Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh:
Angela Faustine Ciaves (2202612035)

Pembimbing:
dr. G.A.A. Sriyani, M. Biomed, Sp. DV

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA
DEPARTEMEN/KSM DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUD BALI MANDARA DENPASAR
2024

i
LAPORAN KASUS
KONDILOMA AKUMINATA

Angela Faustine Ciaves (2202612035)

Pembimbing:
dr. G.A.A. Sriyani, M. Biomed, Sp. DV

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA
DEPARTEMEN/KSM DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUD BALI MANDARA DENPASAR
2024

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya, laporan kasus yang berjudul “Kondiloma Akuminata”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kasus ini dibuat dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen Dermatologi dan
Venereologi RSUP Prof I.G.N.G Ngoerah Denpasar.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. dr. I.G.N. Darmaputra, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV, selaku Kepala
Departemen SMF/Bagian Dermatologi dan Venereologi FK UNUD, RSUP
Prof I.G.N.G Ngoerah, Denpasar yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk mengikuti KKM di Departemen ini;
2. Dr. dr. I.G.A.A. Elis Indira, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV, selaku
Koordinator Pendidikan Dokter Muda SMF/Bagian Dermatologi dan
Venereologi FK UNUD, RSUP Prof I.G.N.G Ngoerah, Denpasar yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk mempelajari kasus-kasus
sesuai dengan kompetensi Dokter Umum;
3. dr. G.A.A. Sriyani, M. Biomed, Sp. DV, selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan laporan
kasus ini;
4. Seluruh pihak di RS Bali Mandara yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan tugas ini sangat
diperlukan. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan kontribusi, informasi, dan
manfaat bagi pembaca

Denpasar, 2 April 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR. ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI. ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR. ..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS. ...................................................................................3
2.1 Identitas Pasien. ..........................................................................................3
2.2 Anamnesis. ..................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik. ......................................................................................5
2.4 Diagnosa Banding. ......................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang. .............................................................................6
2.6 Diagnosis Kerja. ..........................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan. .........................................................................................7
2.8 KIE. .............................................................................................................7
2.9 Prognosis. ....................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN. .......................................................................................8
BAB IV SIMPULAN. ............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................ 11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foto Lesi Regio Perineum. ...................................................................6

v
BAB I
PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata (KA) atau yang juga disebut dengan genital warts
merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual. Secara bahasa Yunani,
kondiloma mengartikan tumor bulat dan akuminata memiliki arti titik sekitar
kelamin. Kondiloma biasanya ditandai dengan adanya kelainan berupa
hiperkeratosis pada kulit dan mukosa, ditemukannya butiran keratohialin yang
kasar dan keratosit. Lesi umumnya terjadi pada daerah anogenital pada pria dan
wanita, serta daerah oral. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya
kondiloma seperti kerentanan individu, status imun dan nutrisi, faktor endogen dan
eksogen hormon, merokok, kehamilan dan koinfeksi dengan agen penular infeksi
menular seksual lainnya seperti HIV, virus herpes simpleks dan Chlamydia
trachomatis.1
Kasus kondiloma yang terjadi di Indonesia merupakan penyakit menular
seksual terbesar ke tiga dan selalu bertambah di setiap tahunnya. Prevalensi
kondiloma akuminata di Indonesia berkisar anatara 5-19%. Pada penelitian yang
dilakukan secara retrospektif di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2012-2014
menunjukan bahwa penyakit kondiloma akuminata berada pada urutan ke-2 dari
semua jenis penyakit infeksi menular seksual. Pada beberapa penelitian yang
dilakukan sebelumnya, dikatakan bahwa orang dengan status belum menikah atau
bercerai berisiko lebih tinggi 3 kali terkena kondiloma akuminata dibandingkan
orang yang menikah. Selain itu, hubungan seksual ada kaitannya dengan pekerjaan,
beberapa pekerjaan memiliki risiko terkena infeksi kondiloma akuminata lebih
tinggi.2
Kondiloma yang dikenal juga dengan kutil kelamin umumnya disebabkan oleh
virus yaitu Human Papillomavirus atau HPV. HPV merupakan virus infeksi
menular seksual yang paling sering ditemui di seluruh dunia. Terdapat lebih dari
100 jenis HPV. Jenis virus HPV yang paling sering mengenai saluran genital atau
kelamin umunnya HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Kebanyakan orang yang aktif secara
seksual paling tidak pernah terinfeksi oleh HPV sekali dalam hidupnya.
Kebanyakan infeksi HPV sembuh dengan sendirinya dan asimptomatik.2 Infeksi

1
yang bersifak simptomatik jarang terjadi dan biasanya bermanifestasi sebagai
kondiloma anogenital dan prekanker atau kanker serviks, vulva, anal atau penis.3
Kondiloma akuminata dapat terjadi pada laki-laki pada perempuan, namun
lebih sering ditemukan pada laki-laki. Lesi pada umumnya ditemukan di daerah
coronal sulcus, glans penis, batang penis, area perianal dan lebih sering terjadi pada
laki-laki yang belum melakukan sirkumsisi. Sedangkan pada perempuan, lesi
umumnya dapat ditemukan pada genitalia eksterna seperti vulvar vestibulum,
uretra, vagina dan sering juga mengenai serviks serta area peri-anal.1
Kondiloma akuminata sering kali tidak menimbulkan keluhan namun
keluhan ini biasanya disertai dengan rasa gatal dan bila terdapat infeksi sekunder
dapat menimbulkan rasa nyeri, bau yang tidak sedap serta mudah berdarah. Bentuk
klinis yang paling sering ditemukan adalah berupa lesi seperti kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bersatu menjadi
massa yang lebih besar dengan bentuk lain berupa keratotik dengan permukaan
kasar dan tebal. Lesi dapat timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotik,
soliter atau multipel. Diagnosis kondiloma akuminata didiagnosis berdasarkan
temuan klinis karena bentuknya yang khas, jika diragukan dapat menggunakan tes
asam asetat yang jika positif disebut sebagai acetowhite.4
Kasus kondiloma dapat menular melalui berganti ganti pasangan seksual,
akan lebih berisiko jika tidak menggunakan kondom. Apabila tidak dilakukan
upaya pencegahan maka probabilitas penyakit infkesius lainnya seperti HIV akan
lebih besar. KA sendiri merupakan entri point dari kasus HIV.5 Dengan demikian,
diperlukan kemampuan diagnosis hingga tatalaksana yang baik, sehingga mampu
memberikan strategi manajemen yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Berdasarkan latar belakang tersebut, laporan kasus ini akan membahas dan
menelaah lebih lanjut terkait kasus kondiloma akuminata yang di dapat dari
poliklinik RS Bali Mandara.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : NKN
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 24 Maret 2003
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Denpasar Utara
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 1 April 2024

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan di kemaluan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan inisial NKN berusia 21 tahun datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS Bali Mandara untuk kontrol mengenai keluhannya.
Awalnya pasien datang ke RS Bali Mandara pada tanggal 16 Maret 2024
dengan keluhan muncul benjolan kecil di daerah kemaluan yang disadari
sejak 3 bulan sebelum mengunjungi rumah sakit. Awalnya benjolan
dikatakan muncul bergerombol hanya di sebelah kanan kemaluan pasien,
namun lama kelamaan menyebar ke sebelah kiri. Keluhan yang dirasakan
disertai dengan rasa gatal yang bersifat hilang timbul. Rasa gatal tidak
sampai mengganggu aktivitas dan tidur pasien. Pasien mengatakan sempat
menerima terapi tutul TCA dari RS Siloam dan elektrokauterisasi di RS Bali
Mandara pada tanggal 25 Maret 2024 untuk mengangkat benjolan yang di
sebelah kanan dan mendapat obat salep berupa gentamisin krim. Saat ini
pasien mengatakan masih mengeluhkan gatal namun sudah membaik. Tidak

3
ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan benjolan pasien.
Keluhan nyeri, demam, luka menggaung, batuk, pilek, dan penurunan berat
badan disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan saat ini mampu makan dan
minum secara mandiri. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah mempunyai keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan juga
keganasan disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan dan Alergi:


Riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan disangkal
oleh pasien. Pasien sudah mendapatkan obat tutul TCA dari RS Siloam dan
menjalani elektrokauterisasi pada tanggal 25 Maret 2024 di RS Bali
Mandara untuk benjolan di sebelah kanan area kemaluannya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit kulit lainnya di lingkungan keluarga disangkal oleh
pasien. Riwayat penyakit sistemik pada keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Seksual:
Pasien memiliki orientasi seksual heteroseksual dan hanya memiliki
satu pasangan. Pasien mengatakan aktif secara seksual dengan
pasangannya, namun tidak pernah berganti-ganti pasangan. Pasien juga
mengatakan bahwa seringkali berhubungan seksual dengan pasangannya
tanpa menggunakan kondom, serta melakukan penetrasi orogenital dan
genitogenital. Riwayat seksual pada pasangan tidak diketahui, namun
pasangan juga dikatakan memiliki benjolan seperti kutil pada batang
penisnya. Riwayat terakhir kali pasien berhubungan seksual dengan
pasangannya adalah 4 bulan SMRS. Status pasien belum menikah.

4
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien mengatakan rajin
membersihkan diri dua kali sehari dan selalu mengganti pakaian, terutama
pakaian dalam. Pasien jarang mengonsumsi makanan berminyak dan
berlemak. Riwayat berganti pakaian dengan orang lain disangkal oleh
pasien. Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis; GCS E4V5M6
Tekanan Darah : 100/55 mmHg
Nadi : 95x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 20x/menit, regular, tipe torakoabdominal
Temperatur Aksila : 36,0oC
Saturasi Oksigen : 99% on RA
VAS : 0/10
Berat Badan : 46 kg
Tinggi Badan : 155 cm
BMI : 19,15 kg/m2
Status Gizi : Normal

Status General
Kepala : Normocephali, alopecia (-), formites (-)
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+)
THT : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : S1S2 normal, regular, murmur
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : Edema (-/-), hangat (+/+), CRT < 2 detik

5
Status Dermatologis
Lokasi : Regio perineum
Efloresensi : Terdapat papul verukosa sewarna kulit, multipel, berbentuk
bulat hingga geografika, berbatas tegas, ukuran 0,5 x 1 cm, permukaan
verukosa, konfigurasi berkonfluens, distribusi lokalisata; di sebelah lesi
terdapat erosi eritema soliter, bentuk bulat, berbatas tegas, diameter 0,2 cm,
permukaan lembab, distribusi lokalisata.

Gambar 2.1 Foto Lesi Regio Perineum

2.4 Diagnosa Banding


1. Kondiloma akuminata
2. Kondiloma lata
3. Veruka vulgaris

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan asam asetat 5%
2. Pemeriksaan serologis VRDL dan TPHA

6
3. Konsul VCT dan skrining HIV

2.6 Diagnosis Kerja


Kondiloma akuminata

2.7 Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
1. Terapi elektrokauterisasi

Medikamentosa
1. Gentamisin krim 2%

2.8.1 KIE
• Menjelaskan bahwa kondiloma akuminata adalah penyakit yang dapat
ditularkan melalui kontak seksual yang harus diberikan terapi secara teratur
untuk mengontrol penyakit.
• Menyarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual multi partner dan
segera memeriksakan pasangan untuk menghindari infeksi berulang.
• Edukasi mengenai penggunaan pelindung atau kondom saat berhubungan
seksual.
• Menjelaskan untuk tidak menggaruk area yang terdapat benjolan.
• Menjelaskan untuk menjaga kebersihan khususnya di sekitar bagian genital.
• Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan.
• Menjelaskan indikasi dan efek samping dari pengobatan yang diberikan.

2.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

Kondiloma akuminata atau kutil kelamin (genital warts) merupakan


penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe
6 dan 11.6 Faktor resiko utamanya meliputi onset awal aktivitas seksual, bergonta-
ganti pasangan seksual, praktik seksual beresiko tinggi, kebersihan yang buruk, dan
imunosupresi.7 Diagnosa kondiloma akuminata dapat ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada lesi. Pemeriksaan tambahan juga dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Dalam kasus ini, pasien merupakan seorang perempuan berusia 21 tahun
didiagnosa dengan kondiloma akuminata. Pasien datang dengan keluhan muncul
benjolan kecil di daerah kemaluan yang disadari sejak 3 bulan sebelum
mengunjungi rumah sakit. Awalnya benjolan dikatakan muncul bergerombol hanya
di sebelah kanan kemaluan pasien, namun lama kelamaan menyebar ke sebelah kiri.
Keluhan yang dirasakan disertai rasa gatal yang hilang timbul. Pasien mengatakan
bahwa secara aktif berhubungan seksual dengan pasangannya yang memiliki kutil
kelamin. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
baik, tanda vital dan status generalis pasien dalam batas normal. Status venereologis
menunjukkan bahwa pada regio perineum, terdapat papul verukosa sewarna kulit,
multipel, berbentuk bulat hingga geografika, berbatas tegas, ukuran 0,5 x 1 cm,
permukaan verukosa, konfigurasi berkonfluens, distribusi lokalisata; di sebelah lesi
terdapat erosi eritema soliter, bentuk bulat, berbatas tegas, diameter 0,2 cm,
permukaan lembab, distribusi lokalisata.
Pada kasus ini, pasien berusia 21 tahun. Sesuai dengan epidemiologi yang
ada, insiden kondiloma akuminata berada pada puncaknya pada populasi usia 20
hingga 39 tahun.8 Pasien juga memiliki perilaku yang berisiko, yakni melakukan
hubungan seksual dengan individu lain yang terinfeksi tanpa menggunakan
pelindung (kondom). Pada orang yang melakukan hubungan seksual tidak
terproteksi dengan orang terinfeksi, 70% kemungkin akan akan tertular.8 Pada saat
berhubungan seksual, infeksi HPV dapat terjadi melalui abrasi mikroskopik
permukaan epitel yang terjadi. Masa inkubasi kondiloma akuminata umumnya

8
berlangsung antara 2 minggu-9 bulan, namun secara umum kelainan fisik mulai
muncul 2-3 bulan setelah kontak. Gambaran klinis kondiloma akuminata sebagian
besar berupa papula bergerombol, sewarna kulit, dan terkadang bergerombol seperti
kembang kol.8 Lokasi yang paling sering terkena pada adalah sulkus coronal penis
dan preputium pada laki-laki, sedangkan pada perempuan pada labia mayora,
minora, introitus vagina, dan daerah sekitar genitalia eksterna seperti perineum.
Manifestasi perianal atau intraanal, seperti halnya mulut dan faring bergantung pada
rute praktik seksual.7 Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan asam asetat 5%, pemeriksaan serologis VDRL dan TPHA, konsultasi
VCT dan skrining HIV. Pemeriksaan serologis sifilis, VDRL dan TPH non reaktif.
Pilihan terapi pada kasus kondiloma akuminata disesuaikan dengan ukuran,
jumlah, dan lokasi lesi. Selain itu, disesuaikan pula dengan ketersediaan alat dan
obat, keinginan pasien, biaya pengobatan, dan pengalaman dokter. Adapun
beberapa modalitas terapi yang dapat dilakukan dibedakan menjadi 2 kategori,
yakni yang bisa diaplikasikan oleh penderita dan pengobatan yang diaplikasikan
oleh tenaga kesehatan. Pengobatan yang dapat diaplikasikan mandiri oleh penderita
meliputi imikuimoid, gel podofilotoksin, salep polifenon E, kalium hidroksida, dan
sidofovir topikal. Sedangkan pengobatan yang diaplikasikan tenaga kesehatan
meliputi bedah beku, bedah eksisi, laser, interferon intralesi (IFN), sidofovir
intralesim dan asam trikloroasetat (TCA).10 Pada kasus ini, pasien diberikan terapi
topikal dengan tutul asam trikloroasetat (TCA) 80% pada konsultasi awal, namun
karena tidak membaik, pasien akhirnya mendapatkan terapi elektrokauterisasi
untuk sebagian dari lesinya dan akan dilakukan evaluasi ulang untuk
eklektrokauterisasi lesi sisa. Asam trikloroasetat merupakan bahan yang mampu
berpenetrasi dengan cepat dan memiliki efek kaustik dengan menimbulkan
koagulasi dan nekrosis pada jaringan superfisial. Kelebihan TCA meliputi sangat
efektif untuk lesi yang kecil, serta absorpsi sistemiknya rendah sehingga aman
digunakan pada daerah vagina, anal, serviks serta aman untuk wanita hamil. Angka
keberhasilan terapi TCA berkisar diantara 70 hingga 80%. Terapi dengan
elektrokauterisasi memiliki kelebihan untuk lesi yang lebih besar dalam hal
efektivitas waktu. Selain itu, terapi dengan elektrokauterisasi juga dapat
menekan.risiko rekurensi jika dibandingkan dengan terapi topikal.1

9
BAB IV
KESIMPULAN

Kondiloma akuminata (KA) atau yang juga disebut dengan genital warts
merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual, yang disebabkan oleh
infeksi virus HPV tipe 6, 11, 16, 18. Faktor resiko utamanya meliputi onset awal
aktivitas seksual, bergonta-ganti pasangan seksual, praktik seksual beresiko tinggi,
kebersihan yang buruk, dan imunosupresi. Diagnosa kondiloma akuminata dapat
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik pada lesi. Pemeriksaan
tambahan juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pilihan
terapi pada kasus kondiloma akuminata disesuaikan dengan ukuran, jumlah, dan
lokasi lesi. Selain itu, disesuaikan pula dengan ketersediaan alat dan obat, keinginan
pasien, biaya pengobatan, dan pengalaman dokter. Adapun beberapa modalitas
terapi yang dapat dilakukan dibedakan menjadi 2 kategori, yakni yang bisa
diaplikasikan oleh penderita dan pengobatan yang diaplikasikan oleh tenaga
kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Jayadharma IB, Wiraguna AA. Gambaran Karakteristik Pasien Kondiloma


Akuminata Dengan Infeksi HIV/AIDS di RSUP sanglah, Denpasar,
Indonesia Tahun 2011-2015. Intisari Sains Medis. 2020 Dec 1;11(3):1308–
12. doi:10.15562/ism.v11i3.735
2. Effendi A, Purwaningrum R, Hamzah MS, Maulana A. Profil penderita
Kondiloma Akuminata di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Periode Januari 2016 sampai Desember 2019.
MAHESA : Malahayati Health Student Journal. 2021 Sept 5;1(3):237–46.
doi:10.33024/mahesa.v1i3.3947
3. Anjani DD, Silvia E, Izzudin A, Effendi A. Hubungan Pekerjaan dengan
Angka Kejadian Kondiloma Akuminata di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode 2018-2020.
Sriwijaya Journal of Medicine. 2021 Sept 3;4(2):80–4.
doi:10.32539/SJM.v4i2.103
4. Indriatmi W, Handoko RP. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Universitas Indonesia. Edisi ke-7. Jakarta, Indonesia: Fakultas Kedokteran
UI; 2016. p. 481–3.
5. Saputra N. Karakteristik Kejadian Kasus Kondiloma Akuminata di
Indonesia. Muhammadiyah Journal of Midwifery. 2020 Jun 23;1(1):25.
doi:10.24853/myjm.1.1.25-29
6. Pennycook KB, McCready TA. Kondiloma Akuminata. [Diperbarui 2023
21 Juni]. Di: StatPearls [Internet]. Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan
StatPearls; 2024 Januari-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547667/
7. Clanner-Engelshofen BM, Marsela E, Engelsberger N, Guertler A,
Schauber J, French LE, Reinholz M. Condylomata acuminata: A
retrospective analysis on clinical characteristics and treatment options.
Heliyon. 2020 Mar 11;6(3):e03547. doi: 10.1016/j.heliyon.2020.e03547.
PMID: 32190761; PMCID: PMC7068618.11

11
8. Leslie SW, Sajjad H, Kumar S. Genital Warts. [Updated 2023 May 30]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441884/
9. Ratnasari DT. Kondiloma Akuminata. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma. 2018 Maret 2;5(2):18.
10. Mery Giovani, G.A.V., Puspawati, D. & Wiraguna, A. (2018), “Terapi
kondiloma akuminata menggunakan asam trikloroasetat 80% dan kalium
hidroksida 10% pada seorang lelaki yang berhubungan seksual dengan
lelaki”, Medicina, Vol. 49 No. 3, pp. 325–330.

12

Anda mungkin juga menyukai