UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hikmat kepada kami sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah yang berjudul “ Analisis jurnal Malaria” Semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Selain itu, kami berharap agar pembaca tidak sungkan memberi masukan berupa kritik dan saran
yang membangun, karena kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................3
1.3 Manfaat.........................................................................................................3
3.2 Input................................................................................................................9
3.4 Output.............................................................................................................12
BAB IV PENUTUP...................................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) bentuk
aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles)
betina (Depkes RI, 2007a). Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan
sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria untuk
menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat. Menurut Lapau (2010), sistem surveilans ada beberapa unsur :1) Tujuan sistem
surveilans yaitu membandingkan tujuan sistem surveilans yang ditemui baik itu melalui
wawancara dengan tujuan system surveilans2) Pengolahan dan analisis data yaitu menilai apakah
pengolahan dan analisis data malaria dilakukan untuk menjawab tujuan surveilans yang telah
melihat ketepatan diagnosis dapat dilihat dari nilai eror rate pemeriksaan laboratorium. 4)
Kelengkapan laporan malaria yaitu persentase laporan malaria yang seharusnya diterima atau
dikirim dibandingkan dengan kenyataan laporan malaria diterima dalam waktu tertentu. 5)
Ketepatan waktu laporan berarti waktu laporan diterima oleh puskesmas dari polindes, pustu dan
pelayan kesehatan lainnya serta laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten sesuai
dengan waktu laporan yang telah disepakati atau ditetapkan bersama. 6) Partisipasi fasilitas
kesehatan Informasi tentang kesehatan juga didapatkan atau bersumber dari sarana fasilitas
kesehatan baik pemerintah, swasta, maupun perorangan yang disampaikan kepada unit kerja
yang bersangkutan dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten. 7) Akses ke pelayanan kesehatan
1
adalah perkiraan warga masyarakat yang dapat menggunakan pelayanan kesehatan, yang
tergantung oleh jarak, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain. 8) Konsistensi yaitu data yang
dimuat di dalam laporan tersebut adalah data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
pengisiannya oleh petugas pada sumber data terutama di puskesmas dan rumah sakit.
Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit malaria
dan faktor- faktor yang mempengaruhi di dalam masyarakat (Wahyudi, 2010). Di dunia,
penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Lebih dari 100 negara merupakan wilayah endemis malaria dengan jumlah
penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah 2,3 miliar atau 43% dari penduduk dunia
malaria (Depkes RI, 2007b). Di Provinsi Riau tahun 2009 kasus malaria sebanyak 25.402 kasus.
Annual Malaria Incidence (AMI) Provinsi Riau berada pada kisaran antara 3 – 1465 per 100000
penduduk. AMI tertinggi ada ditiga kabupaten.yaitu: Kabupaten Kuansing (1465), Kabupaten
Indragiri Hulu (1436) dan Kabupaten Rokan Hilir (1053). Angka malaria positif di Provinsi Riau
sebesar 51 per 100000 penduduk (Dinkes Provinsi Riau, 2009). Kejadian malaria di Kabupaten
Indragiri Hulu (INHU) tahun 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2009 yaitu
AMI tahun 2009 sebesar 4,90‰ dan API 0,86‰ sedangkan tahun 2010 AMI 7,66‰ dan API
0,97‰. Di Kabupaten INHU kejadian malaria klinis masih tinggi, yaitu nomor dua di Provinsi
Riau dan hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten INHU terdapat kasus malaria atau
endemis malaria ( Dinkes Provinsi Riau, 2009). Meningkatnya kasus malaria di Dinas Kesehatan
Kabupaten Indragiri Hulu dimungkinkan karena lemahnya sistem surveilans malaria dan
penatalaksanaan kasus malaria serta belum pernah dilakukannya analisis sistem surveilans
malaria. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap pelaksanaan sistem surveilans malaria di
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem surveilans malaria
dan gambaran epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten INHU tahun 2008 - 2010.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah agar dapat ditemukannya solusi terhadap
peningkatan kasus Malaria akibat sistem surveilans malaria yang masih lemah disemua jenjang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Prabowo (2004), malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dari genus Plasmodium sp, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
sp. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara)
atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk.
Menurut Prabowo (2004) penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu
suatu protozoa darah yang termasuk genus Plasmodium sp) yang dibawa oleh nyamuk
Anophelessp. Plasmodium spini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah)
dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi
Malaria adalah suatu penyakit yang akut maupun kronis yang disebabkan parasit
plasmodium yang ditandai dengan gejala demam berkala, menggigil dan sakit kepala yang
sering disertai dengan anemia dan limpha yang membesar. Penyakit ini menyerang
manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium (Kemenkes RI, 2011)
Ada empat spesies Plasmodium sp penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium
Secara Epidemiologi (teori John Gordon), penyakit timbul akibat adanya tiga faktor
penting, yaitu faktor Host (penjamu), faktor Agent (penyebab), dan faktor Environment
(lingkungan). Ketiga faktor tersebut berinteraksi secara dinamis dan saling mempengaruhi satu
Sedangkan menurut teori Hendrik L. Blum (1974), ada empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia (paradigma sehat), yaitufaktor lingkungan, faktor perilaku, faktor
a. Manusia
1).Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih
sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk.
Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat
2).Jenis kelamin
menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
3).Imunitas
5
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam
tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya
4).Ras
5).Status gizi
Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih
rentan terhadap infeksi malaria. Status gizi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
Berat Badan(Kg)
IMT=
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)
b. Nyamuk
hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ±
100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari
menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur nyamuk relatif pendek,
nyamuk jantan umurnya lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang
sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan makan
cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya.
Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan
nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk
6
Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah
ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak semua Anopheles
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik :
1).Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi
ekstrinsik35. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium
Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar
antara 25-30o C 32. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk
Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah 25-26oC
2).Kelembaban udara
lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk
memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih
banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-
80%.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan surveilans adalah kewaspadaan dini untuk KLB malaria, memantau kecenderungan
penyakit malaria, analisis faktor risiko, memantau program kesehatan dan menentukan prioritas
pemberantasan penyakit. Secara umum penilaian terhadap unsur tujuan sistem surveilans
malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu dinilai kurang, jadi tujuannya belum
sesuai.
3.2 Input
a. SDM
Petugas Surveilans dibeberapa Puskesmas ada tapi petugas tersebut malas untuk
mengirimkan laporan bulanan ke DINKES Kabupaten INHU. Hal ini disebabkan karena
b. Dana
Dana yang tersedia cukup minim sehingga terbatasnya sarana dan prasarana.
c. Sarana Prasarana
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu tidak dilakukan crosscheck ulang terhadap
sampel darah yang telah diperiksa sehingga eror rate tidak dapat diketahui. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti reagen
9
3.3 Proses Sistem Surveilans
Feedback
Registrasi
Konfirmasi Kasus
Buletin
Pelaporan
Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen, diperoleh hasil bahwa pengolahan data
2. Pelaporan
Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu, semua puskesmas mengirimkan laporan W2, tetapi
laporan W2 yang dikirim tidak lengkap. Selain itu data W2 malaria tahun 2008 sudah
tidak ditemukan lagi arsipnya. Tahun 2009 kelengkapan laporan W2 malaria di Dinas
Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu adalah 301 rangkap atau 34% dan tahun 2010
sebesar 309 rangkap atau 35%. Dengan rata-rata kelengkapan laporan W2 dari tahun
2009-2010 sebesar 304 rangkap atau 34,5%, maka kelengkapan laporan W2 di Dinas
10
3. Pengolahan Data:
29‰ 27.527.7
PER 1000 30 23.9
25 12.412.7
20
15
5.2
10 1.1 0.3 0.41.5 0.8 0.7 0.7 3.5 1.8 2.3
5
SIPAYUNG
0
PUSKESMAS
Gambar 3
Pada tahun 2009 angka kejadian malaria paling tinggi di Puskesmas Kuala Cenaku
yaitu 29‰ dan kasus malaria paling rendah di Puskesmas Kambesko yaitu 0,3‰
sedangkan pada tahun 2010 paling tinggi kasus malaria dipuskesmas Kulim Jaya
3000 2683
2000 1507
1000
653
0 302 143
0
0-11
1-4 5-9 10-14 15-54 > 55
bulan tahun tahun tahun tahun tahun
Umur
Gambar 2
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Golongan Umur
11
Analisis Data Menurut jumlah kasus per golongan umur :
Berdasarkan umur, kasus malaria paling tinggi pada golongan umur 15-54 tahun yaitu
2683 kasus dan pada golongan umur 0-11 tidak ditemukan kasus malaria.
3.4 Output
Indragiri Hulu dinilai kurang. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah laporan yang diterima
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu. Idealnya laporan W2 yang diterima
Hulu hanya 609 rangkap atau 34,5%. Selain itu laporan W2 malaria tahun 2008 juga
sudah tidak ada ditemukan lagi arsifnya. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen
pengarsipan terhadap data malaria serta kurangnya pemahaman petugas terhadap manfaat
dari pengarsipan data. Kelengkapan laporan dinilai bagus apabila lebih dari 80% data
laporan tersebut ada, cukup bila kelengkapan data 60-80% dan kurang bila kelengkapan
B. Desiminasi
penangggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi tempat tersebut.
BAB IV
12
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jurnal yang kita analisis sistem surveilans di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu
tahun 2008-2010 belum berjalan dengan baik seperti tujuan surveilans, kelengkapan laporan,
ketepatan waktu laporan, konsistensi laporan, pengolahan dan analisis data serta partisipasi
fasilitas kesehatan.
4.2 Saran
Jadi, dari jurnal yang kita analisis masih kurang karena dana nya. Jadi saran dari kami agar
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu menganggarkan dana yang lebih memadai untuk
meningkatkan surveilans malaria, melakukan manajemen pengarsipan data sehingga data yang
masuk dari puskesmas tidak hilang, memberikan sanksi kepada petugas yang tidak
melaksanakan tugas dengan benar, dan laporan malaria yang dibuat harus konsisten dan tidak
hanya diolah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. ( 2007b). Pedoman Penemuan Penderita malaria. Jakarta: Ditjen P2PL.
Dinkes Kabupaten INHU. (2009). Data malaria tahun 2008 – 2010. Pematang
Reba, INHU.
Dinkes propinsi Riau. (2009). Data Malaria Provinsi Riau Tahun 2009. Pekanbaru.
Lapau, B. (2010). Petunjuk usulan dan laporan surveilans epidemiologi, bahan kuliah progam
pasca sarjana STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
1. Mulalena kel. 2
a. Plasmodium palcifarum, Malaria jenis ini yang paling berbahaya karena menyebabkan
malaria berat disertai komplikasi. Sebagian besar kasus kematian karena malaria terkait
b. Plasmodium vivax, malaria vivax ini dapat bertahan dalam keadaan tidak aktif pada
organ hati selama beberapa bulan atau tahun. Sehingga, malaria jenis ini dapat kambuh
c. Plasmodium ovale, gejala yang ditimbulkan tidak parah, serta terkadang membaik
tanpa pengobatan.
Plasmodium malariae. Oleh karena itu, penderita malaria jenis ini akan mengalami
infeksi yang kronis dan juga terkait dengan gangguan fungsi organ ginjal.
2. Sapna kel. 3
Data malaria yang sudah diolah dilakukan analisis sederhana saja secara deskriptif
terhadap data kuantitatif yang ada dan tidak dilakukan analisis tingkat lanjut yang disertai
15