Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di
sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan
rektum). Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk
bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa
tanda dan gejala penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan
ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit,
kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi
bahan – bahan purulen pada belahan – belahan, biasanya berbau tidak sedap
warnanya abu – abu, kuning pucat atau merah muda.

Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga


kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk
kelompok yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma
akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui
hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada
permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus.
2. Etiologi
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA
yang tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar
60 tipe VPH , namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata.
Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18,
30,31, 33,35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56.
Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak
maupun dalam bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung HPV.
Penularan infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Bila seseorang
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi HPV, maka
kemungkinan akan tertular virus dan timbul KA adalah sebesar 75%. Kontak
langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui bendabenda yang
terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan, meskipun jarang
terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina saat melahirkan dapat
menimbulkan lesi disaluran nafas bayi.

3. Patofisiologi dan Pathway

Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang


terinfeksi HPV. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada
daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi
permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya
mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada
adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat
ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius
ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk
ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan
keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel
epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak
terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang
dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus
DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari
struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic atypical
koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi sejak
pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama.
HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan
di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti
bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme
dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama epitel.
HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang
merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi
saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls
elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan
dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi
HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi mikroorganisme yang
berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat melakukan
hubungan seksual.
Hubungan seksual Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk
melalui mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme Mengambil alih DNA
Merangsang mediator
kimia: histamin
Bau, berwarna
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa Bereplikasi


terbakar Menghantarkan pesan
gatal ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman Impuls elektronikimia
saat melakukan (gatal) sepanjang nervus ke
hubungan dorsal spinal cord Nodul kemerahan di
seksual sekitar genitalia
Gangguan Thalamus
pola fungsi Penumpukan nodul merah
seksual Korteks (intensitas) dan membentuk seperti bunga Gangguan
lokasi gatal kol Citra Diri
dipersepsikan
Persepsi gatal Gangguan
Pecah/muncul lesi
Integritas Kulit

Gangguan rasa
Nyaman : Gatal Lesi terbuka

Pelepasan virus Resti


bersama sel epitel Penularan
4. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi Kondiloma Akuminata berkisar antara 2 minggu hingga 9
bulan. Secara umum kelainan fisik mulai 2-3 bulan setelah kontak. Umumnya
tidak menimbulkan keluhan namun bentuknya dapat menyebabkan stres
psikologik. Selama masa infeksi aktif, human papiloma virus (HPV) akan
bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel pejamu dan akan memicu
pejamu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar.
Lesi dapat bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang-kadang
berpigmen. Terdapat 3 bentuk klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul.
Bentuk akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbentuk seperti kembang kol,
terutama didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagaimana.
Bentuk keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit anogenital.
Bentuk papul, didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian
lateral vulva, perineum, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit.
Infeksi subklinis dapat terlihat seperti bercak putih (positif acetowhite) setelah
dilakukan tes asam asetat 5%. Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau
transient dan tidak terdeteksi lagi dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian,
sekitar 30% KA akan mengalami regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Periode
laten bisa berlangsung beberapa bulan hinga tahun.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang dicurigai.
Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih (acetowhite).
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks
dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang dilakukan
bersamaan dengan tes asam asetat.
c. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya
adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif terhadap terapi,
dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi
pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara mikroskopis, lesi KA
ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area
halo dan vakuolisasi perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis,
parakeratosis, dan rete redges yang memanjang.
d. Pemeriksaan dermoskopi Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu
membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada
lesi KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas,
berupa pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai
tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
e. Identifikasi genom HPV
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital
secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV. Pemeriksaan
polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan
sensitivitas dan spesifisitas tinggi.
6. Penatalaksanaan
Infeksi HPV bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik
terhadap virus ini. Perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang
tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada kebersihan arena genital
sangat penting karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Beberapa
modalitas terapi yang dapat dilakukan(2,12):
a. Tinktura podofilin 10-25%
Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang menginduksi nekrosis
jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi area seluas
10cm2 atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak boleh diberikan pada
ibu hamil.
b. Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95%
Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak
dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan menggunakan
konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang memuaskan.
Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus dangkal.

Gambar: Penggunaan obat TCA (Kiri sebelum, tengah pengolesan, kanan


setelah pengolesan)
c. Imiquimod 5%
Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat
memodifikasi respon imun pejamu melalui peningkatan produksi sitokin
interferon-α, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural
killer (NK cell), sel PMN, makrofag, dan sel T yang bersifat anti tumor
mampu mengeradikasi virus. Obat ini tidak dapat digunakan pada membran
mukosa dalam (uretra, vagina dan serviks) dan tidak boleh untuk ibu hamil.
Sayangnya obat ini belum tersedia di Indonesia.
d. Bedah eksisi
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil
secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri,
perdarahan, sampai timbul jaringan parut.
e. Bedah listrik
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan
komplikasi sama dengan bedah eksisi.
f. Bedah beku
Menggunakan N2 cair, CO2 padat, cryoprobe untuk membekukan kandungan
air jaringan sehingga terjadi lisis sel.
7. Komplikasi
 Transformasi untuk keganasan genitourinaria pada laki-laki maupun
perempuan
 Penularan pada neonatus
 Kondiloma akuminata yang berulang.
 Pre-cancer dan cancer
 Pre-malignant (vulva, anal, penile intra-epithelial neoplasia) atau lesi invasif
(vulva, anal dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma.
Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan yang dihubungkan
dengan tipe HPV yang onkogenik dan merupakan bagian dari spektrum klinis
neoplasia intraepithelial anogenital. Biopsi dapat dilakukan. Varian lain yang
jarang adalah HPV tipe 6/11 yaitu penyakit kondiloma raksasa atau Buschke-
Lowenstein tumor. Ini merupakan karsinoma verukosa, ditandai dengan
infiltrasi lokal yang agresig sampai ke struktur dermal.
8. Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor
predisposisinya dicari, misalnya higiene, adanya flour albus, atau kelembaban
pada pria akibat tidak disirkumsisi.
Banyak pasien baik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren.
Tingkat kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan:
 Infeksi berulang dari kontak seksual
 Masa inkubasi yang panjang dari HPV
 Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial
 Virus yang persisten di kulit, folikel rambut
 Lesi yang dalam
 Lesi subklinik
 Anunderlying immunosuppression.
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/viewFile/336/306
https://www.scribd.com/doc/200405114/kondiloma-akuminata
https://www.scribd.com/doc/51289452/KONDILOMA-AKUMINATA-
makalah
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/kondiloma-akuminata/

Anda mungkin juga menyukai