Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SURVEILANS

ANALISIS JURNAL PENYAKIT MALARIA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

EFRAT CLARA LIMBONGAN (20180711014138)


RIA ANGRENI (20180711014002)
ANTHONIUS KAWUT (20180711014328)
ANGELA G.J.N. CALANA (20180711014120)
EVERDINA L.B. JUFUWAY (20180711014147)
ELIA ITLAY (20180711014290)
MARISKA I. TAPLO (20180711014007)
YONIAS KARUBABA (20180711014353)
DITENUS KOGOYA (20180711014397)
EMILO WENDA (20180711014142)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hikmat kepada kami sehingga

makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Makalah yang berjudul “ Analisis jurnal Malaria” Semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Selain itu, kami berharap agar pembaca tidak sungkan memberi masukan berupa kritik dan saran

yang membangun, karena kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.

Jayapura, 18 November 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul............................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................................3

1.3 Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4

2.1 Definisi Malaria............................................................................................4

2.2 Penyebab Malaria..........................................................................................4

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria.................................5

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................9

3.1 Tujuan Surveilans...........................................................................................9

3.2 Input................................................................................................................9

3.3 Proses Sistem Surveilans................................................................................10

3.4 Output.............................................................................................................12

BAB IV PENUTUP...................................................................................................13

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................13

4.2 Saran ..............................................................................................................13

Daftar Pustaka ...........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) bentuk

aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles)

betina (Depkes RI, 2007a). Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan

sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria untuk

menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar

untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi

setempat. Menurut Lapau (2010), sistem surveilans ada beberapa unsur :1) Tujuan sistem

surveilans yaitu membandingkan tujuan sistem surveilans yang ditemui baik itu melalui

wawancara dengan tujuan system surveilans2) Pengolahan dan analisis data yaitu menilai apakah

pengolahan dan analisis data malaria dilakukan untuk menjawab tujuan surveilans yang telah

ditetapkan. 3) Ketepatan Diagnosis yaitu Bagaimana mendiagnosis penyakit tersebut. Untuk

melihat ketepatan diagnosis dapat dilihat dari nilai eror rate pemeriksaan laboratorium. 4)

Kelengkapan laporan malaria yaitu persentase laporan malaria yang seharusnya diterima atau

dikirim dibandingkan dengan kenyataan laporan malaria diterima dalam waktu tertentu. 5)

Ketepatan waktu laporan berarti waktu laporan diterima oleh puskesmas dari polindes, pustu dan

pelayan kesehatan lainnya serta laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten sesuai

dengan waktu laporan yang telah disepakati atau ditetapkan bersama. 6) Partisipasi fasilitas

kesehatan Informasi tentang kesehatan juga didapatkan atau bersumber dari sarana fasilitas

kesehatan baik pemerintah, swasta, maupun perorangan yang disampaikan kepada unit kerja

yang bersangkutan dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten. 7) Akses ke pelayanan kesehatan

1
adalah perkiraan warga masyarakat yang dapat menggunakan pelayanan kesehatan, yang

tergantung oleh jarak, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain. 8) Konsistensi yaitu data yang

dimuat di dalam laporan tersebut adalah data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran

pengisiannya oleh petugas pada sumber data terutama di puskesmas dan rumah sakit.

Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit malaria

dan faktor- faktor yang mempengaruhi di dalam masyarakat (Wahyudi, 2010). Di dunia,

penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Lebih dari 100 negara merupakan wilayah endemis malaria dengan jumlah

penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah 2,3 miliar atau 43% dari penduduk dunia

(Rumbiak, 2006). Di Indonesia, sebanyak 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis

malaria (Depkes RI, 2007b). Di Provinsi Riau tahun 2009 kasus malaria sebanyak 25.402 kasus.

Annual Malaria Incidence (AMI) Provinsi Riau berada pada kisaran antara 3 – 1465 per 100000

penduduk. AMI tertinggi ada ditiga kabupaten.yaitu: Kabupaten Kuansing (1465), Kabupaten

Indragiri Hulu (1436) dan Kabupaten Rokan Hilir (1053). Angka malaria positif di Provinsi Riau

sebesar 51 per 100000 penduduk (Dinkes Provinsi Riau, 2009). Kejadian malaria di Kabupaten

Indragiri Hulu (INHU) tahun 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2009 yaitu

AMI tahun 2009 sebesar 4,90‰ dan API 0,86‰ sedangkan tahun 2010 AMI 7,66‰ dan API

0,97‰. Di Kabupaten INHU kejadian malaria klinis masih tinggi, yaitu nomor dua di Provinsi

Riau dan hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten INHU terdapat kasus malaria atau

endemis malaria ( Dinkes Provinsi Riau, 2009). Meningkatnya kasus malaria di Dinas Kesehatan

Kabupaten Indragiri Hulu dimungkinkan karena lemahnya sistem surveilans malaria dan

penatalaksanaan kasus malaria serta belum pernah dilakukannya analisis sistem surveilans

malaria. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap pelaksanaan sistem surveilans malaria di

Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu.

2
1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem surveilans malaria

dan gambaran epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten INHU tahun 2008 - 2010.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah agar dapat ditemukannya solusi terhadap

peningkatan kasus Malaria akibat sistem surveilans malaria yang masih lemah disemua jenjang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Malaria

Menurut Prabowo (2004), malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

(protozoa) dari genus Plasmodium sp, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

sp. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara)

atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan

bau busuk.

Menurut Prabowo (2004) penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu

suatu protozoa darah yang termasuk genus Plasmodium sp) yang dibawa oleh nyamuk

Anophelessp. Plasmodium spini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah)

dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi

pada tubuh nyamuk yaitu nyamuk Anophelessp betina (Sudoyo, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit yang akut maupun kronis yang disebabkan parasit

plasmodium yang ditandai dengan gejala demam berkala, menggigil dan sakit kepala yang

sering disertai dengan anemia dan limpha yang membesar. Penyakit ini menyerang

manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang

disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium (Kemenkes RI, 2011)

2.2 Penyebab Malaria

Ada empat spesies Plasmodium sp penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium

vivax, Plasmodium falcifarum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Masing-masing

spesies Plasmodium sp menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax


4
menyebabkan malaria vivax/tertiana, Plasmodium falcifarum menyebabkan malaria

falcifarum/tropika, Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana, dan

Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale (Prabowo, 2004).

Secara Epidemiologi (teori John Gordon), penyakit timbul akibat adanya tiga faktor

penting, yaitu faktor Host (penjamu), faktor Agent (penyebab), dan faktor Environment

(lingkungan). Ketiga faktor tersebut berinteraksi secara dinamis dan saling mempengaruhi satu

sama lain (Page at all,1998)

Sedangkan menurut teori Hendrik L. Blum (1974), ada empat faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia (paradigma sehat), yaitufaktor lingkungan, faktor perilaku, faktor

pelayanan kesehatan, dan faktor genetik atau keturunan (Muninjaya, 1999).

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria

a. Manusia

1).Umur

Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih

sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk.

Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat

dibandingkan anak bergizi buruk

2).Jenis kelamin

Perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki tetapi apabila

menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.

3).Imunitas
5
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam

tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya

mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.

4).Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah

terhadap malaria, misalnya sickle cell anemiadan ovalositas

5).Status gizi

Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih

rentan terhadap infeksi malaria. Status gizi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut

Berat Badan(Kg)
IMT=
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)

b. Nyamuk

Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air. Kelangsungan

hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ±

100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari

menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur nyamuk relatif pendek,

nyamuk jantan umurnya lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang

sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan makan

cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya.

Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan

nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk

6
Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah

ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak semua Anopheles

tersebut berperan penting dalam penularan malaria.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan Fisik :

1).Suhu udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa

inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa

inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi

ekstrinsik35. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium

berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 samapi 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae

14 hari P.ovale 15 hari40.

Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar

antara 25-30o C 32. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk

Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah 25-26oC

sebagai suhu optimal.

2).Kelembaban udara

Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban

mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahan, dan lain-

lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk

memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih

aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.


7
Menurut penelitian Barodji(1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles paling

banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-

80%.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tujuan Surveilans

Tujuan surveilans adalah kewaspadaan dini untuk KLB malaria, memantau kecenderungan

penyakit malaria, analisis faktor risiko, memantau program kesehatan dan menentukan prioritas

pemberantasan penyakit. Secara umum penilaian terhadap unsur tujuan sistem surveilans

malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu dinilai kurang, jadi tujuannya belum

sesuai.

3.2 Input

a. SDM

Petugas Surveilans dibeberapa Puskesmas ada tapi petugas tersebut malas untuk

mengirimkan laporan bulanan ke DINKES Kabupaten INHU. Hal ini disebabkan karena

Jarak yang ditempuh cukup jauh.

b. Dana

Dana yang tersedia cukup minim sehingga terbatasnya sarana dan prasarana.

c. Sarana Prasarana

Di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu tidak dilakukan crosscheck ulang terhadap

sampel darah yang telah diperiksa sehingga eror rate tidak dapat diketahui. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti reagen

mikroskop dan minimnya tenaga mikroskopis.

9
3.3 Proses Sistem Surveilans

Buletin Deteksi Kasus

Feedback
Registrasi

Respon Terencana Respon Segera

Konfirmasi Kasus
Buletin

Pelaporan

Analisis dan Interpretasi

1. Pengumpulan data Sekunder :

Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen, diperoleh hasil bahwa pengolahan data

malaria sudah dilakukan tetapi analisis datanya masih analisis sederhana.

2. Pelaporan

Berdasarkan penelusuran dokumen terhadap kelengkapan laporan malaria di Dinas

Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu, semua puskesmas mengirimkan laporan W2, tetapi

laporan W2 yang dikirim tidak lengkap. Selain itu data W2 malaria tahun 2008 sudah

tidak ditemukan lagi arsipnya. Tahun 2009 kelengkapan laporan W2 malaria di Dinas

Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu adalah 301 rangkap atau 34% dan tahun 2010

sebesar 309 rangkap atau 35%. Dengan rata-rata kelengkapan laporan W2 dari tahun

2009-2010 sebesar 304 rangkap atau 34,5%, maka kelengkapan laporan W2 di Dinas

Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu dinilai kurang

10
3. Pengolahan Data:

29‰ 27.527.7
PER 1000 30 23.9
25 12.412.7
20
15
5.2
10 1.1 0.3 0.41.5 0.8 0.7 0.7 3.5 1.8 2.3
5

SIPAYUNG
0

KAMBESKO KUALA CENAKU PEKAN HERAN

PUSKESMAS
Gambar 3

Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas

Analisis Data Menurut Tempat:

Pada tahun 2009 angka kejadian malaria paling tinggi di Puskesmas Kuala Cenaku

yaitu 29‰ dan kasus malaria paling rendah di Puskesmas Kambesko yaitu 0,3‰

sedangkan pada tahun 2010 paling tinggi kasus malaria dipuskesmas Kulim Jaya

yaitu 48,6‰ dan paling rendah di Puskesmas Lirik yaitu 0,7‰.

di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2009

3000 2683
2000 1507
1000
653
0 302 143
0
0-11
1-4 5-9 10-14 15-54 > 55
bulan tahun tahun tahun tahun tahun

Umur

Gambar 2
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Golongan Umur

Di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu

11
Analisis Data Menurut jumlah kasus per golongan umur :

Berdasarkan umur, kasus malaria paling tinggi pada golongan umur 15-54 tahun yaitu

2683 kasus dan pada golongan umur 0-11 tidak ditemukan kasus malaria.

3.4 Output

A. Kelengkapan laporan data

Penilaian terhadap kelengkapan laporan data malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten

Indragiri Hulu dinilai kurang. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah laporan yang diterima

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu. Idealnya laporan W2 yang diterima

selama 2 tahun dari 17 puskesmas adalah 1.768 rangkap. Kenyataannya laporan W2

malaria tahun 2009-2010 dari 17 puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri

Hulu hanya 609 rangkap atau 34,5%. Selain itu laporan W2 malaria tahun 2008 juga

sudah tidak ada ditemukan lagi arsifnya. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen

pengarsipan terhadap data malaria serta kurangnya pemahaman petugas terhadap manfaat

dari pengarsipan data. Kelengkapan laporan dinilai bagus apabila lebih dari 80% data

laporan tersebut ada, cukup bila kelengkapan data 60-80% dan kurang bila kelengkapan

data kurang dari 60% (Lapau, 2010).

B. Desiminasi

Penyebarluasan Informasi yang akurat digunakan untuk melaksanakan tindakan

penangggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi tempat tersebut.

BAB IV

12
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jurnal yang kita analisis sistem surveilans di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu

tahun 2008-2010 belum berjalan dengan baik seperti tujuan surveilans, kelengkapan laporan,

ketepatan waktu laporan, konsistensi laporan, pengolahan dan analisis data serta partisipasi

fasilitas kesehatan.

4.2 Saran

Jadi, dari jurnal yang kita analisis masih kurang karena dana nya. Jadi saran dari kami agar

Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu menganggarkan dana yang lebih memadai untuk

meningkatkan surveilans malaria, melakukan manajemen pengarsipan data sehingga data yang

masuk dari puskesmas tidak hilang, memberikan sanksi kepada petugas yang tidak

melaksanakan tugas dengan benar, dan laporan malaria yang dibuat harus konsisten dan tidak

hanya diolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2003). Surveilens Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit.


Jakarta.: Ditjen
P2PL.

Depkes RI. (2004). Surveilens Penyakit. Jakarta.: Ditjen P2PL

Depkes RI. (2007a). Penyelidikan dan Penaggulangan Kejadian Luar Biasa.


Jakarta: Ditjen P2PL

Depkes RI. ( 2007b). Pedoman Penemuan Penderita malaria. Jakarta: Ditjen P2PL.

Depkes RI. (2010). Peranan Besar Bidan Dalam Pengendalian Malaria.


http://www.infopenyakit. Org.def. Diakses 24 april 2011.

Dinkes Kabupaten INHU. (2009). Data malaria tahun 2008 – 2010. Pematang
Reba, INHU.

Dinkes propinsi Riau. (2009). Data Malaria Provinsi Riau Tahun 2009. Pekanbaru.

Hakim, L. (2010). Penatalaksanaan Kasus Malaria. Disampaikan pada perkuliahan


pasca sarjana IKM STIKes Hangtuah Pekanbaru.

Harijanto, P.N. (2000). Malaria Epidemiologi,


Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Jakarta: EGC

Ikhtiyaruddin. (2009). Analisis surveilans dan Gambaran Epidemiologi Malaria di Kabupaten


Bengkalis. Skripsi tidak diterbitkan. Progam S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hangtuah
Pekanbaru.

Lapau, B. (2010). Petunjuk usulan dan laporan surveilans epidemiologi, bahan kuliah progam
pasca sarjana STIKes Hang Tuah Pekanbaru.

Rumbiak H. (2006). Analisis Manajemen Lingkungan


Terhadap kejadian malaria di kecamatan Biak
Timur Kabupaten Biak Numfor- papua.
http/skripsi malaria. blogspot. com/2008/12.
Di akses 25 januari 2011.
14
Pertanyaan Presentasi :

1. Mulalena kel. 2

- Proses saat akan terkena dari Plasmodium-plasmodium tertentu?

a. Plasmodium palcifarum, Malaria jenis ini yang paling berbahaya karena menyebabkan

malaria berat disertai komplikasi. Sebagian besar kasus kematian karena malaria terkait

dengan malaria jenis ini.

b. Plasmodium vivax, malaria vivax ini dapat bertahan dalam keadaan tidak aktif pada

organ hati selama beberapa bulan atau tahun. Sehingga, malaria jenis ini dapat kambuh

ketika parasit aktif kembali.

c. Plasmodium ovale, gejala yang ditimbulkan tidak parah, serta terkadang membaik

tanpa pengobatan.

d. plasmodium malariae, menimbulkan gejala setelah sudah lama terinfeksi parasit

Plasmodium malariae. Oleh karena itu, penderita malaria jenis ini akan mengalami

infeksi yang kronis dan juga terkait dengan gangguan fungsi organ ginjal.

- laporan W2 itu apa?

Laporan W2 merupakan laporan yang diberikan puskesmas-puskesmas kepada Dinas

Kesehatan. Biasa dalam skala mingguan.

2. Sapna kel. 3

Kenapa pada analisi tersebut dibilang analisis sederhana?

Data malaria yang sudah diolah dilakukan analisis sederhana saja secara deskriptif

terhadap data kuantitatif yang ada dan tidak dilakukan analisis tingkat lanjut yang disertai

interpretasi secara detail.

15

Anda mungkin juga menyukai