Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“TUBERCLOSIS”

Pembimbing : Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep., Ns., M.Kes

Kelompok 1 :

Lailatul Mudrika 0118022

Nor Syamsyia 0118028

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada

Mojokerto

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TUBERCLOSIS”
dalam makalah ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten membimbing kami
2. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam belajar
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan sarannya
Penyusun menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun
bagi pembaca.

Mojokerto, 8 september 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan masalah ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep tuberculosis ................................................................................... 2
2.1 Penegertian ...................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan fisiologi ...................................................................... 3
2.3 Etiologi ........................................................................................... 5
2.4 Manifestasi klinik ............................................................................ 6
2.5 patofisiologi ..................................................................................... 8
2.6 patway ............................................................................................. 9
2.7 pemeriksaan diagnostik ................................................................. 11
2.8 pentalaksanaan .............................................................................. 12
2.9 komplikasi ..................................................................................... 14
B. asuhan keperawatan pasien tuberculosis ................................................. 15
A. pengkajian .......................................................................................... 15
B. diagnose .............................................................................................. 17
C. intervensi ............................................................................................ 18
D. evaluasi ................................................................................................ 21
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................... 22
B. Saran .......................................................................................................... 22
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis /TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
dan terapinya. Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati urutan
ketiga India dan China dalam hal jmlah penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Perkiraan penderita TBC di Indonesia pada 2017 sekitar 1.020.000 kasus. Kini dengan
jumlah yang berkurang menjadi 842 ribu kasus Dari keseluruhan perkiraan kasus, sebanyak
39 persen belum ditemukan dan terlaporkan. Sementara untuk kasus TB resisten obat, atau
penyakit TBC yang harus ditangani dengan pengobatan lebih lanjut karena bakterinya kebal
terhadap obat, dilaporkan sebanyak 4.400 kasus di Indonesia. Jumlah kasus TB yang
ditemukan pada anak sebesar 52.929 kasus, dan penyakit TBC yang juga terdapat pada
pengidap HIV sebanyak 7.729 kasus. Dari seluruh kasus tersebut, angka keberhasilan
pengobatan mencapai 89 persen. Wiendra mengatakan, penyakit TBC sebenarnya bisa
disembuhkan asalkan disiplin dalam menjalankan pengobatan. “TBC bisa disembuhkan
dengan catatan melakukan pengobatan teratur,” kata dia. TBC merupakan penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh bakteri dari manusia ke manusia. Penyakit TBC tidak bisa
ditularkan dari binatang ke manusia. TBC bisa menyerang siapa saja, terutama usia produktif
dan anak-anak.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaiamana asuhan keperawatan dengan pasien tuberculosis?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
1. Untuk mempelajari asuhan keperawatan dengan pasien tuberculosis
b. Tujuan khusus
1. Untuk memepelajari pengkajian pada pasien tuberculosis dengan asuhan keperawatan

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep tuberculosis
2.1. Pengertian tuberculosis

TB atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
micro tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak. Tuberkulosis bukan penyakit
keturunan atau kutukan dan dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur, diawasi oleh
Pengawasan Minum Obat (PMO). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB. Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi bisa juga organ
tubuh lainnya. (kemkes 25 apr 2017)

Ketahuilah bahwa Tuberkulosis :

1) Gejala awal penyakit Tuberkulosis (TB) tidak spesifik, umumnya adalah batuk produktif
yang berkepanjangan (>3 minggu), sesak nafas, nyeri dada, anemia/kurang darah, batuk
darah, rasa lelah, berkeringat di malam hari.
2) TB mudah menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri micro bacterium tuberculosa
yang dilepaskan pada saat penderita TB paru batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TB paru dewasa.
3) Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan
teratur, minimal selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (PMO).
4) Imunisasi BCG adalah salah satu alterbnatif pencegahan TB.
5) Segera lakukan pencegahan penularan penyakit TB bila telah terdiagnosa.
2.2. anatomi fisiologi thorax

6
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga
hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
b. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan eshopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya di belakang laring (laring-faringeal).
c. Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan dari
columna vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan
masuk ke dalam trachea di bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang
diikat bersama oleh ligamen dan membran. Paru-paru terdapat dalam rongga toraks
pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh
d. pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan
surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan
jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan
alveolus akibat kerja mekanik dan otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan
beberapa aspek yaitu
1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) antara darah
sistemik dan sel-sel jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah respimi atau
respirasi interna menipakkan stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana

7
metabolikdioksida untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk
sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
4) Transportasi, yaitu tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi
gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5
urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial
antara darah dan fase gas.
5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusim (aliran
darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi dari unit
pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan
istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-
paru.
Secara garis besar bahwa paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara
2. atmosfer ke darah vena dan mengeluarkan gas karbondioksida dari
3. alveoli ke udara atmosfer
4. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi
5. Reservoir darah
6. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
2.3. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan
dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, etal 2001). Karakteristik bakteri mycobacterium
tuberculosa Menurut Darmajono (2001), karakteristik Mycobacterium tuberculosis adalah
sebagai berikut :
1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1–4 mm dengan tebal 0,3–
0,6 mm.

2. Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.

3. Pewarnaan Ziehl-Nellsen tampak berwarna merah dengan latar belakang biru.

4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil, hasilnya Gram Positif.

5. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom

mengandung lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat

yang khas pada bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan

8
germisida tertentu

6. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang
dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.
7. Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12–18 jam dengan suhu optimum
37oC.
8. Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap virulen.
9. Kuman mati dengan penyinaran langsung matahari.

Gambar mycrobacterium tuberculosis

2.4. Manifestasi klinik


1. Demam
Ciri-ciri TBC pertama yang bisa dikenali adalah munculnya demam. Demam terutama
pada malam hari merupakan salah satu ciri-ciri penyakit TBC yang muncul di awal
perjalanan penyakit. Biasanya pada pagi hingga sore hari badan terasa bugar, namun
anehnya menjelang malam badan akan terasa lemah diikuti oleh demam. Suhu tubuh saat
demam biasanya tidak terlalu tinggi. Demam pada malam hari ini dapat berlangsung lama
yaitu lebih dari 3 minggu meski sudah diobati menggunakan obat penurun demam.
2. Keringat di malam hari
Keringat malam hari yang dikuti dengan penurunan suhu tubuh sehabis demam adalah
gejala TBC yang umum terjadi. Meski suhu pada malam hari atau saat subuh sudah dingin,
namun badan akan mengeluarkan banyak keringat. Malah biasanya keringat yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan keringat pada siang hari. Bahkan keringat ini dapat
membuat baju menjadi basah hingga penderita sering berganti baju pada malam hari.
Keringat malam ini dapat diikuti menggigil, meski tidak terjadi pada semua orang.

9
3. Menurunnya berat badan
Penurunan berat badan dan nafsu makan merupakan ciri-ciri TBC. Penurunan berat
badan dapat terjadi bahkan ketika penderita merasa bahwa nafsu makannya baik-baik saja.
Selain karena kurangnya makanan yang masuk, turunnya berat badan disebabkan oleh
karena zat yang dikeluarkan oleh kuman dapat membuat tubuh memakai banyak energi
sehingga dilakukan pemecahan cadangan makanan dalam tubuh. Karena penyakit TBC
merupakan suatu penyakit yang proses perjalanan penyakitnya lama, kadang penderita
serta keluarganya tidak menyadari bahwa tubuhnya yang kurus merupakan hasil karya
penyakit TBC. Infeksi kuman TBC juga membuat seseorang kehilangan nafsu makannya
sehingga membuatnya membatasi porsi dan frekuensi makan.
4. Lelah yang berlebihan
Rasa lelah dan tidak enak badan sering dirasakan meski tidak beraktivitas fisik yang
berat juga merupakan ciri-ciri TBC (meski kurang spesifik). Biasanya penderita akan
merasa letih berlebih serta tidak bersemangat walau ia belum banyak memakai tenaganya
pada hari itu. Penderita juga dapat merasa tubuhnya pegal-pegal dan sering sakit kepala.
5. Warna kulit menjadi lebih pucat
Memucatnya warna kulit merupakan tanda-tanda TBC yang terjadi bila Anda
kekurangan sel darah merah. Penyakit TBC yang telah berjalan lama biasanya akan
menyebabkan keadaan kurangnya sel darah merah atau biasa disebut anemia. Kekurangan
sel darah merah dapat membuat warna kulit terutama di anggota gerak menjadi lebih
pucat.
6. Batuk
Batuk-batuk merupakan ciri-ciri TBC yang sering ditemukan. Namun pada penyakit
TBC, batuk yang ditimbulkan biasanya berjalan lambat. Maksudnya ialah, awalnya batuk
tidak diikuti oleh pembentukan dahak alias batuk kering saja. Seiring berjalannya waktu,
batuk menjadi berdahak bahkan dahaknya kental, warna kuning hijau dan agak berbau.
Bila tidak segera mendapatkan penobatan, dahak dapat bercampur dengan sedikit darah.
lebihparahnya lagi, lama kelamaan batuk tidak akan mengandung dahak namun hanya
mengeluarkan darah murni. Biasanya gejala penyakit TBC ini berlangsung lebih dari 3
minggu.
7. Dada terasa nyeri
Nyeri dada dapat terjadi bila penyakit TBC sudah melibatkan suatu lapisan pembungkus
paru yang disebut dengan pleura. Ciri-ciri penyakit TBC ini menunjukkan bahwa kuman

10
TBC bukan lagi hanya menginfeksi satu organ tubuh (paru-paru) namun sudah menyebar
ke organ lainnya. Nyeri terutama dirasakan tepat saat mengambil dan mengembuskan
napas.
8. Napas sesak
Sesak napas ialah ciri-ciri TBC yang sudah lanjut dan tidak diobati. Berbeda dengan ciri-
ciri penyakit paru lainnya, penderita penyakit TBC yang baru terjadi biasanya tidak akan
mengeluarkan keluhan sesak napas.
9. Benjolan di leher
Benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di leher dapat terjadi karena penyakit
TBC. Perlu diketahui, sebenarnya kuman TBC tidak hanya menyerang paru, namun dapat
menyerang seluruh organ tubuh.
2.5. Patofisologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui
system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya. Sistem imun
tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit
specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan
penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah
mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa
jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke
bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru
yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut
(Smeltzer & Bare, 2001).

11
2.6. patway
Udara tercemar
Di hirup orang rentan Kurang informasi
mycrobacterium

Tuberculose masuk paru-paru kurang pengetahun


hipertermia
reaksi inflames / peradangan

penumpukan eksudat dalam elveoli

tuberkel produksi secret berlebih

meluas mengalami perkejuan secret sudah di keluarkan bersin

Penyeberan klasifikasi
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Hematogen
napas
limfogen

peritoneum menganggu perfusi

& difusi O2 Resti penyebaran


infeksi pada orang lain
As.lambung

Mual, anoreksi Gangguan


pertukaran gas

Perubahan nutrisi Resti penyebaran


Kurang dari infeksi pada diri
sendiri
Kebutuhan tubuh

` Sumber : NANDA (2013) dan soemantri (2008)

12
2.7. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Radiologi :
 Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, di kelilingi oleh bayangan opak berawan
 Pada kavitas bayangan berupa cincin.
 Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

gambar thorax pada pasien tb gambar thorax normal

13
2. Bronchografi :
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB. Dengan cara kerja brokoskopi pasien yang telah di jadwalkan menjalani
bronkoskopi harus menjalni puasa setelah tengah malam Terkadang dokter akan
menyarankan pasien untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan mulai beberapa hari
sebelum bronkoskopi. Langkah pertama tindakan ini bergantung pada jenis bronkoskop
yang digunakan. Kedua jenis bronkoskopi akan membutuhkan infus (kateter yang
dimasukkan ke pembuluh darah) untuk memberikan obat-obatan, seperti obat bius,
untuk kenyamanan pasien. Apabila menggunakan bronkoskop yang kaku, selama
tindakan harus ada ahli obat bius untuk melakukan pengawasan. Karena tindakan ini
dapat menghambat proses pernapasan, pasien akan dihubungkan dengan sebuah alat
yang mengawasi tanda vital tubuh, seperti detak jantung dan tekanan darah. Oksigen
dapat diberikan ke pasien melalui hidung atau mulut dengan menggunakan tabung atau
kanula (tabung kecil yang lentur). Obat bius lokal akan diberikan di bagian belakang
tenggorokan dan hidung, yang akan dilewati oleh bronkoskop. Kemudian, bronkoskop
akan dimasukkan melalui mulut atau hidung, melewati pita suara, saluran udara, dan
paru-paru. Setelah itu, kamera akan mulai mengambil gambar. Dokter spesialis juga
dapat memilih untuk melakukan aspirasi jarum atau biopsi dengan forcep (alat penjepit)
untuk mengambil sampel jaringan, cairan, atau mukus. Bronkoskopi membutuhkan
waktu sekitar satu jam
3. Laboratorium :
 Darah :
1. leukosit meninggi Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dari dua belas
sampel yang diperoleh didapatkan bahwa jumlah leukosit sebelum pengobatan
25% meningkat dan setelah pengobatan 25% meningkat dan 8% menurun. Hasil
limfosit sebelum pengobatan 17% menurun dan setelah pengobatan 17%
meningkat dan 8% menurun. Hasil monosit sebelum pengobatan 25% meningkat
dan setelah pengobatan 25% meningkat. Hasil granulosit sebelum pengobatan
25% meningkat dan setelah pengobatan 8% meningkat dan 25% menurun.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan jumlah leukosit dan jenis
leukosit sebelum pengobatan menandakan adanya proses TB yang aktif sedangkan
terjadinya penurunan setelah pengobatan satu bulan intensif yang berarti
pengobatan dengan OAT dapat menurunkan jumlah leukosit dan jenis leukosit.
2. LED (laju endap darah) semakin meningkat sel darah merah menggumpal artinya
tubuh kita mengalami maslaah karena mengalami peradangan laju endap darah dii

14
ukur dalam militer per jam(mm/jam) berdasarkan usia, nilai normal laju endap
darah
 0-10 mm/jam pada anak-anak
 0-15 mm/jam pada pria di bawah usia 50 tahun
 0-20 mm/jam pada pria di atas usia 50 tahun
 0-20 mm/jam pada wanita di bawah usia 50 tahuan
 0-30 mm/jam pada wanita di atas usia 50 tahuan
 Sputum :
1. pada kultur ditemukan BTA(bakteri tahan asam) (+) pemerikasaan BTA di
lakukan dengan memeriksaaan keberadaan bakteri dari berbagai organ tubuh,
utamanya melakukan sampel dahak, mengingat TB paling sering menyerang
paru-paru. Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau
dengan cara:
a) Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
b) Dahak Pagi ( keesokan harinya )
c) Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
 Test Tuberkulin :
1. mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm) menggunakan sebuah jarum kecil
untuk menyuntikkan cairan tes yang tidak berbahaya (yang disebut "tuberculin")
di bawah kulit, kulit tersebut aan beraksi terhadap antigen dengan memunculkan
benjolan merah di kulit yang di tes dalam waktu dua hari.
2.8. Penatalaksanan
a. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi
cepat. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :

15
1) Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping
yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi
ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus
membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal.
Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
Dosis: dewasa : 5mg/kgBB/300mg per hari
Anak anak : 10-15mg/kgBB hingga 300mg per hari
2) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek
samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia.
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau jingga pada air seni dan
keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak
menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolismeobat dan
tidak berbahaya.
Dosis: dewasa : 8-12mg/kgBB per hari
Anak anak : 10-20mg/kgBB per hari, dosis maksimum 600mg per hari
3) Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis,
atralgia.

Dosis: dewasa : 2 gram untuk BB kurang dari 50

2,5-3 gram untuk BB 50 atau lebih

Anak anak : 50mg/kgBB

4) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
Dosis: dewasa : 15mg/kgBB per hari, tidak lebih dari 1 gram per hari
Anak anak : 20-40mg/kgBB per hari, tidak lebih dari 1 gram perhari

16
5) Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau,
maupun optic neuritis.
Dosis: dewasa : 15mg/kgBB satu kali sehari atau 30 mg/kgBB, tiga kali
seminggu
Anak anak : 25mg/kgBB sekali sehari selama 60 hari
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberculosis dilakukan dengan prinsip prinsip dimana OAT harus
di berikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakian OAT-kombinasi dosis
tetap (OAT-KDT)lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan untuk menjamin
kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsng (DOT= Directly
observel treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO) pengobatan TB
diberikan dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
 Tahap awal (intensif) adalah suatu tahap dimana pasien mendapat obat
setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut di berikan secara
tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dlm kurun waktu 2
minggu. Sehingga pasien TB, BTA positif menjadi BTA negative (konversi)
dalam 2 bulan.
 Sedangkan tahap lanjutan adalah suatu tahap dimana pasien mendapat jenis
obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
2.9. Komplikasi
Infeksi tuberculosis (tbc) tidak hanya menyerang paru paru dan saluran pernapasan,
jika tidak diobati dengan baik penyakit ini akan memburuk dan bisa memicu komplikasi
yang cukup serius di organ lain termasuk tulang dan bahkan otak Dikutip dari mayo clinic
dan everyday health, 8 september 2012. Beberapa komplikasi yang sering ditemukan
pada pasien tb antara lain

17
1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman tb menyebar dari
paru paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga banyak terinfeksi
dan memicu nyeri di bagian tersebut

2. Kerusakan otak
Kuman tb yang menyebar hingga ke otak bisa menyebab kan meningitis atau
peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada
membrane yang menyelimuti otak dan sering kali berakibat fatal atau mematikan.
3. Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada di aliran darah. Fungsi ini
mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman tb
4. Kerusakan jantung
Jaringan disekitar juga bisa terinfeksi oleh kuman tb. Akibatnya bisa terjadi cardiac
tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak
efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal
5. Gangguan mata
Ciri ciri mata yang sudah terinfeksi tb adalah berwarna kemerahan, mengalami
iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain
6. Resistensi kuman
Pengobatan jangka panjang sering kali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada
yang putus obat karena bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin
membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus di ganti dengan obat yang
lain yang lebih kuat.
B. Konsep Asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis
A. Pengkajian
a) Data pasien
Penyakit tuberculosis dapat menyerang manusia melalui dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hamper sama antara laki laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di
daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahay matahari
kedalam rumah sangat minim.
Tuberculosis pada anak dapat terjadi diusia berapapun namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak anak lebih sering mengalami TB luar paru-
paru (extrapulmunary) dibanding TB paru-paru dengan perbandinag 3:1

18
tuberculosis luar paru adalah TB berat yang terutaman ditemukan pada usia < 3
tahun. Angka kejadian TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah kemudian
meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien
dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).

b) Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1. Demam : subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk puluren (mengasilkan sputum).
3. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
paru
4. Nyeri dada: jarang ditemukan. Nyeri akan timbul bila infultrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritic
5. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6. Sianosis, sesak napas, dan colaps merupakan gejala atelectasis. Bagian dda
pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang
sakit.
7. lelah yang berlebihan
8. warna kulit menjadi lebih pucat
9. ada benjolan di leher
10. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagian penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi saluran menular.
c) pemeriksaan fisik:
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara umforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak)

19
d) analisa data:
No Data Masalah

1.  Secret kental atau mengandung darah Bersihan jalan napas tidak efektif
 Fatigue
 Kemampuan batuk kurang
 Edema trakea/faring
Data objektif
 Suara napas abnormal (ronchi/rales, wheezing)
 Frekeuensi napas…. x/menit ( > normal ) dengan irama
(regular/ireguler)
 Dsynep
2. Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan : Ketidakseimbangan nutrisi
 Perasaan mual
 Batuk produktif
Data objekti
 Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (maka
lebih dari porsi yang di anjurkan)
 Adanya penurunan berat badan ( tidak selalu muncul)
 Penurunan labortorium darah (albuminimia

3.  Tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri, Risiko penyebaran infeksi


menurunya aktivitas selia secret statis
 Kerusakan jaringan atau terjadi infeksi lanjutan
 Malnutri
 Paparan lingkungan
 Kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari
kuman pathogen
4.  Image penyakit tentang penyakit Resiko gangguan harga diri
 Perasaan malu

B. Diagnose
1. Ketdakefektifan bersihan jalan napas b.d pus yang berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah dan
batuk produktif

20
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
4. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan jaringan atau terjadinya infeksi lanjutan (penkes
agar tidak terjadi penularan infeksi)
C. Intervensi
No Diagnosis Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Jalan napas bersih dan Independen  Adanya perubahan
napas tidak efektif efektif setelah…. Hari  Mengkaji fungsi fungsi respirasi dan
berhubungan dengan perawatan dengan kriteria: respirasi antara lain penggunaan otot
 Secret kental  Batuk berkurang/hilang, suara, jumlah, irama, tambahan
atau tidak sesak dan secret dan kedalaman napas. menandakan kondisi
mengandung berkurang Serta catatan pula penyakit yang masih
darah  Suara napas normal mengenai pengunaan dalm kondisi
 Fatigue (vesicular) otot napas tambahan penangan penuh.
 Kemampuan  Frekuensi napas 16-20  Kemampuan  Ketidakmampuan
batuk kurang x/menit (dewasa) mengeluarakan secret mengeluarkan secret
 Edema  Tidak dsynep atau batuk secara efektif menjadikan
trakea/faring  Mengetur posisi tidur timbulanya
Data objektif fowler, membatu untuk penumbukan
 Suara napas batuk efektif dan berlebihan pada
abnormal menarik napas dalam saluran pernapasan
(ronchi/rales,  Membersihkan secret  Posisi fowler
wheezing) dalm mulut dan trakea memberikan
 Frekeuensi  Memberikan kesempatan paru-
napas…. x/menit Kurang lebih lebih paru berkembang
( > normal ) 2200ml/hari, secara maksimal
dengan irama meganjurkan minum akibat diafragama
(regular/ireguler) dalm kodisi hangat jika turun kembawah,

 Dsynep tidak ada kontra indikasi batu efektif


mempermudah
ekspektorasi mucus.
 Pasien dalam kondisi
sesak cenderung
bernafas dari mulut
jika tidak di lanjuti

21
akan mengakibatkan
stomatitis
 Air di gunakan untuk
mengaggantikan
keseimbangan cairan
tubuh akibat cairan
banyak keluar
melalui pernapasan.
Air hangat akan
mempermudah
pengenceran secret
melalui proses
konduksi yang
mengakibatkan arteri
pada area sekitar
leher fase dilatasi dan
mempermudah cairan
dalam pembuluh
darah dapat di ikat
mokus/secret.
2. Ketidakseimbangan Keseimbangan nutria Independen  Menjadi data focus
nutrisi Kurang dari terjaga setelelah…. Hari  Mendokumentasikan untuk menentukan
kebutuhan tubuh pertama dengan kriteria : status nutrisi dan rencana tindakan
yang berhubungan  Perasaan mual hilang mencatat turgor kulit, selanjutnya.
dengan : atau berkurang berat badan saat ini,  Meningkatkan
 Perasaan mual  Nafsu makan meningkat tingkat kehilangan BB, kenyaman daerah
 Batuk produktif  Berat badan tidak integritas mukosa mulut, mulut sehingga
Data objektif mengalami penurunan tonos perut, dan riwayat akan meningkatkan
 Adanya sisa dan stabil nausea/ vomit atau diare perasaan napsu
makanan dalam  Dapat menghabiskan  Memberikan oral care makan.
tempat makan porsi makan yang di sebelum dan sesudah  Meningkatkan
pasien (maka sediakan penatalaksaan respiratori intake makanan dan
lebih dari porsi  Hasil analisi  Menganjurkan makan nutrisi, terutama
yang di anjurkan) laboraturium sedikit, diet TKTP. kada protein tinggi
menyatakan protiein yang dapat

22
 Adanya darah/albumin dalam  Menganjurkan keluarga meningkatakan
penurunan berat rentang normal untuk membawah mekanisme tubuh
badan ( tidak makannan dari rumah dalam proses
selalu muncul) terutama yang di sukai penyembuhan.
 Penurunan dan kemudian makan  Meningkatkan
labortorium bersam intake pasien
darah makanan yang
(albuminimia berfungsi sebagai
sumber energi bagi
penyembuhan
3. Risiko Penyebaran nfeksi tidak Independen  Untuk mengetahui
penyebaran terjadi selama perawatan  Pengkaji patologi kondisi nyata dari
infeksi dengankriteria : penyakit (fasaktif/inaktif) masalah pasien fase
berhubungan  Dapat memeperlihatkan dan potensial penyebaran inaktif tidak berarti
denga perilaku sehat (menutup infeksi melalui airborne tubuh pasien sudah
 Tidak mulut ketika batuk atau droplet Selama batu, bebas dari kuman
adekuatnya bersin) bersin, ludah, berbicar, tuberculosis.
mekanisme  Tidak muncul tanda tertawa, dan lain-lain  Mengurangi resiko
pertahanan diri, tanda infeksi lanjutan  Mengidentifikasi resiko anggota keluarga
menurunya  Tidak ada anggota penularan kepada orang untuk tertular
aktivitas selia keluarga/orang terdekat lain seperti anggota dengan penyakit
secret statis yang tertular penyakit keluarga dan teman dekat. yang sama dengan
 Kerusakan seperti penderita Mengintruksikan kepada pasien.
jaringan atau pasien jika batuk/bersin,  Penyimpanan
terjadi infeksi maka ludahkan ke tisu. sputum pada wadah
lanjutan  Menganjurkan yang terdisinfeksi
 Malnutri penggunaan tisu untuk dan pengguaan
 Paparan membuang sputum masker dapat
lingkungan meriviuw pentingnya meminimalkan
 Kurangnya mengontrol infeksi, penyebaran infeksi
pengetahuan misalnya dengan melalui droplet.
untuk mencegah menggunakan masker  Peningkatan suhu
paparan dari  Memonitor suhu sesuai menandakn
kuman pathogen indikasi. terjadinya infeksi
skunder.

23
4. Resiko gangguan Harga diri pasien dapat Independen  Mengetahui aspek
harga diri terjaga/tidak terjadi ganguan  Mengkaji ulang konsep diri yang negative
berhubungan dengan harga diri dengan kriteria: diri pasien dan positif,
 Image penyakit  Pasien  Memberikan penghargaan memungkinkan
tentang penyakit mendemostrasikan/men pada setiap tindakan yang perawat
 Perasaan malu unjukkan aspek positif mengarah pada menentukan
dari dirinya. peningkatan harga diri rencana lanjutan.
 Pasien mampu bergaul  Menjelaskan tentang  Pujian dan
dengan orang lain tanpa kondisi pasien perhatian akan
merasa malu.  Melibatka pasien dalam meningkatkan harga
setiap keadaan diri pasien.
 Pengetahuan
tentang kondisi diri
akan menjadi dasar
bagi pasien untuk
menentukan
kebutuhan bagi
dirinya.
 Pelibatan pasien
dalam kegiatan
akan meningkatkan
mekanisme koping
pasien dalam
menangani masalah

D. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada intervensi yang telah di lakukan pada pasien TB paru dengan
diagnose kebersihan jalan napas tidak efektif dari berbagai rencana dan tindakan
menunjukan tujuan dan kriteria hasil tercapai.

24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
TB atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri micro tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak. Tuberkulosis
bukan penyakit keturunan atau kutukan dan dapat disembuhkan dengan pengobatan
teratur, diawasi oleh Pengawasan Minum Obat (PMO). Tuberkulosis adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru tetapi bisa juga organ tubuh lainnya. Tuberkulosis disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam
(BTA). (Suyono, etal 2001).
Adapun anatominya tentanag pernafasan adalah Saluran penghantar udara
hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trachea, bronkus, dan
bronkiolus. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum
(rongga hidung).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia
Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus
benar-benar segera ditangani dengan cepat.
3.2. Saran
Kami harapakan kepada pembaca dapat memahami tentang konsep dan suhan
keperawatan tentang tuberculosis dan paling tepat untuk mencegah penyakit
tuberkulosis adalah Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC
adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta
teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

25
DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A., Wilson, L. M., 2006. P. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6 volume
2. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N, Hardhi Kusuma.
Wilkinson, M, Judith dan Ahern, R, Nancy. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 9 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Soemantri, irman.2007. keperawatan medical bedah asuahan keperawatan pada pasien
dengan gangguansistem pernapasan. Jakarta: selemba medika
Djodibroto, darmanto. 2007. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC
https://www.oregon.gov/oha/PH/DISEASESCONDITIONS/COMMUNICABLEDISEA
SE/TUBERCULOSIS/Documents/patiented/tst/tstIND.pdf
di akses 22 sepetember 2019
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
di akses 22 sepetember 2019
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/index.php?view=print&cid=1-
17042500005&id=tuberkulosis-tb-
di akses 22 sepetember 2019

26

Anda mungkin juga menyukai