ASUHAN KEPERAWATAN
Jul9
A. Pengertian
Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan.
Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang meliputi tahap:
– pengkajian
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan,
pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah (Nursalam,
2001:6).
untuk mengidentifikasi masalah klien, apakah keadaan klien sehat atau sakit.
. Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh
rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari :
1. Standar I.
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus
menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan
harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan
meliputi :
a. Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi
sesuai item yang tersedia, aktual (baru), absah (valid).
b. Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis, data sosial, data
spiritual.
c. Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria : diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah
nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan
terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
b. Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik,
ada batas waktu.
c. Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan,
melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga,
menentukan alternative tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan
yang berlaku, lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman
bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan
keluarganya dengan kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.
g Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan
pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
5. Standar V.
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk menilai
perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap
indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan
sesuai standar.
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria : dilakukan selama
pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, penulisannya harus jelas dan ringkas
serta menggunakan istilah yang baku, sesuai pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan
harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya,
menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.2.1.Pengertian.
Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu, tehnik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien /
keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Iyer et al, 1996)
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama
klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,
menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan
serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pasa klien, berorentasi
pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. ( Hidayat,
2004. 95).
Manfaat proses keperawatan menurut Gaffar (1999) meliputi beberapa aspek yaitu :
Kegiatan dokumentasi keperawatan yang berupa pencatatan dan pelaporan akan menjamin
kualitas asuhan keperawatan karena dari kegiatan ini dapat dikomunikasikan dan dievaluasi
perkembangan klien.
Asuhan keperawatan didasarkan pada investigasi, observasi dan analisa, yang bertujuan untuk
memberikan jaminan agar masalah kesehatan klien teridentifikasi sehingga intervensi yang
dilakukan lebih efektif dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga akan memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi klien.
Proses keperawatan akan menjamin asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
klien, sehingga lebih efisien dari segi biaya karena lebih proposional dalam arti sesuai kebutuhan
klien.
Keperawatan tidak dapat diterapkan tanpa pendidikan dan pelatihan, sebaliknya pendidikan
keperawatan tidak akan berkembang dengan baik tanpa asuhan dari proses keperawatan sebagai
metoda ilmiah pemberian asuhan keperawatan.
Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pengertian.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat
dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan
lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan
catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari
berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak
puasan terhadap pelayanan yang diberikan.
Kegunaan Dokumentasi.
Dokumentasi keperawatan menurut Hidayat (2002. 6-7) mempunyai beberapa kegunaan bagi
perawat dan klien antara lain:
Dokumentasi dalam memberian asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan baik akan
menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga
dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu komunikasi juga dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang kemajuan atau
perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecenderungan yang mungkin terjadi
dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data-datanya otentik dan dapat dibuktikan
kebenarannya. Selain itu dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistik.
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan terhadap
pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio, spiko, sosial dan spiritual sehingga
individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tenaga kesehatan akan saling
kerjasama dalam memberikan tindakan yang berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat
bukti-bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan kegiatan tersebut akan berjalan secara
professional.
Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih baik dan terarah sesuai
dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga perawat bukti tersebut dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang keperawatan.
Yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Ada beberapa model dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2001, 125-133) antara
lain :
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau yang mengelola pencatatan.
Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk
mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat
menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.
Catatan berorientasi pada lima komponen yaitu :
Model ini memusatkan data tentang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien.
Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan
oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada
klien.
1. Data dasar, ini berisi semua informasi yang telah didapat dari klien ketika masuk rumah sakit
yang mencakup pengkajian, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium.
2. Daftar masalah, ini berisi tentang masalah yang telah diidentifikasi dari data dasar. Selanjutnya
masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.
3. Daftar awal rencana asuhan, ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah, dokter menulis
instruksi, perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
4. Catatan perkembangan, berisi perkembangan / kemajuan dari tiap-tiap masalah yang telah
dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat.
Catatan perkembangan adalah catatan perawat “ Flowsheet “ dan catatan pemulangan atau
ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi
pada sumber maupun berorientasi pada masalah.
1. Catatan perawat harus ditulis tiap 24 jam meliputi : Pengkajian, tindakan keperawatan yang
bersifat mandiri, tindakan keperawatan yang bersifat pendelegasian, evaluasi dari tiap tindakan
keperawatan, tindakan yang dilakukan dokter dan kunjungan dari beberapa tim kesehatan yang
lain.
2. Lembar alur (Flowsheet) merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi.
Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan
melihat grafik yang terdapat pada flowsheet.
3. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan, dipersiapkan ketika klien akan dipulangkan atau
dipindahkan ketempat perawatan lainnya guna perawatan lanjutan. Dokumen ini meliputi
masalah kesehatan yang masih aktif, pengobatan terachir, penanganan yang harus diteruskan,
kebiasaan makanan dan istirahat kemampuan untuk asuhan mandiri. Pencatatan pemulangan
ini ditujukan untuk tenaga kesehatan yang akan meneruskan home care dan juga informasi
pada klien.
Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal atau standar.
1. Folwsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator
pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan
pencatatan pemulangan klien.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan, sehingga mengurangi
pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali.
Suatu proses–orientasi dan klien-fokus. Hal ini digunakan proses keperawatan untuk
mengorganisir dokumentasi asuhan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1995 telah menetapkan petunjuk tentang
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :
2.4.1 Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen
A). meliputi :
b Pengisian instrument dilakukan oleh perawat dengan kriteria sebagai berikut:
(3). Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
c. Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut
(1). Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3 (tiga) hari diruangan
yang bersangkutan.
(2). Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien dikembalikan pada bagian Medical
Recort Rumah Sakit.
(3). Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah pasien dipindahkan ke
ruang lain / pulang.
(4). Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi berjumlah 20 untuk
setiap ruangan.
(2). Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi denagn kode berkas pasien (1, 2, 3, …… dst),
sesuai dengan urutan waktu pulang, pada periode evaluasi.
Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam medik pasien.
Contoh : Sub kolom 01 digunakan untuk mengisi hasil penilaian rekam medik dengan kode
berkas 01.
Rekam medik yang telah digunakan untuk penilaian harus diberi tanda dengan kode berkas agar
tidak dinilai ulang.
(3). Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda “ V “ bila aspek yang dinilai ditemukan dan tanda “
O “ bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada rekam medik pasien yang bersangkutan.
(4). Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan penjelasan atau bila
ada keraguan penilaian.
(5). Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “ V “ yang ditemukan pada
masing-masing kolom.
(6). Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 …… dan seterusnya.
Total
(4). Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan.
b. Diagnosa.
c. Perencanaan.
(3). Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien
dan atau kriteria.
(4). Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas atau
melibatkan pasien/keluarga.
(6). Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
d. Tindakan.
(4). Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.
e. Evaluasi.
(1). Evaluasi mengacu pada tujuan.
(3). Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.
(5). Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
2.5.1 Pengertian.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri (PPNI cit Gartinah, 1999).
Keperawatan terutama berfungsi membantu individu (sehat atau sakit) dalam menjalankan
kegiatan yang mengkontribusi kesehatan atau pemulihan (atau kematian secara damai) yang
dapat mereka lakukan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan, atau
pengetahuan yang diperlukan, keperawatan juga membantu individu melaksanakan terapi yang
disarankan dan secepat mungkin mandiri kembali (Eugenia dan fay, 1994).
Perawat Profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan keperawatan pada jenjang
pendidikan tinggi keperawatan, sekurang-kurangnya D III keperawatan (PPNI cit Gartinah,
1999).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hal atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1. 2. Peran Edukator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
1. 3. Fungsi Interdependen.
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lain. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mempunyai penyakit komplek.
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.
2.6 Penerapan.
2.6.1 Pengertian.
Penerapan adalah perihal mempraktekkan. (Kamus Bahasa Indonesia, 1999. 1044). Sedangkan
penerapan asuhan keperawatan adalah mempraktekkan asuhan keperawatan dalam pelayanan
keperawatan kepada Pasien.
Penerapan standar asuhan keperawatan akan merubah system dalam pemberian asuhan
keperawatan menjadi lebih terencana, berdasarkan pada pedoman yang jelas dan lebih bisa
dipertanggung jawabkan.
Faktor pendukung dari proses perubahan dalam penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat dari
aspek kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar interpretasi (Nursalam, 2002).
Faktor penghambat bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu mengancam kepentingan pribadi,
persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologi dan toleransi untuk berubah yang rendah
(Nursalam, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit TNI Malang, tentang Standar
Asuhan Keperawatan dan Sikap Terhadap Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Dokter
dan Perawat (Anggreini, 2005) diketahui :.
a. Teori tentang Asuhan Keperawatan terlalu sulit, rumit dan agak susah.