A. Konsep Dasar
Keselamatan pasien merupakan salah satu isu global dalam pelayanan kesehatan.
World Health Organization (WHO) melaporkan ada jutaan pasien di seluruh dunia yang
terancam mendapatkan cedera, bahkan kematian, setiap tahunnya terkait dengan
kesalahan dalam praktik kesehatan. Oleh sebab itu WHO mendeklarasikan sebuah
lembaga World Alliance for Patient Safety sebagai bentuk perhatian dunia terhadap
keselamatan pasien di berbagai negara (WHO, 2016).
Patient safety adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien yang
lebih aman. Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ronald (2005) juga mendefinisikan keselamatan pasien sebagai bentuk suatu perilaku
keseluruhan individu dan organisasi berdasarkan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai
yang ditujukan untuk mengurangi peluang pasien mengalami cedera.
Keselamatan (Safety) juga telah menjadi isu global di rumah sakit. Ada 5 (lima) isu
penting yang terkait dengan keselamatan (Safety) pasien di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan, dan peralatan rumah sakit yang berdampak terhadap keselamatan
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting
untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah
sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait mutu dan citra rumah sakit
(Depkes RI, 2008).
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien. Di rumah
sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, serta alat-alat dengan
berbagai macam teknologinya. Sementara itu, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang siap memberikan pelayanan 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Saint et. al., 2011), bahkan menimbulkan “never
event” atau kejadian yang seharusnya tidak terjadi seperti operasi pada pasien yang salah
dan salah melakukan amputasi.
Di Indonesia sendiri, Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKPRS) telah
dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 21 Agustus 2005, dimana setiap
rumah sakit dapat membentuk tim keselamatan pasien rumah sakit. Gerakan
Keselamatan Pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omision) (Depkes RI, 2008). Hal ini
selaras dengan kebijakan WHO (2004) bahwa pelayanan kesehatan wajib memberikan
pelayanan yang aman dan nyaman bagi pasien.
B. Praktik Kebidanan
Bidan merupakan seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan dapat praktik di
berbagai tatanan pelayanan termasuk rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik, atau sarana
kesehatan lainnya.
Praktik Kebidanan
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan/ asuhan kebidanan kepada klien
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
C. Manajemen Kebidanan
Menurut Hellen Varney (1997) manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan terfokus pada klien.
Sasaran Manajemen Kebidanan
Ibu Hamil
Ibu Bersalin
Ibu Nifas
Bayu Baru Lahir
Balita
Wanita dalam siklus reproduksi
- Identifikasi pasien
- Penanda tambahan
4) S.4 Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
mandiri, kolaburasi, dan rujukan.
b. Kriteria
Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk bio-psikososial=spiritual-
kultural.
Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya (informed consent).
Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
Melibatkan klien/ pasien dalam setiap tindakan
Menjaga privacy klien/ pasien
Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
Menggunakan sumberdaya, sarana, fasilitas yang ada dan sesuai.
Melakukan tindakan sesuai standar
Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Keamanan Medication
Memelihara dan komunikasi secara akurat tentang informasi obat-obatan
pasien
Melakukan assestment tertulis obat-obatan pasien yang dibawa dari luar RS
Pemberian Obat
Cek instruksi dokter
Benar obat
Benar dosis
Benar cara
Benar waktu
Benar orang
Cek alergi obat
Jelaskan tujuan dan efek samping
Catat/ dokumentasi
Kerjakan sesuai SOP
Cek untuk reaksi obat
Monitor pasien
Update catatan obat
5) S.5 Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria Evaluasi
Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien.
Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien atau pasien.
Langkah ini menilai semua tahap yang telah dilakukan, untuk mengetahui
efektifitas asuhan yang diberikan. Keberhasilan suatu asuhan kebidanan ditandai
adanya perubahan bukan hanya pada gejala tetapi pada penyebab masalahnya.
c. Dokumentasi SOAP Evaluasi
6) S.6 Pencatatan asuhan kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia (Rekam medis/ KMS/ Status pasien/ buku KIA)
Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
- S adalah data subjecktif, mencatat hasil anamnesa
- O adalah data objecktif, mencatat hasil pemeriksaan
- A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
- P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan,
kolaburasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.