Anda di halaman 1dari 54

REFLEKSI KASUS

Pembimbing:
dr. Christian Lopo, Sp.THT - KL

Nurul Azizah N 111 20 008


Dwi Yusrika Wulandari. R N 111 20 019
Sindi Safira N 111 20 069
Lukman Nur Rahman N 111 20 020
Wasilatul Saadah N 111 20 013
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. I

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Laki Laki

Agama : Hindu

Pekerjaan : Petani

Waktu Pemeriksaan : 17 Januari 2022


anamnesis

 Keluhan utama : sesak nafas

 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki Usia 52 tahun masuk


dengan keluhan sesak nafas yang dialamai sejak 1 hari SMRS,
Pasien juga mengeluhkan sulit menelan, rasa penuh dileher, dan
pasien juga mengeluhakan merasa adanya sumbatan di leher
sehingga pasien sulit untuk berbicara keluhan dirasakan sejak 7
bulan SMRS memberat 1 hari SMRS sehingga pasien tidak bisa
berbaring dan tidur, pasien juga sering batuk karena merasa adanya
dahak di tenggorokan, suara serak (+), mual (+), muntah (-),
keluhan pada telinga, dirasakan telinga berdenging.
anamnesis

 Riwayat Penyakit Terdahulu :


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terkait dengan keluhan saat ini
Hipertensi (-)
DM (-)

 Riwayat Penyakit dalam keluarga :


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gejala dan keluhan
yang sama

 Riwayat pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan fisik

Status Generalisata

 Keadaan Umum : Sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 Status Gizi : Baik

 Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 83 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36.5 0C
Pemeriksaan Telinga
• Daun Telinga

Kanan Kiri
Bentuk Normotia Normotia
Ukuran Normal Normal
Sikatrix Tidak ada Tidak ada
Infeksi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
• Depan Telinga

Kanan Kiri
Abses/fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrix Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Telinga
• Belakang Telinga

Kanan Kiri
Abses/fistel Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

• Liang Telinga Luar

Kanan Kiri
Warna
Normal Normal

Edem Tidak ada Tidak ada


Sekret (sifat) Tidak ada Tidak ada
Serumen Minimal Minimal
Pemeriksaan Telinga
• Selaput Gendang

Kanan Kiri
Permukaan intak intak
Warna Keabuan Keabuan
Perforasi Tidak ada Tidak ada
cahaya Arah jam 5 Arah jam 7

• Telinga Tengah (bila ada perforasi)

Kanan Kiri
Mukosa Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Promontorium Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Sekret (sifat) Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Pemeriksaan Hidung
• Bagian Luar Hidung

Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Kelainan Kulit Tidak ada Tidak ada
Kolumella Normal Normal
Nares anterior Normal Normal
Fossa kanina Normal Normal
Dinding media Normal Normal

• Bagian Dalam Hidung

Kanan Kiri
Vestibulum Normal Normal
Dasar Rongga Hidung
Sekret Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak Ada Tidak ada
Pemeriksaan Hidung
• Dinding Lateral

Kanan Kiri
Meatus Nasi inferior
Polip Tidak ada Tidak Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada

Kanan Kiri
Konka Inferior
Warna Merah muda Merah muda
Sekret (sifat) Tidak ada Tidak ada
Permukaan Licin Licin
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Pemeriksaan Hidung

Kanan Kiri
Meatus Nasi Media
Edema Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak Ada Tidak ada
Polip Tidak ada Tidak ada

Kanan Kiri
Konka Media
Permukaan licin licin
Warna Merah muda Merah Muda
Sekret Tidak Ada Tidak Ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Pemeriksaan Hidung

• Dinding Media Rongga Hidung

Hasil
Warna Merah muda, hiperemis (-/-)
Permukaan (deviasi) Tidak ada
Edema (hipertrofi) Tidak ada
Ekskoriasis Tidak ada
Perforasi Tidak ada
Pemeriksaan Hidung
• Dinding Belakang (Rinoskopi Posterior)

Hasil
Koana Tidak dievaluasi
Palatum Molle Tidak dievaluasi
Ujung Post. Konka inferior Tidak dievaluasi
Ujung post. Konka media Tidak dievaluasi
Meatus nasi media Tidak dievaluasi
Ostium tubae Tidak dievaluasi
Torus tubarius Tidak dievaluasi
Fossa rosenmuler Tidak dievaluasi
Tonsil tubaria Tidak dievaluasi
Adenoid Tidak dievaluasi
Pemeriksaan Hidung

Sinus Paranasalis Kanan Kiri

 Nyeri Tekan - -

 Transiluminasi tidak dilakukan tidak dilakukan


Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan,
Tenggorokan
• Pemeriksaan Gigi

 Karies : Tidak ada

 Abses : Tidak ada

 Gusi : Normal

• Pemeriksaan Mulut

 Abses/fistel : Tidak ada

 Sikatriks : Tidak ada

 Nyeri Tekan : Tidak ada


Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan,
Tenggorokan
• Pemeriksaan Kerongkongan

Orofaring Kanan Kiri


Dinding Dorsal
Mukosa Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Granula Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Deformitas Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Post nasal Drips Tidak Ada Tidak Ada

Kanan Kiri
Dinding Lateral
Lateral Band Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Deformitas Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan,
Tenggorokan
• Pemeriksaan Kerongkongan

Kanan Kiri
Isthmus faucium Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Arcus anterior Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Arcus posterior Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi

Tonsil Kanan Kiri


Warna Merah Muda Merah Muda
Pembesaran T4 T4
Detritus Tidak ada Tidak ada
Kripte Normal Normal
Perlengketan Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan,
Tenggorokan
• Pemeriksaan Tenggorokan

Hipofaring Hasil
Fossa piriformis Tidak dievaluasi
Vallekula Tidak dievaluasi
Radiks lingua Tidak dievaluasi

Hasil
Epiglotis Tidak dievaluasi
Aritenoid Tidak dievaluasi
Plika vicalis Tidak dievaluasi
Subglotis Tidak dievaluasi
Trakea Tidak dievaluasi
Kelainan motorik Tidak ditemukan
Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan,
Tenggorokan

• Kelenjar limfe regional : Terdapat pembesaran pada sub


mental dan sub mandibula sinistra

• Kelainan lain : Tidak ditemukan


Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Nilai Range


WBC 4,8 (4.000-11.000)
HGB 11,4* (14-18)
RBC 3,51* (4.1-5.1)
HCT 33,8%* (36-47)
MCV 96,3 fl (81-99)
MCH 32,5 pg (21-31)
MCHC 33,7 (31-37)
PLT 219 (150-450)
Foto Pasien
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Ct-Scan Tanpa Kontrans

• Potongan Sagital • Potongan Axial


Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Ct-Scan Tanpa Kontrans

• Potongan Coronal
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Ct-Scan Kepala dengan
Kontras, klinis tumor nasofaring

Hasil :
Tampak massa (+) di Nasopharyx, Palatum Molle, serta Tonsil berbatas tegas.
resume

Pasien laki-laki Usia 52 tahun masuk dengan keluhan dyspneu yang dialami sejak

1 hari SMRS, Pasien juga mengeluhkan disphagia, rasa penuh dileher, dan pasien

juga mengeluhakan merasa adanya sumbatan di leher sehingga pasien sulit untuk

berbicara dan makan (cair dan padat) keluhan dirasakan sejak 7 bulan SMRS

memberat 1 hari SMRS sehingga pasien tidak bisa berbaring dan tidur, pasien

juga sering batuk karena merasa adanya sekret di tenggorokan, disfonia (+),

nausea (+), vomiting (-), keluhan pada telinga, dirasakan tinnitus (+) pada

auricula sinistra.
Resume

 Pemerisaan Fisik : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis,


status gizi baik, TTV : TD 130/90 mmHg, Nadi 83 x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tidak
didapatkan massa pada cavum nasi dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan
faringoskopi didapatkan tonsil T4/T4, pada orofaring sulit dievaluasi, Pada
pemeriksaan fisik benjolan pada area sub mental dan sub mandibula sinistra

 Ct-Scan : Tampak massa (+) di Nasopharyx, Palatum Molle, serta Tonsil berbatas
tegas.
Diagnosis

C11.9 Malignant neoplasm of


nasopharynx unspecified
(T3N1M0)
Stage IIb

BIOPSY
Non medikamentosa
Mengoptimalkan intake nutrisi secara optimal

Medikamentosa
Terapi simptomatik
Penatalaksanaan

Rencana Kemoradioterapi
Kemoradiasi (kombinasi kemoterapi dan radiasi)
 Kemoradiasi diikuti kemoterapi adjuvant
• Cisplatin : 100 mg/m2/iv (hari ke 1, 22, dan 43)
• Cisplatin : 80 mg/m2/iv ( 3 minggu, hari 1-4)
• 5-fluorouracil : 1000 mg/m2/hari
Radioterapi dosis : 7000 cGy  200 cGy  1 fraksi  39x dalam 7
minggu  5x/minggu
Prognosis

- Quo ad vitam : Dubia ad malam

- Quo ad sanationam : Dubia ad malam

- Quo ad fungtionam : Dubia ad malam

Penderita Karsinoma Nasofaring stadium awal, yaitu stadium I


dan II, mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan stadium
lanjut, yaitu stadium III dan IV.
Pembahasan
Definisi

Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di


dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru
yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan
bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta
merusak bentuk dan fungsi organ asalnya.
Definisi

Nasofaring merupakan bagian paling atas dari faring


yang berada di belakang hidung. Atap nasofaring
berhubungan dengan dasar tengkorak yang dibentuk oleh
lantai sinus sfenoid di medial dan fibrokartilago foramen
laserum di lateral. Nasofaring berhubungan dengan telinga
tengah melalui tuba eustachius.
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinomasel
skuamosa yang berasal dari epitel permukaan nasofaring.
Karsinoma nasofaring biasanya berkembang di sekitar
ostium tuba Eustachius (fossa rossen muller) di dinding
lateral nasofaring
Anatomi nasofaring
EPIDEMIOLOGI

KNF berada dalam kedudukan empat besar di antara keganasan lain bersama dengan kanker serviks,

kanker payudara dan kanker kulit. Kanker nasofaring dinilai memiliki karakteristik epidemiologis yang

unik, termasuk dalam hal area endemis, ras, dan agregasi familial. Insiden KNF relatif tinggi pada

penduduk lokal di area Cina Selatan, Asia Tenggara, bangsa Eskimo, serta penduduk Afrika Utara dan

Timur Tengah

Di Indonesia angka kejadian KNF hampir merata di setiap daerah. Prevalensi KNF di Indonesia

mencapai 4,7 per 100.000 penduduk pertahun dengan prevalensi tertinggi pada dekade 4-5 dengan rasio

antara laki-laki dan perempuan yaitu 2-3:1


1. Virus Eipstein-Bar
etiologi 2. Ras
3. Genetik
4. Sosial ekonomi
5. Faktor Kebudayaan
6. Letak geografis
7. Jenis kelamin
8. Lingkungan
9. Radang Kronis daerah nasofaring
Ear Sign

Nose Sign
GEJALA
Neck Sign

Eye Sign

Intrakaranial Sign
Gejala DINI KNF

 Gejala telinga (tinnitus, penurunan pendengaran, rasa tidak


nyaman di telinga)

 Gejala hidung (blood stain rhinorhea)

 Gejala neurologis (cephalgia yang tidak sembuh dengan


pengobatan)
Gejala lanjut KNF

 Gejala hidung (hidung tersumbat, epistaksis)

 Gejala neurologis, seperti diplopia (akibat kelumpuhan saraf


kranial III, IV, VI, dan dapat pula ke V), wajah kebas,
pembesaran kelenjar leher tanpa disertai nyeri
Terdapat dua jenis sindrom nervus
kranialis akibat penjalaran tumor
 Retroparotid syndrome disebut juga sindrom Jackson, melibatkan nervus
kranialis IX, X, XI,XII bila penjalaran melalui foramen jugulare

 Petrosphenoid syndrome dengan gangguan pada nervus kranialis IV, V, VI


dan terkadang nervus kranialis II melalui foramen laserum. Metastasis ke
kelenjar getah bening leher menimbulkan keluhan benjolan pada area
tersebut. Setiap gejala tersebut dipandang memiliki nilai dalam
mendiagnosis KNF, sebagaimana dirumuskan dalam Digby Score. Bila total
skornya lebih atau sama dengan 50, dapat dicurigai adanya KNF
Formula Digby

Gejala Nilai

Massa terlihat pada nasofaring 25

Gejala khas di hidung 15

Gejala khas pendengaran 15

Sakit kepala 5

Gangguan neurologik syaraf otak 5

Eksopthalmus 5

Limfadenopati leher 25

Usia < 10 tahun: -10, usia 15-25 tahun dengan frogface : -10,
Nilai >50 : suspek KNF
ANAMNESIS
 Five sign +
 Penurunan berat badan
 Riwayat merokok, minum alkohol, konsumsi
diagnosis ikan asin/makanan yang diawetkan

PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan status generalisa
 Rinoskopi anterior dan posterior /
nasoendoskopi
 Pemeriksaan kelenjar getah bening
 Pemeriksaan nervus kranialis
stadium
T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya
T1 : Tumor hanya terbatas pada nasofaring
T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal
T2a : Tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Perluasan ke parafaring
T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 : Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai syaraf
otak, fossa infratemporal, hipofaring atau orbita
stadium
Kelenjar Getah Bening Regional (N) Batasan

Nx • Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai.


N0 • Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional.
• Metastasis unilateral di kelenjar getah bening servikal, 6cm atau
N1 kurang di atas fosa suprakavikula, atau keterlibatan kelenjar getah
bening retrofaringeal bilateral atau unilateral, <6 cm pada dimensi
terbesarnya.
• Metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang
dalam dimensi terbesar diatas fosa suprakalvikula
N2 • Metastasis di kelenjar getah bening, ukuran > 6 cm.
• Ukuran > 6 cm
N3 • Perluasan ke fosa supraklavikula

N3a
N3b
stadium

Metastasis Jauh (M) Batasan


Mx Metastasis jauh tidak dapat
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
stadium

Stadium Keadaan Tumor Kelenjar Getah Metastasis


Primer Bening Regional Tumor
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IVA T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IVB Semua T N3 M0
Stadium IVC Semua T Semua N M1
1. Tomografi komputer/pencitraan magnetik resonansi
2. Bone Scan
3. Serologi Virus Eptein Barr
Pemeriksaan 4. Pemeriksaan laboratorium:
penunjang  Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
hemostasis
 Pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati
 Pemeriksaan elektrolit
5. Pemeriksaan patologi anatomi melalui
nasofaringoskopi dan biopsi nasofaring
Diagnosis banding

Hipertrofi adenoid

Nasofaringitis

Angiofibroma
Terapi

Stadium Penatalaksanaan
• Stadium I • Radioterapi
• Stadium II & III • Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N <6 cm • Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N >6 cm • Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
dengan kemoradiasi
Pencegahan
1. Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan risiko tinggi
2. Edukasi akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak
makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan yang berbahaya
3. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat
4. Meningkatkan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab
5. Melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA secara massa untuk
masa akan datang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai