Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

”PENYAKIT HIV/AIDS”

Di susun oleh kelompok 2 :


Chelya Nelly Asso 20180711014011

Ivone Demetou 20180711014051

Sri siti M. Gobel 20180711014003

Leisya lambang 20180711014181

Mulalena Edowai 20180711014065

Yulian pigome 2018071101

Watinus suhun 20180711101

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS


CENDRAWASIH PAPUA 2019
1|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2
KATA PENGANTAR
 
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan tentang distribusi, cara
penularan dan epidemiologi dari penyakit HIV/AIDS yang kami sajikan berdasarkan
referensi dari berbagai sumber di internet atau Media lainnya. Makalah ini di susun oleh
kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “epidemiologi penyakit HIV/AIDS “. Walaupun makalah ini
mungkin kurang sempurna tetapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, Terima kasih.

Jayapura,25 November 2019

2|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


Daftar Isi
 
Kata pengantar......................................................................................i

Daftar isi...............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................

1.1 Latar belakang masalah..............................................................


1.2 Rumusan masalah ........................................................................
1.3 tujuan ...........................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................

2.1 Distribusi penyakit HIV/AIDS.....................................................

2.2 Cara penularan dan Media penularam..........................................

2.3 Segitiga Epidemiologi penyakit HIV/AIDS.......................................

2.4 Program pencegahan dan Penanggulangan penyakit HIV/AIDS.......

BAB 3 PENUTUP........................................................................................

3.1Kesimpulan........................................................................................

3.2 Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

3|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalahsekumpulangejala dan infeksi


(Sindrom) yang timbulkarenarusaknya system kekebalantubuhmanusiaakibatinfeksi virus
HIV atauinfeksi virus lain yang mirip yang menyerangspesieslainnya. Virus sendiribernama
Human Immunodeficiency Virus ataudisingkat HIVyaitu virus yang memperlemahkekebalan
pada tubuhmanusia.Orang yang terkena virus
iniakanmenjadirentanterhadapinfeksioportunistikatau pun
mudahterkenarumor.Meskipunpenanganannya yang
telahadadapatmemperlambatlajuperkembangan virus, namunpenyakitinibelumbenar-benar
bias disembuhkan.
HIV dan virus-virus
sejenisnyaumumnyaditularkanmelaluikontaklangsungantaralapisankulitdalammembranmuko
saataualirandarah, dengancairantubuh yang mengandukHIV.Sepertidarah, air mani, cairan
vagina, cairanpresemmal, dan air susuibu.Penularandapatterjadimelaluihubunganintim
(vaginal, anal, ataupun oral), tranfusidarah, jarumsuntik yang terkontaminasi, antaraibu dan
bayiselamakehamilan, bersalin, ataupunmenyusui, sertabentukkontaklainnyadengancairan-
cairantubuhtersebut.Berbagaigejala AIDS umumnyatidakakanterjadi pada orang-orang yang
memilikisistemkekebalantubuh yang baik. Kebanyakankondisitersebutakibatinfeksi oleh
bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanyadikendalikan oleh unsur-
unsursistemkekebalantubuh yang dirusakHIV. Infeksioportunistikumumdidapatipada
penderita AIDS. HIV mempengaruhihampirsemua organ tubuh. Penderita AIDS juga
berisikolebihbesarmenderitakankersepertisarkomakaposi, kankerleherrahim, dan
kankersistemkekebalan yang disebut limfoma.4 Biasanyapenderita AIDS
memilikigejalainfeksisistemik; sepertidemam, berkeringat(terutama pada malamhari),
pembengkakankelenjar, kedinginan, merasalemah, sertapenurunanberat badan.
Infeksioportunistiktertentu yang dideritapasien AIDS, juga tergantung pada
tingkatkekerapanterjadinyainfeksitersebut di wilayah geografistempathiduppasien.
HIV adalahjenis parasite obligatyaitu virus yang hanyadapathidupdalamselatau media
hidup.Seseorangpenghidap HIV lambatlaunakanjatuhkedalamkondisiAIDS,
apalagitanpapengobatan. Umumnyakeadaan AIDS
iniditandaidenganadanyaberbagaiinfeksibaikakibat virus, bakteri, parasite
maupunjamur.Keadaaninfeksiini yang dikenaldenganinfeksioportunistik.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggapsebagai virus penyebab AIDS. Virus
initermaksukdalam retrovirus anggotasubfamililentivirinae.Cirikhasmorfologi yang unikdari
HIV adalahadanyanukleoid yang berbentuksilindrisdalam virion matur. Virus inimengandung
3 gen yang dibutuhkanuntukreplikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapatlebihdari 6 gen
tambahanpengaturekspresi virus yang  pentingdalampatogenesispenyakit. Satu protein
replikasifaseawalyaitu protein Tat, berfungsidalamtransaktivasidimanaproduk gen virus
terlibatdalamaktivasitranskripsionaldari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV
sangatefisienuntukmenentukanvirulensidariinfeksiHIV.Protein Rev dibutuhkanuntukekspresi

4|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


protein struktural virus. Rev membantukeluarnyatranskripvirus yang terlepasdarinukleus.
Protein Nefmenginduksiproduksikhemokin oleh makrofag, yang dapatmenginfeksisel yang
lain (Brooks, 2005).

1.2 RumusanMasalah
RumusanMasalahdarimakalahiniadalah :
1. BagaimanaDistribusikejadian HIV/AIDS berdasarkantempat, waktu, dan orang?
2. Bagaimanacarapenularan dan media penularanpenyakit HIV/AIDS?
3. BagaimanasegitigaEpidemiologipenyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana program pencegahan dan penanggulanganpenyakit HIV/AIDS?

1.3 Tujuan
1 .Untukmengetahuidistribusikejadianberdasarkantempat, waktu, dan orang.
2. Untukmengetahuicarapenularan dan media penularanpenyakit HIV/AIDS.
3. Untukmengetahuisegitigaepidemiologipenyakit HIV/AIDS.
4 .Umtukmengetahui program pencegahan dan penanggulanganpenyakit HIV/AIDS.

5|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DistribusiPenyakit HIV/AIDS

1. Waktu
AIDS atau SIDA (Sindrom Imuno Defisiensi Akuisita) adalah suatu penyakit
yang dengan cepat telah menyebar ke seluruh dunia (pandemik). Sejak
ditemukan kasus AIDS pertama di Indonesia tahun 1987, perkembangan
jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 1990 perkembangan kasus
AIDS masih lambat, namun sejak tahun 1991 jumlah kasus AIDS lebih dua
kali lipat dari tahun sebelumnya. Kasus AIDS sejak awal tahun 2006 sampai
31 Desember 2006 mencapai 2.873 kasus mengalami peningkatan 235
kasus dari tahun sebelumnya.
Menurut data dari Ditjen PPM & PL Depkes RI (2009), trend kecenderungan
jumlah kasus AIDS senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2005
terdapat 2.639 kasus baru, tahun 2006 meningkat menjadi 2.873 kasus baru,
tahun 2007 meningkat menjadi 2.947 kasus baru, pada tahun 2008
meningkat menjadi 4.969 kasus baru, hingga tahun 2009 terdapat 3.863
kasus baru. Sampai 31 Desember 2009 secarakumulatifpengidapinfeksi
AIDS menjadi 19.973 kasus.

2. Tempat

Menurut data dari Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun
2008, di kawasan Sub-Sahara Afrika terdapat 22,4 penderita HIV/AIDS,
dengan PR pada orang dewasa sebesar 5,2%. Di Asia Selatan dan Asia
Tenggara terdapat 3,8 juta ODHA dengan PR pada orang dewasa sebesar
0,3%. Di Asia Timur terdapat 850.000 penderita HIV/AIDS dengan jumlah
kematian 59.000 kasus.Menurut Chin (2000), dari sekitar 33,4 juta penderita
HIV/AIDS di dunia tahun 1999, 22,5 juta diantaranya terdapat di negara-
negara Sub-Sahara Afrika, dan 6,7 juta ada di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, 1,4 juta terdapat di Amerika Latin dan 665.000 di AS. Berdasarkan
data SEARO (2009), prevalensi HIV/AIDS lebih tinggi di daerah perkotaan
daripada di daerah pedesaan. Berdasarkan hasil survei rumah tangga yang

6|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


dilakukan di enam kota di India, ditemukan bahwa prevalensi HIV/AIDS 40%
lebih tinggi di perkotaan dibanding dengan daerah pedesaan. Pada tahun
2008, dari 96 kasus baru yang dilaporkan di Sri Lanka, 61% berasal dari
Colombo yang merupakan ibukota Sri Lanka. Berdasarkan data dari Ditjen
PP & PL Depkes RI (2009), tercatat 19.973 kumulatif kasus AIDS terjadi di 32
provinsi dan 300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Provinsi dengan rate
kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk tertinggi adalah Papua (133,07),
Bali (45,45), DKI Jakarta (31,67), Kepulauan Riau (22,23) Kalimantan Barat
(16,91), Maluku (14,21), Bangka Belitung (11,36), Papua Barat dan Jawa
Timur (8,93) dan Riau (8,36). Provinsi yang memiliki proporsi AIDS terbanyak
hingga Desember 2009 adalah Jawa Barat (18,01%), Jawa Timur (16,16%),
DKI Jakarta (14,16%), Papua (14,05%), dan Bali (8,09%). Pada
kelompokpenggunanapzasuntik, proporsi AIDS
terbanyakdilaporkandariProvinsiJawa Barat 32,99%, DKI Jakarta 25,13%,
Jawa Timur 12,82%, Bali 3,27%, Sumatera Barat 2,81%.
3. Orang
Menurut Chin (2000),tidakdiketahuiadanyakekebalan orang terhadapinfeksi
HIV/AIDS, tetapikerentanansetiap orang terhadap HIV/AIDS
diasumsikanbersifatumumtidakdipengaruhi oleh ras, jeniskelamin, dan
kehamilan. Sehinggasetiap orang mungkinuntukterserang HIV/AIDS.
PenelitianHall,dkktahun 2005 dalam journal Acquired Immune Deficiency
Sindrome (2009) di 33 negara bagian Amerika Serikat, Diperolehbahwa Ras
kulithitam 9 kali beresikomenderita AIDS disbanding Ras
kulitputihdenganresiko relative (RR) 9,16 dan Ras Hispanikmempunyairesiko
3 kali lebihtinggidari pada Ras kulitputih (RR 3,05). Resikomenderita AIDS 2
kali lebihtinggidari pada orang Indian Amerika/pendudukasli Alaska dari pada
orang Asia/kepulauanPasifik (RR 2,05). Di Canada, RR AIDS 5,5 kali
lebihtinggi pada orang Aborigindibandingkan IR Ras kulitputih (RR 4,36).
Berdasarkan data UNAIDS, 67% infeksi HIV di dunia terdapat di Sub-Sahara
Afrika. Dari 2,7 jutakasusbaru pada tahun 2008, 68% terdapat pada orang
dewasasebesar 6,4% prevalensi HIV terdapat pada perempuan.
Berdasarkan data dariDitjen PP& PL Depkes RI (2009), terdapat 19.973
jumlahkumulatifkasus AIDS dengan 49,07% terdapat pada kelompokumur
20-29 tahun,30,14% pada kelompokumur 30-39 tahun,8,82% pada
kelompokumur 40-49 tahun,3,05& pada kelompokumur 15-19 tahun,2,49%
pada kelompokumur 50-59 tahun,0,51% pada kelompokumur>60
tahun,2,65% pada jelompokumur<15 tahun dan 3,27% tidakdiketahui.
Rasiokasus AIDS antaralaki-laki dan perempuanadalah 3:1.

7|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


2.2 Cara penularan dan Media penularan
1. HubunganSeks
Penularan virus HIV terjadimelaluihubunganseks penetrative (penis
masukkedalam vagina/anus) yang
dilakukantanpamenggunakankondom.Hubungansekssepertiinimemungkinkan
tercampurnyacairanspermadengancairan vagina (untukhubungansekslewat
vagina). Sedangkanhubunganseksmelalui anus bias
memungkinkantercampurnyacairanspermadengandarah.
2. Menerimatransfuksidarah yang terinfeksi virus HIV
Penularanmelaluitranfusidarahresikonyasangattinggi
,makaitudarahbiasanyaakanmengecekberulang-ulang pada darah yang
digunakanpasienmelaluiskrining yang ketat. Beberapapenderita di
dugatertularsetelahmenjalani transfuse darah. Seseorang yang
harusmenerimatransfusidarahtubuhnyadalamkeadaansakitataulemah,
sehinggadengancepatmenyebar dan berkembangdalamtubuhnya.

3. Penggunaanjarumsuntik yang sudahterkontaminasi


Penularanlewatjarumsuntikbanyakterjadi pada penggunanarkoba. Penularan
juga dapatmelaluipemakaianjarumsuntik yang berulang kali
dalamkegiatanlainnyamisalnyapenyuntikanobat, imunisasi,
pemakaianalattusuk yang menembuskulit, misalnyaalattindik, tato, dan alat
facial wajah, sebaiknyagunakanjarumsuntiksekalipakai.

4. Penularandariibuhamilkepadajaninnya
Penularandariibuhamilpositif HIV dapatterjadiketikabayidalamkandungan,
bisa juga ketikamelahirkanataubisa juga
ditularkanketikamenyusuibayitersebut.Penularan HIV
dariibuhamilkeanakbisaterjadikarenainfeksimelewatiplasenta, saat proses
persalinanataumenyusui.Sumberinfeksiinibisadaridarahibu, plasentacairan
amnion dan ASI. Kkemungkinanbayitertular HIV dariibunya pada masa
kehamilan 15-20%.Sedangkan pada saatkelahiran 10-15% dan pada
saatmenyusuiadalah 15-20%.

8|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


5.Terjadinyalukaakibatpemakaianbenda yang bersamaan
Benda tersebutsepertisilet, pisaucukur juga bisamenularkan HIV. Biasakanmempunyaisikatgigi
dan pisaucukursendiri, karenaselainuntukkebersihanpribadijikaterdapatdarah aka nada
resikopenularandengan virus lain yang diangkutalirandarah (seperti Hepatitis), bukanhanya
virus HIV. Peluangpenularan per satu kali kontakdenganjumlahkasus yang
terjadisaatinijikadilihatdaricarapenularanternyatamengalamikomposisi yang
berbeda,tentusajamasukkarenamenyangkut factor pengendalian yang telahdapatdilakukan .
Sebagaicontohpenularanlewat transfuse
darahwalaupunpeluangnyatinggitetapikenyataannyakejadiannolkarenapenularanlewat transfuse
darahsudahbisadikendalikanlewat proses screeningdarah donor terlebihdahulujikadarah yang
discreeningmengandung HIV makatidakakandigunakanuntuktransfusidarah.

2.3 SegitigaEpidemiologiPenyakit HIV/AIDS

1. Faktor Agent (Penyebab)


Penyebab AIDS adalahsejenis virus yang tergolongRetrovirus yangdisebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus inipertama kali di isolasi oleh
Montagnier dan kawan– kaaiPrancis pada tahun 1983 dengannama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat pada Tahun 1984 mengisolasi (HIV) III.
KemudianatasksepakataninternasionalpadaTahun 1986
namafirusdirubahmenjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus
adalahsejenisRetrovirus RNA. DalamBentukny yang aslimerupakanpartikel
yang inert, tidakapatberkembangatauMelukaisampaiiasukkesel target. Sel
target virus initerutamaselLymfositT,Karenaiamempunyaireseptoruntuk
virus HIV yang disebut CD-4. DidalamselLymfosit T, virus
dapatberkembang danseperti retrovirus yang lain, dapattetapHidup lama
dalamseldengankeadaan in aktif. Walaupundemikian virus
dalamtubuhPengidap HIV selaludianggap infectious yang
setiapsaatdapataktif dan dapatDitularkanselamahiduppenderitatersebut.
SecaramortologisHIV terdiriatas 2 bagianbesaryaitubagian inti (core) dan
Bagianselubung (envelop). Bagian inti

9|EPIDEMIOLOGI HIV Kelompok 2


berbentuksilindristersusunatasduauntaian RNA (Ribonucleic Acid).
Enzimreverce transcriptase dan
beberapajenisprosein.Bagianselubungterdiriatas lipid dan glikoprotein (gp
41 dan gp 120).Gp 120 BerhubungandenganreseptorLymfosit (T4) yang
rentan. Karena bagianluar virus (lemak) tidaktahanpanas, bahankimia,
maka HIV termasuk virus sensitifterhadapPengaruhlingkunganseperti air
mendidih, sinarmatahari dan
mudahdimatikanDenganberbagaidisinfektansepertieter ,aseton, alkohol,
jodiumhipoklorit dan Sebagainya, tetapitelatifresistenterhadapradiasi dan
sinar ultraviolet.Virus HIV hidupdalamdarah, savila, semen, air mata dan
mudahmatidiluarTubuh. HIV dapat juga ditemukandalamselmonosit,
makrotag dan sel glia jaringanotak.

2. Faktor Host ( Penjamu )


Kerentananwanita pada HIV :Wanitalebihrentanterhadappenularan HIV
akibatfaktoranatomis-biologis dan faktorsosiologis-gender.Kondisianatomis-
biologiswanitamenyebabkanstrukturpanggulwanitadalamposisi “menampung”,
dan alatreproduksiwanitasifatnya “masukkedalam” dibandingkanpria yang
sifatnya “menonjolkeluar”.
Keadaaninimenyebabkanmudahnyaterjadiinfeksikhroniktanpadiketahui oleh ybs.
Adanyainfeksikhronikakanmemudahkanmasuknya virus HIV.Mukosa
(lapisandalam) alatreproduksiwanita juga sangathalus dan
mudahmengalamiperlukaan pada proses hubunganseksual. Perlukaanini juga
memudahkanterjadinyainfeksi virus HIV.Faktorsosiologis-gender
berkaitandenganrendahnya status sosialwanita (pendidikan, ekonomi,
ketrampilan).Akibatnyakaumwanitadalamkeadaanrawan yang
menyebabkanterjadinyapelcehan dan penggunaankekerasanseksual, dan
akhirnyaterjerumuskedalampelacuransebagaistrategi survival.

3. Faktor Environment ( Lingkungan )


Kondisilingkungandapat pula menjadifaktorpenyebabpenularan HIV.
Kondisilingkungan yang
selauberubahdapatmenurunkankondisifisikmanusiasehinggadiarentanterhadapp
enyakitataukondisilingkungan yang berubahsehingga agent

10 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
dapatberkembangbiakdenganpesat pada lingkungantersebut yang
menyebabkantimbulnyapenyakit.
Seseorang yang tinggaldenganlingkungan orang-orang yang terjangkit HIV
akanberesikolebihtinggiuntuktertular Virus HIV.

2.4 Program Pencegahan dan PenanggulanganPenyakit HIV/AIDS

Berbagai upaya untuk pengendalian HIV AIDSdan IMSyang telah dilakukan selama ini
masih belum mencapai hasil yang optimal sehingga perlu dilakukan akselerasi.
Kegiatan-kegiatan dikelompokkan berdasarkan isu spesifik sebanyak 16 akan dijalankan
untuk mencapai tujuan pengendalian.

1.Peningkatan Tes HIVProgram ini mencakup pelaksanaan layanan tes HIV pada
populasi kunci, populasi khusus (pasien IMS, TB dan hepatitis, dan pasien dengan
penyakit-penyakit yang mengindikasikan HIV AIDS); ibu hamil, WBP, dan pasangan
ODHA).di wilayah dengan epidemi HIV terkonsentrasi dan layanan tes HIV pada seluruh
pasien di Tanah Papua. serta  tindak lanjut hasil skrining darah di UTD.

2. Peningkatan Cakupan dan Retensi Pengobatan ARVProgram ini mencakup


penyediaan dan perluasan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) bagi
ODHA, menyediakan ARV bagi yang memenuhi syarat dan obat-obat infeksi oportunistik
dan profilaksis, upaya-upaya untuk meningkatkan retensi ODHA di dalam perawatan
HIV (termasuk membina kelompok dukungan sebaya).

3.Pengendalian Penyakit  Infeksi Menular Seksual (IMS)Program ini mencakup


penyediaan layanan IMS sebagai standar di seluruh Puskesmas dan fasyankes lainnya
(termasuk pemeriksaan rutin IMS dan penapisan sifilis untuk populasi kunci dan ibu
hamil di Kab/ kota), penyediaan kondom sebagai alat pencegahan dan paket
pengobatan IMS.

4.Pencegahan Penularan HIV dari Ibu dan Anak (PPIA)Program PPIA merupakan
program pencegahan penularan vertikal dari seorang ibu kepada bayinya. Kerangka
kerja program PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV
secara komprehensif berkesinambungan yang meliputi empat komponen (prong)
sebagai berikut:

11 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
Prong 1: pencegahan primer agar perempuan pada usia reproduksi tidak tertular
HIVKegiatan ini merupakan pencegahan primer untuk mencegah penularan HIV
pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun).  Kegiatannya meliputi:
a) penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pencegahan
infeksi HIV
b) tes HIV padaperempuan usia reproduksi, termasuk ibu hamil.

Prong 2 :pencegahan kehamilan yang tak direncanakan pada perempuan


pengidap HIVPada prinsipnya setiap perempuan perlu merencanakan
kehamilannya, namun pada perempuan dengan HIV perencanaan kehamilan
harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan matang karena adanya risiko
penularan HIV kepada bayinya.Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a) Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV melalui


konseling dan penyediaan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif.

b)Perencanaan dan persiapan kehamilan yang tepat, jika ibu ingin


hamil.Termasuk di sini adalah merencanakan kapan saat yang tepat untuk hamil

Prong 3: pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya
dan yang disusuinya.Strategi pencegahan penularan HIVpada ibu hamil
merupakan inti dari upaya PPIA.Semua ibu hamil dengan HIV diupayakan
mendapatkan pelayanan berikut ini.
a) Layanan antenatal terpadu sesuai dengan standar.
b) Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada ibu hamil dengan HIV.
c) Perencanaan persalinan yang aman dan tatalaksana persalinan, nifas dan
layanan neonatal.
d)Tatalaksana pemberian makanan terbaik bagi bayi.
e)Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada bayi.

Prong 4 : pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu


dengan HIV beserta anak dan keluarganya. Upaya pencegahan penularan HIV
dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu melahirkan. Ibu akan tetap hidup
dengan HIV di tubuhnya, sehingga membutuhkan dukungan medis, psikologis,
sosial dan perawatan selama hidupnya.  Perempuan dengan HIV lebih rentan

12 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
terkena IMS, sehingga bila terinfeksi HPV (human papiloma virus) akan lebih
rentan untuk terjadi perubahan ke arah kanker serviks, sehingga pemeriksaan
IVA (inspeksi visual asam asetat) atau Pap smear harus lebih sering dilakukan,
misalnya setiap 6-9 bulan.

Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya.Tujuannya


untuk menjaga agar ibu dan bayi tetap sehat dengan pola hidup yang tepat,
patuh berobat, mencegah penyakit oportunis dan mengamati
status kesehatanKegiatannya meliputi:

a). lanjutan bagi ibu melalui:

1. pemeriksaan kondisi kesehatan;

2. pengobatan ARV jangka panjang dan pemantauan terapi;

3. pemantauan kondisi kesehatan, termasuk pemantauan CD4 danviralload;

4. pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik;

5. konseling dan dukungan kontrasepsi,  pengaturan kehamilan dan asupan


gizi;

6. kunjungan rumah.

b). Dukungan untuk bayi, yaitu:

1. pemberian ARV pencegahan dan diagnosis HIV pada bayi;

2. informasi dan edukasi pemberian makanan bayi;

3. layanan imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang;

4. pemeriksaan kondisi kesehatan dan pemantauan terapi ARV (termasuk


CD4 danviral load);

5. pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, termasuk pemberian


kotrimoksasol (untuk mencegah infeksi Pneumocystis jiroveci).

13 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
c) Penyuluhan kepada suami/pasangan dan anggota keluarga lainnya
tentang cara penularan HIV dan pencegahannya serta penggerakan dukungan
masyarakat bagi keluarga dengan atau terdampak HIV.  Dengan demikian
diharapkan keluarga dapat mendukung penuh tata laksana pada ibu dan bayi
secara menyeluruh.

5).Kolaborasi TB-HIVKolaborasi TB-HIV bertujuan untuk eliminasi kematian ODHA


karena TB, dengan melakukan kegiatan-kegiatan kolaborasi TB-HIV, yaitu:

1) Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV AIDS;


mencakup pembentukan forum TB-HIV, perencanaan bersama serta monitoring
dan evaluasi kegiatan TB-HIV.
2)  Menurunkan beban TB pada ODHA; mencakup penapisan TB pada ODHA,
pemberian INH untuk profilaksis TB pada ODHA; serta pengendalian infeksi TB
di fasyankes.
3) Menurunkan beban HIV pada pasien TB; mencakup tes HIV pada pasien TB,
pemberian obat Anti Retroviral (ARV) serta kotrimoksasol pada pasien dengan
ko-infeksi TB-HIV.

6). Pengembangan Laboratorium HIV dan IMSKegiatan ini mencakup upaya-upaya


untuk meningkatkan jumlah dan mutu pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS di
laboratorium pemeriksa, dan membentuk jejaring laboratorium HIV dan IMS untuk
memastikan bahwa pelayanan laboratorium dilaksanakan dengan berkualitas sesuai
standard.

7. Program Pengurangan Dampak Buruk Napza (PDBN)Berdasarkan situasi dan


dinamika epidemi HIV & AIDS pada populasi pengguna napza suntik (penasun),
dikembangkan rekomendasi paket komprehensif program pengurangan dampak buruk
penggunaan napza suntik yang terdiri atas 12 komponen.Paket komprehensif tersebut
terdiri dari komponen-komponen program sebagai berikut:

A. Layanan Alat Suntik Steril (LASS).

14 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
B. Terapi Substitusi Opiat dan Perawatan Napza lainnya

C. Tes dan Konseling HIV

D. Pencegahan Infeksi Menular Seksual.

8. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan Standar merupakan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di


fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang
terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan
termasuk staf penunjangnya dan juga para pengguna yaitu pasien dan pengunjung
fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan utamanya mencakup penyusunan  SOP tentang
kewaspadaan standar, termasuk profilaksis pasca pajanan okupasional, dan
menyediakan layanan dan memberikan profilaksis pasca pajanan bagi orang terpajan
HIV di lingkungan fasyankes.

9.Peningkatan Promosi Pencegahan HIV AIDS dan IMS

Kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya


pengendalian HIV AIDS dan IMS bertujuan memberikan pemahaman yang benar dan
komprehensif tentang HIV AIDS dan IMS baik upaya pencegahan, menghindari
penularan serta menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dengan
melibatkan seluruh sektor dalam masyarakat. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh
masyarakat umum sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang benar dan
komprehensif tentang HIV AIDS dan IMS dan selanjutnya diharapkan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kegiatan yang dilakukan
mencakup kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) untuk remaja usia 15-24 tahun,
mengintegrasikan materi HIV dan AIDS ke dalam kurikulum pendidikan SMP/sederajat
dan SMA sederajat, mendorongnya terbentuknya WPA dan Pokja pencegahan HIV dan
IMS masyarakat di daerah, dll.

10.Meningkatkan Pengamanan Darah Donor dan Produk Darah LainKegiatan-


kegiatan untuk meningkatkan pengamanan darah donor dan produk darah lain termasuk
peningkatan kapasitas petugas UTD dalam melakukan dan melaporkan hasil uji saring

15 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
serta merujuk pendonor yang reaktif HIV dari UTD ke layanan HIV, dan pembentukan
jejaring UTD dengan layanan rujukan di setiap Kota/Kabupaten.

11.Penguatan Sistem Pembiayaan  ProgramPembiayaan untuk pengendalian HIV


AIDS dan IMS akan melalui 2 skema yaitu pembiayaan Program melalui APBN dan
APBD dan yang kedua melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan
(BPJS Kesehatan).Penguatan sistem pembiayaan untuk pengendalian HIV AIDS dan
IMS untuk menghambat laju epidemi HIV akan dilakukan secara sistematis dan
terstruktur, dengan kegiatan-kegaitan yang mencakup: kolaborasi denganBPJS,
penyebaran informasi kepersertaan dan pemanfaatan JKN, dll.12. Penguatan
Manajemen ProgramProgram nasional pengendalian HIV AIDS dan IMS memerlukan
kapasitas penge- lolaan program yang kuat dan terstruktur baik, yang bekerja secara
sistematis dengan standar kemampuan yang memenuhi syarat. Penguatan manajemen
program HIV AIDS dan IMS, dilakukan antara lain dengan menyusun perencanaan dan
penganggaran jangka menengah (lima tahunan) program pengendalian HIV  AIDS dan
IMS, kajian paruh waktu pelaksanaan program 5 tahun dan melakukan penyesuaian
apabila dipandang perlu,kajian, pengembangan atau pemutakhiran pedoman, kebijakan
dan tatalaksana terkait HIV AIDS dan IMS, dll.

13. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kegiatan di dalam pengembangan sumber daya manusia termasuk: menyusun


rancangan pengembangan SDM pengelola program dan layanan HIV AIDS dan IMS
perbaikan sistem pengelolaan logistik program HIV AIDS dan IMS, membentuk sistem
pelatihan dan melatih Pelatih, Mentor dan Supervisor untuk melaksanakan peningkatan
kapasitas secara berjenjang, supervisi berjenjang dan bimbingan di lapangan serta kerja
praktik/magang, dll.

14. Penguatan Sistem Informasi Strategis dan Monitoring dan Evaluasi


Penguatan dan peningkatan sistem informasi strategis, monitoring dan evaluasi, sesuai
dengan rencana pengembangan dan peningkatan program pengendalian HIV AIDS dan
IMS dilakukan antara lain denganpengembangan pedoman nasional Surveilans HIV
Generasi Kedua, pedoman dan modul pelatihan monitoring dan evaluasi sesuai dengan
perkembangan pengetahuan dan teknologi, pemetaan populasi kunci, pelaksanaan
surveilans sentinel HIV dan Sifilis, pelaksanaan surveilans terpadu biologis dan perilaku

16 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
pada populasi kunci dan populasi umum di area terpilih, pelaksanaan surveilans
resistensi obat ARV, pengembangan aplikasi SIHA (sistem informasi HIV DAN AIDS dan
IMS).

15.Penguatan Tata Kelola Logistik program HIV & AIDS


Kegiatannya mencakup penyusunan pedoman sistem pengelolaan logistik program HIV
AIDS dan IMS, memperluas desentralisasi logistik ke seluruh provinsi, kabupaten/kota
dan fasyankes,  pengadaan dan pemeliharaan alat diagnostik seperti: alat hitung CD4
dan viral load, reagen diagnostik, dan obat

16.Memperkuat Jejaring Kerja dan Meningkatkan Partisipasi


MasyarakatKegiatannya mencakup koordinasi melalui forum kemitraan lintas sektor di
semua tingkat pemerintahan, mendorong peran serta komunitas dan LSM dalam
advokasi untuk memperoleh dukungan sumber daya lokal, dll.

17 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
BAB III
PENUTUP

2.4 Kesimpulan

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut “sel T-4” atau disebut juga “sel CD-4”. Virus HIV ini hidup didalam 4 cairan tubuh
manusia, yaitu: Cairan darah, Cairan sperma, Cairan vagina,AirsusuIbu.HIV dapat menular
kepada siapapun melalui cara tertentu, tanpa peduli kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama,
tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun orientasi seksual.

2.5 Saran
Adanya kesadaran individu terhadap bahaya seks diluar nikah, yang dapat menyebabkan
penyakit menular seksual dan adanya peran orang tua dalam mengontrol anaknya agar tidak
melakukan pergaulan bebas.

18 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2
DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Abdul., dr. 2006. Kewaspadaan Global TerhadapKeadaanDarurat : Flu burung / HIV dan
AIDS. http://www.amifrance.org/IMG/pdf_HM_IV_FINAL_VERSION_0806.pdf. Diaksestanggal 7
November 2013.

Menkes. 2002. Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20130802143002.Kepmenkes_Nomor_1285_MENKES_
SK_X_2002_Tentang_Pedoman_Penanggulangan_HIVAIDS_dan_Penyakit_Menular_Seksual.
pdf. Diakses tanggal 7 November 2013.

Sidebang, P. 2011. HIV/AIDS (Distribusi dan Frekuensi). Fakultas Kedokteran : Universitas


Sumatera Utara. Melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23458/4/Chapter
%20II.pdf diakses 08 November 2013.

Anastasya, G. 2010. Penelitian HIV/AIDS (Frekuensi dan Distribusi). Fakultas Kedokteran:


Universitas Sumatera Utara. Melalui repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16364/4/Chapter
%20II.pdf diakses 08 November 2013.

Fatah, Abdul. 2006. “Sistem Surveilans Sentinel HIV”. Kewaspadaan Global Terhadap Keadaan
Darurat: Flu Burung / Hiv Dan Aids, Edisi 4, Oktober 2006, h. 08. Dalam
http://www.amifrance.org/IMG/pdf_HM_IV_FINAL_VERSION_0806.pdf. Diakses pada tanggal
07-11-2013 pukul 20:00 WIB

Susilowati E. (2006). Evaluasi Sistem Surveilans Sentinel HIV di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Available ini http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnfkm-
adln-s2-2006-helensusil-445 (diakses tanggal 8 November 2013)

Muninjaya, Gde. (1999). Ebook Masalah AIDS di Indonesia : Masalah dan Kebijakan
Penanggulangannya. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI.2006. Surveilans HIV Generasi Kedua Pedoman Nasional Surveilans Sentinel
HIV. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan available in www.perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/.../opac-search.pl?q...HIV

Depkes RI.2006. Surveilans HIV Generasi Kedua Pedoman Nasional Surveilans Sentinel HIV.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan available in
http://share.pdfonline.com/b2aaca3caf8844d3bc7713dbd8d6d390/BUKU%20SURVEILANS
%20HIV%20GENERASI%20KEDUA%5B1%5D.htm diakses pada tanggal 09-11-2013.

19 | E P I D E M I O L O G I H I V K e l o m p o k 2

Anda mungkin juga menyukai