Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN PEMERIKSAAN UMUM PUSKESMAS

BATU BASA

DISUSUN OLEH :
dr. Hasnatul Fitri
Eka lestari

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PADANG


PARIAMAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan atau perawatan kesehatan adalah pemeliharaan atau peningkatan
status kesehatan melalui usaha-usaha pencegahan, diagnosis, terapi, pemulihan, atau
penyembuhan penyakit, cedera, serta gangguan fisik dan mental lainnya. Pelayanan kesehatan diberikan
secara profesional oleh tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan, misalnya dokter, dokter
gigi, perawat, bidan, apoteker, beserta asisten-asistennya. Kegiatan pelayanan kesehatan diberikan
di fasilitas kesehatan primer, sekunder, tersier, serta mencakup kesehatan masyarakat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sistem pelayanan kesehatan dapat berfungsi dengan baik
jika memiliki mekanisme pembiayaan, tenaga kerja yang terlatih dengan baik dan dibayar dengan
memadai, informasi yang dapat diandalkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan dan kebijakan,
fasilitas kesehatan yang terpelihara dengan baik untuk memberikan obat-obatan yang berkualitas, dan
teknologi. Sistem pelayanan kesehatan yang efisien berkontribusi pada ekonomi, pembangunan, dan
industrialisasi suatu negara. Sejak lama, pelayanan kesehatan dianggap sebagai penentu penting dalam
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta kesejahteraan penduduk di seluruh dunia.
1.2 Tujuan

Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal
melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Panduan ini digunakan untuk memberikan panduan kepada petugas tentang cara pemberian
layanan upaya pengobatan, melalui proses anamnesis, proses kajian, penentuan diagnosis
hingga proses terapi yang akan dilakukan pada ruang pemeriksaan umum.

1.3 Sasaran

Sasaran panduan ini adalah petugas puskesmas yang memberi layanan pada ruang
pemeriksaan umum, baik seorang dokter maupun perawat terlatih yang telah mendapat
pendelegasian wewenang dari dokter.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup panduan upaya pengobatan di Puskesmas Batu Basa ini


adalah: Kegiatan di dalam gedung :
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan dan tatalaksana penderita
2. Melakukan pencatatan rekam medis pasien
3. Pengobatan medik dasar di puskesmas sesuai panduan
4. Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat
5. Konseling medik umum
6. Deteksi dini
7. Menerima rujukan dan melakukan rujukan kasus spesialistik
8. Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat yang ditandatangani oleh dokter
9. Melakukan rehabilitasi
Kegiatan di luar gedung :

1. Penyuluhan tentang penyakit

2. Pengobatan sederhana secara masal dibawah pengawasan dokter puskesmas

3. Deteksi dini pada keluarga dan masyarakat

4. Screening penyakit tertentu

5. Pengobatan pada waktu puskesmas keliling

Lingkup berlakunya pedoman upaya pengobatan ini adalah pelayanan di dalam gedung
Puskesmas Sintukdan jaringan Puskesmas Sintuk yang meliputi Posyandu balita,Posyandu
lansia, posbindu serta poskeskel. Pelaksanaan pelayanan pengobatan di jaringan Puskesmas
didasarkan pada standart prosedur yang berlaku serta pendelegasian wewenang oleh dokter
kepada petugas yang terlatih.

1.5 Batasan Operasional

Berdasarkan Permenkes RI No 269 Tahun 2008 , Rekam Medis adalah .Berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Adapun jenis rekam medis yang digunakan
di Puskesmas Sintuk adalah rekam medis tertulis. `
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Petugas Upaya Pengobatan Puskesmas Batu Basa terdiri dari:

1 orang penanggung jawab upaya pengobatan di dalam gedung puskesmas (Dokter umum)
9 orang pelaksana upaya pengobatan di dalam gedung puskesmas yaitu b i d a n D 3
6 orang dan perawat 5 orang yang mendapat pendelegasian wewenang dari dokter 11 orang
pelaksana upaya pengobatan diluar gedung puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat dan
bidan minimal lulusan D3 yang telah mendapat pendelegasian wewenang dari dokter.

Standar ketenagaan upaya pengobatan adalah minimal perawat lulusan D3. Berdasarkan hal
tersebut artinya, ketenagaan pada pelayanan pengobatan Puskesmas Batu Basa telah
memenuhi standar yang ditetapkan.

2.2 Jadwal Kegiatan

Penyelenggaraan upaya pengobatan dilakukan setiap hari sebelum jam pelayanan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana, saat jam pelayanan hingga setelah pelayanan untuk
pencatatan kegiatan serta pengelolaan peralatan yang telah dipakai selama pelayanan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Fasilitas dan kelengkapan

Pada ruang pemeriksaan umum, kelengkapan fasilitas di Puskesmas Batu Basa sebagai
berikut:
 Ruangan

Standar Ruangan :

 Arah angin harus dari belakang petugas

 Mempunyai cross ventilation (ventilasi cukup dan terbuka)

 Mempunyai fasilitas air mengalir untuk cuci


tangan Kondisi riil :
 Telah memiliki fasilitas air mengalir

 Memiliki cross ventilation

 Peralatan

Standart peralatan :

 Set pemeriksaan umum

 Set pemeriksaan mata

 PHN kit

 Mebelair

 Bahan habis pakai

(Daftar standart peralatan terdapat dalam lampiran 1)

Kondisi Riil :

 Berdasarkan daftar inventaris ruang pemeriksaan umum peralatan


tersedia seperti pada daftar terlampir (lampiran 2)
 Masih terdapat kesenjangan peralatan yang harus dipenuhi oleh
Puskesmas Batu Basa demi peningkatan kualitas pelayanan di ruang
Pemeriksaan Umum
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pasien Ruang Pemeriksaan Umum merupakan suatu proses atau rangkaian
kegiatan yang langsung diberikan kepada pasien pada tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan proses, berpedoman pada standar, dilandasi etik dan etika, dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab.

Proses tersebut meliputi tahap:

 Pengkajian

 Diagnosa

 Perencanaan

 Pelaksanaan/pengobatan

 Evaluasi

Proses tersebut sebagai salah satu pendekatan utama dalam proses pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah.

 Tujuan

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan seseorang yang berkunjung ke


Puskesmas, apakah keadaan seseorang tersebut sehat atau sedang sakit.

 Standar Asuhan

 Standar I : Pengkajian

 Standar II : Diagnosa

 Standar III : Pengobatan

 Standar IV : Pendokumentasian

 Standar I Pengkajian

Pengkajian memerlukan data yang lengkap tentang keadaannya untuk


menentukan kebutuhan pengobatan. Komponen pengkajian meliputi :

 Keluhan pasien

 Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

 Keluhan Pasien (anamnesa)


Berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering disampaikan oleh
pasien maupun keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang di derita
saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga,
riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini.
Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus
diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis
penyakit.

Wawancara terhadap pasien atau keluarganya meliputi :

 Identifikasi Data

 Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,


status perkawinan (biasanya saat pendaftaran, hal ini sudah
ditanyakan oleh petugas pendaftaran)
 Sumber riwayat medis, biasanya pasien, tetapi dapat juga
anggota keluarga, surat rujukan atau rekam medis

 Keluhan Utama

Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang menyebabkan pasien


pergi berobat

 Riwayat Penyakit Sekarang

Memperjelas keluhan utama, menguraikan bagaimana setiap gejala itu


terjadi. Gejala utama harus di terangkan secara jelas dengan
menyebutkan lokasi, kualitas, kuantitas atau intensitas, waktu termasuk
awitan, durasi dan frekuensi, situasi ketika gejala tersebut timbul, faktor
yang memperberat atau meringankan gejala, dan manifetasi yang
menyertainya.

 Lamanya Sakit

Lamanya dia menderita sakit sekarang. Jika sakit yang


sekarang dikeluhkan merupakan kembuhan, maka ditanyakan
juga lamanya sakit mulai terjangkit.

 Pengobatan yang sudah dilakukan

Daftar obat-obatan yang sudah digunakan selama ini.


 Riwayat Penyakit Dahulu

 Daftar penyakit yang dialami pada waktu kanak-kanak

 Daftar penyakit pada usia dewasa beserta tanggal kejadiannya,


setidaknya meliputi empat kategori, medis, pembedahan,
obstetric ginekologi (wanita), dan psikiatri.
 Meliputi praktek pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, tes
skrining, masalah gaya hidup, dan keamanan dirumah.

 Riwayat Penyakit Keluarga

 Membuat diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan


penyebab kematian saudara sekandung, orang tua, dan kakek
atau nenek.
 Catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam
keluarga, seperti hipertensi, penyakit jantung coroner, dan lain-
lain.
 Riwayat alergi dalam keluarga

 Riwayat alergi obat

Riwayat terjadinya alergi terhadap obat-obatan yang pernah


dikonsumsi selama ini. Ini merupakan catatan buat petugas kesehatan
sehingga tidak memberikan obat dari golongan yang sama.

 Pemeriksaan tanda – tanda vital


Pemeriksaan vital sign meliputi
:
 Pengukuran tekanan darah

 Pengukuran suhu tubuh

 Pengukuran nadi

 Pengukuran pernapasan

 Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menentukan


adanya kelainan dari suatu system atau organ bagian tubuh.

Tujuan pemeriksaan adalah :

 Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit


pasien.
 Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan
keluhan dan riwayat kesehatan pasien.
 Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa medis dan
keperawatan/kebidanan.
 Mendapatkan data fisik untuk menentukan status kesehatan
pasien.

Cara pemeriksaan meliputi :

 Inspeksi

Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat.


Hasil pemeriksaan yang didapat :
 Kesan umum penderita

 Warna permukaan tubuh

 Bentuk dan postur tubuh

 Ukuran tubuh dan bagiannya

 Gerakan dan gaya


tubuh Langkah kerja :
 Atur pencahayaan yang cukup

 Atur suhu dan suasana ruangan nyaman

 Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien

 Buka bagian yang diperiksa

 Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi,


penampilan umum, pakaian, postur tubuh, dan gerakan dengan
waktu cukup.
 Lakukan inspeksi secara sistemis, bila perlu bandingkan bagian
sisi tubuh pasien.

 Palpasi

Adalah pemerksaan dengan perabaan menggunakan rasa propioseptif


ujung jari dan tangan.

Hasil pemeriksaan :

 Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin dll.

 Getaran dan denyutan : denyut nadi dan vena, pukulan jantung,


dll.
 Keadaan organ dibawah permukaan : keadaan hepar, massa
abnormal, dll
Cara kerja :
 Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi

 Yakinkan tangan hangat tidak dingin

 Lakukan perabaan secara sistematis, untuk menetukan ukuran,


bentuk, konsistensi dan permukaan :
 Jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan besar/ukuran

 Jari 2,3,4 bersama untuk menentukan konsistensi dan kualitas


massa atau organ
 Sedikit tekanan untuk menetukan rasa sakit

 Perkusi

Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh.


Ada 5 kualitas dasar bunyi perkusi :
 Pekak : massa padat

 Redup : suara perkusi hati

 Sonor : suara perkusi paru normal

 Hypersonor : paru emfisematous

 Tympani : suara normal


abdomen Cara kerja :
 Lepas pakaian sesuai dengan keperluan

 Luruskan jari tengah kiri, dengan ujung jari tekan pada


permukaan yang akan diperkusi
 Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari
kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan
pergelangan tangan
 Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan

 Auskultasi

Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan


menggunakan alat stetoskop.

Hasil pemeriksaan :

Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :

 Paru : bunyi nafas

 Jantung : bunyi karena menutupnya katup jantung

 Usus/abdomen: bunyi bising dan peristaltic usus

 Pembuluh darah : bunyi aliran


darah Cara kerja :
 Ciptakan suasan tenang dan aman

 Pasang ear piece pada telinga

 Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar

 Pada bagian sisi mebran dapat digosok biar hangat

 Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan


kebutuhan

Pemeriksaan fisik dari atas ke bawah (Head to Toe) :

 Kulit dan system musculoskeletal

 Kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan

 Leher

 Punggung

 Thorax termasuk paru dan jantung

 Abdomen

 Ekstremitas (atas dan bawah)

Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang spesifik,
mengarah pada diagnose penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian
pemeriksaan fisik lainyya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter layanan primer untuk
memastikan diagnostic serta menyingkirkan diagnostic banding.

 Standar II : Diagnosa

Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar algoritma
penegakan diagnosis. Selain itu bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis
banding dan komplikasi penyakit.

 Standar III : Pengobatan

Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien


yang terbagi atas dua bagian yaitu : penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi.
Selain itu bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga, aspek
komunitas lainnya serta kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan)

Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu kriteria berikut :

 Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi


kronis atau melewati golden time standard
 Usia (age) : jika usia pasien dalam kategori yang dikawatirkan meningkatkan
resiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat
 Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi
pasien

 Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang


memperberat kondisi pasien.

Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi
dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan
penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.

Terapi diberikan sesuai dengan diagnose dan hasil pemeriksaan penunjang (jika
ada). Pemberian terapi meliputi :

 Pemberian terapi supportif, seperti meningkatkan daya tahan tubuh

 Pemberian terapi farmakologis, berupa terapi symptomatis dan atau


terapi kausatif
 Konseling dan edukasi

Prognosis

Kategori prognosis :

 Ad vitam : menunjuk pada pengaruh penyakit pada proses


kehidupan
 Ad functionam : menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi
organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya
 Ad sanationam : menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total
sehingga dapat beraktifitas seperti biasa

Prognosis digolongkan sebagai berikut :

 Sanam : sembuh

 Bonam : baik

 Malam : buruk/jelek

 Dubia : tidak tentu/ragu-ragu

Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik

Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung


memburuk/jelek

Untuk menentukan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat


diagnosis ditegakkan.
 Standar IV : Pendokumentasian

Catatan pemeriksaan, pengobatan rawat jalan ditulis di rekam medis sehingga


dapat digunakan sebagai bahan bukti informasi, tindakan dan laporan

Penulisan catatan medis dilakukan sesegera mungkin sebelum data hilang dari
ingatan. Jika ditulis dengan tangan, sebuah rekam medis yang baik selalu dianggap sah
secara hukum

 Urutan Rekam Medis

Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga prang yang membaca di


kemudian hari dapat dengan mudah menemukan informasi tertentu yang
diperlukan

 Tingkat kerincian

Kerincian dalam rekam medis harus memiliki kaitan dengan subjek atau
permasalahannya tetapi jangan sampai berlebihan.

ALUR PELAYANAN PEMERIKSAAN UMUM

LOKET PENDAFTARAN
POLI UMUM

ANAMNESA

PEMERIKSAAN
FISIK
RUJUK EKSTERNAL
DIAGNOSA

 POLI IBU
RS.RUJUKAN
 POLI ANAK
 POLI KB
 POLI GIZI RESEP
 POLI GIGI
 POLI TB
 POLI PUSKESMAS
KEPALA MATA APOTIK
Ns.Nora Yulia,S.Kep
 P.SANITASI & KESLING
Nip. 19760730 199603
TINDAKAN 2 002
IGD
 RUANG KONSULTASI
 PKPR PULANG
BAB V

LOGISTIK

Petugas penanggung jawab pelayanan upaya pengobatan wajib memastikan logistik peralatan
dan bahan habis pakai terpenuhi dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan, melakukan
pengecekan secara berkala dan segera membuat permintaan kebutuhan logistik yang
diperlukan.
Rincian Peralatan Ruang Pelayanan Umum

No Peralatan Ruang Pelayanan Umum Jumlah alat


yang berfungsi
baik
A Set Pemeriksaan Umum

 Manset anak dengan velcro 0


 Stetoskop duplex/simplex 1
 Tensimeter 2
 Lampu senter/pen light 1
 Lampu kepala 1
 Kaca pembesar 1
 Termometer klinis (mulut/ ketiak) dewasa 1
 Palu pengukur refleks 1
 Sudip lidah, logam, panjang 19 cm
 Jam/ARI sound timer (Pengukur waktu untuk 0
mengukur nadi dan pernafasan)
 Torniquet karet 0
 Timbangan dewasa atau timbangan dengan 1
pengukur tinggi
badan
 Meteran 1
 Alat pembaca foto rontgen (film viewer) 0
 Tempat sampah medis bertutup 1
 Tempat sampah non medis bertutup 1
 APD (Kaca mata goggle, sarung tangan, 1
masker)
Jumlah 12 jenis
B Set Pemeriksaan Mata

 Lembar Optotip Snellen yang dilengkapi clock 1


dial untuk pemeriksaan visus
 Lembar kartu tes baca 1
 Bingkai uji coba trial lens (trial frame) 1
 Lensa uji coba (trial lens set), untuk 0
pemeriksaan visus
 Tes buta warna (Buku Ishihara-Kanehara) 1
 Lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 Dioptri 0
 Kartu tes penglihatan dekat 0
Jumlah 1 jenis
C Mebelair

 Tempat tidur periksa 1


 Meja kerja ½ biro 2
 Kursi kerja pemeriksa 2
 Kursi hadap pasien 2
 Lemari simpan alat 1
 Troli instrumen/alat 1
 Komputer 1 set
Jumlah 7 jenis

D Bahan habis pakai sesuai kebutuhan

 Masker Ada
 Sudip lidah disposable Ada
 Sarung tangan 61/2, 7, 71/2 Ada
 Hand towel Ada
 Sabun cair Ada
 Safety box Ada
Jumlah 6 jenis
BAB VI

MANAJEMEN RESIKO DAN KESELAMATAN PASIEN

A. DAFTAR ISTILAH

1. Keselamatan pasien adalah upaya untuk menurunkan risiko cedera yang sebenarnya
tidak perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan sampai pada batas minimum yang dapat
diterima (WHO - ICPS, 2009)
2. Keselamatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah upaya yang dirancang
untuk mencegah terjadinya outcome yang tidak diharapkan sebagai akibat tindakan
yang tidak aman atau kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : Cedera yang diakibatkan oleh tatkelola klinis
bukan karena latar belakang kondisi pasien
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : Terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai pada
pasien, tetapi tidak terjadi cedera.
5. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : Kejadian atau situasi yang sebenarnya dapat
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan diketahun atau
upaya pencegahan segera dilakukan
6. Kondisi berpotensi Cedera (KPC) : suatu keadaan yang mempunyai potensi
menimbulkan cederan
7. Kejadian Sentinel adalah kejadian tidak diharapkan yang berakibat kematian atau
cedera fisik atau psikologis yang serius.
8. Root Cause Analysis (RCA) : suatu proses untuk mengekplorasi semua factor yang
mungkin berhubungan dengan suatu kejadian dengan menanyakan apa kejadian yang
terjadi, mengapa kejadian tersebut terjadi, dan apa yang dapat dilakukan untuk
mencegah kejadiatan tersebut terjadi lagi di masa mendatang.
9. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) : suatu pendekatan untuk mengenali dan
menemukan kemungkina terjadinya kegagalan pada system dan strategi untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut
10. Kesalahan (error) : deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnya
dikerjakan, kegagalan dari tindakan yang direncanakan dalam mencapai hasil yang
diharapkan (James Reason)
11. Risiko: probabilitas terjadinya insiden

12. Hazard : suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cedera
Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan cara
melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
 Kesalahan diagnosis

 Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

 Kesalahan pemberian terapi

 Kesalahan pemberian resep

 Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

 Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

 Insiden tertusuk jarum bekas pakai

 Limbah medis berceceran

 Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien

 Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

 Menggunakan peralatan tidak steril

Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah disebutkan
diatas maka dilakukan :
 Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien

 Umpan balik dari unit pelayanan tentang kesesuaian identifikasi pasien dengan Rekam
Medis
 Monitoring secara berkala oleh tim mutu Puskesmas Sintuk

Adapun untuk Penanganan/ tindak lanjut Hasil identifikasi, temuan audit internal,
pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindak lanjuti oleh Tim Mutu dalam
Rapat Tim Mutu atau Rapat Tinjauan Manajemen. Dan hasil rapat dilakukan umpan balik
kepada penanggung jawab pelayanan balai pengobatan umum
BAB VII

KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Program keselamatan kerja petugas pelayanan Pemeriksaan Umum dilaksanakan


dengan memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja yang
aman. Program keselamatan kerja yang dimaksud melalui program pencegahan dan
pengendalian infeksi, meliputi :
 Cuci tangan

 Penggunaan APD yang baik dan benar

 Penanganan dekontaminasi alat

Keselamatan kerja di Puskesmas mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 52 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi sumber daya manusia Puskesmas, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Puskesmas agar sehat, selamat, dan
bebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan,
lingkungan, dan aktivitas kerja. Untuk itu perlu dikembangkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Puskesmas. SMK3 di Puskesmas adalah bagian
dari sistem manajemen Puskesmas secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Puskesmas guna terciptanya lingkungan kerja yang
sehat, selamat, aman dan nyaman.

A. PENYELENGGARAAN K3 DI PUSKESMAS

Penyelenggaraan K3 di Puskesmas meliputi :

a. Membentuk dan/atau mengembangkan SMK3 di Puskesmas,

b. menerapkan standar K3 di Fasyankes.

Sedangkan Sistim Manajemen K3 di Puskesmas meliputi :

a. Penetapan kebijakan K3 di Puskesmas,

b. Perencanaan K3 di Puskesmas,

c. Pelaksanaan rencana K3 di Puskesmas,

d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Puskesmas,

e. dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3 di Puskesmas.


B. STANDAR K3 DI PUSKESMAS

Standar K3 di Puskesmas meliputi :

a. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Puskesmas,

b. Penerapan kewaspadaan standar;

c. Penerapan prinsip ergonomi;

d. Pemeriksaan kesehatan berkala;

e. Pemberian imunisasi;

f. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes;

g. Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja;

h. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;

i. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran;

j. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun;
dan

k. Pengelolaan limbah domestik.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN DAN MEKANISME KONTROL

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan K3 di Puskesmas dilaksanakan


secara semester dan tahunan. Sistim Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut :
a. Pencatatan dan pelaporan secara semester meliputi kasus yang berhubungan dengan
kejadian keselamatan dan kesehatan kerja,

b. Pencatatan dan pelaporan secara tahunan meliputi seluruh pelaksanaan kegiatan K3 di


Fasyankes selama 1 (satu) tahun,

c. Mekanisme pelaporan penyelenggaraan K3 di Puskesmas dilakukan secara berjenjang


dari Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Kementerian Kesehatan,

d. Pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan sistem informasi
yang ada di Puskesmas,

e. Mekanisme kontrol pelaksanaan K3 di Puskesmas dilakukan secara internal melalui


mekanisme audit internal Puskesmas dan secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten.

Untuk selanjutnya, Penyelenggaraan Pelayanan Perseorangan uskesmas perlu membuat


“Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas” dengan mekanisme kerja yang
lebih terperinci.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan upaya pengobatan umum
dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Batu Basa. Sasaran mutu upaya pengobatan umum
ditetapkan oleh Tim Mutu Puskesmas dan dipantau melalui monitoring dan evaluasi
pelaksanaan. Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam rapat tinjauan manajemen dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Setiap adanya kesalahan dalam upaya pelayanan
pengobatan umum dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Batu Basa.
BAB VIII
PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan klinis adalah bagian dari pelayanan kesehatan Puskesmas yang
mengedepankan Tanggung Jawab, Disiplin, Kebersamaan dan mengutamakan Keselamatan
Pasien.
Pedoman Pelayanan Pemeriksaan Umum merupakan bagian dari Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang merupakan acuan pelayanan
bagi penyelanggaraan pelayanan klinis di Ruang Pemeriksaan Umum untuk mewujudkan
Penyelenggaraan Pelayanan Klinis yang bermutu dan memperhatikan kebutuhan pasien.
Semoga dengan adanya Pedoman Pelayanan Pemeriksaan Umum ini, pelayanan klinis
di Puskesmas terutama di Ruang Pemeriksaan Umum dapat berjalan dengan baik dan bermutu.

Anda mungkin juga menyukai