Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATERITAS

“CANDILOMA AKUMINATA”

KELAS 2C LAMPUNG TIMUR

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. Heti Rahmawti 2020206203212P


2. Fajar Mifta Fauzi 2020206203231P
3. Elisabeth Yuliawati 2020206203196P
4. Anastacia Atiek Yudhanarti 2020206203411P
5. Ahmad Yani 2020206203203P
6. Eri Suhandi 2020206203193P
7. Fernanda Yudha Sanjaya 2020206203214P
8. Sri Astuti 2020206203428P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KONVERSI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU – LAMPUNG

TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Virus alami dari genital warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam, kutil kelamin
pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik biologi molekuler,
Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab kondiloma akuminata. Kondiloma
adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum). Kondiloma merupakan
penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat
terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala penyakit. Biasanya lebih banyak selama
masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun
sedikit, kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan –
bahan purulen pada belahan – belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu, kuning
pucat atau merah muda.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil yang
meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang berkembang
terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau
biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita
dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus.
Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar multifokal dan
multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat meluas
sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah tubuh yang
paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus posterior pada
wanita.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI CONDYLOMA ACUMINATUM


Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri dari epidermis dan papula
atau nodul dermal pada perineum, genitalia, lipatan crural, dan anus. Mereka bervariasi dalam
ukuran dan dapat membentuk besar, exophytic, massa seperti kembang kol, terutama di
lingkungan yang lembab perineum.1 Human papillomavirus (HPV) adalah penyebab etiologi
kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam vagina, uretra, dan epitel perirectal.
2.2 ETIOLOGI
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human
Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang
dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin
dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan
klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit
biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4
tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah
diidentifikasi pada beberapa material kutil.
Beberapa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi :
1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang
(multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA.
Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1%
mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam
rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang melibatkan wanita berusia
18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang berbeda
berpotensi untuk terinfeksi HPV.
2. Penggunaan Kontrasepsi

3
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan
pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya kondiloma akuminata
masih menjadi perdebatan di dunia.
3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum jelas.
Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi HPV pada
seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara pengukuran HPV
DNA.
4. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat menghalangi
lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga
menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada saluran nafas)
pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi akibat adanya
kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti
jamur misalnya.
5. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal HIV).
2.3 EPIDEMIOLOGI
Jumlah infeksi HPV telah meningkat secara signifikan dalam dekade terakhir. Infeksi genital
wart diakui sebagai STD virus yang paling umum di Amerika Serikat, dan salah satu dari tiga
penyakit menular seksual yang paling sering diidentifikasi. Infeksi HPV sering pada pasien
dengan penyakit menular seksual lainnya seperti klamidia, gonore, syphillis, dan trikomoniasis.
Sebagian besar infeksi terjadi pada populasi yang aktif secara seksual, terutama yang berusia
antara 20-24. Kehangatan tubuh, daerah mukosa lembab, dan kehamilan mempercepat
pertumbuhan kutil kelamin. Pasien dengan infeksi subklinis dan baik imunosupressed oleh obat-
obatan atau terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang rentan terhadap infeksi klinis
yang signifikan.
Kondiloma akuminata adalah penyakit yang diperkenalkan oleh infeksi HPV. Pola pembelahan
enzim restriksi HPV DNA mendefinisikan jenis atau subtipe. Jenis HPV subtipe baru kurang dari

4
50% homologi DNA dengan jenis yang diketahui dan subtipe baru homologi DNA lebih dari
50% dengan jenis yang ada, tetapi mereka berbeda dalam pembatasan pola belahan endonuklease
mereka. HPV adalah partikel yang melingkar, DNA untai ganda dengan diameter 45-55 mn dan
mengandung 72 kapsomer, sekitar 7900 pasangan basa dengan berat molekul hampir 5x106 Dal.
Infeksi HPV yang spesifik dan penyakit yang berhubungan dengan tipe HPV tertentu. HPV tipe
6 dan 11 telah terbukti menjadi jenis virus yang dominan klasik di kutil kondiloma acuminata.
Jenis kondiloma akuminata yang terlibat telah meningkat menjadi enam belas: 1-
6,10,11,16,18,31,33,35,39,41, dan 42. HPV tipe 16,18,31,33,35,39, 41,45,51, dan 52 telah
menunjukkan potensi onkogenik yang paling signifikan.
Karena infeksi HPV tidak dilaporkan dan mungkin sulit untuk didiagnosa, tingkat kejadian yang
akurat luar biasa. Antara 1975-1978 tingkat kejadian rata-rata kondiloma akuminata pada semua
kelompok adalah 0,1%. Sebagian besar pasien yang berusia antara 15-30 tahun dengan infeksi
lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Menurut Centers for Disease Control (CDC) data
nasional, 65% pasien adalah antara 15-29 tahun dengan tingkat kejadian terbesar dalam
kelompok usia antara 20-24. Pasangan seksual laki-laki perempuan dengan kondiloma acuminata
terlihat abnormal Masa inkubasi untuk pengembangan infeksi HPV klinis jelas bervariasi dari 3
minggu sampai 8 bulan. Transmisi seksual infeksi HPV terkait masalah dengan pemberantasan
dan reinfeksi. Infeksi HPV menetap pada tingkat subklinis, menyediakan reservoir untuk
penularan virus.
2.4 PATOFISIOLOGI
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat menginfeksi
traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi kondiloma
papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual. HPV yang berhubungan dengan
traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi yang didasarkan atas
genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-
11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko tinggi.4,6
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel skuamosa
yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel, namun struktur
protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai dengan batas yang jelas
pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars papilare pada dermis memanjang.
Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada waktu yang lama

5
atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel
yang parakeratosis. Koibeytes terpancar – pencar keluar dari lapisan terluar dari kutil genialia.
Merupakan sel skuamosa yang zona mature perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral
sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua atau lebih nuklei/inti bisa terlihat.
Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel – partikel virus pada suatu bagian nuklei
sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek sitopatik spesifik dari HPV.

6
Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk
melalui mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme
Mengambil alih DNA
Merangsang
mediator kimia:
Bau, berwarna histamin
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa Bereplikasi


terbakar Menghantarkan pesan
gatal ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman Impuls elektronikimia
saat melakukan (gatal) sepanjang nervus ke
hubungan dorsal spinal cord Nodul kemerahan di
seksual sekitar genitalia
Gangguan Thalamus
pola fungsi
seksual Penumpukan nodul merah Gangguan
Korteks (intensitas) dan membentuk seperti bunga citra diri
lokasi gatal kol
dipersepsikan
Persepsi gatal Pecah/muncul lesi Gang. Integritas
kulit

Gangguan rasa
nyaman : Gatal Lesi terbuka,
terpajan
mikroorganisme
Pelepasan virus
bersama sel epitel

Resti
penularan

7
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
2.5.1 Gambaran Klinis
Kondiloma pada permukaan kulit muncul sebagai papula lobus yang rata-rata 2-5 mm dalam
ukuran, tetapi mereka mungkin berkisar dari mikroskopis beberapa sentimeter untuk diameter
dan tinggi. Lesi sering multifokal. Banyak kutil kelamin mungkin muncul selama kehamilan.
Kondiloma akuminata terjadi pada pria terutama penis atau sekitar anus. Pada wanita, lesi
muncul di permukaan mukosa vulva, leher rahim, pada perineum, atau sekitar anus. Massa
seperti kembang kol dapat berkembang di tempat lembab, daerah tersumbat seperti kulit perianal,
vulva, dan lipatan inguinal. Sebagai hasil dari akumulasi materi purulen dalam celah, mungkin
timbul bau busuk. Warna mereka umumnya abu-abu, kuning pucat, atau merah muda.
Kutil kelamin adalah sexually transmitted disease (STD) dan STD lainnya dapat ditemukan pada
pasien dengan kutil kelamin. Sejarah lengkap harus diambil dan pasien disaring untuk STD
lainnya yang sesuai. Wanita dengan kutil kelamin eksternal harus dilakukan skrining sitologi
servikal rutin untuk mendeteksi adanya displasia serviks.

Gambar 1. Kondiloma akuminata pada penis.4

8
Gambar 2. Kondiloma akuminata pada perianal.
2.5.2 Gejala dan tanda yang sering muncul
 Kondiloma akuminata sering muncul disaerah yang lembab, biasanya pada penis,
vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah
perianal
 Berbau busuk
 Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
 Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant
atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel
rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
 Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia
minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian
kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
 Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter
10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak
diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
 Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus
mencapai saluran uretra
 Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Hampir semua kondiloma dapat didiagnosis dengan inspeksi. Pencahayaan terang dan
pembesaran harus digunakan ketika memeriksa untuk infeksi HPV genital. Flat, sessile dan lesi
berpigmen mungkin disebabkan papulosis bowenoid dan mungkin memerlukan biopsi. Infeksi

9
subklinis dan laten ada tidak lagi dicari atau diselidiki karena mereka sangat umum dan tidak ada
strategi manajemen dikenal untuk memberantas bentuk-bentuk infeksi HPV.
Perendaman dengan asam asetat umumnya tidak diperlukan, tetapi dapat membantu untuk
mendeteksi lesi awal di bawah kulup. Pada pasien dengan beberapa kali kambuhan, perendaman
asam asetat dapat menentukan tingkat infeksi dan membantu untuk menentukan daerah untuk
penerapan terapi topikal. Prosedur ini dilakukan dengan merendam alat kelamin eksternal pada
pria dan vagina dan leher rahim pada wanita dengan 3% sehingga 5% asam asetat hingga 10
menit. Kutil kelamin menjadi putih (acetowhitening), membuat mereka mudah diidentifikasi.
Proses apa saja yang mengubah epidermis akan menjadi acetowhite, namun (dermatitis,
misalnya), sehingga hanya lesi khas acetowhite harus diperlakukan sebagai kutil.
Dalam kasus atipikal, percobaan selama 2 minggu dilakukan dengan 1% hidrokortison ditambah
krim topikal antikandidal imidazol. Jika acetowhitening tetap ada, dilakukan biopsi dan bukti
histologi infeksi HPV dicari. Immunoperoxidase atau in situ hybridization methods dapat
membantu dalam evaluasi. PCR sebaiknya tidak dilakukan pada specimen yang dibiopsi, kecuali
mungkin dalam kasus kanak-kanak. Tingkat latar belakang infeksi laten (hingga 50 %) membuat
interpretasi dari PCR positif mustahil. Sebaliknya, chromogenic in situ hybridization clearing
menunjukkan lokalisasi inti positif dalam lesi.
Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada epidermis, termasuk akantosis (menebalnya
stratum spinosum), parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan hiperkeratosis
(menebalnya stratum korneum), menyebabkan pembentukan papillomatosis yang khas.
Karakteristik lain yang ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah koilosit (sel
epitel squamous dengan nukleus abnormal di dalam halo sitoplasma yang besar). Biopsi tidak
tarlalu diperlukan untuk diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan klinisnya yang khas.
Bagaimanapun, disarankan melakukan biopsi jika temuan atipikal seperti pigmentasi, ulserasi,
masa nodular, untuk menyingkirkan kemungkinan displasia tingkat tinggi atau malignansi.
2.5.4 Kondiloma Selama Kehamilan
a. Kehamilan dan kondiloma acuminata/HPV
Wanita yang terpapar HPV selama kehamilan memiliki kekhawatiran bahwa virus ini akan
membahayakan bayi mereka. Dalam kebanyakan kasus HPV tidak mempengaruhi perkembangan
janin.

10
b. Pengaruh kondiloma selama kehamilan
Jika seorang wanita terpapar kondiloma selama kehamilan, maka kondiloma akan cepat
berkembang, kemungkinan karena terjadi pengeluaran cairan vagina berlebih yang membuat
lingkungan yang baik untuk virus, perubahan hormonal atau penurunan kekebalan tubuh.
c. Pengaruh kondiloma acuminata/HPV terhadap bayi
HPV tidak mempengaruhi kehamilan dan kesehatan bayi secara langsung. Resiko transmisi virus
ini terhadap bayi sangat rendah. Jika bayi terpapar virus saat kehamilan atau saat melahirkan
maka transmisi ini bisa menyebabkan terjadinya perkembangan wart/kutil pada korda vokalis
dan kadang pada daerah lain pada infan atau anak-anak. Kondisi ini disebut recurrent
respiratory papillomatous (RRP), hal ini sangat berbahaya, namun hal ini sangat jarang terjadi.
d. Pengaruh kandiloma acuminata bagi persalinan
Menurut Sinal, Woods (2005), melahirkan melalui jalan lahir dari vagina yang terinfeksi dapat
menyebabkan lesi (semacam luka) di pernafasan bayi. Kutil kelamin memang ditularkan ke bayi
baru lahir atau pasangannya, dan ada kemungkinan untuk berulang (kambuh).
Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat jumlah dan ukurannya
selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga pelahiran
pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan
1. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan merupakan
kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus
2. Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan trimester
akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah. Selama
hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor
3. Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma akuminata
meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan mengalami penurunan
pada periode post partum.
Pada persalinan dengan Condyloma genital, adanya candyloma beresiko :
1. Risiko penularan ke anaknya kalau dilahirkan melalui vagina.
2. Risiko terjadi perdarahan bila dilahirkan melalui vagina, yaitu bila jaringan
yang mengalami infeksi condyloma itu mengalami ruptur (mudahnya robek),
bisa menimbulkan perdarahan banyak.

11
2.6 DIAGNOSA BANDING
Papul dan nodul pseudoverucosa adalah suatu kondisi yang dapat dilihat berkaitan dengan
ureterostomi dan pada daerah perianal yang berkaitan dengan defekasi yang tidak dapat ditahan
juga bisa menyerupai kondiloma acuminata. Papul – papul yang terdapat didaerah anogenital
seperti molusca dan skintag,
 Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu – abu atau sama
dengan warna kulit.
 Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi,
 Karsinoma sel skuamosa vegetasi yang seperti kembang kol mudah berdarah dan
berbau.
1. Bowenoid Papulosis
Bowenoid papulosis terdiri dari papula merah-coklat atau konfluen, kadang-kadang plak
leukoplakia-like pada pasien HIV-positif itu mungkin sulit untuk membedakan dari kondiloma
akuminata. Lesi analog squamous intraepithelial hadir pada perianal dan pada leher rahim.

Gambar 3. Bowenoid papulosis.

2. Giant Condyloma Acuminatum


Giant condyloma acuminatum, atau Buschke–Löwenstein tumor, secara klinis dicurigai oleh
ukuran dan atau adanya fistula. Gambaran histologi mungkin tampak sangat jinak, dan perbedaan
dari kutil kelamin besar sehingga dapat menjadi sulit pada tahap awal. Namun, pencitraan
resolusi tinggi mengungkapkan tingkat infiltrasi, dan biopsi besar dapat mendeteksi pertumbuhan
destruktif lokal dan jarang berubah menjadi karsinoma sel skuamosa.

12
Gambar 4. Giant condyloma acuminatum.

2.7 PENATALAKSANAAN
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik
terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang tampak dan
bukan pemusnahan virus. Perhatian pada pribadi harus ditekankan karena kelembaban
mendukung pertumbuhan kutil.
2.7.1 Terapi
2.7.1.1 Farmakologis
a. Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan
beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah.
Podophylino yang paling aktif adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin
terdiri atas berbagai konsentrasi 10 – 25 % dengan senyawa benzoin
tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur podofilin 25
%, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak
terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat
diulangi setelah 3 hari, setiap kali pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc
karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah,
nyeri abdomen gangguan alat napas dan keringat kulit dingin. Pada wanita
hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.
Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa pasien
membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk mencapai kesembuhan

13
klinis, sementara pasien – pasien yang lain menunjukkan respon yang
kecil dan jenis perawatan lain harus dipertimbangkan.
b. Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5
% dalam larutan etanol. Ini merupakan agen anti mitotis dan tidak
disarankan untuk penggunaan pada masa kehamilan atau menyusui, jenis
ini lebih aman dibandingkan podophylin. Apilkasi mandiri dapat
diperbolehkan pada kasus – kasus keluhan yang sesuai.
c. Asam Triklorasetik ( TCA )
Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil dengan
konsentrasi 30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian harus
sangat hati – hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Bahan ini
dapat digunakan pada masa kehamilan.
d. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )
Krim 5 FU dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra dan
vulva vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian dilakukan setiap hari
sampai lesi hilang dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal bukan
hal yang tidak biasa.
e. Interferon
Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan bagi
verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam
perawatan terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral
dan intra lesional terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon
alami dan rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar
antara 70 – 80 % pada laporan – laporan awal. Telah ditunjukkan pula
bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan ablatif lainnya
menghasilkan tingkat kekambuhan ( relapse rate ) lebih rendah. Efek
samping dari perlakuan inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu
dan neutropenia transien

2.7.1.2 Non Farmakologis

14
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam
pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air
hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak
pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.
2.7.2 Terapi pembedahan
1. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )
Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi) dengan kondisi anastesi lokal dapat
digunakan untuk pengobatan kutil yang resisten terhadap pengobatan topikal
munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan metode ini.
2. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada
wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Laser
Laser karbondioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil –
kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai ketidakefektifan
karbondioksida yang dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan
jaringan parut.
4. Terapi Kombinasi
Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil kelamin yang
membandel, contohnya kombinasi interferon dengan prosedur pembedahan,
kombinasi TCAA dengan podophylin, pembedahan dengan podophylin.
Seseorang harus sangat berhati – hati ketika menggunakan terapi kombinasi
tersebut dikarenakan beberapa dari perlakuan tersebut dapat mengakibatkan
reaksi yang sangat serius.

2.8 KOMPLIKASI
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit
lain yaitu :

a. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Beberapa
melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus infeksi

15
KA selama 1 – 2 tahun. Risiko ini menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun dan
infeksi KA selama 2 – 3 tahun. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua
pada perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11 kematian
pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru
ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10.
b. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker genital
lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis
c. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV.
d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah dinding
vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada
janin secara tenggorokannya
2.9 PENCEGAHAN
Penyakit ‘Condiloma Akuiminata’ merupakan salah satu penyakit menular seksual yang sering
dikeluhkan masyarakat. Oleh karena itu cara pencegahannya dilakukan berdasarkan program
IMS (Infeksi Menular Seksual).
1. Pencegahan Primer
 Perubahan perilaku
- Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’ ke arah
yang lebih memperhatikan kesehatan pasangan masing – masing. Setia hanya
pada 1 pasangan
- Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila terjadi hal
yang abnormal di sekitar genitalia untuk menghindari kondisi yang parah
 Akses kondom dan pengadaannya
- Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual
2. Pencegahan sekunder
 Layanan IMS

16
- Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu lembaga yang bisa
melayani masyarakat terkait penyakit – penyakit IMS ( Infeksi Menular
Seksual ).
Risiko untuk akuisisi infeksi HPV genital baru atau serviks berkorelasi dengan jumlah pasangan
seksual. Risiko infeksi genital tampaknya lebih rendah pada laki-laki yang disirkumsisi dan
pasangan seksual mereka, dan ada bukti bahwa penggunaan rutin kondom sebagian dapat
melindungi terhadap akuisisi infeksi HPV genital. Meluasnya skrining pap smear di Amerika
Serikat dan negara-negara maju lainnya telah sangat mengurangi kejadian kanker serviks invasif.
Vaksin HPV profilaksis merupakan pendekatan terbaru untuk mencegah infeksi HPV genital.
Vaksin yang tidak menular, didasarkan pada self-assembly dari protein L1 menjadi virus like
particles ( VLPs ) yang morfologi dan antigennya menyerupai authentic capsids. Vaksin VLP
profilaksis melindungi terhadap sebagian besar infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks.
2.10 PROGNOSIS
Kondiloma akuminata dapat memberikan prognosis baik dengan perawatan yang teliti dengan
memperhatikan higiene serta jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Pengrauh terhadap
kehamilan, perkembangan kehamilan, janin sangat minimal.

BAB III
PENUTUP
17
3.1 KESIMPULAN
Human papillomavirus (HPV) merupakan infeksi menular seksual yang paling banyak dijumpai.
Insidennya meningkat sejak 30 tahun terakhir. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif
terutama pada orang dewasa. Hasil studi ini didapatkan kelompok usia produktif yaitu usia 16-30
tahun yang terbanyak menderita kondiloma akuminata yang merupakan kelompok usia seksual
aktif. Kondiloma merupakan penyakit yang tidak life threatening. Jika tidak diobati kondiloma
akuminata dapat hilang sendiri, tetap sama, atau berkembang dalan ukuran dan jumlahnya.
Infeksi HPV umumnya transien tetapi persisten bergantung pada tipe HPV dan status imum host.
Setiap tahun satu juta kasus baru didiagnosa, duapertiga diantaranya adalah wanita.
Penegakan diagnosis kondiloma akuminata pada beberapa penelitian didasarkan pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik dengan gambaran klinis kondiloma akuminata yang tipikal.
Pengaplikasian asam asetat 3%-5% yang menyebabkan perubahan warna menjadi putih
(acetowhite) digunakan oleh beberapa layanan untuk mendeteksi infeksi HPV pada mukosa
genital. Sensitivitas acetowhite pada infeksi HPV cukup baik. Pemeriksaan ini menolong dalam
membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus.
Tingkat rekurensi bervariasi mulai 20-50% setelah dilakukan berbagai jenis terapi. Tetapi terapi
bedah dengan pemberian imiquimod terlihat lebih efektif. Meskipun banyak pilihan terapi namun
belum diputuskan terapi yang optimal untuk kondiloma akuminata.
3.2 SARAN
Pengisian lembar catatan medik harus lengkap sehingga data dapat dievaluasi secara
keseluruhan, pentingnya follow-up untuk mengetahui secara dini timbulnya rekurensi. Perlu
dilakukan pemeriksaan pada pasangan seksual pasien yang menderita kondiloma akuminata,
Anjuran untuk melakukan vaksinasi HPV profilaksis sebagai proteksi infeksi HPV.

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2.
EGC : Jakarta
2. Hatmoko. Condyloma Acuminata. 2009:2-5.
3. Infeksi Menular Seksual. 2005. Ed. 3. FKUI : Jakarta
4. Dias EP, Gouvea ALF, Eyer CC. Condyoma Acuminatum: its histopathological Pattern.
São Paulo Medical Journal. 1997. http://www.scielo.br/pdf/spmj/v115n2/v115n2a01.pdf
5. Fitzpatrick TB,  Wolff K, Allen R. Color atlas & Synopsis of Clinical Dermatology , 6th
edition. New York: McGraw-Hill Inc, 2009.p. 789,861-9,910.
6. Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, Ross J. European guideline for the management of
anogenital warts. IUSTI GW Guidelines. 2011:2-11.
7. Chang GJ, Welton M. Human Papilloma Virus, Condylonata Acuminata, and Anal
Naoplasia. Clinic in Colon and Rectal Surgery. 2004., 17(4), p. 221-230.
8. Djuanda A. Penyakit Virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p.
112-4.
9. Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of Candylomata
Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser and Imiquimod. J of IMAB- Annual
Procceding (Scientific Papers). 2012;18:246-9.

10. Boris Léonard, et al. A Clinical and Pathological Overview of Vulvar Condyloma
Acuminatum, Intraepithelial Neoplasia, and Squamous Cell Carcinoma. BioMed Research
International. Volume 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai