4 Identifikasi Masalah
1. Dokter Budi adalah dokter yang baru saja bertugas di Klinik Dokter Keluarga “Indah Medika” telah
berkomitmen untuk menjalankan standar-standar dalam manajemen risiko.
2. Pada suati pagi, Pak Hasan laki-laki umur 60 tahun datang ke Klinik Dokter Keluarga “Indah Medika”
dengan keluhan utama luka di jempol kaki kanan karena terjepit pintu. Dokter Budi melakukan
pemeriksaan pasien yang sesuai standar operasional prosedur (SOP), dimulai dari anamnesia, pemeriksaan
fisik umum, dan status lokalis, kemudian didapatkan jempol kaki kanan pasien mengalami luka, yang
disertai pembengkakan dan terasan nyeri. Dokter Budi melakukan tindakan pembersihan luka,
pengompresan luka, dan memberikan edukasi untuk tetap menjaga kebersihan luka serta datang untuk
kontrol tiga hari lagi. Dokter Budi mengisi status dan langsung menuliskan resep obat analgetika golongan
methampiron dan roborantia Vit C.
3. Sore hari nya, Pak Hasandatang kembali diantar keluarga yang marah-marah karena setelah
mengkonsumsi obat, Pak Hasan mengalami nyeri ulu hati disertai urtikaria dan sesak napas. Setelah
dokter Budi memeriksa lebih lanjut dan berkonsultasi dengan dokter seniornya, diketahui bahwa dokter
Budi tidak melakukan dua langkah dalam SOP pemeriksaan pasien sehingga pasien mengalami kejadian
yang tidak diinginkan (KTD).
1. Paripurna (Comprehensive)
Tersedianya semua langkah-langkah pelayanan kesehatan:
3. Menyeluruh (Holistic)
Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan Pasien sebagai manusia
seutuhnya yang meliputi aspek-aspek:
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial
d. Spiritual
4. Berkesinambungan (Sustainable)
Pelayanan kesehatan merupakan upaya teru-smenerus untuk meningkatkan fungsi keluarga sesuai
dengan sumber-sumber yang dimiliki.
Imam, AT & Lena, D. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I: Quality Assurance.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
g. Apa dasar hukum yang mengatur tentang klinik dan standar managemen resiko?
Permenkes No. 9 tahun 2014 tentang Klinik
Pelayanan kesehatan dalam bentuk klinik, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2014 tentang Klinik harus memenuhi beberapa aturan antara lain yang memuat tentang jenis klinik,
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, laboratorium, perijinan,
penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan (Rachmad et al, 2015)..
b. Apa makna “Dokter Budi melakukan tindakan pembersihan luka, pengompresan luka, dan memberikan
edukasi untuk tetap menjaga kebersihan luka serta datang untuk kontrol tiga hari lagi.”?
https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2007/0115/p231.html
e. Apa tujuan diadakan program keselamatan pasien?
f. Apa saja langkah – langkah Keselamatan pasien?
g. Apa saja prinsip dari keselamatan pasien?
Jawab
(a). Mudah dipahami dan Jelas, artinya prosedur-prosedur SOP yang distandarkan harus dapat dengan mudah
dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai, bahkan bisa dipahami dan mudah dimengerti oleh seseorang yang
sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya;
(b). Selaras, artinya prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain
yang terkait;
(c). Efisien dan efektif, artinya prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang paling
efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas;
(d). Terukur, artinya output yang dihasilkan dari prosedur-prosedur yang distandarkan memuat standar
mutu/kualitas baku tertentu yang diukur melalui pencapaian keberhasilannya;
(e). Dinamis, maksudnya prosedur-prosedur SOP yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan
kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan;
(f). Patuh hukum, artinya prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan
pemerintah yang berlaku;
(g). Berorientasi pada pengguna (pihak yang dilayani), artinya prosedur- prosedur yang distandarkan harus
mempertimbangkan kebutuhan pengguna, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna;dan
(h). Kepastian hukum, artinya prosedur-prosedur SOP yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai
sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai atau pelaksana
dari kemungkinan tuntutan hukum
Sanoto, H. (2020). Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Bengkayang Dalam Rangka Peningkatan Mutu Manajemen Organisasi. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 10(3), 263-268.
Menurut (KARS, 2013) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) menjadi indikator standar dasar yang utama dalam
penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Menurut Permenkes Nomor 1691, 2011 Ada enam sasaran
keselamatan pasienyaitu Ketepatan identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan
keamanan obat yang perlu di waspadai; Kepastian tepat-lokasi,tepat-rosedu, tepat-pasien operasi; Pengurangan
risiko infeksi terkait
6 sasaran penting keselamatan pasien adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Keenam sasaran penting tersebut harus diketahui dan dipahami untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang diberkan perawat terhadap pasien.
Najiah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit:
Literature Review. Jurnal Islamic Nursing. Vol.3, No.1 , 1-8.
3. Sore hari nya, Pak Hasandatang kembali diantar keluarga yang marah-marah karena setelah mengkonsumsi
obat, Pak Hasan mengalami nyeri ulu hati disertai urtikaria dan sesak napas. Setelah dokter Budi memeriksa
lebih lanjut dan berkonsultasi dengan dokter seniornya, diketahui bahwa dokter Budi tidak melakukan dua
langkah dalam SOP pemeriksaan pasien sehingga pasien mengalami kejadian yang tidak diinginkan (KTD).
a. Apa makna “Sore harinya, pak hasan datang kembali diantar keluarga yg marah-marah karena setelah
mengkonsumsi obat, pak hasan mengalami nyeri ulu hati disertai urtikaria dan sesak nafas“?
b. Apa saja 2 langkah yang tidak dilakukan oleh dokter budi?
c. Apa saja tugas dan fungsi dari dokter penanggung jawab pelayanan?
d. Apa saja jenis - jenis KTD ?
Jawab
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial Cedera (KPC) (Depkes, 2006). Adapun istilah insiden
keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut definisinya yaitu (Tutiany dkk., 2017):
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak
seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”),
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera,
dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat \ kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi \ alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya).
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang diharapkan
atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku
(Depkes RI, 2008).
Tutiany, dkk. Bahan Ajar Keperawatan-Manajemen Keselamatan Pasien edisi pertama. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
DEPKES RI. 2008. PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAHSAKIT (Patient Safety)
1. Menilai adanya kegawatan, yaitu apakah terdapat kondisi yang membahayakan jiwa pasien (misalnya luka terbuka di
dada atau abdomen yang kemungkinan dapat merusak struktur penting di bawahnya, luka dengan perdarahan arteri yang
hebat, luka di leher yang dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan dan lain-lain).
Anamnesis
1) Riwayat luka
2) Keluhan yang dirasakan saat ini
3) Riwayat kesehatan dan penyakit pasien secara keseluruhan
4) Riwayat penanganan luka yang sudah diperoleh
5) Konsekuensi luka dan bekas luka bagi pasien
Pemeriksaan fisik
1) Jenis luka
2) Tahapan penyembuhan luka
3) Ukuran luka
Status lokalis
Tatalaksana dilakukan dengan anestesi luka, mencuci luka, debrimment luka, dan penutupan luka
Aningrum, dkk. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis MANAJEMEN LUKA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA 2018. Surakarta:UNS
NNI
1. QS. Al hujarat : 6
2. QS An nisa : 94
3. Hadist riwayat malik, ad daraquthni, al baihaqi, al hakim
2.7 Hipotesis
Pasien mengalami alergi karena dokter budi tidak melakukan dua langkah dalam SOP pemeriksaan pasien
yang berdampak pada mutu pelayanan klinik.
2.8 Kerangka Konsep
Tidak melakukan dua langkah SOP