Anda di halaman 1dari 24

REFERAT Agustus, 2017

Kondiloma Akuminata

Disusun Oleh:

Nama : Aulia Agma Darwis


NIM : N 111 17 081

Pembimbing Klinik:

dr. Diany Nurdin, Sp.KK, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondiloma akuminata adalah kutil yang mungkin timbul dari vulva, vagina,
leher rahim, uretra meatus perineum dan anus. Kondiloma akuminata juga bisa
ditemukan di lidah atau rongga mulut. Lesi khas ini mungkin tunggal atau ganda
dan umumnya menyebabkan sedikit gejala. Kondiloma akuminta disebabkan oleh
HPV, penyebarannya bisa melalui kontak langsung kulit ke kulit, lesi simetris di
garis tengah biasa ditemukan.1
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu infeksi saluran
reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi menular
seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, atau ektoparasit. Di
beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif
akan menurunkan insiden IMS. Namun demikian, di sebagian Negara insiden IMS
relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus beserta komplikasi
medisnya antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan
pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian. Selain itu pola infeksi juga mengalami
perubahan, misalnya infeksi klamidia, herpes genital, dan kondiloma akuminata di
beberapa Negara cenderung meningkat disbanding uretritis gonore dan sifilis. 2
Kondiloma Akuminata (KA) adalah salah satu jenis Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara,
termasuk Indonesia . IMS adalah infeksi yang disebabkan invasi organisme virus,
bakteri, jamur, protozoa dan ektoparasit yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual (HUS), baik secara genito – genital, oro – genital maupun ano –
genital pada HUS yang berlainan jenis atau sesama jenis.3
Infeksi Human Papillomavirus (HPV) genital mengalami peningkatan
selama dua dekade terakhir ini. Infeksi HPV yang mengakibatkan kutil genital ini
adalah penyebab viral tersering pada penyakit menular seksual, terjadinya sekitar

1
tiga kali herpes genital simptomatik, tetapi insidennya lebih rendah dari infeksi
gonorrhoea dan chlamydia. HPV itu sendiri adalah virus DNA yang merupakan
virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan tergolong famili Papovaviridae dan
dengan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasikan lebih 120 tipe
HPV.4

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan refarat ini untuk menguraikan mengenai defenisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan
penunjang,diagnosis, diagnosis banding, pencegahan, pengobatan, dan prognosis
kondiloma akuminata untuk membantu menentukan diagnosis serta memberikan
terapi yang tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kondiloma akuminata atau kutil kelamin adalah lesi genital yang
disebabkan oleh infeksi Papillomavirus (HPV) , salah satu penyakit menular
seksual umum. Umumnya, kutil kelamin bisa terjadi di vagina dan di leher
rahim pada perempuan, pada pria, pertumbuhan pada penis cenderung sangat
datar dan kadang-kadang sulit untuk dikenali.5

2
Kondiloma Akuminata adalah IMS yang disebabkan oleh
Humanpapilloma virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, 30
tipe HPV di antaranya merupakan penyebab infeksi kelamin atau KA.
Kondiloma Akuminata seringkali disebut juga penyakit jengger ayam, kutil
kelamin, genital warts. Cara transmisi KA menular melalui kontak langsung
dengan penderita KA, yang berarti cara transmisi utama KA adalah melalui
HUS. Juga dilaporkan adanya transmisi KA melalui seks oral, perabaan alat
kelamin, tangan dan perantara objek/benda yang terkontaminasi HPV. 4

2.2 Epidemiologi
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS),
karena 98% penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan
melalui barang (formites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada
laki-laki dan perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui
kontak kulit langsung.6
Di Amerika serikat, data dari Center for Disease Control and
Prevention tercatatada lebih dari 19,7 juta kasus baru infeksi menular seksual
(IMS) tiap tahun, dan 14,1 juta kasus merupakan infeksi HPV. Di Indonesia,
penelitian IMS di 12 Rumah Sakit Pendidikan tahun 2007-2011, KA
menduduki peringkat ke 3 terbesar. KA menduduki peringkat pertama di 6
kota yaitu di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dan Denpasar. Usia
terbanyak didapatkan pada golongan usia 25-45 tahun.7

2.3 Etiologi
Kondiloma akuminata adalah kutil anogenital yang disebabkan oleh
human papiloma virus (HPV). HPV termasuk dalam famili Papovaviridae,
genus polyomavirus. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, namun hanya 30 tipe
yang bisa menyebabkan KA, diantaranya yaitu HPV tipe 6, 11, 42, 43, 44 dan

3
54. HPV tipe 6 dan 11 termasuk HPV yang menimbulkan KA eksofilik dan
displasia derajat rendah. Sedangkan sebanyak 15 tipe HPV telah dapat
diidentifikasi berisiko tinggi menimbulkan displasia derajat tinggi dan kanker,
yaitu HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73 dan 82
1,3-5,10,49. 4,8
Beberapa tipe HPV tertentu berptensi onkogenik tinggi, yaitu tipe 16
dan 18, yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih
sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial
serviks derajat ringan. 6

2.4 Patofisiologi
Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang

terinfeksi HPV. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada

daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan

abrasi permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang

sifatnya mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung

pada adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid)

dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus

infeksius ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV

dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita

menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke

lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi

yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan

gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten,

produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi

4
infeksius dari struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic

atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi

sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat

lebih lama. HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan

nodul kemerahan di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk

gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan

mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama

epitel.7

Human papiloma virus (HPV) yang masuk ke epitel dapat menyebabkan

respon radang yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin

yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal

ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal spinal cord
Hubungan seksual
kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks serebri.7

Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk
melalui mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme Mengambil alih DNA
Merangsang
mediator kimia:
Bau, berwarna histamin 5
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa


gatal ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman Impuls elektronikimia
saat melakukan (gatal) sepanjang nervus ke
hubungan dorsal spinal cord Nodul kemerahan di
seksual sekitar genitalia
Gangguan Thalamus
pola fungsi
seksual Penumpukan nodul merah Gangguan
Korteks (intensitas) dan membentuk seperti bunga citra diri
lokasi gatal kol
dipersepsikan
Persepsi gatal Pecah/muncul lesi Gang. Integritas
kulit

Gangguan rasa
nyaman : Gatal Lesi terbuka, terpajan
mikroorganisme
2.5 Gejala Klinis
Pelepasan virus
Penyakit ini terutama terdapat didaerahbersama
lipatansel
yang lembab, misalnya
epitel
di daerah genitelia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum
dan sekitar anus, sulkus koronarius, glands penis,Resti
di dalam meatus uretra,
penularan
korpus, dan panggkal penis. Pada perempuan didaerah vulva dan sekitarnya,
introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Dengan semakin
banyaknya kejadian hubungan seksual anogenital, emakin banyak pula
ditemukan kondiloma akuminata di daerah anus dan sekitarnya.6
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan flour albus atau
pada laki-laki yang tidak disirkumsisi , lesi kondiloma akuminata lebih cepat
membesar dan bertambah banyak. Selain itu, kondisi imunitas yang menurun,
misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau mengalami transplantasi organ
tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma akuminata. Dalam
keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh dengan
berakhirnya kehamilan.6
Kondiloma akuminata seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun
dapat disertai gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat disetai rasa gatal.
Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa nyeri, bau kurang
enak, dan mudah berdarah. 6
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti
kembang kol, berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi
berkisar dari beberapa mililiter sampai beberapa sentimeter. Tiap kulit dapat
bergabung meadi masa yang besar. Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan

6
permukaan kasar dan tebal, biasanya ditemukan di atas permukaan yang
kering, misalnhya batang penis. Lesi timbul sebagai papul atau plak verukosa
atau keratolik, soliter atau multipel. Lesi berentuk kubah dengan permukaan
yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering, sama halnya dengan lesi
karatolik. Seringkali berkelompok dengan warna seperti mukosa sampai
merah jambu atau merah-kecoklatan.6
Bentuk Kondloma Akuminata dibagi menjadi 3 guna penegakan
diagnosis secara klinis, yaitu :
a. Bentuk akuminata
Sering dijumpai di daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Kutil bentuknya kecil
(berdiameter 1 – 2 mm), namun dapat berkembang dalam kelompok yang
lebih besar dan banyak. Jika berkembang dalam jumlah banyak bisa
menyerupai bunga kol.
b. Bentuk papul
Kelainan berupa papul dengan permukaan halus dan licin, multipel
dan menyebar secara diskret. Terdapat di daerah dengan keratinisasi
sempurna (batang penis, vulva bagian lateral, perianal dan perineum).
c. Bentuk datar (flat)
Berbentuk bintil sangat kecil yang jarang bisa dilihat dengan mata
telanjang. Untuk mendiagnosisnya, diberikan larutan asam asetat pada daerah
yang dicurigai terdapat bintil KA. Selanjutnya pemeriksaan dapat ditegakkan
dengan menggunakan mikroskop khusus (colposcope).7

7
Gambar 1. Kondiloma Akuminata Pada Pria, Terdapat Terdapat lesi pada penis,
gambaran multiple kembang kol pada batang dan kulit penis.

Gambar 2. Kondiloma Akuminata Pada wanita

Kondiloma Akuminata pada Vulva. Multiple papuls


pada labia yang berwarna pink-coklat.
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis

8
 Partner seksual multipel dan usia coitus yang lebih muda merupakan

faktor risiko kondiloma akuminata.

 Umumnya, 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual

dengan kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang dalam waktu 3

bulan.

 Keluhan utama biasanya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau

discharge. Terlibatnya lebih dari satu area sering terjadi. Riwayat lesi

multipel.

 Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea (tapi jarang) mungkin terjadi

karena kontak oral-genital.

 Riwayat hubungan seksual anal baik pada lak-laki maupun perempuan

dapat menyebabkan lesi pada perianal.

 Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi,

dapat disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus.

 Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.

 Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama

kehamilan terjadi karena erupsi dari kondiloma.7

b. Pemeriksaan Fisik

 Erupsi papular single atau multipel dapat diobservasi. Erupsi mungkin

muncul mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau plaquelike.

Semuanya ini dapat secara halus (terutama pada penis), verukosa atau

9
lobular. Erupsi ini mungkin tidak berbahaya atau dapat mengganggu

penampilan.

 Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga eritema

atau hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam bentuk, warna yang

mensugesti melanoma atau keganasan.

 Kecenderungan pada glands penis pada pria dan daerah vulvovagina dan

serviks pada perempuan.

 Lesi meatus uretra dan mukosa dapat terjadi.

 Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (misalnya ulserasi, adenopati,

vesikelm discharge).

 Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko

dari imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.7

c. Pemeriksaan Penunjang

 Tes asam asetat

Pemberian larutan asam asetat 3-5% pada lesi infeksi HPV akan
menimbulkan perubahan warna lesi menjadi putih. Pemeriksaan ini tidak
spesifik bagi infeksi HPV, serta spesifisitas dan sensitivitasnya untuk
skrining belum dapat ditentukan. Penggunaan rutin pemeriksaan dengan
asam asetat untuk skrining mendeteksi infeksi HPV tidak dianjurkan,
namun beberapa klinisi yang berpengalaman dalam tatalaksana KA
berpendapat bahwa tes asam asetat ini berguna untuk mendeteksi KA tipe
datar (flat).7
 Kolposkopi (Stereoskopi Mikroskopik)

10
Hal ini sangat berguna untuk mengidentifikasi (sebagian besar) lesi pada

serviks, dimana lebih baik mengidentifikasi dengan menggunakan asam

asetat.7

 Dermoskopi

Penggunaan dermoskop pada KA semakin banyak dilaporkan.

Pemeriksaan dermoskopi bermanfaat untuk mendiagnosis KA, bahkan

pada lesi awal; dan membantu membedakan KA dengan lesi liken planus,

keratosis seboroik, papulosis bowenoid. Gambaran dermoskopi lesi KA

berupa gambaran pola vaskular dan temuan yang karakteristik, yaitu:

pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan pola menyerupai

tombol (knoblike), serta menyerupai jari (fingerlike) pada lesi yang

papilomatosa. Pemeriksaan dermoskopi merupakan pemeriksaan

noninvasif yang relatif nyaman bagi pasien. Keterbatasan penggunaannya

pada KA, terutama terkait higiene. Pemeriksaan dilakukan pada area

genitalia dan terdapat kemungkinan transmisi virus melalui kontak lensa

dermoskopi. Teknik asepsis antisepsis yang adekuat diperlukan untuk

mencegah transmisi.7

 Biopsi
Biopsi diindikasikan untuk lesi yang atipikal, rekurent setelah terapi awal
berhasil atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan risiko
tinggi untuk neoplasia atau imunosupresi. Biopsi tidak diperlukan untuk
kutil anogenital yang khas.7

11
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada lesi yang
meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Tes asam asetat.
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai,
beberapa menit lesi berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan
warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
Setelah kain kasa dibuka, seluruh arae yang dibungkus tadi, diperiksa dengan
kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Bagian sel ini mengandung banyak
protein, dan warna putih terjadi sebagai akibat denaturasi protein. Lesi HPV
seringkali menunjukkan pola kapiler (punctuated capilary pattern) yang
berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapa menunjukkan hasil positif
namun dengn pola yang lebih difus dan tidak beraturan. 6,9
2.7 Diagnosis Banding

Harus dibedakan dari semua kelainan berbentuk papul di daerah


genital, baik lesi karena variasi anatomi, infeksi maupun neoplasma jinak dan
ganas.

1. Kondiloma Lata
Lesi berupa papul-papul, permukaan lebih halus, lebih bulat daripada
kondilomata akuminata, pada daerah lipatan lembab seperti anus dan
vulva, ditemukan banyak Treponema pallidum.

12
Gambar 4. Kondiloma Lata
2. Karsinoma Sel skuamosa
Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau. .
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai
beberapa tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat
invasif dan bermetastasis jauh. Umur yang paling sering adalah 40-50
tahun (dekade V-VI).

Gambar 5. Karsinom sel skuamosa

3. Veruka Vulgaris
Vegetasi tidak bertangkai, kering, warna abu-abu atau sama dengan
warna kulit. Terutama terdapat pada anal-anak, tetapi dapat juga pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas
bagian ekstensor, walaupun penyebarannya dapat ke tubuh bagian lain
termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat
berwarna abu-abu, besarnya lentikular, permukaan kasar (verukosa).
Dengan goresan dapat timbul autoinkolusi sepanjang goresan
(fenomenan Kobner).6,9

13
Gambar 5. Veruka Vulgaris
2.8 Pengobatan
Untuk pengobatan dilihat berdasarkan keadaan lesi yaitu jumlah,
ukuran dan bentuk serta lokasi. 10

1) Kemoterapi
a. Tinkturapodofilin 25%
Aplikasi dilakukan oleh dokter tidak boleh oleh pasien sendiri. Kulit
disekitarnya dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi dan dicuci
setelah 4-6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari.
Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,33 cc karena akan diserap dan bersi
fattoksik. 10
b. Asamtriklorasetat (TCA) konsentrasi 80-90%
Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap minggu.
Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan iritasi hingga
ulkus yang dalam. 10
c. 5- flourasil

14
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim dipakai terutama pada leis di
meatus uretra. Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri sampai lesi
hilang. Pasien dianjurkan untuk tidak miksi selama 2 jam setelah pegobatan.10
2) Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3) Bedah beku (N2, N2O cair)
4) Bedah scalpel
5) Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut bila
dibandingkan elektrokauterisasi. 10
6) Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuscular) dan topical
(cream). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara intramuscular
3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU injeksi
intramuscular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x
106 unit injeksi intramuscular selama 10 hari berturut-turut. 3
7) Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan
dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator. 3
Pada umumnya podofilin (ataupodofilotoksin) atau trichloracetic acid
(TCA) digunakan untuk pengobatan kutil pada genitalia eksterna dan daerah
perianal. Krio terapi dengan nitrogen cair, karbondioksida padat, atau
cryoprobe merupakan pilihan banyak dokter bila sarana tersebut tersedia.
Krioterapi adalah cara yang tidak toksik, tidak memerlukan tindakan anastesi
dan bilamana dilakukan secara benar, tidak akan menimbulkan jaringan
parut.10

2.9 Pencegahan

15
Upaya pencegahan KA di masyarakat yang utama adalah
pemenuhan kriteria A (Abstinence) dan B (Be Faithfull). Sedangkan upaya
pencegahan KA yang diterapkan pada PSK maupun mitra seksnya adalah :

a. C – Condom
HUS promiskuitas yang aman adalah dengan memakai kondom.
Namun sebenarnya kondom tidak memberikan perlindungan menyeluruh
dari infeksi KA karena mungkin saja mitra seks mempunyai KA pada kulit
yang kontak langsung dengan kulit.
b. Memilih mitra seks yang sudah di khitan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa khitan merupakan faktor
proteksi infeksi KA pada laki-laki. Pada wanita yang mempunyai mitra seks
yang sudah khitan akan mendapat perlindungan sebesar 0,37.

c. Deteksi dini pap smear


Tes pap smear sebaiknya dilakukan secara rutin selama tiga tahun
semenjak HUS pertama kali dilakukan atau dimulai sejak umur 21 tahun.
d. Peningkatan higiene perseorangan
Telah diketahui bahwa KA juga bisa menular lewat perantaraan
tangan, oleh karenanya higiene perseorangan (tangan, alat genital) sangat
penting dalam upaya pencegahan infeksi KA.
e. Vaksin HPV
Upaya pencegahan yang saat ini sedang dikembangkan adalah vaksin
untuk KA. Vaksin ini dikembangkan dari virus HPV tipe 16 dan 18.
Namun, sejauh mana tingkat efektifitas vaksin HPV dalam mencegah KA
belum diketahui dengan jelas.4
Vaksin HPV profilaksis memainkan peran sebagai pendekatan
terbaru untuk mencegah infeksi HPV genital. Vaksin, yang tidak infeksius,

16
berdasarkan pemasangan sendiri protein L1 pada virus-like particle(VLP)
yang secara morfologi dan antigenik menyerupai kapsid sebenarnya.
Imunisasi VLP akan menginduksi titer antibodi netralisir yang tinggi. Gen L1
dikloning dalam mikroorganisme seperti ragi (untuk vaksin kuadrivalen).
Dengan cara ini akan diekspresikan protein L1 yang menyerupai virus asli,
tidak bersifat infeksius dan dapat menginduksi kadar antibodi netralisir
spesifik yang tinggi.Dilaporkan terjadi respon imun yang cepat, poten dan
menetap setelah pemberian vaksin kuadrivalen dan bivalen. Titer antibodi
mencapai puncaknya setelah dosis ketiga, kemudian menurun secara gradual
namun tetap dalam titer yang lebih tinggi daripada infeksi alami.7
Proteksi yang diinduksi vaksin terhadap infeksi HPV adalah melalui
antibodi netralisir IgG yang akan mencegah masuknya virus ke dalam sel
basal dengan cara mencegah perubahan konformasi virus dan pengikatan ke
reseptornya di sel basal. Vaksin HPV akan menginduksi kadar antibodi yang
tinggi dan menetap lebih lama dibandingkan infeksi alami. Proteksi yang
dihasilkan bersifat spesifik, namun dapat terjadi reaksi silang karena jenis
jenis HPV yang berhubungan secara filogenetik saling berbagi epitop.Pada
beberapa uji klinis fase III, vaksin menunjukkan keefektifitasan dalam
mencegah infeksi tipe HPV yang terdapat pada vaksin selama periode 5 tahun
pada wanita yang sebelumnya tidak terinfeksi.7

2.10 Prognosis
Walaupun sering residif, prognosisnya baik. Prognosis ditentukan pula
oleh kemampuan untuk memperhatikan faktor predisposisi yang berperan
mempercepat dan menyuburkan perkembangan penyakit ini, seperti
kebersihan individu, adanya fluor albus, pasien dengan gangguan imunitas
seperti pasien transplantasi, pasien AIDS atau pasien hamil. Faktor eksternal
yang menekan sistim imun (steroid, merokok, defisiensi metabolik dan infeksi
virus lainnya seperti herpes) dapat berefek sama. Beberapa tipe

17
(16,18,31,33,35, dan lainnya) adalah berhubungan dengan perkembangan
neoplasia servikal. Sekitar 90% pasien karsinoma sel skuamosa servikal
didapatkan adanya DNA HPV pada jaringan servikalnya. Sekarang ini terpikir
bahwa kokarsinogen seperti rokok, virus-virus lainnya, atau faktor nutrisi
diperlukan sebelum terjadinya transformasi malignansi.9

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Kondiloma akuminata atau kutil kelamin adalah lesi berbentuk
papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human
papilomavirus (HPV) tipe tertentu, terdapat di daerah kelamin dan anus.
b. Dalam penegakan diagnosis kondiloma akuminata, dapat didiagnosis
secara klinis karena bentuknya yang khas. Pada keadaan yan meragukan
dapat dilakukan tes asam asetat.
c. Untuk pengobatan kondiloma akuminata dilihat berdasarkan keadaan lesi
yaitu jumlah, ukuran dan bentuk serta lokasi. Pengobatan dapat dilakukan
dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser
karbiondioksida, interferon, dan imunoterapi
d. Kondiloma akuminata merupakan IMS yang berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit lain seperti kanker serviks,
kompilkasi pada saat kehamilan dan persalinan.
e. Walaupun sering residif, prognosisnya baik. Prognosis ditentukan pula
oleh kemampuan untuk memperhatikan faktor predisposisi yang berperan
mempercepat dan menyuburkan perkembangan penyakit ini, seperti

18
kebersihan individu, adanya fluor albus, pasien dengan gangguan imunitas
seperti pasien transplantasi, pasien AIDS atau pasien hamil.

3.2 Saran
Penting untuk mengetahui cara mendiagnosa kondiloma akuminata dengan
tepat sehingga dengan demikian penanganan dapat teratasi dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Charle R.B, Frank W.L, Wiliam, et al, Obstetrics and Gynecology Edisi 6,
Lippincot Williams an Wilkin, Philadelphia; 2010.
2. Nurfitriana A, Ginandjar, Ari Udoyono, Penggunaan Kondom dan Vaginal
Higine Sebagai Faktor Resiko Kejadian Infeksi Menular Seksual Pada
Wanita Pekerja Seks di Lokasi Batu 24 Kabupaten Bintan, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, di akses pada tanggal 29 Juli
2017 dari http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm; 2012.
3. Azizah Gama, Farida A.N, Pengaruh Aktivitas Seksual dan Vaginal
Douching Terhadap Timbulnya Infeksi Menular Seksual Kondiloma
Akuminata Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kota
Semarang, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 7, No. 2, 2006: 119 –
140, di akses pada tanggal 29 Juli 2017 dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/396/4.%20AZIZA
H%20c.pdf?sequence=1; 2006
4. Farida aprilia Nigrum, Faktor Resiko Kondiloma Akuminata Pada Pekerja
Seks Komersial, Karya Tulis Ilmiah Program Pascasarjana Universitas
Dipenogoro, Semarang; 2006
5. Ning Tang, Nian Ji Low, Treatment for Condyloma Acuminatum with
Graves’ disease, Scholars Journal of Medical Case Reports 4(7):520-524,
diakses 31 Juli 2017,
https://dspace.flinders.edu.au/xmlui/bitstream/handle/2328/36829/Tang_Tre
atment_P2016.pdf?sequence=1; 2016.

19
6. Menaldi SL SW, Bramono K, Indriatmi W (editor). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.
7. Stella,R, Nurdjannah, Marlyn, Profil Kondiloma Akuminata di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Prof.Dr.Kandou Manado Periode Januari-
Desember 2012, ejournal Bagian/SMF Kulit danKelamin RSUP Prof.
Dr.R.D.Kandou Manado dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3617/3145,
2012
8. Aqton A, Issues in Surgical Research, Techniques, and Innovation 2011
editions, Scholarly Edition, Atlanta, Georgia; 2012.
9. Fransiska Tjhay, Risiko Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) Pada
Penyakit Menular Seksual, Damianus Journal of Medicine; Vol.10 No.1, di
akses pada tanggal 31 Juli 2017, dari http://ejournals.documents/281-481-1-
SM.pdf ; 2011.
10. Marawali Harahap. Ilmu Penyakit Kulitdan Kelamin, Edisi Keenam.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2016.

20
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Aulia Agma Darwis


No. Stambuk : N 111 17 081
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Kondiloma Akuminata
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako

21
Palu, Agustus 2017

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(dr. Diany Nurdin, Sp.KK, M.Kes) (Aulia Agma Darwis)

DAFTAR ISI
ii

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Definisi....................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi ............................................................................. 3
2.3 Etiologi....................................................................................... 4
2.4 Patofisisologi…………………………………………………... 4
2.5 Gejala Klinis............................................................................... 7
2.6 Diagnosis.................................................................................... 9
2.7 Diagnosis Banding..................................................................... 13
2.8 Pengobatan................................................................................. 15
2.9 Pencegahan…………………………………………………….. 16
2.10 Prognosis.................................................................................... 18
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19

22
3.1 Kesimpulan................................................................................. 19
3.2 Saran........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. .. 20

iii

23

Anda mungkin juga menyukai