RSUD WAHIDIN
OLEH:
LAILATUL MUDRIKA
NIM: 0118022
MOJOKERTO 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Kepala Ruangan
……………..
NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN
RSUD WAHIDIN
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan
apendiks. Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi
hanya untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses.
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang
perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan
kenyamanan) .
Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung
proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien
untuk melakukan mobilisasi setelah operasi.
2. Etiologi
Terjadinya apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
banyak sekali faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks
adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.Penyebab lain yang diduga dapat
menyebabkan apendisitis yaitu erosi mukosa karena parasit seperti E. Histolitica,
zat kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh kontipasi
3. Patofisiologi/WOC
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks, oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur krena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang menyebabkan edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai ooleh nyeri epigastrum.
Bila sekresi mukosa berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradanggan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis supertif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh pecah akan menjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut
infiltrart apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi akses atau
menghilang pada anak anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang dinding apendik lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi sedangkan pada orang
tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
WOC
obstruksi
Mukosa
terbendung
Apendiks
teregang
Tekanan
intralumina
Aliran dara
terganggu
Ulseri dan
infasi
bakteri
pada
dinding
apendiks
apendicitis
keparitonu Trombosis
m pd vena
intramural
peritonitis Pembengka
kan dan
iskemia
perforasi
Pembedaha
n operasi
Luka insisi
Resiko
infeksi
2) Laparoskopi
c. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b.d agen prosedur oprasi (D.0077)
Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0l09)
Risiko infeksi b.d kerusakan intregitas kulit(D.0l42)
d. Intervensi
berulang menurun
Terapuutik
-berikan tekhnk non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-fasilitasi istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab,
periode nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan monitor nyeri
secara mandiri anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
perawatan diri lx24 jam diharapkan (I.ll348)
b.d kelemahan perawatan diri meningkat Observasi
(D.0l09) (L.lll03) -identifikasi kebiasaan
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri
Kemampuan mandi sesuai usia
meningkat -monitor tingkat
Kemampuan kemandirian
menggunakan pakaian -identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
Kemampuan makan berpakaian, berhias, dan
meningkat makan
Kemampuan ke toilet
(BAK.BAB) Terapeutik
1. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1410/4/BAB%20II.pdf
diakses: 2018
2. https://id.scribd.com/doc/301766173/Etiologi-Appendicitis
diakses 2016
3. https://www.academia.edu/9140893/LAPORAN_PENDAHULUAN_APEND
ISITIS
diakses 2017
4. https://www.alodokter.com/penyakit-usus-buntu
diakses 2018
5. https://www.alomedika.com/penyakit/bedah+umum/apendisitis/prognosis
diakses 2019
6. https://www.academia.edu/8958096/Laporan_Pendahuluan_Appendisitis
diakses 2018
7. http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/523/1/KTI%20ASNAWI.pdf
diakses 2018
8. PPNI.20l7.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
9. PPNI.20l8. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
10. PPNI.20l9. Standar Keperawatan Indonesia.
NIM : 0118022
I. IDENTITAS
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Mojokerto
1. Keluhan utama :
Px mengeluh Nyeri setelah oprasi,
Kesadaran: composmentis
TB : l66
2) Mata
Mata simetris kanan kiri, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak
ikterik
3) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada cairan
4) Telinga
Bentuk telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen, pendengaran baik
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
- auskultasi: suara dasar vesikular, tidak ada suara tambahan disemua lapang paru
2) Jantung
- inspeksi: ictus cordis tidak tampak
- palpasi: ictus cordis teraba kuat di SIC V
- perkusi: pekak
- auskultasi: bunyi jantung I dan buni jantung II sama, tidak ada suara tambahan,
irama reguler
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: Bentuk simetris, terdapat luka post op apendiktomi dengan jahitan rapi, luka
bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang tidak bengkak, panjang luka 5cm,
Perkusi: tympani
Palpasi: tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu
9. Pemeriksaan Muskuloskeletal
10. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran ( Secara Kumulatif )
2) Tanda – tanda rangsangan otak ( Meningeal Sign )
3) Syaraf otak ( Nervus Crainalis )
4) Fungsi motorik
5) Fungsi sensorik
6) Reflek
a. Reflek Fisiologis
b. Reflek Patologis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- infus RL 20 tpm
- metamizol
- cefotaxim l00mg
ANALISA DATA
No. Register : -
terdapat luka
jahitan di Luka insisi
abdomen
tampak
meringis Nyeri akut
susah tidur
2. Ds: pasien tidak Apendik Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
bisa beraktifitas
seperti biasa,
memerlukan Pembedahan
bantuan (oprasi)
Do:
Kelemahan /
keletihan
Umur : 40
No. Register :
menurun -identfikasi
cedera nyeri
berulang
menurun Terapuutik
-berikan tekhnk non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
-kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-fasilitasi istirahat
dan tidur
-pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab,
1 periode nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi
pemberian
analgetik jika perlu
2. 14 juli Intoleransi Setelah Toleransi aktifitas Managemen energi
2020 aktivitas b.d dilakukan (L.05047) (l.05l7)
kelemahan tindakan lx24 Observasi:
(D.0056) JamDiharapkan -kemudahan dalam -identifikasi
Intoleransi Melakukan Akti- gangguan
aktifitas mulai fitas sehari hari fungsi tubuh yang
membaik meningkat mengakibatkan
kelelahan
-kecepatan berjalan
Meningkat -monitor kelelahan
fisik dan emosional
-kekuatan Tubuh
bagian atas -monitor pola dan
meningkat Jam tidur
-lakukan latihan
rentan gerak
pasif/aktif
-berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi:
-anjurkan tirah
baring
-anjurka melakukan
aktifitas secara
bertahap
Olaborasi:
-kolaborasi dengan
ahl gizi tentang
meningkatkan
asupan makanan