Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DI PANTI TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH

Pembimbing Akademik:
Dr. Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom

Pembimbing Klinik:
Ns. Taufik Hidayat, S.Kep

Disusun Oleh:
Aula Rahmawati, S. Kep
NIM. 2111437252

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

Nama : Aula Rahmawati, S.Kep


Nim : 2111437252
Tanggal : 28 Maret – 2 April 2022
Pertemuan : Minggu Ke-1 (Kunjungan 1 - 6)

A. Latar Belakang
a. Karakteristik Lansia
Menurut Ratnawati (2017), lansia adalah seseorang individu telah berusia
diatas 60 tahun, dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Menurut WHO seseorang disebut lansia jika berumur 60-70
tahun. Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dapat dikatakan
lanjut usia apabila usianya telah mencapai 65 tahun keatas (Effemdi dan Makhfudli,
dalam Zulfiana 2019).
Proses menua adalah proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan yaitu masa
anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh individu. Menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO), sesorang yang dikatakan lanjut usia (lansia)
meliputi usia pertengahan (middle age) dengan rentang usia 45 sampai 59 tahun, usia
lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun,
dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Kholifah, 2016). Departemen
kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia dengan 3 kategori yaitu usia lanjut
presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun, usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, usia
lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan. (Kholifah, 2016).
Golongan di atas merupakan orang-orang yang mengalami pertambahan usia
dimana pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, dan kelainan di berbagai organ vital. Sedangkan
kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, menurunnya gairah,
bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan,
meningkatnya minat terhadap material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah
hanya orientasi dan subyek yang berbeda.
Kemunduran-kemunduran yang dialami oleh lansia berdampak pada penyakit
yang dideritanya. Beberapa penyakit yang ditemukan pada lansia memiliki
karakteristik tertentu yaitu penyakit yang sering multiple (berhubungan satu sama
lain), penyakit bersifat degenerative (sering menimbulkan kecacatan), gejala sering
tidak jelas yakni berkembang secara perlahan), sering bersama-sama problem
psikologis dan sosial, lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut, dan sering
terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik (Mubarak, 2006). Sehingga lansia perlu
diintervensi melalui asuhan keperawatan.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional
yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kholifah,
2016). Fokus dari keperawatan gerontik ini adalah upaya promotif, preventif,
mengoptimalkan fungsi mental, dan mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Tujuan dari keperawatan gerotnika adalah lansia dapat melakukan kegiatan sehari–
hari secara mandiri dan produktif, mempertahankan kesehatan serta kemampuan
lansia seoptimal mungkin, membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat
hidup lansia (Life Support), menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita
penyakit (kronis atau akut), memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal
mungkin.
Panti Werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan
kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta
agama sehingga mereka dapat menikmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.
Tujuan umum Panti Werdha adalah tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para
lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan
nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
tenteram lahir batin.
B. Data yang perlu dikaji
Data yang perlu dikaji pada tahap penjajakan 1, meliputi :
1. Data umum yang terdiri dari nama kepala keluarga, alamat dan nomor telepon,
komposisi keluarga, suku, agama, status social ekonomi keluarga dan aktivitas
rekreasi.
2. Riwayat kesehatan sebelumnya.
3. Struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran serta nilai dan norma budaya.
4. Stress dan koping terdiri dari stress jangka pendek, stress jangka panjang, kemampuan
keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi
adaptasi disfungsional.
5. Pemeriksaan fisik secara head to toe.
C. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan belum dapat dirumuskan karena ners muda belum
melakukan pengkajian secara mendalam terhadap klien. Masalah kesehatan baru bisa
ditemukan pada hari kedua setelah melakukan pengkajian terhadap klien.
D. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan belum bisa ditegakkan karena belum melakukan
pengkajian mendalam terhadap klien. Pengkajian dilakukan mulai tanggal 28 Maret
2022. Diagnosa keperawatan bisa ditegakkan pada hari kedua tanggal 29 Maret 2022.
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 2 pertemuan x 60 menit dapat mengidentifikasi dan membuat
asuhan keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dimulai
dari tahap pengkajian, diagnosa, dan menyusun rencana asuhan keperawatan.
3. Tujuan Khusus
a. Lansia menerima kunjungan mahasiswa dan terbina hubungan saling percaya
dalam 1 x 60 menit.
b. Lansia memberikan informasi masalah kesehatan yang dialami lansia,
pemeriksaan fisik.
c. Teridentifikasi masalah keperawatan.
E. Implementasi Tindakan Keperawatan
1. Topik
Melakukan pengkajian secara menyeluruh dari berbagai aspek lansia binaan.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yaitu dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
3. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yaitu format
pengkajian, nursing kit, dan alat tulis.
4. Waktu dan Tempat
Waktu kunjungan dengan lansia binaan berlangsung yang dimulai dari tahap
pengkajian sampai dengan implementasi dan evaluasi selama dua minggu dimulai dari
tanggal 28 Maret 2022 – 9 April 2022 di Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah.
F. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan laporan pendahuluan.
b. Menyiapkan alat bantu dan media yang digunakan.
c. Mendapatkan lansia binaan dan membuat kontrak selanjutnya.
2. Kriteria Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan tempat yang ditetapkan.
b. Lansia menerima mahasiswa dan aktif dalam kegiatan.
3. Kriteria Hasil
a. Diperoleh data umum lansia, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari hari dan
pemeriksaan fisik.
b. Teridentifikasi masalah kesehatan lansia.
c. Diagnosa dapat ditegakkan.
d. Menetapkan skala prioritas dari diagnosa yang sudah diangkat.
e. Rencana tindakan keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa
G. Konsep lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati,
2017). Menurut Muhith dan Siyoto (2016), mendefinisikan lansia adalah seseorang
individu yang berumur diatas 60 tahun, pada umumnya terjadi penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia (45 – 59 tahun).
b. Lanjut usia (eldery) antara (60 - 74 tahun).
c. Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun).
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
3. Permasalahan Lanjut Usia
Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia lanjut
rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh
lansia diantaranya:
a. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki
masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut
dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan
akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya
lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau
menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
b. Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,
baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial
dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan
orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).
c. Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap
penyakit (Suardiman, 2011).
d. Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang
progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik,
depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak
saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah, 2008).
4. Perubahan pada Lanjut Usia
a. Perubahan Fisik dan Fungsi Akibat Proses Menua
1) Sel :
a) Jumlah sel menurun.
b) Ukuran sel lebih besar.
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang.
d) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Mekanisme perbaikan otak terganggu.
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 - 10%.
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem persarafan:
a) Menurun hubungan persarafan.
b) Berat otak menurun 10 - 20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress.
d) Saraf panca-indra mengecil.
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
g) Defisit memori.
3) Sistem pendengaran:
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti katakata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun. Membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Terjadi pengumpulan
serumen, dapat mengeras karena meningkat keratin. Fungsi pendengaran
semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan / stress.
Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus-menerus atau intermiten). Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa
seperti bergoyang atau berputar).
4) Sistem penglihatan :
a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
e) Penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas
lensa.
f) Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
g) Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru dan hijau
pada skala.
5) Sistem kardiovaskuler :
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Elastisitas dinding aorta menurun.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal = 200 - umur).
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmhg
(mengakibatkan pusing mendadak). Kinerja jantung lebih rentan terhadap
kondisi dehidrasi dan perdarahan. Tekanan darah meninggi akibat
resistensi pembuluh darah perifer meningkat. Sistole normal ±170 mmhg,
±95 mmhg.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35 ℃ ini
akibat metabolisme yang menurun. Pada kondisi ini, lanjut usia akan
merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat dan gelisah.
b) Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
7) Sistem pernafasan
a) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku.
b) Aktivitas silia menurun.
c) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernafas menurun.
d) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progesif) dan jumlah berkurang.
e) Berkurangnya elastisitas bronkus.
f) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg.
g) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j) Sering terjadi emfisima senilis.
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring bertambahnya usia.
8) Sistem pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi
yang buruk.
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit.
c) Esophagus melebar.
d) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorbs menurun, terutama karbohidrat).
g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
9) Sistem reproduksi
Wanita:
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
b) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi.
c) Atrofi payudara.
d) Atrovi vulva.
e) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.

Pria :

a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan


secara berangsur-angsur.
b) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu :
1) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
2) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
3) Tidak perlu cemas karena proses alamiah.
4) Sebanyak ±75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.
10) Sistem genitourinaria.
a) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron
akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi
tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan mengosentrai urine menurun,
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya+BUN (blood urea
nitrogen) meningkatnya sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah
terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal Plasma Flow (RPF)
dan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun
secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. dkk, 1985). Jumlah darah yang
difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun, sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia,
vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat.
c) Pembesaran prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
d) Atrofi vulva
Vagina seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya
masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksualnya
seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun
secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmatinya berjalan terus sampai tua.
11) Sistem integumen
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (Karena kehilangan
proses keranitasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata
pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat.
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus
di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
e) Respon terhadap trauma menurun.
f) Mekanisme proteksi kulit menurun:
1) Produksi serum menurun.
2) Produksi vitamin D menurun.
3) Pigmentasi kulit terganggu.
g) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
h) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
i) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
k) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
m) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
n) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat beringat.
12) Sistem muskuloskoletal
a) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
c) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan,
dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut.
d) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
e) Kifosis.
f) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
g) Gangguan gaya berjalan.
h) Kekakuan jaringan penghubung.
i) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
j) Persendian membesar dan menjadi kaku.
k) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
l) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit
dan sulit dipahami).
m) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemak, kolagen dan jaringan parut).
n) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
o) Otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan Psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada seseorang yang
mencakup aspek psikis dan sosial. Psikososial menunjukan pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan
sosial. sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang
disekitarnya (Padila, 2013).
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses
transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan
semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup,
yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan
perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut:

1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup


(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)

Menurut Aspiani (2014) perubahan mental yang terjadi pada usia lanjut yaitu:

1) Kenangan (memory)
Kenangan jangka panjang (berjam-jam hingga berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan). Kenangan jangka pendek 0-10 menit,
kenangan buruk.
2) IQ (Intellegentia Quantion)
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan.
Menurut Maas, Buckwalter, Hardy, Tripp-Reimer, Titler dan Specht (2011), ada
beberapa masalah psikososial yang terjadi pada usia lanjut yaitu:

1) Kecemasan (ansietas)
Menurut Direja (2011), kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran
yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan adanya perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Biasanya keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik.
2) Kehilangan
Menurut Yusuf et al., (2015), kehilangan merupakan suatu keadaan
individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki.
Menurut Direja (2011), kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
ataupun keseluruhan.
3) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa segala tindakannya akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Direja,
2011).
4) Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif terus menerus,
dimana seseorang individu tidak melihat alternatif atau tersedia pilihan pribadi
untuk memecahkan masalah-masalah atau mencapai apa yang diinginkan dan
tidak dapat menggerakkan energi atas namanya sendiri untuk menentapkan
suatu tujuan (Direja, 2011).
5) Isolasi sosial
Menurut Yusuf et al. (2015), isolasi sosial adalah keadaan seseorang
mengalami penurunan atau bahkan individu tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya.
6) Harga diri rendah
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
(Direja, 2011).
7) Depresi
Menurut Lubis (2016) depresi adalah suatu gangguan perasaan atau
afek yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/ gairah).

c. Kondisi Kesehatan Psikologis


Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan
dan perilaku), jadi yang dimaksud dengan kondisi kesehatan psikologis itu adalah
kondisi individu atau seseorang sehat secara pikiran, perasaan dan juga perilaku
(Padila, 2013). Kondisi kesehatan psikologis ini dapat ditinjau dari konsep diri
seseorang.
1) Konsep diri
Konsep diri merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang dapat diketahui oleh individu mengenai diri sendiri dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan kepada orang lain (Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015).
2) Citra tubuh
Citra tubuh atau Gambaran diri adalah sikap individu terhadap
tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi penampilan, potensi
tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk
tubuh (Sunaryo, 2013).
3) Ideal diri
Ideal diri merupakan suatu persepsi seseorang tentang bagaimana ia
harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku (Tarwoto & Wartonah,
2010).
4) Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian seseorang tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Dalami
et al., 2009).
5) Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial, dimana
tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi
individu. Peran ini memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan
sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada
orang yang berarti (Dalami et al., 2009).
6) Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Tarwoto & Wartonah,
2010).
5. Tipe-Tipe Lansia
a) Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b) Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dan mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c) Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d) Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi nanda NIC & NOC
Jilid 1. Jakarta: CV Trans Info Media
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R. (2008). Can
your self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku ajar keperawatan gerontik Ed I.Yogjakarta: Deepublish.
Direja, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fatimah. (2010). Merawat manusia lanjut usia suatu pendekatan proses keperawatan
gerontik. Jakarta: CV TIM
Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut . Jakarta: Penerbit Erlangga
Kartinah. & Sudaryanto. A. (2017). Masalah psikososial pada lanjut usia. Jurnal UMS FIK
UMS. Retrieved from http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3743
Keliat, B. A., Helena, N. & Farida, P. (2013). Manajemen keperawatan psikososial dan
kader kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: Nuha Medika
Dede, N. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan
NANDA 2015 - 2017 NIC dan NOC, Edisi 1. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA
Kholifah, N.S. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai