Anda di halaman 1dari 208

PE]T{UNTUN

LABORATORIUM KLINIK

R. GANDOSOEBRATA
BAB I
HEMATOLOGI
ALAT.ALAT UNTUK PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Lanset darah
Untuk mendapat darah kapiler yang akan diperiksa, diperlukan
sebuahalatlang tajam ujungnya. Sebaiknya ujung alat itu selain tajam,
melebar juga semacam lanset. Lanset darah yang sebaiknya dipakai ialah
yang dibuat untuk sekali pakai saja (disposable). Meskipun demikian, ia
dapat juga dipergunakan berkali-kali, asalkan setelah dipakai ia disteril-
kan lagi. Cara mensterilkan harus dilakukan dengan otoklaf, agar ter-
jamin bebas hama; memasak lanset di dalam air tidak dapat dibenarkan
karena bahaya memindahkan virus tidak terhindar. Merendam lanset
dalam alkohol, apalagi sekedar mengapusnya dengan kapas basah
alkohol sama sekali tidak dapat dibenarkan.

Jarum dan semprit


,Darah vena diperoleh dengan jalan pungsi vena. Jarum yang di-
pakai untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan
ujungnya harus runcing, tajam dan lurus. Dianjurkan untuk memakai
jarum dan semprit yang disposable; semprit semacam itu biasanya di-
buat dari semacam plastik. Baik semprit maupun jarum hendaknya di-
buang setelah dipakai, janganlah disterilkan lagi guna pemakaian ber-
ulang.
Semprit yang banyak dipakai untuk pemeriksaan hematologi ialah
yang mempunyai voluma 2 dan 5 ml.
Dianjurkan pula menggunakan "jarum-tabung steril" ("Vacu-
tainerf', "Venoject") yakni jarum yang diperlengkapi dengan tabung
gelas hampa udara; pada waktu melakukan pungsi vena, darah terisap
ke dalam tabung itu. Alat ini dapat digunakan satu kali saja. Memakai
jarum-tabung ini ada keuntungan tambahan karena darah yang di-
peroleh dalam keadaan tidak kecemaran.

Hemositometer (lihat hal. 199)


. Alat ini dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan terdiri dari
kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar
hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syratat ketelitian ter-
tentu.

a) Kamar hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis-
bagi "improved Neubauer".
2 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Luas "seluruh bidang yang dibagi" adalah 9 mm2 dan bidang itu
dibagi menjadi sembilan "bidang besar" yang luasnya masing-masing
I mm2.
Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 "bidang sedang" yang luasnya
masirg-masing Vr x Vo mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-
tengah berlainan pembagiannya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bi-
dang itu dibagi lagi menjadi 16 "bidang kecil". Dengan demikian
jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya
l/20V1/20 mm2.
Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-
garis dan kaca penutup yang terpasang adalah l/10 mm.
Maka voluma di atas tiap-tiap bidang menjadi sbb.:
I bidang kecil = l/20x1/20x1/10: l/4000mmr
I bidangsedang : l/4 xl/4 xl/10 = l/160 mm3
lbidangbesar :l xl xl/10:l/l0mm]
seluruhbidangyangdibagi : 3 x3 xl/10: 9/l0mm3
Kamar hitung "Neubauer" fiadi bukan "improved Neubauer")
berbeda karena garis-bagi dalam bidang besar di tengah-tengah berlain-
an. Cara menghitung jumlah eritrosit memakai kamar hitung
"Neubauer" sedikit berbeda, agak lebih sukar dari memakai improved
Neubauer dan karena itu tidak dianjurkan.
Ada pula kamar hitung yang garis-garisnya dalam seluruh bidang
yang dibagi berlainan.sekali dari improved Neubauer atau Neubauer,
yaitu yang bergaris bagi menurut "Burker" atau menurut "Thoma".
u Untuk menghitung jumlah sel eosinofil dalam darah sering dipakai
kamar hitung yang volumanya lebih besar, yaitu kamar hitung "Fuchs-
Rosenthal". Ukuran "seluruh bidang yang dibagi" 4 x 4 mm, tingginya
2/10 mm, sedangkan garis-baginya berlainan lagi.

b) Ikca penutup
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan
bagi kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedang-
kan ia dibuat dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca
penutup biasa boleh dipakai. Kaca penutup untuk nienghitung jumlah
trombosit deng'an tehnik fasekontrast lebih tipis daripada yang dipakai
untuk mikroskopi biasa.

c) Pipet (lihat hal. 200)


l. Pipet Thoma untuk mengencer eritrosit (pipet eritrosit) terdiri dari se-
HEMATOLOGI 3
:
buah pipa kapiler yang bergaris-bagi dan yang membesar pada salah
satu ujung menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca merah.
Pada pertengahan pipa kapiler itu ada garis bertanda angka "0,5"
dan pad4-bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat garis bertanda
"1,Q".Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda
l0l rr.
r t

Perhatikan bahwa angka-angka itu bukanlah menandakan satu


voluma yang mutlak melainkan perbandingan voluma. Yang penting
dan men€ntukan ialah pengenceran darah yang terjadi dalam pipet
itu. Seandainya lebih dulu diisap darah sampai garis-tanda "0,5"
kemudian cairan pengencer sampai garis-tanda "101", maka darah
dalam bola pipet itu diencerkan 200 kali.
2. Pipet Thoma untuk mengencer leukosit (pipet leukosit) sama bentuk-
nya dengan pipet eritrosit. Di dalam bola terdapat sebutir kaca putih.
Pada batang kapiler juga terdapat garis-garis yang bertandakan
"0,5" dan "1,0".Garis di atas bola diberi angka "ll". Seperti juga
pada pipet eritrosit, angka-angka pada pipet leukosit hanya me-
nandakan derajat pengenceran yang terjadi, bukan voluma mutlak.
Jika lebih dulu diisap darah sampai garis-tanda "0,5" kemudian
cairan pengencer sampai garis-tanda "11", maka darah dalam bola
pipet diqncerkan 20 kali.

Hemoglobinometer (Hemometer) (lihat hal. 201)


Meskipun cara penetapan kadar hemoglobin dalam darah yang di-
anjur\an masa kini bukanlah yang memakai hemoglobinometer me-
nurut Sahli, ada baiknya juga mengenal dan memahiri pemakaian alat
ini, karena ia masih berguna dalam laboratorium kecil.
Hemometer Sahli ialah alat pengukur kadar hemoglobin berdasar-
kan cara hematin asam dan terdiri dari alat pembanding warna' tabung
pengencer, pipet darah dan pipet pengencer.
Batang standard yang terdapat dalam alat pembanding warna itu
terbuat dari kaca yang tidak dapat memucat. Tabung pengencer yang be-
rupa persegi atau bulat sering mempunyai garis-tanda pada kedua belah
sisinya. Garis-tanda pada sisi pertama menunjukkan kadar hemoglbbin
dalam "persent" dan garis-tanda pada sisi lain menunjukkan kadar
hemoglobin dalam gram/100 ml darah (e/dl).
Garis-tanda yang menunjukkan "persent" makin ditiadakan
karena tidak bermakna.
Pipet darah yang terdapat, pada hemometer (pipet hemoglobin)
mempunyai garis-tanda 20 mm3 (20 ul). Pipet pengencer ialah pipet
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

polos biasa untuk meneteskan cairan

Tabung dan pipet Wintrobe


Tabung Wintrobe ialah tabung yang dibuat dari kaca tebal, pan-
jangnya kira-kira 12 cm dah diameter dalamnya 2/z mm. Garis milli-
meter yang terdapat pada permukaannya bertandakan 0 sampai 100
pada sebelah satu dan 100 sampai 0 di sebelah lain.
Pipet Wintrobe yang dipergunakan khusus pada tabung ini mem-
puny-di pipa logam panjang dan sempit. Pipet itu dipakai untuk mengisi
tabung itu dengan darah tanpa gelembung hawa dan dapat dipakai juga
untuk membersihkan tabung itu.

Pipet Westergren
Panjangnya kira-kira 300 mm dan diameter dalamnya 2/z mm.
Pada pipet ini terdapat garis-garis millimeter dari 0 sampai 200; garis
200 mm ada di pucuk bawah pipet.

Kaca objek dan kaca penutup


Kaca objek berukuran I x 3 inci. Kaca yang mempunyai pinggiran
yang diratakan baik sekali untuk membuat sediaan apus.
Kaca penutup harus cukup tipis, sehingga dapat dipakai untuk
pemeriksaan mikroskopik memakai lensa imersi. Kalau kaca penutup
berasal dari Amerika Serikat, pakailah yang bernomor 0 (tebal kaca
0,085-0,13 mm) apabila akan memeriksa sediaan dengan lensa imersi.
*Kaca penutup no.l (tebalnya 0,13-0,16 mm) dan no. llz (tebalnya 0,16-
0,19 mm) lebih tebal dan dapat dipakai dengan lensa objektif 40 atau
45 x. Kaca penutup no. 00 sangat tipis dan hanya dipergunakan untuk
mikroskopi khusus, sedangkan yang no. 2 (tebalnya 0,19-0,25 mm) baik
dipakai untuk pemeriksaan dengan lensa objektif l0 x atau lebih kecil.

PEMELIHARAAN ALAT.ALAT

Kamar hitung
Membersihkan kamar hitung segera sesudah dipakai penting sekali.
Kotoran yang kecil sekali dapat mengganggu kapilaritas dan akan mem-
beri hasil pemeriksaan yang jauh berbeda.
Cucilah kamar hitung dan kaca penutupnya dengan air suling,
kemudian keringkan dengan kain halus yang bersih. Hati-hatilah jangan
sampai menggores permukaan kamar hitung yang bergaris-garis atau
loji-loji tempat kaca penutup diletakkan.
HEMATOLOGI 5
:
Kamar hitung yang banyak dipakai, baiklah sekali-kali direndam se-
malam dalam larutan detergent dan esok harinya dicuci seperti tertulis di
atas. Sebaiknya memakai detergent yang khusus dibuat untuk alat-alat
Iaboratorium.

Pipet darah
Untuk membersihkan pipet darah (pipet leukosit, eritrosit dan
hemoglobin) isaplah berganti-ganti ke dalam pipet itu air kemudian
aseton ataurcampuran alkohol dan ether sama banyaknya. Lalu diisap
udara ke dalam pipet itu sampai menjadi kering' Janganlah meniup pipet
itu dengan udara napas, sebab uap air dalam udara napas akan meng-
embun dan mengotori pipet. Sekiranya pipet itu tinggal kotor karena
banyak dipakai atau karena tidak selalu segera membersihkannya, maka
isilah pipet itu dengan larutan natrium karbonat atau kaporit dan biar-
kan semalam. Keesokan harinya dicuci lagi seperti diterangkan di atas.
Jika darah membeku dalam pipet, buanglah terlebih dulu darah itu
dengan memakai rambut kuda atau kawat baja yang halus sebelum pipet
dicuci. Jagalah benar-benar jangan sampai ujung pipet yang runcing itu
pecah; pecahan yang kecil sekalipun menyebabkan pipet itu tidak dapat
dipakai lagi karena pengenceran yang berdasarkan voluma menjadi
tidak teliti..

Hemoglobinometer
Alat pembanding yang terbuat dari plastik dan logam itu janganlah
termasuki cairan; kalau terjadi harus segera dikeringkan. Permukaan
batang standard jangan tercemar atau berdebu.
Tabung pengencer perlu dibersihkan tiap kali habis memakainya
dengan air suling dan HCI; baik juga sekali-kali dipergunakan de-
tergent.

Lanset darah, jarum dan semprit


Dianjurkan memakai lanset darah untuk dipakai sekali saja. Jikalau
benar-benar tidak mungkin, lanset boleh dipakai lagi asal saja disteril-
kan dalam otoklaf sebelum memakainya pada orang lain. Dalam hal itu
lanset harus segera dibersihkan setelah dipakai.
Jikalau keadaan iidak memungkinkan memakai semprit dan jarum
yang disposable, ikutilah petunjuk-petunjuk berikut. Setelah darah yang
diambil dikeluarkan dari jarum atau semprit, cucilah segera jarum dan
semprit itu. Janganlah membiarkan darah membeku dalam semprit atau
dalam jar.um. Darah beku dalam semprit yang pengisapnya terpasang
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

menyebabkan pengisapnya itu sukar sekali dicabut dan semprit mungkin


pecah karena itu. Jarum dan semprit sebaiknya disimpan dalam keadaan
kering dan steril agar dapat segera dipakai lagi.
Tabung dan pipet Wintrobe
Tabung Wintrobe dibersihkan dengan memutarbalikkannya se-
hingga mulutnya mengarah ke bawah. Ujung pipet Wintrobe dimasuk-
kan sampai ke dasar tabung itu dan air bersih dialirkan melewati pipet
itu ke dalam tabung. Sekali-sekali tabung Wintrobe itu dibersihkan juga
memfkai semacam detergent.
Pipet Wintrobe janganlah dipakai untuk maksud lain daripada
mengisi tabung Wintrobe dan membersihkannya. Jangan dipakai untuk
mengisap zat-zat kimia.

Kaca objek dan kaca penutup


Kaca objek yang dipergunakan hendaknya bersih dari debu dan
lemak. Teristimewa untuk membuat sediaan apus darah kaca objek
harus bebas dari lemak. Untuk itu tidak cukuplah kaca digosok dengan
atau direndam dalam ether atau alkohol (kecuali kalau kaca itu baru dan
oleh pabriknya sudah dibersihkan sempurna, precleaned).
Kaca yang masih baru direndam dalam semacam detergent sebelum
dicuci dengan air biasa. Detergent yang dipakai harus dihilangkan sama
sekali dari permukaan kaca, pekerjaan membilas dengan air ini hendak-
nya dilakukan dengan seksama; kalau tidak, sisa-sisa detergent akan me-
ngurangi mutu pulasan kemudian. Setelah kering dan bersih disimpan
dalam tempat tertutup agar tidak menjadi kotor lagi.
" Kaca objek kotor yang bekas dipakai, harus dibersihkan dulu larut-
an asam nitrat pekat atau larutan campuran kalium-bichromat dan asam
sulfat, kemudian dicuci seperti kaca baru. Larutan campuran bichromat
dan asam sulfat dibuat sbb.: larutan jenuh kalium-bichromat dalam air
(4,9 g per 100 ml) dicampur dengan sama banyaknya asam sulfat pekat.
Kaca objek direndam paling sedikit selama 4 jam dalam larutan campur-
an ini.
Kaca objek yang telah bersih jangan dipegang permukaannya
dengan tangan, peganglah pada sisi-sisinya. Jagalah jangan sampai sisi-
sisi yang diratakan menjadi kikis.
Kaca penutup hendaknya dicuci dengan air, lalu dengan alkohol
9590. Siryrpanlah dalam alkohol atau campuran alkohol ether. Jika akan
memakainya angkatlah dengan pinset ,bersih dan keringkan dengan
menggosoknya mema(ai kain halus dan bersih. Jangan sampai ada
benang, serat atau kotoran lain memelengket lagi pada kaca itu.
HEMATOLOGI

CARA MEMPEROLEH DARAH UNTUK PEMERIKSAAN


HEMATOLOGI

UntuJ pemeriksaan hematologi biasanya dipakai darah kapiler atau


darah vena.
Sediakanlah terlebih dulu semua alat yang diperlukan: pipet, Hb-
meter, semprit, jarum, botol penampung (wadah) darah, kamar hitung,
dsb. Tempat yang akan ditusuk harus bersih; jika perlu cucilah dulu
dengan aif dan sabun.

Darah kapiler
Pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler; pada bayi dan anak kecil boleh juga
tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih itu tidak boleh yang mem-
perlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat.
l. Bersihkanlah tempat itu memakai alkohot 70v/o dan biarkan sampai
kering lagi.
2. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan se-
jajar dengan itu. Bila memakai anak daun telinga tusuklah pinggir-
nya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah
mudah keluar. Jangan hendaknya sampai menekan-nekan jari atau
telinga itu untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas ke luar
demacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga men-
jadi encer dan menyebabkan kesalahan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering. Tetes darah yang berikutnya boleh dipakai untuk pe-
meriksaan.
Darah vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa
juga
cubiti; pada bayi vena jugularis superficialis dapat dipakai atau
darah dari sinus sagittalis superior.
L Bersihkanlah tempat itu dengan alkohol 7090 dan biarkan sampai
menjadi kering lagi.
2. Jika memakai vena dalam fossa cubiti; pasanglah ikatan pemben-
dung pada lenganlatas dan mintalah orang itu mengepal dan mem-
Uuka iangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan
venatidakperludenganikatanerat-erat,bahkansebaiknyahanya
8 pENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan vena.


3. Tegangltanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri
supaya vena tidak dapat bergerak.
4. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan
sarfrpai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.
5. Lepaskan atau renggangkan pembendungan dan pelahan-lahanlah
tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki di-
dapat.
6. Lepaskan pembendungan jika masih terpasang.
7. Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum itu.
8. Mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat
tusukan itu ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi.
9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah fiangan semprotkan)
darah ke dalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding.
10. Segeralah cuci jarum dan semprit sebelum darah sempat membeku,
jika alat-alat tadi akan dipakai lagi.

ANTIKOAGIJLANSIA UNTUK PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat di-
pakai Sermacam-macam antikoagulans. Tidak semua macam antikoagu-
lans dapat dipakai karena adayang terlalu banyak berpengaruh terhadap
bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Yang
dapat dipakai ialah:
l.*EDTA, (ethylenediaminetetraacetate), sebagai garam natrium atau
kaliumnya. Garam-garam itu mengubah ion calcium dari darah men-
jadi bentuk yang bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar
dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Se-
lain itu EDTA mencegah trombosit bergumpal, karena itu EDTA
sangat baik dipakai sebagai antikoagulans pada hitung trombosit.
Tiap I mg EDTA menghindarkan membekunya I ml darah. Hindar-
kan memakai EDTA dalam jumlah berlebihan, bila dipakai EDTA
lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih
rendah dari yang sebenarnya.
EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 1090. Kalau ingin
menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh di-
pakai, akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncang-
kan wadah berisi darah dan EDTA selama l-2 menit. Sebabnya:
EDTA kering lambat melarut.
HEMATOLOGI 9

2. Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap


bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin
kurang banyak dipakai karena mahal harganya. Tiap I mg heparin
menjaga membekunya l0 ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai
larutan"atau dalam bentuk kering.
3. Natriumsitrat dalam larutan 3,890, yaitu larutan yang isotonik
dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan
hemoragik dan untuk laju endap darah cara Westergren.
4. Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan
Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalat seimbang. Dipakai
dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang di-
periksa.
Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit:eritrosit mem-
bengkak, kaliumoxalat tersendiri menyebabkannya mengerut.
Campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3 :2 tidak ber-
pengaruh terhadap besarnya eritrosit (tetapi berpengaruh terhadap
morfologi leukosit). Larutan pokok: amoniumoxalat 12 e; ka-
liumoxalat 8 g; aquadest ad 1000 ml. Botol atau tabung diisi dengan
0,2 atau 0,5 ml larutan itu, kemudian dikeringkan pada suhu yang
kurang dari 70"C. Ke dalam botol itu nanti dimasukkan 2 atau 5 ml
darah.untuk pemeriksaan hematologi.

DARAH OXALAT DAN EDTA UNTUK PEMERIKSAAN


HEMATOLOGI

Meriuuat darah oxalat


l. Sediakanlah botol atau tabung yang telah berisi campuran oxalat se-
imbang yang kering untuk 2 atau untuk 5 ml darah'
2. Alirkanlah Z (atati5 ml) darah vena ke dalam botol itu dari semprit
tanpa jarum.
3. Tuiuplah botol dan segeralah campur darah dan oxalat dengan mem-
bolak-balikkan botol itu lambatlambat selama 30 detik atau lebih-
4. Ambillah darah untuk pemeriksaan langsung dari botol itu; tutuplah
botolituSegerasetelahmengambildarah.Bilapemeriksaantidak
dapatdilakukan.dengansegera'simpanlahbotolitudalamlemaries;
biarkanmendapatsuhukamarlebihdulusebelumdiperiksa.

Batas waktu pemeriksaan darah oxalat


Darah oxalat dapat dipakai untuk bermacam-macam pemeriksaan'
seperti.penetapan kadar hemoglobin, menghitung
jumlah leukosit'
l0 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

eritrosit, trombosit dan retikulosit, penetapan laju endap darah menurut


Wintrobe, nilai hematokrit, dll. Darah oxalat tidak baik dipakai untuk
membuat sediaan apus; karena menyebabkan perubahan bentuk pada
inti leukosit.
Perieriksaan-pemeriksaan dengan memakai darah oxalat sebaiknya
jangan ditunda-tunda karena adakalanya eritrosit-eritrosit cenderung
menggumpal sehingga menyukarkan hitung eritrosit dan berpengaruh
kepada laju endap darah. Kalau terpaksa ditunda baiklah diperhatikan
waktu yang boleh berlalu untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit dan eritrosit 24
jam; untuk hematokrit, retikulosit dan laju endap darah 3 jam; untuk
troinbosit I jam.

Membuat darah EDTA


1. Sediakanlah botol atau tabung yang telah berisi 2 mg EDTA.
2. Alirkan 2 ml darah vena ke dalam botol tersebut dari semprit tanpa
jarum.
3. Tutuplah botol dan segera mencampur darah dengan antikoagulans
EDTA selama 60 detik atau lebih.
4. Ambillah darah untuk pemeriksaan langsung dari botol tsb; tutuplah
botol segera. Bila pemeriksaan tak dapat dilakukan segera, simpanlah
botol itu dalam lemari es; biarkan mendapat suhu kamar lebih dahulu
sebelum darah tsb. diperiksa.

Batas waktu pemeriksaan darah EDTA


' Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan
hema{ologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leuko-
sit, eritrosit, frombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap
darah menurut Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak dapat dipakai
untuk percobaan hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit.
Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan
segera, hanya kalau perlu boleh disimpan dalam lemari es (4"C). Darah
EDTA yang disimpan pada 4"C selama 24 jam memberikan nilai hema-
tokrit yang lebih tinggi. Untuk membuat sediaan apus darah tepi dapat
dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama2jam. Pada umumnya,
darah EDTA dafat disimpan 24 jam di dalam lemari es tanpa men-
datangkan penyimpangan yang bermakna, kecuali untuk jumlah trom-
bosit dan nilai hematokrit.

Penting:Sebelum mengambil darah yang bercampur antikoagulans dari


PENUNTUN LABORATORIUIV{ KLINIK ll
botol, haruslah isinya dicampur baik-baik dulu.

KESALAHAN.KESALAHAN LAZIM DALAM CARA


MEMPEBOLEH DARAH

Susunan daiah yang diambil untuk pemeriksaan mungkin berubah


oleh salah tindakan waktu mengambil darah itu. Jagalah terhadap ke-
salahan-kesalahan seperti disebut di bawah ini.

Darah trapiier
l. Mengambil darah dari iempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb.), kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam; darah harus diperas-peras keluar.
3. Kulit yang ditusuk masih basah alkohol. Bukan saja darah itu di-
encerkan saja, tetapi darah juga akan melebar di atas kulit sehingga
sukar diisap ke dalam pipet.
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5. Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

Darah vena
1. Menggunakan semprit dan jarum yang basah.
2. Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras;
akibatnya ialah hemokonsentrasi.
3. Terjadinya bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja.
4. Terjadinya bekuan dalam botol karena tidak dicampur semestinya
dengan oxalat kering atau antikoagulans lain.

PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-


macam cara. Yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara-
cara fotoelektrik dan kdlorimetrik visual.

A. Cara fotoelektrik: sianmethemoglobin.


Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemiglobin-
sianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium-
sianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau
filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah
hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemo-
t2 PENUNTUN LABORATORIUM KLINiK

globin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah


dan karena itu tidak ikut diukur.

Cara
L Ke dblam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.
2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 ul darah (kapiler, EDTA atau
oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasuk-
kan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya beberapa kali.
3. Carppurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali' Tin-
dakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin men-
jadi sianmethemoglobin.
4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai
blanko digunakan larutan Drabkin.
5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya de-
ngan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve
tera.

Cara pembuatan kurve tera


l. Perhitungkanlah lebih dahulu kadar hemoglobin darah dalam larut-
an-larutan standard yang akan digunakan. Oleh karena larutan stan-
dard dibuat dari 20 ul darah ditambah 5,0 ml larutan Drabkin, maka
itu berarti darah diencerkan 251 kali; kadar yang tertulis pada ampul
dikali 251 = kadar hemoglobin darah dalam larutan standard'
2. Buatlah paling sedikit tiga macam larutan yang mempunyai kadar
hemoglobin berlain-lainan dengan cara mengencerkan larutan-larut-
' an standard dengan larutan Drabkin, misalnya sekitar 5, 10, l5 dan
20 g/dl. Membuat larutan dengan kadar hemoglobin terlalu tinggi
tidak ada manfaatnya; usahakanlah membuat larutanlarutan yang
mempunyai kadar hemoglobin di sekitar nilai-nilai yang dapat di-
temukan dalam klinik.
3. Absorbansi larutan-larutan itu diukur pada gelombang 540 nm; se-
bagai blanko digunakan larutan Drabkin.
4. Pada kertas grafik biasa gambarkanlah titik-titik yang diperoleh dari
nilai kadar hemoglobin dan nilai absorbansi larutan-larutan itu;
kadar hemoglobin pada ordinat dan absorbansi pada absisnya' Titik-
titik akan membentuk garis lurus. Untuk membuat kurve ini gam-
barkanlah sebuah titik yang diperoleh dari nilai rata-rata kadar
hemoglobin dan nilai rata-rata absorbansi ketiga larutan itu dan
tariklah garis lurus-melalui titik ini dan titik nol; ke-empat titik tera
harus terletak Pada garis ini.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 13

' 5. Hitunglah faktor kurve tera ini dengan cara membagi nilai rata-rata
absorbansi dengan nilai rata-rata kadar hemoglobin ke-empat larutan
itu.

Catatan -
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjur-
kan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard
sianmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat
dibeli. KqJelitian cara ini dapat mencapai + 2o/0.
Larutan Drabkin: natriumbikarbonat I g; kaliumsianida 50 mg;
kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya di-
tambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya per-
ubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam
waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah
tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi ia tidak di-
anggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah sianida itu
sangat kecil.
Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan
dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemo-
globin yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini
dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya glo-
bulin abirormal seperti pada macroglobulinemia.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakbi ca-
ra sianmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut sa-
tu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesu-
dati angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat di-
capai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan
digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa makna.
B. Cara Sahli
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam
alat itu.
Cara
l. Masukkan kira-kira 5 tetes HCI 0, I n ke dalam tabung pengencer
hemometer.
2. Isaplah darah (kapiler, FDTA atau oxalat) dengan pipet hemoglobin
sampai garis tanda 20 ul.
3. Hapuslah darah yang rir'etetat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam
14 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

dasar tabung pengencer yang berisi HCI itu. Hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCI yang jernih itu ke
dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih
tingg-al dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna
campuran menjadi coklat tua.
1 Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang
standard harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan
HCI dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya
tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.

Catatan
Cara Sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metodik berdasar-
kan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin
asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat
distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam
hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemo-
globin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Ketelitian yang biasanya dicapai oleh + l09o Kadar hemoglobin
yang ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain
hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat Yzg/dl, sehingga lapor-
an menjadi ump, ll, ll/2, 12, l2vz, 13 g/dl. Janganlah melaporkan
hdsil dengan memakai angka desimal seperti 8,8, 14,0, 15,5 g/dl dsb;
ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak mem-
bolehkan laporan seperti itu.
Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam me-
nurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-ba-
gian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak dapat
saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter; warna stan-
dard berlainan intensitasnya; dll.
Karena itu penting sekali untuk menggunakan bagian-bagian alat
yang sesuai pabriknya; kelalaian dalam hal ini mengakibatkan salah pe-
netapan yang mungkin jauh melebihi + 1090. Perhatikanlah selalu pe-
tunjuk-petunjuk yang menyertai alat Sahli dari sesuatu pabrik; mungkin
peraturanny a agak berlainan.
Selain cara Sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri
dengan hematin asam; di Indonesia cara Sahli masih banyak dipakai di
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 15

laboratoriumlaboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolo-


rimeter.

Kesalahaf-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli.


l. Tidak tepat mengambil 20 ul darah.
2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCI karena
tidak dibilas.
3. Tidaklaik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu meng-
encerkan.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk meng-
adakan pembandingan warna.
5. Kehilangan cairan dari tabung kareha untuk mencampur isinya, ta-
bung itu dibolakbalikkan dengan menutupnya memakai ujung jari.
6. Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca.
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukkan alat yang
dipakai.
MENGHITUNG SEL.SEL DARAH
Ketiga jenis sel darah, leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung
jumlahnya per satuan voluma darah dengan terlebih dulu membuat
pengenceran dari darah yang diperiksa. Pada laboratorium besar yang
beban kerjanya besar pula, upaya itu biasanya dilakukan dengan meng-
gunakan alat penghitung elektronik. Pada dasarnya alat semacam itu
yan'! lazimnya dipakai bersama alat pengencer otomatik memberi hasil
yang sangat teliti dan tepat. Sering alat penghitung elektronik dikaitkan
dengan komputer kecil yang dapat memberi data mengenai voluma
eritrosit rata-rata dan nilai hemoglobin rata-rata. Harga alat penghitung
elektronik mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang
sangat cermat. Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat
itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Metoda
elektronik itu tidak dijelaskan lebih lanjut.
Cara-caramenghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet
dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium
klinik.
MENGHITUNG LEUKOSIT
Darah diencerkan'dal'am pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam voluma tertentu;
dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat
16 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

diperhitungkan.
Larutan pengencer ialah larutan Turk yang mempunyai susunan
sbb.: lar. gentianviolet l9o dalam air I ml, asam asetat glasial I ml; aqua
dest ad tOO ml. Saringlah sebelum dipakai.
Cara
A. Mengisi pipet leukosit
l. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) sampai kepada garis-tan-
da 0,5 tepat.
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah
pada garis-tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan
lar. Turk diisap perlahanJahan sampai garis-tanda ll. Hati-hatilah
jangan sampai terjadi gelembung hawa.
4. Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu
lepaskan karet pengisap.
5. Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan di-
hitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.
B. Mengisi kamar hitung
1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih benar dengan kaca penutup-
nyaterpasang mendatar di atas meja.
) Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus; jagalah
jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu di waktu
mengocok.
3.*Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3
atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30
derajat pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir
kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan
dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit-
leukosit dapat mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera, simpan-
lah kamar hitung itu dalam sebuah cawan petri tertutup yang berisi
segumpal kapas basah.

C. Menghitung jumlah sel


l. Pakailah lensa'objektif kecil; yaitu dengan pembesaran l0 x. Turun-
kan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus
datar sikapnya.
2. Kamar hitung dengan-bidang bergarisnya diletakkan di bawah objek-
tif dan fokus mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi itu. De-
ngan sendirinya leukosit-leukosit jelas terlihat.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t7

3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat "bidang be-


sar" pada sudut-sudut "seluruh permukaan yang dibagi"'
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemu-
dian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri; lalu turun lagi ke
bawdtr dan dimulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilaku-
kan pada keempat "bidang besar".
b. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas
sesuatu bidang. Sel-sel yang menyinggung garis-batas sebelah kiri
atau.garis-atas haruslah dihitung. Sebaliknya sel-sel yang me-
nyinggung garis-batas sebelah kanan atau bawah tidak boleh dihi-
tung.
D. Perhitungan
Pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20 kali' Jumlah semua
sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jum-
lah leukosit dalam 0,I ul.
Kalikan angka itu dengan l0 (untuk tinggi) dan 20 (untuk peng-
enceran) untuk mendapat jumlah leukosit dalam I ul darah. Singkat:
jumlah sel yang dihitung kali 50 : jumlah leukosit per ul darah.

Catatan
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung leukosit
ialah 20 kali; tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leuko-
penia) pegenceran itu dapat diubah sesuai dengan keadaan itu; peng-
enceran dijadikan lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada
leukopenia.
, Jalalah dalam segala tindakan agar pengenceran yang telah dicapai
dalam pipet itu tidak terganggu; itu menimbulkan kesalahan.
Dalam darah oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan
leukosit-leukosit akan bergumpal; peristiwa itu sangat mengurangi ke-
telitian kerja.
Jika darah tepi mengandung banyak sel darah merah berinti, maka
sel-sel itu akan ikut diperhitungkan seperti leukosit. Koreksi dapat di-
adakan dengan memeriksa sediaan apus yang dipakai untuk hitung jenis
leukosit; persentasi sel darah merah berinti dicatat. Misalnya didapat
l0 000 leukosit,'ul darah dan dari hitung jenis ternyata bahwa di sam-
ping tiap 100 leukosit ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah
leukosit yang sebenarnya ialah
25 :
l0 000 - ('100+25 x l0 000 ) 8 000 per ul darah'
l8 HEMATOLOGI

Dengan memakai alat-alat baik dan dengan tehnik sempurna, ke-


telitian tindakan menghitung leukosit ialah kira-kira + 1090.

Kesalahan-kesalahan pada tindakan menghitung leukosit


l. Jum1ah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat jika:
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada kebekuan darah.
b. Tidak mencapai garis-tanda 0,5.
c. Membaca dengan paralaks.
d. Memakai pipet basah.
e. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena me-
liwati garis-tanda 0,5.
2. Pengenceran dalam pipet salahjika:
a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke dalam
botol berisi larutan Tiirk.
b. Tidak mengisap cairan Ttirk tepat sampai garis I l.
c. Terjadi gelembung udara di dalam pipet pada waktu mengisap
larutan Turk.
d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada
waktu mencabut karet pengisap dari pipet.
3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk.
4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar
hitung.
6. Yang bertalian dengan kamar hitung dan tehnik menghitung:
a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor.
" b. Ada gelombang udara termasuk bersama dengan cairan.
c. Letaknya kaca penutup salah.
d. Meja mikroskop tidak rata air.
e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis-garis batas.
f. Kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop.
MENGHITUNG SEL EOSINOFIL

Adakalanya diperlukan hanya jumlah sel eosinofil saja yang ter-


dapat dalam I ul darah. Cairan pengencer untuk tujuan itu ialah yang
mengandung eosin yang memberi warna merah kepada granula eosino-
fil. Salah satu cairan pengencer ialah yang mempunyai susunan sbb.:
larutan eosin 290 5 ml;_aceton 5 ml dan aqua dest ad 100 ml. Larutan
ini harus disimpan dalam lemari es, hanya tahan satu minggn dan harus
disaring sebelum memakainya.
HEMATOLOGI 19

Cara

A. Mengisi pipet leukosit


Sama seperti tindakan-tindakan pada menghitung leukosit, tetapi di
sini darah diisap sampai garis-tanda I dan sebagai cairan pengencer di-
pakai larutan khusus tadi yang diisi sampai garis I l.

B. Mengisi kamar hitung


Sama'Juga seperti diterangkan pada hitung leukosit, tetapi setelah
kamar hitung diisi dibiarkan selama l5 menit dalam cawan petri tertutup
yang berisi juga sepotong kertas saring basah.

C. Menghitung jumlah sel


Berlainan dari yang diterangkan pada hitung leukosit, jumlah sel
eosinofil yang dapat dikenal dari granulanya yang berwarna merah, di-
hitung dalam "seluruh bidang yang dibagi" yaitu dalam 9 mm2 (luas)
dan 0,1 mm (tinggi).

D. Perhitungan
Pengenceran darah adalah l0 kali; sel-sel eosinofil yang dihitung
terdapat dalam ruang sebesar 0,9 mm3. Jumlah sel eosinofil yang di-
hitung dikali l0 x l0 : 9 ialah jumlahnya per ul darah.

Catatan
garena jumlahnya kecil, menghitung sel eosinofil tidak dapat di-
lakukan dengan ketelitian yang sama seperti menghitung leukosit. Ke-
salahan rata-rata dengan cara di atas mendekati + 35 90.
Ketelitian menghitung dapat dipertinggi jika menggunakan kamar
hitung yang lebih besar volumanya, umpamanya yang menurut Fuchs-
Rosenthal yang luasnya l6mm2 dan tingginya 0,2 mm. Jumlah sel
eosinofil per ul darah menja6; n:r-10 (n adalah angka semua sel
J,Z
eosinofil yang terdapat dalam kamar hitung Fuchs-Rosenthal).

MENGIiITUNG ERITROSIT
Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam voluma tertentu;
dengan menggunakan faktqr konversi jumlah eritrosit per ul darah dapat
diperhitungkan.
Sebagai larutan pengencer dipakai larutan Hayem; natriumsulfat
20 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

(berair kristal) 5 g; natriumchlorida I g; merkurichlorida 0,5 g; aqua


dest ad 200 ml. Juga boleh dipakai larutan Gowers: natriumsulfat
12,5 g; asam asetat glasial 33,3 ml; aqua dest ad 200 ml. Saringlah
larutanlarutan sebelum memakainya.

Cara

A. Mengisi pipet eritrosit


Tindakan-tindakan sama seperti cara mengisi pipet leukosit: darah
diisap sampai garis-tanda 0,5 dan larutan pengencer sampai garis-tanda
l0l.
B. Mengisi kamar hitung
Sama seperti diterangkan pada "menghitung leukosit".

C. Menghitung jumlah sel


l. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop
harus dalam sikap rata air.
2. Aturlah fokus terlebih dulu dengan memakai lensa objektif kecil
(10 x), kemudian lensa itu diganti dengan lensa objektif besar (40 x)
sampai garis-garis bagi dalam bidang besar tengah jelas nampak.
3. Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang ter-
susdn dari 16 bidang kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang
besar ditambah yang di tengah-tengah. Cara menghitung sel sama se-
4
perti untuk menghitung jumlah lekosit, yaitu mulai dari kiri ke kanan
kemudian dari kanan ke kiri, dst. Kepastian untuk menghitung atau
tidaknya eritrosit yang menyinggung garis-batas sama juga seperti
untuk leukosit.

D. Perhitungan
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali. Luas tiap bidang
kecil l/400 mm2, tinggi kamar hitung l/10 mm, sedangkan eritrosit di-
hitung d4lam 5 x l6 bidang kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya
l/5 mm2.
Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5 x l0
x 200 : l0 000.

Catatan
Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung jumlah eritrosit ialah
200 x; tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah
PENUNTUN LABORATORIUNI KLINI K 2t

sesuai dengan keadaan itu. Untuk mengecilkan kesalahan tehnik harus-


lah sekurang-kurangnya 400 eritrosit dihitung dalam kamar hitung.
Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih
sukar darigada menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat
bekerja dan yang telah mahir ialah + 1590. Orang ceroboh yang tidak
berpengalaman mungkin membuat kesalahan yang jauh lebih besar dari
itu.

Kesalaharf-kesalahan pada tindakan menghitung eritrosit


Pada umumnya sama seperti telah diterangkan pada tindakan
menghitung leukosit. Satu kesalahan khusus yang sering dibuat ialah
menghitung jumlah eritrosit memakai lensa objektif kecil, yaitu objektif
l0 x, sehingga sangat tidak teliti hasilnya.

MEMBUAT SEDIAAN APUS DARAH

A. Memakai kaca objek


Kaca objek yang akan dipakai harus yang kering, bebas debu dan
bebas lemak. Untuk menggeserkan darah kepada kaca itu pakailah kaca
objek lain yang sisi pendeknya rata sekali.

Cara
l. Sentuhlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis tengah
tidak melebihi 2 mm) dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya,
dan letakkanlah kaca itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah
kanan.
2. Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes
darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah
sampai darah itu mencapai titik kira-kira Vz cm dari sudut kaca peng-
geser.
4. Segeralah geserkan kaca itu ke kiri sambil memegangnya miring
dengan sudut antara 30 dan 45 derajat. Janganlah menekan kaca
penggeser itu ke bawah.
5. Biarkan sediaan itu kering di udara.
6. Tulislah nama penderita dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal.

Catatan
Sediaan apus hendaknya cepat mengering pada kaca; sediaan yang
lambat mengering umpamanya oleh hawa lembab sering mengalami per-
22 HEMATOLOGI

ubahan morfologi eritrosit. Supaya lekas kering, kaca objek boleh di-
kibas-kibaskan di udara; baik juga ditiup angin dari kipas elektrik.
Darah kapiler segar yang sebaiknya dipakai untuk membuat sediaan
apus. Qarah vena yang bercampur heparin atau EDTA boleh dipakai
juga. Janganlah memakai darah oxalat untuk sediaan apus; morfologi
Ieukosit akan sangat berubah.
Sudut miringnya kaca penggeser dengan kaca sediaan dan
kecepatan menggerakkan kaca penggeser berpengaruh terhadap tebalnya
sediaarf yang dibuat: makin kecil sudut makin tipis sediaan dan makin
lambat menggeser makin tipis juga.
Penyebaran leukosit pada sediaan apus yang dibuat secara ini tidak
merata, leukosit kecil-kecil selalu lebih banyak terdapat di tengah-
tengah, sedangkan yang besar-besar lebih banyak di pinggir-pinggir. Se-
makin buruk sediaan semakin kurang baik penyebaran itu.

Ciri-ciri sediaan baik


l. Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya lz
sampai 2A panjangkaca.
2. Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa;
pada bagian itu eritrosit-eritrosit terletak berdekatan tanpa ber-
tumpukan dan tidak menyusun gumpalan atau rouleaux.
3. Pinggir sediaan itu rata dan sediaan tidak boleh berlobang-lobang
atau bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit-leukosit itu tidak
boleh berhimpun pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan.
"
B. Memakai kaca penutup
Kaca penutup yang dipakai harus yang cukup tipis (no. 0) sehingga
dapat diperiksa dengan lensa imersi. Selain itu harus juga kering dan
bersih.

Cara
l. Sediakan 2kaca yang dipegang masing-masing dalam sebelah tangan
pada ujung-ujung berdampingan.
2. Sentuhlah setetes darah kecil (diameter kira-kira I mm) dengan kaca
penutup yang dipegang dalam tangan kanan.
3. Taruhlah segera kaca penutup itu di atas kaca yang dipegang di
tangan kiri, sedemikian sehingga kaca itu membuat bintang bersudut
8. Darah akan melebar oleh daya kapilaritas.
4. Sebentar sebelum darah itu berhenti menyebar, tariklah kedua kaca
23
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

dalam satu dataran sehingga berpisah.


5. Biarkan sediaan kering di udara.

Catatan
cara iniinemberi penyebaran leukosit yang lebih baik dari sediaan
apus seperri dibuat dengan dua kaca objek. untuk memulasnya
juga di-
perlukan kurang banyak bahan. Kelemahan ialah bahwa sediaan se-

macam ini harus direkatkan lagi kepada sebuah kaca objek untuk me-
meriksanya.,

MEMULAS SEDIAAN APUS

Sediaan yang akan dipulas hendaknya yang segar; sediaan yang di-
simpan tanpa difiksasi tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar'
Kebanyakan cara memulas sediaan darah menggunakan prinsip
Romanowski, Yang banyak dipakai ialah pulasan menurut wright, me-
nurut Giemsa dan pulasan aduan May-Gi unwald dan Giemsa'

A. Pulasan Wright
Zat pulas wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau sebagai
cairan siap pakai. Untuk membuat larutan koloid yang siap pakai,
serbuk itu harus dilarutkan ke dalam metilalkohol. Tiap 0,1 g serbuk itu
digerus dalam sebuah mortir dengan metilalkohol yang ditambahkan se-
dikit demi sedikit sampai terpakai 60 ml. Simpanlah larutan itu dalam
botol berwarna yang diisi sampai hampir penuh. Kocoklah isinya tiap
hari. Ijarutan itu liwat l0 hari cukup matang untuk dipakai'
Jauhilah botol larutan wright itu dari uap asam atau basa. Tutup-
lah botol selalu rapat-rapat agil tidak kemasukan hawa lembab'

Cara
l. Letakkan sediaan yang akan dipulas di atas rek tempat memulas
dengan lapisan darahnYa ke atas.
2. Teteskan ke atas sediaan itu 20 tetes larutan wright (untuk sediaan di
atas kaca penurup 5 tetes). Biarkan selama dua menit agar sediaan di-
rekat dalam waktu itu.
3. Teteskan kemudiair sama banyaknya larutan penyanggah pH 6,4 ke
atas sediaan itu dan biarkan selama 5 sampai l2 menit'
4. Siramlah sediaan itu dengan air suling, mula-mula perlahan-lahan
(untuk membuang zal waina yang terapung di atas) kemudian keras-
keras untuk membersihkan sediaan itu dari kotoran'
24 HEMATOLOGI

-5. Taruhlah sediaan itu dalam sikap vertikal agar mengering pada
udara.

Catatan
Karena zat pulas Wright telah mengandung metilalkohol dalam
konsentrasi tinggi, tidak perlulah mengadakan fiksasi tersendiri.
Jagalah jangan sampai zat pulas Wright itu mengering di atas kaca,
zat pulas yang telah mengering sangat sukar dibuang dari perrnukaan
kaca dan sangat mengganggu pemeriksaan.
Larutan penyanggah dengan pH 6,4 dapat dibuat sbb.: kalium-
fosfat primer (KH2PO4.0aq.) 6,63 gi natriumfosfat sekunder
(Na2HPO4.0aq.) 2,56 gi aqua dest ad 1000 ml. Sebagai pengganti pe-
nyanggah itu, dapat juga dipakai air suling biasa yang pHnya diatur
dengan pemberian lar. kaliumkarbonat l9o atau lar. asam hidrochlorida
l9o secara bertetesan terhadap indikator bromthymolblue (larutan da-
lam air 0,04a/o) sampai mencapai warna hijau. Yang terakhir disebut itu
memberikan hasil yang sama bagusnya dan lebih murah.
Waktu 5 sampai l2 menit yang disebut untuk memulas sediaan ialah
yang rata-rata saja. Lamanya waktu itu tergantung dari "batch" zat
pulas larut dan dari tebalnya sediaan. Cara yang sebaik-baiknya ialah
untuk menetapkan masa pulasan tiap kali memakai larutan zat pulas
baru karena mungkin berbeda-beda.
Agar menghemat zat pulas, tidak perlu mewarnakan seluruh
sediaan yang telah dibuat. Dengan memakai pensillilin sebaSan dari
sediaan yang memenuhi persyaratan untuk diperiksa dibatasi dengan
laris-garis tebal; hanya bagian yang dibatasi demikian ditetesi zat pulas
Wright dan kemudian larutan penyanggah.
Apabila zat pulas dibeli dalam keadaan larut, perhatikanlah in-
struksi yang diberikan pada botol itu.
Sediaan darah yang dipulas Wright tidak tahan lama dalam iklim
tropik, akan memucat setelah beberapa tahun. Dengan pulasan aduan
Wright dan Giemsa diperoleh sediaan yang lebih tahan.

B. Pulasan Giemsa
Zat pulas Giemsa biasanya dibeli dalam keadaan larut. Jika hendak
membuatnya s'endiri, pakailah reagensia yang khusus dibuat untuk
hematologi dan bahan-bahan lain yang murni.
Susunan larutan ialah sbb.: azur I!-eosin 3,0 g; azur II 0,8 g; glycerin
250 ml; metilalkohol 250 ml. Sebelum dipakai, larutan pokok ini harus
diencerkan 20 kali dengan penyanggah pH 6,4 (atau dengan aqua dest
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 25

: pH 6,4): I tetes Giemsa pokok untuk tiap I ml penyanggah. Zat pulas


Giemsa yang telah diencerkan tidak tahan lebih lama dari satu hari,
buatlah secukupnya saja agar hemat.
Cara
l. Letakkail sediaan yang akan dipulas di atas rek tempat memulas
dengan lapisan darah ke atas.
2. Teteskanlah sekian banyak metilalkohol ke atas sediaan itu, sehingga
bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 5

menit atau lebih lama.


3. Tuanglah kelebihan metilalkohol dari kaca.
4. Liputilah sediaan itu dengan Giemsa yang telah diencerkan dengan
larutan penyanggah dan biarkan selama 20 menit.
5. Bilaslah dengan air suling.
6. Letakkan sediaan dalam sikap vertikai dan biarkan mengering pada
udara.

Catatan
Lamanya memulas dengan Giemsa ikut ditentukan oleh batch yang
dipakai darf oleh ciri-ciri sediaan; sebaiknya waktu itu diatur sendiri.
Saran menghemat zat pulas seperti ditulis pada pemakaian zat pulas
Wright juga dapat diterapkan untuk Giemsa; ingatlah supaya menggaris-
batasi sediaan sebelum melakukan fiksasi dengan metilalkohol.
Pulasan Giemsa sama baiknya dengan pulasan Wright untuk darah
yang tidak banyak kelainan morfologinya. Perbedaan: dengan pulasan
Giemsa granula basofil tidak nampak karena granula itu akan larut. Se-
lain itar, eritrosit-eritrosit lebih kelabu warnanya.
Sediaan darah yang berisi banyak sel-sel muda dan sediaan sumsum
tulang baiklah dipulas Wright karena struktur plasma dan inti lebih jelas
terlihat.
Di fihak lain, sediaan darah untuk mempelajari parasit-parasit
darah lebih baik dipulas secara Giemsa, sedangkan pH larutan penyang-
gah dipilih 7,0 untuk maksud itu.
Jika menghendaki aduan pulasan Wright dan Giemsa, dengan
maksud supaya kebaikan kedua macam zat warna didapat bersama-
sama dalam satu sediaan, mulailah memulas secara Wright dan sebagai
pengganti buffer dipakai Giemsa yang telah diencerkan, dengan larutan
penyanggah.

C. Pulasan peroxidasa
Adakalanya membedakan jenis leukosit menemui kesukaran, ter-
26 HEMATOLOGI

istimewa jika menghadapi sel muda atau yang abnormal. Dalam ke-
adaan itu boleh dipergunakan kenyataan bahwa granula dalam sel
jajaran granulosit dan monosit mengandung peroxidasa, sedangkan sel
jajaran limfosit tidak. Salah satu cara yang sering dipakai untuk mem-
bedakan sel jajaran granulosit dan monosit dari jajaran limfosit atas
dasar ada atau tidaknya peroxidasa ialah pulaSan menurut Sato dan Se-
kiya. Untuk pulasan itu diperlukan tiga macam larutan, yaitu:
A. Larutan kuprisulfat: CuSO4.5aq 0,5 g; aqua dest ad 100 ml.
B. Lqrutan benzidine: benzidine basa 0,2 g digerus bersama beberapa
tetes air dalam lumpang porselen sampai menjadi halus sekali' Tam-
bahlah kemudian 200 ml aqua dest, mula-mula sedikit demi sedikit.
Larutan ini harus jenuh. Saringlah dan tambahlah 0,25 ml H2O2
390. Simpan dalam botol coklat dalam keadaan gelap; Iarutan ini
tahan sampai 6 bulan.
C. Larutan safranin: safranin I g; aqua dest ad 100 ml.

Cara Sato dan Sekiya


1. Letakkan sediaan yang telah kering dan yang tidak difiksasi di atas
rek.
2. Liputilah sediaan itu dengan lar. kuprisulfat selama V2 - | menit.
3. Tuang larutan itu dari kaca objek; jangan dibilas.
4. Gbrangilah sediaan dengan lar. benzidine selama 2 menit'
5. Bilrslah baik-baik.
6. Urrtuk pulasan-tanding (counterstain) pakailah lar. safranin selama I
menit.
7. Bilaslah baik-baik dan biarkan mengering.

Catatan
Plasma dari sel jajaran granulosit menjadi biru sedangkan granu-
lanya yang berisi peroxidasa, menjadi hijau biru. Tidak semua sel ja-
jaran granulosit kelihatan begitu: mieloblast yang belum mempunyai
peroxidasa tidak akan memperlihatkan granula yang hijau-biru itu.
Monosit juga mempunyai granula yang peroxidasa positif, tetapi granula
itu kecil-kecil. Sel-sel jajaran limfosit yang peroxidasa negatif tidak ada
biru-birunya; sel-sel itu tampak merah. Trombosit tidak kelihatan sama
sekali sedangkan eritrosit hanya di sana-sini nampak berbayang-bayang
tidak jelas.
Benzidine sebagai reagens dalam laboratorium klinik makin lama
makin kurang dipakai karena sifarnya sebagai karsinogen. Pulasan
peroxidasa menurut Elias tidak menggunakan benzidine melainkan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 27

cliloronaftol. Reagensia yang diperlukan untuk pulasan peroxidasa me-


nurut Elias adalah sbb.:
A. Larutan chloronaftol. Larutan l5 mg 4-chloro-l-naftol dalam 2 ml
etanol absolut; simpan pada suhu 4"C. Jika larutan ini berubah
warna menjadi coklat tua, buanglah.
B. Penyanggah Tris. Sebanyak 19,2 ml larutan Tris-(hidroksimetil)
aminometan 0,2 mol/l dicampur dengan 80,8 ml HCI 0,1 mol/1,
kemudian ditambah air sampai 500 ml. pH larutan ini harus menjadi
7,4 - '7,6. _
C. Larutan Fi2O2 segar; sejumlah 0,4 ml H2O230Vo diencerkan men-
jadi 100 ml.
D. Larutan methylgreen l9o dalam aqua dest.
Reagens peroxidasa dibuat dengan mencampur 2 ml dari larutan
chloronaftol dengan 38 ml penyanggah Tris. Campuran ini harus di-
saring sebelum dipakai, kemudian ditambah I ml H2O2 yang sudah di-
encerkan.

Cara Elias
l. Sediaan digenangi reagens peroxidasa selama l0 menit.
2. Bilas dengan air.
3. Pulas-tanding dengan larutan methylgreen selama 2 menit.
4. Bilas dengan air.

Pulasan ini membuat granula yang peroxidasa positif berwarna biru


tua.

D. Pulasan Sudan Black


Zat warna sudan black memberi warna hitam kepada granula dalam
leukosit yang mengandung zat lemak. Antara sudanofilia dan reaksi
peroxidasa positif terdapat korelasi positif.
Untuk pulasan sudan black perlu:
A. Larutan sudan black: 0,5 g sudan black B dicampur dengan 100 ml
etanol absolut. Biarkan larutan ini selama dua hari dengan berkali-
. kali mengocoknya, kemudian disaring.
B. Larutan penyanggah: phenol 16 g; etanol absolut 30 ml;
Na2HPO4.l2aq 0,3.g dan aqua dest 100 ml.
C. Larutan kerja: dibuat segar dari 60 ml larutan sudan black dan 40 ml
dari larutan penyanggah. Saring sebelum memakainya.
28 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

' Cara
1. Sediaan apus direkat memakai uap formaldehida dalam wadah ter-
tutup, umpamanya dalam cawan petri, selama l0 menit.
2. Genangi sediaan dengan larutan kerja selama 30 menit.
3. Bilas sediaan dengan etanol absolut.
4. Bilas dengan air.
5. Jika dikehendaki, sediaan itu boleh kemudian dipulas tanding dengan
larutan safranin 0, I 90.

Hasil pulasan granula yang mengandung lipida menjadi hitam.

E. Pulasan PAS
Pulasan ini sangat berguna untuk mengenali sel-sel dalam jajaran
limfosit yang mengandung glikogen. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi
glikogen oleh asam periodat (periodic acid) menjadi aldehida, kemudian
aldehida bereaksi dengan reagens Schiff dengan menyusun warna merah.
Singkatan PAS umum dipakai sebagai singkatan Periodic Acid-Schiff.
Larutan yang perlu:
A. Larutan asam periodat:HIO4.2aq I g; aqua dest l0(l ml.
B. Reagens Schiff: fuchsin basic I dimasukkan ke dalam 400 ml air
g
mendidih, biarkan mendingin samfai 50oC; saring; tambah I ml
thionylchloride (SOCI); simpan di tempat gelap selama 24 iam;
tambah 2 g carbo adsorbens; kocok; saring. Simpan dalam lemari es
dalam botol yang tua warnanya.
C. Larutan pulasan tanding; hematoxylin 2 g; aquadest 100 ml.

Cara memulas
l. Sediaan apus direkat dengan uap formaldehida dalam cawan petri
tertutup selama l0 menit.
2. Bilas dengan air selama 15 menit.
3. Genangi sediaan dengan larutan asam periodat selama 30 menit.
4. Bilas dengan air, kemudian'bilas dengan aqua dest.
5. Gertangi dengan reagens Schiff selama 30 menit.
6. Bilas dengan air, kemudian bilas lagi dengan aqua dest selama 5
menit.
7. Genangi dengan larutan pirlasan tanding selama l0 menit.

Hasil pulasan: granula dan bagian-bagian dari sel yang berisi gliko-
gen menjadi merah. Pada umumnya sel-sel jajaran limfosit memperlihat-
kan warna merah tegas dan disebut sebagai "PAS-positive".
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 29

Catatan
Sebenarnya bukan glikogen saja yang menjadi merah oreh pulasan pAS,
tetapi juga polisaccharida lain, mucopolisaccharida dan mucoprotein.

F. Pulasarrfosfatasa alkalis, LAP (leukocyte alkatine phosphatase)


Adanya eniim ini dalam granula dan sitoplasma sel-sel jajaran
granulosit dapat dipergunakan untuk membedakannya dari leukosit-
leukosit jajaran lain. Hasil pulasan ini juga dapat memberi petunjuk
dalam merpbed4kan leukositosis oleh leukemia granulositik kronik dari
leukositosis oleh sebab-sebab lain.
Darah untuk membuat sediaan apus sebaiknya darah kapiler, darah
vena dengan antikoagulans heparin atau oxalat seimbang dapat dipakai
juga, asal saja sediaan apus dibuat segera setelah venapungsi. Darah
EDTA tidak boleh dipakai karena EDTA mengganggu pulasan terhadap
fosfatasa alkalis.
Reagens-reagens yang diperlukan untuk pulasan fosfatasa alkalis
menurut Kaplow:
A. Larutan perekat: formalin (larutan formaldehida 4OVo) l0 ml, meta-
nol absolut 90 ml. Simpan dalam lemari es di bagian untuk membuat
es. Sebelum akan memakainya, sejumlah yang diperlukan ditaruh
dalam bagian pendingin supaya suhu larutan itu mencapai suhu se-
kitar 5'"C.
B. Larutan stock propandiol: 2-amino-2-metil-1,3-propandiol 10,5 g,
aqua dest 500 ml. Larutan stock propandiol ini berkadar 0,2 m dan
harus disimpan dalam lemari es.
C. Lhrutan kerja propandiol yang berfungsi sebagai penyanggah: larut-
an stock propandiol 0,2m25 ml; larutan HCI 0, I n 5 ml dan aqua
dest sampai 100 ml. pH larutan ini harus sama dengan 9,75 dan
larutan ini harus disimpan dalam lemari es juga.
D. -
Larutan substrat ber-pH 9,5 9,6: natrium alfa-naftil fosfat 35 mg;
fast blue RR 35 mg; larutan kerja propandiol35 ml; saring. Larutan
ini harus dibuat segar, pemakaiannya tidak boleh ditunda.
E. Larutan hematoxylin menurut Harris. Larutan ini sebaiknya dibeli
dalam keadaan siap pakai karena sukar membuatnya.

Cara
l. Sediaan apus digenangi larutan perekat yang bersuhu sekitar 5oC
selama 30 detik.
2.. Bilas dengan air mengalii'selama 10 detik.
3. Genangi sediaan dengan larutan substrat selama l5 menit.
30 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

4. Bilas dengan air mengalir selama l0 detik.


5. Pulas tanding dengan larutan hematoxylin selama 4 menit'
6. Bilas dengan air mengalir selama l0 detik.
7. Biarlan sediaan mengering udara.

Hasil pulasan: adanya fosfatasa alkalis dalam leukosit ditandai


timbulnya warna coklat dari coklat muda sampai hampir hitam'

Untuk menilai derajat kepositifan (scoring)diperlukan cara khusus,


yakni dengan memberi score kepada tiap leukosit neutrofil dalam sedia-
an yang diperiksa. score itu diberikan dengan angka mulai 0 sampai 4
sbb.:
Leukosit metrofil yang tidak ada warna diberi score 0; ada warna coklat
sangat muda yang merata di dalam plasma, sedangkan jarang-jarang ada
granula berwarna diberi score l;
warna coklat lebih tua yang merata'
sedangkan granula berwarna sedang jumlahnya di-score 2; warna lebih
tegas dan granula banyak diberi score 3; warna tegas dengan granula
yang berdekatan dan warna sangat tua diberi score4'
Pelajarilah 100 leukosit yang termasuk jajaran granulosit, berilah
score kepada masing-masing leukosit dengan memakai cara tersebut di
atas. Kemudian jumlahkan score yang telah diberikan kepada keseratus
leukosit itu. Jikalau jumlah itu lebih banyak dari seratus, dikatakan
aktivitas LAP adalah tinggi, score anlara 20-70 termasuk normal,
sedangkan score kurang dari l5 dibilang rendah.
* Pada umumnya leukositosis oleh infeksi menghasilkan score tinggi,
fada leukemia granulositik kronik score adalah rendah.

Catatan
Pulasan LAP banyak manfaatnya dalam klinik, tetapi teknik pu-
lasan dan memberikan scoring memerlukan pengalaman' Guna memper-
oleh ketiampilan dianjurkan supaya sering mengadakan latihan me-
mulas dan men-score sediaan apus darah normal dan darah seorang wa-
nita dalam kehamilan tua atau yang baru melahirkan. LAP darah wanita
itu harus memberi score tinggi, jika tidak, mungkin teknik memulas
dan/atau teknik scoring tidak memadai'

MEMERIKSA SEDIAAN APUS

Yairg diterangkan di bawah ini berlaku untuk sediaan apus darah


tepi yang dipulas Wright, Giemsa atau pulasan lain yang dipakai secara
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 3I

iutin dalam laboratorium klinik.


Memeriksa sediaan apus dimulai dengan sediaan yang belum di-
pulas. Jika terlihat sediaan itu buruk, janganlah melanjutkan dengan
memulasnya; buatlah yang memenuhi syarat-syarat seperti diterangkan
dulu.
Setelah dipulas, periksalah lebih dulu dengan mikroskop yang me-
makai okuler l0 x dan lensa objektif l0 x pula. Perhatikan pada sediaan
itu: adakah bagian yang baik untuk diperiksa selanjutnya, yaitu bagian
yang cukuplipis dan rata di mana eritrosit-eritros.it cukup berdekatan
tanpa menggumpal. Perhatikan juga mutu pulasan, baik, pucat atau ter-
lalu tua. Lihatlah apa penyebaran leukosit-leukosit memenuhi syarat-
syarat juga. Apabila sediaan yang telah dipulas itu tidak baik, buatlah
yang baru !

Kemudian pemeriksaan diteruskan dengan menggunakan objektif


imersi; yang diperiksa ialah tiga hal: l. keadaan trombosit 2. keadaan
eritrosit 3. keadaan leukosit.

Keadaan trombosit
Sediaan apus baik sekali untuk melakukan pemeriksaan penyaring
terhadap jumlah trombosit. Jika menghitung jumlah trombosit dalam
100 lapangan penglihatan, dalam keadaan normal akan didapat lebih
dari 500 rrOmbosit. Angka 500 bukanlah angka mutlak; okuler mikros-
kop modern sering memperlihatkan lapangan yang luas (wide field
ocular), sehingga dilihat lebih banyak trombosit daripada yang dilihat
dengan okuler biasa. Dalam sediaan apus darah tepi normal yang di-
periksA dengan mikroskop berokuler lapangan luas biasanya didapat an-
tara 500 dan I 500 trombosit dalam 100 lapangan penglihatan. Sebaik-
nya membiasakan diri memperoleh kesan tentang jumlah trombosit yang
memadai dalam lapangan penglihatan mikroskop yang dipakai.
Jika dilihat beberapa trombosit dalam tiap lapangan penglihatan,
sedangkan pada pinggir-pinggir dan ujung-ujung sediaan didapat gum-
palan trombosit-trombosit berkelompok, hal itu menandakan sejumlah
yang cukup.
Dalam praktek tidak perlu selalu menghitung. jumlah trombosit
dalam 100 lapangan penglihatan tersendiri; observasi itu bisa berjalan
bersama-sama denganmenghitung jenis leukosit.
Laporkanlah keadaan trombosit dalam hasil pemeriksaan sediaan
apus; dengan angka per 100 lapangan penglihatan atau dengan keterang-
an singkat mengenai jumlahnya tanpa angka.
Silain memperhatikan jumlahnya, pelajarilah juga morfologi trom-
32 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

bosit untuk melihat apakah ada kelainan.

Keadaan eritrosit
Jugi morfologi eritrosit hendaknya diperhatikan pada pemeriksaan
sediaan apus. Pelajarilah sifat "3 S", yaitu: "size, shape and staining
characterislics" dan laporkanlah pendapat.

Keadaan leukosit
Untuk menghitung jenis leukosit bertindaklah sbb.:
l. Pifihlah sebagian dari sediaan yang patut dipakai, yaitu yang cukup
tipis dengan penygbaran leukosit yang merata.
2. Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah ke
arah pinggir bawah dengan menggunakan mikromanipulator mi-
kroskop.
3. Pada pinggir bawah geserlah lapangan ke kanan agak lebih banyak
dari lebarnya lapangan imersi, kemudian ke arah pinggir atas lagi.
4. Sesampai di pinggir atas geserlah ke kanan lagi dan kemudian ke arah
pinggir bawah.
5. Lakukanlah pekerjaan itu terus-menerus sampai 100 sel leukosit di-
hitung menurut jenisnya.
6. Selain melakukan hitung jenis leukosit, catatlah juga kelainan-kelain-
an morfologi yang terdapat pada leukosit itu.

Catatan
Dalam praktek penilaian keadaan trombosit, eritrosit dan leukosit
dilakukan bersama-sama, yaitu pada waktu mengadakan hitung jenis
hukosit sehingga tidak makan waktu tersendiri.
Penting: morfologi eritrosit hanya boleh dinilai pada sel-sel yang
tidak bersentuhan. Tidak benar juga menilai morfologi eritrosit pada
bagian sediaan yang tipis sekali, eritrosit-eritrosit pada sediaan demikian
kelihatan besar-besar tanpa bagian yang lebih pucat di tengah-tengah.
Beberapa kelainan morfologi eritrosit:
A. Anisositosis; ialah variasi abnormal dalam besarnya eritrosit. Aniso-
sitosis itu mungkin disebabkan oleh adanya eritrosit yang lebih kecil
dari normal (mikrosit); keadaan ini dilihat umpama pada anemia
defisiensi besi. Mungkin pula dasarnya makrositosis yang dijumpai
pada anemia makrositik ump. oleh defisiensi asam folat. Kadang-ka-
dang terdapat mikrositosis dan makrositosis berdampingan.
B. Poikilositosis; ialah variasi abnormal dalam bentuk eritrosit dengan
adanya sel-sel yang' tidak bundar. Poikilositosis tidak jarang me-
nyertai anisositosis; keadaan ini dilihat pada orang dengan hemo-
HEMATOLOCI 33

globin patologik dan beberapa nracam anemia lain.


C. Polikromasi; ialah terdapatnya eritrosit-eritrosit yang berwarna ke-
biru-biruan, yaitu eritrosit polikrom di antara yang merah normal.
Polikromasi menunjuk kepada eritrosit muda.
D. Hipokroiri; bagian yang pucat di tengah-tengah eritrosit meluas. Ke-
lainan morfologi ini sering, meskipun tidak selalu didapat bersamaan
dengan mikrositosis, yaitu mengecilnya diameter eritrosit.
E. Titik basofil; ialah adanya titik-titik biru tersebar dalam eritrosit.
Adanya.titik-titik basofil dan polikromasi menandakan mening-
katnya jumlah retikulosit. Selain keadaan itu, titik basofil dalam
eritrosit juga didapat pada intoksikasi timbal.
F. Sferosit-sferosit dilihat pada beberapa macam anemia hemolitik;
sferosit mempunyai bentuk yang membulat (lebih mendekati bentuk
bola) dan nampak sebagai eritrosit yang hampir sempurna bundar-
nya serta lebih kecil dan lebih padat dari eritrosit normal.
G. Sel sasaran; eritrosit ini sedikit lebih besar dari yang normal dan di
tengah-tengahnya ada "bacak" yang lebih tua warnanya. Variasi
bentuk semacam ini didapat pada anemia Cooley dan pada hemo-
globin patologik C, E, G, dll.

Melaporkan hasil hitung jenis hendaknya mengikuti urutan yang


pasti; muldi dengan sel basofil, kemudian eosinofil, yang netrofil me-
nurut stadiumnya, limfosit dan terakhir monosit. Jika ada jenis leukosit
yang biasanya tidak ada dalam darah, ump. plasmosit sel itu disebut ter-
akhir, sesudah monosit.
Hasil hitung jenis yang dibilang dengan 9o pada orang dewasa
normal memperlihatkan gambaran sbb.: basofil 0 - l9o; eosinofil
| - 3o/o; batang (netrofil) 2 - 60/o; segment (netrofil) 50 - 70Vo;
limfosit 20 - 400/o dan monosit 2 - 80/0.
Kalau ada eritrosit berinti, laporkanlah jumlahnya di samping 100
leukosit yang dihitung; jangan diikutsertakan dalam hitung jenis.
Jika tidak mempunyai mechanical counter untuk melakukan hitung
jenis, gambarlah pada kertas l0 kolom untuk mengelompokkan tiap l0
sel yang dihitung sampai terdapat 100 sel.
Hasil hitung jenis berdasarkan 100 sel sebenarnya hanya bermakna
jika kita menghadapi keadaan normal, yaitu normal jumlah leukosit dan
normal morfologinya. Pada keadaan abnormal, ump. leukositosis harus
dihitung lebih banyak; dasarkan hitung jenis itu atas 200 sel untuk leuko-
sitosis antara l0 000 dan 20 000; 300 sel untuk leukositosis antara 20 000
dan 50 000; dan 400 sel jika jumlah leukosit lebih dari 50 000.
34 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Laporkanlah selalu segala kelainan morfologi yang dilihat, baik


pada trombosit, eritrosit maupun leukosit.

MENGHITUNG RETIKULOSIT

Setelah eritrosit muda kehilangan intinya, sebagian kecil RNA ter-


tinggal dalam eritrosit dan sel ini disebut retikulosit. Adanya RNA ini
hanya dapat dinyatakan dalam ertitrosit yang masih hidup; eritrosit yang
telah,mengering pada kaca obyek atau yang telah mati (karena terlalu
lama) tidak dapat dipulas. Proses pemulasan ini disebut pulasan vital.
Untuk pulasan vital itu dapat digunakan brilliantcresylblue atau
newmethyleneblue dengan susunan sbb. :
A. Brilliantcresylblue sebagai larutan l9o dalam metilalkohol atau
sebagai larutan l9o dalam NaCl 0,8590. Untuk membuat larut-
an dalam NaCl ini dipirlukan pemanasan sedikit.
B. New methyleneblue 0,5 g; NaCI 0,8 g; K-oksalat l,4g; aqua
dest 100 ml. Larutan ini digunakan seperti larutan brilliant-
cresylblue dalam air garam.
Saringlah larutan-larutan tersebut di atas sebelum memakainya. Pulasan
vital ini dapat digunakan untuk membuat sediaan basah atau untuk yang
kering. Sediaan basah sangat tepat dipakai dalam laboratorium rutin
kareha cepat. Jika ingin menyimpan sediaan retikulosit, maka sediaan
keringlah yang harus dibuat.

Cara

A. Sediaan basah
la. Taruhlah satu tetes larutan brilliantcresylblue dalam alkohol di
tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai kering. Kaca
dengan bacak zat warna ini boleh disimpan untuk menjadi per-
sediaan yang dapat dipakai. Kalau akan menggunakan larutan
pewarna dalam air garam, langkah la. diganti dengan:
b. Taruhlah satu tetes larutan zat warna tersebut di atas kaca
obyek dan segeralah lanjutkan dengan langkah 2.
2. Taruhlah setetes kecil darah atas bacak kering (atau ke atas
tetes zat warna) dan segeralah campur darah dan zat wdrna itu
dengan memakai sudut kaca obyek lain.
3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup; lapisan darah
dalam sediaari'basah ini harus tipis benar.
4, Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan pe-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 35

' triyang berisi kertas saring basah jika sekiranya pemeriksaan


selanjutnya terpaksa ditunda (boleh juga pinggir kaca penutup
diberi sedikit vaselin).
5. perikshlah memakai lensa imersi minyak dan tentukan berapa
banyak retikulosit didapat antara I 000 eritrosit.

B. Sediaan kering
l. Masukkanlah 0,5 sampai I ml larutan pewarna (dalam garam)
ke dalam tabung kecil.
2. Ca-f,rpurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan se-
lama 5 menit.
3. Dari campuran itu diambil setetes untuk membuat sediaan apus
seperti biasa yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa' Cam-
puran di atas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan basah:
setetes diletakkan ke atas'kaca obyek dengan ditutup kemudian
oleh kaca penutuP'
4. Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit
yang terlihat Per I 000 eritrosit.

Catatan
Jumlah retikulosit menggambarkan produksi eritrosit di sumsum
tulang. Nilai normal retikulosit adalah 0,5 - 1,590 dari jumlah eritrosit.
cara yang lebih baik menyebut jumlah eritrosit per ul darah. Nilai
normal 25 000 - 75 000 retikulosit per ul darah'
Baik sediaan kering maupun yang basah harus dibuat tipis benar,
karena eritrosit-eritrosit harus nampak terpisah satu dari yang lain'
Untuk memudahkan menghitung retikulosit di antara eritrosit, baiklah
dalam okuler mikroskop dipasang bundaran logam berlubang untuk
memperkecil lapangan penglihatan.
iak perlulih kiranya diterangkan bahwa pemeriksaan harus dilaku-
kan dengan lensa imersi.

MENGHITUNG TROMBOSIT

Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan karena


sukar dibedakan dari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung me-
lekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-
gumpal.
-
cara yang lazim dipakai ialah cara lanlsung dan cara tak langsung.
jumlah
Pada cara tak-langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan
36 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

eritrosit' sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.


Guna mencegah trombosit-trombosit melekat pada permukaan
asing dianjurkan menggunakan alat-alat gelas yang dilapisi silikon
(siliconized) atau alat-alat plastik. Metode itu, apalagi kalau digabung
denggn mikroskop fase-kontrast, memberi hasil yang sangat tefiti. ve-
tode-metode yang terakhir disebut tidak diuraikan di sini. -

Gara

A. Cara langsung (Rees dan Ecker)


Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker dan jumlah trombosit
dihitung dalam kamar hitung. Larutan Rees Ecker: natriumsitrat 3,8 g;
lar. formaldehida 4090 2 ml; brilliantcresylblue 30 mg; aqua desr ad
100 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai.
l. Isaplah cairan Rees Ecker ke dalam pipet eritrosit sampai garis-tanda
"1" dan buanglah lagi cairan itu.
2. Isaplah darah sampai garis tanda "0,5" dan cairan Rees Ecker
sampai "101". Segeralah kocok selama 3 menit.
3. Teruskanlah tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit
dalam kamar hitung.
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam
cawan petri yang tertutup selama 10 menit agar trombosit meng-
endap.
5. Hitunglah se^mua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-te-
ngah (l --2; *.*akai lensa-lensa objektif besar.
.6. Jumlah itu dikali 2 000 menghasilkan jumlah trombosit per ul darah.
B. Cara tak-langsung (Fonio)
l Bersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan mengering lagi.
2. Taruhlah di atas ujung jari itu setetes besar larutan magnesiumsulfat
14V0.
3. Tusuklah ujung jari dengan lanset melalui tetes magnesiumsulfat itu.
4. Setelah jumlah darah keluar menjadi kira-kira l/4 dari jumlah
magnesiumsulfat campurlah darah dan magnesiumsulfat itu.
5. Buatlah sediaan apus dan pulaslah Wright atau Giemsa.
6. Hitunglah jlmlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1000
eritrosit.
7. Lakukanlah tindakan menghitung jumlah eritrosit per ul darah.
8. Perhitungkanlah jumlah trombosit per ul darah atas dasar kedua
angka itu.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 37

Catatan

Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh


cara menghitungnya. Sering dipastikan nilai normal itu antara 200 000
dan 500 O@per ul darah.
Karena sukdrnya dihitung, penilaian semikuantitatif tentang jumlah
trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar arJinya sebagai peme-
riksaan penyaring.
Sediaan basah untuk menghitung retikulosit juga dapat dipakai se-
cara tak la-igsung untuk menghitung trombosit; 'ediaan basah itu harus
sangat tipis dibuat sehingga eritrosit-eritrosit terprsah letaknya.
Larutan menurut Dameshek dapat dipakai sebagai pengganti larut-
an magnesiumsulfat l4Vo dalam cara taklangsung: sacharosa 8 g;
natriumsitrat 0,04 g; aqua dest 100 ml; kemudian ditambah brilliant-
cresyblue I50 mg dan 3 tetes larutan formaldehida 100/0.
Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan elec-
tronic particle counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan pe-
tugas laboratorium jika harus banyak melakukan pemeriksaan meng-
hitung trombosit. Akan tetapi cara ini masih dilekati macam-macam ke-
lemahan; jika hendak memakainya perlu mengadakan kontrol dengan
ketat.

LAJU ENDAP DARAH

Untuk penetapan laju eritrosit-eritrosit mengendap diperlukan


darah yang tidak dapat membeku. Biasanya digunakan semacam anti-
koagulans untuk maksud itu.

Czra

A. Menurut Wintrobe
l. Perolehlah darah oxalat atau darah EDTA.
2. Dengan memakai pipet Wintrobe, masukkanlah darah itu ke dalam
tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm. Jagalah jangan sampai
terjadi gelembung.hawa atau busa.
3. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus pada satu tem-
pat yang tak banyak angin selama 60 menit.
4. Bacalah tingginya lapisan.plasma dengah millimeter dan laporkanlah
angka itu sebagai laju endap darah.
38 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

B. Menurut Westergren
l. Isaplah dalam semprit steril 0,4 ml larutan natriumsitrat 3'890 yang
steril juga.
2. Lakukanlah pungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml darah
sehifrgga mendapatkan 2,0 ml campuran.
3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-
baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergren sampai garis bertanda
0 r4m, kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak
Westergren selama 60 menit.
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah
angka itu sebagai laju endap darah.

Catatan
Indahkanlah segala petunjuk yang telah diberikan pada waktu me-
lakukan pungsi vena; stasis dalam vena menyebabkan darah mengental
dan berakibat kesalahan.
Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung laju endap darah
dalam sikap tegak lurus benar, selisih kecil dari garis vertikal sudah
dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah.
Nilai normal untuk pria dan wanita berbeda; menurut cara Win-
trobe: pria kurang dari l0 mm/l jam, wanita kurang dari 20 mm,/1 jam,
menurut cara Westergren: pria kurang dari 10 mm,/1 jam, wanita kurang
dari 15 mm/l jam.
Oleh karena laju endap darah dipengaruhi oleh jumlah eritrosit'
ftraka ada yang menghendaki supaya nilai laju endap darah cara Win-
trobe dikoreksi terhadap nilai hematokrit. Koreksi semacam itu me-
merlukan grafik khusus.
Hasil pemeriksaan laju endap darah mFmakai cara Westergren dan
cara Wintrobe tidak seberapa selisihnya jika laju endap darah itu dalam
batas-batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan
mencepatnya laju endap darah. Dengan cara Westergren didapat nilai
yang lebih tinggi; hal itu disebabkan pipet Westergren yang hampir dua
kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan para klinisi
lebih menyukai cara Westergren daripada cara Wintrobe'
Pada upaya mengisap darah dengan mulut ke dalam pipet We-
tergren ada bahaya terjadi infeksi kepada pelaku tindakan; oleh karena
itu sangat dianjurkan memakai pipet.Westergren yang dapat diisi tanpa
mengisap pipet berisi darah dengan mulut '
PENUNTUN LABORA'IORIUM KLINIK 39

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Nilai hematokrit ialah voluma semua eritrosit dalam 100 ml darah


dan disebut dengan Vo dari voluma darah itu. Biasanya nilai itu ditentu-
kan dengan damh vena atau darah kapiler.

Cara

A. Makromei-gde menurut Wintrobe


l. lsilah tabung Wintrobe dengan darah oxalar, heparin atau EDTA
sampai garis tanda 100 di atas.
2. Masukkanlah tabung itu ke dalam sentrifuge yang cukup besar,
pusinglah selama 30 menit pada kecepatan 3 000 rpm.
3. Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan:
a. Warna plasma di atas: warna kuning itu dapat-dibandingkan
dengan larutan kaliumbichromat dan intensitasnya disebut dengan
satuan. Satu satuan sesuai dengan warna kaliumbichromat
I : l0 000.
b. Tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari
leukosit dan rrombosit (buffy coat).
c. Voluma.sel-sel darah merah.

B. Mikrometode
l. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat unruk penerapan
mikrohematokrit dengan darah.
2. Tutup{ah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup
khusus.
3. Masukkanlah tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang
mencapai kecepatan besar, yaitu lebih dari 16 000 rpm (sentrifuge
mikrohematokrit).
4. Pusinglahselama3 - 5menit.
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alar
khusus.

Catatan
Padatnya kolom eritrosit yang didapat dengan memqsing darah di-
tentukan oleh faktor: radius sentrifuge, kecepatan sentrifuge dan lama-
nya pemusingan. Dalam sentrifuge yang cukup besar, dengan memakai
makrometode dicapai kekuatan'pelantingan (relative centifugal force)
sebesar 2 260 g. Untuk memadatkan sel-sel merah dengan memakai
40 HEMATOLOGI

sentrifuge itu diperlukan rata-rata 30 menit.


Sentrifuge mikrohematokrit mencapai kecepatan yang jauh lebih
tinggi, maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek'
Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk mikrohematokrit
panjaffgnya 75 mm dan diameter dalamnya 1,2 sampai 1,5 mm' Ada ta-
tun! vung telah dilapisi heparin, tabung itu dapat dipakai untuk darah
kapiler; ada pula tabung kapiler tanpa heparin yang dipergunakan
dengan darah oxalat atau darah EDTA dari vena.
Ijilai hematokrit disebut dengan 9o; normal untuk pria 40-48 vol 9o
dan untuk wanita 37-43 vol 90. Penetapan hematokrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rara + 20/o '
Laporkan juga pada makrometode tebalnya buffy coat dengan mil-
limeter; tiap I mm buffy coat secara kasar sesuai dengan l0 000 leukosit
per ul darah. Pada mikrometode buffy coat sukar dilihat, sedangkan
intensitas warna kuning plasma juga kurang nyata.
Lama-kelamaan penetapan nilai hematokrit dengan mikrometode
menggeserkan makrometode karena hasilnya dapat diperoleh dalam
waktu singkat. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentu-
kan keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat'

INDEX IKTERUS

Index ikterus merupakan satu cara sederhana untuk menilai warna


kuning plasma dan berguna sebagai pemeriksaan penyaring terhadap
dan beratnYa ikterus.
"adanya
Cara
Penetapan secara sederhana dilakukan pada waktu membaca
nilai
hematokrit. Warna plasma dibandingkan dengan larutan-larutan
kaliumbichromat dalam tabung-tabung tertutup berdiameter 2,5 mm
dan yang konsentrasinya berangsur-angsur naik'
Penetapan yang lebih teliti dapat dilakukan dengan membanding-
kan warna itu memakai kolorimeter fotoelektrik'

Catatan
Dalamkeadaannormalnilaiindeksikterusantara4_7satuan.(l
satuan sesuai dengan warna larutan kaliumbichromat I : l0
000).
sedikit saja, sudah dapat mengganggu peme-
Adanya hemolisis biarpun
riksaan ini.
Warna kuning itu dianggap menjadi ukuran kasar untuk kadar
bili-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 4l
rubin; meskipun di samping bilirubin ada pula zat-zar kuning lain yang
ikut menentukan warna seperti karoten, obat-obatan berwarna kuning,
dll.
Pada bayi yang baru lahir sampai berumur beberapa hari, warna
kuning pla'sma menjadi ukuran murni untuk kadar bilirubin bebas dalam
darah. Kadar itu penting untuk diketahui karena ikut menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan pada seorang bayi yang kelihatan
kuning.

NILAI ERITROSIT RATA.RATA

Mean corpuscular values atau nilai eritrosit rata-ratamemberi ke-


terangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya
hemoglobin per eritrosit. Nilai yang banyak dipakai ialah:
l. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata
(VER) yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fem-
toliter.
2. Meon Corpuscular Hemoglobin (MCH) : Hemoglobin Eritrosit
rala-rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut
dengan pikogram,
3. Meun Corpusculor Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsen-
trasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemo-
globin yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan persen (go).
Meskipun nilai KHER biasanya disebut dengan go, satuan yang lebih
tepat adalah "gram hemoglobin per dl eritrosit."

Czra
Nilai eritrosit rata-rata itu diperhitungkan dari hasil penetapan
a. jumlah eritrosit b. kadar hemoglobin dan c. nilai hematokrit dengan
menggunakan rumus-rumus di bawah ini. Dalam rumus itu:
Ht = nilai hematokrit disebut dengan 90.
Hb : nilai hemoglobin disebut dengan gram per dl.
B - jumlah eritrosit disebut dengan juta per mikroliter.
VER : l0x Ht : E femtoliter (fl)
HER : l0x Hb : Epikogram (pg)
KHER - 100 x Hb : Ht persent (Eo).

Catatan
Agar supaya index-index tersebut dapat dipakai dalam klinik,
haruslah semua macam penetapan dilaksanakan dengan sangat teliti dan
HEMATOLOGI
42

tepat. Penetapan kadar hemoglobin hendaknya dilakukan secara foto-


elektrik (cara visual Sahli tidak dapat dipakai!) dan menghitung eritrosit
ke-
harus dilakukan in duplo dengan hasil yang saling sesuai dalam batas
salahan t 590.
Nifai normal untuk VER 82 - 92 femtoliter, untuk HER 27 - 3l
pikogramdanuntukKHER32_379/o,Baiklahselalujugamengontrol
pena-apatitudarisediaanapusdarahyangbaik;sekiranyamorfologi
e.itrosit pada sediaan apus tidak sesuai dengan nilai-nilai eritrosit rata-
rata, perlu mengulangi penetapan VER, HER dan KHER dengan sekali
lagi melakukan pemeriksaan Hb, Ht dan E'
Index-ind.i ini yung menggunakan satuan-satuan mutlak meng-
gantikan index-index yung utang, seperti index warna, index saturasi'
dll.

KETAHANAN OSMOTIK

Ketahanan eritrosit terhadap larutan hipotonik (osmotic fragility of


the erythrocyresl bertalian dengan bentuk eritrosit., Pemeriksaan ini
ber-
makna pada bermacam-macam kelainan seperti pada anemia hemolitik'
Hb abnormal, dll.

Cara'

A. Pemeriksaan PenYaring
Yang diperlukan untuk pemeriksaan ini ialah tiga macam larutan
juga larutan
NaCl, yaitu i"rutun pokok NaCl 1,090 dan di samping itu
kerja NaCl0,859o dan larutan kerja NaCl0,59o' Kedua macam larutan
kerja dibuat dari larutan pokok dengan cara sbb':
Larutan kerja NaCl 0,8590 dibuat darilarutan pokok 8'5 ml di-
tambah aqua dest 1,5 ml' Larutan kerja NaCl 0,590 dibuat dari larutan
pokok 5,0 ml ditambah aqua dest 5,0 ml'
l. Ke dalam sebuah tabung kecil dimasukkan I ml dari larutan kerja
NaCI 0,8590. Ke dalam tabung lain yang serupa dimasukkan I ml
larutan kerja NaCl 0,590.
2. Masukkanlah kemudian 0,1 ml darah ke dalam tabung-tabung itu
dan campurlah baik-baik tanpa mengocoknya'
3. Biarkanlah tabung-tabung itu selama 30 menit atau lebih lama'
4. Bersamaan dengan percobaan itu dilakukan percobaan serupa
kontrol'
dengan darah nornial sebagai
S.,A,paUitatabungberisilarutanNaCl0,5goadahemolisisdanyangber'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 43

' isi larutan NaCl 0,8590 tidak, mungkin ketahanan eritrosit ber-
kurang. Kalau begitu lakukanlah pemeriksaan sebenarnya. Jika
tabung berisi larutan NaCl 0,590 tidak memperlihatkan adanya
hemolisis, ketahanan eritrosit normal dan pemeriksaan selanjutnya
tidak diperlukan.

B. Pemeriksaan sebenarnya, cara fotokolorimetrik


Pemeriksaan sebenarnya selalu menghendaki supaya di samping
darah yanediperiksa juga dilakukan pemeriksaan dengan darah normal
sebagai kontrol.
Penilaian hasil dengan menggunakan fotokolorimeter jauh lebih
baik daripada cara visual yang sukar sekali dinilai.
l. Buatlah larutan pokok NaCl 1,0090. Dari larutan NaCl 1,0090 lalu
dibuat konsentrasi-konsentrasi NaCl sbb.: 0,8590 0,75V0 0,65V0
0,6090 0,5590 0,5090 0,45V0 0,40V0 0,3590 0,3090 0,20V0 dan 0,1090.
2. Sediakanlah 13 tabung yang masing-masing diisi dengan larutan-
larutan itu sebanyak 5,0 ml; tabung terakhir diisi dengan 5,0 ml aqua
dest.
3. Masukkanlah ke dalam tiap tabung tepat 20 ul darah dengan me-
makai pipet hemoglobin yang dibilas dengan cairan itu.
4. Campurlah dan biarkan selama 30 menit.
5. Campurlah lagi dan pusinglah selama 5 menit dengan kecepatan
2 000 rpm.
6. Cairan atas diperiksa terhadap kadar hemoglobin dalam fotokolori-
meter; pakailah larutan NaCl 0,8590 sebagai blanko.
7. Br-ratlah kurve yang menghubungi 9o hemolisis dengan konsentrasi
NaCl;tabung no. l3 dianggap mempunyai 10090 hemolisis.

C. Pemeriksaan sebenarnya, cara visual


L Dengan menggunakan larutan pokok NaCl 1,0090, buatlah larutan
pengenceran mulai dari 0,64V0 sampai 0,28V0 yang masing-masing
berbeda-beda 0,04V0 .

2. Masukkanlah 2 ml dari larutan-larutan itu ke dalam 10 buah trbung


kecil.
3. Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung I tetes darah (segar,
EDTA atau heparin) dan campurlah isinya. Kalau dipakai darah
anemik, pakailah 2 tetes.
4. Biarkanlah pada suhu kamar selama dua jam atau lebih supaya
eritrosit mengendap.
5. Periksalah dalam tabung mana terjadi permulaan hemolisis dan da-
HEMATOLOGI

lam tabung mana hemolisis telah sempurna dan catatlah konsentrasi


NaCl yang sesuai.
6. Di samping percobaan itu harus dilakukan pula percobaan serupa
memakai darah normal untuk kontrol.

Catatan
Jika sering melakukan pemeriksaan ketahanan osmotik, buatlah
larutan NaCl 10,090. Pada waktu diperlukan larutan itu diencerkan 10
kali untuk mendapat larutan pokok NaCl 1,0090.
Larutan NaCl 10,090 boleh disimpan pada suhu kamar, konsen-
trasinya tidak akan berubah asal saja botolnya disumbat baik-baik.
Larutan lainlain boleh disimpan dalam lemari es tetapi hanya tahan
beberapa minggu. Semua pengenceran harus dibuat dengan labu volu-
metrik.
Darah EDTA, heparin atau darah "defibrinated" dapat dipakai
juga. Darah kontrol hendaknya diambil pada waktu sama seperti darah
yang diperiksa.
Dari bentuk kurve yang digambar dari hasil pemeriksaan cara foto-
kolorimetrik, dapat diambil kesimpulan mengenai ketahanan osmotik
eritrosit.
Dalam keadaan normal didapat:
97 - 1000/o hemolisis dalam 0,3090 NaCl.
50 - 9090 hemolisis dalam 0,4090 NaCl.
5 - 4590 hemolisis dalam 0,4590 NaCl.
. 090 hemolisis dalam 0,5590 NaCl.
Cara visual yang hanya menguji konsentrasi NaCl saja yang me-
nyebabkan "permulaan hemolisis" dan "hemolisis sempurna" mem-
punyai nilai normal sebagai berikut:
permulaan hemolisis pada konsentrasi NaCl 0,42 + 0,02s/0.
hemolisis sempurna pada konsentrasi NaCl 0,32 + 0,02t/o

SEL LUPUS ERYTHEMATOSUS (SEL LE)

Pada lupus erythematosus disseminata atau systemic lupus erythe-


matosus, SLE .didapat satu faktor (faktor LE) dalam fraksi gamma-
globulin yang berpengaruh terhadap leukosit yang telah rusak. Leukosit
itu berubah menjadi benda homogen dan bulat yang kemudian difa.
gositosis oleh sebuah leukosit normal.
Untuk menyatakan faktor LE itu dikenal peberapa cara; kebanyak-
an daripada cara hematologik menggunakan pembentukan sel LE se-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 45

bagai dasar.

Cara

A. Cara Mf,gath dan Winkle (modifikasi dari Zimmer dan Hargraves)


l. Ambillah darah vena 8 ml dan biarkan darah itu membeku dalam
tabung kering dan bersih.
2. Biarkan selama 2 jam pada suhu kamar atau 30 menit dalam penge-
ram dengan suhu 37oC.
3. Pisahkan bekuan dari serum, kemudian bekuan itu disaring melalui
saringan yang dibuat dari kawat tembaga dengan 30 kawat per inci.
4. Bahan yang melalui saringan itu dimasukkan ke dalam tabung-ta-
bung Wintrobe dan dipusing dengan kecepatan 2 000 rpm selama l0
menit.
5. Buanglah serum di atas, ambillah dengan pipet Wintrobe lapisan sel
paling atas (kebanyakan buffy coat) dan buatlah sediaan apus.
6. Pulaslah secara Wright atau Giemsa dan carilah sel-sel LE

B. Cara Zinkham dan Conley


l. Perolehlah 8 ml darah heparin dan biarkan selama 90 menit pada
suhu kamar.
2. Kocokldh darah itu dalam alar rotator selama 30 menit.
3. Masukkanlah darah itu ke dalam tabung-tabung Wintrobe dan
'
pusinglah selama l0 menit dengan kecepatan 2 000 rpm.
4. Teruskan seperti tertulis di atas (langkah 5 dan 6).

C. Cara Mudrik dengantabung kapiler


l. Masukkanlah darah kapiler ke dalam tabung-tabung yang dilapisi he-
parin seperti dipakai untuk mikrohematokrit.
2. Tutuplah salah satu ujung dan pusinglah selama I menit dalam sentri-
fuge mikrohematokrit.
3. Masukkanlah kawat baja halus ke dalam tabung kapiler itu dan
putar-putarlah kawat itu untuk mencampur buffy coat dengan plas-
ma dan untuk merusak leukositleukosit.
4. Keramlah selama 30 menit pada suhu 37oC atau biarkan selama 2 jam
pada suhu kamar.
5. Pusinglah lagi seperti diterangkan di atas.
6. Patahkan tabung kapiler itu dekat buffy coat dan buatlah sediaan
dari buffy coat itu ke atas:6byek dengan menyentuh permukaan kaca
dengan.ujung tabung itu.
46 HEMATOLOGI

7. Buatlah sediaan apus yang dipulas Wright atau Giemsa'


8. Periksalah terhadap adanya sel LE

Catatan
P€mbentukan sel LE berlaku in vitro saja karena memerlukan
adanya leukosit-leukosit yang rusak. Teknik membuat sediaan sangat
berpengaruh terhadap hasilnYa.
Selain mencari sel LE carilah juga adanya rosette dalam sediaan-
sediaen; rosette itu sering dianggap sel LE yang belum sempurna di-
bentuk.
, Faktor LE juga dapat dicari dengan reaksi-reaksi kimia atau immu-
nologik, tetapi reaksi-reaksi itu tidak bersifat spesifik. Dalam hubungan
ini reaksi-reaksi immunologik lebih dapat dipercayai dari reaksi kimia,
sedangkan adanya sel LE merupakan bukti adanya faktor LE. Perlu di-
ingat bahwa tidak menemukan sel LE bukan berarti tak adanya penyakit
SLE pada orang bersangkutan.

SUMSUM TULANG: PUNGSI' MEMBUAT DAN


MEMULAS SEDIAAN

Untuk mendapat keterangan tentang hematopoesis yang berlang-


sung dalam sumsum tulang, sejumlah kecil sumsum diisap dengan me-
makai jarum yang khusus dibuat untuk maksud itu (iarum sumsum).
Pada orang dewasa pungsi sumsum sering dilakukan pada corpus
sterni setinggi sela iga ketiga. Tempat lain ialah os ileum sedikit di bawah
*crista
iliaca atau salah satu processus spinosus vertebrae lumbalis. Pada
anak kurang dari 2 tahun pungsi dapat dilakukan juga pada ujung
kranial dan sebelah medial os tibia. Menurut keadaan klinik' tempat
lain-lain pun dapat dipakai untuk pungsi.
Bahan yang didapat pada pungsi dapat dipakai untuk bermacam-
macam pemeriksaan: sediaan apus dipulas Wright atau dipulas terhadap
hemosiderin, sediaan penampang, pemeriksaan sel LE, untuk peme-
riksaan bakteriologi, dll.
Di sini hanya diterangkan beberapa pemeriksaan hematologi saja.

A. Pungsi sum'sum tulang tanpa antikoagulans


l. Jika dianggap perlu kepada orang sakit boleh diberikan obat pene-
nang, umpamanya diazePam.
2. Tempat pungsi haius bersih; kalau perlu cucilah dulu dengan air dan
sabun.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 47

3. Desinfeksikanlah tempat itu dengan tct. iodii 590 atau desinfektans


lain dan kemudian dengan alkohol709o. Biarkan kering lagi'
4. Lakukanlah anestesi setempat memakai larutan procain, lidocain
dsb. l9o atau2Vo dengan juga menginfiltrasi periost'
5. Jarum suinsum dengan mandrennya terpasang ditusukkan ke dalam
kulit sampai tertumbuk tulang' Teruskanlah pemasukan jarum itu
dengan mengadakan tekanan sambil menggerakan jarum seperti
membor sampai ujung jarum masuk rongga sumsum.
6. Angkatlah mandren dan pasanglah semprit l0 atau 20 ml.
7. Isaplah sumsum dengan cepat menarik pengisap semprit itu. Kalau
diperoleh aspirat (sumsum bercampur darah sinus) sebanyak 0,3 ml
berhentilah.
8. Cabutlah jarum bersama semprit dan kenakanlah tekanan dengan
gumpalan kasa steril pada luka, tekanlah selama beberapa menit'
9. Tutuplah luka dengan kasa steril dan plester.
B. Pungsi sumsum tulang memakai antikoagulans
Semua tindakan sama seperti tertulis di atas. Perbedaan: semprit
diisi terlebih dulu dengan sejumlah kecil antikoagulans steril dalam
larutan (heparin atau EDTA l09o). Jumlah bahan yang diisap boleh
lebih banyak, yaitu sampai 4 -
5 ml. Campurlah baik-baik dalam sem-
prit setelah. aspirat didapat supaya tidak membeku'
Catatan
Dari jarum sumsum dikenal beberapa bentuk. Yang mana juga dipakai
hendaknya pucuknya pendek, tajam dan lurus' Mandren harus tepat
mengisi lumen jarum itu yang diameternya I - 2 mm.
Segala tindakan pada pungsi harus dilakukan dengan mengingat
syarat-syarat asepsis. Berhati-hatilah melakukan pungsi pada seorang
yang menderita diatesis hemoragik dengan masa perdarahan yang me-
manjang.
Kebanyakan penderita lebih suka diambil sumsum tulangnya dari
crista iliaca atau dari vertebra daripada dari sternum. Pada waktu meng-
isap sumsum penderita berasa nyeri; lebih banyak diisap, lebih nyeri. Di
pihak lain, mengisap lebih banyak sumsum dengan memakai antikoagu-
lans memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk mempelajari aspirat
dengan cara makroskopik; ia dapat menilai banyaknya partikel sumsum
dalam aspirat dibandingkan dengan seluruh volume aspirat; ia dapat
memperhatikan besarnya partikel-partikel dan ia dapat membuat sedia-
an dengan hanya memakai ijartikel saja sehingga tidak terlalu diganggu
oleh adanya unsur-unsur darah tepi.
48 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

C. Membuat sediaan apus sumsum tulang


l. Taruhlah setetes besar ke atas beberapakaca obyek dan miringkanlah
kacajtu sehingga darah mengalir dan potongan sumsum terlihat.
2. Isaplah kelebihan darah memakai sepotong kertas saring atau dengan
pipet pasteur.
3. Buatlah sediaan apus dari potongan sumsum itu dan pulaslah secara
Wright.

Catatan
Jika bahan bercampur antikoagulans, keluarkanlah bahan ke dalam
gelas arloji atau cawan petri; carilah potongan-potongan sumsum dan
buatlah sediaan apus seperti biasa dari potongan-potongan itu. Selain di-
buat sediaan apus, partikel-partikel dalam aspirat ber-antikoagulans
juga dapat dipakai untuk membuat sediaan yang hampir tidak berisi
unsur darah tepi. Dengan memakai ujung jarum terlebih dulu beberapa
partikel dipersatukan, kemudian kumpulan itu digeser-pindahkan tanpa
tekanan di atas kaca objek memakai ujung jarum tadi sehingga pada
akhirhya diperoleh sediaan yang bebas dari eritrosit-eritrosit. Sediaan
yang dibuat dengan cara ini memperlihatkan penyebaran sel-sel sumsum
tulang yang mendekati struktur aslinya.
Apabila hanya sedikit sekali sumsum yang didapat atau sama sekali
tidak kelihatan adanya potongan sumsum, masukkanlah bahan itu ke
dalam tabung-tabung Wintrobe dan pusinglah selama 7 menit pada ke-
cepatan 2 000 rpm. Oleh tindakan itu potongan-potongan sumsum akan
terapung di atas seperti buffy coat dan dapat diambil dengan pipet untuk
membuat sediaan apus. Tindakan memusing bahan aspirasi sumsum
hanya boleh dilakukan sebagai tindakan darurat. proses pemusingan
mungkin sekali mengganggu penyebaran sel-sel berinti dalam bahan itu,
sehingga gambaran sumsum menjadi tidak sesuai dengan keadaan se-
benarnya.

D. Membuat sediaan sumsum untuk penampang


Baiklah selalu memasukkan sebagian dari bahan (memakai atau
tanpa antikoagulans) yang mengandung potongan sumsum ke dalam
larutan formaldehida 40/0. Bahan dalam formalin itu kemudian dipakai
untuk membuat penampang histologik, dipulas hematoxylin-eosin.
Pemeriksaan penampang sumsum tulang sangat bermanfaat untuk me-
ngetahui struktur histologik sumsum tulang; struktur itu tidak mungkin
diketahui dari sediaan apus.
Agar dapat dipelajari struktur sumsum bersama tulang dalam
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 49

hubungan histologiknya, sebaiknya dibuat biopsi dengan trepan. Pe-


nampang yang dibuat secara itu dapat memberi keterangan mengenai
anemia aplastik, fibrosis, sklerosis, dll. Di lain pihak penampang tidak
baik untukmeneliti morfologi sel satu per satu.

E. Memulas sediaan apus dengan Wright


Sediaan apus dipulas menurut Wright seperti sudah diterangkan.
Karena sediaan apus sumsum tidak serata sediaan apus darah dan karena
surnsum itu mengandung lemak juga, maka lamanya pulasan mungkin
lebih panjang dari untuk darah. Tentukanlah waktu pulasan itu ter-
sendiri.

F. Memulas sediaan apus terhadap hemosiderin


Hemosiderin dapat dilihat dalam sediaan apus yang tidak dipulas
seperti benda-benda kuning (mikroskop dengan lensa imersi). Untuk
lebih nyata memperlihatkannya dipakai reaksi dengan kaliumferro-
sianida (prussian blue reaction).
Reagens: kaliumferrosianida 4 g; aqua dest 20 ml; buatlah larutan,
kemudian tambahkan sedikit demi sedikit asam hidrochlorida pekat
sampai terjadi presipitat putih; untuk itu kira-kira 6 ml HCI harus di-
bubuhkan. Saringlah kemudian campuran itu, filtratlah yang dipakai
sebagai reigens. Reagens ini tidak dapat disimpan.
l. Pilihlah sediaan apus yang agak tebal atau yang mempunyai gumpal-
an-gumpalan sumsum.
2. Liputilah sediaan itu dengan reagens dan biarkan selama 30 menit.
3. Cricilah dengan aqua dest selama 3 - 4 menit dan periksalah dengan
memakai lensa imersi. Butir-butir hemosiderin kelihatan seperti
bacak-bacak biru.
4. Jika dikehendaki, sediaan itu boleh dipulas ulang dengan Wright atau
boleh juga dilakukan pulasan tanling dengan safranin selama dua
menit.

SUMSUM TULANG: MEMERIKSA DAN MELAPORKAN

Periksalah selalu sediaan apus dengan memakai lensa obyektif 10x


dulu untuk menguji iulasan, untuk memilih bagian yang akan diperiksa
Iebih lanjut dan untuk mendapat kesan tentang kepadatan sel dan
jumlah megakariosit.
Bagian dari sediaan apus yang dipilih untuk pemeriksaan lebih lan-
jut dipelajari memakai lensa imersi. Jika akan membuat hitung jenis sel
50 HEMATOLOGI

berinti, dasarkanlah hitungan itu atas minimal I 000 sel. Perhatikanlah


morfologi semua sel yang dilihat dan catatlah adanya kelainan, seperti:
tanda-ta4da degenerasi (vakuolisasi, granulasi toxik, inti piknotik, dll.),
peristiwa fagositisis, asinchronismus antara pematangan inti dan plas-
ma, hSersegmentasi, banyak mitosis, dll.
Jika pemeriksaan sumsum tidak didasarkan kepada hitung jenis, la-
kukanlah setiap langkah pemeriksaan secara teratur. Mulailah dengan
memperhatikan kepadatan sel, banyaknya lemak, banyaknya mega-
kariosit dan adanya sel-sel besar abnormal (sel tumor) dengan objektif
kecil. Pada waktu itu juga sudah akan didapat kesan mengenai perban-
dingan jumlah sel jajaran granulosit dan jajaran eritrosit.
Dengan lensa imersi terpasang perhatikan dulu dalam banyak la-
pangan penglihatan sel-sel jajaran granulosit: morfologinya dan pem-
bagian sel-sel itu menurut stadium pematangannya. Berlanjutlah seperti
itu terhadap jajaran eritrosit dan jajaran lain-lain yang terdapat dalam
sumsum: megakariosit, limfosit, monosit, plasmosit, dll. Pelajarilah
sementara itu juga sel-sel sumsum yang non-hematopoetik, yaitu his-
tiosit, osteoblast, osteoklast, liposit, sel eosinofil jaringan, sel retikulum,
dll. Bandingkanlah kemudian jumlah sel dalam satu jajaran dengan
jumlah sel jajaran lain.
Buatlah catatan mengenai segala yang diperhatikan dan mengenai
kelairian-kelainan yang dilihat.
Laporan pemeriksaan sumsum tulang dimulai dengan laporan me-
ngenal pungsi: tempatnya, tebalnya dan kerasnya tulang dan apakah
sumsum mudah dapat diisap. Kemudian disebut kepadatan sel, jumlah
lbmak dan banyaknya megakariosit yang dilihat. Berilah keterangan me-
ngenai tiap jajaran sel yang dipelajari: distribuli stadia pematangan, ke-
lainan morfologi dan sebutlah perbandingan banyaknya sel antara satu
jajaran dengan yang lain, khususnya granulosit ("myeloid") dan eritro-
sit yang sering disebut "M : E ratio".
Buatlah ikhtisar semua kelainan dan berilah tafsiran hasil peme-
riksaan dengan ikut mempertimbangkan data-data klinik dan pendapat-
pendapat dari pemeriksaan darah tepi.
Penampang histologik yang dipulas HE sangat berguna untuk
menguji kepadatan sel, banyaknya lemak dan megakariosit dan memberi
M : E ratio.
kesan pula meng'enai
Laporan pemeriksaan sediaan yang dipulas terhadap hemosiderin
menyebut apakah jurnlahnya sangat sedikit, normal atau lebih banyak
dari normal.
HEMATOLOGI 5l

'Catatan
Hasil hitung jenis pada orang dewasa normal sangat berbeda-beda
menurut penyelidik; yang dikemukakan di sini sebagai contoh ialah
angka-angka menurut Wintrobe.

Myeloblast 0,3 5,0


Promyelocytes 1,0 8,0
Myelocytes, neutrophilic 5, - - 19,0
eosiniphilic 0,5 3,0
basophilic 0,0 0,5
Metamyelocytes 13,0 - 32,0
Polymorphonuclears, neutrophils 7,0 - 30,0
eosinophils 0,5 4,0
basophils 0,0 0,J
Lymphocytes 3,0 - 17,0
Plasmacells 0,0 2,0
Monocytes 0,5 5,0
Reticulumcells 0,1 2,0
Megakaryocytes 0,03 - 3,0
Pronormoblasts 1,0 8,0
Normoblasts (basophilic, 7,0 - 32,0
polychromatophilic and acidophilic)

Penyelidik-penyelidik yang telah banyak mempelajari gambaran


sumsum tulang biasanya lebih suka memberikan hasil pemeriksaannya
dengan cara global, tanpa membuat hitung jenis sebenarnya. Cara ini
lebih mudah dapat dipahami oleh dokter klinik daripada mengajikan se-
deretan angka berlandaskan hitung jenis. Sudah tentu pelapor hasil
pemeriksaan sumsum tulang harus seorang yang sudah mahir menafsir-
kan gambaran sumsum tulang.
Pemeriksaan sumsum tulang kadang-kadang dapat membuat diag-
nosis, sering membantu diagnosis yang telah dibuat atas dasar peme-
riksaan badan dan darah; tetapi adakalanya juga tidak dapat me-
nyumbangkan apa-apa tentang keadaan pasien.
Beberapa macam gambaran khusus didapat umpamanya pada
leukemia, mieloma multipel, bentuk megakariositik dari trombosito-
penia, krisis anemidhemolitik, anemia defisiensi besi, anemia makrositik
dll.
52 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

PERCOBAAN.PERCOBAAN PADA KELAINAN


HEMORAGIK

Pada diatesis hemoragik dan pada keadaan patologik yang mungkin


mendatangkan kelainan hemoragik dilakukan beberapa macam percoba-
an dasar dengan maksud untuk mengetahui letak defekt hemostasis. Se-
telah percobaan dasar, dapat dilakukan test-test yang lebih khusus men-
cari sesuatu kelainan tertentu.
Testtest khusus tidak akan dikemukakan di sini.

MASA PERDARAHAN

Percobaan ini terutama menilai faktor-faktor hemostasis yang


letaknya extravaskuler, tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trom-
bosit juga berpengaruh.

A. Cara Ivy
l. Bersihkanlah bagian voler lengan bawah dengan alkohol 7A0/o dan
biarkan kering lagi.
2. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah
sampai tekanan 40 mm Hg. Selama percobaan berlangsung tekanan
harus tetap setinggi itu.
3. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuk-
lah dengan lanset darah pada satu tempat kira-kira 3 jari di bawah
lipat siku sampai 3 mm dalamnya.
4. Jika terlihat darah mulai keluar jalankanlah stopwatch.
5. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong
kertas saring; jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu
mengisap darah.
6. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat diisap lagi dan
catatlah waktu itu.

Catatan
Masa perdarahan normal antara I dan 6 menit. Apabila liwat l0
menit perdarahan belum berhenti, hentikanlah percobaan; tak ada guna-
nya melanjutkannya. Perdarahan yang berlangsung lebih dari l0 menit
telah membuktikan adanya sesuatu kelainan dalam mekanismus hemo-
stasis. Setelah dibuktikan bahwa masa perdarahan memanjang perlu
mencari lebih lanjut dengan test-test lain di mana letaknya kelainan
hemostatis. Akan tetapi perlu juga menyadari kemungkinan lain apabila
HEMATOLOGI 53

masa perdarahan melebihi l0 menit, yakni tertusuknya satu vena; pada


persangkaan ini ulangilah percobaan pada lengan lain.
Tusukan harus cukup dalam sehingga salah satu bacak darah pada
kertas'saring menjadi berdiameter 5 mm atau lebih. Percobaan batal jika
tidak didapit bacak sebesar itu. Percobaan batal juga jika masa per-
darahan kurang dari I menit. Kedua hal disebabkan karena penusukan
kurang dalam.

B. Cara Duke
l. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol TOVv dan biarkan kering
lagi.
2. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset sedalam 2 mm.
3 . Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6.

Catatan
Normall-3menit.
Cara Duke kurang memberatkan kepada mekanismus hemostasis
karena tidak diadakan pembendungan; hasil test menurut Ivy lebih
dapat dipercayai. Janganlah melakukan masa perdarahan menurut Duke
itu pada ujung jari; hasilnya teristimewa pada orang dewasa, tidak boleh
dipercaya. Cara Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil
saja, kareha mengenakan ikatan figmomanometer pada lengan atas
tidak mungkin atau sukar dilakukan'
Penetapan masa perdarahan dengan cara apapun, merupakan satu
ikhtiar laboratorium yang sering kurang memuaskan, karena korelasi
antarb hasil test itu dan keadaan klinik tidak begitu baik.

PERCOBAAN PEMBENDUNGAN

Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan


cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena sehingga darah me-
nekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab
kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam
kapiler itu ke luar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitar-
nya sehingga nampak sebagai bacak merah kecil pada permukaan kulit;
bacak itu bernama petechia.

Cara
l. Pasanglah ikatan sfigmo'rhanometer pada lengan atas dan pompalah
sampai tekanan 100 mm Hg Cika tekanan sistolik kurang dari
54 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

100 mm Hg, pompalah sampai tekanan di tengah-tengah nilai sistolik


dan diastolik).
) Pertahankan tekanan itu selama l0 menit. (Jika percobaan ini dilaku-
kan sibagai lanjutan percobaan lvy, 5 menit telah mencukupi).
3. Lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah
lenyap lagi. Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan
yang dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak di-
bendung.
4. Cgilah adanya dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul
dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa
cubiti.

Catatan
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering ber-
beda-beda. Jika ada lebih dari l0 petechiae dalam lingkungan itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal; dikatakan juga: test itu positif.
Seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae, tetapi lebih
jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan test Rumpel -
Leede) positifjuga.
Jika pada test Ivy sudah terjadi petechiae, percobaan pembendung-
an tidak perlu dilakukan tersendiri lagi karena terjadinya petechiae pada
test Ivy berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya.
Pada penderita yang telah mempunyai purpura secara spontan, test
ini juga tidak perlu dilakukan. Hasilnya test pasti positif dan timbulnya
petechiae baru tidak memberi fakta-fakta baru bagi klinik.
" Biarpun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk meng-
ukur ketahanan kapiler, hasil test ini ikut dipengaruhi juga oleh trom-
bosit. Trombositopenia tersendiri dapat menyebabkan test Rumpel-
Leeds menjadi positif, makin berat trombositopenia, makin berat pula
deraj at kepositifannya.
Untuk menguji ketahanan kapiler dapat dilakukan juga percobaan
yang mengenakan tekanan negatif kepada permukaan kulit dalam ling-
karan kecil. Cara ini lebih sering dilakukan pada anak-anak.

RETRAKSI BEKUAN DAN KONSISTENSINYA

Percobaan ini digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Setelah


darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses pengerutan
itu sejumlah serum diperas keluar dari bekuan sehingga ia menjadi
kenyal. Proses ini ditentukan oleh jumlah trombosit per voluma darah
HEMATOLOGI 55

dan oleh fungsi trombosit.


Sebenarnya retraksi itu ditentukan oleh lebih banyak faktor dari
hanya fungsi trombosit saja seperti: kadar fibrinogen, faktor-faktor lain
dalam serum yang mendorong terjadinya retraksi dan jenis permukaan
yang bersentuh dengan darah beku.

Cara
l. Ambillah kira-kira 5 ml darah dan masukkan darah itu ke dalam ta-
bung scntrifuge bergaris. Masukkan pula sebatang lidi ke dalam
tabung tadi. Catatlah voluma darah itu.
2. Biarkan pada suhu kamar selama 2 - 3 jam (atau semalam dalam le-
mari es).
3. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati dari dinding tabung,
miringkan tabung dan angkatlah bekuan dari tabung dengan meng-
angkat lidi itu.
4. Catatlah voluma serum (bersama sel-sel yang masih ketinggalan
dalam tabung) yang ada dalam tabung itu dan sebutlah voluma itu
dengan Vo dari voluma darah semula.

Catatan
Voluma serum yang dikeluarkan secara spontan dari bekuan men-
jadi ukuran bagi retraksi bekuan yang terjadi. Dalam keadaan normal
jumlah serum itu 40 - 60Vo dari jumlah darah; kurang dari 40Vo mung-
kin berarti abnormal.
Selain mengukur jumlah serum yang keluar, perhatikan selalu juga
konsistensi bekuan: konsistensi itu harus kenyal. Kalau retraksi tidak
terjadi dengan baik, konsistensi bekuan menjadi lembek dan lapuk, se-
hingga bekuan lebih mudah dapat dipecahkan.
Retraksi mulai terjadi sejam sesudah darah membeku dan menjadi
sempurna.liwat 24 jam. Cara yang diterangkan tadi memberi nilai yang
(semi)-kuantitatif kepada percobaan ini. Pada hawa tropik test ini boleh
dilakukan pada suhu kamar, tetapi apabila suhu kamar kurang dari
25"C sebaiknya memakai inkubator atau bejana air bersuhu 37"C untuk
menjalankan percobaan ini.
Bekuan darah yang diperoleh dari test retraksi bekuan dapat di-
pakai untuk menguji'adanya lysis bekuan yang mencepat. Bekuan itu di-
simpan dalam inkubator bersuhu 37"C dan liwat 24,48 dan 72 jam di-
periksa apakah terjadi /ysl's, yakni mencairnya bekuan. Dalam keadaan
normal /ysrs baru terjadi liwatT2jam. Agar test clot /ysrb ini tidak di-
ganggu oleh pengaruh kuman, dianjurkan agar menjaga sterilitas darah
56 HEMATOLOGI

dan alat-alat gelas yang dipakai.

Jika -darah yang diperiksa mempunyai nilai hematokrit rendah,


dengan sendirinya jumlah serum yang diperas keluar lebih banyak dari
biasa. Pada keadaan itu (dan juga pada eritrositosis) sebagai pengganti
test retraksi bekuan dapat diukur jumlah serum yang ketinggalan dalam
bekuan, yaitu voluma cairan bekuan (fluid volume of the clot).

VOLUMA CAIRAN BEKUAN

Untuk memperhitungkan voluma (sebenarnya jumlah) serum yang


ada dalam bekuan diperlukan penetapan nilai hematokrit juga. Per-
hitungan ialah: voluma bekuan (disebut dengan vol9o) dikurangi nilai
hematokrit (vol9o) sama dengan voluma cairan bekuan (vol9o juga).

Contoh:
Voluma serum yang diperas dari bekuan 40 vol9o
Jadi voluma bekuan adalah 100 - 40 = 60 vol9o
Nilai hematokrit 22 volVo
Voluma cairan bekuan menjadi 60 - 22 = 38 vol9o

Catatan
Dalam keadaan normal voluma cairan bekuan antara 0 - 20 vol9o.
Jika retraksi tidak sempurna, lebih banyak serum ketinggalan dalam
[ekuan dan makin melebihi 20voMo.

MASA PEMBEKUAN

Dengan test ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah


untuk membeku; hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor
koagulasi darah, terutama faktor-faktor yang membentuk trombo-
plastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Selain itu kadar fibri-
nogen berpengaruh juga.
Kalau didapat kelainan, maka pendapat itu menjadi indikasi untuk
lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang aktivitasnya ber-
kurang, serta memeriksa jumlah dan fungsi trombosit.

A. Cara dengan tabung (modifikasi dari cara Lee dan White)


l. Sediakan dalam rak: 4 tabung berdiameter 7- 8 mm'
2. I,akukanlah pungsi vena dengan semprit 5 atau l0 ml; pada saat
PENUT.ITUN LABORATORIUM KLINIK 57
:
darah kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Isaplah
5 ml darah.
3. Angkatlah'jarum dari semprit dan alirkanlah perlahanJahan I ml
darah kg dalam tiap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi
dengan darah.
4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan
untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan. Dalam tindakan itu
jagalah jangan sampai tabung lain-lain tergoyang.
5. Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung
kedua tiap 30 detik juga terhadap adanya pembekuan. Catatlah
waktu ini.
6. Tindakan sama dilakukan berturut-turut dengan tabung ketiga dan
ke-empat. Catatlah juga waktu itu.
7. Masa pembekuan darah itu ialah masa pernbekuan rata-rata dari ta-
bung kedua, ketiga dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan
dengan dibulatkan sampai Vz menit.

Catatan
Penetapan masa pembekuan dengart menggunakan darah lengkap
sebenarnya satu test yang kasar saja; tetapi di antara test-test yang meng-
gunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik.
Nilai normal untuk masa pembekuan hendaknya ditentukan oleh
tiap laboratorium; pada laboratorium kami masa normal ialah antara 9-
l5 menit, sedangkan masa pembekuan yang melebihi 20 menit dianggap
pasti pbnormal.
Test ini menjadi lebih sempurna jika tabung-tabung yang dipakai
diberi lapisan silikon. Masa pembekuan darah lengkap dengan memakai
tabung berlapisan silikon jauh lebih panjang daripada yang biasa; nilai
normal itu hendaknya ditentukan sendiri oleh masing-masing labora-
torium. Hal-hal yang sama berlaku jika memakai semprit dan tabung-ta-
bung plastik
Bermacam-macam kesalahan teknik cenderung memperpendek
masa itu; percampuran darah dengan tromboplastin jaringan, pungsi
vena yang tidak segera berhasil baik, terjadinya busa dalam semprit atau
dalam tabung, menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang di-
periksa, semprit dan tabung kotor, dsb. Karena itu, masa pembekuan
yang lebih pendek dari 9 menit tidak mempunyai arti apa-apa.
Diameter tabung yang..dipakai berpengaruh pula terhadap hasil:
semakin lebar tabung semakin lama masa pembekuan.
58 PENI]NTTJN LABORATORIUM KLINIK

B. Cara dengan tabung kapiler (menurut Duke)


Pemeriksaan dilakukan dengan tabung kapiler yang berdiamter l-
2 mm dan yang panjangnya kira-kira l0 cm. Kapiler itu digores-gores
dengan kikir ampul dengan jarak-jarak I cm supaya mudah dapat di-
patahkan.
l. Buatlah tusukan dalam pada ujung jari atau anak daun telinga se-
hingga darah leluasa mengalir ke luar.
2. Mulailah menjalankan stopwatch pada saat darah keluar dari
tustrkan.
3. Apuslah dua tetes yang pertama-tama keluar dan isaplah tetes berikut
ke dalam kapiler itu oleh gaya kapilaritasnya.
4. Tiap 30 detik tabung kapiler itu dipatahkan pada goresan.
5. Masa pembekuan ialah saat terlihatnya benang fibrin pada pematah-
an kapiler terhitung mulai dari stopwatch dijalankan.

Catatan
Cara yang menggunakan darah kapiler kurang dapat diandalkan
oleh karena selalu (relatif) banyak cairan jaringan berisikan tromboplas-
tin jaringan bercampur dengan darah yang keluar. Nilai normal: 2 - 6
menit.
Kalau cara kapiler ini yang dipilih, lakukanlah pemeriksaan in
duplo.

MASA PROTROMBIN
" Curuini digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor pembe-
kuan darah pada jalur extrinsik, yaitu kekurangan faktor pembekuan V,
VII, X, protrombin dan fibrinogen. Jika dianggap bahwa faktor lain-
lain dalam proses-proses itu normal, maka masa protrombin ini menjadi
ukuran untuk aktivitas protrombin.
Dasar percobaan: kepada plasma diberi sejumlah tromboplastin
dan ion calcium yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun fi-
brin diukur.

Cara tahap tunggal menurut Quick

A. Membuat plasma
1. Ke dalam tabung senlrifuge yang bergaris dimasukkan 0,5 ml larutan
natriumsitrat 3,890.
2. Lakukan pungsi vena dan masukkanlah ke dalam tabung sentrifuge
HEMATOLOGI 59

tadi 4,5 ml dari darah itu. Campurlah baik-baik.


3. Pusinglah selama 20 menit dengan kecepatan 3 000 rpm dan pi-
sahkanlah plasma dari sel-sel darah. Kalau plasma itu tidak dapat
segera diperiksa, simpanlah dalam lemari es; tetapi meskipun disim-
pan padh suhu rendah, pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 2
jem setelah darah diambil.

B. Penetapan
l. Masukkanlah tabung serologi 13 x l0 mm ke dalam air bersuhu 37oC.
2. Masukkanlah 0,1 ml plasma ke dalam tabung dan tunggulah bebe-
rapa lama sampai plasma bersuhu 37'C pula.
3. Kemudian tambahkan 0,1 ml tromboplastin dan campurlah.
4. Lalu kepada campuran itu diberi 0,1 ml larutan CaCl20,22Vo (0,02
m). Jalankan stopwatch tepat pada saat larutan calciumchlorida itu
masuk. Campur baik-baik.
5. Biarkan selama l0 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin
dengan berkali-kali memancing memakai kaitan logam dalam cam-
puran tadi.
6. Hentikan stopwatch pada saat adanya fibrin: lamanya yang ditunjuk
ialah masa protrombin plasma.

Catalan
Pemeriksaan inipun bukan satu penetapan kuantitatif dalam arti
kata sebenarnya; hasilnya ikut dipengaruhi oleh kualitas tromboplastin
yang dipakai dan oleh teknik mengerjakan percobaan. Karena itu, peme-
riksaan ini selalu harus dilakukan in duplo dan harus juga disertai kon-
trol dengan plasma normal.
Normal: antara l1 - l5 detik. Kalau kontrol lebih lama dari 16 de-
tik percobaan batal karena mungkin tromboplastin telah menjadi kurang
aktif.
Tromboplastin dapat dibeli atau boleh juga dibuat sendiri dari otak
kelinci; dianjurkan untuk memakai yang diperdagangkan saja, karena
sering tromboplastin buatan sendiri kurang aktif. Jika memakai trom-
boplastin belian, ikutilah instruksi cara melakukan test masa protrombin
dengan seksama; instruksi itu menyertai tiap batch tromboplastin.
Larutan tromboplastin tidak tahan lama, harus disirnpan dalam lemari
es dan aktivitasnya harus tiap kali diuji dengan plasma normal.
Larutan calciumchlorida 0,22V0 tidak tahan lama juga; sebaiknya
membuat larutan pokok 2,22V0 (0,2 m) yang harus diencerkan l0 kali
sebelum memakainya.
60 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Laporan masa protrombin selalu harus menyebut masa protrombin


kontrol juga, kedua-duanya disebut dengan detik. Cara yang lebih bagus
menyebutaktivitas protrombin dengan 9o (dari normal). Cara itu meng-
hendaki supaya terlebih dulu dibuat grafik aktivitas memakai campuran
dari trdmboplastin yang dipakai dan plasma normal; campuran itu di-
encerkan berderet dengan plasma lain yang tidak mengandung protrom-
bin, Grafik aktivitas protrombin memperlihatkan garis lengkung.
Alat-alat yang khusus dibuat untuk penetapan masa protrombin
dan uqtuk test-test lain yang berakhir dengan terjadi bekuan dalam plas-
ma memberi hasil penetapan yang sangat reproducible sampai l/10 detik
ketelitian.

Dalam keadaan darurat masa protrombin dapat dilakukan dengan


darah kapiler dan kaca objek sebagai berikut:
l. Letakkan setetes tromboplastin di atas kaca objek yang kering dan
bersih.
2. Tusuklah kulit untuk mendapat darah kapiler yang leluasa keluar.
Jalankan stopwatch pada saat darah mulai keluar dari luka.
3. Segeralah campur kedua tetes itu dengan ujung lidi atau jarum.
4. Biarkan sampai detik ke-10 pada stopwatch.
5. Kemudian periksalah tiap detik dengan ujung jarum apakah telah ter-
jadi fibrin dalam campuran itu.

Catatan
Cara kasar ini memerlukan juga dilakukan kontrol dengan darah
riormal dan harus dijalankan beberapa kali berturut-turut pada setiap
pasien. Sadarilah bahwa cara ini satu cara darurat saja dan tidak
dianjurkan dipakai sebagai pemeriksaan rutin.

MASA REKALSIFIKASI

Pemeriksaan ini digunakan untuk mencari adanya kekurangan fak-


tor-faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik, yaitu faktor pembeku-
an V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin dan fibrinogen. Dasar dari
pemeriksaan ini: kepada plasma rendah trombosit yang tidak mengan-
dung ion Ca ditambahkan sejumlah CaCl2; lamanya waktu untuk
menyusun fibrin adalah masa rekalsifikasi.
Reagens-reagens yang diperlukan adalah larutan calciumchlorida
0,025 m (CaClZ. Oaq 1,38 g; aqua dest 500 ml) dan larutan natrium chlo-
rida0,859o.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 6l
f c".t
A. Membuat plasma
Cara mqmbuat plasma sama seperti pada pemeriksaan masa pro-
trombin; pemusingan selama 20 menit pada 3 000 rpm menyebabkan
plasma halfya mengandung sedikit trombosit (plasma rendah trombosit).

B. Penetapan
l. Tabungtabung yang berisi larutan CaCl2,larutan NaCl dan plasma
pasien $iinkubasi dalam air 37"C supaya semua cairan mencapai suhu
itu.
2. Ke dalam tabung serologi yang lebarnya 13 mm yang juga terlebih
dulu ada dalam air 37"C itu dimasukkan 0,1 ml larutan NaCl dan 0,1
ml plasma. Campur dan biarkan dalam air 37"C.
3. Tiuplah larutan CaCl2 ke dalam campuran yang telah ada dalam ta-
bung tadi, campur dan pada saat bersamaan jalankan stopwatch.
4. Biarkan tabung itu dalam air 37"C selama 90 detik, kemudian angkat
tabung dari air dan periksalah terhadap adanya bekuan.
5. Saat terjadinya bekuan, hentikanlah stopwatch dan catatlah waktu
itu sebagai masa rekalsifikasi.

Catatan
Selain oleh faktor-faktor pembekuan seperti disebut diatas, masa
rekalsifikasi juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit. Makin banyak
trombosit, makin singkat masa rekalsifikasi. Untuk menyingkirkan
pengaruh trombosit dianjurkan memakai plasma rendah trombosit
sepefti diterangkan tadi.
Dalan keadaan normal masa rekalsifikasi berkisar antara g0
detik.
- 250

Selain pemeriksaan-pemeriksaan dasar yang diterangkan di atas,


banyak macam pemeriksaan lagi yang dapat dilakukan pada diatesis
hemoragik atas dasar hasil pemeriksaan penyaring itu, seperti penetapan
kadar fibrinogen, thromboptastin generation test, activated partial
thromboplastin time, dll. pemeriksaan-pemeriksaan itu tidak dikemu-
kakan di sini.

PENETAPAN GOLONGAN DARAH (ABO)

Jika tidak melihat kepada subgroups maka dikenal empat golongan


darah:
62 HEMATOLOCI

'A : eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti-B,


B : eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti-A'
o : eritrgsit tidak berisi aglutinogen, sedangkan serum mengandung
aglutinin anti-A dan anti-B,
AB : eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak
mengandung aglutinin.
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada
dalam sel; di samping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada
dalam sirlrum (reverse grouping, serum grouping atau confirmation grou-
ping). Carayang terbaik ialah melakukan kedua penetapan, yakni pene-
tapan aglutinogen dan penetapan aglutinin bersama-sama.

A. Cara dengan kaca objek


l. Taruhlah di sebelah kiri kaca objek I tetes serum anti-A dan di sebe-
lah kanan I tetes serum anti-B
2. Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan
ujung lidi.
3. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran.
4. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata belaka dan benarkan
pendapat itu juga dengan memakai mikroskop.

Tafsiran hasil : ( + aglutinasi)

Anti-A Anti-B Anti-A,B Golongan darah

o
+ + A
+ + B
+ + + AB

Catatan
Serum anti-A biasanya diberi warna hijau atau biru; serum anti-B
kuning.
Darah yang'dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena yang
terlebih dulu membeku dan yang sel-selnya kemudian dilepaskan mema-
kai ujung lidi. Jumlah darah yang dicampur dengan serum baiklah demi-
kian banyaknya sehinggb campuran itu akan mencapai nilai hematokrit
2s/0.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 63

Antiserum yang kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang


dari satu menit; sebaiknya hasil diperiksa setelah dua menit dan kemu-
dian disusul _dengan pemeriksaan ulangan liwat 20 menit. Tindakan ter-
akhir itu mengamankan terhadap adanya "subgroup" lemah dalam go-
longan Ar Jagalah jangan sampai bahan pemeriksaan itu mengering
pada kaca objek. Belilah antiserum dari perusahaan yang dapat diandal-
kan dan simpanlah botol antiserum itu sesuai dengan anjuran yang
menyertainya.
Untu! menghindarkan terjadinya kekhilafan, sering juga dan dian-
jurkan selain serum anti-A dan serum anti-B memakai serum anti-A,B
(serum golongan O) di sampingnya. Tindakan ini berguna untuk menda-
pat sub-group A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan serum anti-A.
Tabel di atas menerangkan hasil penetapan golongan darah dengan
mengikutsertakan serum anti-A,8.
Kaca objek yang dipakai untuk memeriksa golongan darah harus ber-
sih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah meskipun hanya
sedikit saja; pencemaran serupa itu mungkin menyebabkan aglutinasi
palsu.

B. Cara dengan tabung


l. Buatlah suspensi sel darah dalam larutan garam; suspensi itu sebaik-
nya mempunyai nilai hematokrit 2q0.
2. Sediakan dua tabung kecil (12 x 75 mm) dalam rak; ke dalam yang
kiri dimasukkan satu tetes serum anti-A, ke dalam yang kanan satu
tetes serum anti-8. Kalau hendak menggunakan serum anti-A, B ha-
rtts menyiapkan tiga tabung.
3. Tambahan I tetes dari suspensi sel darah kepada masing-masing
tabung dan campurlah.
4. Pusinglah selama I menit pada I 000 rpm.
5. Goyangkan tabung dengan hati-hati dan perhatikan adanya aglu-
tinasi secara makroskopik.
6. Benarkan ada-tidaknya aglutinasi secara mikroskopik dengan me-
mindahkan setetes dari isi tabung ke atas kaca objek.

Catatan
Ada yang lebih suka memakai cara dengan tabqng, tetapi ada pula
yang menyukai cara dengan kaca objek. Pada umumnya cara dengan ta-
bung dianggap lebih sensitif dari cara dengan kaca objek.
Tafsiran hasil sama se-perti yang telah diterangkan tadi.
64 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

" C. Reverse grouping


Pada cara ini ditentukan jenis aglutinin dalam serum; yang diper-
lukan ialah sel-sel yang diketahui golongannya (aglutinogennya). Cara
ini hanya baik dipakai dengan tabung.

Cara
l. Buatlah suspensi segar (dalam larutan garam) dari sel-sel golongan A
dan B dengan nilai hematokrit 290.
2. Sedfkan 2 tetes dari serum yang akan diperiksa di dalam masing-
masing tabung berukuran 12x75 mm yang bertandakan A dan B.
3. Masukkanlah setetes sel-sel golongan A ke dalam tabung A dan
setetes sel-sel golongan B ke dalam tabung B. Campur isi tabung.
4. Biarkan tabung-tabung itu pada suhu kamar selama 5 - l5 menit.
5. Pusingtah tabung-tabung itu selama I menit pada I 000 rpm,
6. Goyangkan tabung berhati-hati dan perhatikan secara makroskopik
terhadap adanya aglutinasi'
7. Benarkan ada-tidaknya aglutinasi secara mikroskopik dengan me-
mindahkan setetes dari isi tabung ke atas kaca objek.

Tafsiranhasil: (+ = aglutinasi)
Serum yang diperiksa
Tabung A Tabung B berasal dari darah
golongan

+ + o
+ A
+ B
AB

Catatan
Suspensi sel yang mempunyai nilai hematokrit 2t/o ialah yang
memberikan hasil yang sebaik-baiknya. Jika darah itu mempunyai nilai
hematokrit normal, suspensi tersebut boleh dibuat flengan mencampur 2
tetes darah dengan 3 ml larutan garam 0,8590.
UJI SILANG

Tindakan ujin silang (crossmatch) diperlukan sebelum melakukan


transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan
HEMATOLOGI 65

donor. Pada uji silang major (major crossmatch) serum penerima dicam-
pur dengan sel donor; pada uji silang minor (minor crossmatch) serum
donor diuji_ dengan sel penerima. Jika golongan darah (sistem ABO)
penerima dan donor sama, baik "major" maupun "minor" tidak be-
reaksi; jita berlainan umpamanya donor golongan O dan penerima go-
longan A, akan terjadi aglutinasi pada test minor.
Uji silang major merupakan tindakan terakhir untuk melindungi kese-
lamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
baik antjzat lengkap (complete antibodies) maupun yang takJengkap
dapat ditemukan. Karena itu dianjurkan agar uji silang hanya dilakukan
dengan cara tabung saja; cara yang menggunakan kaca objek kurang
menjamin hasil pemeriksaan.
Uji silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat
mengesampingkan kemungkinan tak-sesuainya (incompatibility) darah
berdasarkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu badan 37oC.
Lagi pula untuk menemukan antizat Rh sebaiknya digukan cara uji si-
lang dengan high protein method.

a. Uji silang dalam larutan garam


l. Sediakan dua tabung 12x75 mm dalam rak; yang sebelah kiri untuk
uji silang major yang sebelah kanan untuk uji silang minor.
2. Tabuhg kiri diisi dengan I tetes serum penerima dan I tetes suspensi
sel donor dalam larutan gar:rm (bernilai hematokrit 4go).
3. Tabung kanan diisi dengan I tetes serum donor dan I tetes suspensi
sel penerima dalam larutan garam (bernilai hematokrit 4go).
4. eampur isi tabung dan pusingkan selama I menit pada I 000 rpm.
5. Goyangkan berhati-hati tabung-tabung itu dan periksalah adanya
aglutinasi.

B. Uji silang dalam lingkungan "high protein"


Yang diterangkan di bawah ini hanya uji silang major saja.
l. Sediakan dua tabung 12 x75 mm, yang disebelah kiri ditandai "albu-
min" yang kanan "tanpa albumin".
2. Masukkanlah ke dalam tiap tabung 2 tetes serum penerima.
3. Tambahkan sejumlah kecil dari darah donor kepada tabung-tabung
itu hingga menyusun suspensi 2 - 4Vo.
4. Berikan kepada tabung kiri saja: 2 tetes larutan albumin 2290.
5. Campurlah isi tabung-tabung dan pusinglah selama I menit pada
l000rpm.
6. Goyangkanlah tabung-tabung berhati-hati. dan periksalah adanya
66 PENUNTUN LABORATORII]M KLINIK

aglutinasi secara makroskopik.


7. Jika tidak ada aglutinasi, atau aglutinasi lemah atau meragukan,
kocoklah isi tabung-tabung itu dan keramlah selama l0 menit dalam
air bersuhu 37oC.
8. Pusiiilglah selama I menit pada I 000 rpm.
9. Goyangkan isi tabung lagi dan periksalah lagi apakah ada aglutinasi.

Catatan
Peugeraman tidak boleh melewati l5 menit; kalau lebih lama dari
itu ada kemungkinan terjadi aglutinasi nonspesifik. Setelah serum dan
sel dicampur, harus segera dipusing untuk menghindarkan terjadinya
prozone effect.
Adanya aglutinasi atau hemolisis menandakan tak-persesuaian oleh
adanya antizat lengkap atau yang tak-lengkap.
Ada atau tidak adanya aglutinasi pada uji silang sebaiknya dipe-
riksa secara makroskopik dan mikroskopik seperti diterangkan pada
penetapan golongan darah.

PERCOBAAN COOMBS

Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin'


Jika semacam antizat melekat kepada eritrosit yang mengandung
antigen, maka antizat yang spesifik terhadap antigen itu mungkin
menyebabkan eritrosit-eritrosit bergumpal (aglutinasi)' Ada juga bebe-
rapa macam antizat yang tidak menyebabkan aglutinasi, biarpun antizat
itd melekat kepada eritrosit. Beberapa jenis antizatpun pada konsentrasi
tinggi melapisi eritrosit tetapi tidak dapat mengaglutinasikannya dalam
lingkungan saline (larutan garam); antizat jenis itu bernama antizat
penghalang (blocking antibodies) atau antizat tak lengkap (incomplete)'
Antizat adalah semacam globulin.
Hewan percobaan yang disuntik dengan globulin human menyusun
antizat terhadap globulin itu. Jika antiserum tadi (yaitu serum Coombs)
dicampur dengan eritrosit-eritrosit yang terlapisi antizat akan terjadi
aglutinasi; kalau eritrosit-eritrosit itu tidak mempunyai lapisan antizat
aglutinasi tidak akan terjadi. Sebelum ditest, eritrosit-eritrosit harus ter-
lebih dulu dicuci bersih dari globulin-plasma yang tidak bersifat antizat
spesifik.
Percobaan Coombs ada dua macam, yaitu a' percobaan langsung
dan b. percobaan tak-langsung.
HEMATOLOGI 65

donor. Pada uji silang major (major crossmatch) serum penerima dicam-
pur dengan sel donor; pada uji silang minor (minor tossmatch) serum
donor diuji,dengan sel penerima. Jika golongan darah (sistem ABO)
penerima dan donor sama, baik "major" maupun "minor" tidak be-
reaksi; jiFa berlainan umpamanya donor golongan O dan penerima go-
longan A, akan terjadi aglutinasi pada test minor.
Uji silang major merupakan tindakan terakhir untuk melindungi kese-
lamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
baik antizat lengkap (complete antibodies) maupun yang tak-lengkap
dapat ditemukan. Karena itu dianjurkan agar uji silang hanya dilakukan
dengan cara tabung saja; cara yang menggunakan kaca objek kurang
menjamin hasil pemeriksaan.
Uji silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat
mengesampingkan kemungkinan tak-sesuainya (incompatibility) darah
berdasarkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu badan 37'C.
Lagi pula untuk menemukan antizat Rh sebaiknya digukan cara uji si-
lang dengan high protein method.

a. Uji silang dalam larutan garam


l. Sediakan dua tabung 12x75 mm dalam rak; yang sebelah kiri untuk
uji silang major yang sebelah kanan untuk uji silang minor.
2. Tabuhg kiri diisi dengan I tetes serum penerima dan I tetes suspensi
sel donor dalam larutan garam (bernilai hematokrit 4q0).
3. Tabung kanan diisi dengan I tetes serum donor dan I tetes suspensi
sel penerima dalam larutan gareln (bernilai hematokrit 490).
4. Campur isi tabung dan pusingkan selama I menit pada I 000 rpm.
5. Goyangkan berhati-hati tabung-tabung itu dan periksalah adanya
aglutinasi.

B. Uji silang dalam lingkungan "high prolein"


Yang diterangkan di bawah ini hanya uji silang major saja.
l. Sediakan dua tabung 12x75 mm, yang disebelah kiri ditandai "albu-
min" yang kanan "tanpa albumin".
2. Masukkanlah ke dalam tiap tabung 2 tetes serum penerima.
3. Tambahkan sejumlah kecil dari darah donor kepada tabung-tabung
itu hingga menyusun suspensi 2 - 4t/0.
4. Berikan kepada tabung kiri saja: 2 tetes larutan albumin 2290.
5. Campurlah isi tabung-tabung dan pusinglah selama I menit pada
I 000 rpm.
6. Goy4ngkanlah tabung-tabung berhati-hati. dan periksalah adanya
66 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

aglutinasi secara makroskopik.


7. Jika tidak ada aglutinasi, atau aglutinasi lemah atau meragukan,
kocoklah isi tabung-tabung itu dan keramlah selama l0 menit dalam
air bersuhu 37oC.
8. Pusifrglah selama I menit pada I 000 rpm.
9. Goyangkan isi tabung lagi dan periksalah lagi apakah ada aglutinasi.

Catatan
Pengeraman tidak boleh melewati 15 menit; kalau lebih lama dari
itu ada kemungkinan terjadi aglutinasi nonspesifik. Setelah serum dan
sel dicampur, harus segera dipusing untuk menghindarkan terjadinya
prozone effect.
Adanya aglutinasi atau hemolisis menandakan tak-persesuaian oleh
adanya antizat lengkap atau yang tak-lengkap.
Ada atau tidak adanya aglutinasi pada uji silang sebaiknya dipe-
riksa secara makroskopik dan mikroskopik seperti diterangkan pada
penetapan golongan darah.

PERCOBAAN COOMBS

Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin'


Jika semacam antizat melekat kepada eritrosit yang mengandung
antigen, maka antizat yang spesifik terhadap antigen itu mungkin
menyebabkan eritrosit-eritrosit bergumpal (aglutinasi)' Ada juga bebe-
rapa macam antizat yang tidak menyebabkan aglutinasi, biarpun antizat
itd melekat kepada eritrosit. Beberapa jenis antizatpun pada konsentrasi
tinggi melapisi eritrosit tetapi tidak dapat mengaglutinasikannya dalam
lingkungan saline (larutan garam); antizat jenis itu bernama antizat
penghalang (blocking ontibodies) atau antizat tak lengkap (incomplete).
Antizat adalah semacam globulin.
Hewan percobaan yang disuntik dengan globulin human menyusun
antizat terhadap globulin itu. Jika antiserum tadi (yaitu serum Coombs)
dicampur dengan eritrosit-eritrosit yang terlapisi antizat akan terjadi
aglutinasi; kalau eritrosit-eritrosit itu tidak mempunyai lapisan antizat
aglutinasi tidak akan terjadi. Sebelum ditest, eritrosit-eritrosit harus ter-
lebih dulu dicuci bersih dari globulin-plasma yang tidak bersifat antizat
spesifik.
Percobaan Coombs ada dua macam, yaitu a. percobaan langsung
dan b. percobaan tak-langsung.
HEMATOLOGI 67

A. Percobaan langsung
Indikasi untuk melakukan percobaan ini ialah anemia hemolitik,
icterus neonatorum dan terjadinya reaksi transfusi. Eritrosit-eritrosit
yang ditest terlebih dulu dicuci dan kemudian dicampur dengan serum
Coombs, yiitu serum hewan yang mengandung antizat spesifik terhadap
globulin human.
Cara
1. Sebanyak 0,5 ml darah yang diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
l3 x 100 mm.
2. Lakrikanlah empat kali berturut-turut pencucian eritrosit dengan
larutan garam.
3. Buatlah suspensi eritrosit yang tertinggal dalam tabung setelah p€mu-
singan terakhir, dengan menambah sekian banyak larutan garam
sampai suspensi eritrosit akan mempunyai nilai hematokrit kl.2Vo.
4. Sediakanlah tabung serologi l0 x 75 mm; masukkanlah ke dalamnya
2 tetes serum Coombs dan kemudian I tetes dari suspensi eritrosit
tadi.
5. Campurlah dan keramlah pada suhu 37'C selama 30-60 menit.
6. Berhati-hatilah kocok tabung itu untuk melihat adanya aglutinasi;
benarkanlah hasil observasi itu dengan mikroskop juga.
7. Jika hasilnya negatif, pusinglah pada I 000 rpm selama I menit.
8. Periksalah lagi adanya aglutinasi seperti pada langkah 6.

Catatan
_Terjadinya aglutinasi membuktikan adanya antizat yang melapisi
eritrosit.
Test ini sebaiknya didampingi dengan "kontrol negatif", yaitu de-
ngan menggunakan eritrosit-eritrosit yang pasti normal dan dengan
"kontrol positif", yaitu dengan eritrosit-eritrosit yang sengaja dilapisi
antizat spesifik. Tindakan melapisi eritrosit dengan antizat ialah satu
tindakan yang diambil pada "percobaan Coombs tak-langsung '.

B. Percobaan tak-langsung
Percobaan ini berusaha mencari adanya antizat tak-lengkap dalam
serum.
Terlebih dulu dilakukan pelapisan eritrosit-eritrosit normal bergo-
longan O (atau eritrosit-eritrosit yang golongannya sesuai dengan serum
yang diperiksa) dengan serum yang diketahui atau tersangka mengan-
dung antizat penghalang. Langkah berikutnya ialah membuktikan
adanya antizat itu dengan menggunakan serum Coombs.
68 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

:
Cara
l. Buatlah suspensi 2t/o dari eritrosit normal bergolongan O dalam
larutangaram.
2. Campurlah sama banyaknya dari suspensi tadi dengan serum yang
dipeilksa..
3. Keramlah pada suhu 37oC selama 60 menit.
4. tanjutkanlah dengan tindakan-tindakan yang sama (langkah l-8) se-
perti diterangkan pada percobaan langsung.

Catatan
Adanya aglutinasi membuktikan bahwa serum yang diperiksa berisi
antizat yang melapisi eritrosit.
Eritrosit normal dari golongan O boleh ditetapkan sendiri menurut
cara-cara lazim. Akan tetapi, jika dikehendaki (dan ini sangat dian-
jurkan) untuk mempertinggi mutu pemeriksaan, eritrosit-eritrosit go-
longan O yang struktur antigennya diketahui dapat dibeli. Eritrosit-eri-
trosit itu (check cells) merupakan campuran eritrosit golongan O yang
mengandung C, D, E, c dan e dari sistem Rhesus dan di samping itu juga
antigen-antigen yang termasuk sistem Lewis. Kidd, Duffy darr Kell.
BAB II
URINALISIS

Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta ten-


tang ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai faal pelbagai organ
dalam tubuh seperti: hati, saluran empedu, pancreas, cortex adrenal, dll.
Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan
sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak ba-
nyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi kalau
kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari orang r1u
pada saat-saatyangtidak menentu di waktu siang atau malam, akan kita
lihat bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain.
Itu sebabnya maka penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai de-
ngan tujuan pemeriksaan.

MEMILIH ShUPNT, URIN

A. Urin sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin se-
waktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak diten-
tukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat
khusus.

B. Urin pagi
Yang dimaksudkan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama
dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat
dari urin yang dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedi-
ment, berat jenis, protein, dll., dan baik juga untuk umpamanya test
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadotrophin)
dalam urin.

C. Urin postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria; ia
merupakan urin yang pertama kali dilepaskan lVz - 3 jam sehabis
makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap
adanya glukosuria.
70 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

D. Urin 24 jzm
Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin,
urin sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-
proses metabolik dalam badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama
waktu flang diketahui, dapat diberikan sesuatu kesimpulan. Agar angka
analisa dapat diandali, biasanya dipakai urin 24 jam.
Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervo-
luma I Vz liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus
bersih dan biasanya memerlukan sesuatu zat pengawet (lihat kemudian).
Cara mengumpulkan umpamanya sebagai berikut: jam 7 pagi
penderita mengeluarkan urinnya; urin ini dibuang. Semua urin yang
dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, ha-
rus ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur.
Demikian dikenal juga timed specimen jenis lain, seperti urin siang
12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam dan sebagainya. Urin siang 12
jam ialah umpama yang dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7
malam, sedangkan urin malam 12 jam ialah yang dari jam 7 malam sam-
pai jam 7 esok harinya. Cara mengumpulkan sesuai seperti diterangkan
di atas.
Adakalanya urin 24 jam itu ditampung terpisah-pisah dalam bebe-
rapa b_otol dengan maksud tertentu. Hal itu dapat dilakukan pada dia-
betes mellitus untuk melihat banyaknya glukosa yang dikeluarkan dari
santapan satu hingga santapan berikutnya. Sampel pertama ialah urin
dari makan pagi sampai makan siang; sampel kedua dari makan siang
sqmpai makan malam dan yang ketiga dari makan malam sampai makan
pagi esok harinya.
Dalam menjalankan pemeriksaan terhadap faal sesuatu organ
mungkin diperlukan urin yang dikumpulkan secara khusus pula. Hal itu
akan diterangkan pada cara melakukan percobaan yang bersangkutan.

E. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada orang lelaki


Penampungan secara ini dipakai pada pemeriksaan urologik dan
dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letaknya radang atau
lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin se-
orang lelaki.
Cara menjalankan penampungan tiga gelas dimulai dengan ins-
truksi kepada penderita bahwa ia beberapa jam sebelum pemeriksaan
dilakukan tidak boleh berkemih. Sediakanlah tiga gefas, sebaiknya gelas
sediment (sedimenteerglas), yaitu gelas yang dasarnya menyempit guna
memudahkan mengendapnya sediment dan agar sediment itu mudah
URINALISIS 7l

terlihat dengan mata belaka.


Penderita harus berkemih langsung ke dalam gelas-gelas itu, tanpa
menghentikan aliran urinnya:
a. Ke dalam gelas pertama ditampung 20 - 30 ml urin yang mula-mula
keluarlUrin ini terutama berisi sel-sel dari pars anterior dan pars
prostatica urethrae yang dihanyutkan oleh arus urin, meskipun ada
juga sejumlah kecil sel-sel dari tempat-tempat yang lebih proximal.
b. Ke dalam gelas kedua dimasukkan urin berikutnya, kecuali beberapa
ml ya*g terakhir dikeluarkan; urin dalam gelas kedua mengandung
terutama unsur-unsur dari kantong kencing.
c. Beberapa ml urin terakhir ditampung dalam gelas ketiga; urin ini
diharapkan akan mengandung unsur-unsur khusus dari pars prostati-
ca urethrae serta getah prostat yang terperas keluar pada akhirnya
berkemih.
Untuk mendapat urin dua gelas, caranya serupa diterangkan tadi,
dengan perbedaan: gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama
ditampung 50 - 75 ml urin.

PENGAWET URIN

Urin harus diperiksa semasa masih segar!


Jikd urin disimpan, mungkin terjadi perubahan susunan oleh ku-
man-kuman. Kuman-kuman biasanya ada karena urin untuk pemeriksa-
an biasa tidak dikumpulkan dan ditampung secara steril. Untuk menge-
cilkan kemungkinan perubahan itu, simpanlah urin pada suhu 4oC,
sebdiknya dalam lemari es, dalam botol-botol tertutup.
Kuman-kuman mencerai ureum dengan membentuk amoniak dan
karbondioxida. Amoniak menyebabkan pH urin menjadi lindi dan ter-
jadilah pengendapan calcium dan magnesiumfosfat. Reaksi lindi juga
merusak silinder. Sebagian dari amoniak hilang ke udara sehingga urin
itu tidak dapat dipakai lagi untuk penetapan ureum. Selain itu juga glu-
kosa akan dicerai oleh kuman-kuman sehingga hilang dari urin.
Urin yang disimpan juga berubah susunannya tanpa adanya kuman:
asam urat dan garam-garam urat mengendap, teristimewa pada suhu
rendah. Selain itu, urin simpanan berubah susunannya oleh proses-pro-
ses oxidasi, hidrolisis dan oleh pengaruh cahaya (fotodegradasi).
Sebelum melakukan pemeriksaan, semua bahan yang mengendap
harus dicampur lebih dulu dengan cairan-atas lagi dengan mengocok
urin itu.
Jika urin terpaksa harus disimpan beberapa lama sebelum mela-
72 PEN TJNTUN LACORATORIUM KLINIK

kukan pemeriksaan, pakailah sesuatu bahan pengawet untuk mengham-


bat perubahan susunannya.
Ada b-ermacam-macam bahan pengawet; tidak ada satu zat yang da-
pat dipakai secara universal untuk menghindari urin dari segala macam
perubaFhn yang mungkin terjadi.

1. Toluena
Pengawet ini banyak dipakai; hampir mendekati sifat pengawet "all
round" Perombakan urin oleh kuman dihambat, lebih-lebih dalam
keadaan dingin; baik sekali dipakai untuk mengawet glukosa, aseton
dan asam aseto-asetat. Pakailah sebanyak 2 - 5 ml toluena untuk
mengawet urin 24 jam; jumkih itu dimasukkan ke dalam botol
penampung dan tiap kali ditambahkan urin, botol harus dikocok
baik-baik.

2. Thymol
Sebutir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluena
juga. Kalau jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan terjadi
hasil positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan cara
pemanasan dengan asam acetat.

3. Forinaldehida
Khusus dipakai untuk mengawet sediment; mengawet sediment pen-
ting sekali bila hendak mengadakan penilaian kuantitatif atas unsur-
unsur dalam sediment. Pakailah sebanyak I -
2ml larutan formalde-
" hida 4090 untuk mengawet urin 24 jam. Campur baik-baik tiap kali
ditambah urin. Kelemahan: jika jumlahnya terlalu besar, mungkin
mengadakan reduksi pada test Benedict dan mengganggu test Ober-
mayer untuk menyatakan adanya indikan.

4. Asam sulfat pekat


Asam ini dipakai untuk mengawet urin guna penetapan kuantitatif
calcium, nitrogen dan kebanyakan zat inorganik lain. Jumlah yang
harus diberikan ialah sebanyak itu hingga pH urin tetap lebih rendah
dari 4,5 (kontrol dengan kertas nitrazin). Reaksi asam mencegah
terlepasnya N'dalam bentuk amoniak dan mencegah juga terjadinya
endapan calciumfosfat.

5. Natriumkarbonat
Khusus dipakai untuk mengawet urobilinogen jika hendak menen-
T]RINALISIS 73

f tukun exkresinya per 24jam. Masukkanlah kira-kira 5 gram natrium-


karbonat dalam botol penampung bersama dengan beberapa ml
toluena.

Catatan -
Untuk beberapa macam pemeriksaan tidak boleh ditambahkan se-
suatu zat pengawet kepada urin; untuk mengawetnya hanya lemari es
sajalah yang diperbolehkan; contoh: pemeriksaan terhadap porfirin.
Ada juga-beberapa jenis penetapan kuantitatif dalam urin yang meng-
hendaki pengawet atau perlakuan khusus atas urin itu; keterangan ini
biasanya dicantumkan dalam prosedur pemeriksaan.

WADAH URIN

Botol penampung (wadah) urin harus bersih dan kering. Adanya air
dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak
berkembang baik dalam urin dan mengubah susunannya.
Wadah urin yang terbaik ialah yang berupa gelas bermulut lebar
yang dapat disumbat rapat; sebaiknya pula urin dikeluarkan langsung ke
dalam wadah itu. Sebuah wadah yang volumanya 300 ml, mencukupi
untuk urin sewaktu; jika hendak mengumpulkan urin kumpulan, pakai-
lah wadah yang lebih besar.
Jika hendak memindahkan urin dari satu wadah ke dalam yang lain,
kocoklah terlebih dulu, supaya segala endapan ikut serta pindah tempat.
Jagalah jugajangan ada yang terbuang.
tserilah kepada wadah etiket yang jelas memberi keterangan: nama
orang, bangsal, tanggal, jenis urin, pengawet yang dipakai, dsb. Wadah
yang tidak dimaksudkan untuk pemeriksaan bakteriologi tidak perlu ste-
ril, asal mengindahkan syarat-syarat kebersihan.

IDENTIFIKASI CAIRAN SEBAGAI URIN

Tidak jarang terjadi seorang klinikus menanyakan apakah sesuatu


cairan urin atau bukan. Meskipun kadang-kadang laboratorium sukar
menjawab dengan pasti, tetapi ada pegangan juga. Apabila kadar ureum
tinggi, yakni melebihi I g/dl cairan dan kadar creatinine lebih dari 50
mg/dl cairan, itu tanda cairan bersangkutan urin. Cairan tubuh seperti
air ketuban, cairan kista dsb. Hanya mengandung sedikit ureum dan
creatinine.
14 PENTJNTT]N T-ABORATORITJM KLINIK

PEMERIKSAAN RUTIN

Pemeriksaan rutin, yang sebaiknya dinamakan "pemeriksaan


penyaring" ialah beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar
bagi peiheriksaan selanjutnya dan yang menyertai pemeriksaan badan
tanpa pendapat khusus.
Jenis pemeriksaan yang termasuk rutin itu, berbeda-beda menurut
pandangan yang dianut dalam sesuatu rumah sakit.
Pegreriksaan rutin kita adalah sbb.:
l. Jumlah urin.
2. Makroskopi: warna dan jernihnya urin.
3. Berat jenis.
4. Protein.
5. Glukosa.
6. Pemeriksaan sediment.

JUMLAH URIN

Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya


gangguan faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan cairan badan dan
berguna juga untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi-
kuantiiatif dengan urin.
' Adapun mengukur jumlah urin dapat dilakukan dengan:
a. Urin 24 jam.
b. Urin siang l2 jam dan urin malam l2 jam.
ciTimed specimen pada sesuatu percobaan tertentu.
d. Urin-sewaktu.

Catatan
Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seorang ke orang lain. Ba-
nyak sekali faktor yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya
umur, berat badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim
dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat di daerah tro-
pik jumlah urin 24 jam antara 800 - 1300 ml untuk orang dewasa.
Jika diperhitungkan per kg berat badan, anak-anak mempunyai
diuresis yang 3 sdmpai 4 kali lebih besar daripada orang dewasa. Tetapi
jika melihat jumlah mutlak, diuresis itu kurang besar; anak berumur 6
- 12 tahun mengeluarkan rata-rata separoh dan yang berumur I - 6
tahun rata-rata seperempat dari orang dewasa'
Jumlah urin siang 12 jam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
URINALISIS 75

besar dari urin malam 12 jam. Perbandingan itu tidak berubah, biarpun
misalnya banyaknya minuman pada malam hari dijadikan sama dengan
yang siang h4ri. Perbandingan antara urin siang 12iam dan urin malam
l2 jam seperti ditulis tadi, tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak'
Penelftian terhadap diuresis 24 jam atau 12 jam menentukan adanya
kelainan seperti poliuria atau oliguria yang dapat dipertalikan dengan
keadaan klinik tertentu.
Timed specimen urin harus diukur jumlahnya dengan sangat teliti
karena sagrpel urin itu akan dipakai untuk penetapan kuantitatif da4
yang dikehendaki bukanlah kadar sesuatu zat dalam urin itu, melainkan
jumlah mutlaknya.
Urin sewaktu tidak perlu diukur dengan teliti. Akan tetapi baiklah
selalu diperhatikan jumlah yang dikeluarkan, karena banyaknya urin itu
bukan hanya bertalian dengan warna dan berat jenis saja, tetapi juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan semikuantitatif seperti peme-
riksaan terhadap protein dan glukosa.

WARNA URIN

Memperhatikan warna urin bermakna karena kadang-kadang dida-


pat kelainan yang berarti untuk klinik. Warna urin diuji pada tebal lapis-
an 7 - l'0 cm dengan cahaya tembus; tindakan itu dapat dilakukan de-
ngan mengisi tabung reaksi sampai % penuh dan ditinjau dalam sikap
serong.
Nyatakanlah warna urin dengan perkataan seperti: tidak berwarna,
kunlng muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah ber-
campur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa
susu, dsb.

Catatan
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis;
makin besar diuresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna nor-
mal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu dise-
babkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan uro-
bilin.
Jika didapat warna abnormal, selidikilah sebabnya. Dalam hal itu
ingatlah kelainan warna dapat disebabkan juga oleh zat warna yang
dalam keadaan normalpun ada, tetapi sekarang adh dalam jumlah besar.
Di samping itu pertimbangkanlah kemungkinan adanya zat warna
abnormal, berupa hasil metabolismus abnormal, tetapi mungkin juga
16 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

berasal dari suatu jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang
yang sakit. Selanjutnya ingatlah bahwa pada beberapa keadaan warna
urin mungkin baru berubah setelah dibiarkan.

Beberafia selab warna urin


Kuning
a. Zatwarnanormal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
b. Zat w arna abnormal : bilirubin.
c. Obat-obat dan diagnostika: santonin, PSP, riboflavin (dengan fluore-
sensi hijau). Santonin dan PSP berwarna kuning dalam lingkungan
asam. Jangan lupa kemungkinan warna kuning urin disebabkan oleh
zatwarna yang terdapat dalam makanan, teristimewa dalam kem-
bang gula, permen dsb.

Hiiau
a. Zatwarnanormal dalam jumlah besar: indikan.
b. Obat-obat dan diagnostika: methyleneblue, Evan's blue.
c. Kuman-kuman: Ps. aeruginosa (B.pyocyaneus).

Meralt
a. Zat w arna normal dalam j umlah besar: uroerythrin.
b. Zat' w arna abnormal : hemoglobin, porfi ri n, porfobilin.
c. Obat-obat dan diagnostika: Santonin, PSP, amidopyrin, Congored,
BSP. Zat-zat itu berwarna merah dalam lingkungan lindi. Zat warna
makanan juga perlu dipertimbangkan.
dl Kuman-kuman: B. prodigiosus.

CoHat
a. Zat w arna normal dalam j unrl ah besar: urobilin.
b. Zat warna abnormal:bilirubin, hematin, porfobilin.

Coklat tua atqu hitanx


a. Zatwarnanormal dalam jumlah besar: indikan.
b. Zat wama abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
c. Obat-obat: derivat-derivat fenol, argyrol.

Serupa susu
a. Zatnormal dalam jumlah besar: fosfat,.urat.
b. Zat abnormal: pus, g6tah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bak-
teri, protein yang membeku.
URINALISIS 77

KETERNIHAN

Cara me-nguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah


pendapat dengan salah satu dari: jernih, agak kerrrh, keruh atau sangat
keruh.
Pentinglah untuk menentukan apakah urin itu telah keruh pada
waktu dikeluarkan atau baru kemudian, yaitu jika dibiarkan.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin normalpun
akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan: kekeruhan ri-
ngan itu disebut nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leu-
kosit yang lambat laun mengendap.

Sebab-sebab urin keruh dari mula-mula:


L Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar. Mungkin terjadi
sesudah seseorang makan banyak. Kekeruhan itu hilang jika urin
diberikan asam asetat encer. Sediment mengandung banyak kristal
fosfat atau karbonat.
2. Bakteri-bakteri. Kekeruhan yang terjadi bukan saja disebabkan oleh
berkembangbiaknya kuman, tetapi juga oleh bertambahnya unsur
sediment seperti sel epitel, leukosit, dsb. Pemeriksaan sediment,
termasuk yang dipulas Gram dan biakan dapat membenarkan penda-
pat tadi. Kekeruhan yang disebabkan oleh kuman tidak dapat dihi-
langkan dengan filtrasi atau dengan pemusingan biasa.
3. Unsur-unsur sediment dalam iumlah besar.
a. Eritrosit-eritrosit yang menyebabkan.urin menjadi keruh dan ber-
' warna serupa air daging. Adanya dibenarkan dengan pemeriksaan
mikroskopik sediment.
b.Leukosit-leukosit; adanya dibenarkan dengan pemeriksaan
mikroskopik sediment. Jika sediment urin yang mengandung ba-
nyak leukosit dibubuhi larutan NaOH pekat, terjadilah suatu
massa yang amat kental (percobaan Donne).
c. Sel-sel epitel. Akan terlihat juga dalam sediment pada pemerik-
saan lebih lanjut.
4. Chylus dan lemak. Urin keruh menyerupai susu encer. Jika keke-
ruhan disebabkan oleh adanya butir-butir lemak (lipuria), maka pada
pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat butir-butir lemak. Kalau urin
yang bercampur chylus atau lemak dikocok dengan ether, kemudian
ether itu diteteskan kepada sepotong kertas, akan ketinggalan bacak
lemak pada kertas tadi. '
5. Benda-benda koloid. Umumnya sukar diketahui koloid apa dan
78 PENUNTUN LACORATORIUNI KLINIK

sebabnya maka koloid itu ada dalam urin. Urin tidak dapat dijernih-
kan dengan menyaringnya atau memusingnya. Benda-benda koloid
itu tidak nampak pada pemeriksaan mikroskopik dan tidak dapat
juga larut dalam ether.

Sebab-sebab urin menjadi keruh setelah dibiarkan:


l. Nubecula.
2. Urat-urst amorf yang terbentuk dalam urin asam dan dingin. Warna
kekeruhan dan endapan putih atau merah jambrr dan akan lenYaP
jika urin dipanasi.
3. Fosfot amorf dan karbonat. zat-zat ini mengendap dalam urin lindi
atau urin yang'menjadi lindi' Kedua macam zat larut bila urin
diasamkan, karbonat melarut dengan pembentukan gas CO2.
4. Bakteri-bakteri. Mungkin bakteri-bakteri itu tidak berasal dari dalam
badan, melainkan berkembang biak dalam urin yang ditamputlg
dalam botol kotor. Kalau tidak berasal dari dalam badan, adanya
bakteri-bakteri itu tidak disertai bertambahnya unsur-unsur sedi-
ment.

BERAT JENIS

Penetapan beral jenis urin biasanya cukup teliti dengan mengguna-


kan urinometer. Apabila sering melakukan penetdpan berat jenis dengan
contoh urin yang volumanya kecil, sebaiknya memakai refraktometer
untuk tujuan itu.

Cara dengan urinometer


l.Tuanglah urin yang harus bersuhu kamar ke dalam gelas urinometer.
Busa yang mungkin terjadi dibuang dengan memakai sepotong kertas
saring atau dengan setetes ether.
2. Masukkanlah urinometer ke dalam gelas itu. Agar urinometer itu
bebas terapung pada waktu dibaca harus ada cukup bahyak urin da-
lam gelas tadi.
3. Sebelum membaca berat jenis pada tangkai urinometer, haruslah
urinometer itu lepas.dari dinding gelas; untuk melepaskan putorlah
urinometer itil dengan menggunakan ibu iari don teluniuk'
4. Oleh putaran tadi urinometer akan terapung di tengah+engah gelas
dan tidak menempel lagi pada dinding. Bacalah sekarang berat jenis
tanpa paralax setinggi'meniskus bawah'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Catatan
Berat jenis urin sangat erat berhubungan dengan diuresis; makin
besar diuresis, makin rendah berat jenis dan sebaliknya' Berat jenis urin
24 jamdari orang normal biasanya berkisar antara, 1,016 - 1,022 (lazim
ditulis l0l6= 1022sajadengan meniadakan koma). Oleh pengaruh fak-
tor-faktor yang menentukan besarnya diuresis, batas normal boleh
berbeda.beda dhri 1003 - 1030.
Penetapan berat jenis urin yang bukan urin 24 jam juga mempunyai
makna, pugr dalam urin sewaktu. Tingginya berat jenis itu memberi
kesan tentang pekatnya urin: jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Lagi pula, tafsiran hasil pemeriksaan semikuantitatif dalam urin mung-
kin berubah atas dasar pendapat berat jenis.
Batas-batas normal urin sewaktu 1003 - 1030. Jika didapat urin se-
waktu (sering urin pagi) yang mempunyai berat jenis 1025 atau lebih
tinggi, sedangkan reduksi urin itu negatif dan tidak ada protein, maka
hal itu menunjukkan kepada.faal pemekat ginjal yang baik' Berat jenis
yang lebih dari 1030 memberi isyarat akan kemungkinan glukosuria'
Urinometer yang dipakai hendaklah yang ditera pada satu suhu an-
tara 27 dan 32'C. Jika suhu tera berbeda dari suhu kamar (atau dari
suhu urin) harus diadakan koreksi terhadap pembacaan urinometer.
Tambahlah I (sebenarnya 0,001) kepada berat jenis yang dibaca pada
urinometer untuk setiap 3'C perbedaan di atas suhu tera atau kurang I
(sebenarnya 0,001) daripadanya untuk setiap 3oC perbedaan di bawah
suhu tera.
Jika dikehendaki, boleh juga mengadakan koreksi untuk adanya
glukosa atau protein yang ada dalam urin. Angka-angka koreksi itu ia-
lah I (0,001) untuk setiap 0,4 gram protein per 100 ml urin dan I (0'001)
untuk setiap 0,3 gram glukosa per 100 ml urin. Koreksi untuk adanya
glukosa atau protein itu tidak penting, karena pengaruhnya terhadap
berat jenis tidak besar. Hati-hati memeriksa urin dari pasien yang baru
disuntik obat diagnostik rontgen guna memperlihatkan ginjal; berat je-
nis urin menjadi sangat tinggi.
Jika jumlah urin terlalu sedikit dan penetapan berat jenis dipandang
perlu dilakukan, encerkanlah urin itu dengan sama banyak aqua destil-
lata. Untuk mendapat berat jenis sebenarnya, kedua angka terakhir dari
pembacaan harus dikali dua pula.
Sebagai catatan terakhir, berhati-hatilah kalau membeli urinometer
dari sesuatu pabrik atau pembuat yang kurang berpengalaman, sering
didapat kesalahan besar dalam tera! Bahkan sebaiknya tiap urinometer
baru ditera lagi.
80 URINALISIS

Cara dengan refraktometer


Cara menentukan berat jenis urin dengan menggunakan refrak-
tometer makin banyak dipakai karena cara ini hanya memerrukan bebe-
rapa tetes urin saja. Index refraksi sesuatu cairan bertambah secara li-
near .dengan banyaknya zat larut, jadi index refraksi urin mempunyai
hubungan erat dengan berat jenis urin yang juga ditentukan oleh kadar
zat larut. Refraktometer yang khusus dibuat untuk pemakaian dalam
laboratorium klinik mempunyai skala berat jenis di samping skala index
refraksi, sehingga hasil penetapan berat jenis dapat dibaca langsung.
$eperti juga pada urinometer, berat jenis yang dibaca pada rifrak-
tometer dipengaruhi oleh glukosa dan protein dalam urin; koreksi yang
ingin diadakan sama seperti koreksi pada urinometer.
Berbeda dari urinometer, refraktometer tidak memerlukan koreksi
untuk suhu.

BAU URIN

Meskipun tidak disebut sebagai pemeriksaan penyaring, baik selalu


diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal. Dalam hal inipun
harus dibedakan bau yang dari semula ada dari bau yang terjadi dalam
urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari
semula ada yang bermakna.
Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal:
l. Oleh makanan yang mengan dung zat-zat atsiri, seperti jengkol, petai,
" durian, asperse, dll. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari se-
mula.
2. Oleh obat-obatan seperti: terpentin, menthol, oso. Telah ada dalam
urin segar.
3. Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasanya terjadi
dengan urin yang dibiarkan tanpa pengawet: reaksi urin menjadi
lindi. Kadang-kadang juga oleh perombakan ureum di dalam kan-
tong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu.
4. Bau pada ketonuria: bau itu ada dari semula dan menyerupai bau
buah-buahan atau bunga setengah layu. (meskipun acetonlah yang
banyak didapat, baunya berbeda dari bau aceton murni).
5. Bau busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal dari perom-
ba\an zat-zat protein, umpamanya pada carcinoma dalam saluran
kencing. Mungkin pula terjadi oleh pembusukan urin yang mengan-
dung banyak protein di luar badan.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
8l

J DERAJATKEASAMAN
pemeriksaan
Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam
pene-
penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa
tapan itu-Aapat memleri t esan tintang keadaan dalam tubuh,
apalagi
jikadisertaip"n"t."p"njumlahasamyangdiexkresikandalamwaktuter-
-- jumlah ion NH4, dsb'
tentu,
d"r"in pada keadaan tadi pemeriksan pH urin segar dapat memberi
petunjukkearahetiologipadainfeksisaiurankencing:infeksiolehE'
coli biasanfa menghasilkan urin asam, sedangkan infeksi oleh Proteus
yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urin menjadi
lindi.
Reaksi atau pH urin dapat ditentukan dengan semudah-mudahnya
memakai kertas indikator.

Penetapan reaksi dengan kertas lakmus


juga yang.-merah
Basahilah sepotong kertas lakmus yang biru dan
perhatikanlah
dengan urin yang dipeiiksa; tunggulah satu menit dan
warna yang terjadi.

Catatan
Urin asam mengubah warna kertas lakmus yang biru menjadi me-
jikatelin-
rah. urin lindi mengubah kertas lakmus merah menjadi biru;
jika kertas
dian urin itu disebabkan oleh amoniak, warna biru hilang lagi
itu dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urin netral praktis tidak
kertas lakmus, baik yang merah maupun yang biru'
-6atamwarna
mengubah
beberapa buku masih juga disebut adanya "urin yang be-
men-
reaksi amfoter", yaitu urin yang mengubah kertas lakmus merah
jadibirudanmengubahjugakertaslakmusbirumenjadimerah'Penda-
pat itu tidak masuk akal; sebabnya ialah karena kertas lakmus yang
aipatai tidak baik lagi,. Urin mungkin lindi, mungkin netral' mungkin
pul" urunl, tetapi tid;k mungkin ada yang sekaligus bereaksi asam dan
lindi. Urin amfoter tidak ada.
Penetapanreaksidengankertaslakmusadalahpemeriksaanyang
dari
telah usang. Lakmus bukanlah satu zat murni dan perubahan warna
biru menjadi merah dan sebaliknya tidak terjadi pada pH tertentu'
Lakmus sebagai indikator untuk menentukan derajat keasaman urin
se-

baiknya ditiadakan.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Penetapan pH dengan kertas nitrazin


Basahkanl4h sepotong kecil kertas nitrazin dengan urin yang dipe-
riksa, tunggu semenit dan bandingkanlah warna kertas itu dengan skala
warna yang tersedia.

Catailn
Kertas nitrazin dapat dipakai untuk menentukan pH antara 4,5 -
7,5. Skala warna memberi kemungkinan membaca antara dua warna.
Pada pH 4,5 warna nitrazin kuning, warna itu berubah lambat laun men-
jadi biru pada pH yang lebih tinggi.

Penetapan pH dengan campuran indikator


Cara ini yang sekarang banyak dipakai karena memberi kemung-
kinan membaca pH dengan lebih cepat dan lebih repat daripada cara-
cara yang disebut terlebih dulu, Pada sepotong kertas isap terdapat cam-
puran dua macam indikator, biasanya methylred dan bromthymolblue.
Perubahan warna kedua indikator bersama menyebabkan warna pada
kertas yang mengandung indikator-indikator dalam keadaan kering ber-
ubah antara pH 5 dan pH 9 dari jingga melalui hijau sampai menjadi
biru.
Kertas ini dicelupkan sebentar ke dalam urin dan warna yang terjadi
segera dibandingkan dengan skala warna yang tersedia.

Catatan
Untuk penetapan pH dengan nitrazin atau dengan campuran indi-
kator urin harus benar-benar segar atau diawet supaya jangan terjadi
amonia oleh perombakan ureum. Karena itu, waspadalah kalau pFI urin
mencapai 9; mungkin sekali urin itu sudah mengalami pembusukan se-
hingga selayaknya jangan dipakai untuk pemeriksaan apapun.
Batas-batas normal pH ialah dari 4,6 - 8,5. lJrin24jam mempu-
nyai pH rata-rata 6,2 oleh pengeluaran zat-zat metabolik yang asam.
Keasaman titrasi urin 24 jam rata-rata 300 ml asam l/10 n, dengan
batas-batas dari 100 - 600 ml.

CARIK CELUP

Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan


menggunakan carik celup (dip-and-read test strip, reagent strip). peme.
riksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan
spesifik. Carik celup berupa secarik plastik kaku yang pada sebelah sisi-
PF,NI]NTUN LABORATORIUM KLINIK 83

*nya penye-
dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan
rap lain yang masing-masing mengandung reagens-reagens spesifik
terhadapsalahsatuzatyangmungkinadadidalamurin.Adanyadan
pada
banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu
yang menyertai
bagian yung*rn.ngundung reagens spesifik; skala warna
carik celup memungkinkan penilaian semikuantitatif'
Meskipunsensitifdanspesifik,pemakaiancarikcelupmenghendaki
agar cara memakainya mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan
de-
o"leh perusahaan pembuat carik celup itu, Kalau tidak mengikutinya
ngan'seksarfia, hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari keadaan sebe-

narnya.
Beberapa petunjuk yang berlaku secara umum:
L Urin harus dijadikan serba sama sebelum diperiksa; campurlah baik-
baik sampai juga sediment terbagi merata'
2. Celupkan carik hanya sekejap saja dalam urin'
3. Hilangkan kelebihan urin yang melekat pada carik dengan ump'
menyentuhkan pinggir carik celup ke pada pinggir wadah urin'
+. Janian pegang Uagian dari carik celup yang mengandung reagens de-
ngan jari.
5. Keluarkan hanya sebanyak carik celup dari botolnya yang akan sege-
ra dipakai.
6. Botol w.adah carik celup harus selalu ditutup kuat-kuat'
7. Jangan taruh wadah berisi carik celup di sinar matahari'

PROTEIN

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Keba-


nyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin ber-
dasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada,
maka menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat penting pada
test-test terhadaP Protein.
Jika urin yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai; kalau ke-
ruh pakailah cairan atas dari urin pusingan atau filtrat urin' Seandainya
cairan atas atau filtrat tidak mau menjadi jernih, berilah kepada I volu-
ma urin l,/10, voluma kieselguhr atau carbo adsorbens, kocoklah kuat-
kuat dan saringlah berulang-ulang sampai mendapat filtrat jernih.
(Awas: filtrat itu tidak boleh dipakai untuk test lain, karena zat-Tat
warna dan beberapa macam .zatlain tertahan oleh kieselguhr atau carbo
adsorbens).
84 uRtNAltsts

Kekeruhan yang disebabkan oleh fosfat-fosfat atau urat-urat dapat


dihilangkan dengan cara-cara seperti tersebut pada bab pemeriksaan
sediment.
Apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan dengan cara-cara tadi
dan perneriksaan terhadap protein dikehendaki juga, laporkanlah bahwa
kekeruhan itu tidak dapat dihilangkan dan bahwa pemeriksaan terhadap
protein dijalankan dengan urin yang tidak jernih. Jika urin itu keruh
benar, cara-cara berdasarkan timbulnya kekeruhan untuk menyatakan
adanya protein tidak dapat dipakai.
Hasil pemeriksaan protein hendaknya diberitakan dengan cara
semikuantitatif seperti diterangkan kemudian.

Cara

A. Dengan asam sulfosalicyl


l. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urin jernih.
2. Kepada yang satu ditambah 8 tetes larutan asam sulfosalicyl 200/o;
kocok.
3. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang kedua; kalau tetap
sama jernihnya test terhadap protein berhasil negatif.
4. Jika tabung pertama lebih keruh daripada yang kedua, panasilah ta-
bung pertama itu di atas nyala api sampai mendidih dan kemudian di-
nginkanlah kembali dengan air mengalir.
a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada
juga setelah dingin kembali, test terhadap protein adalah positif.
" Protein itu mungkin albumin, mungkin globulin, mungkin kedua-
duanya.
b. Jika kekeruhan itu hilang pada waktu pemanasan, tetapi muncul
lagi setelah dingin, mungkin sebabnya protein Bence Jones dan
perlu diselidiki lebih lanjut.

Catatan
Test dengan asam sulfosalicyl tidak bersifat spesifik, meskipun sa- .
ngat peka; adanya protein dalam konsentrasi 0,0020/o dapat dinyatakan-
nya. Kalau hasil test itu negatif, tidak perlu lagi memikirkan kemung-
kinan adanya proteinuria
Penilaian semikuantitatif dari test ini diterangkan kemudian dan yang
diuji ialah derajat kekeruhan sebelum dilakukan pemanasan.
85
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

:B. Pemanasan dengan asam acetat


l. Masukkanlah urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas
urin itu dipanasi di atas nyala api sanlpai mendidih selama 30 detik.
3. perhatiksn terjadinya kekeruhan di lapisan atds urin itu, dengan
membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipa-
nasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein, te-
tapi mungkin juga oleh calciumfosfat atau calciumkarbonat'
4. Teteskanlah kemudian ke dalam urin yang masih panas itu 3 - 5 tetes
larutan asam acetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh calcium-
fosfat kekeruhan itu akan lenyap. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh
calciumkarbonat kekeruhan hilang juga, tetapi dengan pembentukan
gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi test
terhadap protein adalah Positif.
5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian
berilah penilaian semikuantitatif kepada hasilnya seperti diterangkan
di bawah.

catatan
Protein yang ada dalam keadaan koloid dipresipitatkan seperti
juga
terjadi pada percobaan dengan asam sulfosalicyl. Pemberian asam acetat
dilakukan. untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein;
pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadilah presipi-
tasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada
dalam urin atau yang sengaja ditambahkan kepada urin'
Fercobaan ini cukup peka untuk klinik; sebanyak 0,00490 protein
dapat dinyatakan dengan test ini.
Carainihanyamemakaisebuahtabunglebihbaikdariyangmeng-
gunakan dua tabung (tabung kedua hanya berisi urin saja sebagai kon-
irol) karena kekeruhan yang sangat ringan lebih jelas nampak jika bagi-
an bawah dipakai untuk perbandingan.
Asam acetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya, tiap kon-
sentrasi antara 3 - 60:ro boleh dipakai, yang penting ialah pH yang dica-
pai dengan pemberian asam acetat. Karena itu ada yang lebih suka
memakai larutan penyanggah pH 4,5 sebagai pengganti larutan asam
acetat. Susunan penyanggah ialah sbb.: asam asetat glacial 56,5 ml; na-
triumacetat ll8 g; aqua dest ad 1000 ml. Dengan reapiens ini adanyaga-
ram-garam untuk mempresipitatkan protein dengan sendirinya terjamin.
Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik dipakai
untuk test ini; jika berat jertis berkisar antara 1003 dan 1006 tambahlah
86 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

larutan Nacl jenuh sebanyak l/5 dari voluma urin. Jika menggunakan
penyanggah seperti disebut di atas, pemberian NaCl tidak perlu lagi.
Hasil yang sebaik-baiknya pada percobaan dengan asam acetat
diperoleh dengan urin yang reaksinya asam. Baiklah sebelum percobaan
dimul3i reaksi urin yang lindi itu dijadikan asam dengan sedikit asam
acetat juga.
Karena kekeruhan yang sangat ringan sukar dilihat, pakailah selalu
tabung yang bagus untuk test terhadap protein; tabung yang telah ber-
gores jangan dipakai.
Stumber reaksi negatif palsu pada percobaan pemanasan dengan
asam acetat ialah pemberian asam acetat yang berlebihan. Kekeruha.n
yang halus mungkin hilang oleh karena itu.
Sumber reaksi positif palsu (kekeruhan yang ridak disebabkan oleh
albumin atau globulin) nungkin:
a' Nucleoprotein. Kekeruhan terjadi pada pemberian asam acetat sebe-
lum pemanasan.
b' Mucin. Kekeruhan yang disebabkan oleh mucin juga terjadi pada saat
pemberian asam acetat sebelum pemanasan.
c. Proteose (albumose). Presipitat oleh zat ini terjadi setelah campuran
reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi.
d. Asam-asam resin. Kekeruhan oleh zat-zat ini larut dalam alkohol.
e. Protein Bence Jones. Lihat di bawah.

Cara menilai hasil


cara menilai ini berlaku baik untuk tes dengan asam sulfosalicyl,
maupun untuk test dengan asam acetat. Cara penilaian ini menghin-
darkan adanya laporan penilaian yang meragukan dengan memberi ba-
tas-batas tegas antara derajat kepositifan.
Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung itu dengan ca_
haya berpantul dan dengan latar belakang yang hitam.

Negatif - tidak ada kekeruhan sedikit juga.


positif + atau I + : ada kekeruhan ringan tanpa bu-
tir-butir; kadar protein kira-kira
0,01 - 0,0590.
positif + + ata\ 2 + : kekeruhan mudah dapat dilihat
dan nampak butir-butir dalam
kekeruhan itu (0,05 - 0,2V0)
positif + + + atau 3 + : 'urin jelas keruh dan kekeruhan
itu berkeping-keping (0,2-0, 5 Vo)
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 87

positif ++++ atau4+: urin sangat keruh dan kekeruhan


berkeping-keping besar atau ber-
gumpal-gumpal ataupun mema-
dat (lebih dari 0,590). Jika ter-
dapat lebih dari 390 protein akan
terjadi bekuan.

Catatan
UntuF memperoleh keseragaman, janganlah memakai cara mela-
porkan hasil yang berbeda dari cara ini. Kata-kata seperti "spoortje"
dan "very faint tracet', "spoor" atau "faint trace", "zwak + ", +;dll.
Janganlah dipergunakan lagi, karena mengacaukan.

C. Dengan memakai carik celup


Carik celup yang dipakai untuk menemukan proteinuria berdasar-
kan fenomen "kesalahan penetapan pH oleh adanya protein": indikator
tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein
dan cairan yang berisi protein pada pH tertentu. Derajat perubahan war-
na ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan
warna itu menjadi ukuran semikuantitatif pada proteinuria.
Biasanya indikator yang terdapat pada carik celup ialah tetrabrom-
phenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berubah warna men-
jadi hijau sampai hijau-biru sesuai dengan banyaknya protein dalam
urin.

Catatan
Perhatikan saat harus membaca warna carik celup sesuai dengan
instruksi yang diberikan oleh pembuat carik celup. Ini lebihlebih pen-
ting jika hendak menilai derajat kepositifan dari warna yang terjadi.
Ingat pula bahwa der4jat kepositifan pada carik celup tidak perlu sama
dengan yang ditentukan untuk cara-cara yang menilai derajat keke-
ruhan.
Ketidaksesuaian antara hasil dengan memakai carik celup dan test-
test kekeruhan juga terjadi karena carik celup itu hanya sensitif terhadap
albumin saja. Globulin-globulin, termasuk protein Bence Jones tidak da-
pat dinyatakan oleh carik celup.
Selain itu pengaruh konsentrasi garam-garam dalam urin dan
pengaruh keasaman urin berbeda untuk test kekeruhan dan test mema-
kai carik celup.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan tadi, se-
88 URINALISIS

baiknya jangan mengandalkan carik celup sebagai satu-satunya cara


pemeriksaan untuk menyatakan adanya proteinuria. Prosedur konven-
sional seperti cara dengan asam sulfosalicyl tetap berguna dan perlu
dipak4i untuk mengontrol pemeriksaan memakai carik celup.

PROTEIN BENCEJONES

Protein patologik ini mempunyai sifat larut pada suhu didih urin;
jika ufin mendingin kekeruhan pada test penlanasan dengan asam acetat
akan mulai terlihat pada kira-kira 60oC dan menjadi semakin jelas pada
suhu lebih rendah. Kalau urin dipanasi lagi, kekeruhan oleh protein
Bence Jones menghilang lagi.
Karena sifat itu, mungkin pada test pemanasan dengan asam acetat
adanya protein itu tidak terlihat. Jika keadaan klinik memberi petunjuk
ke arah itu atau jika dilihat pada test dengan asam acetat adanya keke-
ruhan yang menghilang, lakukanlah pemeriksaan terhadap protein Ben-
ce Jones.

Cara 0sgood
l. Masukkanlah kira-kira 5 ml urin dan sebatang termometer ke dalam
tabung reaksi dan masukkanlah tabung itu ke dalam gelas kimia ber-
isi air.
2. Panasilah berhati-hati air dalam gelas kimia itu dan perhatikanlah
suhu yang ditunjuk oleh termometer.
1 Catatlah suhu timbulnya kekeruhan pertama-tama dan juga suhu
kekeruhan itu menjadi maximal.
4. Angkatlah tabung itu dari air dan panasilah di atas nyala api sampai
isinya mendidih selama satu menit.
a. Jika presipitat lenyap, biarkan urin itu mendingin lagi; catatlah
suhu presipitat muncul lagi.
b. Jika presipitat tidak mau menghilang waktu dipanasi, berilah I ml
asam acetat 5090 tetes demi tetes dengan terus memanasi urin itu
hingga mendidih. Jika kekeruhan menetap, maka presipitat itu
setidak-tidaknya mengandung albumin atau globulin atau dua-
duanya. Kalau begitu saringlah cairan keruh dalam keadaan
mendidih dan filtratnya ditinjau. Jika kekeruhan timbuldalam fil-
trat itu pada waktu cairan mendingin dan hilang lagi kalau.dipa-
nasi maka adanya.protein Bence'Jones terbukti.
Jika pada langkah 3 dan langkah 4 a terlihat adanya kekeruhan
yang timbul pada suhu antara 50o - 65'C yang menghilang pada
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 89

100"C, adanya protein Bence Jones terbukti juga.

Catatan
Protein Bence Jones didapat pada 5090 penderita mieloma multipel,
tetapi tidaf spesifik untuk penyakit itu: kadang-kadang didapat juga
pada beberapa macam tumor tulang, pada leukemia menahun dll.
Protein Bence Jones mungkin ada dalam urin tanpa albumin atau
globulin, tetapi sering tedapat bersama-sama. Dalam hal terakhir itu,
cara Osgodd dapat membedakan antara protein-protein tadi.
Jika test terhadap protein hanya dilakukan saja dengan cara pema-
nasan memakai asam acetat, ada kemungkinan adanya protein Bence
Jones tidak dilihat. Seperti sudah dicantumkan terlebih dahulu, peme-
riksaan memakai carik celup tidak dapat menemukan protein Bence Jo-
nes. Jika test dengan asam sulfosalicyl berhasil negatif, pasti tidak ada
protein Bence Jones.

PENETAPAN JUMLAH PROTEIN

Penetapan jumlah protein hanya berarti jika dilakukan dengan


timed specimen, biasanya dipakai urin 24 jam atau urin l2 jam'

Cara Esbach (modifikasi Tsuchiya)


l. Urin jernih yang dipakai harus bereaksi asam; jika perlu tambahlah
beberapa tetes asam acetat glacial kepada urin itu hingga reaksinya
mpnjadi asam.
2. Isilah tabung Esbach (albuminometer Esbach) terlebih dulu dengan
serbuk batu apung sampai 3 mm tingginya, yaitu cukup banyak untuk
meliputi dasar tabung, kemudian isilah dengan urin setinggi garis ber-
tandakan "U".
3. Tambahlah reagens Esbach atau reagens Tsuchiya kepada urin itu
sampai garis tanda '1R".
4. Sumbatlah tabung dan bolak-balikkan l2 kali fiangan dikocok)'
5. Letakkanlah tabung itu dalam sikap tegak dan biarkan selama I jam.
6. Tingginya presipitat dibaca dan menunjukkan banyaknya gram pro-
tein per liter urin..

Catatan
Reagens Esbach: asam.pikrat I g; asam citrat2 g; aqua dest ad l@
ml. Reagens Tsuchiya: asam fosfowolframat 1,5 g;alkohol959o 93,5 ml;
buatlah larutan kemudian tambahkan asam hidrochlorida pekat 5,0 ml.
90 PENUNTUN LABORATORTUM KLINTK

Penting diingat bahwa hasil penetapan ini dibaca dengan gram per
liter urin; sebaiknya hasil penetapan dilaporkan juga dengan jumlah
gram protein yang dikeluarkan per 24 jam.
Jika test kualitatif terhadap protein berhasil 3 + atau 4 + , maka
urin ha?us diencerkan dulu untuk menjalankan penetapan menurut Es-
bach, umpamanya2,4 atau 8 kali. Faktor penggnceran kemudian diper-
hitungkan dalam hasil penetapan.
Tidak ada gunanya untuk melakukan penetapan ini jika urin hanya
mengandung protein sedikit, yaitu kLrang dari 0,0590 (0,5 gram per liter)
yang telah terlihat dari hasil test kualitatif yang hanya I + saja.
Cara Esbach yang asli berbeda sedikit dari modifikasi menurut Tsu-
chiya: tidak diberikan serbuk batu apung dan hasil penetapanbaru boleh
dibacaliwat l8 - 24 jam.
Cara Esbach sebagai penetapan kuantitatif protein dalam urin
sudah amat tua dan sebenarnya tidak lagi sesuai dengan kemajuan
laboratorium klinik masakini. Baik ketelitian maupun ketepatannya
sangat rendah, sehingga hasilnya hanya merupakan sekedar pendekatan
belaka. Kalau menghendaki penetapan yang lebih baik, pilihlah cara
yang mengendapkan protein secara sempurna ump. dengan asam tri-
chloracetat kemudian mereaksikannya dengan reagens biuret dan meng-
ukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer.

GLUKOSA

Pemeriksaan terha.dap adaqya glukosa dalam urin termasuk peme-


,iiruun penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan
cara yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan
sifat glukosa sebagai zat pereduksi; pada test-test semacam itu terdapat
suatu zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi
oleh glukosa. Di antara banyak macam reagens yang dapat dipakai un-
tuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah ba-
nyak dipergunakan.
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang meng-
gunakan enzim glukosa-oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan
berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.

A. Cara Benedict
l. Masukkanlah 5 ml relgens Benedict.ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan sebanyak 5 - 8 tetes fangan lebih!) urin ke dalam tabung
iru.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 9I

3. Masukkanlah tabung itu ke dalam air mendidih selama 5 menit.


4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.

Menilai hasil
Hasifpemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semi-
kuantitatif.

negatif: - tetap biru jernih atau sedikit kehijau-


! hijauan dan agak keruh.
Positif + ataul+ hijau kekuning-kuningan dan keruh
(sesuai dengan 0,5 - l9o glukosa).
Positif + + atau 2+ kuning keruh (l - 1,590 glukosa).
Posotif + + + atau 3+ jingga atau warna lumpur keruh (2-
3,590 glukosa).
Positif ++++ atau 4 + merah keruh (lebih dari 3,590 glu-
kosa).

Catatan
Reagens kualitatif Benedict: CuSO4.5aq 17,3 E; natriumcitrat
173 g; Na2CO3.0aq 100 g atau Na2CO3.lOaq 2AO e; aqua dest ad I 000
ml.
Karena hasil disebut dengan cara semikuantitatif, perbandingan ba-
nyak reagens dan urin penting dalam melakukan test ini. Untuk meng-
hemat reagens test ini sering dijalankan dengan 2,5 ml reagens dan 3 - 4
tetes urin; hasilnya tidak berbeda.
Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul; salah
jika hanya memakai air yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa
satu dua pemeriksaan reduksi, pemanasan boleh dilakukan juga dengan
nyala api; dalam hal itu isi tabung harus perlahan-lahan mendidih sela-
ma 2 menit penuh.
Cara menilai hasil yang menyimpang dari yang disebut tadi jangan-
lah dipakai; melaporkan hasil dengan umpamanya +, zwak * , nareduc-
tie, dsb. tidak dapat dibenarkan.
Di antara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menya-
takan reduksi, reagens Benedictlah yang terbaik. Biarpun begitu, selalu
hendaknya diingat bahwa yang ditentukan ialah sifat reduksi sesuatu zat
saja, yang tidak selalu berarti glukosa. Juga monosacharida lain, seperti
galaktosa, fruktosa dan pentosa, disacharida seperti laktosa dan bebe-
rapa zat bukan gula seperti asam homogentisat dan alkapton dapat
mengadakan reduksi. Zat bukan gula dalam urin yang mungkin meng-
92 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

adakan reduksi, umpamanya: formalin (pengawet), glucuronat-glucu-


ronat (hasil konjugasi dalam hati dengan macam-macam zat dan obat-
obat seperti streptomycin), salicylat-salicylat dalam kadar tinggi, vitamin
C, dsb.
Ji[a urin banyak mengandung albumin, yaitu dengan reaksi 3 +
atau 4 + buanglah dulu albumin itu karena mungkin jumlah besar albu-
min dapat mengadakan reduksi pula. Caranya ialah dengan memasak
urin seperti pada test pemanasan dengan asam acetat, kemudian menya-
ringnya; filtrat dipakai untuk perneriksaan reduksi.
Jika ingin memastikan bahwa reduksi disebabkan oleh glukosa,
lakukanlah test dengan fenilhidrazine untuk menyusun kristal-kristal
glukosazon yang mudah diidentifik-asi atau lakukanlah test terhadap
glukosa dengan reagens yang berisi glukosa-oxidasa. Untuk membukti-
kan adanya gula-gula lain dapat dijalankan test-test khusus terhadap
umpamanya galaktosa, pentosa, fruktosa dan laktosa. Cara-cara itu ti-
dak akan diterangkan di sini.
Reagens lain-lain seperti Fehling, Nylander, dll. untuk memeriksa
reduksi dalam urin tidak dianjurkan untuk pekerjaan sehari-hari, mes-
kipun dalam keadaan tertentu masih ada juga gunanya.

B. Cara dengan memakai carik celup


Carik celup dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni glukosa-
oxidasa dan peroxidasa bersama dengan semacam zat seperti o-tolidine
yang berubah warna jika ia dioxidasi. Kalau ada glukosa, maka oleh
pengaruh glukosa-oxidasa glukosa menghasilkan asam glukonat dan
hldrogen peroxida; oleh pengaruh peroxidasa hidrogen peroxida meng-
alihkan oxigen kepada o-tolidine yang berubah warna menjadi biru.
Lebih banyak glukosa lebih tua warna biru yang terjadi pada reaksi ini,
sehingga penilaian semikuantitatif juga mungkin.

Catatan
Cara dengan memakai carik celup memang spesifik untuk glukosa
dan test hanya memerlukan waktu amat singkat. Tetapi hal itu tidaklah
berarti bahwa tidak ada kelemahan-kelemahannya. Hasil negatif palsu
terjadi bila urin mengandung zat-zat mereduksi seperti vitamin C, keton-
keton dan asam' homogentisat. Penilaian semikuantitatif harus benar-
benar menuruti petunjuk yang diberikan oleh pembuat carik celup
mengenai saat membandingkan warna yang timbul dengan skala warna
yang mendampingi cari( celup. Penilaian semikuantitatif itu tidak selalu
paralel dan sederajat dengan penilaian semikuantitatif yang berlaku un-
URINALISIS 93

tuk reagens Benedict.


Selain kromogen o-tolidine yang menjadi biru ada pula carik celup
yang menggunakan iodida sebagai kromogen; warna coklat_lah yang
menandakan reaksi positif.

PENETAPAN KUAN TITATIF GLUKOSA

Adakalanya klinik memerlukan penetapan jumlah glukosa yang


dikeluarkan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini jumlah glukosa dalam
urin dapat dititrasi dengan reagens Benedict kuantitatif. Reagens ini ber-
beda dari yang kualitatif karena mengandung rhodanida; cuprooxida
yang kuning atau merah tidak dapat terbentuk lagi dan timbullah pada
reduksi warna putih dari presipital cuprorhodanida.

Cara
l. Tepat 5,0 ml reagens dimasukkan ke dalam tabung reaksi lebar yang
garis tengahnya kira-kira 4 cm.
2. Bubuhilah kira-kira I - 2 gram natriumkarbonat dan 2 butir kaca.
3. Panasilah di atas nyala api kecil sampai cairan mendidih betul sambil
menggoyangkan terus rnenerus tabung itu.
4. Teteskan urin yang diperiksa ke dalam cairan mendidih itu dengan
memakai pipet I ml bergaris 0,01 ml. Sewaktu meneteskan urin, cair-
an tidak boleh berhenti mendidih.
5. Jika warna birureagens mulai menghilang pemberian urin harus lam-
bat sekali: 30 detik antara tiap tetes.
6. Tftrasi berakhir pada saat warna biru tidak kelihatan lagi. (Jika diper-
lukan kurang dari I ml urin untuk titrasi itu, ulangilah dengan urin
yang diencerkan 5 kali dengan aqua dest).

Catatan
Susunan reagens Benedict kuantitatif: CuSO4.5aq 18,0 gi
Na2CO3.Oaq 100,0 g'atau Na2CO3.l0aq 200,0 g; narriumcirrat
200,0 g; kaliumrhodanida (kaliumsulfosianat) 125,0 g; larutan kalium-
ferrosianida 590 5,0 ml dan aqua dest ad I 000,0 ml.
Jumlah cuprisulfat dipilih demikian sehingga tiap 5,0 ri.rl dari rea-
gens ini direduksi oleh 0,01 g glukosa. .Berdasarkan ketentuan itu per-
hitungkan jumlah gram glukosa yang dikeluarkan umpamanya per 24
jam.
Sebaiknya reagens kuantitatif Benedict diuji dengan larutan stan-
dard gluf,osa pada waktu memakainya.
94 . PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

ZAT.ZAT KETON

Zat-zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton'


asam ageto-acetat dan asam beta-hidroxibutirat. Karena aceton, yaitu
zat yang terpenting di antara benda-benda keton bersifat mudah meng-
uap, maka urin yang diperiksa harus segar; kalau urin dibiarkan asam
aceto-acetat berubah menjadi aceton, begitu pula asam beta-hidroxibu-
tirat yang lebih dulu menjadi asam aceto-acetat, sehingEazat-aat itu juga
menghilang dari urin.

A. Cara Rothera (satu modifikasi)


Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara nitroprussida dan
asam aceto-acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu.
Teristimewa terhadap asam aceto-acetatlah reaksi ini peka sekali (positif
sampai.l : 400 000); terhadap aceton kepekaan I : 20 000, sedangkan
asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagens Rothera: natriumnitroprussida 5 g; amoniumsulfat 2N g;
campur baik-baik dengan menggerusnya dalam lumpang dan simpanlah
serbuk itu dalam botol bersumbat teguh.
l. Masukkanlah 5 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2. Bubuhilah kira-kira I gram (sepucuk pisau) reagens Rothera dan
kocoklah sampai larut.
3. Peganglah tabung dalam sikap miring dan berhati-hati alirkan atau
teteskan sebanyak I - 2 ml amoniumhidroxida pekat (2890) melalui
- dinding ke atas urin itu. Amoniumhidroxida itu harus menyusun
lapisan atas dari cairan di dalam tabung.
4. Letakkan tabung dalam sikap tegak dan bacalah hasil liwat 3 menit'
5. Warna-ungu kemerah-merahan pada perbatasan kedua lapisan cairan
menandakan adanya zat-zat keton. Makin cepat warna itu terjadi dan
makin tua warnanya, makin banyak juga jumlah zat keton. Warna
coklat diberi arti negatif. Karena kepada test ini tidak dapat diberikan
penilaian semikuantitatif secara teratur dan pasti, nyatakanlah hasil
dengan positif ( + ) atau negatif (- ) saja.

Catatan
Pentinglah untuk memakai urin yang segar pada test ini. Perubahan
asam aceto-acetat menjadi aceton dan menguapnya aceton dari urin
yang dibiarkan mengurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang
mengandung zat-zat keton itu.
URINALISIS 95

B. Cara Gerhardt
Test ini berdasar kepada reaksi antara asam aceto-acetat dan ferri-
chlorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur port (warna merah-
coklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran I : 1000 dapat dinya-
takan olehleaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi Rothera), sedangfan
aceton dan asam beta-hidroxibutirat tidak bereaksi.
Karena itu, penting menggunakan urin segar!
t. 5 ml urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diteteskan
larutarferrichlorida l09o ke dalam tabung itu sambil mengocok isi-
nya.
2. Jika terbentuknya presipitat putih ferrifosfat berhenti, saringlah cair-
an itu.
3. Kepada filtrat diberikan beberapa tetes larutan ferrichlorida lagi;
perhatikanlah adanya warna merah coklat yang menandakan test ini
positif.

Catatan

Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh presipitat ferrifosfat


yang selalu terbentuk; maka dari itu dianjurkan supaya menyaring cair-
an dan mencari warna itu di dalam filtrat.
Warna merah anggur itu tidak hanya dapat ditimbulkan- oleh asam
aceto-acetat; fenol, salicylat-salicylat, antipyrin dan natriumbikarbonat
juga memberi warna serupa, hasil test itu menjadi positif palsu. Jarang-
jarapc terjadi warna hijau, disebabkan oleh fenilalaline.
Test Gerhardt yang positif selalu harus disertai test Rothera yang
positif juga. Seandainya Cerhardt positif, sedangkan Rothera negatif,
maka konklusi ialah Gerhardt positif palsu karena test Rothera amat le-
bih peka terhadap asam aceto-acetat daripada test Gerhardt.
Meskipun test Gerhardt kurang peka, ada gunanya juga dipakai di
samping test Rothera, karena bilamana test Gerhardt itu positif, dibe-
rikan olehnya isyarat bahwa ketonuria lebih berat daripada yang hanya
menyebabkan Rothera positif saja.
Hasil test Gerhardt cukup dinilai dengan negatif ( - ) atau positif
(+) saja.
Untuk membedakan hasil test yang positif palsu dari yang positif se-
jati, dapat dipergunakan cara di bawah ini yang memakai sifat asam ace-
to-acetat yang mudah menghilang sebagai dasar:
l. 5 ml urin diasamkan dengan asam acetat dan kemudian ditambah 5
ml aqua dest.
96 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

2. Masaklah campuran itu sampai voluma menjadi 5 ml lagi.


3. Dinginkan dan jika perlu saringlah.
4. Lakukan test Gerhardt dengan cairan itu (atau dengan filtratnya).
5. Jika.lasil dengan urin yang tidak dimasak positif dan test dengan urin
yang dimasak menjadi negatif, maka test itu positif sejati. Sebaliknya
jika baik dengan urin yang tidak dipanasi dan dengan urin yang dipa-
nasi hasilnya positif, maka test itu sebenarnya berhasil positif palsu.

Tefhadap asam beta-hidroxibutirat tidak dikenal test khusus dan


dalam klinik sehari-hari memang tidak diperlukan test terhadap zat itu.
Adanya aceton dan asam aceto-acetat tglah cukup memberikan fakta
tentang kelainan metabolismus yang sedang diderita.

C. Cara dengan carik celup


Ada juga carik celup yang dibuat untuk mendeteksi zat-zat keton
dalam urin; seperti pada test Rothera carik celup juga memakai natrium-
nitroprussida sebagai dasar reaksi untuk menimbulkan warna ungu.
Sama juga seperti telah diterangkan, urin harus benar-benar segar dan
asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan.
Penilaian semikuantitatif juga mungkin diadakan berdasarkan tua-
nya warna ungu yang terjadi pada carik celup, meskipun perbedaan
intensitas warna tidak sejelas seperti yang dilihat pada test untuk albu-
minuria dan glukosuria memakai carik celup; sebaiknya dinyatakan
negatif ( - ) atau positif ( + ) saja.

BILIRUBIN

Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam


urin. Jika urin dibiarkan sebagian kecil daripada bilirubin itu berubah
menjadi biliverdin oleh oxidasi; perubahan itu mencepat oleh sinar mata-
hari.
Di antara banyak macam test untuk menyatakan adanya bilirubin
dianjurkan:

A. Percobaan busa
l. Kocoklah kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung dengan kuat-kuat.
2. Jika terjadi busa kuning, itu tanda bahwa bilirubin sangat mungkin
ada.
97
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Catatan
Busa urin yang tidak mengandung bilirubin putih atau sangat ku-
ning muda. Percobaan busa ini sangat sederhand dan hanya memberikan
petunjuk saja. Sebait<nya dibenarkan dengan melakukan test yang lebih
peka.
Test busa mungkin menjadi positif palsu pada konsentrasi urobilin
yang tinggi dan juga oleh obat-obatan seperti acriflavine dan pyridium'

B. Percob"gran Harrison
Bilirubin yang ada dalam urin dipekatkan di atas kertas saring de-
ngan jalan mempresipitatkan fosfat-fosfat yang'ada di dalam urin
memakai bariumchlorida dan bilirubin melekat pada presipitat itu. Bili-
rubin yang telah dikumpulkan itu dioxidasi menjadi biliverdin yang hi-
jau dengan reagens Fouchet: asam trichloracetat 25 E;aquadest 100 ml;
buatlah larutan kemudian tambahlah larutan ferrichlorida l09o 10 ml.

Cara
l. 5 ml urin yang lebih dulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung re-
aksi.
2. Tambahlah 5 ml larutan bariumchlorida l09o; campur dan saringlah.
3. Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka
lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong itu. Biarkan bebe-
rapa lama sampai agak kering.
4. Teteskan 2 -3 tetes reagens Fouchet ke atas presipitat di atas kertas
saring itu.
5. Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.

C. Modifikasi percobaan Harrison dengan potongan kertas saring'


cara ini menggunakan potongan kertas saring berukuran kira-kira
l0 x I cm yang sangat tebal (umpamanya Schleicher dan Schfrll no. 740)
yang direndam beberapa lama di dalam larutan jenuh bariumchlorida.
Setelah kertas saring itu meresap larutan itu kemudian dikeringkan da-
lam lemari panas dan disimpan sampai saat memakainya.

Cara
l. Potongan kertas saring dipegang pada salah satu.ujungnya dan sebe-
lah lain dimasukkan ke dalam urin sampai kira-kira sepertiga dari
panjangnya. Peganglah kertas dalam keadaan sepertiga terendam
dari 30 detik sampai 2 menit.
2. Angkatlah kertas dan biarkan sampai menjadi agak kering.
98 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

3. Teteskanlah setetes reagens Fouchet pada kertas saring, tepat pada


batas permukaan urin tadi.
4. Adanya warna hijau berarti ada bilirubin.

Catrtail
Warna urin sering telah memberi petunjuk tentang kemungkinan
adanya bilirubin. Karena bilirubin berubah menjadi zat-zat lain, warna
itu mungkin berbeda-beda: kuning tua, kuning campur hijau, coklat,
dsb. !
Bilirubin glukuronida adalah semacam zat yang tidak tahan sinar
matahari, zat itu pecah oleh proses oxidasi dan hidrolisis. simpanlah
sampel urin pada tempat bebas sinar matahari langsung dan janganlah
tunda-tunda pemeriksaan.
Dengan reagens Fouchet bilirubin dioxidasi menjadi biliverdin yang
hijau, tetapi di samping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil-hasil oxi-
dasi lain juga yang lain warnanya: biru (bilisianin) atau kuning (chole-
telin). Hanya jika terjadi warna hijaulah test dengan reagens Fouchet
dianggap positif. Meskipun dari intensitas warna dapat diduga konsen-
trasi bilirubin, tetapi sukarlah untuk menilai hasil test secara semikuan-
titatif. Untuk mengadakan perbedaan antara konsentrasi yang rendah
dan yang tinggi, boleh dipakai tanda + dan + + saja.
Urin normal bereaksi negatif pada percobaan ini.

D. Cara dengan carik celup


Reaksi yang terjadi pada cara ini ialah reaksi diazotisasi antara bili-
rubin dalam urin dan semacam senyawa diazo pada carik celup. Warna
yang terjadi pada reaksi itu ditentukan oleh jenis senyawa diazo yang
dipakai, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bili-
rubin secara terbatas.
Pakailah juga urin segar untuk diperiksa dengan carik celup; bili-
rubin yang telah teroxidasi atau mengalami hidrolisis tidak dapat lagi"
bereaksi dengan senyawa diazo.

UROBILINOGEN

Urobilinogeri dan beberapa macam zatlain yang rnungkin terdapat


dalam urin bereaksi dengan reagens Ehrlich menyusun zat warna yang
merah. Reagens Ehrlich: paradimethylamino-benzaldehida 2 g;.asam
hidrochlorida pekat 20 hl; aqua dest 80 ml. Simpan dalam botol ber-
warna coklat.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 99

Karena urobilinogen dioxidasi oleh hawa udara teristimewa kalau


terkena sinar matahari menjadi urobilin yang tidak dapat bereaksi de-
ngan reagens Ehrlich itu, maka pentinglah untuk memakai urin segar
atau memakai urin yang diawet dengan natriumkarbonat untuk pemerik-
saan ini.
Jika akan melakukan pemeriksaan ini dengan urin sewaktu, baiklah
memilih urin yang dikeluarkan pada sore hari karena exkresi urobilino-
gen (oleh sebab yang tidak terang) setinggi-tingginya pada sore hari'
Bilirubin mengganggu percobaan ini, karena akan membentuk zat
fuijau dengan reagens Ehrlich; jika ada, ia harus dibuang dulu dengan
cara mengocok urin dengan calciumhidroxida padat dan kemudian
menyaringnya. Filtrat dipakai selanjutnya untuk pemeriksaan terhadap
urobilinogen.
Test terhadap urobilinogen sebaiknya dilakukan dengan cara yang
memberi kemungkinan penilaian semikuantitatif.

A. Cara Wallace dan Diamond


l. Kepada l0 ml urin di dalam tabung reaksi dibubuhi I ml reagens
Wallace dan Diamond. Campur dan biarkan selama 3 - 5 menit
(langan lebih lama!)
2. Hasil pemeriksaan ditentukan sbb.: lihatlah dari atas ke bawah ke
dalbm tabung reaksi itu yang didirikan vertikal dengan sepotong
kertas putih di bawahnYa'
a. Jika warna merah yang terlihat pada cara itu hanya samar-sa-
mar saja, percobaan boleh dianggap selesai.
'" b. Jika warna merah yang terjadi nampak betul,'Janjutlanlah
pemeriksaan dengan pengenceran urin sbb.:
3. Buatlah deretan pengenceran dari urin itu dari l0 x sampai lfi) x
atau jika perlu lebih tinggi lagi:

Tabung no. I ) 3 4 5 6 7 8

ml urin 1,0 0,5 0,3 0,25 0,20 0,l5 0,125 0,10


air sampai ml l0 l0 l0 l0 t0 l0 l0 l0
pengenceran l0x 20x 33x 40x 50x 7Ox 80x 100 x

4. Dengan memakai urin yang diencerkan itu dilakukan lagi pemerik-


saan menurut Wallaeb dan Diamond seperti telah diterangkan.
5. Hasil pemeriksaan dilaporkan dengan menyebut pengenceran ter-
100 URINALISIS

tinggi yang masih memperlihatkan warna merah dan juga menye-


but pengenceran yang tidak menimbulkan warna merah lagi. Con-
toh: pengenceran I :40 positif, I : 50 negatif.

Cetataf
Hasil pemeriksaan harus dibaca dalam waku paling lama 5 menit,
karenajika dibiarkan warna merah itu akan menjadi lebih merah lagi
dan mencapai puncaknya liwat 30 menit.
Da.lam keadaan normal urin memberi reaksi positif sampai peng-
enceran 20 x sedangkan yang diencerkan 40 x berhasil negatif. Kalau urin
dalam pengenceran lebih dari 40 x masih bereaksi positif, itulah tanda
exkresi urobilinogen (atau chromogen lain-lain) bertambah banyak. Jika
warna merah hanya timbul dalam urin yang tidak diencerkan atau dalam
urin yang diencerkan kurang dari20 x, rnungkin exkresi urobilinogen ku-
rang dari normal.
Bilirubin harus dibuang dengan calciumhidroxida padat agar peni-
laian semikuantitatif tidak terganggu oleh terjadinya pengenceran. Uro-
bilin tidak ikut bereaksi menyusun warna.
Selain urobilinogen ada beberapa zat la:in (chromogen) yang juga
menyusun warna merah dengan reagens ini; zat-zat itu termasuk golong-
an derivat indol. Di antaranya:
a. 5,6-aihidroxiindol pada melanuria
b. 5-hidroxiindole acetic acid (5HIAA) pada sindroma carcinoid.
c. indoxil dan skatoxil sulfat (indikan)
d. porfobilinogen
' Karena zat-zatyang disebut tadi mempunyai arti besar dalam klinik,
baiklah selaludiingat bahwa reaksi terhadap urobilinogen mungkin men-
jadi positif palsu oleh adanya salah satu daripada zat-zat tadi. Test ini
dapat diganggu oleh zat-zat lain yang tidak segolongan: sulfonamida dan
procain menghasilkan warna hijau; formalin menghambat reaksi. In-
feksi dalam saluran kencing mungkin mengganggu reaksi ini; pada infek-
si mungkin terbentuk nitrit-nitrit dalam urin dan nitrit-nitrit itu menye-
babkan terjadinya warna hijau.

B. Cara dengan carik celup


Ada carik ctilup yang mengandung paradimethylamino-benzalde-
hida seperti terdapat dalam reagens Ehrlich dan menyusun warna keme-
rah-merahan dan ada juga carik celup yang berisi zat dengan inti diazo-
nium yang menjadi merali kalau reaksi berhasil positif.
Penilaian sernikuantitatif mungkin diadakan dengan kedua macam
101
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

jika dibandingkan
carik celup, tetapi penilaian itu tidak sama halusnya
yang diencerkan berderet
dengan caia konvensional yang memakai urin
seperti sudah dijelaskan.
Pemakaian carik celup tidak menyingkirkan kemungkinan terjadi
reaksiyangpositifpalsudanyangnegatifpalsuolehzat.zatlainyangka.
dang-kadang ditemukan dalam urin.
Carik celup juga menghendaki urin segar yang diperiksa'

UROBILIN

Dalamurinsegarpraktistidakadaurobilin;zatitubarukemudian
timbul oleh oxidasi u.obilinog.n. Pada pemeriksaan terhadap urobilin
sengaja ditambahkan sedikit jodium sebagai larutan Lugol fiodiu-
I g;
kaliumjodid a2 g; aquadest ad 300 ml) untuk menjalankan oxidasi itu.
YangdipakaiuntukmenyatakanurobilinialahreagensSchlesinger,
yaitu larutan zinkacetat atau zinkchlorida yang jenuh dalam alkohol
bSVo. lrirrk-acetat l0 g; alkohol 100 ml; kocok kuat-kuat dan biarkan
bagian yang tidak larut di dalam botol).
Jika ada bilirubin dalam urin zat itu harus dibuang lebih dulu de-
ngan menambah calciumhidroxida padat kepada urin dan menyaring-
nya; pakailah filtrat untuk percobaan.

Cara Schlesinger
l. Masukkanlah 5 ml ke dalam tabung reaksi dan perhatikanlah apakah
ada fluoresensi.
2. Kalau lda fluoresensi, maka urin itu tidak dapat dipakai untuk test
rerhadap urobilin, karena akan menjadikan hasil test positif
palsu'
Lihatlah selanjutnYa di bawah.
3. Kalau tidak ada fluoresensi, tambahlah 2 - 4 tetes larutan Lugol'
campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih'
4. Bubu'hilah 5 ml reagens Schlesinger, campur dan kemudian saringlah'
5. Periksalah adanya fluoresensi dalam filtrat; diuji dengan cahaya
matahari berpantul dengan latar belakang yang hitam'
6. Adanya fluoresensi hijau menandakan hasil positif yang dapat dinilai
sebagai + atau + +.

Catatan
Bilirubin mengganggu percobaan, maka itu harus dibuang
lebih

dulu dengan cara yang sudah diterangkan'


mung-
Jika ada fluoresensi sebelum diberikan reagens Schlesinger'
IO2 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

kin hal itu disebabkan oleh zat-zat yang mempunyai daya fluoresensi. Di
antara zat-zat itu yang sering didapat ialah riboflavin dari tablet multi-
vitamin atau vitamin B-complex dsb., fluoresensi (dipakai sebagai diag-
nostikum), eosin dan erythrosin (dipakai untuk mewarnakan gula-gula),
mercurochrom dan acriflavin.
Fluoresensi yang disebabkan oleh riboflavin dapat dikenal dengan
percobaan menurut Naumann yang diterangkan di bawah ini. Membe-
dakan fluoresensi oleh zat itu penting, karena riboflavin sering diper-
gunakan sebagai obat.
Berlainan dari test terhadap urobilinogen, pada test ini tidak dapat
dipakai cara semikuantitatif untuk menilai hasilnya, meskipun dari
kerasnya fluoresensi dapat juga diduga konsentrasi urobilin. Maka dari
itu, hasil percobaan ini hanya dinilai dengan negatif ( - ), positir ( + ) dan
positif (+ +) saja. Urin normal akan menghasilkan positif (+); jika
didapat hasil negatif (-) atau positif (+ +), mungkin menunjukkan
keadaan abnormal.
Karena itu juga, test terhadap urobilinogen dapat memberi lebih ba-
nyak keterangan dari test Schlesinger. Jika kedua macam test dilakukan
berdampingan dan dilihat bahwri hasil test Wallace dan Diamond jauh
lebih kuat dari hasil Schlesinger, waspadalah akan kemungkinan salah
satu macam derivat indol yang tadi disebut dan yang membuat reaksi
positif palsu pada test terhadap urobilinogen.
Test terhadap urobilin menurut Schlesinger masih juga ada manfaat
lain, yaitu jika terpaksa memeriksa urin yang tidak segar lagi. Biarpun
urin itu tidak lagi berisi urobilinogen, sehingga test menurut Wallace dan
Diamorid menjadi negatif, tetapi reaksi fluoresensi kuat dengan reagens
Schlesinger memberi petunjuk bahwa semula mungkin ada banyak uro-
bilinogen dalam urin yang diperiksa.

PERCOBAAN NAUMANN
i.
Peicobaan ini dilakukan di samping test Schlesinger jika disangka
bahwa fluoresensi keras yang didapat pada test itu tidak disebabkan oleh
urobilin. Percobaan menurut Naumann ini menggunakan sifat urobilin
(dan beberapa macam derivat indol lain) yang larut dalam chloroform
sedangkan riboflavin hanya dapat larut dalam air.

Cara
l. 5 ml urin, 5 ml chloroform, 5 tetes asam hidrochlorida pekat dan I te-
tes tinctura iodii dicampur dan dikocok dalam tabung sentrifuge dan
URINALISIS 103

kemudian dipusing.
2. Lapisan bawah, yaitu chloroform dipisahkan dari lapisan atas
(Chloroform itu akan mengandung urobilin dan lapisan cairan atas
mengandung ribofl avin).
3. Kepada chloroform itu dibubuhi alkohol 9590 kira-kira separoh dari
voluma chloroform kira-kira 0, I g zink acetat dan I tetes amonium
hidroxida pekat; kocoklah dan saringlah.
4. Filtrat yang diperoleh diperiksa terhadap adanya fluoresensi. Jika
ada fluoresensi, sebabnya ialah urobilin.

Catatan
Pada test Naumann zat-zat riboflavin, fluorescein, eosin dan ery-
throsin yang semuanya menyebabkan fluoresensi akan didapat dalam
lapisan air saja.
Di dalam lapisan chloroform didapat urobilin dan beberapa derivat
indol, yaitu indol dan skatol. Indol dan skatol tidak membuat fluoresen-
si pada test dengan zinkacetat.

PORFOBILINOGEN

Porfobilinogen dikeluarkan dengan urin pada porphyria acuta


intermittens, yaitu salah satu penyakit yang termasuk golongan porfiria.
Zat inijuga membentuk warna merah pada reaksi dengan reagens menu-
rut Wallace dan Diamond.
Kalau disangka ada porfobilinogen, lakukanlah pemeriksaan menu-
rut Watson dan Schwartz untuk menyatakannya. Perlu menggunakan
urin segar karena dalam urin tua porfbbilinogen berubah menjadi porfo-
bilin yang tidak bereaksi dengan reagens tadi.
Reagens menurut Watson dan Schwartz merupakan satu modifikasi
dari reagens Ehrlich dan susunannya ialah sbb.: paradimetilaminoben-
zaldehidi 0,7 g; asam hidrochlorida pekat 150 ml; aqua dest 100 ml' Ha-
rus disirhiran dalam botol berwarna coklat.
Test ini menggunakan sebagai dasar sifat porfobilinogen yang tidak
dapat larut dalam chloroform.

Cara Watson dan'schwartz


l. Masukkanlah 2,5 ml urin segar ke dalam tabung.
2. Tambahlah sekaligus 2,5 ml reagens Watson dan Schwartz dan ko-
coklah segera kuat-kuat.
3. Tepat 15 detik setelah pemberian reagens itu ditambah 5 ml larutan
104 URINALISIS

natriumacetat jenuh.
4. Bubuhilah sekarang 5 ml chloroform, kocoklah kuat-kuat dan biar-
kan cloroform itu berpisah dari lapisan atas (atau pusinglah tabung).
5. Apabila lapisan atas merah warnanya, reaksi terhadap porfobili-
nogen positif.

Catatan
Larutan natriumacetat jenuh (natriumacetat 150 g; aqua dest 100
ml) dipakai untuk menghentikan reaksi.
.Urobilinogen (dan juga indol dan skatol) akan menjadi merah pada
reaksi ini, tetapi akan tinggal dalam lapisan chloroform. Urobilin,
porfobilin dan porfirin-porfirin tidak bereaksi.
Karena perubahan porfobilinogen menjadi porfobilin mudah ter-
jadi, pentinglah untuk memakai urin segar. Kalau dikehendaki, larutan
merah yang berisi porfobilinogen boleh diperiksa dengan spektroskop:
akan terlihat garis absorpsi pada 625 nm. (Garis absorpsi untuk indol-in.
dol dalam larutan chloroform terdapat pada 570 nm).
Jika diperlukan pemeriksaan terhadap porfirin total bersama
koproporfirin dan uroporfirin dalam urin, pemeriksaan itu dapat dila-
kukan dengan extraksi koproporfirin memakai ethylether, sedangkan
uroporfirin dapat diextraksi memakai ethylacetat. Cara-cara itu tidak
diterangkan lebih lanjut.

INDIKAN

Indikan atau indoxilsulfat ikut bereaksi dengan reagens Wallace dan


Diamond (test untuk urobilinogen), tetapi tidak bereaksi dengan reagens
Schlesinger terhadaP urobilin.
Jika ada indikasi klinik atau bila tersangka bahwa warna merah
kuat pada reaksi terhadap urobilinogen disebabkan oleh derivat indol,
lakukanlah test menurut Obermayer untuk membedakannya'
pekat
Reagens obermayer: ferrichlorida 2 g; asam hidrochlorida
(3890) 1000 ml. Reagens ini mengoxidasi indikan menjadi indigobiru
(atau indigomerah jika oxidasi itu berjalan lambat)'

Cara Obermayer
l. Masukkanlah 3 ml urin dan kemudian 3 ml reagens obermayer ke
dalam tabung reaksi dan campur baik-baik.
2. Panasilah berhati-hati tabung itu sampai isinya menjadi panas (ia-
ngan sampai mendidih).
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 105

3. Tambahlah 2 ml chloroform dan bolak-balikkan tabung itu beberapa


kali, jangan dikocok kuat-kuat.
4. Biarkan tabung dalam sikap vertikal agar chloroform berpisah dan
menjadi lapisan bawah.
5. Adanya warna biru yang jelas dalam lapisan chloroform menandakan
jumlah indikan dalam urin bertambah.

Catatan
Urin normal mungkin menjadikan lapisan chloroform agak biru
muda. Semakin banyak indikan, semakin tua warna chloroform itu.
Beberapa macam zat mengganggun reaksi ini: jodida dan thymol
menimbulkan warna merah-ungu. Hexamin, formalin dan bilirubin
mengganggu reaksi ini. (Bilirubin dapat ditiadakan dengan memakai cal-
ciumhidroxida padat).
Jumlah indikan dalam urin bertambah banyak pada obstruksi da-
lam usus kecil dan proses lain-lain yang mendatangkan pembusukan pro-
tein; adakalanya zat itu juga bertambah tanpa adanya proses patologis
setelah makan banyak protein.

PERCOBAAN THORMAHLEN PADA MELANURIA

Penderita melanoma yang meluas dan menyebar mengeluarkan


semacam derivat indol ke dalam urin yang kadang-kadang mempolimeri-
sasi menjadi melanin yang hitam. Derivat indol yang tidak berwarna itu
ialah 5,6 dihidroxi-indol glukuronida (melanogen) dan dapat dinyatakan
dengan test Thormbhlen. Pada test ini natriumnitroprussida direduksi
oleh melanogen sehingga terjadi zat berwarna ungu.

Cara
I - Masukkanlah I- 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan secara bertetesan larutan encer natriumnitroprussida
dalam'kaliumhidroxida 1090.
3. Jika ida indol abnormal itu, akan terjadi warna lembayung yang ber-
ubah menjadi biru setelah diberikan asam acetat glacial sebayak 2 ml.

Catatan
Test ini walaupun tidak sangat peka, dianggap cukup spesifik untuk
melanuria. Indikasi untuk menjalankan test ini datang dari klinik dan
boleh juga dilakukan jika warna merah yang timbul pada reaksi Wallace
dan Diamond tidak sesuai dengan pendapat lainlain.
106 URTNAL|STS

ASAM AMINO DAN DERIVAT ASAM AMINO

Adanya beberapa macam asam amino dan derivat-derivatnya dalam


urin mendapat perhatian sebagai kelainan metabolisme yang biasanya
mempunyai dasarnya pada kelainan kongenital. Amino aciduria dilihat
sebagai akibat reabsorpsi yang terganggu dalam tubuli ginjal; sebagai
cont;h: phenylketonuria, cystinuria dan glycinuria. Selain asam amino
juga dikinal exkresi derivat-derivat asam amino yang mendatangkan
kelainan seperti alkaptonuria, homocystinuria dan tyrosinuria'
Terhadap kelainan-kelainan itu dikenal percobaan-percobaan yang
spesifik, tetapi yang tidak disebut disini.

REAKSI DIAZO MENURUT EHRLICH

Dengan menggunakan zat-zat sama seperti dipakai untuk penetapan


bilirubin dalam serum darah, dapat dilakukan test diazo ini yang dalam
beberapa keadaan masih mempunyai arti dalam klinik.
Reagens yang dipakai terjadi dari dua macam larutan, yaitu: larutan
A (asam sulfanil 5 g; asam hidrochlorida pekat 38s/o 42 ml; aqua dest ad
1000 ml) dan larutan B (natriumnitrit 0,5 g; aqua dest ad 100 ml) yang
harus disimpan terpisah.

Cara
l. Masukkan 2,5 ml larutan A dan I tetes larutan B ke dalam tabung re-
aksi; campur.
2. Tambah sekarang 2,5 ml urin; campur.
3. Bubuhilah amonia l09o sebanyak 5 ml atau lebih supaya lingkungan
menjadi lindi.
4. Kocoklah tabung kuat-kuat.
5. Reaksi dianggap positif jika busa yang terjadi jelas merah atau me-
rahjambu.

Catatan
Urin normal berhasil negatif pada test ini. Aceton menyebabkan re-
aksi positif palsu, sedangkan sejumlah natrium-nitrit yang berlebihan
mungkin menjadikan reaksi ini negatif palsu.
Hasil positif sejati mungkin didapat pada tuberculosis paru-paru
yang lanjut, pada typhus abdominalis dan pada morbilli. Pada typhus
abdominalis reaksi ini rnenjadi negatif lewat minggu kedua dari penya-
kit.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 107

Meskipun test diazo menurut Ehrlich dalam urin merupakan satu


test yang sudah tua, ia dipertahankan dalam buku ini mengingat bahwa
banyak laboratoria kesehatan yang sederhana memerlukan test-test
sederhana dalam menjalankan tugasnya.

TEST TERHADAP DARAH SAMAR

Test ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroxidasa yang


mencerai hidrogen peroxida dan mengoxidasi benzidine atau guajac
menjadi zat berwarna biru.

A. Cara dengan benzidine basa


l. Masaklah sejumlah urin dalam tabung reaksi dan biarkan dingin
kembali.
2. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak
sepucuk pisau.
3. Tambahlah 3 ml asam acetat glacial, kocok sampai benzidine itu larut
dengan meninggalkan beberapa kristal yang tidak larut, tanda sudah
jenuh. Jika perlu ditambah sedikit benzidine basa lagi, sehingga je-
nuh.
4. Bubuhilah 2 ml urin yang dimasak tadi, campur.
5. Berilah I ml larutan hidrogen peroxida 390; campur.
6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit fiangan lebih lama).

B. Cara dengan benzidine dihidrochlorida dan dengan tetrametilbenzidi-


ne -.
Cara ini sama seperti yang diterangkan untuk benzidine basa de-
ngan perbedaan memakai benzidine dihidrochlorida atau tetrametil-
benzidine sebagai pengganti benzidine basa sedangkan urin-tidak perlu
dimasak terlebih dulu.
.
C. Cara dengan guajac
l. Tartrhlah 4 ml urin dalam tabung, tambah beberapa tetes asam acetat
glacial dan campurlah.
2. Ke dalam tabung lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac
kemudian 2 ml alkohol 9590, campur.
3. Tuanglah campuran guajac dan alkohol ke dalam tabung berisi urin;
t
campur.
4. Tambahlah 2 ml HZOZ 390 kepada campuran itu.
5. Bacalah hasil dalam waktu 5 menit. Penilaian semikuantitatif sama
r08 URINALISIS

seperti diterangkan untuk benzidine.

Ketiga macam test tadi dapat dinilai hasilnya secara semikuantitatif


sebagai berikut:

negatif - tidak ada perubahan warna atau warna


yang sangat samar-samar hijau.
positif + atau I+ hijau
positif + + +
atau2 biru bercampur hijau
positif+++ atau3+ biru
positif + + + + atau4 + birutua
Hasil test harus dibaca dalam waktu 5 menit karena warnanya sete-
lah itu berubah.

D. Cara dengan carik celuP


Bagian dari carik celup untuk mencari adanya darah samar biasanya
mengahdung tetrametilbenzidine atau ortho-tolidine bersama semacam
peroxida brganis, sehingga warna yang muncul pada reaksi positif juga
bervariasi dari hijau sampai birq tua. Penilaian semikuantitatif juga da-
pat diberikan, sedangkan terjadinya reaksi positif palsu dan negatif pal-
su sama juga seperti reaksi yang memakai tabung reaksi.

Catatan
Test benzidine dan guajac positif untuk hemoglobin dan beberapa
macam derivatnya, yaitu methemoglobin, CO-hemoglobin dan hematin.
Hasilnyb positif juga untuk myoglobin.
Percobaan yang dilakukan dengan benzidine basa sangat peka dan
orang harus waspada akan kemungkinan hasil yang positif palsu. Test
dengan benzidine basa dapat menyatakan adanya hemoglobin sampai
pengenceran 100 000 kali. LeukositJeukosit mungkin menjadi sebab
hasil'ycng positif palsu kecuali jika urin itu dimasak terlebih dulu. Selain
itu siSa-sisa cuprioxida (Benedict), bromida, jodida, asam nitrat dan for-
malin'mengakibatkan hasil serupa. Maka itu segala alat-alat gelas yang
dipakai harus bersih betul dan sebaiknya tiap test benzidine dilakukan in
duplo.
Kemungkinan mendapat hasil positif palsu dengan benzidine dihi-
drochlorida dan dengan guajac lebih kecil daripada dengan benzidine
bas4 karena kurang pekanya; zat-zat itu dianggap dapat menyatakan
adanya hemoglobin sampai pengenceran l0 000 kali. Itu sebabnya juga
maka urin tidak perlu dimasak terlebih dulu jika test terhadap darah
URINALISIS IO9

samar dilakukan dengan benzidine dihidrochlorida atau guajac'


Hasil negatif palsu disebabkan oleh vitamin c dan oleh reagens-rea-
gens yang tidak baik lagi. Larutan hidrogen peroxida 390 hendaknya
yang baru dibuat; kalau akan menggunakan larutan lama, sebaiknya
konsentrasi H2o2 dicek dulu. Jika tidak memakai jumlah-jumlah yang
ditetapkan tadi, mungkin kepekaan test ini berkurang.
Urin normal akan memperlihatkan hasil negatif. Baik pada hema-
turia (atau myoglobinuria) test terhadap darah samar menjadi positif.
Benzidine basa dan benzidine dihidrochlorida merupakan zat-zat
yang bersifat karsinogen. Jikalau memakai zat'zat itu perlu mengambil
iangtatt-tangkah pengamanan seperti: jangan sampai tertumpah, laku-
kan test benzidine hanya pada tempat tertentu dalam laboratorium,
bilaslah alat-alat gelas yang telah dipakai dengan air yang belebihan ba-
nyaknya, dsb. Tetrametilbenidine tidak begitu karsinogen seperti benzi-
dine basa dan benzidine dihidrochlorida, tetapi harganya juga berlipat-
lipat. Ada kemungkinan pemakaian benzidine dalam laboratorium kli-
nik di kemudian hari akan dilarang sama sekali.
carik celup mempunyai keuntungan karena tidak memerlukan tin-
dakan mengambil benzidine dari botol, melarutkannya, dsb. sehingga
boleh dipandang lebih aman.

CALCIUM

Pemeriksaan terhadap jumlah calcium yang dikeluarkan dengan


urin dapat dilakukan dengan cara mudah memakai reagens Sulkowitch
dan
(asam oxalat 2,5 g; amoniumoxalat 2,5 g: asam, acetat glacial 5'0-ml
aqua dest ad 150 ml). Untuk pemeriksaan ini diperlukan urin
24 iam'
seiangkan penderita diberi makanan yang tidak mengandung calcium'
Reagens ini mengendapkan calcium dalam bentuk calciumoxalat
tanpa caiciumfosfat oleh pH reagens itu. Percobaan menurut Sulkowitch
ini tergutla dalam kelainan faal gl. parathyreoidea dan gangguan meta-
bolismus talcium pada umumnYa.

cara sulkowitch
l. Masukkanlah 3 mlr ,,-:-
urin L-
ke ,roram mecir
dalam masing-masing 2 tabung rt:aksi.
Tabung reaksi kedua hanya dipakai selaku kontrol'
2. Tambahlah kepada tabung pertama 3 ml reagens Sulkowitch' campur
dan biarkan selama 2-3 menit.
3. Bacalah hasil secara semikuantitatif.
ll0 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

negatif tidak terjadi kekeruhan


positif I + terjadi kekeruhan yang halus
positif 2 + kekeruhan sedang
positif 3 + kekeruhan agak berat yang timbul dalam waktu kurang
dari 20 detik.
positif 4 kekeruhan berat yang terjadi seketika.

Catatan
Urin normal menghasilkan positif I + Jika hasil test i'Ji negatif,
pendapat itu dipertalikan dengan hypocalcemia yang kurang dari 7,5
mgo/o. Pada hypercalcemia (hyperparathyteoidie) exkresi calcium
bertambah besar dan hasil test ini menjadi 3 + atau 4 +
Pemeriksaan ini mudah dapat dilakukan sebagai "bedside test"
untuk diagnosa dan mengikuti hasil terapi pada penderita dengan ke-
lainan metabolismus calcium.

CHLORIDA

Penetapan jumlah chlorida dalam urin 24 jam secara cepat dila-


kukan menurut Fantus. Pada cara ini dilakukan titrasi memakai perak-
nitrat dengan ion chromat sebagai indikator.

Cara Fantus
l. tqtes urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan memakai
l0
pipet tetesan.
2. Cuci-lah pipet yang dipakai tadi beberapa kali dengan aqua dest.
3. Bubuhilah I tetes larutan kaliumchrom at 20s/o dengan pipet itu j uga.
4. Cucilah lagi pipet itu dengan aqua dest.
5. Tambahlah secara bertetesan memakai pipet itu juga, sambil terus-
menerus mengocok tabung reaksi larutan perak nitrat 2,9t/o sampai
saat'terjadinya warna merah yang menetap.
6. Hitunglah kadar chlorida: jumlah tetes larutan perak nitrat yang
dipakai sama dengan jumlah gram NaCl per liter urin. Jika kadar itu
hendak disebut derigan milliequivalent per liter, maka angka itu diba-
gi 58,5 dan dikalikan I 000.

Catrtan
Cara kasar ini sering sudah cukup teliti untuk dipakai dalarh klinik
jika ingin mengikuti pengeluaran chlorida dari sehari ke sehari.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK lll
PEMERIKSAAN SEDIMENT

Pemeriksaan sediment urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang


dipakai untuk itu ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan
pengawet, sebaiknya formalin. Yang paling baik untuk pemeriksaan
sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai berat jenis 1023 atau
lebih tinggi; urin yang pekat lebih mudah didapat bila memakai urin pagi
sebagai bahan pemeriksaan
Pada pemeriksaan ini diusahakan menyebut hasil pemeriksaan seca-
ra semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sediment yang ber-
makna per lapangan penglihatan.

Cara
A. Makroskopi
Perhatikanlah dulu dengan mata belaka ada-tidaknya sediment
dalam botol penamnulqqrin. Jika ada, catatlah jumlah dan rupanya.
Jika ingin segera mdigetahui jenis sediment itu, kocoklah botol urin
dan tuanglah sebagian urin itu ke dalam tabung reaksi. Fosfat-fosfat
yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi sejumlah
kecil asam acetat encer. Sediment yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50"C.

B. Mikroskopi Oihat hal. 203 dan204)


l. Kocoklah botol urin supaya sediment bercampur dengan cairan atas.
a.Jika Urin itu mengandung banyak sekali sediment fosfat dalam ling-
kungan lindi, kepada urin itu boleh diberikan sedikit asam asetat
encer untuk melarutkan sebagian fosfat itu;
b.Jika terdapat terlalu banyak sediment urat dalam lingkungan asam,
urin boleh dipanasi sedikit agar sebagian urat melarut.
2. Masukianlah 7 - 8 ml dari urin yang sudah diserbasamakan itu ke
dalarn 'tabung sentrifuge dan pusinglah selama 5 menit pada
1500 - 2000rpm.
3. Tuanglah cairan atas keluar dari tabung dengan satu gerakan yang
agak cepat tetapi luwes; kemudian tegakkanlah lagi tabung hingga
cairan'yang masih melekat pada dinding mengalir kembali ke dasar
tabung. Voluma sediment dan cairan menjadi kila-kira % ml.
4. Kocoklah tabung untuk meresuspensikan sediment.
5. Dengan menggunakan pipet Pasteur taruhlah 2 tetes dari sediment itu
terpisah ke atas sebuah kaca objek dan tutuplah tetes masing-masing
dengan kaca penutup.
tt2 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

6. Turunkanlah kondensor mikroskop atau kecilkanlah diafragmanya,


kemudian periksalah sediment itu dengan lensa objektif kecil (10 x).
7. Periksalah kemudian sediment itu dengan memakai lensa objektif
besar (40 x).
8. Laporkanlah pendapat mengenai unsur-unsur sediment dengan cara
seperti dijelaskan di bawah.

Lapangan penglihatan yang nampak dengan objektif kecil dina-


makan "lapangan penglihatan kecil" atau LPK. Lapangan penglihatan
dengan objektif besar dinamakan "lapangan penglihatan besar" atau
LPts.
Jumlah unsur sediment yang nampak diberitakan secara semikuan-
titatif, yaitu jumlah rata-ratanya per LPK atau per LPB. Jumlah silinder
dilaporkan (rata-ratanya) per L PK; jumlah rata-rata leukosit dan eri-
trosit dilaporkan per LPB.
Unsur-unsur sediment yang kurang bermakna tidak dilaporkan se-
cara tadi; umpamanya jumlah sel epitel dan kristal cukup diberitahukan
dengan tanda-tanda atau perkataan: + (ada). + + (banyak) dan + + +
(banyak sekali).
Unsur-unsur sediment urin mempunyai inder refraksi yang tidak
jauh berbeda dari index refraksi urin; untuk lebih mudah melihat unsur-
unsur itu perlu kontrast antara unsur-unsur dan cairan dipertinggi. Itu
dicapai dengan menurunkan kondensor mikroskop atau mengecilkan
diafragmanya. Jika memiliki konsensor fase kontrast pemakaiannya sa-
ngat membantu pemeriksaan.

Cara lain untuk lebih menonjolkan unsur sediment dan memper-


jelas strukturnya ialah berusaha memberi warna kepada unsur-unsur-
nya. Pewarnaan menurut Sternheimer-Malbin sebenarnya dikemukakan
mereka untuk membedakan leukosit yang berasal dari saluran kencing
prox,irnal dari leukosit yang berasal dari bagian distal, tetapi unsur-unsur
lain dalam sediment juga memperoleh warna tertentu.
Larutan Sternheimer-Malbin terdiri dari larutan A dan B yane
disimpan terpisah. Larutan A: methylviolet 3 g larutkan dalam alkohol
95Vo 20 ml; tambahkan amoniumoxalat 0,8 g dan aqua dest ad 80 ml.
Larutan B: safranin 0,?5 g, larutkan dalam alkohol 9590 l0 ml, tam-
bahkan aqua dest ad 100 ml. Larutan kerja dibuat dengan mencampur 3
ml larutan A dengan 97 ml larutan B kemudian disaring. Larutan kerja
hanya tahan satu hari. Sediment yang sudah diresuspensikan dalam ta-
bung sentrifuge dicampur dengan 2 - 3 tetes larutan kerja Sternheimer-
PENUNTUN LABORA'I'ORIUM KLINIK 113

Malbin.
Hasil pewarnaan menjadi sbb.: set epitel skuameus (gepeng) men-
jadi agak ungu dengan inti ungu-tua; sel-sel berasal dari ginjal berwarna
antara jingga dan ungu dengan inti ungu-tua. Eritrosit tidak berwarna
atau agak merah jambu muda. Leukosit yang berasal dari saluran ken-
cing distal berwarna merah-muda dengan inti ungu sedangkan yang asal-
nya dari ginjal (glitter cells) lebih besar ukurannya dan menjadi biru-
muda. Silinder hialin dan silinder lilin tidak berwarna atau agak merah
jambu muda; silinder berbutir berwarna merah jambu dengan granula
ungu; silinder eritrosit mendapat warna antara ungu dan merah. Unsur-
unsur la'in yang mudah dikenal berbeda-beda hasil pewarnaannya.
Baiklah ditegaskan bahwa pemberian warna kepada sediment urin
hanyalah cara mempermudah pemeriksaan, tetapi pewarnaan itu tidak
boleh menjadi alasan melakukan pemeriksaan sediment secara ceroboh.
Ketrampilan dan ketelitian jauh lebih bernilai daripada pemakaian zat
warna. Mungkin keuntungan pewarnaan Sternheimer-Malbin yang pa-
ling berarti ialah untuk membedakan glitter cplls dari leukosit-leukosit
yang tidak berasal dari ginjal dan untuk menemukan silinder.

Unsur-unsur sediment
Lazimnya unsur-unsur sediment dibagi atas 2 golongan: yang orga-
nik (organized), yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan dan
yang tak-organik (unorganized) yang tidak berasal dari sesuatu jaringan.
Biasanya unsur organik lebih bermakna daripada yang tak-organik.

A. Unsur-rinsur organik
l. Sel epitel. Sel ini berinti satu; ukurannya lebih besar dari leukosit;
bentuknya berbeda menurut tempat asalnya. Sel epitel gepeng (skua-
meus) lebih banyak dilihat dalam urin wanita daripada dalam urin
pria dan berasal dari vulva atau dari urethra bagian distal. Sel epitel
skuarheus mempunyai bentuk yang berbeda-beda, besarnya sering
dua'sampai tiga kali leukosit sedangkan sitoplasma biasanya tanpa
struktur tertentu. Sel-sel epitel yang berasal dari kandung kencing
sering mempunyai tonjolan dan kadang-kadang diberi nama sel
transisional; untuk dapat membedakan sel epitel gepeng dari sel
transisional tidak selalu mudah dan memerlukan pengalaman dan
kejujuran yang mendalam. Sel-sel yang berasal dari pelvis ginjal dan
dari tubuli ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel epitel skuameus.
Dalam laporan mengenai sediment urin hendaknya diusahakan
membedakan sel epitel gepeng dari yang bulat karena implikasinya
mengenai tempat asal itu.
lt4 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

2. Leukosit. Nampak seperti benda bulat yang biasanya berbutir halus.


lntinya lebih jelas nampak jika kepada sediulent diberikan setetes
larutan asam asetat 1090. Untuk mengetahui asal leukosit pewar-
naan Sternheimer-Malbin sangat berguna.
3. Eritrosit. Rupanya berbeda menurut lingkungannya; dalam urin
pekat mengerut (crenated), dalam urin encer bengkak dan hampir
tidak berwarna; dalam urin lindi mengecil sekali. Eritrosit sering
terlihat sebagai benda bulat tanpa struktur yang mempunyai warna
kehijau-hijauan. Jika ragu-ragu, tambahlah setetes larutan asam
asetat lOqo kepada sediment; eritrosit-eritrosit akan pecah karena
,itu.
4. Silinder. Ada bermacam-macam yang harus dibeda-bedakan:
a. Silinder hialin. Silinder yang sisi-sisinya paralel dan ujung-ujung
membulat; homogen (tanpa struktur) dan tidak berwarna. Kare-
na ciri-ciri terakhir, silinder hialin sukar nampak.
b. Silinder berbutir. Dari silinder macam ini ada 2 bentuk lagi, yaitu
:dengan butir-butir halus dan yang berbutir kasar. Yang berbutir
halus mempunyai bentuk seperti silinder hialin; yang berbutir
kasar sering lebih pendek dan lebih tebdrl.
c. Silinder lilin. Tak
berwarna atau sedikit abu-abu; lebih lebar dari
silinder hialin; mempunyai kilauan seperti permukaan lilin; ping-
gir-pinggir sering tidak rata oleh adanya lekukan-lekukan, se-
dangkan ujung-ujungnya sering bersudut.
d. Silinder fibrin.
e.-_Silinder eritrosit. Pada permukaan silinder ini terlihat eritrosit-
eritrosit. Adakalanya eritrosit-eritrosit tidak jelas kelihatan, biar-
pun begitu silinder eritrosit masih memperlihatkan bekas-bekas
eritrosit karena ada warna kemerah-merahan.
f. Silinder leukosit. Silinder yang tersusun dari leukosit atau yang
, : permukaannya dilapisi oleh leukosit.
g,'; Silinder lemak. Silinder ini mengandung butir-butir lemak.
5. Oval fat bodies. Sel epitel yang mengalami degenerasi lemak, ben-
tuknya membulat. Sifat lemak dapat dinyatakan dengan memberi-
kan Sudan III kepada sediment. Lemak mungkin berkias-ganda, si-
fat itu dapat dipastikan dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
6. Benang lendir. Bentuknya panjang, sernpit dan berombak-ombak.
7. Silindroid. Hampir serupa silinder hialin, tetapi salah satu ujung
lambat-lambat menyempit menjadi halus serupa benang.
8. Spermatozoa.
9. Potongan-potongan jaringan.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK I l5

10. Parasit-parasit. Mungkin Trichomonas vaginalis atau Schistoso-


mum haematobium.
I l. Bakteri-bakteri.

B. Unsur-unsur tak-organik
l. Bahan amorf. Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat dalam
urin lindi.
2. Kristal-kristal dalam urin normal.
a. dalam urin asam; asam urat, natriumurat dan jarang sekali cal-
ciumsulfat. Kristal asam urat biasanya berwarna kuning.
b. dalam urin asam atau yang netral atau yang agak lindi: calcium-
oxalat dan kadang-kadang asam hipurat.
c. dalam urin lindi atau kadang-kadang dalam yang netral: amo-
nium-magnesium fosfat (tripelfosfat) dan jarang-jarang dical-
ciumfosfat.
d. datam urin lindi: calciumkarbonat, amohiumbiurat dan calcium'
fosfat.
3. Kristal-kristal yang menunjukkag kepada keadaan abnormal: cystine,
leucine, tyrosine, cholesterol, bitirubin dan hematoidin'
4.. Kristal-kristal yang berasal dari sesuatu macam obat seperti ber-
macam-macam sulfonamida.
5. Bahan lemak. Warnakan dengan Sudan III atau periksa dengan mi-
kroskop polarisasi.

Addis count
Meskipun jarang dipakai, pengertian tentang ikhtiar ini untuk
mengetahui jumlah unsur sediment yang bermakna dalam urin 24 jam
bermanfaat dalam menafsirkan hasil pemeriksaan sediment' Addis
count berguna untuk mengikuti jalan penyakit, upaya itu tidak untuk tu-
juan diagnostik.
Salah satu cara untuk melakukan Addis count ialah sbb.:
l. Kumpulkanlah urin malam l2 jam dengan pembatasan minuman
dan ukurlah voluma urin itu.
2. Perhitungkanlah voluma urin seperlima jam dan masukkanlah jum-
lah itu ke dalam tabung centrifuge yang bergaris.
3. Pusinglah selama 5 menit pada 2 000 rpm.
4. Dengan menggunakan pipet berujung halus isaplah cairan atas
sampai voluma dalam tabung menjadi 0,5 ml.
5. Campurlah isi tabung sentrifuge sehingga sediment bercampur de-
ngan cairan atas.
Il6 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

6. Ambillah setetes kecil dan masukkanlah tetesitu ke dalam kamar hi-


tung improved Neubauer.
7. Dengan memakai lensa objektif l0 x hitunglah jumlah silinder yang
didapat dalam 6 buah bidang besar (l x I mm).
8. Jumlah silinder dalam urin 24 jam ialah jumlah silinder yang dihi-
tung tadi kali 100 000.
9. Dengan memakai lensa objektif 40 x hitunglah jumlah eritrosit dan
leukosit yang didapat dalam.segi empat berukuran 0,2 x 3 mm.
Jarak 0,2 mm didapat dari garis bagi dalam "bidang besar" untuk
menghitung eritrosit.
10. Jumlah eritrosit (atau leukosit) dalam urin24jam ialah jumlah yang
dihitung tadi kali 1.000.000

Catatan
Pemeriksaan sediment urin merupakan sebagian penting dalam
pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan sediment dapat memberi data
mengenai saluran kencing mulai dari ginjal sampai kepada ujung urethra
yang tak mungkin diperoleh dengan pemeriksaan lain. Hasil pemerik-
saan itu sering dikurangi maknanya oleh salah tindakan. Beberapa sum-
ber kesalahan yang sering didapat:
l. Urin tidak diserbasamakan lebih dulu sebelum memusingnya, sedi-
ment ketinggalan di dasar botol penampung.
2. Cahaya yang masuk mikroskop terlalu terang, sehingga unsur halus
tidak terlihat.
3. Peneriksaan hanya dilakukan dengan objektif 40 x, tidak juga de-
ngan objektif l0 x.
4. Urin yang diperiksa tidak segar, sebagian unsur sediment menjadi
rusak. Kalau akan memeriksa urin kumpulan harus dipakai peng-
awet.
5. Alat-alat yang dipakai, termasuk juga mikroskop tidak bersih. Kotor-
an'kecil pada kaca objek, kaca penutup atau di atas lensa mikroskop
dikira unsur sediment.

Laporan jumlah unsur dengan cara semikuantitatif mempunyai arti


yang.terbatas. Besarnya diuresis dan pekatnya urin berpengaruh kepada
hasil semikuantitatif itu. Lagi pula, dalam urin yang rendah berat jenis-
nya, yaitu kurang dari l0l0 dan yang reaksinya asam lemah, silinder hia-
lin dan eritrosit lekas hilang.
Agar penilaian semikuantitatif mempunyai makna, berpeganglah
kepada ketentuan bahwa sediment yang semula terkandung dalam 7 8 -
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK II7

ml urin dipekatkan sampai menjadi % ml'


Pada umumnya unsur-unsur organik lebih bermakna daripada yang
tak-organik.
sel-sel epitel hampir selalu ada, apalagi yang skuameus dan berasal
dari kandung kencing, urethra dan vagina. Sel epitel bulat dianggap ber-
asal dari tubuli ginjal dan tidak mempunyai arti jika jumlahnya sangat
kecil. Pada glomerulonephritis jumlah sel epitel bulat itu bertambah ba-
ny-ak dan mungkin menyatakan tanda-tanda degenerasi seperti degenera-
si lemak. Sel epitel bulat yang berasal dari saluran kencing proximal
sukar dibedakan dari leukosit karena ukuran yang hampir sama' Ber-
tambahriya sel epitel menunjukkan kepada iritasi atau radang sesuatu
permukaan selaput lendir dalam tractus urogenitalis.
Oval fat bodies, yaitu sel epitel bulat yang mengandung lemak ber-
asal dari tubuii ginjal dan dipertalikan dengan sindrom nefrotik.
Leukosit. Angka-angka jumlah leukosit per 24 jam yang dilakukan
dengan Addis count membuktikan bahwa sejumlah sampai 650 000
Ieukosit per 24jam tidak selalu berarti abnormal. Sangat sukarlah untuk
mengatakan sampai berapa banyak"leukosit dalam pemeriksaan biasa
masih boleh dipandang normal. Sekedar pegangan dapat diberikan: le-
bih dari 5 leukosit/LPB menunjukkan kepada hal yang abnormal.
Dalam urin dari wanita dewasa mungkin didapat lebih banyak
leukosit yaitu yang berasal dari vagina dan vulva. Jika hendak menge-
sampingkan pencemaran itu, periksalah urin aliran tengah. Pada cara ini
wanita diminta lebih dulu membersihkan celah kelaminnya. Bagian
pertama dari aliran kencing tidak ditampung; tanpa menghentikan aliran
kencing bagian berikutnya ditampung, sedangkan bagian terakhir dari
aliran urin dibuang juga
Radang purulent di sesuatu bagian tractus urogenitalis (umpamanya
pyelonephritis, cystitis, urethritis) menyebabkan adanya banyak leukosit
dalam sed,ment. Pada glomerulonephritis acuta lumlahnya tidak besgr.
Selain oteh proses peradangan, leukosit dalam sediment drin juga ber-
tambah-banyak oleh ump. urolithiasis, tumor, dsb.
Jika leukosit-leukosit terdapat berkelompok-kelompok, hal itu per-
lu dilaporkan tersendiri di samping jumlah leukosit per lapangan peng-
lihatan. Begitu pula kalau ditemukan glitter cells dengan memakai
pew:unaan Sternheimer-Malbin.
Eritroslt. Addis count: 130 000 eritrosit per 24 jam mungkin tidak
berarti abnormal. Pada pemeriksaan biasa waspadalah jika didapat lebih
dari I eritrosit per LPB. Dalam menafsirkan hasil pemeriksaan timbang-
lah kemungkinan eritrosit datang dari vagina. Radang, trauma, diatesis
I l8 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

hemoragik, dsb. adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan adanya


eritrosit dalam urin. Dari bentuk eritrosit tidak dapat diketahui dari
mana eritrosit itu berasal' prerenal, renal atau posterenal.
Silinder. Tempat pembentukan ialah tubuli ginjal. Dengan Addis
count didapat sejumlah sampai 2 000 silinder hialin per 24 jam pada
orang normal. Pada pemeriksaan biasa adanya belaka mungkin sudah
menunjukkan ke satu hal yang tidak normal.
Biarpun tempat pembentukan silinder selalu di dalam lumen tubuli
ginjal, ukurannya berbeda-beda menurut besarnya lumen tubuli. Ada
indikasi bahwa semakin besar silinder, semakin berat keadaan yang
menyebabkan terbentuknya silinder. Terjadinya silinder dalam tubuli
dipertalikan dengan sekresi semacam mucoprotein oleh tubuli sedangkan
reaksi asam dalam lumen tubuli mempermudah pembentukan.
Jika urin bereaksi lindi, kemungkinan mendapat silinder kurang
baik. Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ri-
ngan. Yang berbutir halus sama artinya seperti yang hialin, sedangkan
yang berbutir kasar mengarah kepada satu kelainan yang lebih serius.
Silinder lilin didapat pada keadaan yang lebih berat seperti nephritis
lanjut dan pada amyloidosis. Jika sediment mengandung eritrosit, leu-
kosit, dll., unsur-unsur itu dapat melekat pada permukaan silinder dan
menyusun silinder eritrosit, silinder leukosit, dsb.
Benang lendir. Didapat pada iritasi permukaan selaput lendir trac-
tus urogenitalis bagian distal.
Silindroid. Tidak mempunyai arti banyak; mungkin sekali silindroid
berarti adanya radang yang ringan.
Spermatozoa mungkin didapat baik dalam urin pria atau wanita
dan tidak mempunyai arti dalam klinik.
Potongan jaringan. Kalau didapat berarti satu hal yang seritts dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Bakteri. Bakteri yang didapat di samping kelainan sediment lain,
khusui bersama dengan banyak leukosit, menunjukkan kepada sesuatu
infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan memulas sediment de-
ngan Gram atau dengan biakan urin untuk identifikasi. Jika ada bakteri,
tetapi sediment "bersih", mungkin sekali bakteri itu cemaran yang
kemudian masuk ke d4lam urin.
Bakteri-bakteri tertentu yang terdapat dalam urin sebelum dikeluar-
kan dari tubuh dapat mengubah nitrat dalam urin menjadi nitrit. Ka-
dang-kadang dikehendaki agar diperiksa adanya nitrit dalam urin, kare-
na pendapat itu menunjuk kepada infeksi dalam saluran kencing dan se-
ring pemeriksaan itu dilakukan dengan memakai carik celup' Meskipun
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK tt9

cara itu mudah dan cepat, tetapi perlu mengingat kelemahan-kelemahan:


l. bakteri patogen ybs harus mengandung reduktase agar perubahan ni-
trat menjadi nitrit dapat dilakukan; E.coli, Proteus, Enterobacter
dll., dapat mengerjakannya, tetapi ada juga bakteri-bakteri patogen
yang tidak mempunyai reduktase:
2. urin harus paling sedikit 4 jam dalam kandung kencing, waktu yang
kurang dari itu tidak cukup untuk memungkinkan reduksi; karena itu
urin pagi yang harus dipakai.
3. adanya vitamin C dalam urin menyebabkan reaksi negatif palsu'
4. urin harus berisi cukup banyak nitrat (berasal dari sayuran); pasien
yang menjalani diit tanpa sayuran mungkin negatif hasil pemeriksaan
terhadap nitrit.

Bentuk sediment yang tak-organik perlu diketahui juga agar unsur-


unsur itu tidak dianggap sesuatu yang berarti. Bahan amorf, kristal-kris-
tal asam urat, calciumoxalat, tripelfosfat ialah yang sangat sering dilihat
dalam sediment dan tak mempunyai arti apapun juga. Adanya kristal-
kristal itu tidak ada pertalian lang-sung dengan adanya batu kencing, te-
tapi merupakan zat sampah metabolismus yang normal; adanya dan
banyaknya ikut ditentukan oleh jenis makanan, banyaknya makanan,
kecepatan metabolismus dan konsentrasi urin.
Tidak jarang dalam sediment urin kelihatan unsur-unsur yang tidak
mungkin berasal dari dalam tubuh manusia, seperti benang atau serat
kapas halus, rambut, diatome dsb. Hal itu menandakan bahwa cara
memperoleh contoh urin tidak memenuhi syarat-syarat kebersihan'
Sangat berhati-hatilah menamakan sesuatu kristal tyrosine, leucine,
dsb. Adanya asam-asam amino itu dalam jumlah besar sehingga meng-
kristal dalam urin berarti kerusakan hati yang lanjut. Kalau ingin
memasti\an jenis kristal, pakailah salah satu test kimia untuk mengenal
kristal itu. Mengatakan dalam laporan: "kristal yang tidak dikenal" le-
bih dapat dipertanggungjawabkan daripada main tebak saja. Dari riwa-
yat penderita dan pengobatannya biasanya dapat diperoleh fakta-fakta
yang menerangkan wujud dan jenis kristal itu.
Meskipun derivat-derivat sulfonamida sekarang tidak lagi banyak
dipakai dalam klinik, masih ada baiknya mengemukakan sesuatu menge-
nai kristal-kristal obat-obatan itu dalam sediment urin. Janganlah
menyebut begitu saja bahwa sesuatu kristal itulah sulfadiazin, sulfa-
pyridin, dsb. Petunjuk lebih lanjut bisa didapat dengan melakukan test
lignin terhadap sulfonamida:
l. Taruhlah beberapa tetes dari sediment ke atas sepotong kertas murah
t20 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

(kertas surat kabar yang mengandung banyak lignin).


2. Tambahlah setetes kecil HCI 25t/o ke tengah tempat yang basah itu'
3. Warna kuning tua atau jingga yang segera terjadi menunjukkan kepa-
da adanya sesuatu sulfonamida
untuk identifikasi beberapa macam unsur dalam sediment dapat
dipakai test khusus sebagai pelengkap pemeriksaan.

Terhadap tyrosine
Campurlah cukup banyak dari sediment yang disangka mengan-
dung tyrosine dengan 2 ml dari reagens Moerner (fonnalin I ril; aqua
dest 45 ml dan asam sulfat pekat 55 ml).
Panasilah berhati-hati sampai mendidih. Timbulnya warna hijau
menandakan adanya tyrosine.

Terhadap leucine
Sediment yang tersangka mengandung leucine dicampur dengan I
tetes larutan cuprisulfat 1090. Terjadilah warna biru menandakan ada-
nya leucine. Kalau kemudian dipanasi tidak boleh terjadi reduksi cupri-
sulfat itu, warna biru tak boleh berubah menjadi kuning.

Terhadap hemosiderin
l. Sediment sebanyak t/z ml dicampur dengan 5 ml larutan segar kalium-
ferrosianida 1090. Biarkan 5 menit.
2. Tambahlah kemudian 5 ml HCI 0,1 n dan biarkan selama 5 menit
lagi. -,

3. Pusinglah campuran itu selama 5 menit pada2 000 rpm.


4. Sediment diperiksa lagi: hemosiderin terlihat seperti butir-butir yang
biru warnanya dan ditemukan sebagian bebas dan sebagian lagi da-
lam sel-sel epitel atau silinder.

Terhadap zat lemak


Zatlemak diwarnakan dengan Sudan III atau Sudan IV yang bersi-
fat larut lemak. Larutan zatwarna: Sudan III (atau IV) 1 g; alkohol 7090
50 ml; aseton 50 ml.
l. Carnpurlah sediment yang ada dalam tabung sentrifuge dengan bebe-
rapa tetes larutan Sudan III (atau IV) dan biarkan selama 5 menit.
2. Periksalah dengan mikroskoP.
3..Zat lemak menjadi jingga atau merah; dapat ditemukan sebagai bu-
tir-butir bebas pada lipiduria atau di dalam sel-sel berasal dari tubuli
yang mengalami degenerasi lemak.
URINALISIS t2l
Selain memakai pewarnaan zat lemak dapat dinyatakan juga mema-
kai mikroskop polarisasi karena sifat berkias-gandanya.

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Kuman yang sering


menyebabkan infeksi pada ginjal dan saluran urin ialah: Escherichia
coli, Aerobacter aerogenes, staphylococci, streptococci, Salmonella
typhi, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis dan Neisseria gonorrheae.
Jika tersangka ada infeksi periksalah sediment urin yang dipulas se-
cara Gram dan Ziehl Neelsen; hasilnya sering memberi petunjuk ke arah
diagnosa bakteriil, meskipun tidak secara mutlak.
Jika ingin melakukan biakan urin, teknik memperoleh sampel urin
menjadi sangat penting; cemaran bakteri dari luar dapat mengacaukan
tafsiran hasil biakan. Tiap alat yang dipakai harus steril pula.
Pada orang pria tidak diperlukan kateter untuk mengambil sampel
urin untuk biakan; glans penis dan orificium externum urethrae harus
dibersihkan dan pelepasan urin liendaknya langsung ke dalam botol
penampung steril yang tersedia.
Pada wanita tidak selalu diperlukan kateterisasi, asal mengindah-
kan syarat-syarat memperoleh sampel yang disebut urin aliran tengah
(clean voided midstream urine). Pada ikhtiar ini rima pudendi dan khu-
susnya mulut urethra dibersihkan dengan cairan steril dan kemudian
urin dilep4skan dengan menjaga jangan sampai arus urin itu kena per-
mukaan labia, Urin dikeluarkan langsung ke dalam botol steril, urin
yang pertama-tama keluar tidak ikut serta ditampung. Ikhtiar lain ialah
dengan memperoleh urin langsung dari kandung kencing melalui pungsi
suprapubik. Tindakan ini hanya boleh dijalankan oleh seorang dokter.
Perndriksaan bakteriologi sedapat-dapatnya dilakukan dengan cara
kuantitatif, yaitu dengan memperhitungkan berapa banyak kuman dida-
pat ratd-rata per ml urin. Jika dipergunakan clean voided midstream
urine maka tafsiran hasil menjadi sedikit berlainan dari urin yang diper-
oleh dengan kateter steril atau dengan pungsi suprapubik.
a. Jumlah kuman kurang dari l0 000 per ml urin; pendapat ini biasanya
tidak dianggap infeksi yang sebenar.benarnya.
b. Jumlah antara l0 000 dan 100 000 per ml urin. Mungkin berarti satu
infeksi dalam saluran urin; tafsiran harus didasarkan juga atas pen-
dapat pemeriksaan lainlain.
c. Lebih dari 100 000 biasanya berarti infeksi. Kalau ada infeksi jumlah-
122 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

nya biasanya jauh lebih dari 100 000, sering lebih dari I 000 000 per
ml urin.

Metodik pembiakan dan cara mengidentifikasi jenis kuman tidak


diterangkan di sini.
Urin yang diperoleh sebagai clean voided midstream urine harus di-
biak selambatJambatnya I jam setelah mendapatnya.
Dalam beberapa keadaan tertentu pada wanita dapat dibenarkan
mengambil urin untuk biakan dengan kateter (meskipun telah terbukti
bah*a cara itu tidak jarang menimbulkan infeksi!), tetapi kateter yang
dipaiai tidak boleh yang disimpan dalam larutan antiseptik; sebaiknya
kateter itu dimasak sekurang-kurangnya l0 menit dalam air sebelum
dipakai.
setelah pembiakan dilakukan, kuman yang didapat boleh diperiksa
kepekaannya terhadap antibiotika untuk terapi yang tepat'
BAB III

FAALGINJAL

Pada umumnya percobaan-percobaan yang menguji faal ginjal


dipergunakan untuk mengetahui apakah fungsi ginjal itu terganggu dan
untuk menetapkan beratnya gangguan tadi. Dalam melakukan test itu
salah satu darj fungsi dasar renal diuji, yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau
exkresi. Biarpun dasar pemeriksaan berlain-lainan, semua macam test
itu dalam praktek akan memberikan hasil yang serupa.

' PERCOBAAN PEMEKATAN

Percobaan ini menguji daya reabsorpsi tubuli ginjal. Diuresis sese-


orang dalam waktu tertentu sepanjang hari atau malam tidaklah sama,
sehingga pun berat jenis akan berbeda dari waktu ke sewaktu. Jika jum-
lah cairan yang diminum seseorang dibatasi, maka orang normal akan
dapat mengeluarkan urin dengan berat jenis yang tinggi, tanda bahwa
daya pemekat tubuli utuh. Kesanggupan itu terganggu jika faal ginjal
berkurang dan berat jenis urin tidak dapat mencapai nilai setinggi nor-
mal.

Cara Mosenthal (dengan modifikasi)


Percobaan berlangsung selama 24 jam dan berdasar pembatasan
pemberian minuman. Aturan: orang boleh makan 3 kali sehari; tetapi
jenis makanan yang mengandung banyak cairan dilarang, seperti bubur,
sayuran yang direbus, buah-buahan dsb. Pada waktu makan ia boleh mi-
num satu gelas air atau teh sebanyak 150 - 200 ml; jangan diberi kopi.
Antara waktu makan tidak boleh minum.
Percobaan dimulai jam 7 pagi; pada waktu itu penderita mengo-
songkan.kandung kencingnya, urin itu dibuang. KOmudian pada jam I l,
jam 15, jem 19 dan jam 7 esok harinya penderita mengosongkan kan-
dung kencingnya lagi. Keempat porsi urin itu ditampung tersendiri
dalam botol kering dan bersih dan tiap porsi diukur volumanya dan
ditentukan berat jenisnya. Hasil pemeriksaan dilaporkan sbb.:
Urin siang:
jam 7- ll: . . . ml; berat jenis
jam ll - 15: . . . ml;berat jenis
jam15-19: . . . ml; boratjenis
Jumlah urinsiang : . . .ml;.
124 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Urin malam:
jam 19 -'7 :. . . ml; berat jenis

Catatan
Dalam menafsirkan hasil percobaan pemekatan diperhatikan baik
voluma maupun berat jenis. Pada seorang normal biasanya dilihat
bahwa jumla-h urin siang (12 jam) 2 - 4 kali lebih banyak dari
urin
malam itZ jam). Selain itu voluma ketiga porsi urin siang menjadi makin
kecil. Karena itu, maka berat jenis ketiga porsi urin siang itu menjadi
semakin tinggi, ada satu porsi yang mencapai berat
jenis l0l8 atau lebih
tinggi, sedangkan perbedaan antara berat jenis terendah dan yang ter-
tinegi tia"t kurang dari 9' Urin malam 12 iam bukan saja kurang ba-
jenisnya juga lebih tinggi
nyal daripada urin siang 12 jam, tetapi berat
dari yang tertinggi di antara porsi-porsi urin siang dan biasanya men-
capai 1025 atau lebih tinggi.
Mengingat pendapat-pendapat itu pada seorang normal' maka
percobaan pemekatan boleh dihentikan jika salah satu daripada porsi
per-
siang telah mencapai berat jenis 1.025. Itu juga menjadi dasar untuk
ny"tluun bahwa faal ginjal boleh dianggap baik jika dalam urin sewaktu
didapat beratjenis 1025 atau lebih.
Kalau faal ginjal menjadi berkurang, akan dilihat perubahan-per.
ubahan dalam voluma dan berat jenis yang lambat laun menuiu kepada
keadaan extrem yang didapat dalam keadaan terakhir sesuatu penyakit
ginjal.
Keadaan terakhir itu disifatkan oleh menetapnya voluma yang dike-
luarkan dalam satuan waktu: ketiga porsi urin siang sama banyaknya'
jenis-
urin siang dan urin malam sama banyak juga; di samping itu berat
pun akan menetap pada satu nilai sekitar l0l0 (1008 - l0l2)' yaitu berat
jenis ultrafiltrat glomeruli yang dikeluarkan tanpa perubahan berat jenis
karena faal pemekat tubuli hilang sama sekali.
Di antara keadaan normal dan keadaan yang extrem buruk itu dida-
pat keadaan yang disifatkan oleh menyempitnya variasi-variasi voluma
dan berat jenis urin yang dikeluarkan pada percobaan ini'
Percobaan pemekatan dapat dilakukan tanpa memerlukan peralat-
an atau laboratorium yang khusus. Tetapi test itu juga ada kelemahan-
nya: yang pertama ialah karena hasil test ini hanya dapat mengatakan
adanya gangguan faal ginjal, tetapi tidak dapat memastikan dengan cara
kuantitatif-berapa berat gangguan itu. Kelemahan yang kedua ialah
ja-
karena percobaan ini tidak selalu dapat dilakukan pada semua orang:
nganlah dilakukan pada orang-orang tua, apalagi yang telah menderita
FAAL GINJAL t2s

kelainan jantung atau ginjal; jangan dilakukan pada seorang yang sakit
keras; jangan dilakukan pada orang-orang yang telah menyatakan re-
tensi nitrogen. Hasil percobaan ini tidak boleh diandali pada orang yang
pengeluaran urinnya terhambat (misalnya oleh hipertrofi prostat) dan
pada tiap macam keadaan yang disertai gangguan kesetimbangan cairan
dan elektrolit (seperti pada ascites, hydrothorax, edema, dsb.).

PERCOBAAN PENGENCERAN

Percobaan ini juga menguji faal tubuli, yaitu dalam menjaga


homeostasis dengan mengeluarkan air yang sengaja diberikan dalam
jumlah berlebihan.

Cara
Orang yang akan menjalankan percobaan ini diberi instruksi supaya
pada malam sebelumnya hanya minum sedikit sedangkan tengah malam
dan esok paginya ia tidak dibenarkan minum. Urin pagi yang dikeluar-
kan harus dibawa ke laboratorium.
Dalam laboratorium:
l. Voluma dan berat jenis urin pagi itu ditentukan.
2. Jika berat jenis urin itu 1022 atau lebih, percobaan dilakukan sebagai
berikut:
a. Penderita diharuskan mengosongkan kandung kencingnya lagi
dan urin ini dibuang saja.
b. Diberikan kepadanya I 500 ml air yang harus habis diminumnya
dalam waktu 30 menit. Saat penderita mulai minum dicatat.
c. Urin dikumpulkan tersendiri 1,2,3, dan 4 jam terhitung dari saat
mulai minum itu.
d. Tiap porsi itu diukur banyaknya dan ditentukan berat jenisnya.
3. Jika berat jenis urin pagi itu kurang dari 1022, percobaan dilakukan
sebagai berikut:
a. Penderita diharuskan mengosongkan kandung kencingnya, ukur-
lah berat jenisnya urin ini: jika berat jenis sekarang 1022 atau le-
bih, lakukanlah percobaan seperti tadi diterangkan pada (2).
b. Jika berat jenis tetap kurang dari 1022, satu jam kemudian urin
penderita diukur lagi berat jenisnya. Dalam waktu satu jam itu, ia
tidak boleh minum apa-apa.
c. Setelah itu berilah I 500 ml air kepada penderita yang harus habis
diminumnya dalam waktu 30 menit.
d. Urin dikumpulkan tersendiri 1,2,3, dan 4 jam terhitung dari saat
126 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK

mulai minum'
e. Tiap porsi diukur volumanya dan berat jenisnya'

Catatan
jenis urin pagi lo22 atau le-
Percobaan hanya bermakna jika berat
jam mempunyai voluma pa-
bih. Dalam keadaan norrnal didapat: porsi I
ling sedikit 400 ml dengan berat jenis l00l - 1003' Tiap jam berikutnya
noiu-" menjadi kecil dan berat
,.rn"kin jenis semakin besar' Porsi ke-
..put memiunyai berat jenis antara l1l? - 1016, sedangkan volu-
-"tv." -"tiadi kira-kira tOO *t' Jumlah keempat
porsi urin itu harus
I 200 ml atau lebih.
berat
Kalau faal ginjal tidak sempurna: tanda pertama-tama ialah
jenis urin pagi tidak dapat mencapai 1022' Kemudian' kalau kerusakan
memberattidakdicapai.pengenceransampaiberatjenis1003.Dalamke-
adaan extrem (tubuli tidak berfungsi lagi) didapat fixasi
voluma dan be-
rat jenis. r _
Percobaan pengenceran lebih memberatkan kepada badan
dan gin-
Berhati-hatilah meng-
jal seorang penderiia, maka itu kurang dipakai.
peicoUaan ini pada siorang yang telah menderita gangguan
gunakan
cairan dan elektrolit.

PERCOBAAN PSP

SeiumlahPSP(phenolsulfonphthalein)disuntikkankepadasese.
o,*g;-pSPyangterikatolehalbuminplasmaitudikeluarkandaribadan
teru;ma oleh exkresi sel-sel tubuli ginjal, sedangkan sebagian kecil da-
yang kecil lagi
tang ke dalam urin dengan filtrasi glomeruli' Sebagian
dalam
diei'kresikan oleh hati t<i datam empedu, sehingga tidak sampai
besarnya renal
,rir.-*"ip"tan exkresi oleh tubuli ginjal ditentukan oleh
.
plasmaflow.
sun-
Sedapat-dapatnya zat itu diberikan dengan suntikan intravena;
tikan intramuskulus boleh dipakai juga, tetapi kurang bagus'
Kecepatan exkresi atau lumlah PSP yang didapat dalam urin
liwat
waktu tertentu merupakan satu ukuran fungsi ginjal'

Cara
sebaik-
Orang yang menjalankan percobaan ini tidak perlu' bahkan
nya jangan mengeluarkan urinnya sebelum percobaan dimulai'
Kira-kira Vz jam sebelum percobaan dimulai, kepadanya diberikan
GETAH LAMBUNG I27

minuman air atau teh sebanyak 400 - 500 ml. Cairan itu harus dihabis-
kannya sebelum ia disuntik.
l. Suntiklah secara intravena I ml : 6 mg PSP; catatlah waktu itu.
2. Tepat l5 menit kemudian penderita diminta supaya berkemih habis-
habisan. Urin ini ditampung dan menjadi urin I (15')'
3. Tepat 60 menit setelah suntikan intravena sekali lagi penderita di-
minta berkemih habis-habisan. Urin ini ditampung tersendiri dan
menjadi urin II (60').
4. Tepat 120 menit setelah suntikan intravena sekali lagi begitu. Urin itu
ialah urin III (120').
5. Ketila porsi urin itu tidak dicampur satu sama lain dan banyaknya
itu ditentukan tersendiri sbb.: Porsi urin se-
PSP dalam tiap porsi
luruhnya dimasukkan ke dalam satu silinder 1000 ml; catatlah
volumanya, kemudian bubuhilah kira-kira 2 ml dari larutan NaOH
l09o kepada urin itu sampai warna merah yang terjadi menjadi
maximal.
6. Tambahlah air biasa sampai voluma seluruhnya menjadi kira-kira
900 ml; berilah beberapa tetes "larutan NaOH lagi untuk melihat
apakah warna merah betul-betul telah maximal, kemudian tambah
air sampai 1000 ml.
7. Aduklah benar-benar; masukkanlah sejumlah dari cairan itu ke da-
lam satu tabung kolorimeter PSP dan bandingkanlah warna dengan
ampul-ampul yang tersedia pada kolorimeter itu. catatlah konsen-
trasf yang terdapat pada ampul yang sama warnanya.
8. Laporkanlah sebagai berikut:
urin I ( l5'): ml;berisi 9o PSP
urin II ( 60'): ml;berisi ..9oPSP
urin III (120'): ml: berisi . . 9o PSP

Selama 120 menit dikeluarkan . . . 9o PSP

Catatan
orang yang menjalani test ini janganlah dibolehkan berkemih sebe-
lum percobaan, karena semakin besar isi kandung kencingnya semakin
sedikit sisa urin yang tertinggal dalam kandung kencingnya. Pada per-
cobaan ini bukanlah konsentrasi PSP dalam urin yang menentukan, me-
lainkan jumlah mutlaknya. Jumlah mutlak itu kemudian disebut dengan
E/o;6 mg PSP sama dengan 10090.
Apabila suntikan intravena sukar dilakukan, maka suntikan intra-
muskulus dapat dipakai juga meskipun hasil-hasilnya kurang dapat di-
t28 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

percayai. Lagi pula, jika dilakukan dengan suntikan intramuskulus,


waktu pengumpulan urin semuanya harus ditambah dengan l0 menit, se-
hingga menjadi 25','10' dan 130' setelah dilakukan suntikan.
Urin harus betul-betul habis-habisan dikeluarkan oleh penderita;
kalau ada yang tertinggal hasil percobaan kurang dapat dipercayai. Tiap
porsi urin harus sesedikit-sedikitnya 50 ml, kalau kurang dari itu per-
cobaan menjadi batal.
Setelah diberikan NaOH kepada urin, pemeriksaan tidak boleh di-
tunda-tunda, karena alkali itu bersifat merusak terhadap PSP, warnanya
akan hilang atau berkurang.
Sebagai hasil normal didapat exkresi PSP sbb.:
liwat 15' : 25 - 30s/o
liwat 60' : 45 - 6090 (yaitu exkresi total, urin I + urin II)
liwat 120' : 60 - 7590 (yaitu urin I + urin II 8 urin III)
Nilai yang terpenting ialah nilai urin I (15') yang harus berisi 2590
atau lebih. Nilai total, yaitu I + II + III kurang menentukan beratnya
penyakit ginjal karena sering dilihat bahwa pada gangguan fungsi ginjal
yang ringan, nilai itu tetap {dlam batas-batas normal (60
sedangkan telah nyata ada surutnya exkresi PSP dalam urin I.
- 750/o)
Jumlah PSP dalam urin I adalah yang tertinggi karena PSP diberi-
kan sebagai suntikan sekali saja dan mencapai kadar yang tertinggi
dalam plasma darah segera sesudah suntikan itu.
Selain penetapan konsentrasi dengan kolorimeter visual, ada juga
cara yang menggunakan fotokolorimeter yang mengukur absorbansi zat
warna itu pada'gelombang 540 nm. Cara ini lebih baik dari kolorimetri
visual.
UREA CLEARANCE

Urea clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi


melalui glomeruli itu. Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang
sama dengan nilai glomerular filration rate, karena sebagian dari ureum
itu dalam tubuli mendifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum
yang mendifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.

Cara
l. Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh
minum air atau teh sebanyak 400
nya sebelum test dimulai.
- 500 ml yang harus dihabiskan-
2. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, saat ia
mulai mengeluarkan kencingnya (misalkan pukul P) ialah permulaan
FAAL GINJAL I29

test yang harus dicatat tepat dengan menyebut menit. Urin itu di-
buang.
3. Kira-kira jam kemudian diambil darah vena dari penderita. Jika
satu
mungkin ia berkemih dan urin itu disimpan.
4. Satu jam kemudian lagi, yaitu pukul P + 120 menit, penderita me-
ngosongkan kandung kencingnya lagi dan urin itupun disimpan
untuk pemeriksaan. Catatlah tepat dengan menit waktu itu.
5. Ukurlah panjang badan dan berat badan penderita.
6. Tentukanlah voluma urin yang dikeluarkan tadi selama dua jam dan
tentukanlah pula kadar ureum urin itu.
7. Kadar ureum darah juga dipastikan.
8. Perhitungkanlah nilai urea clearance atas dasar diuresis per menit,
kadar ureum dalam darah dan kadar ureum dalam urin.

Catatan
Nilai urea clearance disebut dengan mllmenit. Jika diuresis sama
dengan atau melebihi 2 mllmenit, pergunakanlah rumus berikut untuk
menghitung besarnya urea clearance:

U U yaitu kadar ureum dalam urin


x V =...ml/menit B yaitu kadar ureum dalam darah
B V yaitu diuresa disebut dengan ml/menit.
Kalau diuresis kurang dari 2 mllmenit, rumus yang dipakai:

U
x fr=....ml/menit
- B

Selain menyebut urea clearance dengan mllmenit, ada juga cara lain
yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan 90. Apabila didapat
diuresis 2 mllmenit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan
dengan 75 mllmenit yang dianggap 10090; bilamana diuresis kurang
dari 2 ml/menit nilai clearance dibandingkan dengan 54 mllmenit yang
dianggap 10090 pula.
Nilai normal berkisar antara 70 - ll00/o
Nilai normal itu sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang
mempunyai luas badan 1,73 m2. Jika luas badan seorang penderita tidak
mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas dasar berat badan
dan panjang badan.
Pentinglah sekali untuk mencatat saat mulainya dan berakhirnya
r30 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

percobaan tepat dengan menit karena diuresis diperhitungkan dengan


menit juga dalam rumus. Percobaan ini sering dilakukan selama dua
jam, tetapi tjdak ada keberatan -- dan memang sering juga -- dijadikan
empat jam atau lebih. Lamanya itu tidak mempengaruhi hasil, tetapi dua
jam itu dianggap jangka yang sependek-pendeknya.
Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 mllmenit atau
lebih (maximal clearonce) Iebih dapat dipercayai dari clearance yang me-
makai diuresis kurang dari 2 menit (standard clearance). Apabila diuresis
rendah sekali, yaitu kurang dari 0.5 mllmenit, hasil percobaan tidak
dapat dipercayai lagi.
Seperti juga pada percobaan PSP, tiap keadaan yang menghambat
pengosongan kandung kencing membatalkan test ini.

CREATININE CLEARANCE

Seperti juga urea clearance, test ini menilai faal glomeruli. Tetapi
berlainan dari ureum, creatinine tidak mendifusi kembali ke dalam
darah; karena itu nilai normal untuk creatinine clearance lebih besar dari
urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rote.

Cara
Percobaan ini biasanya berlangsung selama 24 jam untuk penderita
yang dirawat dan ielama l2 jam untuk pasien poliklinik.
l. Pasien tidak boleh berkemih selama beberapa jam sebelum permula-
an percobaan.
2. Pada saat permulaan test (untuk penderita dirawat jam 7 pagi dan
untuk penderita poliklinik jam 7 malam) kandung kencing dikosong-
kan benar-benar; urin ini dibuang. Saat mengeluarkan urin ini dicatat
tepat dengan menit.
3. Selama 24 jam (atau l2jam) berikut semua urin yang dikeluarkan di-
kurdpulkan, porsi terakhir ialah yang dikeluarkan jam 7 esok hari-
nya. Catatlah tepat dengan menit saat itu.
4. Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah
pasien untuk penetapan kadar creatinine darah.
5. Panjang dan berat badannya diukur pula.
6. Nilai creatinine clearance ditentukan atas dasar kadar creatinine da-
rah, kadar creatinine urin dan diuresis per menit.

Catatan
Rumus yang dipakai sama seperti untuk menghitung urea clearance,
FAAL GINJAL l3l

yaitu:
U
x V =....m\lmenit.
B

Nilai normal l17 + 20 mllmenit; lazimnya disebut dengan satuan


itu, tidak disebut dengan 9o.
Panjang dan berat badan dipergunakan untuk mengadakan koreksi
atas diuresis terhadap luas badan 1,73 m2, seperti juga pada urea
clearance.

P ERcoBAANf,ffi u N ruK
9?ltH^?#il
selain urea clearance dan creatinine clearance juga ada inulin
clearance yang sering disebut sebagai tolok ukur yang lebih tepat bagi
glomerular filtration rate. Inulin clearance lebih tertuju kepada bidang
riset dan lebih sukar pelaksanaannya'
Cara lain lagi untuk menilai fungsi ginjal menggunakan zat-zatyang
mengandung Cr, Hg atau I radioaktif. Dengan memakai radioisotop ada
kemungkinan untuk membandingkan fungsi ginjal kiri dari ginjal
kanan.
BAB IV

GETAH LAMBUNG

Tujuan pemeriksaan getah lambung itu bermacam-macam:


l. Menyelidiki motilitas lambung, yaitu kesanggupan lambung untuk
meneruskan isinya ke arah duodenum.
2. Menyelidiki sekresi lambung:
a. HCI secara kwalitatif dan kwantitatif.
b. Enzim-enzim.
3. Adanya unsur-unsur abnormal: darah, pus, fungsi, bakteri.
4. Adanya racun-racun untuk pemeriksaan forensik.
5. Penyelidikan sitologik terhadap sel-sel tumor.
Agar memperoleh getah lambung, perlu diadakan sondage lambung;
yang dipakai ialah sonde kecil menurut Wangensteen atau menurut
Levine.

TEKNIK MEMPEROLEH GETAH LAMBUNG

Sonde Wangensteen serupa dengan sonde Levine, yaitu pipa karet


yang mudah bengkok, sempit d"an mempunyai beberapa lobang dekat
ujungnya. Pada sonde itu terdapat 4 garis yang masing-masing letaknya
45, 55, 65 dan 75 cm dari ujung (sonde menurut Levine mempunyai
garis-garis pada 50, 60,70 dan 80 cm). Sebaiknya memilih sonde yang
ujungnya diberi sepotong logam atau bahan lain yang bersifat radio-
opak agar letaknya ujung itu dapat dikelola dengan fluoroskopi.

Cara
l. Pasien disuruh duduk, ikatlah serbet pada lehernya dan berilah
kaleng atau penampung lain dalam tangannya. Ia harus tenang, ber-
nafas melalui mulutnya dengan kepalanya agak menunduk dan lidah-
nya sedikit diulurkan.
2. M-asukkanlah ujung sonde ke dalam mulutnya sampai hampir ber-
sentuh dengan dinding belakang pharynx.
3. Sekarang suruhlah pasien menutup mulutnya dan menelan sonde itu
berkali-kali. Apabila garis gigi seri telah bertepatan antara garis
kedua dan ketiga sonde, ujung sonde itu ada di dalam lumen lam-
bung; jarak antara gigi seri dan ujung sonde menjadi sekitar 60 cm.
Setelah ujung sonde mencapai kedalaman yang dikehendaki, ujung
luar sonde direkatkan kepada pipi dengan sepotong plester.
GETAH LAMBUNG 133

Cstatan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadi reflex muntah sering di-
anjurkan supaya sonde didinginkan dalam lemari es sebelum ditelan.
Orang yang gugup sering tidak dapat menelan sonde; ia boleh ditolong
dengan mengabutkan tenggorokannya memakai larutan lidocaine l9o.
Boleh juga dalam hal itu sonde dimasukkan ke dalam oesophagusnya
melalui liang hidungnya.
Serbet yang dikalungkan dan kaleng yang dipegang ialah untuk me'
nampung ludah yang keluar jika pemasukan sonde tidak berhasil segera.
Isi'lambung dapat diisap dengan balon atau semprit yang dipasang
pada ujung luar sonde.

MOTILITAS LAMBUNG

Pemeriksaan motilitas dengan menggunakan sondage sangat primi-


tifdibandingkan dengan pemeriksaan radiologik, tetapi mempunyai
kelebihan juga atas pemeriksaan iadiologik karena dengan sondage
pasien tidak terkena sinar rontgen. Biasanya pemeriksaan terhadap
motilitas tidak dilakukan tersendiri, melainkan menjadi sebagian dari
deretan pemeriksaan getah lambung.
Penderita diminta datang dalam keadaan nuchter, makanan dan
minuman terakhir kira-kira l0 jam sebelumnya. Setelah sonde dimasuk-
kan, isi lambung semuanya dikeluarkan dan diukur volumanya. Rata-
rata akan'ilidapat 25 ml cairan, mungkin berbeda-beda antara beberapa
ml sampai 75 ml, tanpa ada sisa-sisa makanan yang dimakan pada
malam hari. Lihat selanjutnya apa yang diterangkan pada pemeriksaan
makroskopi dan pemeriksaan mikroskopi.
Bila dalam cairan itu terlihat sisa makanan, itu menunjuk kepada
satu kead.f;an yang menghambat pengosongan lambung. Voluma cairan
yane nielibihi 75 ml mungkin berarti hipersekresi lambung seperti yang
dijumpai pada gastritis.

KEASAMAN GETAH LAMBUNG

Maksud pemeriksaan ini ialah untuk mengetahui apakah lambung


sanggup menyekresikan asam hidrochlorida atau untuk mengetahui
apakah jumlah asam yang dikeluarkan itu normal atau abnormal, yaitu
terlalu sedikit atau terlalu banyak.
t34 GETAH LAMBUNG

A. Menentukan adanya HCI belaka


Adanya HCI dapat diduga jika pH getah lambung kurang dari 4'
Nilai pH itu ditentukan dengan kertas indikator yang dapat menunjuk-
kan pH kurang dari 4 atau dengan indikator Toepfer (p-dimetil-amino-
azobenzena 0,6 g; alkohol 9590 ad 100 ml). Pada pH kurang dari 4
warna indikator ini merah, pada pH lebih tinggi kuning.
Indikator Toepfer tidak spesifik untuk asam hidrochlorida: jika
menghendaki indikator yang spesifik pakailah indikator G'tinzburg
(phloroglucinol 2 g; vanillin I g; alkohol 9590 ad 330 ml)' Cara me-
makai indikator Giinzburg:
'Lima sampai l0 tetes indikator ditaruh di atas cawan porselen, di-
panasi di atas air mendidih sampai menjadi kering dengan meninggalkan
bacak kuning. Ke atas bacak kuning.itu diteteskan beberapa tetes getah
lambung (atau filtratnya) dan kemudian dipanasi sampai kering lagi.
Adanya HCI bebas akan nyata dari perubahan warna yang menjadi
merah jambu.
Bahan yang dipakai untuk menyatakan adanya HCI belaka boleh,
diperoleh dengan sonde lambung. Kalau kebetulan penderita muntah'
muntahnya juga dapat dipakai untuk maksud itu.
Jika dengan sondage biasa HCI tidak dapat dinyatakan maka perlu-
lah merangsang lambung itu. Rangsang dapat dilakukan dengan larutan
alkohol yang dimasukkan ke dalam lambung melalui sonde; isi lambung
yang diisap kemudian diperiksa terhadap adanya asam hidrochlorida.
Alkohol sebagai perangsang sekresi getah lambung sering dianggap ter-
lalu lemah dan kurang efektif. Banyak dokter klinik menginginkan pe-
makaian perangsang yang dapat diandalkan; perangsang-perangsang
sekresi itu harus diberikan dengan injeksi. Di antara obat-obat yang di-
pakai adalah histamin yang disuntik subkutan dengan dosis 0,04 mg per
kg berat badan. Karena adanya efek sampingan histamin sekarang
kuran! dipergunakan.
obat lain ialah betazole hidrochlorida (salah satu nama dagang:
Histhlog) yang juga disuntikkan subkutan 0,5 mglkg bb' Obat yang
sekaran! banyak dipakai dan dianjurkan adalah semacam pentapeptida
sintetis yang dikenal dengan nama dagang Pentagastrin. Pentagastrin di-
suntikkan secara intra muskulus, dosisnya 5 mikrogram/kg bb'
Setelah melakukan rangsangan dengan alkohol atau dengan sun-
tikan memakai salah satu zat yang disebut tadi, maka tiap l0 - 15
menit getah lambung diisap dan diperiksa terhadap adanya HCI bebas
dengan memakai indikator Toepfer atau Gtinzburg. Kalau satu
jam se-
telah rangsangan histamin dsb. belum juga ada HCl, maka achlorhydria
GETAH LAMBUNG r35

itu.adalah achlorhydria sej ati.

Cara
L Penderita diminta datang ke laboratorium dalam keadaan nuchter.
2. Masukkanlah sonde ke dalam lambungnya dan isaplah seluruh isi
lambung yang nuchter itu. Simpanlah porsi itu tersendiri'
3. Limapuiuh ml alkohol 7o/o dimasukkan ke dalam lambung liwat
sonde yang masih pada tempatnya, atau dilakukan penyuntikan se-
perti diterangkan di atas.
4. Tiap 20 menit setelah itu seluruh isi lambung diisap dan tiap porsi di-
simpin tersendiri. Biasanya percobaan boleh dihentikan lvz - 2 jam
setelah perangsangan.
5. Tiap po.sl yang diperoleh diukur banyaknya, kemudian 5 ml diambil
dari tiap porsi itu yang dimasukkan tersendiri ke dalam gelas kimia
kecil. Kalau perlu bolehlah getah itu disaring melalui sepotong kasa'
6. Tiap porsi, yaitu yang berjumlah 5 ml, dititrasi tersendiri sbb':
a. Bubuhilah 2 tetes indikator Toepfer.
b. Lakukanlah titrasi dengan larutan NaOH 0, I n sampai warna
merah mulai berubah menjadi agak kuning'
c. Bacalah pada buret berapa ml terpakai; jumlah itu menentukan
jumlah "HCl bebas".
d. Bubuhilah sekarang 2 tetes indikator fenolftalein l9o dalam
alkohol.
e. Lakukanlah titrasi lagi dengan larutan NaOH 0, I n sampai ter-
capai warna merah jambu.
f. Bacdiah lagi pada buret berapa ml terpakai; jumlah itu menentu-
kan jumlah "asam total".

Catatan
Jika voluma getah lambung yang didapat sebagai satu porsi hanya
I - 2 ml iaja, titrasi harus dijalankan dengan larutan NaOH 0,01 n'
Anlka pqrhitungan untuk asam total ialah jumlah NaOH yang di-
pakai untuhkedua titrasi bersama-sama. Derajat keasaman, baik yang
disebut HCI bebas maupun asam total disebut dengan satuan yang me-
nunjukkan jumlah ml NaOH 0,1 n yang diperlukan untuk menetralkan
100 ml getal lambung. Jumlah ml NaoH yang terpakai pada kedua
titrasi itu harus dikali 20 jika memakai 5 ml getah lambung atau filtrat-
nya. Derajat keasaman itu sama dengan jumlah milliekuivalent HCI per
liter getah lambung.
Nilai keasaman yang ditemukan pada titrasi memakai indikator
136 GETAH LAMBUNG

Toepfer menjadi ukuran untuk banyaknya HCl, yang dinamai asam


total adalah banyaknya HCI ditambah jumlah asam-asam organik se-
perti laktat, butirat, acetat dan karbonat dan juga protein-protein dan
fosfat-fosfat.
Normal untuk HCI bebas: 25 - 50 satuan dan untuk asam total
50 - 75 satuan.
Nilai titrasi asam yang dilakukan dengan getah larnbung sebelum
mengadakan rangsangan sekresi menjadi ukuran untuk produksi asam
dalam keadaan basal dan dapat diistilahkan sebagai produksi asam basal
(basal acid output). Dalam melakukan penetapan asam secara ber-
tingkat, biasanya ada satu fraksi getah lambung yang mempunyai nilai
tertinggi; nilai itu dapat diistilahkan sebagai produksi asam maximal
(maximal acid output). Nilai-nilai PAB dan PAM bermakna dalam pe-
negakan diagnosis dalam klinik.
Waktu antara mengadakan pengisapan getah lambung pada peme-
riksaan bertingkat ini tidak penting, boleh dipilih sendiri antara l5 menit
dan 3O menit. Saat menghentikan percobaan ialah jika nilai untuk HCI
bebas (dan untuk asam total) ternyata sudah turun lagi. Nilai yang me-
nentukan ialah puncak nilai itu;

Tindakan melakukan sondage getah lambung sering dirasakan satu


tindakan yang tidak menyenangkan bagi pasien. Sebagai penggantinya
dapat dilakukan pemeriksaan getah lambung tanpa sonde (tubeless
gastric analysis). Test dilakukan dengan memberikan semacam resin
yang telah diikatkan secara kimia dengan zat warna azure-A' Oleh pe-
ngaruh asam dalam lambung sebagian dari azure-A dilepaskan dari
resin, sedangkan banyaknya zat warna yang dilepaskan sesuai dengan
banyaknya asam HCI dalam lambung. Azure-A kemudian diresap oleh
usus dan dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal. Banyaknya azure-A dalam
urin menjadi ukuran untuk produksi asam oleh lambung.
B,iarpun prinsip percobaan ini baik, tetapi pada kenyataannya tidak
dapat memberi hasil-hasil yang dapat diandalkan; hasilnya terkadang
lebih tinggi, kadang-kadang lebih rendah dari hasil pemeriksaan banyak-
nya HCI dalam getah lambung secara langsung.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPI

Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan porsi pertama' yaitu yang


pertama-tama didapat sebelum diadakan rangsangan.
Periksalah dan catatlah :
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t37

l. Voluma
Dalam keadaan normal berbeda-beda dari beberapa ml sampai
75 ml; rata-rata didapat 25 ml. Kalau jumlah itu mendekati atau me-
lebihi 100 ml hal itu pasti abnormal, mungkin oleh hipersekresi, oleh ke-
kurangan motilitas lambung atau oleh obstruksi pylorus. Keadaan yang
serupa ditemukan juga pada sindroma Zollinger-Ellison.

2. Warna
Warna normal getah lambung abu-abu mutiara dan agak keruh
(opalesent).
Kelainan warna yang mungkin didapat:
a. Kehijau-hijauan (biliverdin) atau kuning (bilirubin) oleh terjadi-
nya regurgitasi isi duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini ber-
arti bahwa hasil titrasi keasaman tidak mungkin benar (isi duode-
num reaksinya lindi!), berarti juga bahwa jika ada persangkaan
obstruksi pada pylorus, obstruksi itu tidak mungkin obstruksi
total.
b. Merah muda: darah segar. Mungkin oleh trauma pada waktu me-
masukkan sonde, mungkin oleh perdarahan dalam lambung atau
oesophagus (ulcus, carcinoma, dsb.)
c. Coklat: darah tua; hemoglobin telah berubah menjadi hematin
asam.
d. Bermacam-macam warna oleh obat-obatan.

3. Bau '"

Bau getah lambung normal agak asam-asam.


a. Bau asam keras disebabkan oleh stasis dalam lambung yang di-
sertai peragian.
b. Bau:-busuk disebabkan oleh adanya necrosis dalam lambung.
c. Bau;tinja mungkin disebabkan oleh obstruksi usus atau oleh ada-
nya fistel antara usus dan lambung.

4. Lendir
Dalam keadaan normal hampir tidak ada lendir dalam getah lam-
bung; jumlah kecil tidaklah abnormal. Untuk melihat adanya lendir iru,
tuanglah getah lambung itu perlahan-lahan dari satu gelas kimia ke
dalam yang lain.
Dalam keadaan abnormal jumlah lendir itu bisa bertambah. Mung-
kin asalnya dari mulut atau dari jalan pernapasan; dalam hal itu kelihat-
GETAH LAMBUNG
138

an bahwa lendir itu tidak homogen, nampak garis-garis halus dan gelem-
bung-gelembung hawa, dan lendir itu terapung di atas cairan. Kalau di-
periksa secara mikroskopik terlihat banyak sel epitel dan banyak kuman-
kuman.
Lendir itu mengikat sebagian dari asam bebas, karena itu nilai
titrasi asam bebas akan direndahkan oleh adanyg lendir, sedangkan nilai
untuk banyaknya asam total tidak berubah.

5. Sisa-sisa makanan
Dalam keadaan normal tidak ada sisa-sisa makanan'
Jikalau ada, mungkin karena motilitas lambung berkurang. untuk
menguji itu, berilah kepada penderita semalam sebelum akan diadakan
sondage lambung sejenis makanan yang mudah dapat dikenal kembali,
seperti kismis.
Selain kekurangan motilitas retensi isi lambung rnungkin berarti
adanya obstruksi pada pulorus (cicatrix, tumor, dsb')'

6. Pus
Tidak ada dalam keadaanhormal.
Adanya pus jarang sekali dilihat pada pemeriksaan mikroskopik se-
bagai leukosit. Leukosit itu mungkin berasal dari saluran makanan' te-
yang di-
tapi mungkin juga dari saluran pernapasan' yaitu dari sputum
telan.

7. Potonganjaringan
eendipat ini menunjukkan kepada trauma atau tumor dan meng-
haruskan pemeriksaan lebih jauh.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPI

Pemeriksaan mikroskoPi hendaknya dilakukan dengan Porsi


nuchter juga.

Cara
l. Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif,
yaitu tanpa
diberi apa-apa kepadanya. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit,
leukosit, sel-sel epitel, sisa'sisa makanan, potongan jaringan, dsb'
2. lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
Setetes
mencari adanya butir-butir lemak.
3. Setetes lain lagi dicampur dengan larutan Lugol dan dipergunakan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r39

untuk mencari adanya butir-butir amylum.


4. Setetes getah lambung yang tidak disaring dipulas secara Gram. Ka-
rena cara memperoleh bahan tidak steril, biasanya dilihat bermacam-
macam bakteri. Di antara ada yang bermakna, yaitu:
a. Sarcinae: cocci besar yang grampositif, sering bersusun empat-
empat. Kalau jumlahnya cukup besar, pendapat itu menunjukkan
kepada adanya stasis tanpa achlorhydria.
b. Bacillus Boas-Oppler (L. acidophilus): batang grampositif yang
besar, biasanya terdapat berkelompok atau ujung-berujung me-
nyusun rantai berkelok-kelok. Terdapatnya jasadrenik ini yang
nienghasilkan asam laktat menunjuk kepada achlorhydria dengan
adanya stasis di sampingnya.

Catstan
Dalam getah lambung normal boleh didapat sejumlah kecil sel
epitel, leukosit, eritrosit (oleh trauma sondage) dan beberapa butir
amylum. Sering sukar untuk mengatakan bilamana jumlah unsur itu
menjadi abnormal; sukar juga untuk memastikan apakah unsur-unsur
itu berasal dari lambung atau dari fempat lain seperti bronchi atau paru-
paru.
Untuk pemeriksaan terhadap M. tuberculosis diperlukan juga isi
lambung nuchter. Bahan itu dihomogenkan, kemudian dipusing dan
sedimentnya dipakai untuk bakterioskopi biasa, untuk biakan dan per-
cobaan hewan.

ASAM LAKTAT

Pada test ini terjadi reaksi antara ferrichlorida dan asam laktat me-
nyusun ferrilaktat yang kuning. lndikasi untuk melakukan test ini diberi-
kan oleh.hipochlorhydria yang kurang dari 20 satuan asam bebas.

Care Kblling
l.20 ml aqua dest dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Bubuhilah 3 4 tetes larutan ferrichlorida l09o; campur. Cairan itu
-
harus berwarna kuning yang muda benar.
3. Separoh dari isi tabung itu dituang ke dalam tabung reaksi lain; yang
satu dipakai untuk test sendiri, yang kedua digunakan sebagai kon-
trol.
4. Kepada tabung satu diberikan I ml getah lambung yang terlebih dulu
disaring.
140 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

5. Kepada tabung dua diberikan I ml aqua dest.


6. Bandingkanlah warna isi kedua tabung itu; kalau tabung satu jelas
lebih kuning dari tabung dua maka hasil test terhadap asam laktat
adalah positif.

Catatan
Asam laktat mungkin ada jika jumlah HCI bebas jauh berkurang
atau tidak ada sama sekali (carcinoma, gastritis chronica) dan juga di-
dapat pada obstruksi pylorus dengan hipochlorhydria'

TEST TERHADAP DARAH SAMAR

Prinsipnya sama seperti yang telah diterangkan pada "Urinalisis".

Cara dengan benzidine basa


l. Masukkan sebanyak sepucuk pisau benzidine basa ke dalam satu ta-
bung reaksi yang bersih benan.
2. Tambahlah 3 ml asam aceta't glacial, kocok sampai benzidine itu larut
dengan meninggalkan beberapa kristal, tanda didapat larutan jenuh'
Jika perlu tambah sedikit benzidine basa lagi sehingga jenuh.
3. Bubuhilah 2 ml getah lambung yang tidak boleh disaring lebih dulu'
4. Berilah I ml larutan hidrogen peroxida 390; campur.
5. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit fiangan lebih lama).

Penilaian hasil

negatif - tidak ada perubahan warna atau warna


yang samar-samar.
positif + atau I + hijau
positif + + atau 2 + biru bercampur hijau
positif+ + + atau3 + biru
positif+ + ++ atau4 + biru tua

Catatan
Selain benzidine basa, benzidine dihidrochlorida, tetrametil benzidi-
ne, atau guajac dapat dipakai juga seperti sudah diterangkan.
Getah lambung normal memberi reaksi negatif. Adanya darah
samar mungkin disebabkan oleh ulcus ventriculi, carcinoma, papil-
tomata, diatesis hemoragik, muntah-muntah hebat, pembendungan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t4l
vena, dll.
Sering test yang peka ini telah menjadi positif oleh trauma pada
waktu sondage.
Lihat juga catatan pada "Urinalisis".

PEPSIN

Test terhadap adanya pepsin (atau pepsinogen) hanya berarti apa-


bila telah dinyatakan adanya achlorhydria.

Cara
l. Buatlah substrat dari putih telur:
a. Rebuslah sebutir telur ayam perlahan-lahan; kemudian kupaslah
dan buanglah kuningnya.
b. Putih telur yang beku dipotong-potong menjadi lempeng-lempeng
berukuran: tebal I mm, lebar dan panjangnya 5 mm.
2. 7 * 8 ml getah lambung dicampur dengan sama banyaknya HCI
0,1 n; kemudian campuran itu dibagi sama rata ke dalam 3 tabung re-
aksi, yaitu A, B dan C.
3. Kepada tabung A diberi sedikit pepsin (kontrol positiQ, tabung B di-
panasi hingga mendidih (enzim rusak, kontrol negatif). Tabung C
tidak diapa-apakan (test sebenarnya)
4. Kepada tiap tabung diberikan 2 lempeng putih telur beku dan bebe-
rapa tetes toluena; kemudian dimasgkkan ke dalam lemari pengeram
selama satu malam pada suhu 37oC.
5. Bandingkan besarnya lempeng putih telur dalam ketiga tabung itu.

Catatan
Pendapat berikut adalah normal; lempeng putih telur dalam tabung
A harus hilang dan yang ada dalam tabung B harus utuh, sedangkan
yang ada'dalam tabung C harus hilang juga. Kalau jumlah enzim dalam
getah lambung kecil, maka lempeng putih telur dalam tabu4g C hanya
mengecil saja; hal itu paling mudah dilihat dengan memperhatikan ping-
gir-pinggir lempeng.
Apabila lempeng dalam tabung A tidak hilang dan/atau yang dalam
tabung B jelas mengecil atau menghilang, test ini batal.
BAB V

GETAH DUODENUM DAN EMPEDU

Dari hasil pemeriksaan getah duodenum dapat diperoleh keterangan


mengenai faal sekresi pancreas, mengenai keadaan saluran empedu dan
beberapa macam kelainan di daerah itu. Getah duodenum didapat de-
ngan sonde yang ditelan, tindakan itu dilakukan dengan harapan bahwa
letak ujung sonde itu akan tepat berhadapan dengan papilla Vateri, tem-
pat sekret pancreas dan empedu masuk ke dalam duodenum. Cara yang
sebaik-baiknya ialah melakukannya dengan kontrol pada layar rontgen;
tanpa kontrol itu tidak ada jaminan bahwa bahan yang diperoleh ber-
sifat representatif.
Sonde yang terbaik jenisnya untuk maksud mendapat getah duode-
num ialah yang mempunyai sepotong logam pada ujungnya, sehingga
lebih mudah meliwati pylorus dan memungkinkan kontrol dengan
fluoroskopi.
Getah duodenum yang diperoleh dengan sonde berasal dari
l. kelenjar-kelenjar Brunner di dinding duodenum;
2. saluran-saluran empedu di hati;
3. sekret pankreas yang berisi enzim-enzim pencernaan.

TEKNIK MEMPEROLEH GETAH DUODENUM

Cars
l. Penderita harus datang dalam keadaan nuchter.
2. Masqkkanlah sonde karet ke dalam lambungnya seperti telah di-
terangkan pada bab IV.
3. Keluarkanlah semua isi lambung dulu, kemudian masukkanlah air
liwat sonde yang diisap kembali. Lakukanlah tindakan mencuci lam-
bung berkali-kali sampai isi lambung menjadi bersih.
4. Penderita dibaringkan di sisi kanannya, pinggulnya disandar dengan
bantal agar meninggi kira-kira 20 cm, sedangkan ia diminta mem-
b€ngkokkan lutut kanan.
5. Daya berat dan peristaltik akan mendorong ujung sonde ke dalam
duodenum; gerakarl ini dibantu dengan mendorong sonde perlahan-
lahan (2 cm tiap menit) sampai garis keempat pada sonde bertepatan
dengan gigi seri. Jardk gigi seri sampai duodenum kurang lebih
75 cm.
6. Pada ujung luar sonde ditaruh tabung atau penampung lain untuk
menangkap cairan yang akan keluar dengan sendirinya karena sikap
penderita itu. Kalau perlu isi duodenum itu boleh juga dihisap dengan
PENUNTUN LABORATORIUM KLTNIK 143

niemakai semprit besar. Petunjuk bahwa ujung sonde telah masuk ke


dalam lumen duodenum diberikan oleh reaksi cairan yang keluar: ia
harus lindi.
'7. Tiap 30 menit tabung itu diganti dengan yang baru.
8. Pakailah getah duodenum untuk pemeriksaan makroskopi, mikros-
kopidan kimia.

PEMERIKSAAN GETAH DUODENUM

Hasil pemeriksaan getah duodenum dapat memberikan petunjuk ke


arah adanya radang, ulcus, carcinoma, adanya parasit-parasit dan ten-
tang enzim-enzim dari Pancreas.

A. Makroskopi
Dalam keadaan normal didapat kurang dari l0 ml getah duodenum
nuchter; rupanya agak kental, jernih dan warnanya agak kuning atau
tidak berwarna.
Jika didapat getah keruh, sebabnya mungkin proses radang atau ka-
rena getah duodenum itu tercampur getah lambung.
Adanya darah mungkin berarti ulcus atau carcinoma.

B. Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopi harus segera dijalankan yaitu dalam
waktu kurang dari 30 menit; kalau tidak, enzim-enzim pencernaan yang
berasal dari pancreas akan merusak unsur-unsur sediment. Pusinglah
getah duodenum itu dan sedimentnya diperiksa dengan lensa objektif
kecil dan besar pada sediaan natif. Sebagian lain dipakai untuk membuat
sediaan pulasan Gram.
, Dalam sediaan natif dapat diharapkan adanya beberapa sel epitel
dan leukosit; jumlah yang besar menunjukkan kepada adanya radang'
Perhatikan pula parasit-parasit yang mungkin ada: Strohgyloides sterco-
ralis, Giardia lamblia, kista dan bentuk vegetatif Entamoeba histolytica,
telur Necator americanus dan Clonorchis sinensis, etc.
Dalam sediaan Gram diperhatikan jenis-jenis bakteri yang ada'

C. Kimia
Dalam getah duodenum dapat dicari adanya dan banyaknya enzim-
enzim seperti trypsin, lipasa dan amilasa yang berasal dari pancreas.
Insufisiensi pancreas dalam mengeluarkan enzim-enzim dipertalikan
dengan keadaan seperti pancreatitis chronica dan fibrosis pancreas'
l4 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Pemeriksaan penyaring terhadap amilasa


Encerkanlah getah duodenum l0 x memakai larutan NaCl 0,990.
Buatlah substrat dengan melarutkan 0,5 g amilum solubile dalam 50 ml
air. campurlah 2 ml getah duodenum yang sudah diencerkan dengan
2 ml dari larutan amilum dan keramlah campuran itu selama 30 menit
pada suhu 37'C. Periksalah kemudian apakah masih ada amilum yang
belum terurai dengan memberikan satu tetes larutan iodium kepada
campuran yang selesai dikeram. Adanya cukup banyak amilasa ditandai
oleh tidak terjadinya warna biru atau warna biru sangat muda'

Pemeriksaan penyaring terhadap lipasa


Ambillah 2 tabung reaksi ukuran besar A dan B. Masing-masing di-
isi ml getah duodenum; tabung A dipanasi sampai mendidih (kontrol
I
negatif). Kepada tabung A dan B masing-masing ditambahkan I ml etil-
butirat, l0 ml air dan I ml tuluol. campur isi tabung masing-masing,
keram selama 24 jam pada suhu 37"c dengan berkali-kali mengocok
tabung-tabung.
Kemudian lakukanlah titrasi memakai larutan NaOH 0, I n' dan
fenoltalein sebagai indikatbr. Kurangilah nilai titrasi kontrol negatif (ta-
bung A) dari nilai titrasi tabung B. Adanya cukup banyak lipasa ditandai
oleh selisih yang bermakna, yaitu 0,2 - 2,0 ml NaOH. Kurang dari
0,2 ml berarti defisiensi lipasa, sedangkan lebih dari 2,2 ml tidak berarti
dalam klinik.

TEKNIK MEMPEROLEH EMPEDU

Untuk pemeriksaan empedu diperlukan tindakan-tindakan lain lagi


setelah sonde dimasukkan sampai ke dalam duodenum dan setelah getah
duodenum dikeluarkan dengan cara seperti diterangkan tadi. Tindakan
berikutnya ialah mengadakan perangsang bagi saluran-saluran dan kan-
tong empedu dengan maksud supaya isinya dikeluarkan ke duodenum'

Cara
seperti
I " Masukkanlah sonde sampai ujungnya ada dalam duodenum
diterangkan di atas. Isi duodenum yang nuc.hter ditampung seperti
tadi.
2. Masukkanlah kemudian liwat sonde 3 kali berturut-turut 25 ml larut-
an magnesiums ulfat 25s/o dengan waktu antara l0 menit; maksudirya
ialah untuk melemaskan sphincter Oddi dan untuk merangsang
empedu ke luar.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t45

3. Oleh sikap penderita empedu itu akan keluar dengan spontan dan
akan berubah berangsur-angsur sifatnya. Tampunglah tersendiri
macam-macam empedu sbb. :
a. Empedu A: yang keluar lebih dulu, ia berwarna kuning-emas,
jumlah berbeda-beda dari 5
- 30 ml. Empedu ini berasal dari
ductus choledochus.
b. Empedu B: kuning kehijau-hijauan dan kental, asalnya dari kan-
tong empedu; banyaknya 30 - 60 ml.
c. Empedu C: berasal dari saluran empedu dalam hati, berwa,"na ku-

4.
ning muda, banyaknya berbeda-beda dari 30
-200 ml.
Simpanlah porsi-porsi itu tersendiri untuk pemeriksaan.

PEMERIKSAAN EMPEDU

Pemeriksaan empedu dilakukan secara makroskopi, mikroskopi


dan secara bakteriologi

A. Makroskopi
Perhatikan warna cairan yang "diperoleh secara bertahap tadi dan
bandingkanlah warna itu dengan warna normal empedu A, B dan C'
Observasi ini perlu untuk mengadakan identifikasi tepat bahan mana
empedu A, B dan C. Lagi pula observasi itu dapat menentukan apakah
salah satu macam empedu tidak ada. Jika tidak didapat empedu B, arti-
nya mungkin kantong empedu tidak dapat menimbun atau memekat
empedu.

Catatan
Dalam praktek tidak mudah untuk mendapat empedu A, B dan C
secara berpisah-pisah. Kenyataan ini mengurangi makna kesimpulan
yang dapat diambil dari upaya mengadakan fraksionasi empedu untuk
pemeriks{an.

B. Mikroskopi
Sediment yang diperoleh dengan pemusingan dari tiap macam empedu
diperiksb dengan sediaan natif dan dengan sediaan pulasan Gram.
Dalam keadaan normal hanya beberapa sel epitel akan dilihat.
Kalau jumlah itu sangat bertambah, itulah saran ke arah radang. Ada-
nya tristal cholesterol mOnunjukkan kepada batu empedu; begitu pula
kalau didapat kristal-kristal bilirubin.
146 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

C. Bakteriologi
Empedu yang didapat baik untuk membiak salmonella' terutama
kalau penderita disangka seorang carrier.
BAB VI

TRANSUDAT DAN EXUDAT

Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah


kecil cairan. Cairan itu terdapat ump. dalam rongga perikardium,
rongga pleura, rongga perut dan berfurrgsi sebagai pelumas agar mem-
bran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran.
Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur ka-
rena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa ke-
adaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gang-
guan kesetimbangah cairan badan (tekanan osmosis koloid,stasis dalam
kapiler'atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotet, dsb.), seclangkan
exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat
bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk
mendapat keterangan tentang causanya.
Ciri-ciri transudat spesifik; cairan jernih, encer, kuning muda, berat
jenis mendekati l0l0 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak me-
nyusun bekuan (tak ada fibrinogen); kadar protein kurang dari2,5 g/dl,
kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah, jumlah sel
kecil dan bersifat steril.
Ciri-ciri exudat spesifik: keruh (mungkin berkeping-keping, puru-
lent, mengandung darah, chyloid, dsb.), lebih kentll, warna bermacam-
macam, berat jenis lebih dari 1018, sering ada bekuan (oleh fibronogen),
kadar protein lebih dari 4,0 g/dl,kadar glukosa jauh kurang dari kadar
dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan sering ada bakteri.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian
sifat transudat dan sebagian lagi sifat exudat, sehingga usaha membeda-
kan antara transudat dan exudat menjadi sukar.

CARA MEMPEROLEH BAHAN

Bah'an (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydro-


cele, dsb.) didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat di-
ketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau exudat,
haruslah pertama-tama syarat bekerja sterildiindahkan dan kedua untuk
menyediakan antikoagulans. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi
selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan
penampung yang berisi larutan natrium crtrat200/o atau heparin steril'
148 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
pungsi'
l. Jumlah. ukurlah dan catatlah voluma yang didapat dengan
Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang
luasnya kelainan.

2. Warna. Mungkin sangat berbeda-beda: agak kuning, kuning campur


hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu, dll' Bilirubin mem-
beri warna kuning kepada transudat; darah menjadikannya merah
memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa
susu, B. pyocya ransudat biasanya kekuning-
-sedangkan
kuningan, exudat dapat berbeda-beda warnanya dari
putih melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa pe-
iadangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang
ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat'

3. Kejernihan. Inipun mungkin iangat berbeda-beda dari jernih, agak


keiuh sampai sangat keruh. Transudat murni kelihatan jernih,
sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan
y"rrg ir"n.tnjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai
umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik,
fibrineus, dll.
:Kekeruhan terutaina disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel;
leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai ke-
kerUhan berat, seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yattg
kemerah-merahan.

4. Bau. Biasanya baik transudat maupun exudat tidak mempunyai bau


ber.makna, kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan
.kuman anerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan bau busuk;
demikian adanya bau mengarahkan ke exudat'

5. Berat jenis. Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadi-


nya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan.
Kr\au !urs\t\ caittl\ Ya$g te\se(ia cukup genetapan dapat dilakukan
'
dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya rnemakai refrak-
tometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut mem-
beri petunjuk apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau
exudat.
PENUNTUN LABORATORI UM KLINI K 149

6. Bekuan. Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkan sifatnya (reng-


gang, berkeping, sangat halus, dll.)- Bekuan.itu tersusun dari fibrin
dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi
bersifat exudat, campurlah sebagian dari cairan itu dengan anti-
koagulans supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan
lain-lain.

PEMERIKSAAN KIMIA

Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa


dan protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam ke-
adaan normal mempunyai susunan yang praktis serupa dengan susunan
plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mem-
punyai kadar glukosa sama seperti plasma, sedangkan exudat biasanya
berisi kurang banyak glukosa teristimewa jika exudat itu mengandung
banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja;
dalam transudat kadar fibronogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl
dan dalam exudat kadar protein itu"4 6 g/dl atau lebih tinggi lagi.
-
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membeda-
kan transudat dari exudat dengan cara yang amat sederhana.

Cara
l. Ke dalam silinder 100 ml dimasukkan 100 ml aqua dest.
2. Tambahlah I tetes asam acetat glacial dan campurlah.
3. Jatuhkanlah I tetes ciaran yang diperiksa ke dalam campuran ini, di-
lepaskan kira-kira I cm dari atas permukaan.
4. Perhatikanlah tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang
mengindung asam acetat. Ada tiga kemungkinan:
a. Tetes itu bercampur dengan larutan asam acetat tanpa menimbul-
kan kekeruhan sama sekali; hasil test adalah negatif.
b. Tetes itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut
halus; hasil test positif lemah.
c. Tetes itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau
dalam keadaan extrem satri presipitat yang putih; hasil test positif.

Catatan
Cara ini berdasarkan seromucin yang terdapat dalam exudat, tetapi
150 PENUNTUN LABORATORI UM KLINIK

tidak dalam transudat. Perc6baan ini hendaknya dilakukan beberapa


kali untuk mendapat hasil yang dapat diandali.
Hasil posirif didapat pada cairan yang bersifat exudat; transudat
biasanya menjadikan test ini positif lemah. Kalau transudat sudah bebe-
rapa kali dipungsi, maka transudatpun mungkin menghasilkan kekeruh-
an serupa yang dari exudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu
yang bukan transudat atau exudat dalam arti kata klinik, menghasilkan
test negatif"

Kadar protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat mem-
bantu klinik dalam membedakan transudat dari exudat. Kadar protein
dalam transudat biasanya kurang dati 2,5 g/dl sedangkan exudat berisi
lebih dari 4 g/dl cairan.
Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.

Cara
l. Tetapkan lebih dulu berat jenis cairan itu.
2. Kalau berat jenis l0l0 atau ku'rang, adakanlah pengenceran 5-10 l kali;
kalau berat jenis lebih dari l0l0 buatlah pengenceran 20 kali'
3. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah di-
encerkan itu; dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah peng-
enceran yang tadi dibuat.

Catatan
cdra Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Peng-
enceran yang diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam Cairan
yang diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang memberi
hasil yang seb'aik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai
proteiri dengan memakai rumus:
(berat jenis - 1,007) x 343 = g protein/IO0 ml cairan. Maka atas
perhitungan itu
b.d. 1,010 sesuai I g protein per 100 ml
deng4n
b.d. 1,015 dengan2,5 g protein per 100 ml
sesuai
b.d. 1,020 dengan 4,5 g protein per 100 ml
sesuai
b.d. 1,025 dengan 6 g protein per 100 ml
sesuai
Dalam rumus dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan
1,000.
TRANSUDATDAN EXUDAT l5l

Zat lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur
dengan chylus. Dalam exudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan
oleh'karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya; keadaan itu sering
dipertalikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa susu; dalam hal itu
perlu mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau
oleh zat lain.

Cara
l. Beri,lah larutan NaOH 0,1 n kepada cairan,sehingga menjadi lindi-
2. Lakukanlah extraksi dengan ether. Jika cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin
dalam keadaan emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test
sbb.:
a. Encerkanlah cairan itu 5 x dengan etilalkohol 9590.
b. Panasilah berhati-hati dalar4 bejana air; kalau cairan menjadi
jernih, putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan dengan:
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan
masih panas
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai
voluma menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan
biarkan menjadi dingin lagi.
e. Kaldu menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti; kekeruhan itu
bertarnbah kalau diberi sedikit air.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPI

tvtenghitung jumlah sel dalam cairan exudat atau transudat tidak se-
lalu mendatangkan manfaat.
Jikalau sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan
setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na
citrat200/o; untuk tiap I ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrat itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti
lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb.) saja; menghitung jumlah eritro-
sit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.
F

t52 PENUNTUN LABORATORIUM KLtrNIK

Menghitung jumlah leukosit


menghitung
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk
jumlah llukosit; tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan
yang jernih atau yang agak keruh saja'
' -iaOa cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk
pengenceran seperti
menghitung jumlah leukosit dalam darah, ataupun
iipuiai uniuk ,n"rrghitung jumlah leukosit dalam cairan otak' Untuk
."irun yang agak keiuh, pilihlah pengenceran yang sesuai'
jangan larutan
Bahan p.ng"n.arun sebaiknya larutan NaCl 0'990'
terjadinya bekuan
Turk, karena cairan Turk itu mungkin menyebabkan
dalam cairan.
dart
Cairan yang beruPa transudat biasanya meqgandung kurang
kemungkinan cairan
500 sel/ul. Semakin tinggi angka itu semakin besar
tsb. bersifat exudat.

Menghitung jenis sel


golongan
ia"ngtiiung jenis sel biasanya hanya membedakan dua
jenis sel yaitu, golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan
Dalam
nama "limfosit" dan iolongan sel polinuklear atau "segment"'
plasma' dsb'
t"i""t- fi*fosit ikutierhitung limfosit, sel-sel mesotel' sel
memberi pe-
Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu
exudat
tunjuk ke arah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai
itu.

Cara
sifat
i. Gaiuun apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung
cairan itu: 'diperkirakan
a. Jika cairan jernih, sehingga tidak mengandung
banyak sel, pusinglah l0 - l5 ml bahan; cairan atas dibuang dan
, tseditent Ai"a*p* dengan beberapa tetes serum penderita sendiri'
",Buatlah sediaan apus dari campuran itu'
b. Kalau cairan keruh sekali atau purulent' buatlah sediaan apus
da]am cairan'.
langsung memakai bahan itu' Jika terdapat bekuan
bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis'
2. Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright'
3. Lakukanlah hitung jenii atas 100 - 300 sel; hitung jenis itu hanya
mehbedakan "lim?osit" dari "segment" seperti telah diterangkan.

Catatan
jenis radang;
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang
t54 BAB VII

CAIRAN SENDI

Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat dalam sendi-


sendi. Cairan itu merupakan ultrafiltrat plasma yang mengandung asam
hialuronat yang disekresikan oleh lapisan synovia sendi; asam hialuronat
itu'menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan itu dapat
berfungsi sebagai pelumas.
Indikasi memeriksa cairan sendi diberikan oleh bertambah banyak-
nya cairan itu dan pemeriksaan laboratorium membantu diagnosis
kelainan. Aspirasi cairan sendi harus mengindahkan syarat-syarat
asepsis dan aspirat ditampung dalam tiga tabung steril. Dua tabung diisi
heparin steril untuk bermacam-macam pemeriksaan, sedangkan tabung
ketiga tidak diberikan antikoagulans. Jikalau mungkin tiap tabung diisi
I -3ml cairan.

MAKROSKOPI

l. Voluma
Perhatikan voluma cairan sendi yang dapat diaspirasikan. Dalam
keadaan normal susah sekali menyedot cairan itu dan biasapya voluma
normal tidak melebihi 2 ml. voluma yang melebihi 2 ml menandakan
adanya kelainan; makin besar voluma itu, makin luas juga kelainan yang
ada.

2. Warna
Cairan sendi normal tidak berwarna atau mempunyai warna keku-
ning-kuningan yang sangat muda. Perhatikan adanya warna kemerah-
merahan oleh darah. Jika adanya darah disebabkan oleh trauma pungsi,
maka banyaknya darah dalam ketiga tabung penampung tidak sama dan
darah.itu menyusun bekuan. Darah yang dari semula ada oleh perdarah-
an intraartikuler terbagi sama rata.dalam tabung-tabung, ia tidak mem-
beku dan setelah dipusing cairan atas biasa berwarna kuning.

3. Kejernihan
Dalam keadaan normal cairan.sendi jernih' Proses patologis seperti
radang dapat mengubah ciri'ciri itu menjadi agak keruh sampai keruh
sekali. Selain oleh peradangan kekeruhan mungkin juga disebabkan pro-
ses-proses lain, yakni oleh adanya beberapa macam kristal atau oleh sel-
sel synovia yang terlepas.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 155

4. Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu; beberapa keadaan
patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan itu seolah-olah
menjadi lebih encer. Untuk menguji viskositas isaplph cairan sendi ke
dalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu mengalir ke luar dari
semprit (tanpa jarum) dan perhatikan panjangnya benang lendir yang
dapat dibentuk sampai saat cairan jatuh. Dalam keadaan normal pan-
jangnya paling sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu, makin abnormal;
kadang-kadang viskositas itu rendah sekali sehingga menetesnya seperti
air saja.

5. Adanya bekuan
Perhatikan dalam tabung penampung cairan sendi yang tidak diberi
antikoagulans apakah terbentuk bekuan setelah tabung itu ditenangkan
beberapa lama. Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi
fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan menyusupnya fibri-
nogen ke dalam cairan sendi. Kalau ada bekuan laporkanlah besarnya
bekuan itu; semakin besar bekuan,Jemakin berat proses inflamasi.

MIKROSKOPI

Pemeriksaan mikroskopi pada dasarnya tidak berbeda dari yang di-


lakukan untuk bermacam-macam cairan tubuh, kecuari pemeriksaan ter-
hadap adanya kristal-kristal tertentu.

l. Menghitung jumlah sel


Upaya ini dilakukan seperti menghitung leukosit dalam darah tepi.
Akan tetapi cairan pengencer Turk tidak dapat dipakai karena asam
acetat membekukan mucin yang terdapat dalam cairan sendi. pakailah
larutan NaCl 0,8590 sebagai pengganti cairan.Turk untuk menghitung
jumlah sel dan kamar hitung Fuchs-Rosenthal seperti diterangkan dalam
bab mpqgenai cairan otak.
Dalam keadaan normal jumlah sel dalam cairan sbndi kurang dari
200 per ul. Pertambahan cairan sendi oleh causa bukan-radang dapat
meningkatkan jumlah itu sampai 2 000 per ul, sedangkan adanya radang
mendorong angka itu sampai lebih dari 2 N\/ul.

2. Menghitung jenis sel


Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh lainlain dengan mem-
buat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau Wright. Dalam keadaan
CAIRAN OTAK
156

dari semua jenis sel


normal leukosit berinti segment kurang dati 25t/o
yang ada dalam cairan sendi; semakin tinggi angka itu semakin akut
ke-
adaan patologis.

3. Kristal-kristal
Untukmemeriksaadanyakristaldalamcairansendiperlir.memakai
cairantanpadibubuhiantikoagulansapapundancairansendiitutidak
ditaruh di
boleh menyusun bekuan. satu sampai 2 tetes dari cairan sendi
atas kaca objek dan segera ditutup dengan kaca
penutup'
Periksalah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan
mikros-
kopbiasaataulebihbaik-denganmikroskoppolarisasiterhadapadanya
kristal-kristal urat yang blntuknya panjang serupa
jarum dan dapat di-
temukanbebasdalamcairanataudidalamleukosit.Mikroskoppola-
ganda
risasi menggambarkan kristal urat mempunyai sifat berkias
(double refroctile)' Adany4 kristal urat sesuai dengan diagnosis arthritis
urica.
Kristal-kristallainyangdapatditemukanialahkristalpirofosfat
pada
(pyrophosphate) pada chondrocalcinosis dan kristal cholesterol
arthritis rheumatoid.

KIMIA
enzym-
Pemeriksaan kimia terhadap glukosa, protein-protein -dY
enzym tidak penting dalam laboratorium klinik
yang tidak berkecim-
pung dalam riset. Hanya satu test dikemukakan di sini' yakni test beku-
an mucin yang menguji kualitas mucin'

Tes bekuan mucin


Mucin
Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi'
dan protein;
adalah.:satu Lomptlx yang tersusun dari asam hialuronat
mucirt itu membeku oleh pengarah asam acetat'
Buatlah larutan u.it"t 7 n dari 40,8 ml aiam acetat glacial dan
"ru-
l00mlair.Kedalamsatutabungreaksiterlebihduludimasukkan4ml
aqua dest, kemudian I ml cairan sendi dan kemudian lagi
I tetes larutan
yang terbuat dari
asam acetat 7 n. Aduklah kuat-kuat dengan pengaduk
getas; peritsalah trasil reaksi segera setelah diaduk dan lewat 2 iam'
- litam keadaan normal din pada proses non-radang mucin "ber-
jernih' Mucin
kualitas baik": terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan
kuat' bekuan itu
"berkualitas lumayan" menyusun bekuan yang kurang
jernih' Kualitas mucin
tidak mempunyai batas-batas tegas dalam cairan
, PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 157

yang lumayan didapat pada arthritis rheumatoid. Jikalau mucin mem-


punyai "kualitas buruk" seperti pada proses-proses radang teristimewa
pada radang oleh infeksi, bekuan yang terjadi itu berkeping-keping
dalam cairan keruh.
Laporan hasil test ini sebagai baik, lumayan atau buruk.

BAKTERIOLOGI
Tabung penampung cairan sendi yang berisi heparin dipusing, sedi-
ment yang diperoleh dipakai untuk biakan-biakan dengan menggunaKan
media yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan seperti untuk Neisseria,
Mycobacterium, kurnan-kuman aerob dan anaerob.
BAB VIII

CAIRAN OTAK
dengan
Dalam susunannya' cairan otak tidak boleh dipandang sama
plasma darah; di
cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja daii
sampinl fiitrasi, faktor sekresi oleh plexus chorioideus turut berpenga-
Akan tetapi, se-
ruh. Kaiena itu cairan otak bukanlah transudat belaka.
perti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh kon-
ientrasi beberapa macam zat dalam plasma darah'
diagnostik
Pengambiian cairan otak itu dilakukan dengan maksud
hasil pemeriksa-
atau"untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam
petunjuk ke arah sesuatu penyakit susunan saraf
an dapat memberi
pula se-
pusat, baik yung -"ndudak maupun yang menahun dan berguna
telah terjadi trauma.
pungsi ke dalam
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan
dilakukan
cavum subarachnoidale bagian lumbal. Selain di situ dapat
jug" pungri suboccipital ke dalam cisterna magna atau pungsi ventrikel'
sesuai dengan indikasi klinik.
de-
Jumlah cairan yang diambii dengan pungsi harus disesuaikan
cairan itu;
ngan jenis-jenis pemerifsaan yang akan dilakukan dengan
uitut melakukan bermacam-macam pemeriksaan jarang diperlukan makro-
lebih dari 15 ml. Cairan otak dapat diperiksa dengan cara-cara
Cara menampung
skopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi dan serologi '
jenis pemeriksaan yang
bahan ini hendaknya disesuaikan pula dengan
akan dilakukan dan dengan persangkaan macam penyakit'

A.Apabila yang dikehendaki pemeriksaan-pemeriksaan tanpa bak-


cair-
teriologi, siapkanlah setidak-tidaknya 3 tabung untuk menampung
beberapa teles yang
an otai. Tabung kesatu dipakai untuk menampung
keluar pertama-tama dari jarum pungsi; isi tabung ini sedapat-dapatnya
jangau'dipakai untuk pemeriksaan sebenarnya karena mungkin sekali
pungsi' Tabung
,n"ig"naung sedikit darah oleh tindakan melakukan
yunJf.auu dan ketiga diisi langsung melalui jarum pungsi dengan sama
untuk pemeriksa-
Lanyatnya cairan otak (2 - 4 ml) dan boleh dipakai
an-pemeriksaan
- non-bakteriologis'
B. Sediakan selalu juga tabung yang berisi sejumlah kecil larutan
bahwa cair-
natriumcitrat 20s/o: tauung ini digunakan jika diperkirakan
xanthochrom
an otak itu akan membeku, yaitu kalau cairan otak keruh'
pembekuan diperlu-
atau bercampur darah. Untutc menjaga terjadinya
kan 0,01 ml larutan natriumcitrat untuk setiap I ml cairan
otak'
tabung ketiga
c. Jika menghendaki pemeriksaan bakteriologis,
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 159

harus tabung steril yang isinya kemudian dipakai untuk bakterioskopi


atau untuk pembiakan. Laboratorium dapat menyediakan tabung yang
telah berisi sesuatu medium biakan khusus jikalau dikehendaki.
Tabung-tabung penampung cairan otak harus sangat bersih dan te-
rang; pengalaman telah membuktikan bahwa hasil pemeriksaan ma-
kroskopi, mikroskopi dan kimia menjadi tanpa arti oleh tabung-tabung
yang tidak memenuhi syarat.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPI

Untuk pemeriksaan makroskopi, selalu bandingkanlah tabung ber-


isi cairan otak dengan tabung serupa yang berisi aqua dest; hanya
dengan jalan itu kelainan yang ringan dapat dilihat!

l. Warna
Cairal otak normal sama rupanya seperti aqua dest. Jika ada warna
laporkanlah hal itu; kemungkinan-\emungkinan ialah:
a. Merah oleh adanya darah. Dalam hal ini penting untuk membedakan
apakah darah itu disebabkan oleh trauma pungsi atau olbh perdarah-
an subarachnoidal. Jika darah itu berasal dari pungsi, maka dalam
tabung pertama terdapat yang terbanyak, tabung kedua dan ketiga
makin kurang jumlahnya. Lagi pula jika dibiarkan atau dipusing,
cairan atas menjadi jernih. Darah itu sering menyusun bekuan. Pada
fihak lain jika darah itu ada karena perdarahan subarachnoidal,
maka darah dalam ketiga tabung sama jumlahnya, tidak akan mem-
beku dan cairan atas berwarna kuning.
Cairan otak yang nampaknya tanpa warna atau kekeruhan tidak
mengesampingkan kemungkinan perdarahan subarachnoidal; se-
banya! 400 eritrosit atau kurang per ul cairan otak tidak kelihatan
jika dipandang dengan mata belaka.
b. Cok-lat. Warna itu menunjukkan kepada perdarahan yang tua dan di-
sebabkan oleh eritrosit yang mengalami hemolisis; cairan atas ber-
warna kuning setelah dipusing.
c. Kuning (xanthokhromi). Disebabkan oleh perdarahan tua, mungkin
juga oleh icterus berat atau oleh kadar protein yang tinggi.
d. Keabu-abuan; disebabkan oleh leukosit dalam jumlah besar seperti
didapat pada radang purulent.

2. Kekeruhan
Untuk menguji kekeruhan, perlulah juga untuk membandingkan
160 PENUNTUN LABORATORIUN{ KLINIK

tabung berisi cairan otak dengan tabung serupa berisi aqua destillata.
Pada keadaan normal getah otak sejernih aqua dest juga. Umumnya ke-
keruhan dapat disebabkan oleh darah, oleh. sel-sel peradangan (epitel
dan leukosit) dan oleh kuman-kuman.
jumlah sel (pleiositosis) tidak
" Baiklah diingat bahwa bertambahnya
perlu disertai adanya kekeruhan! Keadaan semacam itu dijumpai pada
encephalitis, meningitis tuberculosa, meningitis syphilitica, tabes dor-
salis dan pada poliomyelitis. Pada umumnya sebanyak 200 sel/ul atau
kurang tidak menyebabkan kekeruhan yang dapat dilihat, 200 - 500
sel/ul membuar cairan otak sedikit keruh dan lebih dari 500 sel/ul me-
nimbulkan kekeruhan. Kekeruhan yang jeias menunjukkan kepada me-
ningitis purulenta oleh sesuatu sebab.
Laporkanlah pendapat sebagai: jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh.

3. Sediment
Cairan otak normal, biarpup dipusing, tidak mempunyai sediment
sedikitpun juga. Adanya sedirnent selalu berarti satu hal yang abnormal;
jumlah sediment sejajar dengan kekeruhan cairan otak'

4. Bekuan
Cairan otak normal, berapa lama juga ditenangkan, tidak akan me-
nyusun:bekuan; sebabnya ialah karena cairan otak normal tidak berisi
fibrinogen.
flfi terjadi bekuan, laporkanlah rupa bekuan itu: apakah halus se-
kali, menyusun keping-keping, menyusun serat-serat' berupa selaput'
atau ada bekuan yang kasar dan besar. Bekuan akan terjadi dalam cair-
juga
an otak jika terdapat fibrinogen di dalamnya; keadaan itu biasanya
disertai bertambahnya protein yaitu albumin dan globulin'
P.'iida meningitis tuberculosa dapat dilihat terbentuknya bekuan
yang sangat halui dan sangat rengga-ng yang mulai dibentuk pada per-
nrukuun cairan dan "tumbuh" sampai ke pertengahan cairan itu. untuk
jam
pembentukannya mungkin diperlukan waktu yang lama, yaitu l2
atau lebih. Pada fihak lain: tidak adanya bekuan yang halus dan reng-
gang itu tidak berarti bahwa kemungkinan meningitis tuberculosa boleh
Iitesampingkan! Bekuan yang merupakan selaput tipis di atas permuka-
an juga mungkin didapat pada peradangan yang menahun'
Adanya bekuan yang besar atau kasar mengarahkan kepada meni-
ngitis purulenta. Bekuan en masse' yaitu cairan otak yang membeku
se-

lu-ruhnya, dilihat pada sindroma Froin dan pada perdarahan besar.


PENUNTUN LABORATORIUM KLTNIK ' 16I

Pada encephalitis dan poliomyelitis biasanya tidak terjadi bekuan'

PEMERIKSAAN MIKROSKOPI

Pemeriksaan mikroskopi diarahkan kepada jumlah dan jenis sel da-


lam cairan otak dan kepada adinya bakteri serta jenisnya secara bak-
terioskopik.

A" Menghitung jumlah sel


Pemeriksaan segera dilakukan, sebaik-baiknya dalam
ini harus
waktu Vz jam setelah mendapat liquor karena leukosit-leukosit sangat
lekas rusak. Selain lekas rusak, penyebaran sel dalam cairan itu cepat
menjadi serbaneka (teristimewa dalam cairan keruh) dan tidak dapat lagi
dijadikan homogen dengan mengocok'
Tabung ketigalah yang baik dipakai untuk menghitung jumlah sel
karena merupakan sampel yang paling murni. Jika terdapat darah dalam
cairan otak, penetapan jumlah sel (yang dimaksudkan jumlah leukosit)
tidak mung$in teliti lagi dan banyakorang menganggap usaha itu tanpa
arti.
Dalam keadaan normal didapat 0 :
sel/ul cairan otak; karena itu
5
dipakai pengenceran dan kamar hitung yang berlainan daripada cara
menghitung leukosit dalam darah.
Kamar hitung yang sering dan yang sebaiknya dipakai ialah me-
nurut Fuchs:Rosenthal; tinggi kamar hitung itu 0,2 mm dan luasnya
16 mm2. Lprutan pengencer ialah larutan Turk pekat: methylviolet
(atau
gentianvioilt) 200 mg; asam acetat glacial4 ml; aqua dest ad 100 ml' Sa-

ringlah sebelum diPakai.

Cara
l. Kocokiah dulu cairan otak yang akan diperiksa'
2. Isaplaii lebih dulu larutan Turk pekat sampai garis bertanda 1 dalam
pipet leukosit.
3. Kemudian isaplah cairan otak sampai garis I l '
-
4. Kocoklah pipet benar-benar, buanglah 3 tetes dari pipet dan kemu-
dian isilah kamar hitung Fuchs-Rosenthal dan biarkan kamar hitung
itu mendatar selama 5 menit.
5.'Hitunglah semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi
dengan memakai lensa objektif l0 x.
6. Jumlah sel per ul cairan otak menjadi
r62 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

n l0 50n
_x 5x = kira-kira n,/3
t6 9 t44
n- semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang terbagi.

Catatan
Cara yang diterangkan tadi ialah untuk cairan otak jernih yang jum-
lah selnya kecil. Kalau menghadapi cairan otak keruh, yaitu yang ba-
nyak selnya, pilihlah pengenceran yang sesuai dengan kekeruhan itu,
umpamanya pengenceran yang dipakai untuk menghitung jumlah leuko-
sit dalam darah.
Apabila tidak ada kamar hitung dengan garis-bagi menurut Fuchs-
Rosenthal, kamar hitung improved Neubauer juga boleh dipergunakan.
Dalam hal itu hitunglah semua sel dalam 0,9 mm3 (yaitu seluruh bidang
yang dibagi) dan ingatlah bahwa pengenceran seperti diterangkan tadi
ialah l0/9 kali. Kamar hitung Fuchs-Rosenthal lebih teliti karena lebih
luas dan lebih tinggi daripada improved Neubauer.
Dalam keadaan normal didapat 0 - 5 sel per ul cairan otak. Kalau
terlihat beberapa eritrosit, eritrosit itu tidak ikut dihitung. Sejumlah 6 -
l0 sel/ul berbatas kepada keadaan abnormal, sedangkan lebih dari l0
berarti abnormal. Pada anak-anak di bawah umur 5 tahun sampai 20
sel/ul masih boleh dipandang normal.
Jika ada lesi setempat yang bersifat menahun dan degeneratif, yang
tidak disertai reaksi radang atau radang yang sangat ringan, jumlah sel
tidak meningkat atau hanya meningkat sangat sedikit saja. Keadaan itu
didapdt umpamanya pada meningismus, tumor otak tanpa komplikasi
dan slcerosis multiplex.
Poliomyelitis, encephalitis dan neurosyphilis disertai pleiositosis
ringan sampai 200 sel/ul; begitu juga meningitis tuberculosa. Jumlah sel
VanS.fesa sekali didapat pada meningitis acuta purulenta.

B. Menghitung jenis sel


Meskipun dalam cairan otak ada lebih dari dua jenis sel, namun
dalam praktek sehari-hari hanya dibuat perbedaan antara sel yang ber
inti satu (disebut "limfosit" saja) dan yang polinuklear ("segment").

Cara
l. Cairan yang jernih atau yang hanya agak keruh saja, harus dipusing
terlebih dulu dengan kecepatan sedang, umpamanya 1500- 2000
rpm selama l0 menit.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 163

2. Cairan atas dibuang dan sediment dipakai untuk membuat sediaan


apus yang dibiarkan kering pada hawa udara. Jangan memakai panas
untuk merekat sediaan itu.
3. Pulaslah dengan Wright atau Giemsa.
4. Buatlah hitung jenis seperti telah diterangkan pada bab VI atas dasar
100 sel.

Catatan
Jika cairan keruh, pemusingan tidak perlu dijalankan atau dijalan-
kan singkat sekali.
Jik'a jumlah sel tidak terlalu banyak, yaitu kurang dari 50 per ul,
sering sudah cukup untuk membuat hitung jenis dari kamar hitung saja,
dengan juga hanya membedakan limfosit dari segment. Pada jumlah
yang lebih besar, usaha secara itu janganlah dijalankan.
Dalam keadaan normal hanya dilihat limfosit saja. Pada infeksi
ringan yang menahun dan yang disertai pleiositosis sedang, begitu juga
pada meniirgitis tuberculosa dan meningitis syphilitica, sel-sel yang ter-
dapat terutama limfosit. Pada fiha* lain, peradangan mendadak oleh
causa manapun juga, sel-sel adalah segment. Hal yang terakhir ini lebih-
lebih berlaku pada infeksi dengan cocci pyogen seperti meningococci dan
pneumococci. Jumlah segment besar juga pada infeksi pyogen setempat
seperti abces cerebral atau yang extradural.
Jika jumlah segment sedang meningkat, itu tanda proses sedang
mengheb4t; sebaliknya bertambahnya limfosit berarti proses mereda.
Pulasin hendaknya dikerjakan selekas mungkin dengan bahan yang
segar. Sediaan yang dibuat dari cairan otak yang telah disimpan bebe-
rapa lama sering sukar dipulas.

C. Bakterioskopi
Di antara kuman yang paling sering didapat dalam getah otak ialah:
M. tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H. in-
fluenza-e.
Dengan mengadakan pemeriksaan bakterioskopi, sering sudah da-
pat diperoleh petunjuk ke arah etiologi radang; sebaiknya di samping itu
diusahakan biakan dan percobaan hewan pula. Yang diperlukan untuk
bakterioskopi ialah pulasan menurut Gram dan menurut Ziehl-Neelsen
atau Kinyoun; pulasan itu dikerjakan dengan memakai sediment sebagai
bahan pemeriksaan.
Pulasan terhadap batang tahan asam baik sekali dilakukan dengan
bekuan halus atau dengan selaput permukaan. Tidak terdapatnya batang
164 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINTK

tahan asam dalam bahan itu tidak mengesampingkan kemungkinan


meningitis tuberculosa.

BAKTERIOLOGI

Bilamana dikehendaki biakan, cara yang sebaik-baiknya ialah lang-


sung menampung cairan otak dari jarum pungsi ke dalam medium
biakan. Jika hal itu tidak mungkin, kirimlah selekaslekasnya bahan itu
dalam tabung steril ke laboratorium; jika terpaksa menunggu beberapa
lama janganlah simpan tabung itu dalam lemari es tetapi dalam lemari
pengeram 37"C.

PEMERIKSAAN KIMIA

Di antara banyak macam pemeriksaan kimia yang dapat dilakukan


atas cairan otak, ada beberapa macam yang sering dikehendaki, yaitu
pemeriksaan terhadap kadar protein, glukosa dan chlorida. Selain itu,
meskipun bukan bersifat penetdpan kimia sebenar-benarnya sering di-
kehendaki juga test-test koloid.

PROTEIN

Perneriksaan terhadap protein dalam cairan otak ialah yang paling


penting di antara pemeriksaan kimia. Usaha mengetahui jumlahnya
dapat ililakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Jika ada darah dalam cairan otak, hasil pemeriksaan ini (dengan
cara manapun juga) tidak ada artinya lagi.

A. Test busa
Fircobaan ini merupakan test kasar terhad-ap kadar protein yang
sangat meningkat. Kalau cairan otak normal dikocok kuat-kuat, maka
busa yang terjadi hanya sedikit saja dan menghilang lagi setelah di-
tenangkan I - 2 menit. Kalau kadar protein sangat meninggi, lebih
banyak busa terbentuk dan busa itu juga belum lenyap lewat 5 menit.
Test ini hanya memberi kesan saja tentang kadar protein dalam
cairan otak.

B. Test PandY
Reagens Pandy, yaitu larutan jenuh fenol dalam air
(phenolum
dalam lemari
liquefactum l0 ml: aqua dest 90 ml; simpan beberapa hari
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r65

pengeram 37oC dengan sering dikocok-kocok) bereaksi dengan globulin


dan dengan albumin.

Cara
l. Sediakanlah I ml reagens Pandy dalam tabung serologi yang kecil
bergaris tengah 7 mm.
2. ,Tambahkan I tetes cairan otak tanpa sediment.
3. Segeralah baca hasil test itu dengan melihat kepada derajat kekeruh-
an yang terjadi.

Catatan
'Test Pandy ini mudah dapat dilakukan pada waktu melakukan
pungsi dan memang sering dijalankan demikian sebagai bedside test.
Itulah sebabnya maka test Pandy masih juga dipertahankan dalam pe-
nuntun ini, meskipun pada waktu ini dikenal test-test terhadap protein
yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruh-
an yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein,
semakin keruh hasil reaksi ini yang selalu harus segera dinilai setelah
pencampuran liquor dengan reagens.
Tak ada kekeruhan atau kekeruhan yang sangat halus berupa kabut
menandakan hasil reaksi yang negatif. Kekeruhan yang lebih berat ber-
arti test Pandy itu menjadi positif.

C. Test Nonne
Percobaan ini yang juga dikenal seperti test Nonne-Apelt atau test
Ross-Jones, menggunakan larutan jenuh amoniumsulfat sebagai reagens
(amoniumsulfat 80 g: aqua dest 100 ml; saring sebelum memakainya).
Test seperti dilakukan di bawah ini terutama menguji kadar globulin
dalam cairan otak.

Cara,',
l. Taruhlah Vz - | ml reagens Nonne dalam tabung kecil yang bergaris
tengah kira-kira 7 mm.
2. Dengan berhati-hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke dalam
tabung itu, sehingga kedua macam cairan tinggi terpisah menyusun
dua lapisan.
.3
3. Tenangkanlah selama menit, kemudian selidikilah perbatasan
kedua cairan itu.
t66 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Catatan
Seperti juga test Pandy, test Nonne ini sering dilakukan seperti bed'
side test pada waktu mengambil cairan otak dengan pungsi. Sebenarnya
test Nonne ini sudah usang, dalam laboratorium klinik modern ia sudah
kehilangan tempatnya.
Dalam keadaan normal hasil test ini negatif, artinya: tidak terjadi
kekeruhan pada perbatasan. Semakin tinggi kadar globulin semakin
tebal cincin keruh yang terjadi. Laporkan hasil test ini sebagai negatif
atau positif saja.
Test Nonne memakai lebih banyak bahan dari test Pandy, tetapi
lebih bermakna dari test Pandy karena dalam keadaan normal test ini
beihasil negatif: sama sekali tidak ada kekeruhan pada batas cairan.

D. Penetapan protein kuantitatif


Kadar protein dapat diukur secara kuantitatif dengan bermacam-
macam cara yang menggunakan dasar fotokolorimetri atau turbidimetri.
Cara fotokolorimetri mengukur absorbansi larutan setelah membuat
warna dengan reaksi biuret atau mengukur warna hasil reaksi warna
dengan tirosin atau triptofan. Pada turbidimetri diukur kekeruhan yang
timbul oleh reaksi antara protein dan asam sulfosalisilat atau reagens
lain yang mengendapkannya.

Catatan
Cara-cara kuantitatif itu mudah dijalankan dan jauh lebih ber-
makna daripada hanya melakukan test Pandy atau Nonne saja. Kalau
cairan,otak bercampur darah hasil penetapan inipun akan menjadi tanpa
arti.
Batas-batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat meng-
ambil cairan otak; semakin kranial, semakin kurang kadar protein.
Kadar protein dalam cairan otak dalam ventriculi: 5 - 15 mg/dl; dalam
cisterna magna l0 - 25 mg/dl dan dari bagian lumbal 15 - 40 mg/dl.
Dalam keadaan normal terutama albumin yang ada dalam cairan
otak, pada keadaan patologik globulin-globulin juga akan muncul be-
serta fibrinogen. Laboratorium klinik modern selayaknya dapat me-
misah-misahkan fraksi-fraksi itu dengan elektroforesis dan dengan
imunoelektroforesis. Untuk melakukan elektroforesis yang biasanya me-
makai cellulose acetat sebagai media pendukung, perlu terlebih dulu me-
lakukan pemekatan dari protein-protein dengan cara dialisis. Dalam
cairan otak normal didapat fraksi-fraksi protein sbb.: prealbumin 4,6 +
1,390; albumin 49,5 + 6,50/o; alfa-l-globulin 6,7 x. 2,lv/oi alfa-2-glo-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 161

bulin 8,3 + 2,10/o: beta-globulin 18,5 + 4,80/o dan gamma-globulin 8,2


+ 2,7s/0. Perubahan dalam konsentrasi fraksi-fraksi protein dapat di-
hubungkan dengan kelainan neurologis tertentu'
Pada banyak keadaan abnormal kadar protein total meningkat.
Kadar protein yang sangat tinggi (200 I 000 mgldl) didapat pada me-
ningitis purulenta, pada perdarahan -
subarachnoidal dan jika ada satu
penyumbatan (block). Hampir semua macam penyakit organik pada
susunan saraf pusat disertai meningginya kadar protein; derajat me-
ningkatnya sesuai dengan beratnya lesi. Kcimbinasi kadar protein tinggi,
xanthochromi dan pleiositosis limfositik dikenal dengan nama sindroma
Froin.

GLUKOSA

Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cairan otak segar ka-


rena sel-sel dan mikroorganismus akan mengurangi jumlahnya. Pbnetap-
an biasanya menggunakan 0,1 ml cairan, tetapi ada juga yang memakai
lebih banyak tergantung cara penetapan.

Catatan
Normal 50 mg/dl glukosa atau kira-kira setengah dari kadar
-80
dalam plasma. Kadar glukosa dalam liquor sangat dipengaruhi oleh
kadar glukosa dalam plasma, maka itu sebaiknya selalu melakukan pe-
netapan kadar glukosa darah di samping kadar dalam liquor untuk
dapat menafsirkan hasil penetapan. Pada hipoglikemia kadar glukosa
merendah dan pada hiperglikemia meningkat.
Indikasi terutama untuk penetapan glukosa dalam cairan otak ialah
persangkaan meningitis. Pada meningitis bakterial kadarnya menurun.
Kadar yang normal yang mendampingi pleiositosis mengarahkan kepada
peradangan nonbakterial. Juga pada meningitis purulenta kadar glukosa
turun, mu,ngkin hingga menjadi nol. Kadar glukosa biasanya tidak ber-
ubah pada encephalitis, tumor otak dan neurosyphilis.
Pemakaian carik celup seperti diterangkan pada bab urinalisis
untuk penetapan kadar glukosa dalam cairan otak tidak dianjurkan' '

CHLORIDA

Seperti juga kadar glukosa, kadar chlorida dalam cairan otak turut
naik turun dengan kadar chlorida dalam plaqma darah, maka dari itu pe-
netapan kadar chlorida serum di samping chlorida liquor membawa
168 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

manfaatnya.
Dalam keadaan normal terdapat 120 mg chlorida per dl (di'
sebut sebagai Nacl) dalam cairan otak. -750
Bandingkanlah nilai normal
sebagai NaCl'
dalam plasma darah: 550
- 62Omg/dl
Penetapan kadar chlorida berguna pada diagnosis meningitis: pada
meningitis acuta kadar itu akan merendah hingga kurang dari 680
mgldl. Pada meningitis tuberculosa didapat penyusutan yang sangat
besar, biasanya sampai kurang dari 600 mg/dl.
Peradangan setempat, peradangan non-bakterial, tumor otak,
encephalitis, poliomyelitis dan neurosyphilis tidak disertai perubahan
dalam kadar chlorida'
Pendapat: cairan otak jernih dengan tekanan meninggi, pleiositosis,
kadar protein meninggi, kadar glukosa dan chlorida kedua-duanya me-
rendah mengarahkan persangkaan kepada meningitis tuberculosa.

. TEST.TEST KIMIAPADAMENINGITIS
TUBERCULOSA

Karena pentingnya penyakit ini, dikemukakan test-test yang mudah


dapat dilakukan dalam laboratorium sederhana dan yang berguna untuk
membantu penegakan diagnosis meningitis tuberculosa'
Laboraiorium klinik yang telah maju dapat membantu klinisi
dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan mutakhir berdasarkan
teknik elektroforesis dan imunoelektroforesis. Mengingat bahwa upaya
itu bdlum mungkin di kebanyakan laboratorium maka test Levinson dan
test t.riptofan yang sederhana tetap dipertahankan dalam penuntun ini'

A. Test menurut Levinson


Cara
l. tengah 6 mm dan
$diakanlah dua tabung serologi kecil bergaris
isilah kedua tabung masing-masing dengan I ml cairan otak'
2. Kepada tabung yang satu diberikan I ml larutan merkurichlorida
290, disumbat, dicampur isinya dan dibiarkan pada suhu kamar se-
lama24 jam.
3. Kepada tabung kedua diberikan I ml larutan asam sulfosalisilat 390'
disumbat, dicampur isinya dan dibiarkan juga pada suhu kamar se-
lama24 jam.
4. Perhatikanlah tingginya endapan dalam kedua tabung itu'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t69

Catatan
cairan otak normal menghasilkan endapan dalam kedua tabung
yang tingginya kurang dari 2 mm; kalau kadar protein meninggi, endap-
an itu lebih banYak juga.
Pada meningitis tuberculosa tinggi endapan dalam tabung mer-
kurichlorida lebih tinggi dari 2 mm, dibandingkan dengan tabung asam
sulfosalisilat tingginya lebih dari dua kali. Pada meningitis purulenta
endapan dalam tabung asam sulfosalisilat lebih tinggi daripada
yang di
dalam tabung merkurichlorida.
Dikatakan bahwa test ini sangat berguna pada diagnosis meningitis
tuberculosa, korelasi positif didapat dalam lebih dari 9090 semua kasus.

B. Test triptofan
Cara
l. -3 ml cairan otak
Masukkanlah 2 ke dalam tabung reaksi'
2. Tambahlah 15 ml asam hidrochlorida pekat dan kemudian 2 3
-
tetes larutan formaldehida 290.
3. Kocok dan biarkan selama 5 menif.
4. Tambahlah berhati-hati beberapa ml dari larutan natriumnitrit
0,06% dalam air, sedemikian hingga larutan ini menyusun lapisan
atas.
5. Perhatikanlah terjadinya cincin violet pada perbatasan kedua cairan
itu; warna itu akan timbul dalam beberapa menit dan akan nampak
selama l5 menit atau lebih lama.

Catatan
Pada meningitis tuberculosa cincin ungu itu akan kelihatan dalam
9590 semua kasus. Encephalitis, poliomyelitis, tumor otak dan meni-
ngitis syp$litica tidak memberikan reaksi ini.
- Haiit.,test ini sebagai pembantu diagnosis meningitis tuberculosa
hanya boleh diandali kalau cairan otak itu jernih. Kalau cairan otak ber-
juga
campur darah, bersifat purulent atau xanthochrom, hasil test ini
menjadi positif, yaitu positif palsu.

TESf.TESTKOLOID

Apabila cairan otak normal diencerkan secara berderet dengan


larutan garam, kemudian dicampur dengan sesuatu suspensi koloidal,
maka keadaan koloid tidak akan terganggu olehnya. Tetapi
jika cairan
170 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

otak itu abnormal, keadaan koloid akan berubah dan akan terlihat per-
ubahan warna atau presipitasi dalam koloid itu. Perubahan yang terjadi
dalam larutan koloid itu tidak terjadi secara uniform dengan semua
pengenceran, melainkan akan memperlihatkan perubahan maximal pada
pengenceran rendah, yang pertengahan atau yang tinggi (first zone' mid-
zone atau end zone)
Dasar reaksi ini bertalian dengan kadar protein dan dengan per-
ubahan kuantitatif .dan kualitatif pada fraksi-fraksi protein.
Suspensi koloid yang pertama-tama dipakai ialah suspensi emas
(cara menurut Lange), di samping itu digunakan pula suspensi zat-zat
lain seperti mastix, benzoe, dll.
Derajat perubahan dalam suspensi koloid biasanya dinilai dengan
angka dari 0 (tanpa perubahan) sampai 5 (perubahan total). Dalam pada
ini tiap tabung diberi penilaian sendiri-sendiri dengan angka; jumlah
tabung yang dipakai aOitatr l0 buah. Cairan otak normal sebagai contoh
menghasilkan 0001 100000.
Perubahan first zone umpamanya 5555542100 didapat pada de-
mentia paralytica dan pada scl,eiosis multiplex (paretic curve)- Perubah-
an dalam pengenceran pertengahan, midzone, juga disebut luetic atau ta-
betic curve, umpamanya 0123100000 dilihat pada bermacam kelainan
susunan saraf pusat. Pada akhirnya dikenal juga meningitic curve,
0000012321, yaitu perubahan-perubahan dalam end zone.

Catatan
Sbperti juga beberapa test Iain, test-test koloid mulai tersingkir oleh
pemeriksaan yang menggunakan elektroforesis dan imunoelektroforesis.
Pertimbangan praktis menyebabkan test koloid masih diterangkan da-
lam penuntun ini.
BAB IX

MANI
Yang diartikan mani ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa
cairan keryal dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-
kelenjar lain dan spermatozoa. Di samping pemeriksaan-pemeriksaan
lain, pemeriksaan mani penting dalam masalah fertilitas dan infertilitas.
Pemeriksaan manidengan cara sederhana meliputi rnakroskopi, mi-
kroskopi dan kimia; yang menyangkut imunologi tidak disinggung
dalam penuntun ini.

MEMPEROLEH SAMPEL

Setrelum menjalani pemeriksaan mani pasien diminta supaya tidak


mengadakan kegiatan sexual selama 3
- 5 hari. Pengeluaran ejakulat
sebaiknya dilakukan pagi hari, sedekat mungkin sebelum pemeriksaan
laboratorium. Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat
dari gelas atau plastik yang bermulut lebar dan yang terlebih dulu di-
bersihkan dan dikeringkan. Wadahitu harus dapat ditutup dengan baik
untuk menjaga jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta men-
catat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan
sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib
mencatat waktu pemeriksaan-pemeriksaan dij alankan,
Pemakaian kondom untuk menampung'mani tidak dianjurkan
karena zat-zat pada permukaan karet mempunyai pengaruh melemah-
kan atau rirembunuh spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan di-
keringkan lagi.

.- . MAKROSKOPI

Pem6riksaan makroskopi memperhatikan voluma, warna, kekeruh-


an dan'kentalnya mani; selain itu biasanya pH juga diperiksa.
Mengukur voluma dilakukan dengan memindahkan ejakulat ke
dalam gelas ukur 5 atau l0 ml sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
Catatlah voluma sampai ketepatan 0,2 ml. Voluma baru dapat diukur
setelah mani mencair. Biasanya didapat antara 2,5- 5 ml mani; voluma
I ml atau kurang dipertalikan dengan infertilitas, begitu pula kalau
voluma melebihi 6 ml.
Mencatat warna dan kekeruhan mani selalu dilakukan juga, meski-
t72 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

lang-
pun sudah terbukti bahwa biri-ciri itu tidak mempunyai hubungan
putih
sung dengan banyaknya spermatozoa' Mani biasanya berwarna
untuk
ata; kekuning-kuningan dan kelihatan keruh' Tidak ada manfaat
mencoba menilai derajat kekeruhan.
Pada saat dikeluarkan mani kental sekali, sehingga sukar
berpindah
dalam waktu
tempat dalam wadahnya. Pada suhu kamar mani mencair
l0 - 20 menit. Apabila lewat 20 menit mani belum mencair, itu merupa-
kan keadaan abnormal yang perlu dilaporkan'
pH mani cukup ait.ni.,tun dengan memakai kertas indikator;
dari 6'0 dan
biasanya nilai pH berkisar antara 7,0 - 7,8' Nilai kurang
penampung
lebih dari 8,0 menjadi alasan untuk meragukan kebersihan
mani. Apabila pH mani 6,0 itu mungkin berarti bahwa mani itu
-7,0
hanya berisi sekret prostat saja tanpa bercampur sekret
dari vesiculae
seminales.

MIKROSKOPI

Upaya ini menilai motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa'

mencair
Untuk menguji motilitas, taruhlah setetes mani yang sudah
dan tutuplah dengan kaca penutup' Pemerik-
di atas kaca objek bersih
saan dilakukan dengan lensa objektif 40 x. Berusahalah
menilai berapa
qr ;"ti ,p..*utoro" itu bergerak aktif dan catatlah angka itu' Angka
berlalu
yang dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang sudah
berkurang
t":ui tuui ejakulasi, semakin banyak waktu lewat' semakin
I jam setelah di-
motilifas spermatozoa. Biasanya didapat bahwa sampai
mani berisi 70s/o ataulebih spermatozoa aktif, angka
itu terus
keluarkan,
jam lewat ejakulasi'
menerus menurun sehingga menjadi 5090 sekitar 5
natam pemeriksaan rutintidak banyak gunanya mengikuti penyusutan
dipengaruhi
motilitas dari jam ke jam; berkurangnya motilitas banyak
Pernyataan itu juga berlaku bagi, usaha
oleh'para menyimpan-sampel.
motilitas spermatozoa dalam golongan
mencoba membagi-bagikan
sangat aktif, aktif dan kurang aktif'
dari
Jika ingin membedakan spermato zoa yang tidak bergerak
eosin 0'590
spermatozoa mati, campurlatr seditcit mani dengan larutan
mati mendapat warna kemerah-merahan'
dalam air; spermatozoayang
'yang hanya non-aktif saja tidak berwarna'

Menghitung iumlah spermatozoa dilakukan dengan


kamar hitung
dan pipet leukosit, sedangkan aqua dest dapat di-
improueJNeubauer
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK I73

pakai selaku cairan pengencer. Isilah pipet itu sampai garis bertanda 0,5
dat gun mani yang sudah mencair, kemudian air sampai garis bertanda
I l. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung pada permukaan seluas
I mm2; angka itu dikali 200 000 untuk mendapat jumlah spermatozoa
dalam I ml mani.
Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml;
kalau jumlah itu kurang dari 20 juta per ml, ada kemungkinan mani itu
kurang memadai dalam hal fertilitas.
Akan tetapi kita perlu berhati-hati.rnengambil kesimpulan macam
begitu. Tidak jaran! dilihat bahwa hasil pemeriksaan mani berikutnya
atau yang mendahuluinya berbeda jauh. Sikap yang paling baik ialah
mengulangi pemeriksaan mani pada saat lain. Sikap serupa ini juga se-
baiknya dianut apabila pada pemeriksaan motilitas hanya sedikit sekali
spermatozoa kelihatan bergerak aktif. Ingatlah bahwa kualitas mani
pada satu orang dapat berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.

Morfologi spermatozoa dipelajari pada sediaan yang dipulas' Buat-


lah sediaan apus dari mani seperti "sediaan apus darah, biarkan me-
ngering pada hawa udara kemudian lakukan fixasi dengan metilalkohol
selama 5 menit. Pulasan selanjutnya dilakukan dengan Giemsa' Wright
atau zat warna lain menurut kesukaan sendiri. Periksalah sediaan
dengan objektif imersi.
Yang terdapat dalam sediaan adalah spermatozoa, spermatosit yang
boleh dianggap spermatozoon muda, sel Sertoli serta beberapa sel epitel
dan leukosit. Perhatikanlah terutama bentuk kepala dan ekor sperma-
tozoa dengan mencatat berapa 9o mempunyai kelainan bentuk seperti
kepala yang terlalu besar, terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah
dsb.; kalau ekor tidak ada, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb' itu
semua digglongkan sebagai spermatozoa dengan morfologi abnorrnal.
Tidak perlU mencari dan menggolongkan spermatosit dan sel Sertoli ter.
sendiri, selain jarang ditemukan sel-sel itu amat sukar dikenal apabila
tidak memakai pulasan Papanicolaou.
Biasanya terdapat kurang dari 20o/o spermatozoa dengan kelainan
bentuk. Kalau angka itu lebih besar, ada kemungkirran fertilitas ber-
kurang. Sering dilihat bahwa peningkatan angka abnormal itu berjalan
paralel dengan berkurangnya jumlah spermatozoa. Laporkan juga bila
banyaknya leukosit melebihi batas-batas normal.
KIMIA
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruk-
174 pENUNTUN LAcoRAroRruM KLTNTK

tosa itu mempunyai korelasi positif dengan kadar testosteron dalam


tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff sebagai
dasar; pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan me-
nyusun warna merah.

Reagensia
l. Larutan Ba(OH)2 0,3 n dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.
8aq dalam I 000 ml aqua dest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 m dibuat dari 50 gZnSO4. Taq.larut dalam
I 000 ml aqua dest.
3. Larutan resorcinol 0,lVo dalam 100 ml alkohol 95a/o;larutan ini ber-
tahan2 bulan bila disimpan dalam lemari es.
4. HCI sekitar l0 n dibuat dari I voluma aqua dest ditambah 6 voluma
HCI pekat.
5. a. Standard fruktosa stock. 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml lar.
asam benzo at 0,20/0.
b. Standard fruktosa, larutan kerja. I ml standard fruktosa stock di-
encerkan dengan aqua -dest sampai 100 ml. Pada cara yang di-
cantumkan di bawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg fruk-
tosa/dl mani.

Cara
l. Latukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih
du-lu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian
tambah 0,5 m! lar. Ba(OH)2, campur' tambah 0,5 ml lar. ZnSO4,
campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T di-
isi 2 ml cairan atas dari langkah l, tabung S diisi 2 ml standard fruk-
tosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air.
3. Kepada tabung T, S dan B masing-masing dibubuhkan 2 ml resor-
cinol dan 6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90oC
selama l0 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus ATIAS x 200 = mg fruk-
tosa/dl mani.

Catatan
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara
120 - 450 mg/dl dan 'fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 175

Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruk-


tosa dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam
vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii; pada hipoplasia dan radang
vesiculae seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii
kadar fruktosa menurun. "Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total
berakibat kadar fruktosa dalam mani menjadi nol.
BAB X

SPUTUM

Sputum, dahak atau riak ialah sekret yang dibatukkan dan berasal
dari bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau
rnulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahak-
nya akan diperiksa. Sering sekali pemeriksaan sputum menjadi tanpa
arti karena sampel yang diberikan kepada laboratorium bukan sputum
sejati.
Mintalah supaya penderita kumur mulut dulu sebelum mengeluar-
kan sputumnya. Jika hanya spr{um sewaktu saja yang dikehendaki,
sputum pagilah yang sebaiknya. Adakalanya diperlukan sputum
kumpulan, yaitu sputum 12 jam atau sputum 24 jam.
Sputum sewaktu ditampung dalam wadah bermulut lebar seperti
cawan petri, botol bermulut lebar, karton sputum dsb. Harus dijaga
jangan sampai wadah itu dicemari bagian luarnya; sputum selalu harus
dipandang material yang infeksius.
Wadah kaca hendaknya kgmudian disterilkan dalam otoklaf. Kar-
ton sputum harus dibakar. Meja tempat kerja dan mikroskop sebaiknya
dibersihkan dengan larutan lysol 1090.

MAKROSKOPI

Pemeriksaan makroskopi adalah pemeriksaan yang terpenting. Per-


hatikdnlah hal-hal seperti di bawah ini:

l. Banyaknya
Orang sehat tidak mengeluarkan sputum; kalau kadang-kadang
ada,rjumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya
yang;dikeluarkan bukan saja ditentukan oleh penyakit yang tengah di-
derita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Jumlah yang besar, yaitu
lebih dari 100 ml per 24jam., mungkin melebihi 500 ml ditemukan pada
edema pulmonum, abces paru-paru, bronchiectasi, tuberculosis pulmo-
num yang lanjut dan pada abces yang pecah menembus ke paru-paru.

2. Bau
Harus diuji dalam keadaan segar; tiap macam sputum yang dibiar-
kan mungkin busuk jika ditenangkan beberapa lama. Bau busuk dalam
sputum segar didapat pada gangrena dan abces pulmonum, pada tumor
yang mengalami necrosis dan pada empyema yang menembus ke
SPUTUM l7:7

bronchi. Kalau abces di bawah diafragma (subphrenik) menembus ke


atas akan didapat bau seperti tinja.

3. Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, juga pada seorang penderita karena
ikut ditentukan oleh stadium penyakitnya. Warna yang abu-abu atau ku-
ning biasanya disebabkan oleh pus dan sel epitel; merah oleh perdarahan
segar, merah-coklat disebabkan oleh darah tua dan didapat pada per-
mulaan pneumonia lobaris, pada gangrena dll.; hitam oleh debu hitam
yang masuk jalan pernapasan.
' Jika ada warna merah oleh darah perhatikan juga apa darah itu ber-
campur baur dengan dahak, atau hanya melapisi secara tidak merata
pada bagian luarnyd saja dan apakah darah itu berbusa dan muda
warnanya. Ciri-ciri itu mungkin memberi petunjuk kepada lokalisasi
perdarahan.

4. Konsistensi
Ciri-ciri ini juga dipengaruhi oleh macam penyakit dan stadiumnya.
Sputum sereus didapat pada edema" pulmonum; dahak mucoid pada
bronchitis, asthma, pneumonia lobaris pada stadium tertentu; yang
purulent pada abces, bronchiectasi, stadium terakhri bronchitis, dll. Se-
lain itu, mungkin dilihat juga konsistensi campuran seperti seropurulent,
mucopurulent, serohemoragik, dll.
Apabila voluma sputum besar, mungkin akan dilihat terjadinya
lapisanJapisan kalau sputum itu dibiarkan: paling di atas lapisan ber-
busa, di tengah-tengah lapisan cairan yang keruh, sedangkan di bawah
sendiri lapisan tersusun dari sediment: pus, jaringan, kuman-kuman,
dsb. Sputum berlapis tiga itu didapat pada bronchiectasi, gangrenB dan
abces paru-paru.

5. Unsur-unsurkhusus
Untuk, mencari unsur-unsur khusus dalam sputum, tuanglah
sputum itu ke dalam cawan petri hingga menyusun lapisan tipiq yang di-
teliti terhadap latar belakang hitam dengan memakai lensa pembesar
(loupe)" Perhatikan adanya:
a. Butir keju, yaitu potongan-potongan kecil berwarna kuning yang ber-
asal dari jaringan nekrotik; didapat pada tuberculosis pulmonum,
gangrena, abces dan pada actinomycosis.
b. Uliran (spiral) Curschmann: benang kuning berulir yang sering mem-
PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
178
bronchiale'
dilihat benang pusat' Didapat pada asthma
itu ialah fibrin; besarnya ter-
.. io"ng"r, nronctri. Bahan- tuangan
santuns dari besarnva bronchus tempat *tt"9:tll^1y1:,:id"o"'
pneumonta'
i"J" U-."tritis fibrinosa dan kadang-kadang pada
yang dibentuk dalam
d. Sumbat Dittrich. yaitt' benda kuning-putih bron-
bronchi uron.iioli. Ditemukan pada asthma bronchiale,
"tuuuron.ni..iuri. Sumbat Dittrich berbeda dari tu.angan
chitis dan
bronchikarenaiut-iOuttersusundarifibrintetapidarisel-selrusak'
Dittrich sukar dibedakan
lemak dan Uatcteri. n*am praktek sumbat
--" tuangan fibrin.
dari
Ailii; didapat salah satu macam unsur khusus' asingkanlah
untuk iiperiksa teUitr lanjut secara mikroskopi'

MIKROSKOPI

Pemeriksaan mikroskopi dilakukan dengan


sediaan natif dan

dengan sediaan Pulasan.

Sediaan natif (lihat hal.204) -sputum


Pilihlah sebagian dari yang mengandung unsur-unsur'
kaca penutup' Guna-
taruhlah di atas kaca objek dan tutuplah dengan
(40 x) untuk pemeriksaan ini
kanlah objektif kecil (10 x) dan yang besar
dan perhatikan:
l. Leukosit dan eritrosit.
2. Sel-sel yang mengandung pigment:
satu yang mengandung
a., Heart failure cells, vuiiu t.f besar, b-erinti
hemosiderin b;;;;; kuning' Untuk membuktikan adanva
butir
hemosiderinit"u"r.r'dipakaireaksiprussianblue:kepadasediaan
bqberapa menit'
diteteskan I tetes larutan K ferrosianida; biarkan
kemudian diberikan setetes larutan HCI 590'
Butir hemosiderin

dan juga
paru (decomp..t",lo cordis, stenosis valvulae mitralis)
Pada infarct Paru-Paru'
pada anthracosis
b. Sel+el yang berisiiarbon berbutir-butir; didapat
dan pada orang-orang yang sangat banyak
merokok'
3.-Serat elastik: i"i"tt t"iui h-alus,- agak kuning' berombak-ombak
" itu menandakan
;.*d';Gnya terUetah' Adanya serat-serat
pu.Jn.ny* paru-paru sedang dirombak' Jika sekiranya dianggap
dengan
penting untuk menemukannya, sejumlah sputum diencerkan
ui, aut,r, kemudian diberikan larutan NaOH l0_-
200/o untuk men-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 179

cairkannya, kemudian bahan itu dipusing dan sedimentnya diperiksa


lagi.
4. Uliran Curschmann.
5. Kristal-kristal. Biasanya tidak banyak artinya. Yang mungkin di-
dapat ialah kristal Charcot-Leyden, kristal asam lemak, cholesterol,
leucine, tyrosine dan hematoidin.
6. Fungi. Untuk identifikasi selanjutnya diperlukan pemeriksaan khusus
seperti biakan. Bagian yang dapat dikenal dengan memeriksa sediaan
natif ialah mycelium, hyphae atau sporanya.
7. Sel epitel, Ieukosit dan sel eosinofil lebih baik dinyatakan dengan
sediaan pulasan.

Sediaan pulasan
Pulasan yang dipakai ialah menurut Wright atau Giemsa, pulasan
Gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam. Yang penting ialah
pulasan Ziehl-Neelsen dan pulasan Gram.
Agar pemeriksaan Gram bermakna, sebaiknya sputum yang diper-
oleh dicuci beberapa kali dulu delgan larutan garam steril supaya
kuman-kuman yang hanya melekat'pada unsur-unsur sputum dan yang
tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Hanya jika pada pulasan
Gram dilihat satu-dua macam kuman saja, hasil pemeriksaan bakterio-
skopi itu mempunyai makna.
Jika tidak hendak memakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu
untuk mencari batang tahan asam, carilah sebagian dari sputum itu yang
berkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan tipis. Cara langsung
itu kurang baik dari cara pemekatan; cara pemekatan boleh dikerjakan
sbb.:
l. Taruhlah 2 ml sputum dalam tabung sentrifuge dan tambahlah
-4
sama banyaknya larutan NaOH 490.
2. Kocoklah tabung itu selama 5
- l0 menit atau sampai saat sputum
telah nrgncair sempurna.
3. Pusinglah tabung itu selama 15
- 30 menit pada 3 000 rpm.
4. Buanglah cairan atas dan tambahlah I tetes indikator fenol-merah
kepada sediment yang masih ada dalam tabung itu: warnanya men-
jadi merah.
5. Netralkanlah reaksi sediment itu dengan berhati-hati meneteskan
larutan HCI 2 n ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah-
jambu kekuping-kuningan.
6. Sediment ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan
l
(Boleh dipakai juga untuk biakan M. tuberculosis dan untuk per-
I

I
cobaan marmot).
BAB XI

TINJA

Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi


spontan; jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sampel tinja di-
ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa di-
pakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja24jam untuk pemeriksaan
tertentu.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan
mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu menjadi.rusak. Bahan ini se-
lalg harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi, ber-
hati-hatilah bekerja.
Untuk mengirim tinja, wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat
dari kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik'
Kalau konsistensi tinja keras, dos karton berlapisan parafin juga boleh
dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur
cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test terhadap
darah samar
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu
yang mernberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk rnenemui kelainan;
u,nf"-unyu: bagian yang bercampur darah atau lendir, dsb' Oleh
karena unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka
hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengantepat,cukupdiberitanda - (negati0, +, + + atau + + + saja'

MAKROSKOPI

1. Warna
. warna tinja yang dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena
terbentuknya lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan
lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna, sedangkan urobilin berwarna
coklat tua. Selain urobilin yang normal ada, warna tinja dipengaruh oleh
jenis makanan, oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat
yang diberikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat santonin atau
bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang
mengandung banyak sayur-mayur; jarang oleh biliverdin yang belum
ber'ubah. Warna abu-abu mungkin disebabkan oleh karena tidak ada
urobilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus ob-
TINJA l8l

struktif (tinja acholik) dan juga setelah dipakai garam barium pada
pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi kalau
makanan mengandung banyak lemak yang tidak dicernakan karena defi-
siensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar
di bagian distal; mungkin pula oleh makanan seperti bit. Warna coklat
dipertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat,
kopi dsb.-nya. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.

2. Baunya
Bau nermal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat' Bau
itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu
protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman.
Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Ada kemung-
kinan juga tinja berbau asam: keadaan itu disebabkan oleh peragian
(fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna karena umpamanya diare.
Reaksi tinja dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam tinja di-
sebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan asam-asam
lemak.

3. Konsistensi
Tinja normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada
konstipasi didapat tinja keras. Peragian karbohidrat dalam usus meng-
hasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas (CO2).

4. Lendir
Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Kalau
lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin usus besar; kalau bercampur-baur dengan tinja mungkin sekali
usus kecil.',Pada dysenteri, intususepsi dan ileocolitis mungkin didapat
lendir saja tanpa tinja. Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.

5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam
dan apakah bercampur-baur atau hanya di bagian luar tinja saja. Makin
proximal terjadinya perdarahan, makin bercampurlah darah dengan
tinja dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin
disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagu, carcinoma atau hemor-
rhoid.
182 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

6. Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dl[' mungkin terlihat'

MIKROSKOPI

telur
Pada pemeriksaan mikroskopi usaha mencari plotozoa dan
Untuk mencari protozoa sering
cacing merupakan maksud terpenting'
atau juga
dipak-ai laruian eosin I - 2o/o sebagai bahan pengencer tinja
dipakai untuk
larutan Lugol I - 2t/0. Selain itu larutan asam acetat l09o
jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain
melihat leikosit lebih
larutan garam 0,990 yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin'
Sediaanhendaknyatipis,agarunsur-unsurjelasterlihatdandapat
yang telah
dikenal; meskipun beiitu, selalu akan dijumpai unsur-unsur
rusak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi'

1. Sel epitel (lihat hal. 206)


Beberapa sel epitil, yaiiu yang berasal dari dinding usus bagian
distal dapai ditemuian dalam keadaan normal. Kalau sel epitel
berasal
dari bagian yang lebih proxinial, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya
perangsangan atau
rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
peradangan dinding usus itu.

2. MakrofaC
. Sel-sel besarberinti satu memiliki daya fagositosis; dalam
plasma-
(leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain'
nya sgring dilihat sel-sel lain
Dalamp.-"p"rutnatifsel-selitumenyerupaiameba;perbedaannyaialah
sel ini tidak daPat bergerak.

3. Leukosit
.I-ebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes
seluruh
larqtAn asam acetat 1090. Kalau hanya dilihat beberapa dalam
basiler, colitis ulcerosa dan
sediaan, tidak ada artinya. Pada dysenteri
peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar'

4. Eritrosit
Hanyadilihatkalaulesimempunyailokalisasidalamcolon,rectum
atau anus. Pendapat ini selalu abnormal'

5. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya' Pun dalam tinja normal
PENUNTUN LABORATORIUM KI]INIK 183

mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat, calciumoxalat dan asam


lemal. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcot-Leyden dan
kristal hematoidin.

6. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan
jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal
yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-
daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat
otot, serat elastik, dll.
untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
Lugol:'pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-
butir biru atau merah. Larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam
alkohol 700/o juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau
jingga.

7. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya me-
ngenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kisfa ameba'

E. Telur dan jentik cacing


Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis.
Trichiurus trichiura, Strongyloides stercoralis, dsb.-nya; juga yang ter'
masuk genus cestodas dan trematodas mungkin didapat.

DARAH SAMAR

Test terhadap darah samar penting sekali untuk mengetahui adanya


perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopi atau
mikroskopi.

A. Caia dengan benzidine basa


l. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira
l0 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai
menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak se-
pucuk pisau.
4. Tambahlah 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
184 PENUNTUN LAI]ORATORIUM KLINIK

larut dengan meninggalkan beberapa kristal.


s Bubuhilah 2 ml fitrat emulsi tinja, campur'
6. Berilah I ml larutan hidrogen peroxida 390; campur.
7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (iangan lebih lama).

Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
negatif tidak ada perubahan warna atau warna
' yahg samar-samar hijau
positif + hijau
positif 2+ biru bercamPur hijau
posiiif 3+ biru
positif 4+ biru tua

Pasien yang tinjanya akan diperiksa terhadap darah samar jangan-


lah dikenakan hukuman seperti peraturan "tidak boleh menyikat gigi
selama.beberapa hari sebelum pemeriksaan"; biasanya juga tidak perlu
untuk melarang makanan daging. Pengalaman bahwa tinja seorang nor-
mal biasanya bereaksi negatif dengan test ini agaknya mengusangkan
peraturan itu, apalagi test ini hendaknya jangan hanya dilakukan sekali
saja untuk mendapat hasil yang bermakna'

B. Cara dengan benzidine dihidrochlorida


Jika hendak memakai benzidine dihidrochlorida sebagai pengganti
benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan ku-
rang nlenghasilkan yang positif palsu, maka caranya sama juga seperti
diterangkan di atas.

Catatan
Lihat juca apa yang sudah diterangkan mengenai pemakaian ben-
zidine.dalam laboratorium.

C. Cara dengan guajac.


l. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tam-
bahlah I ml asam acetat glacial: campur.
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac
dan 2 ml alkohol959o: campur.
3. Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi
emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan ter-
pisah.
PENI]NTUN LABORATORIUM KLINIK 185

4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua
lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

UROBILIN

Carz
l. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah
dengan larutan mercurichlorida l09o yang volumanya kira-kira sama
banyak dengan tinja itu.
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya.
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap
dan biarkan selama 6 - 24 jam.
4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Catatan
Dalam tinja normal selalu ada urobilin; hasil test ini yang merah
berarti positif. Jumlah urobilin berkurang pada ikterus obstruktif; jika
obstruksi itu total, hasil test menjad negatif.
Test terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan
penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif
itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang
diexkresikan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler.
t86 BAB XII

BATU GINJAL

: Yang dinamai batu "ginjal" di sini ialah segala macam benda padat
yang dibentuk dalam saluran urin dan dapat ditemukan dalam pelvis
renis, ureter dan kandung kencing, sedangkan ia dapat dikeluarkan ber-
sama urin atau diperoleh dengan jalan operasi.
Untuk kepentingan klinis sering dikeheridaki analisis batu ginjal.
Pemeriksaan yang dikemukakan di bawah ini hanya menyangkut segi-
segi kualitatif mengenai beberapa macam zat terpenting dalam batu gin-
jal.

' MAKROSKOPI

Perhatikan lebih dulu jumlah batu, besarnya, warnanya, kerasnya


dan tampang permukaannya; data serupa itu dapat memberi petunjuk ke
arah susunan kimia batu yang sedang diperiksa.
. Batu asam urat biasanya ditemukan multipel, besarnya berbeda-
beda dari beberapa millimeter sampai Yz cm, bentuk sering membundar
dan permukaannya halus. Batu fosfat dan carbonat sering mencapai
ukuran besar sampai beberapa cm garis tengahnya, warnanya seperti
kapur dan kadang-kadang bentuknya merupakan tuangan dari tempat
pembentukannya. Permukaan batu oxalat sering agak berkilauan halus
dan bertonjolan kecil-kecil. Batu cystine biasanya kecil-kecil dan mul-
tipel.

.- KIMIA

Pemeriksaan kimia menghendaki supaya batu digerus sampai halus


sebelum melakukan test kimia. Jika ada batu yang ukurannya cukup
besar, ada baiknya terlebih dulu membelah batu itu memakai gergaji
halus.guna memperhatikan struktur batu; sering dapat dilihat lapisan-
lapisari konsentris sebagai tanda bahwa susunannya terdiri dari berbagai
macamzat.

Asam urat dan urat-urat lain


Gerusan batu dalam tabung kecil bergaris tengah kl. 1l mm, diberi
I tetes larutan Na2CO3 20Vo dan 2 tetes reagens asam urat. Reagens ini
berisi fosfowolframat dan susunannya sama dengan reagens asam urat
yang dipakai untuk penetapan asam urat dalam serum. Warna biru tegas
yang segera terjadi menandakan reaksi positif.
PENTJNTUN LABORATORIUM KLINIK 187

Fosfat
Gerusan batu dalam tabung reaksi kecil dicampur 4 tetes larut-
-5
an amoniummolibdat kemudian dipanasi di atas nyala api. Reaksi positif
kelihatan dari terjadinya endapan kuning. .Larutan amoniummolibdat:
larutkan 3,5 g amoniummolibdat dalam 75 ml aqua dest kemudian di-
tambah 25 ml HNO3 pekat.

Oxalat
Kepada gerusan batu dibubuhi beberapa tetes HCI l09o kemudian
sedikit .bubuk MnO2. Terlepasnya gas secara bergejolak dari dasar
tabung berarti reaksi ini positif.

Carbonat
Gerusan batu dicampur dengan HCI l09o dengan jumlah berlebih-
an. Reaksi positif apabila pembentukan gas CO2 terjadi secara menyelu-
ruh dalam campuran itu.

Cystine
Gerusan batu diberikan I tetgs amoniumhidroxida, kemudian I
tetes NaCN 5v/o yartg dibuat segar, tunggu 5 menit dan sesudah itu
tambah beberapa tetes larutan natriumnitroprussida 590 yang segar.
Kalau ada cystine timbul warna merah.

Untuk mencari adanya calcium, magnesium dan gugusan amonium


diperlukan extrakt dari gerusan batu dalam HCl. campurlah agak
banyak ggrusan batu dengan HCI 109t, saringlah sekedarnya, ump'
dengan mdmakai corong kecil yang disumbat sedikit kapas sebagai filter.
Filtrat ini tidak perlu jernih.

Calcium
Filtrat dicampur dengan larutan NaOH 2Ot/0. Teriadi presipitat
putih bile ada calcium.

Magnesium
Lebitr dulu dibubuhi beberapa tetes larutan NaOH 20s/o kepada
filtrat supaya reaksi menjadi alkalis. Kemudian ditambah reagens
magnesium (l mg p-nitrobenzena-azor€sorcinol dalam 100 ml larutan
NaoH I n). Adanya magnesium ditandai oleh perubahan warna reagens
yang semula merah menjadi biru.
r88 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Amonium
Alkaliskan terlebih dulu filtrat dengan beberapa tetes larutan NaOH
2090 kemudian tambah beberapa tetes reagens Nessler. Warna atau
presipitat kuning-coklat timbul bila terdapat gugusan amonium.

Catatan
Dalam perdagangan ada kit untuk melakukan analisis semikuan-
titatif terhadap komponent-komponent batu ginjal. Untuk laboratoria
sederhana analisis kualitatif seperti tertulis di atas sering sudah merupa-
kan bantuan bernilai bagi klinik.

. BATU EMPEDU

Kebanyakan batu empedu adalah batu campuran, ia tersusun dari


berbagai. jenis zat, tetapi ada pula batu empedu murni biasanya batu
calciumbilirubinat dan batu cholesterol. Seperti pada pemeriksaan batu
ginjal catatlah terlebih dulu keadaan makroskopik, yakni jumlahnya,
besarnya, warnanya, kerasnya dan iampang permukaannya. Langkah
berikutnya adalah pemeriksaan kimia.

KIMIA

Geruslah batu empedu agar menjadi halus. Kemudian lakukan


extraksi sampai tiga kali berturut-turut memakai ether, extrakt-extrakt
itu dipersatukan, dibagi menjadi 4 dalam tabung-tabung reaksi kecil
yang gaiis tengahnya kl. ll mm dan keempat tabung itu dimasukkan ke
dalam bejana air panas supaya ether semua menguap.

Cholesterol
Kg dalam tabung pertama dimasukkan beberapa ml chloroform, di-
bubuh! I ml anhydrida asam acetat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Ta-
bung dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap. Terjadinya warna hijau
menandakan adanya cholesterol.

Calcium
Tabung kedua dipakai untuk memeriksa adanya calcium. Masuk-
kan sedikit HCI 0,2 n ke dalam tabung, kemudian sedikit demi sedikit
larutan natriumacetat jenuh sampai pH menjadi 4 (kontrol dengan
kertas indikator) dan akhirnya berikan beberapa tetes larutan kalium-
KLINIK I89
PENUNTUN LABORATORIUM

oxalat. Biarkan selama l0 menit. Adanya calcium terbukti dari endapan


purih.

Fosfat
TaQung ketiga sedikit HCI 0,2 n. Kemudian diperiksa terhadap
adanya iosiut ,"p"rti diterangkan pada analisis batu ginjal'

Bilirubin
Kepadatabungkeempatdibubuhisedikitmetanol.Lakukapkemu-
dian test reaksi diazo dengan memakai reagens segar' Warna ungu ber-
arti ada bilirubin.
BAB XIII
-

BAKTERIOLOGI

Pada bab ini diberikan beberapa petunjuk yang penting untuk me-
lakukan pemeriksaan bakteriologi sehari-hari dalam klinik dan dalam se-
buah laboratorium kecil.
Tidak jarang terjadi bahwa pemeriksaan bakteriologi menjadi tanpa
arti sama sekali oleh. kesalahan dalam cara memperoleh sampel atau
dalam mengirimkan sampel kepada laboratorium untuk dibuat biakan.

ETUNJUK.PETUNJUK I]MI]M
l. Wadah sampel harus bersih dan steril.
2. Jika bahan biakan hanya sedikit, kumpulkanlah sampel dengan
menggunakan lidi berkapas steril.
3. Bahan cair hendaknya ditampung dalam tabung atau botol steril yang
tidak mudah dicemari, yaitu yang cukup besar dan mempunyai tutup
yang menjaga terhadap pencemaran.
4. Sampel untuk biakan janganlah sampai terkena desinfektans.
5. Apabila telah diberikan antibiotika kepada penderita yang sesuatu
bahannya akan dibiak, jelaskanlah hal itu kepada laboratorium agar
dapat diberikan asam para-amino benzoat (terhadap sulfonamida),
penicillinasa (terhadap penicillin), dsb. sewaktu membiak sampel itu.
6. Jika dikehendaki biakan jasad renik anerob, sebaiknya sebagian dari
bahan itu langsung dimasukkan ke dalam kaldu thioglycollat.
7. Kiri5nlah sampel untuk biakan selekaslekasnya ke laboratorium. Jika
sampel untuk biakan tidak dapat disampaikan kepada laboratorium
dalam waktu pendek, sampel itu harus dimasukkan ke dalam salah
satu media transport yang sesuai, ump. menurut Stuart, Amies dsb.
8. Wadah sampel harus beretiket yang bertuliskan data-data yang perlu:
naina, bahan, bia[an apa dikehendaki, tanggal, dsb,
9. Jika selain biakan juga menghendaki sediaan langsung, kumpulkan
bahan di atas dFa batang lidi berkapas.

PULASAN BAKTERIOSKOPI

Adakalanya hanya dikehendaki sediaan untuk bakterioskopi saja


tanpa biakan. Jika pemeriksaan bakterioskopi itu tidak akan dilakukan
sendiri, tetapi dipercayakan kepada laboratorium, jelaskanlah hal itu;
janganlah mengirim bahan ke laboratorium tanpa menjelaskan jenis pe-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 191

meriksaan yang diminta: bakterioskopi saja atau bersama biakan'


Pulasanuntukbakterioskopidapatdikerjakansendiridengan
mudah dan sering dapat memberi petunjuk tegas kepada etiologi sesuatu
penyakit sambil menunggu hasil biakan.
jenis jasad-
Ingatlah dalam milaporkan hasil bakterioskopi bahwa
renik tidak dapat dipastikan dengan cara itu. contoh-contoh: dalam
.'didapat batang-batang tahan asam", bukan "Mycobacterium
sputum
tuberculosis positif", dalam getah cervix atau urethra "didapat diplo-
cocQi gram-negatif", bukan "Neisseria gonorrhaeae
positif"' dsb'
Janganlah pula meniakai perkataan "positif" atau "negatif" untuk
hasil bakterioskopi; pakailah kata-kata "didapat" atau "tidak dida-
pat".
Susunan larutan pulasan dan cara memulas yang diterangkan di
bawah ini ialah seperti yang dipakai di Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Dr' Cipto Mangun-
kusumo di Jakarta.

Pulasan Gram
Larutan-larutan
l. Carbol-gentianviolet. Gentianviolet I g; fenol kristal 2 g; alkohol
9590 l0 ml; aqua dest ad 100 ml. Gerus gantianviolet dengan alkohol
dalam mortir, tambah fenol dan campur, tambah air sedikit demi se-
dikit dengan mengaduk terus, biarkan 24 jam, kemudian saringlah.
(Gentianviolet boleh diganti dengan crystalviolet atau methylviolet).
2. Larutan jodium. Jodium I g; kaliumjodida 2 g: aqua dest 300 ml'
Geruslah jodium bersama kaliumjodida hingga homogen, tambah air
sedikii-sedikit, biarkan 24 jam, saring' simpan dalam botol coklat'
3. Safranin. Safranin I g: alkohol 95t/o 4 ml; aqua dest 360 ml' Gerus-
lih safranin dengan alkohol, tuang ke dalam botol sedangkan mortir
berkali-kali dicuci dengan air, biarkan24iam, saring'

',
Cara
l. Rekatlah sediaan dengan api; biarkan dingin lagi'
2. Pulas dengan carbol-gentianviolet selama 60 detik'
3. Cuci dengan aqua dest.
4. Pulas dengan larutan jodium selama 30 detik'
5. Cuci dengan aqua dest.
6.Buang*u,n"denganalkohol,gSgosampaitidakadawarnavioletdi-
lepaskan lagi oleh sediaan.
7. Cuci benar-benar dengan aqua dest.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
192

8. Pulas dengan safranin selama l0 detik.


9. Cuci dengan aqua dest.
10. Biarkan fering dan periksalah.

Catatan
Pulasan menurut Grain mempunyai banyak modifikasi; pakailah
hanya salah satu saja di antara yang banyak, supaya mahir benar mem-
pergunakan cara itu. Kesalahan biasa ialah overstaining atau overde-
colorizing. Kuman grampositif menjadi violet sedangkan yang gram-
negatif menjadi merah. Teknik memulas hendaknya dikontrol dengan
memulas jasadrenik yang diketahui sifat pulasan gramnya.

Pulasan tahan asam


A. Cara Ziehl-Neelsen
Larutan-larutan
l. Carbol-fuchsin. Fuchsin basa I g; fenol kristal 5 g; alkohol 95Vo

. ml; aqua dest ad 100 ml. Fuchsin digerus dalam mortir dengan
10
- alkohol; tambah fenol, kemudian tambah air sedikit-sedikit dengan
terus mengaduk, pindahkan cairan ke dalam botol, biarkan 24 jam,
saring.
2. Alkohol asam. Asam hidrochlorida pekat 3 ml; alkohol 9590 ad
100 ml.
3. Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g: alkohol 9590
30'ml; larutan KOH l09o 0,1 ml; aqua dest 100 ml. Metilen biru di-
gerus dalam mortir dengan alkohol, pindahkan ke dalam sebuah
botql, tambahlah larutan KOH kepada isi botol itu, kemudian pakai-
lah isi botol untuk berkali-kali mencuci mortir, yang dimasukkan
kembali ke dalam botol, biarkan24 jam dan lalu saringlah'

Cara
l. Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api'
2. Tdruhlah agak banyak carbol-fuchsin di atas kaca objek dan panasi-
lirh kaca itu berhati-hati sampai nampak uap fiangan sampai cairan
itu mendidih) selama 3 menit'
3. Cucilah dengan aqua dest.
4. Buanglah warna dengan alkohol asam sampai tidak ada warna merah
dilepaskan lagi oleh sediaan.
5. Cucilah dengan aqua dest.
6. Pulaslawan dengan metilen biru selama l% - 2 menit.
7. Cucilah dengan aqua dest.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r93

8. Biarkan kering dan periksalah.

B. Cara Kinyoun
Carbol-fuchsin menurut Kinyoun: Fuchsin basa 4 g; fenol kristal
8 g; alkohol 95Vo 20 ml; aqua dest 100 ml. Fuchsin digerus dalam mortir
dengan alkohol sampai larut, cucilah berkali-kali mortir itu dengan air
dan pindahkan ke dalam botol. Panasilah fenol di atas penangas air
56'C sampai mencair dan tambahkanlah fenol itu kepada larutan tadi;
biarkan 24 jam, saring.

Cara
l. Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api.
2. Pulaslah dengan carbol-fuchsin menurut Kinyoun selama 3 - 5

menit.
3. Teruskanlah seperti pulasan Ziehl-Neelsen langkah 3 8.
-
Catatan
Jasadrenik yang tahan asam menjadi merah sedangkan yang tidak
tahan dan sel-sel lain mendapat warna biru.
Selain cara Kinyoun masih ada beberapa modifikasi pulasan ini;
pakailah selalu hanya satu cara saja agar memperoleh kemahiran. Per-
bedaan antara pulasan Kinyoun dan Ziehl-Neelsen ialah bahwa pada
cara Kinyoun tidak dipakai pemanasan, ini mungkin karena carbol-fuch-
sin menurut Kinyoun mengandung lebih banyak fenol.

Pulasan metilen biru


Dalarn beberapa keadaan tidak diperlukan pulasan Gram atau
Ziehl-Neelsen, yaitu jika hanya mertghendaki menyatakan adanya jasad'
renik saja. Dalam hal itu pulasan yang cepat dan tepat ialah memakai
larutan metilen biru umpamanya menurut Loeffler (lihat pada larutan-
larutan cara Ziehl-Neelsen).

Cara
I . Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api '
2. Pulaslah dengan metilen biru selama lz - 3 menit.
3. Cuci d6ngan aqua dest, keringkan dan periksa.

Catatan
Lamanya pulasan ditentukan oleh bahan yang diperiksa dan oleh
tebalnya sediaan. Dalam pulasan ini bentuk sel-sel badan lebih terjaga
t94 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

daripada dengan pulasan Gram atau Ziehl-Neelsen'

Pulasan Neisser
ini dipakai untuk lebih jelas menyatakan granula dalam
Pulasan
bakteri dan sangat berguna jika hendak memeriksa sediaan langsung
dari tenggorokan terhadap C. diphtheriae'

Larutanlarutan
l. Neisser A: Metilen biru 0,1 g; alkohol 95s/o 2 ml; asam acetat glacial
5ml;aquadestg5ml.Metilenbirudigerusdalammortirdengan
alkohol. Campurlah asam acetat dengan air dan tambahkan cam'
puran itu sedikit-sedikit kepada isi mortir sambil mengaduk terus-me-
botol, biarkan24 jam, saring'
-2. nerus. Tuang ke dalam
Neisser B: dentianviolet atau crystalviolet I g; alkohol 9590 l0 ml;
aqua dest 300 ml.
3. Neisser C: Chrysoidin2 g; aqua dest 300 ml' Buatlah larutan dengan
aqua dest panas, kemudian saringlah.

Cara
l. Buatlah campuran dari Neisser A 2 ml dan Neisser B I ml sebentar se-

belum akan memulas. Campuran itu ialah Neisser (A + ts)'


2. Rekatlah sediaan dengan aPi.
3. Pulas dengan Neisser (A + B) selama 20 detik'
4. Bilas segera dengan aqua dest.
5. Pulas dengan Neisser C selama 20 detik
6. Tuanglah Neisser C dari kaca objek.
7. Sediban dikeringkan dengan kertas sering'

Catatan
Badan bakteri menjadi kuning, sedangkan granqla (pada C'
diphtheriae pada uj ung-ujungnya) menj adi coklat'

. CARA MEMPEROLEH DARAH UNTUK MEMBIAK

Agar hasil biakan darah tidak dikacaukan oleh cemaran kuman


yang tidak berasal dari darah, pungsi vena hendaknya dilakukan dengan
sangatcermatdenganmenggunakanalat.alatyangdisterilkanlebih
yang hanya
dulu. Oalam hal ini tidak boleh memakai jarum dan semprit
udara
dimasak saja; harus yang disterilkan dengan otoklaf atau dengan
panas sesuai dengan peraturan sterilisasi' Memakai semprit plastik dan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 195

jarum yang diposable sangat dianjurkan. untuk mendapatkan darah


biakan.
Sediakanlah segala peralatan yang dipi:rlukan di samping pasien se-
belum mulii bekerja.

Cara
l. Cucilah dulu tempat akan melakukan pungsi dengan sabun dan air;
biarkan kering.
- 2. Desinfeksikan tempat itu dengan tinctura iodii.
3. Buanglah tct. diodii itu memakai kapas steril dan alkohol 7090.
Taruhlah kapas steril yang basah dengah alkohol 70v/o pada tempat
itu'dan biarkan basah (tambah alkohol jika perlu) sebagai kompres
selama l5 menit.
5. Nyalakan api penyala spiritus.
6. T.akukanlah pungsi vena dengan semprit l0ml; jagalah jangan
sampai jarum tersentuh permukaan lain daripada tempat pungsi.
7. Isaplah 8 ml darah: cabutlah jarum bersama semprit dari vena tanpa
menyentuh permukaan atau bahan lain.
8. Panasilah ujung jarum dalam api, bukalah tabung atau botol pe-
nampung dengan mengangkat sumbat kapasnya.
9. Panasilah mulut penampung dan masukanlah darah dari semprit
tanpa menyentuh apa-apa ke dalam larutan citrat yang steril.
10. Panasi lagi mulut penampung dan tutuplah lagi dengan cara kerja
bakteriologi.
ll. Kirimlah segera ke laboratorium dengan menjelaskan apa yang di-
kehendaki. Kalau tidak dapat segera dikirim, masukkanlah darah
untuk biakan itu ke dalam lemari pengeram 37'C.

CARA MEMPEROLEH SAMPEL LAIN


:
1. Cairan otak
Tampunglah cairan otak dalam tabung yang steril. Setelah dipusing,
sediment dipakai untuk lebih dulu dibuat biakan dan sisanya untuk
sediaan langsung pulasan Gram dan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun.

2. Bahan dari hidung, sinus dan nasopharynx


Bahan diperoleh dengan sekurang-kurangnya dua lidi berkapas yang
steril. Yang satu dipakai untuk sediaan langsung pulasan Gram dan
Neisser, yang lain untuk biakan.
196 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

3. Bahan dari tenggorokan dan tormil


Pakailah lidi berkapas yang steril, paling sedikit dua batang'. Yang
satu untuk sediaan lungt.tng (Gram, Neisser) yang lain untuk
biakan'
Lidi berkapas tidak boleh mengering dalam perjalanan ke labo-
ratorium.

4. Transudat dan exudat


Cara pengumpulan bahan serupa dengan memperoleh darah untuk
pr-rrikruun bakteriologi. Jangan lupa menyediakan larutan citrat
steril untuk biakan. Sediment dipakai untuk sediaan langsung dan
untuk biakan.

5. Sputum
Telah diterangkan dulu.

6. Tinja
salmo-
.Biasanya hanya digunakan untuk biakan saja' Selain terhadap
pa-
nella dan shigella, biakan dapat ditujukan kepada kuman-kuman
togen lain seferti V. cholera9l Cl. welchii, streptococci' dll'

7. Urin
Telah diterangkan dulu.

8. Sekret alat kelamin wanita


Supaya hasil pemeriksaan mempunyai makna, perlu sampel diperoleh
daribagian pioximal vagina, bukan dari bagian distal atau dari vulva.
Upayalni biar"nya mewajibkan pemakaian speculum bersama lidi
berkapas steril.

<l>
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r97

FAKTOR PERKALIAN

Lafal Singkatan/awalan Faktor

atto a 10-18
femto f 10-15
pico (piko) p rc-12
nano n 10-9
micro (mikro) u 10-6
milli m 10-3
centi (senti) c rc-2
deci(desi) d 1o-1
deca (deka) da 101
hecto (hekto) h rc2
kilo k 103
myria my fi4
mega M 106
giga G 109
tera T rc12
petz P 1015
exa E 1018

BERAT ATOM BEBERAPA UNSUR

Air raksa, lih Hydrargyrum


Aluminium. AI 26,98
Argentum Ag 107,9
Barium Ba 137,3
Belerang, lih Sulfur ,

Besi,lih Ferrum
Borium B 10,81
Bromium Br 79,90
Cadmium cd 112,4
Calcium Ca 40,08
Carbon c 12,01
Chlor ct 35,45
Chromium Cr 52.00
Cuprum Cu 63,55
Ferrum Fe 55,85
Fluor F 19,00
198 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Fosfor, lih Phosphorus


Hydrargyrum Hg 299,6
Hydrogen H 1,008
Jodium J 126,9
Kalium K 39.10
Magnesium Mg 24,31
Mangan Mn 54,94
Mercurium, lih HydrargYrum
Molybdenium Mo 95,94
Natrium Na 22,99
Nikkel Ni 8,71
Nitrogen N 14,01
Oxygen o 16,00
Perak, lih Argentum
Phosphorus P 30,97
Plumbum Pb 207,2
Potassium, lih Kalium
Sodium,lih Natrium
Stannum Sn 118,7
Sulfur S 32,06
Tembaga, lih Cuprum
Timah,lih Stannum
Timah hitam, lih Plumbum
Timbal,lih Plumbum
Tungsten, lih Wolfram
Wolfrdm W 183:8
Zatarang,lih Carbon
Zat asam, lih Oxygen
Zat lemas, lih Nitrogen
Zink . ; 65,37
r99
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Kamar Hitung lriProved Neubauer

A lempeng kaca
B permukaan Yang bergaris bagi
c loji-loji pendukung"kaca penutup
D kaca penutuP

o tidak dihitung
o dihitung

C- tMM -4+ IMM --r+- I MM +


2N PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

A B c

A Pipet eritrosit
B Pipet leukosit
c Pipet hemoglobin 20 ul
201
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

HEMOGLOBTNOM ETER SAHLI

A, B, dan C Hb-meter, B memPunYat


tabung pen$encer bulat
D botol HC1
E batang pengaduk
F pipet Hb, 20 mikroliter
G pipet polos untuk air
202 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Sediaan apus buruk. A, B, dan C melebar


sampai pinggir kaca. A terlalu tebal B ber-
garis melintang C bergaris memanjang.

Cara memeriksa sediaan apus.


203
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Unsur-unsur organik dalam sediment urin

?a *'* %t @€P
Eritrosit Leukosit EPitel

bulat gePeng

C\dG Silinder
hialin bergranula

@Kr
"

\3
silindroid Benang lendir SPermatoza

Unsur-unsur cemaran dalam sediment urin

pV
Serat-serat tumbuhan Diatomea
2M PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

$.* c&cc 6-
ti'.
.
'3 3' wo& q
Fosfat amorf Tripelfosfat CacarbonAt

6
Kristal2 (o
J
dalam o
sediment

ffit
Ca fosfat
1,#
NH4 urat
urin

ac
#
.:1.9 t.
o a'.li
al-l' &0
Urat amorf Asam urat Ca oxalat

E
(o
o

&* x*
(u

/, .$$o
6*"
Na urat Tyrosine Leucine
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 205

Beberapa unsur dalam sputum

@ @ ooo
o
@ o
B

#dF''\"
1@n$#,
6,&

4
E

B\r
t*.\--r
ft-

A Selepitelgepeng (dari mulut)


B Leukosit
C Eritrosit
D Sel epitel alveolus, berpigment
E Uliran Curschmann
F Serai elastik
G Tuangan bronchus
206 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK

Beberapa unsur dalam tinja

ffiYA
^@@
q,)
oo
O9

k
B c

WS 4$
4
D E

€g ts& H
F "G

7{ w 6t
I J
<__/
K

A Selepitel F Kristalasam lemak


B Leukosit G Kristal tripelfosfat
c Eritrosit H Kristal Ca-oxalat
I KristalCharcot-Leyden
D Sisa serat otot J Kristal hematoidin
E Sisa tumbuhan K Makrofag

Anda mungkin juga menyukai