populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus
Indonesia merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih
menjadi ancaman.
2
Sebelumnya hasil riskesda 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit
Utara, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
1.3 Tujuan
Adapun tuuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Surveilans Malaria
pihak/instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi malaria
interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat
penanggulangan yang cepat dan tepat sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Untuk kata malaria sendiri berasal dari bahasa Itali “mal’aria” yang ketika itu
orang beranggapan hal itu terjadi karena udara kotor. Namun dalam bahasa
Perancis yang disebut “Paludismo” atau daerah rawa dan payau serta pinggiran
pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang menderita penyakit ini
kebanyakan berasal dari daerah tersebut dan malaria menurut WHO adalah
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles betina
ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh
manusia.
5
malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (Anopheles) yang
mengandung Sporozoit.
kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar biasa (KLB) malaria.
2. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan dan
3. Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) secara dini dan mengetahui trend
dan waktu.
terkait. Upaya pemberantasan malaria yang tepat dan cepat yang berpedoman
6
d. Meningkatkan kerja sama lintas batas wilayah administratif (perbatasan
lain meliputi tahap pengamatan dan survei. Pada tahap pengamatan penyakit
malaria beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain berupa kegiatan penemuan
pada suatu tempat, sebagai alat bantu menentukan musim penularan, dan
Tahap diatas dilaksanakan dengan beberapa jenis kegiatan yang seperti Active
Case Detection (ACD). Kegiatan ini dilakukan secara aktif oleh juru malaria desa
atau petugas lapangan malaria, dengan jenis kunjungan dilakukan pada beberapa
minggu sekali.
bulan sekali.
pengambilan sediaan darah (SD). Kegiatan ini hanya dilakukan pada penduduk
7
yang memenuhi beberapa criteria yang dipersyaratkan seperti demam, menggigil,
baik disertai sakit kepala atau tidak dalam tiga hari terakhir. Selain pengambilan
sediaan darah juga dilakukan kegiatan passive case detection (PCD). PCD
penghuni rumah, tempat tinggal penderita positip malaria dan seluruh penghuni
pada empat rumah disekeliling rumah penderita tersebut. Selain itu juga
survei (MFS), Survei kontak, dan survei migrasi. Kegiatan lain yang tidak kalah
Pembagian situasi malaria pada suatu wilayah dibagi dalam beberapa kriteria
antara lain periode peringatan dini, periode kejadian luar biasa (KLB), dan periode
pasca KLB. Sedangkan jenis data yang dianalisa untuk kepentingan pembagian
8
(1) Periode pengamatan dini
kewilayahan. Pada tingkat Puskesmas, jenis data yang dikumpulkan adalah data
disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, yaitu dalam bentuk peta, angka
vektor dan pemberantasan vektor. Pada tingkat Kabupaten jenis data yang
dikumpulkan adalah data kematian di Puskesmas dan rumah sakit, data kasus per
desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data laboratorium, data
demografi, data logistik, data lingkungan, (curah hujan, luas tempat perindukan)
dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data
9
Pada periode KLB yang dikumpulkan antara lain data kematian, data kasus
dan trend malaria, data vektor, data lingkungan yang berkaitan dengan vektor
(tempat perindukan, ternak), data form W1 (dilaporkan dalam 24 jam), data hasil
konfirmasi KLB, data batas wilayah KLB, data logistik (obat malaria, bahan dan
Kegiatan yang dilakukan pada periode ini sama seperti pada periode
pengamatan dini yaitu pengamatan kasus, vektor dan lingkungan yang dilakukan
secara lebih intensif. Data yang telah diolah dan dianalisa menjadi informasi yang
beberapa indikator seperti angka kesakitan dan angka kematian karena malaria,
Prevalence Rate (PR), Slide positive rate (SPR), data vektor seperti Man bitting
rate (MBR), jenis vektor, bionomik vektor, status kerentanan vektor, serta data
terkait lingkungan.
10
b. Survei malariometrik, yang terdiri dari :
disajikan dalam bentuk teks, tabel, grafik dan atau spot map. Pengolahan dan
wilayahnya.
Puskesmas.
Kabupaten.
11
d. Departemen Kesehatan RI mengirim umpan balik ke semua Propinsi
Bila nyamuk anopheles mengigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan
ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut
berkembang biak.
Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka
Dalam wktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakitmalaria. Dalam
misalnyamelalui transfusi darah, melalui plasenta dari ibu kepada bayinya dan
12
3. Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita
daerah endemis malaria, angka kesakitan malaria menempati urutan pertama dari
10 besar penyakit diPapua. Angka API di Jayapura tahun 2005 yaitu 140/1000
penduduk.
Saat ini insiden malaria menurut data adalah 8.736 per 1000 penduduk di
Papua 10,2 %. Hal ini disebabkan karena adanya hutan bakau yang ada di pesisir
masih kurang Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh
lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran
(mixed infection).
Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit,
malariae.
13
2.6 Gejala Malaria
gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
macam pakaiandan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
14
b) Stadium demam (Hot stage).
terbakar, sakit kepala menjadi- jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi
kuat lagi.
sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan
dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam
sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan
demam sebelumnya.
15
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala
setiap penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita,
gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang
organ-organtubuh tersebut.
malaria ini.
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air
seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.
16
2.7 Cara Pengobatan Malaria
resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk
3. Kona merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat
klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat
pencegahannya adalah dengan merubah pola perilaku manusia agar nyamuk tidak
2. Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan panjang selama
beraktivitas.
17
4. Lakukan langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas,
6. Pasang obat nyamuk dan rutin menyemprot obat nyamuk terutama di pagi
secara terus menerus terhadap masukan (input), proses keluaran (output) dan
dilaksanakan yaitu:
2. Terhadap keluaran yaitu pada penemuan penderita untuk daerah di luar Jawa
dan Bali sedapat mungkin dipisahkan hasil dari PCD yang dilaksanakan di
evaluasi atau penilaian yang lebih obyektif karena perbedaan jenis kegiatan di
18
proporsi SD menurun maka penurunan angka kesakitan perlu
dipertanyakan.
(<5%).
c) PR (Positive Rate)
tahun sekali.
e) PF (Parasit Formula)
19
Kesehatan Propinsi ke Departemen Kesehatan RI (Subdit Arbovirosis, Ditjen
P2M dan PL), pelaporan ini mencakup laporan rutin, laporan pada situasi KLB
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama dijumpai di daerah
salah satu masalah kesehatan masyarakat tak lepas dari unsur segitiga
agent, dan environment. Dalam ilmu epidemiologi sering disebut dengan segitiga
epidemiologi yakni hubungan timbal balik antara host (pejamu), agent (penyebab
adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae, Sampai saat
Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.
merupakan suatu penyakit ekologis (lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh
21
berpotensi melakukan kontak langsung dengan manusia karena hidupnya tidak
Faktor lingkungan antara lain berupa air, suhu udara, kelembaban, arah, dan
3.2 Saran
Penulis sadar masih ada kekurangan dari makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari dosen maupun dari
pembaca.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dachi. 2011. Kompetensi dan Sistem Imbalan terhadap Kinerja Petugas P2PM
Puskesmas dalam Penaggulangan Malaria Melalui Kegiatan Surveilans di
Kabupaten Nias. Universitas Sumatera Utara.
Katzung, B.G., 2004. Farmakologi dasar dan Klinis. Edisi 8, Jilid III, Salemba
Medik, Jakarta.
Saxena S, Pant N, Jain DC, Bhakuni RS. 2003. Antimalarial Agent From Plant
Source. Curr Sci 84 (9) : 1314-1329.
23