Anda di halaman 1dari 4

1.

Fungsi dan manfaat floea normal organ genitalia

Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Flora normal yang terdapat
pada tubuh berfungsi sebagai pertaanan terhadap infeksi bakteri, dengan jalan
intervensi bakteri. Pada wanita, Lactobacillus sp. Merupakan salah satu flora normal
yang terdapat di dalam vagina. Lactobacillus sp merupakan bakteri yang mampu
memproduksi sejumlah asam laktat dari karbohidrat sederhana, sehingga menciptakan
suasana asam yang mampu mematikan bakteri lain yang tidak berspora. Dengan
mempertahankan pH berada pada rentang rendah, maka jarang terjadi penyakit yang
disebabkan ketidakstabilan dari pH yang dapat menyebabkan bakteri dapat masuk ke
dalam saluran genital.

Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A. 2005. Jawetz, Melnicks
& Adelberg’s Mikrobiologi Kedokteran. Ed-1- Jakarta: Salemba Medika.

2. Tatalaksana BV
Terapi konvensional BV menggunakan metronidazole atau clindamycin oral
tidak mengeradikasi semua flora yang berkaitan dengan BV. Sampai saat ini, tiga
antibiotik acuan terapi BV, yaitu metronidazole, tinidazole, dan clindamycin.
Metronidazole dan clindamycin dapat diberikan secara lokal di vagina ataupun oral
dengan efikasi yang sama.
Regimen rekomendasi untuk bakterial vaginosis:
1. Metronidazole oral 500 mg dua kali sehari selama 5 hari.
2. Clindamycin krim vaginal 2% sekali sehari selama 7 hari.
3. Clindamycin oral 300 mg dua kali sehari selama 7 hari.
4. Metronidazole vaginal gel 0,75% sekali sehari selama 5 hari.
5. Metronidazole per oral 2 g dosis tunggal.
6. Tinidazole per oral 2 g dosis tunggal.
Tata laksana obat-obatan saat ini hanya efektif untuk 60% kasus dan turut
berkontribusi pada tingkat rekurensi sebesar 30-40%. Terapi supresif dengan
metronidazole gel dua kali seminggu dapat mengurangi rekurensi BV secara
signifikan dibandingkan plasebo.
Tinidazole adalah obat pertama yang disetujui untuk pengobatan BV.
Nitroimidazole generasi kedua ini juga disetujui untuk pengobatan trikomoniasis,
sehingga menjadikannya satu-satunya agen oral yang disetujui untuk kedua penyakit
terkait duh tubuh vagina. 8 Tinidazole merupakan pilihan terapi yang dapat ditoleransi
dengan baik dan dosisnya kurang dari setengah regimen metronidazole oral.
Rosita, Fiska, Putti Fatiharani Dewi, and Ambar Aliwardani.
"Pencegahan dan Manajemen Vaginosis Bakterial." Cermin Dunia
Kedokteran 49.1 (2022): 23-26.
3. IMS Virus (jenis,manfes,diag,prog,komp,tat)
a. Jenis
1) Herpes simplex virus (HSV)
HSV adalah virus yang menyebabkan herpes simpleks. HSV
juga merupakan virus penyebab herpes genitalis, terutama HSV tipe
2 yang sering bersifat berulang. Penyakit ini tersebar kosmopolit dan
menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak
berbeda. lnfeksi primer oleh HSV tipe I biasanya dimulai pada usia
anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada
dekade II atau Ill, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas
seksual.

2) Human Papilloma Virus (HPV)


Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit infeksi menular seksual, kondiloma
akuminata. kondilomata akuminata), atau kutil kelamin (venereal
warts) ialah lesi berbentuk papilomatosis, dengan permukaan
verukosa, disebabkan oleh human papil/omavirus (HPV) tipe tertentu
(terutama tipe 6 dan 11 ), terdapat di daerah kelamin dan atau anus.
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS),
karena 98% penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat
ditularkan melalui barang (fomites) yang tercemar partikel HPV.
Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan sama. Tersebar
kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.

b. Manifestasi Klinis
1) Herpes Simplex Virus (HSV)
Pada infeksi primer, Kelainan klinis yang dijumpai berupa
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sebab dan eritematosa,
berisi cairan jemih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal,
biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat
indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga
memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang
yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada
laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia
eksterna disertai infeksi pada serviks.
Pada fase laten, pada penderita tidak diemukan gejala klinis,
tetapi HVS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion
dorsalis.
Pada infeksi rekurens, Gejala klinis yang timbul lebih ringan
dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari.
Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel
berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. lnfeksi rekurens ini dapat timbul
pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat di sekitamya
(non loco).

2) Human Papilloma Virus (HPV)


Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab,
misalnya di daerah genitalia ekstema. Pada laki-laki tempat
predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans
penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada
perempuan di daerah vulva dan sekitamya, introitus vagina, kadang-
kadang pada porsio uteri. Dengan semakin banyaknya kejadian
hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan
kondiloma akuminatum di daerah anus dan sekitarnya.
Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan keluhan,
namun dapat disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat
menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak, dan mudah berdarah.
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti
kembang kol, berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa.
Ukuran lesi berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung menjadi massa yang besar.
Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan kasar dan tebal,
biasanya ditemukan di atas permukaan yang kering, misalnya batang
penis. Lesi timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotik,
soliter atau multipel. Lesi berbentuk kubah dengan permukaan yang
rata dapat ditemukan di tempat yang kering, sama halnya dengan lesi
keratotik. Seringkali berkelompok dengan warna serperti mukosa
sampai merah jambu atau merah-kecokelatan.

Menaldi, Sri Linuwih SW. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2015.

4. Apa hubungan aktif berhubungan seksual dengan keluhan yang dialami oleh pasien?
Pada kasus, pasien memiliki riwayat aktif dalam berhubungan seksual dan
terdiagnosis Bakterial Vaginosis. Dalam patogenesis BV, transmisi seksual memiliki
peranan yang penting karena BV merupakan salah satu infeksi menular seksual
(IMS). Gardner, dkk. mengemukakan bahwa BV merupakan IMS dengan rekurensi
tinggi dan isolasi G. vaginalis lebih dari 90% berasal dari partner pria dari wanita
penderita BV. Gardnella vaginalis dan organisme anaerob lain pada pria banyak
ditemukan di uretra dan semen. Teori transmisi seksual BV menunjukkan adanya
reservoar mikroorganisme penyebab BV pada traktus genitalis pria. Ada hipotesis
bahwa kondisi asam semen memengaruhi pH vagina, sehingga terjadi BV. Pendapat
lain menyatakan bahwa BV disebabkan pertukaran mikrobioma melalui aktivitas
seksual.

Rosita, Fiska, Putti Fatiharani Dewi, and Ambar Aliwardani.


"Pencegahan dan Manajemen Vaginosis Bakterial." Cermin Dunia
Kedokteran 49.1 (2022): 23-26.

Anda mungkin juga menyukai