Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI, 2017


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh :

ST. RAMLAH ANDARIAS, S.Ked


FEBBY DAHLIA PUJICIPTA, S.Ked

Pembimbing :
DR. dr. Sitti Musafirah, Sp.KK

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinikbagian Ilmu Kesehatan Kulit


dan Kelamin)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:

Nama : ST. RAMLAH ANDARIAS, S. Ked

FEBBY DAHLIA P, S. Ked

Judul Referat : KONDILOMA AKUMINATA

Telah menyelesaikan referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Januari 2017


Pembimbing,

(DR. dr. Sitti Musafirah, Sp. KK)

1
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul
Kondiloma Akuminata ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing DR. dr. Sitti
Musafirah, Sp.KK yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang
sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara
umum dan penulis secara khususnya.

Billahi Fi Sabilill Haq Fastabiqul Khaerat


Wassalamu Alaikum WR.WB.

Makassar, Januari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING............................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3

A. Epidemiologi ..................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................. 4
C. Patogenesis ........................................................................................ 4
D. GamabarAn Klinis ............................................................................ 6
E. Kondiloma Akuminata Pada Keadaan Tertentu ................................ 9
F. Diagnosis ........................................................................................... 10
G. Diagnosis Banding ............................................................................ 12
H. Penatalaksanaan ................................................................................ 14
I. Pencegahan ....................................................................................... 20
J. Prognosis ........................................................................................... 22
K. Komplikasi ........................................................................................ 23

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

Terjadinya perubahan budaya dan kebiasaan dalam 50 tahun terakhir


mengakibatkan terjadinya epidemi penyakit menular seksual di seluruh dunia.
Contohnya adalah peningkatan infeksi virus patogen seperti Human papilloma
virusyang merupakan agen penyebab kondiloma akuminata dan kanker serviks. 1
Infeksi Human papilloma virus pada populasi risiko tinggi dilaporkan
prevalensinya meningkat dari 23% menjadi 52% dan secara umum diperkirakan
terdapat 23 milyar kasus baru Human papilloma virus setiap tahunnya.
Berdasarkan berbagai penelitian menunjukkan bahwa 50% orang dewasa seksual
aktif telah terinfeksi satu atau lebih tipe Human papilloma virus. Usia remaja dan
dewasa muda yang terinfeksi mempunyai prevalensi mendekati 25% dan risiko
memperoleh infeksi ini seumur hidup sebesar 80%.2
Kondiloma akuminata (KA) yang disebut juga dengan anogenital warts,
genital warts, atau venereal warts adalah penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) terutama virus tipe 6 dan 11.
Penyakit inimerupakan penyakit infeksi menular seksual yang paling sering
terjadi di negara berkembang.3,4,5 Infeksi ini berupa papul atau nodul pada daerah
perineum, genital, lipatan kruris, dan anus.4
Infeksi Human papilloma virus pada genital diduga subklinis sampai
70% dan tidak disadari oleh pasien tetapi terdeteksi dengan pemeriksaan klinis
lengkap, histologis, dan sitologis atau analisis molekular.5 Pada pria, predileksi
dari kondiloma akuminata yaitu pada perineneum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada
perempuan ditemukan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-
kadang pada porsio uteri.6
Sebelum tahun 1907, kondiloma akuminata dipercaya sebagai
manifestasi klinis dari sifilis atau gonore, hingga dibuktikan adanya keterlibatan
virus oleh Ciuffo melalui eksperimen cell-free transmission dengan inokulasi dan
menyuntikkan ekstrak kondiloma akuminata ke dalam kulit yang tidak terinfeksi.

1
Insiden kondiloma akuminata ini rata-rata sekitar 10 20% laki-laki dan wanita
muda usia 18 25 tahun.3,7
Prevalensi penyakit ini juga menunjukkan angka pertumbuhan yang
konstan termasuk pada wanita hamil.5 Selama kehamilan, terdapat peningkatan
prevalensi dari kondiloma akuminata pada semester pertama sampai semester
ketiga karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah.3
Pada anak-anak, kondiloma akuminata mengalami peningkatan yang
signifikan sejak tahun 1990. Peningkatan ini berbanding lurus dengan peningkatan
prevalensi kondiloma akuminata pada dewasa. Penularan secara vertikal yaitu
melalui saluran genital ibu atau transplasental dilaporkan terjadi sekitar 20% pada
anak dengan kondiloma akuminata. Ditemukannya virus HPV pada anak juga
menunjukkan adanya kekerasan seksual di bawah umur. Penyakit ini lebih sering
menyerang anak perempaun daripada anak laki-laki dengan perbandingan 3:1.7,8

2
BAB II
KONDILOMA AKUMINATA

Kondiloma akuminata juga dikenal dengan anogenital warts, genital


warts, atau venereal warts (kondiloma akuminata kelamin) adalah lesi yang terdiri
dari papul atau nodul dari epidermis dan dermis dengan permukaan verukosa,
disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan
11), terdapat di daerah perineum, genital, lipatan kruris, dan anus.4,6

A. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari infeksi human papillomavirus (HPV) terus meningkat
sejak 35 tahun terakhir dan diyakini sebanyak 20 juta penduduk Amerika
terinfeksi virus ini. Hal ini sering dikaitkan dengan dua alasan, yaitu hubungan
seksual yang pertama kali dilakukan pada usia dini dan peningkatan jumlah
pasangan seksual. Dengan demikian, hampir setengah dari penderita baru yang
terinfeksi terjadi pada dewasa muda usia 15 24 tahun. 7 Selain itu, faktor resiko
lain terjadinya infeksi virus HPV adalah adanya infeksi dari clamydia trachomatis
atau herpes simpleks virus, hubungan seks tanpa kondom, penggunaan
kontrasepsi oral, riwayat infeksi menular seksual, dan merokok. Human
Immunideficiency Virus merupakan faktor tambahan yang dapat menyebabkan
infeksi menular seksual lain, termasuk kondiloma akuminata.1,7
Distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa rasio penderita
wanita dibandingkan pria sebesar 2:1. Penderita wanita lebih banyak
dimungkinkan karena genitalia wanita lebih lembab, luas, vaskularisasibanyak,
dan permukaan mukosa lebih tipis sehingga bila ada mikroabrasi akan lebih rentan
serta memungkinkan virion pasangan seksual yang terinfeksi masuk kedalam
lapisan sel basal.2
HPV merupakan virus yang sangat menular dan termasuk infeksi
menular seksual karena 98% ditularkan terutama melalui hubungan seksual secara
oral, anal, dan genital.6,7 Penularan secara vertikal dan autoinokulasi telah
dilaporkan, meskipun jarang terjadi. Penularan vertikal dilaporkan dapat terajadi
inutero melalui cairan semen, infeksi ascending dari saluran genital ibu, atau

3
transplasental. Penularan vertikal dari HPV bukan berarti bahwa kondiloma
akuminata muncul pada saat bayi lahir atau segera setelah bayi lahir. HPV
merupakan virus laten dan dapat berada pada kulit dan membran mukosa tanpa
menyebabkan kondiloma akuminata. Kondiloma akuminata mungkin tidak
muncul selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun. 7,9 Data yang
mendukung terjadinya penularan vertikal (transplasental) dari DNA HPV adalah
kurang lebih 50% anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus HPV tipe 16 dan
18 positif virus tersebut.1

B. ETIOLOGI
Penyebab kondiloma akuminata adalah human papillomavirus (HPV),
yaitu virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. HPV merupakan
virus non-enveloped dengan DNA rantai ganda. Sampai saat ini, telah dikenal
sekitar > 180 jenis HPV dan semuanya menginfeksi sel epitel, baik pada kulit
maupun pada permukaan mukosa.10 Akan tetapi, tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kondiloma akuminatum, tersering, atau 70 100% oleh tipe 6 dan
11. Selain itu, pernah pula ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55, dan 70.6
Human papilloma virus yang menginfeksi saluran genital (30 40 jenis
dari -genus) dapat dibagi lagi berdasarkan potensi onkogeniknya. HPV yang
memiliki potensi onkogenik rendah yaitu tipe 6 dan 11 yang lebih sering dijumpai
pada kondiloma akuminata, sedangkan kurang lebih 12 tipe dengan potensi
onkogenik tinggi atau high risk HPV yaitu HPV16, -18, -31, -33, -35, -39, -45,
-51, -52, -56, -58, dan -59 yang berkaitan dengan kanker ano-genital dan
prekursor lesi neoplastik.6,10,11

C. PATOGENESIS
HPV merupakan virus DNA, tidak mempunyai envelope, termasuk
golongan papovaviridae family dan berbentuk icosahedral. Genome HPV terdiri
atas DNA double-stranded dan mengandung 6 early genes (E1, E2, E4, E5, E6,
E7), 2 late genes (L1, L2) dan noncoding region. Early genes mengkode protein
yang bertanggungjawab terhadap replikasi DNA virus, diekspresikan sebelum late
genes dan tidak termasuk partikel yang infeksius. Late genes mengkode protein

4
yang menyusun capsid virus yang membungkus virion atau partikel virus dan
bagian yang infeksius.7,12,13
HPV masuk ke kulit melalui mikroabrasi dan menginfeksi sel basal.
Siklus hidup HPV berkaitan dengan diferensiasi keratinosit baik pada fase
produktif atau non-produktif. Fase nonproduktif meliputi pembentukan genome
viral dalam jumlah sedikit sesuai dengan tingkat pembelahan sel basal. Fase
produktif mengikuti proses diferensiasi keratinosit dan virus mengalami replikasi
dalam jumlah besar, mengekspresikan late gen serta menghasilkan viral progeny.13
Protein HPV menstimulasi proliferasi sel sehingga terjadi peningkatan
jumlah sel dari lapisan basal, dan menghambat diferensiasi terminal sehingga
terbentuk hiperplasia lapisan spinosus bahkan pertumbuhan yang abnormal.
Gambaran klinis infeksi HPV tampak 3 minggu 8 bulan setelah infeksi,
sedangkan transformasi malignansi membutuhkan waktu beberapa tahun sampai 1
dekade.13

Gambar 1 : Patogenesis infeksi Human Papilloma Virus pada kondiloma


akuminata14
Pada pemeriksaan dengan metode biologi molekuler, telah diidentifikasi
bahwa HPV-6 adalah jenis HPV paling umum yang menyebabkan kondiloma

5
akuminata. Selain itu, HPV-11 juga ditemukan pada sekitar seperempat dari
penyebab kondiloma akuminata pada alat kelamin. Kedua jenis HPV ini
bertanggung jawab untuk lebih dari 90% dari Kondiloma Akuminata. 14 Selain itu,
pernah pula ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55, dan 70.6

D. GAMBARAN KLINIS
Setelah terinfeksi, HPV biasanya membutuhkan masa inkubasi sekitar 3
minggu sampai 8 bulan sebelum munculnya gejala klinis. Rata-rata, gejala klinis
mulai muncul sekitar 2 3 bulan setelah kontak. Meskipun, virus ini mampu
dorman dalam sel epitel dalam jangka waktu lama. Hal ini menyebabkan adanya
infeksi yang tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala klinis.7
Infeksi Human papilloma virus pada genital diduga subklinis sampai
70% dan tidak disadari oleh pasien tetapi terdeteksi dengan pemeriksaan klinis
lengkap, histologis, dan sitologis atau analisis molekular.5 Pada pria yang tidak
disirkumsisi, lesi biasanya ditemukan pada glans penis, sulcus coronarius,
frenulum, dan bagian dalam dari kulit, sedangkan pada pria yang disirkumsisi lesi
biasa ditemukan pada batang penis. Kondiloma akuminata dapat juga ditemukan
pada daerah meatus uretra, pubis, skrotum, pangkal paha, perineum, perianal, dan
anus. Pada wanita, lesi biasanya ditemukan pada daerah labia mayor, labia minor,
pubis, klitoris, meatus uretra, perianal, anus, vagina, daerah introitus, dan
ektoservix. Lesi dari kondiloma akuminata memiliki warna yang bervariasi mulai
dari merah muda sampai salmon red dan dari warna putih sampai putih keabuan
hingga berwarna coklat. Lesi cenderung tidak berpigmen dan sebagian besar
terlihat pada labium mayor, batang penis, pubis, pangkal paha, perineum, dan
daerah perianal.1,4
Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk
yaitu:1,4,6,16

a. Bentuk datar
Bentuk ini dapat ditemukan pada permukaan mukosa dan kutaneus.
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali

6
tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat
setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi
sangat menolong.

Gambar 2 : Kondiloma akuminata bentuk datar4


b. Bentuk papul atau keratotik
Lesi bentuk papul dengan permukaan kasar dan tebal biasanya didapati
pada daerah yang kering dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis,
vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul
dengan permukaan yang halus dan licin, soliter atau multipel dan tersebar
secara diskret.

7
Gambar 3: Kondiloma akuminata bentuk papul/ keratotik pada penis
c. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai
dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kondiloma
akuminata dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak
seperti kembang kol berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa pada
genital ekstenal termasuk penis, vulva, skrotum, perineum, dan kulit perianal.
Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus,
pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.

Gambar 4: Kondiloma akuminata dengan bentuk seperti kembang kol.


Kondiloma akuminata dapat pula disertai bentuk lain seperti erosi atau
vesikel karena disetai PMS lain atau telah terjadikomplikasi. Selain itu, lesi
biasanya multipel dan umumnya mengenai lebih dari satu tempat.2
E. KONDILOMA AKUMINATA PADA KEADAAN TERTENTU
1. Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil
Selama kehamilan, terdapat peningkatan prevalensi dari kondiloma
akuminata pada semester pertama sampai semester ketiga. Terjadinya peningkatan
kadar hormon steroid selama kehamilan menyebabkan kondiloma membesar dan
melebar.3 Selain itu, kondiloma akuminata dapat berproliferasi dengan cepat
karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah, dan kelainan ini dapat
muncul dalam bentuk klinis atau subklinis (laten).5 Penyebaran kondiloma
akuminata selama kehamilan, terutama pada leher rahim, dapat mempersulit
persalinan melalui vagina dan juga menyebabkan perdarahan sulit terkontrol.3

8
2. Kondiloma Akuminata Pada Pasien Immunikompromais
Pada pasien-pasien dengan immunokompromais dapat ditemukan
kondiloma akuminata yang berukuran besar. Keadaan ini dihubungkan dengan
kadar sel CD4 yang rendah yang berhubungan dengan sistem imunitas tubuh dan
menyebabkan manifestasi klinis dari infeksi ini menjadi tidak khas. 15 Selain itu,
tubuh penderita imunokompromais tidak mampu mendeteksi dan melawan agen
infeksius dalam tubuh, karena itu insiden kondiloma akuminata lebih tinggi,
infeksi oleh beberapa tipe virus HPV sekaligus, viral load lebih tinggi dan
cenderung resisten terhadap berbagai terapi.12

Gambar 5 : Kondiloma akuminata menutupi labia


mayora dan labia minora pada pasien HIV15

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Sebagian besar pasien hanya mengeluhkan adanya lesi tanpa keluhan
lain. Akan tetapi dapat ditemukan gejala seperti gatal, perdarahan, ataupun
dispareuni. Pasien dengan internal warts mungkin akan merasa tidak nyaman,
nyeri, berdarah, ataupun kesulitan saat berhubungan seks. Gejala-gejala ini
biasanya ditemukan pada pasien dengan lesi yang besar menyerupai
cauliflower.16,17
2. Pemeriksaan fisik
Penegakan diagnosis dari kondiloma akuminata dapat dilakukan dengan
inspeksi berdasarkan pemeriksaan fisik karena bentuknya yang khas. 6,17 Pada

9
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya lesi yang berbentuk kubah dengan
permukaan yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering. Seringkali
berkelompok dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau merah
kecoklatan. Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan kasar dan tebal,
biasanya ditemukan di atas permukaan yang kering, misalnya batang penis. Lesi
timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotik, soliter atau multipel.
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa pada genital eksternal,
termasuk penis, vulva, skrotum, perineum, dan kulit perianal. Ukuran lesi berkisar
dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kondiloma akuminata
apat bergabung menjadi massa yang besar. 1,6,16
3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kondiloma akuminta dapat dikonfirmasi dengan biopsi, yang
diindikasikan pada lesi atipikal seperti lesi berpigmentasi, indurasi, melekat ke
jaringan di bawahnya, perdarahan, ataupun ulserasi. Biopsi dapat juga
didindikasikan untuk mengetahui diagnosis pasti, lesi yang tidak berespon
terhadap terapi standar, ataupun pada penyakit yang memburuk selama terapi.
Biopsi harus dipertimbangkan dalam keadaan ini terutama jika pasien dengan
immunocompromised.17
Penggunaan tes DNA HPV untuk diagnosis anogenital warts tidak
dianjurkan, karena hasil tes tidak mengonfirmasi diagnosis dan tidak membantu
dalam penatalaksanaan dari anogenital warts.17 Pada keadaan yang sangat
meragukan, dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau mukosa
sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan asam
asetat 5% selama 3 5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang
dibungkus tadi, diperiksa dengan kaca pembesar (pembesaran 4 8 kali). Hasil tes
yang positif disebut sebagai postif acetowhite, terjadi suprabasalyang terinfeksi
HPV. Bagian sel ini mengandung banyak protein dan warna putih terjadi sebagai
akibat dari denaturasi protein. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola kapilar,
(punctuated capillary pattern) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes

10
dapat menunjukkan hasil positif namun dengan pola yang lebih difus dan tidak
beraturan.6
Pada gambaran histologis, kondiloma akuminata merupakan lesi exofilik
dan ditandai adanyahiperkeratosis dengan parakeratosis, papillomatosis, dan tanda
akantosis. Koilosit pada lapisan granular dengan gambaran khas berupa granul-
granul keratolin yang kasar.18

Gambar 6: Prominent
acanthosis, hypergranulosis, hyperkeratosis,
and elongated bulbous rete ridges.18

Gambar : Koilocytes
(keratinocytes with picnotic and hyperchromatic

11
nuclei) are frequent and there is also clumping
of keratohyalin granules.18

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Kondiloma lata
Kondiloma lata merupakan jenis sifilis stadium II. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Infeksi ini biasanya kronik
dan bersifat sistemik. Bentuk kelainan kulit dapat berbentuk roseola, papul, dan
pustul.19 Biasanya dengan permukaan rata dan ditemukan Serologi Tests for
Syphilis positif. Ditemukan spiroketa dengan mikroskop lapangan gelap.20

Gambar 8: Kondiloma lata pada anogenital dengan bentuk bulat, berwarna abu-
abu, bulat dengan bentuk papul.4

2. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris, biasanya bentuk tidak bertangkai, kering, warnanya
keabu-abuan atau sama dengan warna kulit.21 Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
virus papiloma. Virus ini tergolong virus berukuran kecil dan berinti DNA. Paling
banyak terjadi pada anak-anak. Dimana insiden pada pria dan wanita sama. Mula-
mula lesi yang muncul berupa hiperkeratosis biasa, translusen, licin, sebesar
kepala jarum pentul. Dalam beberapa minggu sampai bulan membesar, dapat
sampai sebesar kelereng, kasar, berwarna coklat tua, abu- abu atau hitam seperti

12
bertanduk. Predileksi paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki serta
telapak tangan/kaki, tapi dapat pula tumbuh di mana saja pada epidermis dan
mukosa.20

Gambar 9: Veruka vulgaris


H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, kondiloma akuminta yang tidak diobati dapat sembuh
secara spontan, tetap sama, ataupun bertambah besar dan atau bertambah banyak.
Penatalaksanaan dari kondiloma akuminata terdiri atas berbagai terapi yang
tersedia, dan kebanyakan terapi bersifat menyakitkan, mahal, umumnya tidak
bersifat bersifat kuratif sehingga rekurensi biasa terjadidan kadang dibutuhkan
terapi kombinasi. Terapi biasanya hanya dilakukan pada lesi yang tampak.
Pemilihan terapi harus berdasarkan pada lokasi lesi, ukuran, jumlah, biaya yang
dibutuhkan, dan efek samping dari terapi, serta komorbiditas dan usia pasien.
Modalitas terapi utama untuk kondiloma akuminata adalah terapi destruktif,
seperti kauterisasi, krioterapi dengan nitrogen cair, eksisi, tingtura podofilin,
podofilin resin, asam trikloroasetat (TCA), injeksi bleomisin sulfat, krim
imiquimod dan laser vaporisasi.3,5,16

13
Tabel 1: Pemilihan terapi pada kondiloma akuminata12
Cara pengobatan dari kondiloma akuminata dapat dibagi atas pengobatan
yang dilakukan oleh pasien (home patient applied treatment) dan pengobatan oleh
dokter (physician-applied treatment) yang meliputi:6
1. Kemoterapi
a. Podofilin 25%
Podofilinmerupakan obat dengan aktivitas antivirus yang
menghambat pembelahan mitosis yaitu pada tahap metafase dan
mengikat mikrotubulus sel. Obat ini akan menghambat enzim oksidasi
pada siklus asam trikarboksilase dan menghalangi nutrisi dari sel.
Menghambat transportasi akson, protein, RNA, dan sintesis DNA dan
juga menghambat aktivitas mitokondria serta mereduksi aktivitas
sitokrom oksidase.7,9
Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh oleh pasien sendiri.
Kulit disekitarnya, dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi dan
dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi
setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan
diserap dan bersifat toksik.Obat ini jangan diberikan pada wanita hamil

14
karena dapat terjadi kemaian fetus. Efek samping dari obat ini adalah
eritema lokal, nyeri tekan, rasa terbakar, erosi, dan edema. Jika
digunakan pada area yang luas, disuntikkan, atau tertelan maka dapat
menjadi toksik pada sistem saraf pusat depresi saluran napas.6,9
b. Asam triklorosetat (trichloroacic acid atau TCA) konsentrasi 80-90%
Trichloroacic Acid merupakan bahan kimia yang menimbulkan koagulasi
dan nekrosis jaringan dengan mengikis kulit dan mukosa. Obat ini jarang
menyebabkan toksis sistemik.2 Efek samping utama pada pengobatan
dengan asam adalah rasa sakit atau rasa terbakar saat penggunaan serta
kerusakan jaringan sehat dan kondiloma. Kerusakan jaringan ini dapat
diminimalisir dengan penggunaan sabun dan natrium bikarbonat segera
setelah penggunaannya. Cedera dermal dan jaringa parut jarang terjadi.
Tingkat kesembuhan yang tinggi dan morbiditas yang relatif rendah
menjadikan terapi dengan asam asetat menjadi terapi yang
direkomendasikan untuk kondiloma akuminata.7 Pemberian obat ini
dilakukan oleh dokter dengan cara dioleskan pada lesi sekali seminggu.
Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan iritasi
hingga ulkus yang dalam. Obat ini boleh diberikan pada ibu hamil.6
c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1 5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di
meatus uretra. Pemberiannya setiap hari oleh pesien sendiri sampai lesi
hilang. Pasien dianjurkan untuk tidak miksi selama 2 jam setelah
pengobatan.6
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Terapi ini melibatkan arus listrik berfrekuensi tinggi dalam bentuk koagulasi
suhupanas atau electrocauter untuk membakar dan menghancurkan lesi
kondiloma akuminata.Teknik ini cukup efisien untuk kondiloma akuminata
yang berukuran kecil pada korpus penis,rektum dan vulva. Tidak dianjurkan
pada kondiloma akuminata dengan ukuran besardikarenakan dapat membuat
jaringan parut yang permanen dan luas. Memakaianestesi lokal sebelum lesi
dihancurkan dengan kauter. Efek samping adalahnyeri, perdarahan dan
infeksi, oleh karena itu operator dianjurkan untukmemakai masker yang

15
mampu menyaring virus. Dapat dilakukan pada ibuhamil dan menyusui, serta
aman untuk tindakan intravagina atau intra-anus.7,16
3. Bedah beku (N, N2O cair) atau krioterapi
Merupakan sebuah tindakan dimana jaringan yang abnormal
dibekukandengan bahan pendingin seperti nitrogen oksida atau nitrogen cair.
Suhu yang digunakan haruslah sangat dingin agar terjadi kerusakan dermis
dan vaskuleryang permanen. Hal tersebut akan memicu respon imun tubuh
untuk melakukan perbaikan menghasilkan jaringan yang nekrosis lalu
kemudianjaringan yang rusak itu dibersihkan. Terapi ini sangat efektif untuk
kondiloma akuminata yangbanyak dengan ukuran kecil pada daerah korpus
penis atau vulva. Terapidilakukan sekali seminggu, tetapi memiliki efek
samping seperti nyerisetempat, inflamasi, hingga terbentuk jaringan parut.
Aman untuk ibu hamildan menyusui, penggunaan intravagina atau intra-anus
dapat dilakukan.7,16
4. Bedah skalpel
Bedah sklapel dilakukan dengan cara membuang kondiloma akuminata
menggunakan gunting atauskalpel, kemudian menjahit bagian yang sehat.
Merupakan cara yang palingtua untuk mengobati KA dan selama bertahun-
tahun merupakan cara palingutama yang dipercaya untuk terapi KA. Efek
samping yang timbul adalahperdarahan atau rasa nyeri. Aman bagi ibu hamil
dan menyusui, dan dapatdilakukan jika kondiloma akuminata berada di dalam
vagina atau anus.7,16
5. Laser karbondioksida
Laser karbon dioksida menggunakan cahaya infra merah yang
akanmemanaskan hingga membuat daerah yang dimaksud menjadi
menguap.Prosedur ini dapat dilakukan tanpa keluarnya darah dan jika telah
selesai makajaringan parut yang terbentuk hampir tidak ada. Efek samping
cukup ringan,terbatas pada luka bakar pada daerah di sekitar lesi. Tetapi biaya
yang dibutuhkan juga cukup besar.7,16
6. Interferon
Terapi menggunakan interferon sering digunakan untuk
mengatasimelanoma.Beberapa penelitian terbaru menyarankan penggunaan
interferonsebagai salah satu pilihan terapi pada KA. Interferon dapat
digunakan secarasistemik seperti injeksi intramuskular atau oral, atau

16
langsung disuntikkan kedalam lesi. Dosisnya 4 6 juta unit, injeksi 3 kali
seminggu selama 6 minggu secara intamuskular atau dengan dosis 1 5 juta
unit injeksi intramuskular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan
dosis 2 x 106 unit injeksi intramuskular selama 10 hari berturu-turut. 6Efek
samping dari interferon dapat berupa flu-like symptoms seperti sakitkepala,
mual, muntah, lemah seluruh tubuh dan nyeri otot.7
Terapi kondiloma akuminta yang dapat dilakukan pada wanita hamil
adalah krioterapi, elektrokauterisasi, terapi laser, dan asam trikloroasetat. Bila lesi
kecil didaerah vulva dan vagina, cukup dilakukan kuretase atau elektrokauterisasi,
sedangkan pada tumor yang besar dan lesi yang luas pengobatan pilihan ialah
laser dan krioterapi. Namun, laser CO2 dan elektrokauterisasi dapat menyebabkan
perdarahan yang berat pada 33% pasien bila dilakukan pada kehamilan, serta
dapat menimbulkan infeksi dan nekrosis jaringan yang berat. Sedangkan laser Nd
YAG yang menembus lebih dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi
sangat mahal dan tidak tersedia di setiap rumah sakit. Selain itu, penanganan
kondiloma akuminata pada wanita hamil sebaiknya dilakukan bersama bagian
obgyn dengan selalu memantau keadaan janin. Pada pasien dengan kehamilan >
34 minggu sebaiknya pengobatanditunda hingga selesainya persalinan.2,5
Penderita kondiloma akuminata dengan immunokompromais, misalnya
umumnya memiliki respons yang lemah terhadap semua modalitas terapi. Tubuh
penderita imunokompromais tidak mampu mendeteksi dan melawan agen
infeksius dalam tubuh, Karena itu insiden kondiloma akuminata lebih tinggi,
infeksi oleh beberapa tipe virus HPV sekaligus, viral load lebih tinggi dan
cenderung resisten terhadap berbagai terapi. Hal ini akan mempengaruhi
perjalanan infeksi dan hasil terapi yang diberikan. Clearance rate krim podofilox
0,5% pada penderita infeksi HIV hanya 7% dibandingkan orang sehat 45%.
Penelitian kontrol-plasebo pemakaian gel cidofovir 1% pada penderita
imunokompeten memberikan clearance rate 47% pada kelompok terapi dan 0%
pada control. Pemberian cidofovir topical 1% dikombinasikan dengan bedah
eksisi pada penderita dengan infeksi HIV memberikan clearance rate 100% dan
rekurensi 27%. Efek samping cidofovir meliputi inflamasi, erosi, rasa panas dan

17
hiperpigmentasi paska inflamasi. Pemberian krim imiquimod 5% pada penderita
infeksi memberikan clearance rate 11% pada kelompok terapi dan 6% pada
kelompok plasebo. Berbagai penelitian di atas menunjukkan bahwa terapi
imunomodulator lebih efektif daripada preparat sitotoksik maupun ablatif fisik
untuk kondiloma akuminta pada penderita imunokompromais.12,15
Banyak pengobatan yang telah dilakukan pada bayi dan anak-anak
dengan kondiloma akuminta. Terapinya dapat dibedakan menjadi terapi bedah dan
non-bedah. Akan tetapi, tidak ada terapi yang sukses secara umum dan dapat
terjadi kekambuhan. Munculnya lesi baru setelah resolusi spontan atau dengan
pengobatan pada anak yang pernah menderita kondiloma akuminta tidak selalu
menunjukkan adanya paparan baru. Pengobatan penyakit ini pada anak dapat
dilakukan dengan krioterapi, elektrokauterisasi, podophyllin, atau dengan
imiquimod. Terapi dengan imiquimod telah terbukti efektif, bahkan untuk lesi
luas, tanpa menimbulkan efek samping yang signifikan. Podophyllin juga telah
dilaporkan efektif dan aman pada anak-anak.9

Gambar : 6
a) Anak laki-laki umur 1 setengah b). Setelah 3 sesi pengobatan dengan
Tahun sebelum pengobatan po- podophyllin.9
dophyllin.9

18
Tabel 2 : Pemilihan terapi berdasarkan kondisi penderita12

I. PENCEGAHAN
Pencegahan kondiloma akuminata dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:22
1. Pasien wanita harus diberitahu tentang skrining sitologi serviks sesuai
dengan pedoman lokal/nasional. Rekomendasi di Inggris adalah bahwa
perempuan dengan kondiloma akuminata harus diskrining sesuai dengan
pedoman standar.
2. Konseling tentang PMS (Penyakit Menular Seksual) dan pencegahan
penularannya.
3. Analisis apakah kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih
kompleks dengan hasil yang beragam. Namun data terbaru menunjukkan
bahwa penggunaan kondom laki-laki dapat melindungi perempuan
terhadap penularan HPV.
Selain beberapa cara di atas, pencegahan kondiloma akuminata dapat
dilakukan dengan penggunaan vaksin Human Papilloma Virus.
1. Gardasil
Pada musim panas tahun 2006, Food and Drug Administration (FDA)
menyetujui penggunaan vaksin HPV pertama, Gardasil (HPV 4, Merck &
Co). Vaksin recombinan quadrivalen ini ditujukan untuk pengobatan
profilaksis anak perempuan dan perempuan muda yang berusia 9 sampai 26
tahun untuk pencegahan dan kelainan yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan
18 yang mengenai serviks, vulva, kanker vagina dan kondiloma akuminata.
Selain itu, HPV diindikasikan untuk pencegahan lesi prakanker atau displasia

19
yang disebabkan oleh HPV 6, 11, 16, dan 18. Gardasil memicu pembentukan
antibodi pada host untuk subtipe HPV tersebut, yang secara langsung
bertanggung jawab untuk sekitar 90 % dari kondiloma akuminata dan 70 %
dari kanker. Pemberian ardasil dilakukan dalam 3 dosis terpisah. Pada musim
gugur tahun 2009, FDA memprluas penggunaan vaksin untuk anak laki-laki
dan laki-laki muda usia 9 26 tahun.4,7
2. Cervariks
Pada musim gugur tahun 2009, FDA memperkenalkan vaksin
rekombinan kedua, bivalen HPV vaksin (HPV2, Cervariks) pada
perempuan usia 10 sampai 25 tahun. Penggunaan vaksin ini lebih efektif
dibandingkan dengan vaksin quadrivalen. Vaksin ini diindikasikan terhadap
dua jenis onkogenik HPV yaitu tipe 16 dan 18 yang berhubungan dengan
kanker serviks, intraepitelian neoplasma grade 1, dan adenokarsinoma in situ.
Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis dimana vaksin kedua diberikan setelah 1
sampai 2 bulan setelah baseline dosis dan vaksin ketiga diberikan setelah
dosis kedua.4,7

20
Tabel 3: Perbanding vaksin qudrivalent dan vaksin bivalent7
J. PROGNOSIS
Prognosis dari kondiloma akuminata baik, walaupun sering mengalami
kekambuhan. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan adalah
dengan memperbaiki faktor predisposisi seperti hygine, flour albus atau
kelembapan pada laki-laki akibat tidak disirkumsisi atau keadaan imunosupresi. 6
Tingkat kekambuhan melebihi 50% setelah 1 tahun yang dapat dikaitkan dengan
infeksi dari kontak seksual berulang, masa inkubasi yang panjang dari HPV, lokasi
virus di lapisan kulit superfisial jauh dari limfatik, kemampuan virus bertahan
dalam kulit di sekitarnya, folikel rambut, atau jaringan yang tidak memadai
dicapai oleh intervensi pengobatan yang digunakan. Kondiloma akuminata dapat
menyebabkan cacat lokal, transformasi menuju keganasan genitourinari pada laki-
laki dan perempuan, transmisi ke neonatus atau pasangan seksual.13

21
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari kondiloma akuminata dapat berupa implikasi fisik dan
psikoseksual. Kondiloma Akuminata sering dianggap sebagai dampak dari gaya
hidup seksual yang buruk sehingga dapat berdampak pada psikoseksual
seseorang. Penderita akan merasa bersalah, cemas, marah, merasa kehilangan
harga diri, dan kawatir tentang kesuburannya dan faktor resiko kanker.22
Pra - kanker vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia, yaitu VIN
(Vulva Intraepithelial Neoplasia), AIN (Anal Intraepithelial Neoplasia), dan PIN
(Penis Intraepithelial Neoplasia)) atau lesi invasif (vulva, dubur, dan kanker
penis) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma akuminata, dan salah
didiagnosa sebagai kondiloma akuminata. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi
coklat kemerahan terkait dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian dari
spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Kecurigaan klinis perubahan
neoplastik harus dipertimbangkan oleh banyaknya perdarahan banyak. Melakukan
biopsi atau rujukan spesialis yang tepat harus dipertimbangkan. Varian lain yang
jarang HPV 6/11 adalah kondiloma raksasa atau Buschke-Lowenstein tumor.
Bentuk ini merupkan suatu karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokal
yang agresif hingga ke bagian dasar. Pada keadaan ini diperlukan penanganan
lebih lanjut (spesialis bedah onkologi). Suatu laporan menunjukkan hasil yang
baik dengan kemo-radioterapi.4,22

BAB III
KESIMPULAN

Kondiloma akuminata (anogenital warts, genital warts, atau venereal


warts) adalah lesi yang terdiri dari papul atau nodul dari epidermis dan dermis
dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe

22
tertentu (terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah perineum, genital, lipatan
kruris, dan anus. Kondiloma akuminata merupakan penyakit infeksi menular
seksual yang paling sering ditemukan.
Cara penularan infeksi biasanya melalui hubungan seksual dengan orang
yang telah terinfeksi sebelumnya, atau secara vertikal yaitu penularan ke janin
atau bayi dari ibu yang telah terinfeksi sebelumnya dan risiko mengembangkan
karsinoma sel skuamosa dan penularan secara autoinokulasi.
Terapi kondilomata akuminata ditujukan untuk menghilangkan lesi yang
tampak dan mengurangi keluhan dan gejala tetapi tidak bisa mengeradikasi HPV.
Pencegahan dapat dilakukan dengan skrining dan konseling mengenai penyakit
menular seksual dan vaksinasi. Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya
baik. Oleh karena itu, faktor predisposisi perlu dicari misalnya higiene, adanya
fluor albus atau kelembaban pada pria akibat tidak sirkumsisi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ghaemmaghami F, Zainab N, Nili M. Female Genital Warts Mini-Review.


Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 2007;8:339-47.
2. Israita P, Hans L, Dwi M. Profil Penderita Baru Kondiloma Akuminata di
Divisi Penyakit Menular Seksual URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya Periode 20062008. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit &
Kelamin. Desember 2011;23(3):216-21.

23
3. Odeibat HM, NidaL AO, Ahlam AA, Ahmed AA, Fatimah K. Cryotherapy
For The Management of Genital Warts in Pregnancy: A Five-Year
Observational Study. JRMS Dec 2007; 14(3): 26-30
4. Androphy EJ, Douglas RL. Warts. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th. New York:
McGraw-Hill; 2008. p. 1914-22.
5. Yenni SW, Rahma H.Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil: Salah Satu
Modalitas Terapi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(1):47-5.
6. Indriatmi W, Ronny PH. Kondiloma Akuminata. In: Menaldi SL, Kusmarinah
B, Wresti I, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (7th ed). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2016. Hal. 481-3.
7. Yanofsky VR , Patel R V , and Goldenberg G. Genital Warts. The Journal of
Clinical and Aesthet Dermatology. 2012 Jun; 5(6): 2536.
8. Nammas IN, George S, Demetrios AS. Human papilloma virus (HPV)
infection in childrenand adolescents.Eur J Pediatr. 2009;168:267273.
9. Sharquie KE, Adil AN, Mohammed NA. Genital Warts in Infants and
Children, Re-Evaluation of Podophylline 15% as an Effective Topical
Therapy. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications.
2014;4: 259-67.
10. Groves IJ, Nicholas J. Pathogenesis of Human Papillomavirus-Associated
Mucosal Disease. J Pathol 2015;235:527538.
11. Cardoso JC, Calonje E. Cutaneous Manifestations of Human
Papillomaviruses: A Review. Acta Dermatoven APA. 2011;20(3):145-54.
12. Estri SA. The Choice of Therapy in Genital Warts. Mutiara Medika. Oktober
2007;7(2):134-42.
13. Alba A, Cararach M, Cardeira CR. The Human Papillomavirus (HPV) in
Human Pathology: Description, Pathogenesis, Oncogenic Role,
Epidemiology and Detection Techniques. The Open Dermatology Journal.
2009;3:90-102.
14. Bonnez W, Reichman RC. Papillomaviruse. In: Mendell GL. Eds Principles
and Practice of Infectious Diseases 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2005. p
1841-56.
15. Kurniati, Vella A, Dwi M, Hans L. Terapi Kombinasi TCA dan Eektrokauter
pada Kondiloma Akuminata Berulang pada Penderita AIDS. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. 1 April 2011;3(1):5-9.

24
16. Kodner CM, Soraya N. Management of Genital Warts. American Family
Physician. Des 2014;70(12):2335-42.
17. Workowski KA, Gail B. Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines. Atlanta: CDC; 2014. p. 163-9.
18. Cardoso JC, Calonje E. Cutaneus Manifestations Human Papillomaviruses: A
review. Acta Dermatoven APA. 2011;20(3):145-54.
19. Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi SL SW, Bramono K, Indriatmi W, editor.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;
2016. Hal 455-8.
20. Siregar RS. Kondiloma Akuminata. Dalam : Hartanto H. Atlas Berwarna
Saripati Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 2. Jakarta: EGC; 2005. Hal 90.
21. Hartadi, Sumaryo S. Kondiloma Akuminata. Dalam : Harahap M. Ilmu
Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates; 2000. Hal 102-3.
22. Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, Ross J. European Guideline For the
Management of Anogenital Warts. IUSTI GW Guidelines. 2011:2-11.

25

Anda mungkin juga menyukai