DISUSUN OLEH :
FARICH JAYA ACHMADI
2022207209035
A. Latar Belakang
1. Kriteria
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh
darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi
sering dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat
menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit
yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan
berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung
koroner, penyakit ginjal dan stroke, sehingga penanganannya harus segera
dilakukan sebelum komplikasi dan akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat
menurunkan umur harapan hidup penderitanya (Sulastri, Elmatris, and
Ramadhani, 2012). Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana
tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik
terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015).
Masalah-masalah yang terjadi pada lansia dapat diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan lansia. Proses Aushan
keperawatan lansia adalah metode asuhan yang bersifat sistematis, dinamis
dan berkesinambungan untuk menyelesaikan masalah kesehatan lansia
melalui tahapan pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan
intervensi dan evaluasi keperawatan (Friedman et. All, 2010). Tahap
pengkajian merupakan tahap penting karena dapat mengidentifikasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang terjadi.
Pengkajian lansia adalah langkah awal dalam melakukan asuhan
keperawatan gerontik. Pengkajian merupakan suatu proses untuk
mengumpulkan data-data dan informasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan lansia serta mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dialami oleh lansia. Data-data pengkajian dapat diperoleh
dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data sekunder. Pengkajian
dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori-teori atau model-model
pengkajian lansia yang sesuai. Model pengkajian lanisa yang digunakan
adalah model pengkajian keperawatan lansia menurut friedman. Untuk
mendapatkan data yang lengkap, planing perawat minggu ini akan
melakukan pengkajian yang komprehensif dengan teknik pengkajian berupa
wawancara, diskusi, observasi, dan pemeriksaan fisik.
Hasil pengkajian awal didapatkan data Tn. S (70 tahun) merupakan
tipe keluarga inti yang terdiri atas 2 anggota keluarga. Tn. S sehari-hari
tidak bekerja hanya sesekali ke kebun untuk bercocok tanam. Tn. S
mengatakan memiliki darah tinggi kadang sering mengeluh kepala pusing
dan tengkuknya terasa berat. Secara umum, keluarga Tn. S dalam keadaan
sehat, sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari, anggota keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit menahun.
2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a. Data umum
b. Riwayat keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
3. Masalah keperawatan keluarga
Belum diketahui
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosis keperawatan
Belum dapat ditegakkan
2. Tujuan Umum
Setelah diadakan pertemuan selama 1x 45 menit diharapkan data-data yang
perlu pengkajian lebih lanjut dapat terkumpul.
3. Tujuan Khusus
a. Data umum/ data demografi
b. Riwayat kesehatan dan tahap perkembangan
c. Data aktifitas sehari-hari
d. Data hasil pemeriksaan fisik
e. Diagnosis keperawatan dan tindak lanjut
f. Konseling