Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONDILOMA AKUMINATA DI RUANG PONEK


RUMAH SAKIT TK. III 03.06.01 CIREMAI
KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh :

Ichsan Nur Fajar JNR0200107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Kondiloma akuminata atau kutil kelamin merupakan infeksi hpv
yang di tandai adanya lesi vegetasi bertangkai atau papil yang berjonjot.
Predileksi lokasi pada permukaan kulit di region anogenitalia dan
mukosa oral. Pada perempuan, prediksi lokasi terbanyak, yaitu vagina,
vulva, serviks dan anus. Pada laki-laki, predileksi lokasi terbanyak, yaitu
di penis dan anus. Sedangkan predileksi lesi oral terdapat di gingiva, pipi,
bibir dan palatum (Saputera, 2018).
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts (kutil)
yang terdiri dari epidermis dan papula atau nodul dermal pada perineum,
genitalia, lipatan crural dan anus. Mereka bervariasi dalam ukuran dan
dapat membentuk besar, exophytic, massa seperti kembang kol, terutama
di lingkungan yang lembab perineum. Human papillomavirus (HPV)
adalah penyebab etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke
dalam vagina, uretra, dan epitel perirektal (Price & Wilson, 2012).
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30
jenis HPV dapat menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan
lokal infeksi dan muncul sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi
HPV menular melalui aktivitas seksual. HPV yang berhubungan dengan
traktus genital dibagi dalam kelompok risiko rendah dan risiko tinggi
yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma
genital di infeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18,
31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan risiko tinggi (Price & Wilson,
2012).
Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital
dan rektum). Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan
berpengaruh buruk bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi
sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala penyakit. Biasanya lebih
banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan
yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa
berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan-bahan
purulen pada belahan-belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya
abu-abu, kuning pucat atau merah muda (Brunner & Suddarth, 2014).
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk
bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang
sampai membentuk kelompok yang berkembang yang ditularkan secara
seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau
biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rektal
disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada
vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus (Brunner & Suddarth,
2014).
Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa
tersebar multifokal dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah
maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat
menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah
tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan
daerah introitus posterior pada wanita (Brunner & Suddarth, 2014).
II. Etiologi
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus
(HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan
(jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar
(flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma
genitalia (kanker ganas pada kelamin) (Brunner & Suddarth, 2014).
III. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kondiloma akuminata menurut Price & Wilson,
(2012), yaitu:
1. Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab,
biasanya pada penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan
dapat menyebar sampai daerah perianal.
2. Berbau busuk dan terasa gatal.
3. Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat serta gambaran
bunga kol.
4. Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi
dapat dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi
tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam lingkaran dalam
penis yang tidak disirkumsisi.
5. Pada wanita kondiloma akuminata menyerang daerah yang lembab
dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa
gejala. Pada sebagian kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus,
gatal atau vaginal discharge.
6. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai
berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat
kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu
daerah.
7. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika
virus mencapai saluran uretra.
8. Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.
IV. Penatalaksanaan
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka
tidak terdapat terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan
diarahkan pada pembersihan kutil-kutil yang tampak dan bukan
pemusnahan virus. Pemeriksaan lesi yang muncul sebelum kanker
serviks adalah sangat penting bagi pasien wanita yang memiliki lesi
klinis atau riwayat kontak. Perhatian pada pribadi harus ditekankan
karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Dibawah ini
penatalaksanaan kondiloma akuminata menurut Price & Wilson, (2012),
yaitu:
1. Kemoterapi
1) Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan
dengan kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya
tidak dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif adalah
podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai
konsentrasi 10-25% dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan
parafin cair. Bahan yang digunakan adalah tingtur podofilin
25%, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta
agar tidak terjadi iritasi setelah 4-6 jam dicuci. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari, setiap kali
pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen
gangguan alat napas dan keringat kulit dingin. Pada wanita
hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian
fetus. Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa
pasien membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk mencapai
kesembuhan klinis, sementara pasien-pasien yang lain
menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus
dipertimbangkan.
2) Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia
sebanyak 0,5% dalam larutan etanol. Ini merupakan agen anti
mitotis dan tidak disarankan untuk penggunaan pada masa
kehamilan atau menyusui, jenis ini lebih aman dibandingkan
podophylin aplikasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus-
kasus keluhan yang sesuai.
3) Asam triklorasetik (TCA)
Ini agen topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil
dengan konsentrasi 30-50% dioleskan setiap minggu dan
pemberian harus sangat hati-hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Bahan ini dapat digunakan pada masa
kehamilan.
4) Topikal 5-Fluorourasil (5 FU)
Cream 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil
uretra dan vulva vagina, konsentrasinya 1-5% pemberian
dilakukan setiap hari sampai lesi hilang dan tidak miksi selama
pemberian.
5) Interferon
Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang
menjanjinkan bagi verucciformis dan infeksi HPV anogenital,
keefektifan bahan ini dalam perawatan terhadap kutil kelamin
masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional
terhadap kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan
rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar
antara 87-80 % pada laporan-laporan awal. Telah ditunjukkan
pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan ablatif
lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan (relapse rate) dan
lebih rendah. Efek samping dari perlakuan inerferon sistemik
meliputi penyakit seperti flu dan neutropenia transien.
2. Non farmakologis
Obat kutil pada kelamin (kutil kondiloma pada pria/kutil jengger
ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER
dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit,
secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena
terbuat dari bahan-bahan alami.
3. Terapi pembedahan
1) Kuret atau kauter (Elektrokauterisasi)
Kuret atau Kauter dengan kondisi anastesi lokal dapat
digunakan untuk pengobatan kutil yang resister terhadap
perlakuan topikal munculnya bekas luka parut adalah salah satu
kekurangan metode ini.
2) Bedah beku (N2, N2O cair)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma
akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan
basah.
3) Laser
Laser karbodioksida efektif digunakan untuk memusnahkan
beberapa kutil-kutil yang sulit. Tidak terdapat kekhawatiran
mengenai ketidakefektifan karbondioksida yang dibangkitkan
selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut.
4. Terapi kombinasi
Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil
kelamin yang membandel, contohnya kombinasi interferon dengan
prosedur pembedahan, kombinasi TCAA dengan podophylin,
pembedahan dengan podophylin. Seseorang harus sangat berhati-hati
ketika menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan beberapa
dari perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang sangat
serius.
V. Komplikasi
Menurut Price & Wilson, (2012), Kondiloma akuminata (KA)
merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi penyakit lain, yaitu:
1. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Beberapa melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks
adalah pada kasus infeksi KA selama 1-2 tahun. Risiko ini menurun
pada infeksi KA selama < 1 tahun dan infeksi KA selama 2-3 tahun.
Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua pada
perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11
kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370
kasus kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya
mengalami kematian 7,10.
2. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat
menyebabkan kanker genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan
penis.
3. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV.
4. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar
di daerah dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses
persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada janin
secara tenggorokan.
VI. Diagnosa Banding
Menurut Ratnasari, (2018), Kondiloma akuminata harus dibedakan
dari semua bentuk kelainan yang berbentuk papul didaerah genital.
Beberapa lesi kulit yang menyerupai KA, yaitu:
1. Pearly penile papules, secara klinis tampak papul berwarna sama
dengan kulit, terkadang lebih putih, berukuran 1-2mm, tersebar
diskrit, mengelilingi sulkus coronaries. Ini adalah varian normal dan
tidak perlu diobati.
2. Kondiloma lata, merupakan salah satu bentuk sifilis stadium
sekunder. Lesi berupa papul-papul dengan permukaan lebih halus
dan bentuk lebih bulat dari KA.
3. Karsinoma sel skuamosa, merupakan keganasan dan kadang sulit
dibedakan dengan KA. Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi.
B. Pengkajian
I. Wawancara
Wawancara pada ibu dengan kasus mola hidatidosa menurut Price &
Wilson, (2012), yaitu meliputi:
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, tanggal masuk
rs, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan nomer rekam medis.
b. Identitas penanggung jawab
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat dan hubungan
dengan pasien.
c. Riwayat pernah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi:
multiple dan partner sex yang tidak diketahui.
d. Daerah anogenital kondiloma (kutil): kutil ganda atau tunggal,
berwarna merah muda kecoklatan, lesi yang lama, selalu
berkelompok kadang terdapat massa yang luas dan tanpa nyeri yang
berlebihan.
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu dengan kasus mola hidatidosa menurut
Price & Wilson, (2012), yaitu meliputi:
1. Keadaan umum
Biasanya, keadaan umum pasien baik dan kesadaran pasien
composmentis.
2. Pemeriksaan genitalia
Ditemukan lesi kondilomatosa (seperti jengger ayam), mutiara,
bunga kol, plak, sesil, atau bertangkai dengan permukaan kasar
berbonggol dan teraba keras.
III. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes asam asetat.
2. Kolposkopi.
3. Pemeriksaan histopatologi.
4. Pemeriksaan dermoskopi.
5. Identifikasi genom HPV (Ratnasari, 2018).
IV. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS: Pasien mengatakan Gejala penyakit Gangguan rasa
tidak nyaman dan gatal nyaman
di daerah genital.
DO: Pasien tampak
sedang menggaruk.
2 DS: Pasien mengatakan Perubahan Gangguan citra
khawatir terhadap fungsi tubuh: tubuh
penolakan/reaksi orang proses penyakit
lain terhadap dirinya.
DO: Pasien tampak
fokus berlebihan pada
perubahan tubuh nya.
3 DS: - Kelembaban Gangguan
DO: Terdapat integritas
kemerahan didaerah kulit/jaringan
genital.

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d pasien mengatakan tidak
nyaman dan gatal di daerah genital dan pasien tampak sedang
menggaruk.
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh: proses penyakit d.d
pasien mengatakan khawatir terhadap penolakan/reaksi orang lain
terhadap dirinya dan pasien tampak fokus berlebihan pada perubahan
tubuh nya.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembaban d.d terdapat
kemerahan didaerah genital.
D. Rencana Asuhan dan Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Gangguan rasa nyaman b.d Setelah diberikan Terapi relaksasi
gejala penyakit d.d pasien intervensi selama 1 x Observasi:
mengatakan tidak nyaman 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
dan gatal di daerah genital status kenyamanan penurunan tingkat
dan pasien tampak sedang dapat meningkat energi,
menggaruk. dengan kriteria hasil: ketidakmampuan
Kode SDKI: D.0074 1. Kesejahteraan berkonsentrasi
fisik meningkat. atau gejala lain
2. Kesejahteraan yang mengganggu
psikologis kemampuan
meningkat. kognitif.
3. Dukungan sosial 2. Identifikasi teknik
dari keluarga relaksasi yang
meningkat. pernah efektif
4. Dukungan sosial digunakan.
dari teman 3. Identifikasi
meningkat. kesediaan,
5. Perawatan sesuai kemampuan dan
keyakinan budaya penggunaan
meningkat. teknik
6. Perawatan sesuai sebelumnya.
kebutuhan 4. Periksa
meningkat. ketegangan otot,
7. Kebebasan frekuensi nadi,
melakukan ibadah tekanan darah dan
meningkat. suhu sebelum dan
8. Rileks meningkat. sesudah latihan.
9. Keluhan tidak 5. Monitor respons
nyaman menurun. terhadap
10. Gelisah menurun. relaksasi.
11. Kebisingan Terapeutik:
menurun. 1. Ciptakan
12. Keluhan sulit lingkungan
tidur menurun. tenang dan tanpa
13. Keluhan gangguan dengan
kedinginan pencahayaan dan
menurun. suhu ruang
14. Keluhan nyaman, jika
kepanasan memungkinkan.
menurun. 2. Berikan informasi
15. Gatal menurun. tertulis tentang
16. Mual menurun. persiapan dan
17. Lelah menurun. prosedur teknik
18. Merintih relaksasi.
menurun. 3. Gunakan pakaian
19. Menangis longgar.
menurun. 4. Gunakan nada
20. Iritabilitas suara lembut
menurun. dengan irama
21. Menyalahkan diri lambat dan
sendiri menurun. berirama.
22. Konfusi menurun. 5. Gunakan relaksasi
23. Konsumsi alkohol sebagai strategi
menurun. penunjang dengan
24. Penggunaan zat analgetik atau
menurun. tindakan medis
25. Percobaan bunuh lain, jika sesuai.
diri menurun. Edukasi:
26. Memori masa lalu 1. Jelaskan tujuan,
membaik. manfaat, batasan
27. Suruh ruangan dan jenis relaksasi
membaik. yang tersedia
28. Pola eliminasi (misalnya: musik,
membaik. meditasi, napas
29. Postur tubuh dalam, relaksasi
membaik. otot progresif).
30. Kewaspadaan 2. Jelaskan secara
membaik. rinci intervensi
31. Pola hidup relaksasi yang
membaik. dipilih.
32. Pola tidur 3. Anjurkan
membaik. mengambil posisi
Kode SLKI: L.08064 nyaman.
4. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi.
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih.
6. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
(misalnya: napas
dalam,
peregangan atau
imajinasi
terbimbing).
Kode SIKI: I.09326
2 Gangguan citra tubuh b.d Setelah diberikan Promosi citra tubuh
perubahan fungsi tubuh: intervensi selama 1 x Observasi:
proses penyakit d.d pasien 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
mengatakan khawatir citra tubuh dapat harapan citra
terhadap penolakan/reaksi meningkat dengan tubuh berdasarkan
orang lain terhadap dirinya kriteria hasil: tahap
dan pasien tampak fokus 1. Melihat bagian perkembangan.
berlebihan pada perubahan tubuh membaik. 2. Identifikasi
tubuh nya. 2. Menyentuh budaya, agama,
Kode SDKI: D.0083 bagian tubuh jenis kelamin dan
membaik. umur terkait citra
3. Verbalisasi tubuh.
kecacatan bagian 3. Identifikasi
tubuh membaik. perubahan citra
4. Verbalisasi tubuh yang
kehilangan bagian mengakibatkan
tubuh membaik. isolasi sosial.
5. Verbalisasi 4. Monitor frekuensi
perasaan negatif pernyataan kritik
tentang perubahan terhadap diri
tubuh menurun. sendiri.
6. Verbalisasi 5. Monitor apakah
kekhawatiran pasien bisa
pada melihat bagian
penolakan/reaksi tubuh yang
orang lain berubah.
menurun. Terapeutik:
7. Verbalisasi 1. Diskusikan
perubahan gaya perubahan tubuh
hidup menurun. dan fungsinya.
8. Menyembunyikan 2. Diskusikan
bagian tubuh perbedaan
berlebihan penampilan fisik
menurun. terhadap harga
9. Menunjukkan diri.
bagian tubuh 3. Diskusikan
berlebihan perubahan akibat
menurun. pubertas,
10. Fokus pada kehamilan dan
bagian tubuh penuaan.
menurun. 4. Diskusikan
11. Fokus pada kondisi stres yang
penampilan masa mempengaruhi
lalu menurun. citra tubuh
12. Fokus pada (misalnya: luka,
kekuatan masa penyakit,
lalu menurun. pembedahan).
13. Respon non 5. Diskusikan cara
verbal pada mengembangkan
perubahan tubuh harapan citra
membaik. tubuh secara
14. Hubungan sosial realistis.
membaik. 6. Diskusikan
Kode SLKI: L.09067 persepsi pasien
dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh.
Edukasi:
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh.
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh.
3. Anjurkan
menggunakan alat
bantu (misalnya:
pakaian, wig dan
kosmetik).
4. Anjurkan
mengikuti
kelompok
pendukung
(misalnya:
kelompok
sebaya).
5. Latih fungsi
tubuh yang
dimiliki.
6. Latih peningkatan
penampilan diri
(misalnya:
berdandan).
7. Latih
pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang lain
maupun
kelompok.
Kode SIKI: I.09305
3 Gangguan integritas Setelah diberikan Perawatan integritas
kulit/jaringan b.d intervensi selama 1 x kulit
kelembaban d.d terdapat 24 jam diharapkan Observasi:
kemerahan didaerah genital. integritas kulit dan Identifikasi penyebab
Kode SDKI: D.0129 jaringan dapat gangguan integritas
meningkat dengan kulit (misalnya,
kriteria hasil: perubahan sirkulasi,
1. Elastisitas perubahan status
meningkat. nutrisi, penurunan
2. Hidrasi kelembaban, suhu
meningkat. lingkungan ekstrim
3. Perfusi jaringan dan penurunan
meningkat. mobilitas).
4. Kerusakan Terapeutik:
jaringan menurun. 1. Ubah posisi tiap 2
5. Kerusakan lapisan jam jika tirah
kulit menurun. baring.
6. Nyeri menurun. 2. Lakukan
7. Perdarahan pemijatan pada
menurun. area penonjolan
8. Kemerahan tulang, jika perlu.
menurun. 3. Bersihkan
9. Hematoma perineal dengan
menurun. air hangat,
10. Pigmentasi terutama selama
abnormal periode diare.
menurun. 4. Gunakan produk
11. Jaringan parut berbahan
menurun. petrolium atau
12. Nekrosis minyak pada kulit
menurun. kering.
13. Abrasi kornea 5. Gunakan produk
menurun. berbahan
14. Suhu kulit ringan/alami dan
membaik. hipoalergik pada
15. Sensasi membaik. kulit sensitif.
16. Tekstur membaik. 6. Hindari produk
17. Pertumbuhan berbahan dasar
rambut membaik. alkohol pada kulit
Kode SLKI: L.14125 kering.
Edukasi:
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab
(misalnya, lotion,
serum).
2. Anjurkan minum
air yang cukup.
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur.
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim.
6. Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30 menit
saat berada di luar
rumah.
7. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun
secukupnya.
Kode SIKI: I.11353
DAFTAR PUSTAKA

Brunner., & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:


EGC.

Price, S.A & Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.

Ratnasari, T.D. (2018). Kondiloma Akuminata. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya


Kusuma. (Internet). Available from:
https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/view/336. (Diakses pada
tanggal 11 Maret 2021).

Saputera, D.M. (2018). KOH 5% Untuk Terapi Alternatif Kondiloma Akuminata


Di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanegara. Volume 45, Nomer 6. (Internet). Available from:
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/662. (Diakses pada
tanggal 11 Maret 2021).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai