Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN November 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Kondiloma Akuminata

Oleh:
NADIAH FEBYANTI .H

111 2017 2094

Pembimbing Supervisor :
dr. HARFIAH, Sp.KK, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nadiah Febyanti .H

NIM : 111 2017 2094

Referat : Kondiloma Akuminata

Adalah benar telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik


berjudul Kondiloma Akuminata dan telah disetujui serta telah dibacakan
dihadapan pembimbing supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

Parepare, November 2018

Mengetahui,

Supervisor

dr. Harfiah, Sp.KK, M.Kes

i
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan .................................................................................... i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................ 2

2. 1 Definisi .......................................................................................... 2

2. 2 Epidemiologi ................................................................................. 2

2. 3 Etiologi .......................................................................................... 3

2. 4 Faktor Resiko ................................................................................ 4

2. 5 Gambaran Klinis ........................................................................... 4

2. 6 Diagnosis....................................................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................ 9

2. 8 Diagnosis Banding ........................................................................ 12

2. 9 Vaksin ........................................................................................... 14

2. 10 Prognosis ....................................................................................... 17

BAB III Kesimpulan ................................................................................... 18

Daftar Pustaka ............................................................................................. 19

Lampiran ..................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata atau biasa disebut kutil kelamin merupakan penyakit

yang tergolong kedalam kelompok infeksi menular seksual (IMS). Kondiloma

akuminata ialah lesi bebentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa yang

disebabkan oleh human papilomavirus (HPV) tipe 6 dan 11 yang penularannya

90% melalui hubungan seksual. Frekuensi tertinggi infeksi terjadi pada kelompok

dewasa usia 18-28 tahun dan dapat pula terjadi pada wanita hamil. Frekuensi

infeksi terhadap laki-laki dan perempuan sama besarnya.1,3

Diagnosis dari Kondiloma Akuminata dapat dtegakkan dari anamnesis,

pemeriksaan fisis dan atau dengan pemeriksaan penunjang agar lebih

memudahkan dalam menunjang diagnosis. Kondiloma akuminata seingkali tidak

menimbulkan keluhan, namun dapat disertai gatal terutama didaerah lipatan yang

lembab, misalnya didaerah genitalia. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat

menimbulkan rasa nyeri dan bau kurang enak.1,8

Pemilihan pengobatan pada kondiloma akuminata berdasarkan keadaan lesi,

yaitu jumlah, ukuran, bentuk, serta lokasi. Pengobatan yang diberikan dapat

berupa topikal hingga pembedahan. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang

Kondiloma Akuminata dimulai dari definisi hingga prognosis.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi

Kondiloma akuminata atau kutil kelamin (venereal warts) ialah lesi

berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human

papilomavirus (HPV). Lebih dari 100 jenis HPV telah ditemukan, tetapi strain 6

dan 11 yang ditemukan menyebabkan sekitar 90% dari kondiloma akuminatum,

dan umumnya terkait dengan transmisi seksual. Lesi paling sering terjadi pada

membran mukosa dari daerah anogenital (terdapat di daerah kelamin dan atau

anus), tetapi juga dapat terjadi pada konjungtiva dan mukosa mulut.1,2

2. 2 Epidemiologi

Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS), karena

98% penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui

barang (fomites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan

perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit

langsung.1

Prevalensi infeksi HPV dalam bentuk kondiloma akuminata sekitar 1%

pada orang dewasa aktif secara seksual. Sekitar 15% dari kelompok yang

terinfeksi mengalami infeksi subklinis atau laten dan setidaknya 80% sudah

terinfeksi dengan satu atau lebih jenis HPV genital. Tingkat tertinggi frekuensi

infeksi terjadi pada kelompok dewasa usia 18 – 28 tahun. Selama 20 tahun

terakhir prevalensi penyakit ini menunjukkan angka pertumbuhan yang konstan

termasuk pada wanita hamil.3

2
Insidensi kondiloma akuminata di Amerika Serikat sebanyak 1%.

Kondiloma diyakini sebagai penyakit menular seksual yang paling umum.

Prevalensinya telah dilaporkan melebihi 50%. Prevalensi dan resiko tertinggi

terdapat pada dewasa muda usia dekade ketiga dan pada remaja.

Prevalensi Internasional dilaporkan bervariasi. Data yang tersedia dari

Inggris, Panama, Italia, Belanda dan negara maju serta negara berkembang

lainnya melaporkan infeksi HPV sama umumnya dengan prevalensi infeksi HPV

di Amerika Serikat.4

2. 3 Etiologi

Papillomavirus adalah virus DNA rantai ganda dari kelas papovavirus, yang

menginfeksi sebagian besar spesies vertebrata. Papilomavirus menginfeksi epitel

skuamosa kulit dan selaput lendir. HPV biasanya dikelompokkan berdasarkan

hubungan patologi nya dan spesifitas jaringan baik pada kulit maupun mukosa.

Terdapat 23 HPV yang berkaitan dengan mukosa dapat di sub kelompokkan

berdasarkan transformasi malignansinya.5

Penyebab kondiloma akuminata adalah human papilomavirus (HPV), yaitu

virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah

dikenal sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan

kondiloma akuminata, tersering, atau 70-100% oleh tipe 6 dan 11. Selain itu

pernah pula ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55 dan 70. HPV tipe 6 dan

11 bukan merupakan prekursor kanker, lebih sering dijmpai pada kondiloma

akuminata dan neoplasma intraepitelial serviks derajat ringan. HPV tipe 16 dan

3
18 merupakan prekursor kanker, diantaranya kanker anus dan paling sering

dijumpai pada kanker serviks.1,6,7

2. 4 Faktor Resiko

Faktor risiko yang terkait dengan infeksi HPV termasuk hubungan seks

dengan pasangan yang terinfeksi, melakukan hubungan seksual pertama pada

usia dini, memiliki banyak pasangan seksual, riwayat infeksi menular seksual,

merokok, dan kurangnya penggunaan kondom. Mayoritas pasien yang pasangan

seksualnya memiliki kondiloma akan terinfeksi kondiloma dalam waktu 3 bulan.6

Pada penderita yang telah terinfeksi human immunodeficiency virus terjadi

peningkatan kejadian kondiloma akuminata dan dapat menyebabkan infeksi ganda

terutama pada mereka yang telah mengalami imunosupresi. Infeksi HIV selain

menyebabkan imunosupresi, diduga juga dapat memengaruhi transkipsi virus

HPV tersebut secara langsung.7

2. 5 Gambaran Klinis

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di

daerah genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum dan

sekitar anus, sulkus koronarius, glands penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan

pangkal penis. Pada perempuan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina,

kadang-kadang pada porsio uteri. Dengan semakin banyaknya kejadian hubungan

seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan kondiloma akuminata di

daerah anus dan sekitarnya.1

4
Gambar 1. Multipel kondiloma pada labia minor, labia mayor, dan

fourchette.8

Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada

laki-laki yang tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat membesar

dan bertambah banyak. Selain itu, kondisi imunitas yang menurun, misalnya pada

orang yang terinfeksi HIV atau mengalami transplantasi organ tubuh, juga akan

menambah cepat pertumbuhan kondiloma akuminata. Dalam keadaan hamil, akan

menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh dengan berakhirnya kehamilan.

Kondiloma akuminata dapat berkembang selama kehamilan karena

perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah. Transmisi HPV dari ibu ke bayi

jarang terjadi, namun dapat menyebabkan terjadinya respiratory papillomatosis

yang dapat mengakibatkan kematian atau morbiditas seumur hidup pada anak.

Selain itu, infeksi HPV pada trofoblas ekstravili dapat menginduksi kematian sel

dan mengurangi invasi plasenta ke dinding rahim sehingga menyebabkan

disfungsi plasenta dan secara spontan dapat menyebabkan kelahiran prematur.3

5
Gambar 2. Kondiloma perianal multipel pada bayi yang terinfeksi melalui

persalinan pervaginam. Dimana ibu bayi tidak menyadari terinfeksi, tetapi pada

pemeriksaan ditemukan kondiloma yang kecil.8

Pasien paling sering datang dengan lesi verukosa, disebut sebagai

kondiloma, di lokasi perianal dan intra-anal. Lesi ini cenderung relatif

asimtomatik, dan pasien biasanya berobat karena mereka merasakan pertumbuhan

di daerah perianal yang mungkin terkait dengan kelembaban yang berlebihan di

daerah tersebut dan kadang-kadang berbau busuk. Salah satu varian yang tidak

biasa dari kondiloma adalah tumor Buschke-Lowenstein, yang menggambarkan

kondiloma akuminata perianal raksasa. Meskipun dalam gambaran klinisnya,

lebih sering dikaitkan dengan subtipe HPV risiko rendah tipe 6 dan 11.9

Kondiloma akuminata seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat

disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa nyeri,

bau kurang enak, dan mudah berdarah.1

6
Gambar 3. Tumor Buschke-Lowenstein perianal.10

Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol,

berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari

beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung

menjadi massa yang besar. Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan

kasar dan tebal, biasanya ditemukan di atas permukaan yang kering, misalnya

batang penis. Lesi timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotik, soliter

atau multipel. Lesi berbentuk kubah dengan permukaan yang rata dapat

ditemukan di tempat yang kering, sama halnya dengan lesi keratotik. Seringkali

berkelompok dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau merah-

kecokelatan.1 Lesi didaerah anus umumnya berupa lesi seperti bunga kol,

membentuk vegetasi berwarna merah muda pada anus serta kulit perianal.7

7
Gambar 4. Kondiloma akuminata pada penis.8

Lesi besar kadang-kadang bergabung membentuk massa polipoid bertangkai

dan kemudian menjadi hipertrofik serta dengan keratinisasi pada permukaannya.

Penderita kondiloma akuminata jarang disertai gejala subjektif. Apabila

terdapat keluhan, penderita kondiloma akuminata didaerah anus biasanya

mengeluh pruritus ani, bengkak, perdarahan terutama saat buang air besar, nyeri,

atau lecet yang sulit sembuh disekitar anus.7

Gambar 5. Tampak vegetasi multipel sewarna kulit dengan permukaan

verukosa di daerah perianal.7

2. 6 Diagnosis

Kondiloma akuminata terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya

yang khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi

8
dan kulit atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi

dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka,

seluruh area yang dibungkus tadi diperiksa dengan kaca pembesar (pembesaran 4-

8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai positif acetowhite, terjadi warna

putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian

sel ini mengandung banyak protein, dan warna putih terjadi sebagai akibat

denaturasi protein. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola kapilar (punctuated

capillary pattern) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat

menunjukkan hasil positif namun dengan pola yang lebih difus dan tidak

beraturan.1 Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pada

histopatologi ditemukan gambaran mikroskopis berupa penebalan stratum

korneum minimal, papilomatosis dan akantosis, serta gambaran yang karakteristik

yaitu terdapat sel epitel yang menunjukkan vakuolisasi perinuklear.7 Pap smear

atau biopsi jaringan dapat memberikan konfirmasi histopatologi dari diagnosis.

Biopsi dianjurkan untuk menyingkirkan keganasan pada lesi yang mencurigakan,

seperti kondiloma yang besar atau tumbuh dengan cepat; lesi berpigmen, atipikal,

berdarah, atau lesi yang mengalami ulserasi; lesi akibat bekas kegagalan

pengobatan sebelumnya; lesi kambuh; lesi acetowhite; atau lesi pada pasien

immunocompromised. Meskipun mahal dan tidak direkomendasikan, identifikasi

HPV melalui pengujian DNA dapat dilakukan.6

2. 7 Penatalaksanaan

Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran dan bentuk,

serta lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh

9
pasien (home-patient-applied treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-

applied treatment).

1. Kemoterapi

a. Tinktura podofilin 25%

Kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi,

dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat

diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0.3 cc

karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala intoksikasi berupa

mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang

disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang

disertai trombositopenia dan leukopenia. Obat ini jangan diberikan

pada wanita hamil karena dapat terjadi kematian fetus. Pengobatan ini

memiliki hasil yang baik pada lesi yang bar, tetapi kurang baik pada

lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.

b. Asam triklorasetat (trichloroacetic acid atau TCA) konsentrasi 80-

90%

Pengobatan dilakukan setiap minggu. Pemberian harus berhati-hati

karena daapt menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam. Boleh

diberikan pada ibu hamil.

c. 5-fluorourasil

Konsentrasi antar 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di

meatus uretra. Pemberian setiap hari oleh pasien sendiri sampai lesi

10
hilang. Pasien dianjurkan untuk tidak buang air kecil selama 2 jam

setelah pengobatan.

2. Bedah listrik (elektrkauterisasi)

3. Bedah beku (N2, N2O cair)

4. Bedah skalpel

5. Laser karbodioksida

Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila

dibandingkan elektrokauterisasi.

6. Interferon

Dapat diberikan dalam bentuk suntikan ( intramuskular atau intralesi) dan

topikal (krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara

intramuskular 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU

injeksi intramuskular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan

dosis 2x106 unit injeksi intramuskular selama 10 hari berturut-turut.

7. Imunoterapi

Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan

dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.1

11
2. 8 Diagnosis Banding

1. Benign penile pearly papules

Gambar 6. Penile papules11

Merupakan keadaan yang normal dijumpai pada 20% laki-laki muda,

muncul pada masa pubertas, lebih sering dijumpai terutama mengitari

sulkus koronarius. Keadaan ini tidak perlu diobati.1

2. Veruka vulgaris

Gambar 7. Veruka vulgaris5

Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau

sama dengan warna kulit.1

12
3. Kondiloma lata

Gambar 8. Kondiloma lata12

Merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, berupa plakat yang

erosif dan basah, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum.1

4. Karsinoma sel skuamosa

Vegetasi berbentuk seperti kembang kol, mudah berdarah, dan

berbau.1

5. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant

condylomata)

Gambar 9. Buschke-Lowenstein tumor13

Dianggap sebagai lesi neoplastik yang bersifat invasif lokal, biasanya

dihubungkan dengan HPV tipe 16.1

13
2. 9 Vaksin

Saat ini terdapat dua jenis vaksin yang sudah memenuhi syarat dari WHO :

− Vaksin Bivalent (Cervarix). Memproteksi dari HPV tipe 16 dan 18 yang

lebih banyak menyebabkan kanker serviks.

− Vaksi Quadrivalent (Gardasil). Memproteksi dari HPV tipe 16 dan 18, dan

juga berespon untuk HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.14

Vaksin HPV mulai disetujui pada tahun 2014. Vaksin HPV 9-valent

(Gardasil 9 [9vHPV]) adalah satu-satunya vaksin yang tersedia di Amerika

Serikat yang terbukti mengurangi risiko kanker tertentu dan lesi prakanker pada

pria dan wanita berusia 9-45 tahun. Vaksin 9vHPV mencakup subtipe HPV 6, 11,

16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Anak-anak dan remaja berusia 15 tahun

membutuhkan dua dosis vaksin 9vHPV. Jadwal untuk remaja yang lebih tua dan

dewasa muda berusia 15-45 tahun adalah tiga suntikan dalam 6 bulan.

Vaksin Gardasil 88% efektif dalam mencegah gabungan dari infeksi

persisten, kutil kelamin, lesi prakanker vulva dan vagina, lesi prakanker serviks,

dan kanker serviks yang terkait dengan tipe HPV yang dicakup oleh vaksin.

Efektivitas Gardasil pada pria berusia 27-45 tahun lebih efektif daripada

wanita, serta dari data didapatkan pada pria yang lebih muda (berusia 16-26

tahun) dan data imunogenisitas dari uji klinis di mana 150 pria berusia 27-45

tahun.

14
Gardasil diindikasikan untuk pencegahan penyakit neoplastik berikut pada

wanita:

− Kanker serviks, vulva, vagina, dan dubur yang disebabkan oleh HPV tipe

16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.

− Kutil kelamin (condyloma acuminata) disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11

Gardasil diindikasikan untuk pencegahan lesi prakanker atau displastik

berikut pada wanita :

− Serviks intraepitelial neoplasia grade 2/3 dan adenokarsinoma servikal in

situ

− Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) grade 1

− Vulva intraepithelial neoplasia (VIN) tingkat 2 dan 3

− Vaginal intraepithelial neoplasia (VaIN) tingkat 2 dan 3

− Neoplasia intraepitel anal (AIN) tingkat 1, 2, dan 3

Gardasil diindikasikan untuk pencegahan penyakit neoplastik berikut pada

laki-laki :

− Kanker dubur yang disebabkan oleh HPV tipe 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.

− Kutil kelamin (condyloma acuminata) disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11

Gardasil juga diindikasikan untuk pencegahan neoplasia intraepitel anal

(AIN) tingkat 1, 2, dan 3 pada laki-laki.

Vaksin paling efektif bila diberikan sebelum onset aktivitas seksual.

Dampaknya pada kejadian kanker serviks tidak dapat diamati selama bertahun-

tahun. Efektivitas akan tergantung pada durasi kekebalan dan akan dioptimalkan

dengan mencapai cakupan maksimum dari populasi target. Vaksinasi terhadap

15
jenis HPV tertentu paling efektif dalam mencegah infeksi dari virus ini pada

individu yang belum pernah terinfeksi jenis ini.

Vaksinasi catch-up direkomendasikan pada anak-anak dan orang dewasa

yang sebelumnya tidak divaksinasi.

Sebuah laporan dari CDC mengindikasikan bahwa serapan vaksin HPV di

kalangan remaja terus meningkat. Pada 2017, rata-rata 65,5% remaja berusia 13-

17 tahun telah menerima setidaknya 1 vaksinasi HPV, meningkat 5,1%

dibandingkan dengan 2016. Selain itu, 48,6% telah menerima rejimen vaksinasi

lengkap yang sesuai untuk usia mereka, peningkatan 5,2% dibandingkan dengan

2016. Seperti pada tahun 2016, cakupan vaksinasi HPV lebih rendah di kalangan

remaja yang tinggal di daerah statistik nonmetropolitan (59,3%) daripada di antara

mereka yang tinggal di kota-kota utama daerah statistik nonmetropolitan

(70,1%).15

16
Tabel 1. Karakteristik vaksin HPV14

2. 10 Prognosis

Walaupun sering mengalami residif, prognosis nya baik. Diperlukan adanya

perbaikan faktor predisposisi misalnya higiene, fluor albus, atau kelembaban pada

laki-laki akibat tidak disirkumsisi, atau keadaan imunosupresi.1

17
BABIII

KESIMPULAN

Kondiloma akuminata atau biasa disebut kutil kelamin merupakan penyakit

yang tergolong kedalam kelompok infeksi menular seksual (IMS) yang

disebabkan oleh human papilomavirus (HPV) tipe 6 dan 11. Pasien paling sering

datang dengan lesi verukosa, di lokasi perianal dan intra-anal dan pasien biasanya

berobat karena mereka merasakan pertumbuhan di daerah perianal yang mungkin

terkait dengan kelembaban yang berlebihan di daerah tersebut dan kadang-kadang

berbau busuk. Lesi ini cenderung relatif asimtomatik, namun dapat disertai rasa

gatal dan nyeri bila terdapat infeksi sekunder.1,9

Adapun penyakit yang memiliki gejala ataupun lesi yang menyerupai

dengan kondiloma akuminata dapat dikategorikan sebagai diagnosis banding.

Penyakit-penyakit tersebut ialah benign penile pearly papules, veruka vulgaris,

kondiloma lata, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma verukosa (Buschke-

Lowenstein tumor atau giant condylomata). Untuk membedakan penyakit-

penyakit tersebut diperlukanlah anamnesis, pemeriksaan fisis maupun

pemeriksaan penunjang dengan seksama.1

Pada kondiloma akuminata dapat diberikan pencegahanberupa vaksin dan

pengobatan berupa kemoterapi (Tinktura podofilin 25%, atau Asam triklorasetat

(trichloroacetic acid atau TCA) dengan konsentrasi 80-90%, atau 5-fluorourasil

krim), interferon, elektrokauterisasi, hingga imunoterapi. Selain itu, konseling

pasien mengenai pencegahan serta skrining dan pengobatan pasangan seksual

harus menjadi bagian dari rencana manajemen yang komprehensif.1,6,14

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Indriatmi W, Handoko RP. Kondiloma Akuminatum. Dalam : Djuanda A.

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2015. Edisi 7. Jakarta : FK-UI. Halaman

481-83.

2. Hsu T, Nahmias ZP, et al. Extragenital Condyloma Acuminatum in the Left

Axillary Vault. JAAD Case Reports 2018;4:947-9.

3. Yenny SW, Hidayah R. Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil: Salah

Satu Modalitas Terapi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(1). Halaman 49.

4. Ghadishah D. Condyloma Acuminatum (Genital Warts). 2018. Medscape. P.

2.

5. Wolff K, Johnson R. Human Papillomavirus Infections in Fitzpatrick’s

Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 2009. 6th edition. New

York : McGraw-Hill Medicine. P. 788.

6. Long MC. Condylomata Acuminata in Conn’s Current Therapy. 2018.

Philadelphia : Elsevier. P. 908

7. Achdiat PA, Djajakusumah TS, et al. Kondiloma Akuminata di Daerah Anus

yang Disebabkan oleh Infeksi Human Papiloma Virus Tipe 6, 11, dan 16

pada Seorang Laki Suka Laki dengan HIV Positif. Global Medical and

Health Communication, Vol 1 No 1, Februari 2013. Halaman 19.

8. Androphy EJ, Lowy DR. Warts in Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 2012. 8th edition. New York: McGraw-Hill Medicine. P. 1919.

19
9. Lee PK, Wilkins KB. Condyloma and Other Infections Including Human

Immunodeficiency Virus in Surgical Clinics of North America. 2010.

Volume 90. Issue 1. Philadelphia : Elsevier. P. 104-05.

10. Balik E, Eren T, Bgugra D. A Surgical Approach to Anogenital Buschke

Loewenstein Tumours (Giant Condyloma Acuminata). Acta Chir Belg,

2009, 109, 612-616.

11. Brown CW. Pearly Penile Papules. 2018. Medscape. P. 3-4.

12. Tayal S, Shaban F, et al. A Case of Syphilitic Anal Condylomata Lata

Mimicking Malignancy. 2015. International Journal of Surgery Case Reports

17 (2015) 69–71.

13. Aggarwal P, Aggarwal1 G. Buschke–Lowenstein Tumor of the Inguinal

Region: A Rare Entity in a Rarer Location. Onc Gas Hep Rep 2015;4:107-9.

14. World Health Organization. HPV Vaccines in Guide to Introducing HPV

Vaccine into National Immunization Programmes. 2016. P. 4-5.

15. Gearhart PA. Human Papillomavirus (HPV) Treatment & Management.

2018. Medscape. P. 1-2

20

Anda mungkin juga menyukai