Anda di halaman 1dari 9

1.

Faktor Persalinan
Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage, Passenger,
Psikis ibu bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian berikut.
a. Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin untuk
lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga, yaitu primer
dan sekunder.
1.) Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang
berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan hingga
pembukaan lengkap.
2.) Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah
pembukaan lengkap.
b. Passenger (janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus), serta
jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan dengan passenger
antara lain: janin bersikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki
berada dalam keadaan fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran berat
janin normal adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu
120-160x/menit.
c. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
d. Psikis ibu bersalin
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan dianggap hal
yang menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang
menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri
merupakan fenomena yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan
setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang samapun tingkat
nyeri persalinannya tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang
sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam
menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses
persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas kesehatan
yang akan menolong persalinannya.
Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu yang
disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus meyakini
bahwa ia mampu menjalani proses persalinan dengan lancar. Karena jika
ibu sudah mempunyai keyakinan positif maka keyakinan tersebut akan
menjadi kekuatan yang sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi.
Sebaliknya, jika ibu tidak semangat atau mengalami ketakutan yang
berlebih maka akan membuat proses persalinan menjadi sulit.
e. Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah petugas
kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan, antara
lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan petugas kesehatan yang
mempunyai kompetensi dalam pertolongan persalinan, menangani
kegawataruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas
kesehatan yang memberi pertolongan persalinan dapat menggunakan alat
pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi dari pasien.

Sumber : Saragih, R. Pengaruh Dukungan Suami dan Tingkat Kecemasan


Ibu Primigravida terhadap Lama Kala I Persalinan Spontan di Klinik
Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
Tahun 2014. Jurnal ilmiah kohesi. Vol. 1 No. 1 April 2017.

2. Prognosis Preeklampsia
Diagnosis dini, intervensi medis tepat waktu, dan pengawasan ibu dan janin
yang tepat secara signifikan meningkatkan keberhasilan ibu dan janin. Karena
preeklamsia terus menjadi penyebab hingga seperempat kematian ibu di latar
belakang etnis tertentu (populasi Karibia dan Amerika Latin, diikuti oleh populasi
Asia dan Afrika), perawatan yang cepat dan pemantauan rutin menurunkan morbiditas
dan mortalitas.
Karrar SA, Hong PL. Preeclampsia. [Updated 2022 Jun 9]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.

3. Apa hubungan usia pasien dengan kondisi yang saat ini dialami oleh pasien
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil atau preeklampsia. Usia yang berisiko terkena hipertensi
(pre eklampsia-eklampsi) pada ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun. Pada kasus, pasien berusia 35 tahun. Pada ibu yang hamil ada usia 35
tahun atau lebih terjadi proses degeneratif yang mengakibatkan perubahan sruktural
dan fungsional yang terjadi pada pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab
terhadap perubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan mengalami pre eklampsia.
Sumber : Mustaghfiroh, dkk. Hubungan Faktor Umur, Gravida, Status Gizi,
Dan Riwayat Hipertensi Terhadap Kejadian Pre Eklampsia. Jurnal Ilmiah Permas
Vol.1 No. 1. 41-50. 2020.

4. Interpretasi hasil pemeriksaan (fisik, obstetri, laboratorium, dan dalam vagina)

N
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
o
 Hipertensi
BP : 140/90 mmHg (Diagnosis
Preeklampsia)
HR : 88x/menit Normal
1 Fisik
RR : 20x/menit  Normal
T : 36,7 C  Normal
Edema Ekstremitas Bawah Diagnosis
(+/+) Preeklampsia 
2 Obstetri  Perkiraan Usia
TFU : 33 cm Kehamilan : 38
Minggu
Uterus bagian atas teraba Leopold I :
bagian besar, bulat dan lunak Kesan Bokong 
Leopold II :
Uterus bagian kiri teraba
Kesan
tahanan memanjang
Punggung 
Uterus bagian bawah teraba  Leopold III :
bagian besar, bulat dan keras Kesan Kepala
Leopold IV :
Masuk pintu atas panggul 4/5 Janin Sudah
Masuk PAP 
His (+) 3 kali/10 menit selama
Tanda Inpartu 
45 detik
HR janin : 126x/menit  
portio lunak, letak medial,
penipisan 40%, pembukaan 3
3 Vagina cm, selaput ketuban (+),  
penunjuk ubun-ubun kecil kiri
di Hodge II.
4 Laboratorium Protein (+)  Proteinuria

a. Edema  Ekstremitas Bawah (+/+)


Munculnya edema pada tungkai bawah merupakan salah satu syarat diagnosis
preeklampsia. Hal ini disebabkan karena adanya disfungsi endotel, sehingga
menyebabkan hipermermeabilitas vaskuler yang berhubungan dengan rendahnya
albumin serum sehingga menyebabkan edema, khususnya pada kaki dan paru.
Rendahnya kadar albumin serum disebabkan oleh adanya protein pada urin yang
seharusnya difiltrasi oleh ginjal. 
Sumber : Mayangsari, I., & Rodiani, R. (2017). Wanita G2P0A1 Hamil 38
Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Preeklampsi Berat Janin Gemelli Hidup
Presentasi Kepala. Jurnal Medula, 7(2), 63-69.

b. Leopold I
Pemeriksaan Leopold I disebut juga sebagai fundus grip, yaitu menilai fundus
uteri untuk menentukan tingginya dan kutub janin mana yang berada pada daerah
fundus uteri, yaitu cephalic (kepala) atau podalic (bokong). Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk meentukan usia kehamilan dan letak janin.
Pada pemeriksaan didapatkan terus bagian atas teraba bagian besar, bulat dan
lunak, maka bagian teratas dari uterus pasien ialah bagian bokong.

Sumber : Superville SS, Siccardi MA. Leopold Maneuvers. Nih.gov.


StatPearls Publishing; 2022. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560814/#:~:text=This%20fourth
%20maneuver%20resembles%20the,downward%20toward%20the%20pelvic
%20inlet. 

c. TFU
Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode
pengukuran yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, dengan cara
mengukur perut ibu dari simfisis pubis hungga fundus uteri menggunakan pita ukur.
Pengukuran TFU ini didasarkan pada perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama
kehamilan, fundus menjadi nampak jelas di abdominal dan dapat diukur. Sehingga
pertumbuhan uterus dapat dijadikan variabel penanda pertumbuhan janin.1 Ukuran
tinggi fundus uteri (TFU) yang diukur dari simfisis pubis menurut spiegelberg2 :

Usia Kehamilan (Minggu) Ukuran (cm)


22-28 minggu 24-25 cm di atas simfisis
28 minggu 26,7 cm di atas simfisis
30 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis
32 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis
34 minggu 31 cm di atas simfisis
36 minggu 32 cm di atas simfisis
38 minggu 33 cm di atas simfisis
40 minggu 37,7 cm di atas simfisis

1. Irianti, dkk. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto
2. Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
d. DJJ
Denyut jantung janin (DJJ) dianggap sebagai faktor untuk mengukur
kesejahteraan janin dalam rahim. Frekuensi normal denyut jantung janin antara 120-
160 kali per menit. Denyut jantung janin dasar menurun tajam seiring peningkatan
usia gestasi sebagai akibat maturnya tonus parasimpatis. Pemeriksaan denyut jantung
janin diukur 1 menit penuh. DJJ kurang dari 110x/menit dianggap sebagai bradikardia
janin. Sedangkan pada kondisi takhikardia janin apabila terjadi peningkatan frekuensi
DJJ di atas 160x/menit, yang disebabkan oleh berbagai factor, di antaranya hipoksia
janin, anemia, dan obat-obatan.

Chabibah, N., & Laela, E. N. (2017). Perbedaan frekuensi denyut jantung


janin berdasarkan paritas dan usia kehamilan. Siklus: Journal Research Midwifery
Politeknik Tegal, 6(1).

e. Bishop Score

Skor Bishop mencerminkan perubahan normal yang dialami


serviks saat melahirkan (proses melahirkan). Perubahan serviks yang
ekstensif diperlukan agar serviks melebar dan mengeluarkan janin
sepenuhnya. Secara bertahap selama kehamilan komposisi serviks
berubah dengan penurunan kepadatan kolagen dan peningkatan asam
hialuronat dan kadar air. Pada hari-hari hingga minggu-minggu sebelum
pelahiran, melalui serangkaian peristiwa, mediator inflamasi
meningkatkan produksi prostaglandin. Prostaglandin yang menginvasi
serviks memediasi pelepasan metaloprotease yang memecah kolagen
dan mengubah struktur serviks. Pelunakan serviks dan distensi
dihasilkan dari perubahan komposisi matriks ekstraseluler ini,
khususnya, peningkatan vaskularisasi dan hipertrofi stroma dan kelenjar,
dan sebagian disebabkan oleh peningkatan kelarutan kolagen.
Sistem penilaian Bishop didasarkan pada pemeriksaan serviks
digital pasien dengan minimum nol poin dan maksimum 13 poin. Sistem
penilaian menggunakan dilatasi serviks, posisi, penipisan, konsistensi
serviks, dan stasiun janin. Dilatasi serviks, penipisan, dan stasiun (posisi
kepala janin) diberi skor 0 hingga 3 poin, sedangkan posisi dan
konsistensi serviks diberi skor 0 hingga 2 poin. Skor Bishop 8 atau lebih
dianggap menguntungkan untuk induksi, atau kemungkinan persalinan
pervaginam dengan induksi serupa dengan persalinan spontan. Skor 6
atau kurang dianggap tidak menguntungkan jika induksi diindikasikan
agen pematangan serviks dapat digunakan.
Pada pemeriksaan didapatkan :
1. Portio lunak = 2 poin
2. Letak medial = 1 poin
3. Penipisan 40% = 1 poin
4. Pembukaan 3cm = 2
5. Penunjuk ubun-ubun kecil kiri di Hodge II dan masuk pintu atas panggul
4/5 = Station -2 = 1

Total skor bishop pada pasien adalah 7 dan skor teresbut dinilai
portio lunak, letak medial, penipisan 40%, pembukaan 3 cm, selaput ketuban (+), penunjuk
ubun-ubun kecil kiri di Hodge II.

Penurunan kepala janin sudah setinggi bagian bawah simfisis pubis

Bidang-bidang panggul adalah pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan,


yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam atau Vagina Toucher (VT).

a) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promotorium;
b) Hodge II : bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis;
c) Hodge III : bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika;
d) Hodge IV : bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang koksigis.
(Nugraheni, 2010:13)

Anda mungkin juga menyukai