Anda di halaman 1dari 9

NAMA KELOMPOK

1. Fanny Okte Novita Sari (0118015)


2. Ivo Pramaysella (0118020)
3. Lailatul Mudrika (0118022)
4. Putri Aulia Soraya (0118031)
5. Rosa Sulistia Ningsih (0118035)
6. Taufiq Hidayat (0118041)

PROGRAM ILMU KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

KOTA MOJOKERTO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa
merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku
manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya
(ANA).
Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses
dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri
yang positif , meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar
lebih berproduktif di masyarakat.”
Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental adalah “ proses interpersonal
dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi
integrasi. Pasien tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atu masyarakat.
Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi ,
management.”

B. Falsafah Keperawatan Jiwa


Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu dihargai.
Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing
individu tersebut berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah
mahkluk holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu
perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan
tindakan.
C. Standar Praktek Keperawatan Jiwa
A. STANDAR I : PENGKAJIAN
Pernyataan
Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang di
peroleh dari berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode pengkajian.
Rasional
Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik
(diagnosa keperawatan) dan membuat perencanaan intervensi keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Kriteria struktur
1. Ada kebijakan pemberlakuan/ SAK dan SOP
2. Adanya petunjuk teknis
3. Tersedianya format pengkajian
Kriteria proses
1. Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga/masyarakat
2. Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai metode
pengkajian dan dari berbagai sumber
3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis
4. Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode validasi
5. Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian
Kriteria hasil
1. Memperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan
didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan
2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data

B. STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pernyataan
Perawat menganalisa d ata hasil pengkajian untuk menegakkan
diagnose keperawatan jiwa. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan
merupakan keputusan klinis perawat tentang respons individu, keluarga dan
masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang aktual maupun resiko.
Rasional
Melalui diagnosis keperawatan yang ditegakkan, perawat memperlihatkan kemampuan
melakukan justifikasi ilmiah dalam membuat keputusan klinik
Kriteria struktur
1. Adanya daftar diagnosa keperawatan
2. Kebijakan SAK
Kriteria proses
1. Menganalisa data pasien
2. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien
3. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien
Kriteria hasil
Diperoleh serangkaian masalah keperawatan yang actual maupun resiko sesuai dengan
kondisi pasien.

C. STANDAR III: PERENCANAAN


Pernyataan
Perawat mengembangkan serangkaian langkah, langkah penyelesaian masalah kesehatan
pasien dan keluarga yang terencana dan terorganisir dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain. Perencanaan menggambarkan intervensi yang
mengarah pada kriteria hasil yang diharapkan.
Rasional
Rencana tindakan keperawatan digunakan sebagai pedom dalam melakukan tindakan
keperawatan yang terapeutik, sistematis dan efektif untuk mencapai hasil yang
diharapkan
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK
2. Adanya format rencana keperawatan
Kriteria proses
1. Memprioritaskan masalah keperawatan
2. Merumuskan tujuan keperawatan
3. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan ma
salah pasien
4. Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini
5. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Kriteria hasil
Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada kemampuan
kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga

D. STANDAR IV : PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pernyataan
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan sesuai dengan kewenangan.
Rasional
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mencegah munculnya masalah
kesehatan jiwa, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan pasien.
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK dan SOP
2. Tersedia pedoman pelaksanaan tindakan
Kriteria proses
1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan
dengan pendekatan hubungan terpeutik
2. Melibatkan pasien (keluarga) dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan perkembangan kesehatan pasien
4. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil
Tindakan keperawatan dan respon pasien terdokumentasikan

E. STANDAR V : EVALUASI
Pernyataan :
Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk
menilai pencapaian tujuan
Rasional
Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan.
Kriteria struktur
Adanya SOP dan instrumen
Kriteria proses
1. Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil
2. Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan
3. Melibatkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil
1. Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan
2. Perubahan data pasien terdokumentasikan
3. Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan
4. Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan

D. Kriteria Jiwa Sehat


Ada berbagai definisi terkait orang yang sehat jiwanya ini. Menurut Menninger
(dalam Yusuf, Fitrayasi, dan Nihayati 2015:5) orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta
berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
Sementara menurut Patrick (Yusuf, et al. 2015:5) mendefinisikan orang yang
sehat jiwanya adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi
optimal sesuai apa yang ada padanya. Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa sulit
untuk menentukan seseorang memiliki jiwa yang sehat atau sakit. Akhirnya, hal ini
membuat orang mengesampingkan kesehatan jiwanya. World Health Organization
(WHO) pun telah menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya:
1. Dapat menerima kenyataan pahit
2. Bebas dari rasa tegang dan cemas
3. Puas terhadap usahanya/perjuangannya
4. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
5. Memiliki kasih sayang yang besar
6. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari
7. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 1992, Jakarta, Pedoman Kerja Perkesmas Jilid I


Departemen Kesehatan RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan
Masyarakat.

Depkes RI, 1985, Jakarta, Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat


2010.”

Anda mungkin juga menyukai