Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS APENDISITIS POST OP

DI RUANG SISTEM PENCERNAAN

RSUD WAHIDIN

OLEH:

LAILATUL MUDRIKA

NIM: 0118022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Rumah Sakit

Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kes ……………..

NPP. 10.02.023 NPP.

Mengetahui

Kepala Ruangan

……………..

NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS APENDISITIS POST OP

DI RUANG SISTEM PENCERNAAN

RSUD WAHIDIN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan
apendiks. Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi
hanya untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses.
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang
perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan
kenyamanan) .
Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung
proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien
untuk melakukan mobilisasi setelah operasi.
2. Etiologi
Terjadinya apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
banyak sekali faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks
adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.Penyebab lain yang diduga dapat
menyebabkan apendisitis yaitu erosi mukosa karena parasit seperti E. Histolitica,
zat kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh kontipasi
3. Patofisiologi/WOC
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks, oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur krena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang menyebabkan edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai ooleh nyeri epigastrum.
Bila sekresi mukosa berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradanggan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis supertif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh pecah akan menjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut
infiltrart apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi akses atau
menghilang pada anak anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang dinding apendik lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi sedangkan pada orang
tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
WOC

Fekalit, benda asing, erosi mukosa apendiks

obstruksi

Mukosa
terbendung

Apendiks
teregang

Tekanan
intralumina

Aliran dara

terganggu

Ulseri dan
infasi
bakteri
pada
dinding
apendiks

apendicitis

keparitonu Trombosis
m pd vena
intramural
peritonitis Pembengka
kan dan
iskemia

perforasi

Pembedaha
n operasi

Luka insisi

Defisit nyeri Jalan masu


perawata kuman
n diri

Resiko
infeksi

4. Tanda dan Gejala


 Kehilangan nafsu makan
 Perut kembung
 Tidak bisabuang gas (ketut)
 Mual
 Konstipasi / Diare
 Demam
5. Komplikasi
Komplikasi setelah pembedahan apendik :
a. Infeksi pada luka, ditandai apabila luka mengeluarkan cairan kuning atau
nanah, kulit di sekitar luka menjadi merah, hangat, bengkak, atau terasa
semakin sakit,
b. Abses (nanah), terdapat kumpulan di dalam rongga perut dengan gejala
demam dan nyeri perut.
c. Perlengketan usus, dengan gejala rasa tidak nyaman di perut, terjadi
sulit buang air besar pada tahap lanjut, dan perut terasa sangat nyeri
d. Komplikasi yang jarang terjadi seperti ileus, gangren usus, peritonitis,
dan obstruksi usus
6. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
 ultrasonografi
 laparoskopi
 CT-scan (helik)
7. Penatalaksnaan dan Terapi
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga:
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi
ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien
diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan
bila dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan
lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan
antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau preforasi.
b. Operasi
Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi.
Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan
pembedahan abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Laparoskopi
merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Apendiktomi dapat
dilakukan dengn menggunakan dua metode pembedahan, yaitu secara
teknik terbuka (pembedahan konvensional laparatomi) atau dengan teknik
laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal invasive dengan
metode terbaru yang sangat efektif
1) Laparatomi

Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke


dalam rongga perut. Prosedur ini memungkinkan dokter melihat dan
merasakan organ dalam untuk membuat diagnosa apa yang salah.
Adanya teknik diagnosa yang tidak invasif, laparatomi semakin
kurang digunakan dibanding terdahulu. Prosedur ini hanya dilakukan
jika semua prosedur lainnya yang tidak membutuhkan operasi, seperti
laparoskopi yang seminimal mungkin tingkat invasifnya juga
membuat laparatomi tidak sesering terdahulu. Bila laparatomi
dilakukan, begitu organ-organ dalam dapat dilihat dalam masalah
teridentifikasi, pengobatan bedah harus segera dilakukan.
Laparatomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut. Operasi
laparatomi dilakukan bila terjadi masalah kesehatan yang berat pada
area abdomen, misalnya trauma abdomen. Bila klien mengeluh nyeri
hebat dan gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan
kemungkinan penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu, tukak
peptik yang berlubang, atau kondisi ginekologi maka dilakukan
operasi untuk menemukan dan mengoreksinya sebelum terjadi
keparahan lebih. Laparatomi dapat berkembang menjadi pembedahan
besar diikuti oleh transfusi darah dan perawatan intensif

2) Laparoskopi

Laparaskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh


mulai dari iga paling bawah samapi dengan panggul. Teknologi
laparoskopi ini bisa digunakan untuk melakukan pengobatan dan juga
mengetahui penyakit yang belum diketahui diagnosanya dengan jelas.
Keuntungan bedah laparoskopi :

 Pada laparoskopi, penglihatan diperbesar 20 kali, memudahkan


dokter dalam pembedahan.
 Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi
pasca bedah konvensional. Luka bedah laparoskopi berukuran 3
sampai 10 mm akan hilang kecuali klien mempunyai riwayat
keloid.
c. Rasa nyeri setelah pembedahan minimal sehingga penggunaan obat-obatan
dapat diminimalkan, masa pulih setelah pembedahan lebih cepat sehingga
klien dapat beraktivitas normal lebih cepat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien

Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama


pasien, alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua
usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting
untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung
jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari
pihak pasien dan petugas kesehatan.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayar penyakit sekarang klien dengan post appendiktomi
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah
sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat
alergi dan imunisasi apa yang pernah didapatkan.
4) Riwayat keperawatan keluarga
Adakah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
5) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
b) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
c) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus badrest
berapa waktu lama seterlah pembedahan.
d) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
e) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
g) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
b. Pemeriksaan fisik.
a. Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit ada tidaknya kelemahan.
b. Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada
abdomen sebelah kanan bawah.
c. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna pucat.
d. Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan
cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi pernafasan biasanya normal
( 16-20 kali permenit). Apakah ada ronchi , whezing, stidor.
e. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya peristaltik pada usus
ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing
spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah menglir
lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
f. Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat dan
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan

c. Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut b.d agen prosedur oprasi (D.0077)
 Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0l09)
 Risiko infeksi b.d kerusakan intregitas kulit(D.0l42)

d. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


l. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
prosedur oprasi 5 jam tingkat nyeri Observsi
(D.0077) menurun (L. 08066) -identifikasi lokasi
Kriteria hasil : -identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri -identifikasi respon nyeri
menurun nonverbal
 Meringis menurun -identifikasi faktor yang

 Kesulitan tidur memperberat rasa nyeri

menurun -identfikasi pengetahuan

 Perasaan takut dan keyakinan tentang

mengalami cedera nyeri

berulang menurun
Terapuutik
-berikan tekhnk non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-fasilitasi istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
-jelaskan penyebab,
periode nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan monitor nyeri
secara mandiri anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
perawatan diri lx24 jam diharapkan (I.ll348)
b.d kelemahan perawatan diri meningkat Observasi
(D.0l09) (L.lll03) -identifikasi kebiasaan
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri
 Kemampuan mandi sesuai usia
meningkat -monitor tingkat
 Kemampuan kemandirian
menggunakan pakaian -identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
 Kemampuan makan berpakaian, berhias, dan
meningkat makan

 Kemampuan ke toilet
(BAK.BAB) Terapeutik

meningkat -sediakan lingkungan yang

 Verbalisasi keinginan terapeutik


meningkat -siapkan keperluan pribadi
-dampingi dalam
 Melakukan melakukan perawatan diri
keperawatan diri sampai mandiri
meningkat
 Minat melakukan Edukasi
perawatan diri -anjurkan perawatan diri
meningkat secara konsisten sesuai
 Mempertahankan kemapuan
kesehatan diri
meningkat

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


b.d krusakan lx24 jam tingat infeski (I.l4539)
intregitas kulit menurun( L.l4l37) Observasi
(D.0l42) Kriteria hasil: -monitor tanda dan gejala
 Kebersihan tangan infeksi lokal dan simatik
meningkat
 Kebersihan badan Terapeutik
meningkat -batasi jumlah pengunjung

 Bengkak menurun -berikan perawata kulit

 Nyeri menurun pada area edema


Edukasi
 Kemerahan menurun
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-anjurkan cara mencuci
tangan yang benar
-anjurkan cara memeriksa
kondisi luka.lukaoperasi
yang benar
-anjurkan meningakatkan
asupan nutrisi
-anjurkan menigkatkan
asupan cairan
Kolaborai
-kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1410/4/BAB%20II.pdf
diakses: 2018
2. https://id.scribd.com/doc/301766173/Etiologi-Appendicitis
diakses 2016
3. https://www.academia.edu/9140893/LAPORAN_PENDAHULUAN_APEND
ISITIS
diakses 2017
4. https://www.alodokter.com/penyakit-usus-buntu
diakses 2018
5. https://www.alomedika.com/penyakit/bedah+umum/apendisitis/prognosis
diakses 2019
6. https://www.academia.edu/8958096/Laporan_Pendahuluan_Appendisitis
diakses 2018
7. http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/523/1/KTI%20ASNAWI.pdf
diakses 2018
8. PPNI.20l7.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
9. PPNI.20l8. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
10. PPNI.20l9. Standar Keperawatan Indonesia.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Lailatul Mudrika

NIM : 0118022

Ruangan : Sistem Pencernaan No. Reg. :

Pengkajian diambil : tanggal l4 2020 Jam : BBWI

I. IDENTITAS

Nama Pasien : Tn.H Tgl. MRS :

Umur : 40 th Diagnosa Medis : Apendisitis Post Op

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku / Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Mojokerto

II. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Keluhan utama :
Px mengeluh Nyeri setelah oprasi,

2. Riwayat keperawatan sekarang :


Px mengeluh nyeri setelah oprasi dan badan terasa lemas dan susah tidur ketika malam
karena nyeri

3. Riwayat keperawatan yang lalu :


-
4. Riwayat kesehatan keluarga
-

III. Pola aktivitas sehari – hari (11 pola Gordon)

1. Pola persepsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan


Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

2. Pola nutrisi dan metabolism


 Sebelum sakit : px makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih px
tidak memiliki keluhan dan makan satu porsihabis
 Saat sakit: klien makan 3x sehari dengan makanan yang disediakan rumah sakit
nasi lembek, sayur, teh atau air putih satu porsi habis
3. Pola Eliminasi
-
4. Pola aktivitas-latihan
- saat MRS px tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta
- saat sakit px melakukan aktifitas dengan bantuan
5. Pola istirahat-tidur
Px memiliki gangguan tidur karena nyeri
6. Pola kognitif-persepsi (sensori)
Gambaran diri klien menerima sakitnya saat ini, ideal diri klien ingin cepat sembuh dan
pulang kerumah agar bisa melakukan aktifitasnya kembali.
7. Pola konsep diri
-
8. Pola hubungan peran
-
9. Pola seksual-reproduksi
-
10. Pola penanganan masalah stres
-
11. Pola keyakinan, nilai-nilai
Pasien beragama islam selalu menjalankan sholat 5 waktu tetapi ketika sakit px sholat
tidak bisa 5 waktu dalam sehari

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesan umum / keadaan umum :
Keadaan : lemas

Kesadaran: composmentis

2. Tanda – tanda Vital


Suhu tubuh : 36C Nadi : 79x/menit

TD : ll0/70mmHg Respirasi : l5x/menit

TB : l66

3. Pemeriksaan kepala dan leher :


1) Kepala dan rambut
Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam lebat tidak rontok, kulit kepala bersih tidak
ada ketombe

2) Mata
Mata simetris kanan kiri, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak
ikterik

3) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada cairan

4) Telinga
Bentuk telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen, pendengaran baik

5) Mulut dan faring


Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab, gigi sejajar dan tidak ada lubang

6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri

4. Pemeriksaan Integumen ( kulit )


turgor kulit baik

5. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


-

6. Pemeriksaan Thoraks / dada


1) Thoraks
- inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retrasi, tidak ada sikatrik

- palpasi: vocal fremitus kanan kiri

- perkusi: sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar

- auskultasi: suara dasar vesikular, tidak ada suara tambahan disemua lapang paru

2) Jantung
- inspeksi: ictus cordis tidak tampak
- palpasi: ictus cordis teraba kuat di SIC V
- perkusi: pekak
- auskultasi: bunyi jantung I dan buni jantung II sama, tidak ada suara tambahan,
irama reguler
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: Bentuk simetris, terdapat luka post op apendiktomi dengan jahitan rapi, luka

bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang tidak bengkak, panjang luka 5cm,

terdapa 5 jahitan luka

Auskultasi: peristalyik usus l7x/menit

Perkusi: tympani

Palpasi: tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu

sekitar luka hangat

8. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya


1) Genetalia : tidak teradapat luka pada anus dan genetalia
2) Anus dan perineum : anus dan genetalia berih

9. Pemeriksaan Muskuloskeletal
10. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran ( Secara Kumulatif )
2) Tanda – tanda rangsangan otak ( Meningeal Sign )
3) Syaraf otak ( Nervus Crainalis )
4) Fungsi motorik
5) Fungsi sensorik
6) Reflek
a. Reflek Fisiologis

b. Reflek Patologis

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan medis :


 Laboratorium
 Rongent
 ECG
 USG: pemeriksaan usg abdomen tampak, MC burneygambaran proses sedang
(apendisitis sub akut) tidak tampak tanda tanda infiltrat, tidak tampak
tanda tanda pervolasi
 Lain –lain

I. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

- infus RL 20 tpm

- metamizol

- cefotaxim l00mg

ANALISA DATA

Nama pasien : Tn.H


Umur : 40 th

No. Register : -

No. Data Penunjang Kemungkinan Masalah


Penyebab

1. Ds: px mengatakan Apendik Nyeri akut b.d prosedur oprasi (D.0077)


nyeri setelah oprasi
apendik
Pembedahan
(oprasi)
Do:

 terdapat luka
jahitan di Luka insisi
abdomen
 tampak
meringis Nyeri akut
 susah tidur
2. Ds: pasien tidak Apendik Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
bisa beraktifitas
seperti biasa,
memerlukan Pembedahan
bantuan (oprasi)
Do:

 Pasien dibantu Luka insisi


keluarga dan
perawat ketika
erakifitas
 Pasien lemas Nyeri akut

Kelemahan /
keletihan

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. H


NO. REGISTER :

No. Tgl. Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl. Teratasi Tanda tangan

1 14 juli 2020 Nyeri akut b.d prosedur


oprasi (D.0077)
2 14 juli 2020 Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan (D.0056)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. H

Umur : 40

No. Register :

No Tanggal Diagnosa Tujuan Krtiteria hasil intrvensi


keperawaan
l. 14 juli Nyeri akut Setelah Setelah dilakukan Manajemen nyeri
2020 b.d dilakukan
tindakan 3 jam (I.08238)
prosedur tindakan 3 jam
oprasi nyeri tingkat nyeri Observsi
(D.0077) berkurang
menurun (L. -identifikasi lokasi
08066) -identifikasi skala
Kriteria hasil : nyeri
 Keluhan nyeri -identifikasi respon
menurun nyeri nonverbal
 Meringis -identifikasi faktor
menurun yang memperberat
 Kesulitan tidur rasa nyeri

menurun -identfikasi

 Perasaan takut pengetahuan dan

mengalami keyakinan tentang

cedera nyeri
berulang
menurun Terapuutik
-berikan tekhnk non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
-kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-fasilitasi istirahat
dan tidur
-pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
-jelaskan penyebab,
1 periode nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
-kolaborasi
pemberian
analgetik jika perlu
2. 14 juli Intoleransi Setelah Toleransi aktifitas Managemen energi
2020 aktivitas b.d dilakukan (L.05047) (l.05l7)
kelemahan tindakan lx24 Observasi:
(D.0056) JamDiharapkan -kemudahan dalam -identifikasi
Intoleransi Melakukan Akti- gangguan
aktifitas mulai fitas sehari hari fungsi tubuh yang
membaik meningkat mengakibatkan
kelelahan
-kecepatan berjalan
Meningkat -monitor kelelahan
fisik dan emosional
-kekuatan Tubuh
bagian atas -monitor pola dan
meningkat Jam tidur

-kekuatan bagian -monitor lokasi dan


bawah meningkat ketidak yamanan
selama beraktifitas
-keluhan lelah
menurun Terapeutik:
-sediakan lingkunga
nyaman

-lakukan latihan
rentan gerak
pasif/aktif

-berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi:
-anjurkan tirah
baring

-anjurka melakukan
aktifitas secara
bertahap

Olaborasi:
-kolaborasi dengan
ahl gizi tentang
meningkatkan
asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai