Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ANALISIS KUALITAS FISIK, KIMIA DAN BIOLOGI AIR

OLEH :

ASMIATI ARIF

J1A118197

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini dengan judul “Analisis Kualitas
Fisik, Kimia, dan Biologi Air”. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dan
penulis dalam mempelajari analisis kualitas air. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


dan memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.

Kendari, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Pengertian Analisis Kualitas Air...............................................................4

B. Jenis-Jenis Parameter Analisis Kualitas Air............................................4

C. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Fisik.........................................5

D. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Kimia....................................10

E. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Biologi...................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan...............................................................................................17

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Prinsip Kerja Nephelometri dan Turbidimetri.............................7

Gambar 1.2 Pengukuran Kecerahan (a) Secchi Disk dengan Skala


Pengukuran dan (b) Penggunaan Secchi Disk...............................8

Gambar 1.3 Salinometer......................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan seharihari.
Manusia menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum,
mandi, mencuci dan sebagainya. Air yang digunakan untuk kebutuhan hidup
sehari – hari harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia (Wulan, 2016).
Salah satu kebutuhan air adalah air untuk minum. Air minum dibagi
menjadi beberapa jenis salah satunya yaitu Air Minum Dalam Kemasan atau
biasa disingkat AMDK. Kualitas AMDK harus mendapatkan perhatian
utama. Air yang digunakan untuk air minum harus memenuhi berbagai
persyaratan kualitas baik secara kimia, fisik maupun biologis. Air minum
yang dikonsumsi harus higienis dan kandungan mikroba di dalamnya tidak
melewati ambang batas yang diperbolehkan agar tidak menimbulkan penyakit
ketika dikonsumsi.
Menurut Soemirat (2019), air minum yang ideal seharusnya jernih,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Parameter yang harus diukur
untuk mengetahui kualitas air minum dalam kemasan yang di konsumsi
dijelaskan pada SNI 01-3553-2015 meliputi Uji kadar Total Dissolved Solid
(TDS), Uji Derajat Keasaman (pH) dan uji Total Bakteri E.Colli dan
Coliform. Total Dissolve Solid atau yang biasa disingkat TDS merupakan
salah satu parameter uji kualitas AMDK pada SNI 3553 – 2015 disebutkan
bahwa kandungan TDS tidak boleh melebihi 500 ppm. Hal ini dikarenakan
parameter TDS juga melambangkan mineral yang terkandung didalam air.
Tingginya nilai TDS akan memengaruhi kualitas fisik pada air yang

1
dikonsumsi dan akan berdampak pada kesehatan yaitu mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal dan jaringan otot rusak (Krisna, 2017).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi
atau komponen lain di dalam air sesuai dalam Penjelasan Atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990. Kualitas air
dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika seperti: Total
Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi (TSS), dan sebagainya,
parameter kimia (pH, Oksigen Terlarut (DO), BOD, kadar logam dan
sebagainya), dan parameter biologi (Kandungan Bakteri Coliform, E-coli,
keberadaan plankton, dan sebagainya). Pengukuran kualitas air dapat
dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang kedua adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi (Setyowati et al., 2015).
Parameter tersebut berhubungan dengan kelangsungan hidup biota yang
ada di dalam suatu perairan, termasuk makrozoobenthos. Menurut Khaeksi et
al., (2015), makrozoobenthos merupakan sekelompok hewan yang hidup dan
menetap di dasar perairan. Makrozoobenthos kerap dijadikan sebagai
indikator kualitas suatu perairan. Penggunaan bioindikator pada saat ini
menjadi sangat penting untuk dapat melihat hubungan antara lingkungan
biotik dengan non-biotik. Bioindikator atau indikator ekologis itu sendiri
merupakan kelompok organisme yang dapat dijadikan petunjuk bahwa
keberadaan mereka dipengaruhi oleh adanya tekanan lingkungan akibat dari
kegiatan manusia dan destruksi sistem biotik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari analisis kualitas air?
2. Apa saja jenis-jenis dari analisis kualitas air?
3. Bagaimana analisis kualitas air berdasarkan sifat fisik?
4. Bagaimana analisis kualitas air berdasarkan sifat kimia?
5. Bagaimana analisis kualitas air berdasarkan sifat biologi?
C. Tujuan

2
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis kualitas air
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari analisis kualitas air
3. Untuk mengetahui analisis kualitas air berdasarkan sifat fisik
4. Untuk mengetahui analisis kualitas air berdasarkan sifat kimia
5. Untuk mengetahui analisis kualitas air berdasarkan sifat biologi

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Kualitas Air
Analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal
atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya
atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani
kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata,
yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas sehingga jika
di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata
analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis yang kemudian
di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis. (Wanna et al.,
2020)
Analisis kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan
manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi
kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai
lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan
tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat
sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu
lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi,
dan transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan
permukaan dari pertanian dan perkotaan. (Wanna et al., 2020)
B. Jenis-Jenis Parameter Analisis Kualitas Air
1. Menurut sifatnya, parameter kualitas air dalam (Hartoto et al., 2016)
terdiri dari:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan
dan warna)

4
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P,
bahan organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus),
plankton, fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
2. Menurut jenisnya, parameter kualitas air dalam (Hartoto et al., 2016)
terdiri dari:
a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala
umum(pH, alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat
atau modus operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas
parameter lain, khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan
beracun)
d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain
(BOD, COD, keragaman jenis).
3. Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air dalam (Hartoto
et al., 2016) terdiri dari:
a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan
peruntukan air (untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi
parameter kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi
suatu parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan
perikanan).
C. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Fisik
a. Suhu
Menurut Kepmeneg LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran II di dalam
Saraswati et al.,(2017), suhu perairan yang sesuai untuk kegiatan wisata
bahari adalah suhu alamiah. Biota di perairan tropis umumnya hidup
secara alami diambang batas atas suhu tertinggi, jika terjadi perubahan dari

5
ambang batas atas akan mengganggu proses fisiologis yang dapat
meyebabkan kematian biota.
Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya oksigen dalam
air. Kenaikan suhu mengakibatkan: turunnya oksigen terlarut, kecepatan
reaksi kimia meningkat, sehingga mahluk hidup di dalamnya akan mati
(Setyowati et al., 2015).
b. Warna
Warna ialah warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya
ion metal (besi dan mangan), humus, plankton, tumbuhan air dan limbah
industri, yang tidak menggunakan zat warna tertentu setelah dihilangkan
kekeruhannya, yang dinyatakan dalam suatuan warna skala Pt-Co.
c. Kekeruhan
Kekeruhan ialah optik dari suatu larutan, yang menyebabkan cahay
yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/L SiO2.
Air dikatakan keruh bila mengandung material yang nampak membentuk
suspensi. Kekeruhan dapat disebabkann oleh alga yang mati maupun yang
hidup atau oleh organisme lain, yang kebanyakan penyebabnya bersama-
sama dengan lumpur dan tanah liat. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan
Turbidity Unit (tu) dan diukur dengan membandingkan secara nefelometri
air sample dengan larutan standar formazin.
Pada nephelometri dan turbidimetri, sumber cahaya diproyeksikan
melalui sample cairan yang disimpan dalam wadah sampel transparan.
Umumnya, nephelometri menggunakan sumber cahaya yang memiliki
panjang gelombang relatif singkat (misalnya, 500 nm-800 nm) dan efektif
digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran sangat kecil.
Sedangkan, turbidimetri umumnya menggunakan sumber cahay yang
memiliki panjang gelombang lebih panjang (misalnya, 800 nm – 1100 nm)
dan efektif digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih
besar. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui sample kekeruhan,
intensitasnya dikurangi dengan hamuran, dan jumlah cahaya yang tersebar

6
tergantung pada konsentrasi dan distribusi ukuran partikel. Dalam
nephelometri intensitas cahaya yang tersebar diukur, sedangkan dalam
turbidimetri, intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui sample diukur.

Gambar 1.1 Prinsip Kerja Nephelometri dan Turbidimetri


d. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat
diamati secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang
tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai
kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat memberikan suatu
petunjuk atau indikasi banyaknya partikelpartikel tersuspensi dalam
perairan tersebut (Hamuna et al., 2018).
Kecerahan merupakan parameter yang digunakan untuk menyatakan
sebagian dari cahaya matahari yang menembus ke dalam air. Kecerahan
suatu perairan dapat dipengaruhi oleh kekeruhan. Secara langsung,
kekeruhan akan mempengaruhi komunitas hewan benthos pada perairan
tersebut. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya
sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme
akuatik (Khaeksi et al., 2015).
Keping Secchi (Secchi-disk), yaitu sebuah keping bulat dengan garis
tengah 20 cm yang terbuat dari seng dan dicat putih atau hitam-putih yang
diberi pemberat. Alat tersebut diturunkan ke dalam air sampai tidak

7
tampak, kedalamannya diukur, kemudian diturunkan lebih dalam lagi.
Selanjutnya keping tersebut diangkat kembali dan apabila keping hampir
tampak lagi, maka kedalamannya diukur lagi. Harga rata-rata kedua
pengukuran diambil sebagai kecerahan keping secchi dengan satuan
sentimeter (cm).

Gambar 1.2 Pengukuran Kecerahan (a) Secchi Disk dengan Skala


Pengukuran dan (b) Penggunaan Secchi Disk

e. Residu Total
Residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan
dengan pengeringan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan
dalam satuan mg/L. Pemeriksaan residu total dilakukan dengan cara
menimbang berat contoh yang telah dikeringkan pada suhu 103-1050C
hingga diperoleh berat tetap.
f. Residu Tersuspensi
Residu Tersuspensi yaitu zat padat dalam air yang tertahan pada
penyaring dengan kertas saring yang berpori sebesar 0,45 μm dan
dikeringkan pada suhu tertentu secara merata yang dinyatakan dalam
satuan mg/L. Pemeriksaan residu tersuspensi dilakukan dengan cara
menimbang berat residu didalam contoh yang tertahan pada kertas saring
yang berpori 103-1050C hingga diperoleh berat tetap.
g. Residu Terlarut

8
Residu Terlarut yaitu zat padat yang dapat lolos melalui saringan
yang berpori sebesar 0,45 μm dan dikeringkan pada suhu tertentu secara
merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L.
Pemeriksaan residu terlarut dilakukan dengan cara menimbang berat
residu yang lolos melalui kertas saring yang berpori < 45 μm dan telah
dikeringkan pada suhu 103-1050C.
h. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) dapat memberikan gambaran tentang
keseimbangan asam dan basa yang secara mutlak ditentukan oleh besarnya
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam perairan. Perairan laut umumnya
mempunyai pH berkisar antara 6,5-9,0. Derajat keasaman sangat penting
dalam menentukan nilai guna perairan untuk kehidupan organisme dan
keperluan lainnya, umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
aktivitas fotosintesa, suhu dan adanya anion kation. Berubahnya nilai pH
menimbulkan perubahan terhadap keseimbangan kandungan karbon
dioksida, bikarbonat dan karbonat di dalam air. Derajat keasaman (pH)
yang ideal untuk kehidupan akuatik adalah berkisar 6,5- 8,5 (Siburian et
al., 2017).
pH perairan adalah indikator penting penentuan kualitas air. Jika pH
air lebih rendah dari 5 dan lebih tinggi dari 9 mengindikasikan perairan
tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan
tidak layak digunakan. pH rata-rata yaitu berkisar 7,9 – 8,3 mendukung
kehidupan cacing, karena pH optimum untuk pertumbuhan Annelida yakni
antara 6 – 8. Pada pH netral atau nilai pH mendekati alkali merupakan
kondisi yang paling menguntungkan untuk Tubificidae dan Lumbriculidae
(Labbaik et al., 2018).
i. Daya Hantar Listrik (DHL)/Konduktivitas

Daya Hantar Listrik (DHL)/Konduktivitas yaitu kemampuan dari


larutan yang menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam μmho/cm,
kemampuan tersebut tergantung pada kadar zat terlarut yang mengion
didalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu. DHL diukur dengan

9
elektroda konduktometer dengan menggunakan larutan KCL sebagai
larutan baku pada suhu 250C.
D. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Kimia
a. Salinitas/Keragaman

Salinitas/Keragaman merupakan residu terlarut dalam air, apabila


semua bromida dan iodida dianggap sebagai khlorida. Pada penentuan ini
digunakan metode argentometri atau salinometri. Salinometri merupakan
cara mengukur salinitas dengan alat salinometer.

Gambar 1.3 Salinometer

Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara


mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya
berdasarkan daya hantar listrik, semakin besar salinitas semakin Besar
pula daya hantar listriknya. Cara menggunakan salinometer adalah sebagai
berikut:
1) Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan
diukur salinitasnya
2) Salinitas akan terbaca pada skalanya
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat semua garam (dalam
gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan
gram per liter. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Pola
gradien salinitas bervariasi bergantung pada musim, topografi muara,
pasang surut dan jumlah air tawar (Simbolon, 2016).
b. Klorositas
Klorositas yaitu kadar klor dalam satuan g/L yang digunakan pada
perhitungan salinitas. Perhitungannya sama dengan salinitas.

10
c. Kesadahan
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat
ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunkan
indikator Eriochrome Black T.
d. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan
asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnyadengan buffer,
alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkaliniti
adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah
analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida, borat, silikat, dan lain-lain. Alkalinitas dapat ditentukan
dengan titrasi asam-basa yaitu dengan mentitrasi sample air dengan asam-
asam kuat yaitu asam sulfat dan asam klorida.
e. Fe (Besi)
Besi adalah salah satu elemen yang selalu dapat ditemui pada hampir
semua badan air, besi yang ada didalam air dapat bersifat :

Terlarut sebagai Fe2+ dan Fe3+.

Tersuspensi sebagai kolodial (diameter < 1 μm) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.

Tergabung dengan zat organis atau padat yang inorganic (seperti
tanah liat).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar 1 mg/L,
tetapi didalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe
yang tinggi dapat menodai pakaian dan peralatan dapur. Penentuan kadar
besi di air dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan

11
dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sample. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum
beer menyatakan “absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi
dan ketebalan bahan/medium”. (Miller J.N, 2016).
f. Nitrogen; Amoniak
Nitrogen dapat ditemui hampir disetiap badan air dalam bermacam-
macam bentuk seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-. Biasanya senyawa-senyawa
nitrogen tersebut adalah senyawa terlarut.
Analisa Kjedahl merupakan analisa untuk nitrogen Kjedahl yaitu
jumlah N-organis dan N-amoniak bebas. Analisa Kjedahl pada umumnya
dilaksanakan pada sample air yang diduga mengandung zat organis seperti
air buangan penduduk, industri, dan air sungai (tidak pada air sumur dan
air PAM). Selain analisa Kjedahl nitrogen, amoniak dapat dianalisa
dengan cara Nessler, cara titriimetris dan cara elektroda khusus.
Prinsip analisa nitrogen-amoniak dapat ditentukan dengan atau tanpa
didahului oleh suatu pengolahan pendahuluan (destilasi). Bila destilasi
tidak dilakukan, maka amoniak ditentukan langsung dengan analisa
Nessler atau melalui titrasi yang akan diuraikan. Destilasi tidak dilakukan
bila sample cukup jernih, keadaan ini terdapat pada air PAM, air sungai
jernih, air sumur jernih dan efluen system pengolahan air buangan yang
jernih. Namun analisa ini tidak terlepas dari gangguan warna dan
kekeruhan yang hanya dapat dihilangkan dengan pengolahan pendahuluan
yaitu destilasi, destilasi perlu dilakukan pada sample air buangan
penduduk, air buangan industri, air sungai keruh dan air yang mengandung
warna.
Pada proses destilasi, hasil destilasi yang mengandung amoniak
ditampung oleh larutan absorben asam borat yang mengikat amoniak
tersebut. Amoniak kemudian ditentukan dengan Nessler atau melalui
titrasi dengan standard asam sulfat dan indikator campuran. Pemilihan
metoda berdasarkan perkiraan kadar amoniak dalam sample.

12
Kadar amoniak dapat pula ditentukan lebih cepat dengan
menggunakan elektroda khusus yang tidak teganggu oleh warna,
kekeruhan dan adanya kation yang mengendapt pada pH tinggi. Namun
hasil analisa dengan menggunakan elektroda khusus tersebut tidak seteliti
analisa Nessler, karena metoda ini menggunakan pereaksi yang tersusun
atas campuran senyawa K2(HgI4) dengan NaOH (Leonard 1963).
Senyawa pengompleks tersebut akan memberikan warna kuning sehingga
dapat diukur besar nilai absorbansinya. Menurut Matthew dan Miller
(1913), metode ini memiliki akurasi sebesar 0,01-0,05 mg amoniak.
g. Nitrat, Nitrit
Analisa nitrat cukup sulit,karena rumit dan peka terhadap berbagai
jenis gangguan. Namun ada beberapa cara yang tersedia antara lain:
 Analisa spektrofotometer pada panjang gelombang 220 nm
 Analisa dengan elektroda khusus (dan pH meter)
 Analisa dengan brusin untuk air dengan kadar 0,1− 2 mg NO3-N/I
 Analisa dengan kromotropik untuk air dengan kadar 0,1−5 mg NO 3-
N/I
 Analisa dengan reduksi menurut Devarda untuk air dengan kadar
NO3-N > mg/l
h. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Berdasarkan sifat fisis terdapat
fosfat terlarut, fosfat tersuspensi,dan fosfat total yaitu jumlah fosfat
terlarut dengan fosfat tersuspensi.
Jenis analisa untuk fosfat terdiri dari 4 tahapan:
 Penyaringan pendahuluan pada filter membran untuk memisahkan
fosfat terlarut dengan yang tersuspensi.
 Hidrolisa pendahuluan untuk mengubah polifosfat menjadi
ortofosfat.
 Peleburan (digesti) pendahuuan dengan asam sulfat untuk mengubah
semua polifosfat serta fosfat organis menjadi ortofosfat.

13
 Analisis ortofosfat danmenggunakan metoda asam asorbik yaitu
dengan menggunakan spektrofotometer.
Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi
metabolisme dan pembentukan protein. Fosfat merupakan zat hara yang
dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton dan
organisme laut lainnya dalam menentukan kesuburan perairan, kondisinya
tidak stabil karena mudah mengalami proses pengikisan, pelapukan dan
pengenceran. Distribusi fosfat dari daerah lepas pantai ke daerah pantai
menunjukkan konsentrasi yang semakin tinggi menuju ke arah pantai
(Hamuna et al., 2018).
Kadar nitrat dan fosfat masih mendukung kehidupan
makrozoobenthos. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
51 Tahun 2004 baku mutu kadar nitrat dan fosfat yang layak untuk
mendukung hidup hewan bentik adalah 0,008-0,015 mg/L (Devi et al.,
2018).
i. COD
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia
adalah jumlah oksigen (mg.o2) yang dibutuhkan untuk mengkosidasi zat
zat organis yang ada dalam 1 sampel air, di mana pengkosidasi K 2CR2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxygen agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat
organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam
air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2CR2O7 dalam keadaan asam yang mendidih:

CaHbOc + Cr2O7 + H+ ∆E CO2 + H2O + Cr3+

Warna Kuning Warna Hijau


Selama reaksi yang berlangsung +2 jam ini, uap direfluk dengan alat
kondensor, agar zat organis volatile tidaklenyap keluar.

14
Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mercepat
reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan
gangguan klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis
teroksidasi maka zat pengkosidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah
direfluk. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutantersebut digunakan
untukmenentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7
tersebut ditentukan melalui titrasi dengan Ferro Ammonium Sulfat (FAS),
di mana reaksi yang berlangsnung adalah sebagai berikut:
6Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6Fe2+ + 2Cr3+ + 7H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu


di saat warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa
K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan
blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
j. BOD
Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
proses mikrobiologis yang benar benar terjadi di dalam air. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
megkosidasi hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat zat
organis yang tersuspensi dalam air.
Pembentukan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri sehingga dapat dirancang
system pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penentuan
BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis.
C6HaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 nCO2 + (a/2 – 3c/2)H2O + cNH3

zat organis oksigen bakteri

Pada penetapan BOD juga digunakan zat pengoksidasi K2Cr2O7


namun sisanya dititrasi dengan tiosulfat.
E. Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sifat Biologi

15
Hampir disetiap badan air, baik air alam maupun air buangan terdapat
bakteri-bakteri. kecuali pada air tanah yang telah tersaring oleh lapisan
giologis tanah, sehingga semua bakteri pada umumnya berukuran 0,5 sampai
3 μm akan tertahan. Air yang telah disuling cukup lama atau air yang telah
melalui proses desinfeksi secara teratur, juga bebas akan bakteri yang
berbahaya.

Tes mikrobiologi adalah tes untuk mendeteksi adanya sejenis bakteri


dan sekaligus menaksir konsentrasinya. Ada tiga metoda yang tersedia yaitu :
standar plate count (SPC)< metoda dengan tabung fermentasi/metoda most
probable number dan metoda penyaringan pada membran. jenis bakteri yang
dianalisis adalah bakteri total, E. Coli (coli tinja), Coli total.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan
manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi
kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai
lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan
tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat
sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu
lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi,
dan transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan
permukaan dari pertanian dan perkotaan.
Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik
terhadap biota air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya
terhadap biota air adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada
manusia banyak penyakit yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit
kulit,dan banyak penyakit lain.
Pengolahan air dapat dilakukan dengan cara pengolahan secara fisik,
kimia dan biologi. Dan adapun untuk analisis kualitas air dapat dilakukan
analisis secara fisik, kimia dan biologi.
Penentuan kualitas air secara fisik ialah berupa suhu, warna, kekeruhan,
kejernihan, residu total, residu tersuspensi, residu terlarut, derajat keasaman,
dan konduktivitas.
Analisa kualitas air secara kimia berupa salinitas, klorosis, kesadahan,
alkalinitas, penentuan besi, nitrogen, amoniak, nitrat, nitrit, fosfat, COD dan
BOD.

17
Analisa kualitas air secara mikrobiologi yakni dengan metode Standar
Plate Count (SPC), metoda dengan tabung fermentasi atau metoda most
probable, dan metode penyaringan pada membran.

B. Saran
Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup
maka dari itu sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga
sumber air dari pencemaran karena air yang tercemar tidak layak diguanakan
hal ini akan berdampak berkurangnya sumber air bersih untuk kehidupan
sehari-hari.

18
DAFTAR PUSTAKA
Devi, K. P. A., I. G. B. S. Dharma dan I. N. G. Putra. 2018. Struktur Komunitas
Makrozoobenthos (Infauna) pada Kondisi Padang Lamun yang Berbeda Di
Kawasan Pantai Sanur, Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 2(2) :
23-28.
Guntur, G., A. T. Yanuar, S. H. J. Sari dan A. Kurniawan. (2017). Analisis
kualitas Perairan berdasarkan Metode Indeks Pencemaran di Pesisir Timur
Kota Surabaya. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. 6(1) : 81-
89.
Hamuna, B., R. H. R. Tanjung., Suwito., H. K. Maury dan Alianto. (2018). Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran berdasarkan Parameter
FisikaKimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan.
16 (1) : 35-43
Hartoto, D. I., & Mulyana, E. N. D. A. N. G. (2016). Hubungan parameter
kualitas air dengan struktur ikhtiofauna perairan darat Pulau
Siberut. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 29, 41-55.
Khaeksi, I. P., Haeruddin dan M. R. Muskananfola. 2015. Status Pencemaran
Sungai Plumbon Ditinjau dari Aspek Total Padatan Tersuspensi dan
Struktur Komunitas Makrozoobenthos. Diponegoro Journal of Maquares.
4(3) : 1-10.
Labbaik, M., I. W. Restu dan M. A. Pratiwi. 2018. Status Pencemaran
Lingkungan Sungai Badung dan Sungai Mati di Provinsi Bali Berdasarkan
Bioindikator Phylum Annelida. Journal of Marine Sciences and Aquatic.
4(2) : 304-315.
Setyowati, R. D. N. 2015. Status Kualitas Air DAS Cisanggarung, Jawa Barat.
Jurnal Teknik Lingkungan. 1(1) : 37-45.
Siburian, R., L. Simatupang dan M. Bukit. 2017. Analisis Kualitas Perairan Laut
Terhadap Aktivitas di Lingkungan Pelabuhan Waingapu- Alor Sumba
Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 23 (1) : 225-232.
Simbolon, A. R. 2016. Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI
Jakarta. Jounal Proceeding Biology Education Conference. 13(1) : 677- 682.

19
Wanna, M., Yanto, S., & Kadirman, K. (2020). Analisis Kualitas Air Dan
Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg) Dan Timbal (Pb) Pada Ikan Di Kanal
Daerah Hertasning Kota Makassar. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 3, 197-210.

20

Anda mungkin juga menyukai