Anda di halaman 1dari 54

IMPLIKASI STUDI DIAGNOSTIK

DALAM KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
SPESIMEN DARAH

ETIK DAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN PROSEDURSTUDI DIAGNOSTIK
Azas keperawatan sebagai profesi :
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan bahwa telah memberikan pengakuan
secara jelas terhadap tenaga keperawatan sebagai
tenaga profesional.
2. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen bahwa perkembangan
konsumen sebagai akibat kondisi sosial ekonomi
yang semakin baik, termasuk latar belakang
pendidikan yang semakin tinggi, yang berdampak
pada tuntutan pelayanan yang semakin
berkualitas.

3. Keputusan MUNAS VI PPNI No. 09/MUNASVI/PPNI/2000 tentang Kode Etik


Keperawatan Indonesia.
Konsep etik profesi terkait erat dengan 3 nilai
social yaitu:
Pengetahuan yang mendalam dan sistematis.
Ketrampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui
latihan yang lama dan teliti.
Pelayanan atau asuhan kepada yang memerlukan,
berdasarkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
teknis, dengan berpedoman pada filsafat moral yang
diyakini yaitu Etika Profesi dan Legal Praktik Profesi

Prinsip Etik Keperawatan


1. Perawat dan Klien
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan
klien.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien. (PPNI Jatim,
2010)
2. Perawat dan Praktik
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi
dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional
dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Memberikan informasi yang adekuat dan pertimbangan

Prinsip Legal Praktik Keperawatan


Berdasarkan Kepmenkes 1239 tahun 2001 dan
Permenkes No.HK.02.02/Menkes/148/I/ 2010,
terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun
kegiatan yang secara langsung dapat
berhubungan dengan aspek legalisasi
keperawatan meliputi:
(1)Proses Keperawatan,
(2)Tindakan atau prosedur keperawatan
mandiri atau kolaborasi,
(3)Informed Consent
(Depkes RI, 2001, Depkes RI, 2010)

Pasal 15: dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang


untuk:
Melaksanakan asuhan keperawatan harus sesuai dengan
standar asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (1)
meliputi : intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaaan tertulis dari dokter. (Depkes RI,
2001)
Pasal 20: dalam melaksanakan praktik keperawatan pada
keadaan darurat berwenang untuk:
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan tindakan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagai dimaksud dalam pasal 15
Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan jiwa. (Depkes RI, 2001)

Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus


sebagai berikut:
Seorang pasien laki-laki umur 35 tahun
dengan diagnosa medis batu ginjal mengalami
shock setelah 2 jam pasca prosedur studi
diagnostik imaging BOF menggunakan bahan
kontras melalui pembuluh darah. Diduga
akibat kelalaian tenaga keperawatan dalam
pengawasan reaksi anafilaksis bahan kontras.
Dalam pembuktian didapatkan bahwa tidak
ada catatan mengenai pengawasan tersebut
pada lembar pencatatan perawat yang sudah
disediakan di Ruang Rawat.

Dari kasus tersebut dapat dilakukan analisa sebagai


berikut :
1. Sebelum melakukan segala tindakan harus
melakukan persetujuan klien terlebih dahulu dengan
membuat informed consent. Hal ini sangat penting
karena sebagai bukti tenaga keperawatan telah
memberikan pendidikan kesehatan yang
berhubungan dengan prosedur tindakan, serta bukti
persetujuan klien atas tindakan yang dilakukan.
2.Tenaga keperawatan harus memahami tentang
kewenangannya dan bekerja sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur yang berlaku. Hal
ini untuk mencegah kesalahan atau penyimpangan
dari prosedur-prosedur tindakan yang sudah
disepakati, dan menghindari pasal kelalaian dan
malpraktik.

3. Tenaga keperawatan berperan pada advokasi pasien


dengan cara melakukan pemantauan respon pasien
terhadap suatu tindakan invasif medis. Melaksanakan
tahapan proses keperawatan secara sistimatis,
dengan senantiasa memantau perkembangan kondisi
pasien dan senantiasa mengecek tandatanda vital
pasien, seperti tekanan darah, denyut nadi, temperatur
tubuh pasien dan pernafasan,hal ini penting agar dapat
diketahui sedini mungkin apabila ada halhal yang sudah
menyimpang dari keadaan pasien.
4. Tenaga keperawatan harus melakukan dokumentasi
keperawatan tentang segala tindakan yang telah
dilakukan pada pasien dalam lembar pencatatan
perkembangan penyakit pasien. Hal ini sebagai bukti
bahwa tenaga keperawatan sudah mengerjakan segala
tindakan yang seharusnya dilakukan, agar dapat sebagai
bukti legal dan akuntabilitas keperawatan apabila ada
tuntutan hukum.

5. Tenaga keperawatan berkewajiban memberikan


informasi kepada dokter yang menangani pasien
yang bersangkutan apabila ada kejanggalan pada
tandatanda vital pasien. Sebagai tim kesehatan
yang senantiasa peduli terhadap perkembangan
status kesehatan pasien, menjadi sangat penting
untuk selalu melakukan komunikasi keadaan
pasien, agar dapat segera dilakukan tindakan.
6. Tenaga keperawatan hendaknya melibatkan
anggota keluarga sebagai pembuat keputusan
berhubungan dengan ketidakmampuan pasien
memberikan keputusan perawatan. Partisipasi
keluarga dalam perawatan pasien dapat
menumbuhkan sikap kooperatif, kepedulian,
terlebih lagi rasa kasih sayang.

Persiapan dan Perawatan


Pasien Dengan Prosedur Studi
Diagnostik
Prosedur studi diagnosis dalam praktik keperawatan merupakan
bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dilaksanakan secara tim.Sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien yang dilakukan prosedur studi diagnosis
tenaga keperawatan melakukan fungsi kolaboratif (Kozier et
all, 2004)
Hasil prosedur studi diagnostik memberikan kontribusi yang
penting, bahkan sering menjadi informasi yang vital bagi
kesehatan seseorang. Diagnosa yang tepat dan keputusan
pengobatan, sebagian bergantung pada hasil
pemeriksaan studi diagnostik. Oleh sebab itu, hasil
pemeriksaan studi diagnostik yang akurat sangat dibutuhkan.
Persiapan pasien dan pengambilan spesimen yang benar dan
akurat merupakan persyaratan pokok untuk memperoleh hasil
pemeriksaan yang bermakna dan akurat. (Kemenkes RI, 2011)

Kerjasama Tenaga Keperawatan


sangatlah diperlukan dalam tim untuk
menjamin akurasi hasil prosedur
diagnostik, dalam hal ini tenaga
Keperawatan telah melaksanakan
peran advokasi keperawatan pada
pasien yang dilakukan prosedur
diagnostik. (Kozier et all, 2004)

Tahapan dalam prosedur studi diagnostik

Prosedur Studi Diagnostik mencakup 3


tahap yaitu :
(1) Tahap Pra Instrumentasi,
(2) Tahap Instrumentasi,
(3) Tahap Pasca Instrumentasi.
(Kee, 1994; Kee, 2002)

1. Tahap Pra Instrumentasi

Tahap pra instrumentasi (Pra-Uji) adalah tahap


sebelum dilakukan prosedur studi diagnostik.
Fokus utama tahap Pra-Uji adalah
mempersiapkan pasien:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
studi diagnostikKegiatan ini perlu diperhatikan
benar tentang advis dokter dan dipindahkan ke
dalam formulir pemeriksaan.
2. Pembuatan persetujuan prosedur (inform
concent)
. bukti tenaga keperawatan telah memberikan
pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
prosedur tindakan, serta bukti persetujuan klien
atas tindakan yang dilakukan.

3. Persiapan pasien : bio, psiko, sosial, kultural,


spiritual
melakukan pengkajian keperawatan secara
komprehensif merumuskan masalah
keperawatan membangun pola komunikasi
terapieutikmelakukan tindakan yang
rasional
4. Persiapan alat yang akan digunakan.
tenaga keperawatan berperan melakukan
koordinasi dan pengaturan peralatan studi
diagnostik dengan tim dan klien dalam
persiapan alat memperhatikan advis dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja. (Kee, 2002)

2. Tahap Instrumentasi

Tahap Instrumentasi (Intra-Uji) adalah


tahap saat dilakukan prosedur studi
diagnostik.Fokus utama tahap Intra-Uji
adalah pengumpulan spesimen :
1. Prosedur pengambilan sample.
2. Penanganan awal sampel
(termasuk pengawetan) dan
pewadahan.
3. Prosedur transportasi atau
pengiriman sampel.

KEWASPADAAN STANDAR
( TINGKAT I )

Kewaspadaan Standar ini digunakan dalam


perawatan pasien dengan memperhatikan
diagnosis penyakit atau kemungkinan status
infeksi pasien tersebut. Kewaspadaan Standar ini
merupakan implikasi Universal Precaution dan
Isolasi Cairan Tubuh:
Kewaspadaan Standar berlaku untuk : (1) darah,
(2) cairan ekskresi dan sekresi tubuh (kecuali
keringat), (3) kulit yang tidak utuh (rusak), (4)
membran mukosa
Prosedur digunakan untuk mengurangi risiko
penyebaran mikroorganisme dari sumber yang
diketahui dan sumber yang tidak diketahui.

Prosedur Kewaspadaan Standar sebagia berikut :


1. Cuci tangan sesudah kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit yang
rusak, membran mukosa, dan peralatan yang terkontaminasi, baik
mengenakan sarung tangan atau tidak mengenakan sarung tangan.
Cara sebagai berikut :
a.Cuci tangan segera setelah bersentuhan dengan pasien atau melepas
sarung tangan.
b.Gunakan sabun antimikroba atau agen antiseptik untuk cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan (prinsip bersih) saat kontak dengan darah,
cairan tubuh, kulit yang rusak, membran mukosa, dan peralatan yang
terkontaminasi.
c.Sarung tangan bersih diperlakukan sebagai alat non-steril ( kecuali
untuk tujuan pencegah infeksi silang mikroorganisme harus steril)
d.Lepaskan sarung tangan sebelum kontak dengan peralatan yang tidak
terkontaminasi atausteril.
e.Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan.
3. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti : masker, pelindung mata
atau pelindung wajah dan gaun/celemek untuk menghindari percikan
darah dan cairan tubuh.
f.Lepaskan APD dengan prinsip mencegah penyebaran mikroorganisme.
g.Cuci tangan setelah melepas APD.

4. Dekontaminasi peralatan perawatan yang terkotori atau


terkomtaminasidarah, cairan tubuh, kulit yang rusak,
membran mukosa, dan benda yang terkontaminasi untuk
mencegah penyebaran mikroorganisme ke lingkungan.
a.Pastikan peralatan yang dapat digunakan kembali (re-used)
bersih dan diproses ulang dengan baik.
b.Buang peralatan sekali pakai (disposible) dengan benar.
5. Cegah cidera akibat penggunaan peralatan yang tajam, dan
letakkan peralatan tersebut kedalam wadah yang tahan
terhadap benda tajam
. Catatan : Guidelines for Isolation Precaution in
Hospital, JS Garner dan Hospital Infection Control
Practices Advisory Commite (HICPAC), 1996 &1997.

3. Tahap Pasca Instrumentasi

Tahap Instrumentasi (Pasca-Uji) adalah


tahap sesudah dilakukan prosedur studi
diagnostik. Fokus utama tahap Pasca-Uji
adalah perawatan pasien sesudah
prosedur/tindakan dan interprestasi
hasil dan Dokumentasi dan
pelaporan untuk keperluan asuhan
keperawatan:

Implikasi Proses Keperawatan Pada


Pasien Dengan Prosedur Diagnostik
1. Studi Laboratorium (Kee, 1994; Kee, 2002)
1.Ikuti prosedur dan kebijaksanaan institusional.
2.Kumpulkan jumlah spesimen yang direkomendasikan (darah,
urine, dsbnya.).
3.Hindari pengambilan darah vena dengan menggunakan
lengan atau tangan yang terdapat jalur IV.
4.Cantumkan label secara jelas pada wadah spesimen dengan
informasi identitaspasien.
5.Catat data obat yang sedang digunakan pasien pada label
atau formulir permintaan studi laboratorium.
6.Hindari hemolisis, bila tidak dianjurkan jangan mengocok
spesimen darah.
7.Pantau penerapan teknik aseptik yang ketat saat
mengumpulkan dan menangani setiap spesimen. Gunakan
petunjuk OSHA yang diadopsi oleh setiap institusi (misal
kewaspadaan standar).

8. Lakukan pembatasan asupan makanan dan minuman ( hanya


apabila diindikasikan dalam pemeriksaan laboratorium.)
9. Kumpulkan spesimen urine 24 jam dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk urine tampung, minta pasienmenampung urine sesuai
dengan waktu yang dianjurkan (misal 24 jam).
b. Untuk urine rutin, minta pasien berkemih dan urine pertama
dibuang, kemudian urine selanjutnya ditampung pada wadah
yang telah disediakan khusus dari laboratorium.
c. Anjurkan klien menghindari kontaminasi spesimen urine
dengankertas toilet atau dengan feses.
d. Simpan spesimen urine sesuai keperluan prosedur studi
laboratorium. Penyimpanan spesimen urine dapat dengan cara
mendingikan urine 24 jam dalam lemari es, atau simpan di
antara tumpukan es. Bisa juga dengan menambahkan zat
pengawet atau disimpan pada suhu kamar dan tanpa
penambahan zat pengawet.
e. Cantumkan label pada bagian botol penampung urine dengan :
nama klien, tanggal, dan waktu pengumpulan yang tepat (misal
21/6/2004 pukul 07.00 sampai 22/6/2004 pukul 07.01).
10. Cantumkan nama obat dan makanan yang dikonsumsi pasien
yang dapat memengaruhi hasil uji.
11. Apabila mungkin, tunda pemberian obat dan makanan yang
mungkin menyebabkan hasil uji palsu sampai pemeriksaan benar-

2. Studi Diagnostik Radiologis (Kee, 1994; Kee,


2002)
1. Ikuti prosedur dan kebijaksanaan institusional.
2. Buatlah inform concent dan tanda tangani formulir
persetujuan tindakan.
3. Protokol pembatasan asupan makanan dan minuman
kerap dilakukan.
4. Protokol penggunaan zat kontras untuk mendapat
kewaspadaan dan kesesuaian
5. Protokol pengosongan isi perut untuk diinformasikan
kepada pasien secara jelas dan cegah komplikasi
akibat prosedur pengosongan isi perut.

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil


studi diagnostik laboratorium
Pengambilan spesimen yang tidak
kesesuaian (misal jumlah dan jenis).
Efek obat dan makanan yang dikonsumsi.
Pewadahan yang tidak mendapat
kesesuaian (misal sterilitas, zat aditif atau
pengawet).
Cara penyimpanan dan transportasi yang
tidak kesesuaian (misal suhu, waktu, jarak
tempuh, goncangan). (Kemenkes RI, 2011)

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pastikan Anda memiliki cukup pengetahuan dan
ketrampilan tentang prosedur studi diagnostik.
Jelaskan tujuan dan prosedur setiap studi diagnostik
kepada pasien dan keluarga.
Sediakan waktu yang cukup, dan berempatilah pada saat
menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Jadilah Anda
motivator bagi pasien dan keluarganya.
Ikuti setiap langkah prosedur yang ditetapkan untuk tiaptiap studi diagnostik.
Cantumkan pada label spesimen tentang informasi yang
berkaitan dengan pasien.
Hubungkan temuan studi diagnostik dengan masalah
klinis dan obat. Sampaikan bahwa studi diagnostik ini
dapat diulang untuk konfirmasi kecurigaan masalah.
Laporkan hasil studi diagnostik yang abnormal ke
pemberi layanan kesehatan.

Bandingkan hasil studi diagnostik dengan uji


diagnostik lain yang relevan.
Anjurkan klien mematuhi kontrol ke dokter sebagai
langkah tindak lanjut.
Berikan penyuluhan kesehatan yang berkaitan
dengan masalah klinis.
Perlakuan terhadap uji diagnostik:
a) Minta klien berkemih sebelum pengobatan atau
sebelum uji dilakukan, atau keduanya.
b) Untuk pemakaian zat kontras, kaji riwayat alergi
tehadap zat iodin atau protein.
c) Pantau bila ada reaksi alergi yang parah terhadap
zat kontras.
d) Monitor tanda vital sesuai yang diindikasikan
setelah uji selesai dilakukan.
e) Jika digunakan zat sedatif, anjurkan klien untuk

Persiapan Keperawatan
Pasien Dengan Prosedur Studi
Diagnostik.
1. Pendidikan Kesehatan
bertujuan meningkatkan fungsi kooperatif dan
peran aktif klien
Pendidikan kesehatan yang dapat Anda berikan
adalah pengertian, tujuan, masalah klinis dan
prosedur.
Media yang Anda dapat gunakan adalah : leaflet,
audio visual, atau sharing pengalaman nyata
pasien yang telah dilakukan studi diagnostik.

Penyuluhan : Perawatan Pasien


Mempersiapkan pasien untuk Prosedur Studi Diagnostik
Informasikan klien mengenai
Motivasikan klien mengajukan
hal-hal yang diperlukan atau
pertanyaan atau membicarakan
dibatasi (misal kapan dan apa
mengenai rasa cemas klien. Cari
yang boleh dimakan atau
tahu informasi apa yang
diminum, berapa lama pasien
mungkin pernah klien dengar
harus berpuasa).
mengenai pemeriksaan dari
Informasikan mengenai apa
orang lain,
yang mungkin akan
Informasikan klien waktu yang
dirasakan klien (misal
diperlukan untuk memperoleh
kemerahan sementara dan
hasil studi diagnostik.
merasa hangat ketika media Dokumentasikan penyuluhan
kontras diinjeksikan).
dan respons klien. Catat alat
Tanyakan kepada klien
bantu audio-visual dan bahan
apakah penggambaran alatbacaan yang digunakan.
alat yang diperlukan dan

dipergunakan, akan
membantu klien
mempersiapkan dirinya
untuk menjalani
pemeriksaan.

2. Persiapan pasien
1) Puasa
)Menghentikan aktifitas makan sebaiknya
dilakukan selama 10-12 jam sebelum dilakukan
prosedur studi diagnostik. Karena selama jam
tersebut makanan sudah tercerna sempuran,
proses absorbsi dan metabolisme tubuh relatif
basal.
)Dengan catatan asupan cairan tetap diperhatikan
kecukupannya, dengan hanya memberikan air
putih tawar sesuai jumlah yang dianjurkan.
)Dua jam setelah makan,kira-kirasebanyak 800
kalori dapat mengakibatkan peningkatan volume
plasma. Perubahan volume plasma akan
mengakibatkan perubahan susunan kandungan
bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.

Penyuluhan : Perawatan Pasien


Tata cara puasa dalam persiapan pemeriksaan laboratorium
1. Puasa pada malam hari 10
1. Selama puasa malam hari dan
12 jam sebelum pengambilan
setelah bangun tidur sampai
darah
dengan pengambilan darah anda
2. Selama puasa anda tidak
tidak diperbolehkan melakukan
diperkenankan makan dan
aktifitas berlebih (contoh :
minum kecuali minum air
Olahraga, begadang, dan aktifitas
putih tanpa gula
berat lainnya)
3. Anda diperkenankan atau
2. Hindari juga merokok dan makan
bahkan dianjurkan minum air
permen karet karena akan
putih tanpa gula seperti
mempengaruhi hasil pemeriksaan
biasa terutama bila anda
3. Jangan puasa lebih dari 14 jam
akan melakukan pemeriksaan
yang memerlukan bahan
pemeriksaan urine (air
kencing) dengan catatan
minuman lain seperti teh dan
kopi meskipun tanpa gula
tetap tidak diperkenankan
Catatan: Nurses' Quick Reference to Common Laboratory and
Diagnostic Test, 3nd ed., oleh F. Fischbach, 2002, Philadelphia:

2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan :hematologi
Pemberian vitamin : asam folat, Fe, vitamin
B12.
Pemberian kortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil,
pemberian adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit.
Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan
pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi
maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi
hasil pemeriksaan hemostasis.

3) Waktu pengambilan spesimen


Umumnya bahan pemeriksaan
laboratorium diambil pada pagi hari
(Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus
atas advis / berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien disebut pemeriksaan
sito. )
Beberapa parameter hematologi seperti
jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal yaitu hasil
yang dapat dipengaruhi oleh waktu
pengambilan.
(contoh : kadar besi serum lebih tinggi
pada pagi hari dan lebih rendah pada sore
hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah

4) Posisi dan aktivitas pasien


Posisi berdiri atau ambulasi yang baru
dilakukan menyebabkan cairan tubuh
berpindah dari ruang vaskular ke jaringan.
Hemokonsentrasi vaskular dapat
memengaruhi konsentrasi protein, enzim,
albumin, globulin, kolesterol, trigliserida,
kalsium, dan zat besi.
Diperlukan waktu 20-30 menit agar kadar
cairan kembali mencapai equilibrium.
Anjurkan pasien untuk tidak melakukan
aktifitas atau latihan berat sebelum
pengumpulan spesimen karena dapat
menyebabkan temuan palsu (misal uji
enzim).

5) Pewadahan (Tabung Pengumpulan)


Tabung pengumpulan dengan penutup
berkode warna memberikan indikasi
mengenai penambahan zat aditif di dalam
tabung tersebut.
Penambahan zat aditif bisa berupa
antikoagulan, seperti oksalat, sitrat,
ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA),
dan heparin.
Spesimen serum darah dapat diambil dari
tabung bertutup-merah, karena tidak
mengandung zat aditif.

Warna
Tutup
Tabung
Merah

Zat Aditif

Jenis
Identifikasi

Tidak ada penambahan


zat aditif

Serum
(Sampel
darah dalam
kondisi
beku )

Lembayun
g

EDTA

plasma dan
darah

Hijau

HEPARIN

plasma

Biru

SITRAT

plasma

Abu-abu

NATRIUM FLORIDA

plasma

Studi Laboratorium
pemeriksaan kimiawi
(elektrolit, protein, enzim,
lipid, hormon),
pemantauan obat metode
RIA (radioimmunoassay),
serologi, serta bank
darah.
Hindari hemolisis
uji hematologik (hitung
darah lengkap (CBC),
hitung trombosit)
uji gas darah arteri (ABG),
Lupus Eritematosus (LE),
kadar hormon dan
elektrolit
uji koagulasi (masa
protrombin (PT), masa
tromboplastin parsial
teraktivasi (APTT), masa
tromboplastin
parsial(PTT), serta kadar
hemoglobin.
Uji kadar glukosa.
Zat aditif ini bertujuan
mencegah glikolisis
sehingga mampu

Perawatan Pasien Pasca


Prosedur Studi Diagnostik.
prosedur studi diagnostik, dimana pada pasien yang
dilakukan prosedur studi diagnostik mengalami
manipulasi perlakuan dan tindakan invasif seperti
penusukan jarum ke vena atau arteri, penggunaan zat
kontras, obat sedatif, memasukkan alat endoskopi
kedalam organ, perlukaan jaringan karena biopsi,
dapat menyebabkan stress fisik dan psikis
menunggu waktu jadinya hasil pemeriksaan studi
diagnostik, pasien dan keluarganya akan mengalami
cemas akan hasil status kesehatan pasien, serta
perubahan pola hidup dan kesejahteraan klien.
asuhan keperawatan holistik : bio, psiko, sosial,
kultural, spiritual, dan komprehensif, menggunakan
pendekatan metode proses keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien dengan


pemeriksaan studi diagnostik adalah:
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
prosedur studi diagnostik dan perawatan pasca
studi diagnostik.
2. Ketidakpatuhan pada program prosaedur studi
diagnostik berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat mengenai prosedur studi
diagnostik
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan
dengan prosedur studi diagnostik dan masalah
kesehatan
4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan hasil
studi diagnostik positif
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan
dengan hasil studi diagnostik dan proses
penyakit

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan


masalah kesehatan sekunder prosedur studi
diagnostik.
7. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan
gangguan kesehatan sekunder prosedur studi
diagnostik.
8. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kerusakan sistem barier mukosa sekunder
prosedur studi diagnostikinvasif.
9. Risiko tinggi injuri berhubungan dengan
kerentanan integritas kulit atau mukosa sekunder
prosedur studi diagnostikinvasif.
10. Risiko tinggi defisit volume cairan tubuh
berhubungan dengan tindakan enema atau lavage
abdomen sekunder prosedur studi diagnostik.
11. Nyeri berhubungan dengan kerusakan
kontinuitas jaringan sekunder prosedur studi
diagnostik invasif.

TIP PERAWATAN PASIEN :


KLIEN YANG CEMAS !
1. Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui menyebabkan cemas
atau ansietas. Kita semua pernah mengalaminya. Sebagai tenaga
keperawatan, Anda perlu mengidentifikasi peyebab atau asal ketakutan
atau ansietas klien.
2. Pedoman dalam berespons terhadap klien yang cemas adalah:
3. Motivasi klien bicara dan dengarkan klien secara aktif. Jawab semua
pertanyaan yang dapat Anda jawab secara akurat. Gunakan keterampilan
refleksi, klarifikasi, dan memfokuskan untuk membuat klien bicara
mengenai masalah yang sebenarnya.
4. Pertanyaan pasien "Apakah saya akan mati?" atau "Apakah saya mengidap
AIDS atau kanker?" paling membingungkan tenaga keperawatan. Untuk itu
Anda tanyakan kepada klien apa yang membuat mereka percaya bahwa
mereka akan mati atau bahwa mereka mengidap AIDS atau kanker. Tujuan
Anda adalah agar pasien mengatakan ketakutan mereka.
5. Bila klien memiliki pertanyaan mengenai diagnosis medis, cari tahu apa
yang telah diberitahukan kepada klien. Klarifikasi setiap hal sesuai
kemampuan Anda. Jika klien belum diberi tahu apa pun, tanyakan apakah
klien ingin bicara dengan dokter. Bukan tanggungjawab Anda untuk
menginformasikan diagnosis penyakit.
6. Beri perhatian kepada klien. Cek klien sesering mungkin. Tindakan ini
dapat membuat rasa percaya terbina dan menunjukkan sikap caring.

KEWASPADAAN KLINIS
Tenaga keperawatan harus menerapkan
kesesuaian kebijakan institusi dalam pemakaian
Nilai Rujukan dengan prinsip valid dan
akuntabel.

Identifikasi Serum, Plasma, dan Kimia Darah Lengkap


Studi/Uji
Bilirubin
Total

Indirek)
(tidakterkonjuga
si

Nilai Normal
Unit
Unit Satuan
Konvensional
Internasional

0,3-1,0 mg/dl
5,1-17mol/l

0,2-0,8 3,4-12,0mol/l
mg/dl

1,7-5,1mol/l
0,1-0,3 mg/dl

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Anemia (hemolitik atau Anemia defisiensi zat


pernisiosa)
besi
mononukleosis
infeksius,
Reaksi transfusi, anemia
sel sabit
gangguan fungsi hati

Direk
(terkonjugasi)

Gas darah
(dipengaruhi
ketinggian
tempat)
pH arteri
pH vena

PCO2 arteri

PO2 arteri

7,35-7,45

7,31-7,41

35-45 mm Hg

80-100 mm Hg

7,35-7,45

7,31-7,41

4,6-5,9 kPa

12,6-13,3kPa

Alkalosis (metabolik
dan respiratori)

Alkalosis metabolik
atau asidosis repiratori
terkompensasi

Pemberian oksigen
konsentrasi tinggi

Alkalosis metabolik

(normal untuk
ketinggian 1mil)

Asidosis (metabolik 'dan


respiratori)

Asidosis metabolik atau


alkalosis respiratori
terkompensasi

Anemia, penyakit paru


kronik

Asidosis metabolik

Studi/Uji

Nilai Normal
Unit
Unit Satuan
Konvensional
Internasional

Kalsium
Total

4,65-5,28 mEq/l

Terionisasi

8,4-10,2 mg/dl

1,16-1,32 mmol/l

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi
Kalsium Total:
Hiperparatiroidisme
Kanker
Hipertiroidisme
Imobilitas lama
Penyakit Paget
Kalsium terionisasi :
Hipoparatiroidisme
Hiper vitamin D

Troponin T jantung
Troponin I jantung

< 0,2 ng/ml


< 0,03 ng/ml

Klorida

98-106 mEq/l

98-106 mmol/l

Sindrom Gushing
Dehidrasi, Hipernatremia
Asidosis metabolik Alkalosis
respiratori
Disfungsi ginjal

Kolesterol

<200 mg/dl

5,20 mmol/l

Hiperkolesterolemia,
Sirosis bilier, Hipertensi,
Hipotiroidisme, Infark, ,
Miokardium, Kehamilan,
Hiperlipidemia, DM tak
terkontrol

Rendah
Kalsium Total :
Penurunan albumin
Hiperparatiroidsme
Defisiensi vitamin D
Kalsium terionisasi :
Pankreatitis akut
Asidosis diabetik
Hiperventilasi
Defisiensi vit D

Cedera miokardium
Infark miokardium
Hidrasi berlebih,
Penyakit Addison,
Luka bakar (berat), Diare,
penggunaan diuretik,
Alkalosis metabolik,
Asidosis respiratori
kronik, Muntah, pengisapan
gastrik
Anemia pernisiosa atau
hemolitikum, penyakit hati ,
hipertiroidisme, malnutrisi,
kelaparan, malabsorpsi

Nilai Normal
Studi/Uji
Kreatinin
fosfokmase (CPK)
atau kreatinin
kinase (CK)
Pria
Wanita
Isoenzim CPK:
CPK-BB (CPK1)

Unit
Konvensional

55-170U/I
30-135U/I

Unit Satuan
Internasional

55-170U/I
30-175U/I

Kemungkinan Penyebab Temuan


Abnormal
Tinggi
CPK total:
Penyakit atau cidera yang
memengaruhi otot jantung,
otot skeletal, dan otak
CPK-BB:
Kanker paru, kanker
payudara, cedera otak

0%

CPK-MB (CPK2)

0%-4%

CPK-MB:
Infark miokad akut
Iskemia jantung
Gagal ginjal kronis

CPK-MM (CPK3)

96%-100%

CPK-MM :
Injeksi intramuskuler (IM),
Pembedahan , hipotiroid

Kreatinin

0,5-1,5mg/dl

45-106 mol/l

Gangguan fungsi ginjal,


dehidrasi, kanker, gagal
jantung, syok

Rendah

Nilai Normal
Studi/Uji
Glukosa puasa
Serum
Darah lengkap

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan


Abnormal
Tinggi

Rendah

70-110 mg/dl
60-105 mg/dl

3,9-6,11 mmol/l
3.3-5,81 mmol/l

Diabetes mellitus,
sindroma Cushing,
pankreatitis akut,
penyakit hati berat

Overdosis insulin,
penyakit Addison,
penyakit hati,
hipotiroidsme, tumor
pankreas, hipofungsi
hipofisis, pasca
gastrektomi

Dehidrogenase
laktat (LDH)

100-190 U/I
(pada 370C)
Tergantung
metode

100-190 U/I

Anemia pernisiosa atau


hemolitikum, penyakit
hati, infark miokardium,
penyakit paru, tumor
testis, gangguan otot

Magnesium

1,3-2,1 mEq/l

0,65-1,05 mmol/l

Penyakit Addison,
dehidrasi, ketoasidosis
diabetik, penggunaan
obat antasid, hipotiroid,
gangguan ginjal

Hemodialisis, tranfusi
darah, gangguan ginjal
kronik, luka bakar,
malabsorbsi, alkoholisme
kronis, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme

Osmolalitas

285295mOsm/kg

285-295mOsm/kg

Hipernatremia, dehidrasi,
hiperglikemia, penyakit
ginjal kronis, diabetes
insipidus

Hiponatremia, hiper
volume cairan, sindroma
inappropiate antidiuretik
hormon (SIADH)

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Kalium

3,5-5,0 mEq/l

3,5-5,0 mmol/l

Asidosis, ketoasidosis
diabetes, gagal ginjal,
terapi diuretik,
hipoaldosteronisme

Natriun

136-145 mEq/l

136-145 mmol/l

Dehidrasi, sindroma
Cushing, hipernatremi,
gangguan fungsi ginjal,
diabetes insipidus

Nitrogen Urea
(BUN)

7-18 mg/dl

2,5-6,4 mmol/l

Peningkatan katabolisme
protein (demam, Stress
berat), luka bakar,
penyakit ginjal, obstruksi
saluran kemih, over
proteinemia

Asam Urat
Pria
Wanita

3,5-8,0 mg/dl
2,8-6,8 mg/dl

Gagal ginjal, gagal


jantung, kanker
metastasis, alkoholisme,
gout/artritis, leukemia

Rendah

Nilai Normal
Studi/Uji

Aminotransferase
alanin (ALT) atau
Serum Glutamic
Pyuric
Transaminase
(SGPT)

Aminotrasferase
aspartat (AST) atau
Serum Glutamic
Oxaloacetic
Transaminase
(SGOT)

Unit
Konvensional

10-35 U/I

5-40 U/ml
(Frankel)
16-60 U/ml
(Karmen pada
300C)

Unit Satuan
Internasional

4-36 U/I
(pada 370C)

8-38 U/I
8-33 U/I ( pada 370C)

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Hepatitis virus akut,


Latihan berat, obat
nekrosis hati, gagal
salisilat
jantung kongesif, sirosis,
intoksikasi alkohol akut,
antibiotik spesifik,
antihipertensi spesifik,
kontrasepsi oral, heparin.

Hepatitis, nekrosis hati,


Ketoasidosis diabetik,
pankretitis akut, angina
obat salisilat
pektoris, infark miokard
akut, antibiotika spesifik,
vitamin spesifik,
antihipertensi spesifik,
kortison, INH, rifampin,
kontrasepsi oral.

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal

Unit Satuan
Internasional

Tinggi

Rendah

Partial
Thromboplastin
Time (PTT)

60-70 detik

Defisiensi faktor
pembekuan VII,
defisiensi vit.K, sirosis
hepatis, diseminata
intravaskuler koagulasi
(DIC), hemofilia

Activated Partial
Thromboplastin
Time (APTT)

30-40 detik

Defisiensi faktor
DIC tahap awal
pembekuan I, II, V, VIII,
IX, X,XI,XII, DIC, terapi
heparin, sirosis hepetis

Masa Protrombin
(PT/Protime)

10-13 detik

10-13 detik

4,7-6,1x10 /l
4,2-5,4x106/l

4,7-6,1x10 /l
4,2-5,4x1012/l

Hitung Eritrosit
Pria
Wanita

12

Kanker ekstensif

Terapi antikoagulan,
toksisitas salisilat,
defisiensi vit. K,
kortikosteroid,
kontrasepsi oral.

Hematokrit meningkat,
hemorrhagik

Hipovolumia, PPOK,
polisitemia vera,
penyakit jantung
konginetal.

Anemia, leukemia,
mieloma multipel,
hemorrhagik, gagal
ginjal, kehamilan.

Nilai Normal
Studi/Uji

Laju Endap Darah


(LED)
Pria
Wanita
Hematokrit
Pria
Wanita

Hemoglobin
Pria
Wanita
Hitung Pletelet
(thrombosit)

Hitung Sel Darah


Putih(Total)

Unit
Konvensional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal

Unit Satuan
Internasional

Tinggi

Rendah

Infeksi bakteri akut,


gagal ginjal kronik,
anemia berat, keganasan

Anemia sel sabit,


polisitemia vera

Hipovolumia, luka bakar,


polisitemia vera,
penyakit jantung
kongenital, eklampsia.

Anemia, disfungsi bone


marrow, hemorrhagik,
sirosis hepatis, reaksi
hemolitik, leukemia,
malnutrisi, kehamilan.

PPOK, gagal jantung,


hemokonsentrasi,
polisitemia vera.

Hemorragik, reaksi
hemolitik, anemia
defisiensi Fe, penyakit
ginjal, SLE.

150.000-400.000 150-400x10 /l
l

Infeksi akut, anemia


defisiensi Fe, leukemia,
sirosis hepatis, artritis
rematoid.

DIC, kemoterapi, anemia


hemolitik, anemia
pernisiosa, SLE,
leukemia

5000-10.000l

Proses inflamasi dan


infekasi, nekrotik
jaringan, leukemia.

Kemoterapi, disfungsi
bone marrow, toksisitas
obat kloramfenikol,
penyakit otoimun, infeksi
berat

<15 mm/jam
<20 mm/jam

42%-52%
37%-47%

14,0-18,0 g/dl
12,0-16,0 g/dl

<15 mm/jam
<20 mm/jam

0,42-0,52
0,37-0,47

8,7-11,2 mmol/l
7,4-9,9 mmol/l

5,0-10,0x109/l

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Hitung Jenis SDP


Neutrofil

55%-70%

Limfosit

20%-40%

Monosit

2%-8%

0,02-0,08

Eosinofil

1%-4%

0,01-0,04
0,005-0,002

Basofil

0,5%-1%

0,005-0,002

Kemungkinan Penyebab Temuan


Abnormal
Tinggi

Rendah

Infeksi bakteri, leukemia,


ketoasidosis diabetik,
proses inflamasi, gout
artritis.
Infeksi kronis, infeksi
virus, hepatitis,
leukemia, limfositik.

Anemia aplastik, infeksi


kronis, terapi radiasi.

Penyakit inflamasi
kronis, malaria, infeksi
virus, TBC, leukemia
monositik.
Reaksi hipersensitifitas,
penyakit parasit,
penyakit otoimun,
leukemia.
Infeksi akut berat,
leukemia,
mieloproliferatif

Terapi prednison.

Terapi adrenokortikoid,
sepsis, SLE, leukemia.

Terapi steroid, reaksi


anafilaksis,
hipotiroidisme, stress.
Reaksi alergi akut

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Nilai Normal
Studi/Uji

Unit
Konvensional

Unit Satuan
Internasional

Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal


Tinggi

Rendah

Anda mungkin juga menyukai