Kelompok: A-15
KETUA
SEKRETARIS:
ANGGOTA
(1102011047)
(1102011127)
(1102007103)
(1102011031)
(1102011055)
Chandra Dewi
(1102011064)
(1102011082)
Fadhlan Hakiki
(1102011092)
Kafia Rakhmah
(1102011132)
(1102011133)
SKENARIO
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga yang bekerja sama dengan
BPJS. Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami
kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi
seorang pasien, Ny. A, 38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat
informasi bahwa pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah,
lemas, cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan.
Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak
pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama dengan
klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan
persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.
PERTANYAAN
1. Pada BPJS, pilihan pembiayaan persalinan ada apa saja?
2. Apakah pelayanan BPJS bisa dilakukan pada semua dokter?
3. Apakah pasien mendapat keringanan saat dokter kerjasama dengan BPJS?
4. Bagaimana dokter bisa kerjasama dengan BPJS?
5. Sumber pembiayaan BPJS?
6. Apa saja yang ditanggung oleh BPJS?
7. Apa saja kerjasama yang dilakukan oleh dokter keluarga dan dokter spesialis?
8. Siapa saja yang berhak dapat tanggungan BPJS? Dan syarat syaratnya!
9. Bagaimana alur merujuk pasien BPJS ke dokter spesialis?
10. Perbedaan asuransi dengan BPJS?
11. Apa hokum asuransi menurut Islam?
JAWABAN
Pada saat partus bisa menggunakan BPJS, tetapi ANC (antenatal care) tidak
Tergantung dokter, pihak RS, Klinik, dan Puskesmas
Tergantung berat ringannya penyakit dan jenis pemeriksaan
Pengajuan izin pada kantor BPJS Survey dari pihak BPJS persetujuan
Pemerintah : lewat pemotongan gaji, Swasta : individu, Menengah kebawah: dibayar
pemerintah
6. Tergantung. Pengobatan pokok dan pemeriksaan
7. Merujuk pasien, memberikan pengobatan
8. Pemerintah : lewat pemotongan gaji, Swasta : individu, Menengah kebawah : dibayar
pemerintah.
Syarat : membayar iuran BPJS, daftarkan diri ke BPJS
9. Tergantung dokter primer merujuk pasien seperti biasa
10. BPJS termasuk ke dalam asuransi, tetapi sistemnya berbeda
11. Yang diperbolehkan karena bagi hasil, tetapi yang diharamkan karena ada nya unsur
judi
1.
2.
3.
4.
5.
Hipotesa
pemerint
ah
Pasien
laki-laki
atau
perempua
Iuran BPJS
swasta
Menengah
ke bawah
sakit
Pengobat
an
Klinik dan
puskesmas
yang punya
BPJS
Manajemen Klinik
dan system
pembiayaan
Pelayanan BPJS
pemeriks
aan
Rujuk ke spesialis
SASARAN BELAJAR
Interklinik
- Ekstra klinik : 1. Dr. Spesialis
2. Rumah sakit/klinik rujukan
3. Apotik/Lab
medis
4. Org. Profesi kesehatan lain
Standarisasi : Module, Form : Hidup sehat, panduan, SOP, Software.
b. Klinik keluarga merupakan bagian dari rumah sakit (satelite family clinic)
seperti
misalnya
Planning
Material : Bahan Program Lingkungan Hidup terdiri dari bahan setengah jadi
(raw material) dan bahan jadi. Dalam Program Lingkungan Hidup untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.
manusianya sendiri.
Market : Memasarkan bukan hanya dalam bentuk produk, namun juga dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai terbentuknya suatu program
sehingga bisa ditujukan kepada orang - orang yang tepat. Pelaksanaan
Program Lingkungan Hidup haruslah diketahui masyarakat karena tujuan
program ini diadakan adalah untuk masyarakat itu sendiri. Penyebarluasan
11
" Jika anda gagal dalam memepersiapkan, maka anda mempersiapkan untuk
kegagalan."
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugastugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan
pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Actuating
" Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan
memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan
yang lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan
lancar dan sukses.
Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber
daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program
kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah
disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling
" Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya banyak orang yang
tidak tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka memutuskan
untuk menyerah. "
12
" Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru yang baik. "
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau
kekurangan yang terjadi dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga
pada kegiatan serupa yang selanjutnya dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan
untuk kegiatan yang selanjutnya tidak terulang permasalahan yang serupa. Evaluasi
minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga dilakukan evaluasi
dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan. Evaluasi
juga merupakan salah satu sarana controling ketika kegiatan berlangsung.
(SPDK)
Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis)
Mempunyai bangunan yang memadai, d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi,
Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan
13
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan
diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan
oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit
terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk
merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama
antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu
daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul
kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara
kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya
lebih senang mengunjungi tempat praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai
peralatan kedokteran yang dibutuhkan.
15
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien
berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence
based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan
untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap
perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan
tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan
demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,
berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.
11) Pembinaan keluarga
17
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Rujukan
Definisi
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara
horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).Hal yang dirujuk bukan hanya
pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan
laboratorium, dan sebagainya.
Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :
Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahanbahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status
kesehatan pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel.kes. Yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan
diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)
Pengiriman bahanbahanpemeriksaan bahan laboratorium daristrata pelayanan
kesehatan yangkurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk
tindak lanjut.
18
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi.Pada rujukan sebaliknya.
3. Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
secara berulang-ulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
4. Tata Cara
Tata cara rujukan
3. Cross referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada
dokter lain untuk selamanya
4. Split referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran USU
21
Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga
bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1) Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem
pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan
kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka
waktu jaminan.
2) Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
22
harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem
pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan.
Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama,
mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula
dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group)
yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
3) Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini,
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.
PELAKSANAAN DOGA DI INDONESIA
Mekanisme dan jenjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan
oleh masyarakat. Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Tingkat Primer
Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang selama ini
dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini merupakan kontak pertama pasien
dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit,
dsb.
2. Pelayanan Tingkat Sekunder
Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter
praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan kepada tenaga kesehatan yang
lebih ahli, dalam hal ini dokter spesialis.
3. Pelayanan Tingkat Tersier
23
Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh pelayanan di
tingkat sekunder maka pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pasien
akan dirujuk kepada dokter konsultan atau subspesialis.
Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu BUMN
yang digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu
pada pola perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:
a) Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayan yang
dimiliki
b) Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter Keluarga
tersebut (Community Rating by Class)
Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan bila Kantor
Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok seperti di atas
Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang
dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi
kembali PPK (re-credentialing) dengan memperhatihkan indicator-indikator penentu
a)
b)
c)
d)
e)
yakni:
Hasil penilaian sarana dan prasarana
Ketersediaan tenaga perawat
Ketersediaan tenaga administrasi
Kemampuan penyediaan sarana laboratorium
Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas
24
Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter Keluarga untuk
masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri dari: jasa
medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah
biaya obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).
Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah
rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya
adalah biaya obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin).
Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana). Besaran jasa
medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah pelayanan obat (tanpa
pelayanan laboratorium sederhana)
25
bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai
perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang
disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan
semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.
Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di
Indonesia :
27
28
Kolaborasi
merupakan
istilah
umum
yang
sering
digunakan
untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan
kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam
usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh
Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana
pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta
menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap
apa yang dapat dilakukan. American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi
adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai
kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka
dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang
yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome
yang lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas
hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama
dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan
hubungan perawat dan dokter.
Komunikasi dokter Profesi lain :
Kolaborasi dokter perawat
Komunikasi dokter-Apoteker
Kolaborasi Prinsip :
Perencanaan
Pengambilan keputusan bersama
Berbagi saran / ide
Kebersamaan
Tanggung gugat
29
DOKTER
PASIE
Register
d nurse
Pemberi
pelayan
an lain
Hubungan dokter-Apoteker
McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja
Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working
Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain
disebutkan:
30
LO 6. Memahami dan Menjelaskan Adab Dokter Merawat Pasien Sakit Menurut Islam
5S
Aa Gym mengatakan 5S merupakan kunci keberhasilan menuju kepribadian yang
menawan. Seperti halnya Rasul yang tersenyum kepada umatnya. begitu juga segala
tingkah laku, tindak tanduk beliau membiaskan pesona yang tembus ribuan kilometer,
ribuan tahun sampai hari kiamat.
Untuk itu sudah selayaknya kita umat manusia meneladeni kepribadian beliau.
Dengan cara mengamalkan 5S tersebut.
- Pertama adalah Senyum, setiap orang dapat tersenyum, macamnyapun
beragam, ada yang karena senyuman orang menjadi teriris hatinya. Ada juga
'senyum menggoda' yang membuat orang yang melihatnya terjerumus ke
lembah maksiat. Tetapi ada juga senyuman yang membuat hati kita tergetar
melihatnya yaitu 'senyum ketabahan' . Serta ada senyum yang sebaiknya
diamalkan setiap saat yaitu 'senyum tulus' yang lahir dari hati yang paling
dalam, lahir dari kerinduan ingin membahagiakan. Dalam hal ini Rasulullah
saw, telah mempraktekkan senyuman yang tulus di hadapan para sahabat.
31
kebekuan akan mencair dan kita akan merasa nyaman sepanjang perjalanan
Kemudian S Keempat adalah 'Sopan.' Orang yang sopan akan dapat mencuri
hati siapapun yang melihatnya. setidaknya kita menjadi hormat pada orang
yang bersikap sopan. Selain itu kesopanan merupakan sikap menentukan nilai
orang tersebut, semakin tinggi nilai sikap kesopanan, maka makin tinggi
derajatnya. Serta kesopanan yang muncul dari kemuliaan akhlak merupakan
tanda-tanda kedalaman pemahaman agama seseorang. Jadi apalah artinya jika
mempunyai ilmu agama yang luas, gelar yang panjang, kedudukan yang
tinggi, kalau memiliki sikap yang tidak sopan. Oleh karena itu adabaiknya kita
32
1. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya
dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan
preventif bagi yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya)
pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
2. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.
Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah
penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah
penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).
3. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah
Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.Nabi sholallohu
'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR.
Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
4. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan
penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang
diharamkan.
5. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.
Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya
untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien
atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah
pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung
dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam
Islam. Allah Ta'ala berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benarbenar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat
penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
6. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
33
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ashshahiihah 635).
7. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan
bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah
426).
Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas
kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :
1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun
perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari
ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah
bentuk ta'awun dalam kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang
tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si
pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang
lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali
mencampur yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan
juga dengan sabda beliau tentang wabah penyakit menular : "Jika kalian mendengar
(ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari
5287 dan Muslim 5775).
6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau
membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam : "Jangan
34
menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan pula
membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).
7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat,
berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda
: "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat."
(HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, asSakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib
(3085) ).
Adab pemeriksaan terhadap pasien
Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih
mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang
dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter
tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau
menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau
semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan
memandang tidak ada masalah.
Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang
saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter
harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan
lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien
laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.
Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter,
para terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi
pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang
haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah
ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.
Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan
lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan
Rasulullah SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung
35
tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu
sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat
dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW
sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku.
(Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:
"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti
untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti
rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah
keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus
bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat
pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh
yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat
wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain
(selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat
di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:
a. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki
beriman:
Hendaklah
mereka
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.
Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996
Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010
Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen.
FK UGM.
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21313
http://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/09/04/akhlak-dokter-dan-perawat-muslim/
http://franzsinatrayoga.blogspot.com/2011/11/klinik-dokter-keluarga-sistem.html
38