Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

MOLUSKUM KONTANGIOSUM

Disusun Oleh:

Rahmat Dwi Cahyo

201670028

Pendamping :

dr.Levina B Sesa

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PAPUA

JUNI 2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Lengkap Mahasiswa : Rahmat Dwi Cahyo

Nomor Induk Mahasiswa : 201670028

Jurusan : Program Pendidikan Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Papua

Bagian Pendidikan : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Judul Referat Kedokteran : Moluskum Kontangiosum

Diajukan pada :

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal……………………………………

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

dr. Levina B. Sesa

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ 3

BAB I ................................................................................................................................................... 4

1.1. Latar belakang ........................................................................................................................ 4

1.2. Tujuan ..................................................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................................... 5

2.1 Definisi ..................................................................................................................................... 5

2.2 Etiologi ...................................................................................................................................... 5

2.3 Epidemiologi ............................................................................................................................. 6

2.4 Klasifikasi ................................................................................................................................. 8

2.5. Patofisiologi ............................................................................................................................ 11

2.6 Diagnosis Klinis ........................................................................................................................ 14

2.7 Diagnosis Banding ................................................................................................................... 17

2.9 Tatalaksana ............................................................................................................................. 21

2.10 Komplikasi ............................................................................................................................. 22

2.11. Prognosis .............................................................................................................................. 23

BAB III ................................................................................................................................................... 25

KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 25

DAFTAR REFERENSI .............................................................................................................................. 26

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum


Contagiosum Virus (MCV); kelompok Pox virus dari genus Molluscipox virus. Molluscum
contagiosum virus (MCV) merupakan virus double stranded DNA, berbentuk lonjong dengan
ukuran 230 x 330 nm. Terdapat 4 subtipe utama Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu
MCV I, MCV II, MCV III, dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan gejala klinis
serupa berupa lesi papul miliar yang terbatas pada kulit dan membran mukosa.1,2 MCV I
diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga subtipe lain. Sekitar 96,6% infeksi
moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV I. Akan tetapi pada pasien dengan penurunan
status imun didapatkan prevalensi MCV II sebesar 60%. Molluscum contagiosum virus (MCV)
merupakan imunogen yang lemah. Sekitar sepertiga pasien tidak memproduksi antibodi terhadap
MCV, sehingga seringkali didapatkan serangan berulang.1,2,3

Pada infeksi moluskum kontagiosum, secara klinis ditemukan papul (berisi massa yang
mengandung badan moluskum) berukuran miliar, kadang lentikular, berwarna putih seperti lilin,
bentuk kubah yang tengahnya terdapat lekukan (delle), jika ditekan akan keluar massa yang putih
seperti nasi. Lokasi penyakit pada anak adalah muka, badan, dan ekstremitas. Kadang dapat
terjadi infeksi sekunder sehingga timbul supurasi. Pada pemeriksaan histopatologi di daerah
epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus. 3

Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%,


dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.Moluskum kontagiosum bersifat endemis
pada komunitas padat penduduk, higiene buruk dan daerah miskin. Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi.
Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan secara
tidak langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur, alat
pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.

1.2. Tujuan

4
a. Untuk mengetahui Etiologi Moluskum kontagiosum serta mengenali gejala dan tanda
khas pada Moluskum Kontangiosum.
b. Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis Moluskum kontagiosum dan bagaimana
pemberian terapinya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Moluskum kontagiosum adalah penyakit disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul
berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat lekukan (de//e/umbilikasi), berisi
massa yang mengandung badan moluskum. Pada individu sehat dapat sembuh spontan atau
swasima setelah beberapa bulan. Namun, kadang menetap sampai 2 bulan atau lebih. Meskipun
sesungguhnya tidak diperlukan terapi, tetapi terapi dengan intervensi dapat mengurangi
kemungkinan terjadi autoinokulasi dan memutus rantai penularan. Berbagai jenis terapi topikal
telah digunakan, termasuk radiasi dan tindakan bedah kulit. Sebagian terapi meninggalkan bekas
hiperpigmentasi pasca inflamasi.1,2,3

Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%,


dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.Moluskum kontagiosum bersifat endemis
pada komunitas padat penduduk, higiene buruk dan daerah miskin. Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi.
Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan secara
tidak langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur, alat
pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.

2.2. Etiologi

Penyebab dari moluskum kontangiosum merupakan anggota dari kelompok pox-virus yang tidak
digolongan yaitu Virus Moluskum Kontangiosum. Virus ini belum dapat ditularkan kepada
hewan dan belum dapat ditumbuhkan pada biakan jaringan. Virus ini telah dipelajari pada
manusia dengan mikroskop elektron. Virus murni berbentuk lonjong atau berbentuk bentuk bata
dan berukuran 230 x 330 nm, virus ini menyerupai vaksinia. Antibodi terhadap virus ini tidak
bereaksi silang dengan pox virus lainnya.1,2

Meskipun virus moluskum kontangiosum belum dapat dibiakkan secara berturut-turut


dalam biakan sel, virus ini dapat menginfeksi sel manusia dan primata yang akan mengakibatkan
suatu infeksi yang abortif.2

6
Terjadi pelepasan selubung dan dihasilkan inti, yang diikuti efek sitopatik sementara
yang khas. Perubahan seluler yang terjadi dapat disangka ditimbulkan oleh HSV (herpes
simpleks virus), karena itu bahan isolat yang dicurigai mengandung HSV harus diidentifikasi
secara khusus dengan metode imunologi. Pada tahun 1985, pada penelitian terhadap 137 bahan
yang dibiakkan untuk HSV dengan menggunakan sel fibroblas manusia, 49 mengandung HSV, 6
lainnya menunjukkan efek sitopatik tetapi negatif untuk antigen HSV. Mikroskop elektron
memastikan adanya virus moluskum kontangiosum pada bahan yang bersifat HSV negatif tetapi
berefek sitopatik positif tersebut.

2.3. Epidemiologi

Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa.
Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika pada orang dewasa
digolongan dalam Penyakit akibat hubungan Hubungan Seksual (P.H.S.) yang ditularkan melalui
kontak membran mukosa. Kejadian moluskum kontangiosum sebagai penyakit yang ditularkan
secara seksual pada orang muda kini meningkat. Hal ini juga terlihat pada penderita AIDS.

Insiden moluskum kontagiosum naik pada tahun 1960-1980 di Amerika Serikat. Dalam
sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1984 di Klinik urologi Amerika Utara, Margolis
dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan1 kasus moluskum kontagiosum
terjadi untuk setiap 42-60 kasus infeksi gonore.

Tingkat prevalensi dalam populasi terinfeksi HIV dilaporkan 5-18%. Pada pasien yang
terinfeksi HIV dan yang memiliki jumlah CD4+ kurang dari 100 sel / uL, prevalensi moluskum
kontagiosum dilaporkan setinggi 33%.4,5

2.4. Patogenesis

Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontak kulit langsung dengan individu yang
terinfeksi. Waktu inkubasi rata-rata adalah antara 2 dan 7 minggu dengan kisaran hingga 6
bulan. Infeksi virus menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi epidermis. Inti virus bebas telah
ditemukan di semua lapisan epidermis. Badan moluskum mengandung sejumlah besar virion
yang matang. Ini terkandung secara intraseluler dalam struktur seperti kantung yang kaya
kolagen-lipid yang dianggap menghalangi pengenalan imunologis oleh inang. Pecah dan

7
keluarnya sel-sel yang mengandung virus menular terjadi di tengah lesi. MCV menginduksi
tumor jinak alih-alih lesi cacar nekrotik biasa yang terkait dengan poxvirus lainnya.
Saat kontak pertama terjadi virus akan mengenai pada lapisan basal, dimana inkubasi
2-7 minggu dan akan replikasi kemudian bertahan bisa sampai lebih dari 6 bulan. MCV
bereplikasi dalam sitoplasma dari sel epitel dan menyerang epitel kemudian sel epitel yang
terinfeksi akan mengalami pembesaran (hiperplasi dan hipertropi). Pusat replikasi virus
ditemukan pada lapisan sel granuler dan malpigi. Badan molluscum yang berisi virion
dewasa dalam jumlah yang besar. Virion ini berisi struktur seperti kantung yang kaya akan
lipid dan kolagen yang diketahui dapat menghalangi reaksi imunologis oleh induk.

2.5 Penegakkan Diagnosa


2.5.1 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
pada pemeriksaan anamnesis yang perlu diatanayakan saat melakukan terkait
penyakitnya yaitu awal mula gejala yang menjadi keluhan utama penderita. Secara teori masa
inkubasinya yaitu 14 hari ke 6 bulan. Selain itu yang perlu ditanyakan adalah apakah gejala
tersebut disertai batuk atau demam. Selanjutnya adalah yang paling penting pada moluskum
yaitu apakah terdapat orang dengan penyakut yang sama pada lingkungan rumahnya, karena
penularan atau infeksi dari moluskum kontangiosum dapat terjadi melalui kontak dari kulit
penderita kepada kulit orang sehat atau bila ada penggunaan pakaian yang sama. Pada orang
dewasa dapat ditanyakan secara privasi apakah ada riwayat kontak seksual atau bergonta-ganti
pasangan. Riwayat pengobatan juga perlu ditanyakan pada saat melakukan anamnesis.
Pengobatan HIV, leukemia, dan limfoma memiliki system pertahanan tubuh yang rendah
sehingga sangat rentan terhadap penyakut ini.4,5
Diagnosis moluskum kontagiosum lebih banyak ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih, pink, atau warna daging, umbilikasi,
papul yang meninggi (diameter 1 – 5 mm) atau nodul (diameter 6 – 10 mm). Lesi moluskum
kontagiosum dapat timbul sebagai lesi multipel atau single. Walaupun pada pasien biasanya
asimtomatis, mungkin muncul ekzema di sekitar lesi dan pasien bisa mengeluhkan gatal atau
nyeri. Lesi moluskum kontagiosum pada pasien HIV tidak sembuh secara cepat, dan mudah
menyebar ke lokasi lain (seperti wajah) dan biasanya terjadi kekambuhan jika diobati dengan
terapi biasa. 5

8
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan. Evaluasi dengan konten sentra
menggunakan persiapan crush dan pewarnaan Giemsa dan pemeriksaan histopatologik dapat
dilakukan jika diperlukan. Pada pemeriksaan histopatologis akan ditemukan epidermis hipertropi
dan hiperplastik. Di atas lapisan basal, dapat dilihat sel yang membesar berisi inklusi
intrasitoplasmik besar .
Pemeriksaan histopatologi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran proliferasi
sel-sel stratum spinosum yang membentuk lobules disertai central cellular dan viral debris.
Lobulus intraepidermal dipisahkan oleh septa jaringan ikat dan didapatkan badan moluskum di
dalam lobulus berupa sel berbentuk bulat atau lonjong yang mengalami degenerasi keratohialin.
Pada stratum basalis dijumpai gambaran mitosis sel dengan pembesaran nukleus basofilik. Pada
fase lanjut dapat ditemui sel yang mengalami proses vakuolisasi sitoplasmik dan didapatkan
globi eosinofilik. Beberapa kasus lesi moluskum kontagiosum dengan infeksi sekunder,
didapatkan gambaran inflamasi predominan limfosit dan neutrophil pada pemeriksaan
histopatologi. 4,5
2.6 Diagnosa Banding
Diagnosis Banding Karakteristik Gambar

Merupakan bagian dari Gambar 2.7.1. Granuloma


hemangioma kapiler. Lesi ini pyogeni
terjadi akibat proliferasi
kapiler yang sering terjadi
Granuloma pyogeni sesudah trauma, tidak
disebabkan oleh proses
peradangan.9,10 Sering
mengenai anak – anak dan
terutama bagian tubuh distal
yang rentan terhadap
trauma.10-12 Lesi berupa
papul eritematosa,
berkembang cepat hingga

9
mencapai ukuran 1 cm,
bertangkai dan mudah
berdarah
kelainan kulit berupa erupsi
papulovesikular multipel
nonfolikular 1-3 mm yang
Milia disebabkan oleh keluarnya
keringat ekrin ke epidermis
atau dermis akibat pecahnya
duktus kelenjar keringat Gambar 2.7.2. Pitiriasis

ekrin yang tersumbat. versikolor

peradangan pada folikel Gambar 2.7.1. folikulitis


rambut atau tempat rambut
tumbuh. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri
Folikulitis atau jamur.

kelainan kulit berupa erupsi


papulovesikular multipel
Varisela nonfolikular 1-3 mm yang
disebabkan oleh keluarnya
keringat ekrin ke epidermis
atau dermis akibat pecahnya
duktus kelenjar keringat
Gambar 2.7.2.varicella
ekrin yang tersumbat.

10
2.7 Tatalaksana
2.7.1 Medikamentosa
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan masa yang mengandung badan moluskum. Untuk
mengeluarkan massa tersebut, dapat dipakai alat, antara lain ekstraktor komedo, jarum suntik,
atau kuret. Cara lain yang dapat digunakan adalah elektrokauterisasi atau bedah beku dengan
C02, dan N2. Sebelum tindakan dapat diberikan anestetik lokal, misalnya krim yang
mengandung lidokain/prilokain. Pada anak, terapi intervensi kurang dapat diterima karena selain
tidak nyaman juga menimbulkan trauma pada anak.
Terapi topikal yang dapat diberikan yaitu kataridin 0,7-0,9% (dioleskan 2x sehari), podofilin 10-
25% ( 2 kali sehari selama 3 hari berturut , KOH 10%, asam salisilat 12%, benzoil peroksida
10%.

2.7.2. Non medika mentosa


- Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta mengenai
pengobatan dan pentingnya kepatuhan untuk eliminasi penyakit.

- Kebersihan diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.

- Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi dilaksanakan.

2.10. Komplikasi

Meski tergolong ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, moluskum kontagiosum bisa
memicu beberapa komplikasi berikut.

1. Konjungtivitis (infeksi atau peradangan pada selaput yang melapisi mata) dan keratitis (infeksi
kornea). Komplikasi ini terjadi jika bintil moluskum kontagiosum tumbuh di kelopak mata.

2. Tumbuhnya jaringan parut atau bekas luka di kulit yang terkena moluskum kontagiosum.

3. Kulit di sekitar bintil memerah dan meradang akibat infeksi bakteri.

11
2.11. Prognosis

Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama, berbulan – bulan sampai
tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini jarang atau tidak residif.3,5

12
BAB III

KESIMPILAN

Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh


MolluscumContagiosum Virus (MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus.1-14
Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%, dengan
prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.Penyakit ini terutama menyerang anak – anak
namun kadang mengenai orang dewasa. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah,
badan, dan ekstremitas, pada pasien dewasa biasanya disebarkan melalui transmisi
seksual.2,4,9,10,12Diagnosis moluskum kontagiosum lebih banyak ditegakkan melalui
pemeriksaan fisik. Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih, pink, atau warna
daging, umbilikasi, papul yang meninggi (diameter 1 – 5 mm) atau nodul (diameter 6 – 10
mm).1,2,4-7,9-12 Lesi moluskum kontagiosum dapat timbul sebagai lesi multipel atau single
(biasanya

13
DAFTAS PUSTAKA

1. Jacoeb TN. Psoriasis Vesikolor, In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th Ed. Jakarta;
Badan Penerbit FKUI: 2016.

2. Haeriyoko W, Darmada I. Molluscum contagiosum, diagnosis and treatment [Internet].


2013 [cited 2023 juni 12]. Available from:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/%20eum/article/view/5819

3. Graham, Robin & Tony. Lectures Notes Dermatology. Edisi 8. 2005. Erlangga.
Jakarta, Indonesia.

4. Hanson, Daniel & Dayna G. Diven. Molluscum Contagiosum. Dermatology Online


Journal. http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html. Diakses pada
tanggal 11juni 2023.

5. Meadows, K.P. Resolution of Recalcitrant Molluscum Contagiosum virus Lesions in


Human Immunodefficiency Virus -Infected Patients Treated with Cidofovir. Archives of
Dermatology. Vol. 133. 1997.

14

Anda mungkin juga menyukai