Anda di halaman 1dari 11

BAB I

DEFINISI

A. Definisi
Asuhan keperawatan adalah Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan

kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika

keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang


meliputi tahap:
1. pengkajian
2. diagnosa keperawatan
3. perencanaan (intervensi)
4. pelaksanaan (implementasi)
5. evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian
asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan
dan penyelesaian masalah.

B. Tujuan Asuhan Keperawatan


Untuk mengidentifikasi masalah klien, apakah keadaan klien sehat atau sakit.

BAB II
RUANG LINGKUP

Dalam praktik keperawatan tentunya memiliki ruang dan lingkup dimana ruang yang

dimaksud adalah seberapa besar batasan atau tempat dimana implementasi

keperawatan dapat diterapkan. Keperawatan professional merupakan praktik

keperawatan yang berdasarkan pada kode etik dan tindakan yang professional, untuk

itu penting bagi setiap perawat memahami batasan lingkup keperawatan itu sendiri.

Perawat dalam setiap tindakan berperan sebagai perawat pelaksana keperawatan,


perawat pengelola keperawatan atau kesehatan, pendidikan dan penelitian. Dalam
melaksanakan tugasnya berfungsi secara mandiri dan kerjasama (kolaborasi).
Praktik keperawatan diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan, yang dinamis meliputi tahapan proses keperawatan pada pasien dengan

berbagai kondisi sehat maupun sakit. Adapun ruang lingkup unit pelayanan adalah :

1. IGD
2. Poliklinik
3. Kebidanan
4. NICU
5. Qaromah
6. Transisi
7. HCU
8. Kamar operasi
9. Khadijah
10. Fatimah

BAB III
TATALAKSANA
A. Standar Asuhan Keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di

seluruh rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.


YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar asuhan keperawatan terdiri dari :
1. Standar I: Pengkajian keperawatan.
2. Standar II: Diagnosa keperawatan.
3. Standar III : Perencanaan keperawatan.
4. Standar IV : Intervensi keperawatan.

5. Standar V : Evaluasi keperawatan.


6. Standar VI : Catatan asuhan keperawatan.

1. Standar I : Pengkajian keperawatan.


Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

a. Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku,


sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual (baru), absah (valid).
b. Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis,
data sosial, data spiritual.

c. Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status


kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan
masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
2. Standar II : Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,

dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan

kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau terdiri dari masalah
dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien.

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan .

Komponen perencanaan keperawatan meliputi :

a. Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam


kehidupan merupakan prioritas pertama., masalah-masalah yang
mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-
masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

b. Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur,


bisa dicapai, realistik, ada batas waktu.
c. Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan

keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang

budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang tepat,

mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan,

sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi

pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.

4. Standar IV : Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan

dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup

aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan

mengikut sertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria :

a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.


b. Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.

c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada


pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.

g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan


mengutamakan keselamatan pasien.
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang

telah ditentukan.

Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan


dasar meliputi:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi.
4. Memenuhi kebutuhan keamanan.
5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik.
6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani.
8. Memenuhi kebutuhan spiritual.
9. Memenuhi kebutuhan emosional.
10. Memenuhi kebutuhan komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis.
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.
13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan.
14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.
5. Standar V : Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk

menilai perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan

dilakukan evaluasi terhadap indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya

hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien,

keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan sesuai standar.

6. Standar VI : Catatan asuhan keperawatan.


Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria : dilakukan

selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan

informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan,

penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai

pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus mencantumkan

initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan

B. Proses Keperawatan.
1. Pengertian.
Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan ketrampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat

bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah

diberikan dengan berfokus pasa klien, berorentasi pada tujuan pada setiap tahap

saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan.


2. Karakteristik atau Ciri Khas Proses Keperawatan.

Adapun karakteristik proses keperawatan.

a. Proses keperawatan merupakan metode pemecahan masalah yang bersifat

terbuka dan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan klien, juga selalu

berkembang terhadap masalah yang ada dan mengikuti perkembangan zaman.

b. Proses keperawatan dapat dilakukan melalui pendekatan secara


individual dari pemenuhan kebutuhan pasien.

c. Melalui proses keperawatan terdapat beberapa permasalahan yang


sangan perlu direncanakan.

d. Melalui proses keperawatan akan diarahkan tujuan pelayanan


keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
e. Proses keperawatan itu sendiri merupakan suatu siklus yang saling

berhubungan antara tahap satu dengan yang lain dan tidak berdiri sendiri.

f. Adanya proses keperawatan penentuan masalah akan lebih cepat diatasi

mengingat didalam proses keperawatan terdapat penekanan validasi data serta

adanya pembuktian masalah dan menekankan pada umpan balik atau

Manfaat proses keperawatan menurut Gaffar (1999) meliputi beberapa


aspek yaitu :
1. Aspek Administrasif.

Kegiatan dokumentasi keperawatan yang berupa pencatatan dan


pelaporan akan menjamin kualitas asuhan keperawatan karena dari
kegiatan ini dapat dikomunikasikan dan dievaluasi perkembangan klien.
2. Aspek Hukum.

Asuhan keperawatan didasarkan pada investigasi, observasi dan


analisa, yang bertujuan untuk memberikan jaminan agar masalah
kesehatan klien teridentifikasi sehingga intervensi yang dilakukan lebih
efektif dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga akan memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi klien.
3. Aspek Ekonomi.

Proses keperawatan akan menjamin asuhan yang diberikan sesuai


dengan kebutuhan kesehatan klien, sehingga lebih efisien dari segi
biaya karena lebih proposional dalam arti sesuai kebutuhan klien.
4. Aspek Pendidikan dan Pelatihan.

Keperawatan tidak dapat diterapkan tanpa pendidikan dan


pelatihan, sebaliknya pendidikan keperawatan tidak akan berkembang
dengan baik tanpa asuhan dari proses keperawatan sebagai metoda
ilmiah pemberian asuhan keperawatan.
C. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Pengertian.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang

2. Kegunaan Dokumentasi.

Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat


dan klien antara lain:
a. Sebagai Alat Komunikasi.

Dokumentasi dalam memberian asuhan keperawatan yang


terkoordinasi dengan baik akan menghindari atau mencegah informasi
yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu komunikasi
juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
b. Sebagai Mekanisme Pertanggung Gugatan.
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan

pendokumentasian. Oleh karena itu kualitas kebenaran standar

pendokumentasiaan akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan

sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki standar hukum.

c. Metode Pengumpulan Data.


Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang

kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi

kecenderungan yang mungkin terjadi dapat digunakan juga sebagai bahan

penelitian, karena data-datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya.

Selain itu dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistik.

d. Sarana Pelayanan Keperawatan Secara Individual.

Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang


kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan
bio, spiko, sosial dan spiritual sehingga individu dapat merasakan
manfaat dari pelayanan keperawatan.
tindakan yang telah dilaksanakan kegiatan tersebut akan berjalan secara
professional.
g. Sarana Pendidikan Lanjutan.

Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih
baik dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus
bagi tenaga perawat bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan pendidikan lanjutan tentang keperawatan.
h. Dokumentasi Berguna Untuk Memantau Kualitas Pelayanan
Keperawatan.

Yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam


melaksanakan asuhan keperawatan.

D. Model Dokumentasi Keperawatan


Ada beberapa model dokumentasi keperawatan antara lain :

1. SOR ( Source – Oriented Record ) / Catatan Berorientasi pada Sumber. Model


ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau yang

mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian


tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran
riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan
catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-
masing. Catatan berorientasi pada lima komponen yaitu :
1. Lembar penerimaan berisi biodata.
2. Lembar order dokter.
3. Lembar riwayat medik / penyakit.
4. Catatan perawat.

1. Data dasar, ini berisi semua informasi yang telah didapat dari klien
ketika masuk rumah sakit yang mencakup pengkajian, riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium.
2. Daftar masalah, ini berisi tentang masalah yang telah diidentifikasi dari
data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai
tanggal identifikasi masalah.

3. Daftar awal rencana asuhan, ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar
masalah, dokter menulis instruksi, perawat menulis instruksi
keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
4. Catatan perkembangan, berisi perkembangan / kemajuan dari tiap-tiap masalah

yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat.

3. PROGRES NOTE. (Catatan Berorientasi pada Perkembangan/ Kemajuan ).


Catatan perkembangan adalah catatan perawat “ Flowsheet “ dan catatan

pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada sistem

dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi pada masalah.

1. Catatan perawat harus ditulis tiap 24 jam meliputi : Pengkajian, tindakan


keperawatan yang bersifat mandiri, tindakan keperawatan yang bersifat
pendelegasian, evaluasi dari tiap tindakan keperawatan, tindakan yang
dilakukan dokter dan kunjungan dari beberapa tim kesehatan yang lain.

2. Lembar alur (Flowsheet) merupakan cara tercepat dan paling efisien


untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan
mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang
terdapat pada flowsheet.
3. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan, dipersiapkan ketika klien akan

Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil


atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. CBE
mengintegrasikan 2 komponen yaitu :
1. Folwsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan

indikator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/perawat, grafik,

catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan klien.

2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan,


sehingga mengurangi pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali.
5. PIE ( Problem Intervention & Evaluation ).

Sistem pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi-proses pada


dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan.
6. FOCUS ( Proces Oriented System ).

Suatu proses–orientasi dan klien-fokus. Hal ini digunakan proses


keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan.

7. Pedoman Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1995 telah

menetapkan petunjuk tentang Instrumen Evaluasi Penerapan Standar


Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :

1. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


(Instrumen A). meliputi :
Petunjuk penggunaan instrument A terdiri :
a. Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah :
1) Pengkajian Keperawatan.
2) Diagnosa Keperawatan.
3) Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan
keperawatan di Rumah Sakit.
c. Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut

1) Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal
3 (tiga) hari diruangan yang bersangkutan.
2) Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien
dikembalikan pada bagian Medical Recort Rumah Sakit.

3) Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan


setelah pasien dipindahkan ke ruang lain / pulang.

4) Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode


evaluasi berjumlah 20 untuk setiap ruangan.
5) Pada setiap akhir penilaian dibuat rekapitulasinya.
d. Bentuk instrument A terdiri dari :
1) Kolom 1 : No urut yang dinilai.
2) Kolom 2 : Aspek yang dinilai.
3) Kolom 3 : No kode rekam medik yang dinilai.
4) Kolom 4 : Keterangan.
e. Cara pengisian instrument A.
1) Perawat penilai mengisi kolom 3 dan 4.
5) Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “ V
“ yang ditemukan pada masing-masing kolom.

6) Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 ……


dan seterusnya.

7) Tiap variable dihitung prosentasenya dengan


cara : T o t a l
Prosentase = x 100 %
Jumlah berkas x jumlah aspek yang dinilai.

2. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.


Aspek yang dinilai :
a. Pengkajian.
1) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.
2) Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual).
3) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.

4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status


kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
b. Diagnosa.
1) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

2) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.

3) Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.


4) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.
e. Evaluasi.
1) Evaluasi mengacu pada tujuan.
2) Hasil evaluasi dicatat.
f. Catatan Asuhan Keperawatan.
1) Menulis pada format yang baku.
2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
3) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.

4) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan


paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan.

5) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.

3. Instrument Evaluasi Persepsi Pasien Terhadap Mutu Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit ( Instrumen B ) meliputi :
1) Petunjuk penggunakan instrumen B.
2) Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di
7) Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang
perinatologi.

E. Konsep Keperawatan.
1. Pengertian.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komperhensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju
kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Keperawatan terutama berfungsi membantu individu (sehat atau sakit) dalam

menjalankan kegiatan yang mengkontribusi kesehatan atau pemulihan (atau

kematian secara damai) yang dapat mereka lakukan tanpa bantuan apabila mereka

memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang diperlukan, keperawatan juga

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:
1) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan


perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya.
2) Peran Sebagai Advokat Klien.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi

lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi

hak-hak pasien yang meliputi hal atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas

informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya

sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

1. Peran Edukator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan Peran
disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
5. Peran Pembaharu.

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan


perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
3. Fungsi Perawat.

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai


fungsi diantaranya :
a) Fungsi Independen.
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana

F. Fartor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan.

Penerapan standar asuhan keperawatan akan merubah system dalam


pemberian asuhan keperawatan menjadi lebih terencana, berdasarkan pada
pedoman yang jelas dan lebih bisa dipertanggung jawabkan.
Faktor pendukung dari proses perubahan dalam penerapan asuhan keperawatan

dapat dilihat dari aspek kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar interpretasi.

Faktor penghambat bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu mengancam


kepentingan pribadi, persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologi dan
toleransi untuk berubah yang rendah.
1. Factor-Faktor Yang Mendukung Penerapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Meliputi :

Anda mungkin juga menyukai