LABORATORIUM KLINIK
R. GANDOSOEBRATA
BAB I
HEMATOLOGI
ALAT.ALAT UNTUK PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Lanset darah
Untuk mendapat darah kapiler yang akan diperiksa, diperlukan
sebuahalatlang tajam ujungnya. Sebaiknya ujung alat itu selain tajam,
melebar juga semacam lanset. Lanset darah yang sebaiknya dipakai ialah
yang dibuat untuk sekali pakai saja (disposable). Meskipun demikian, ia
dapat juga dipergunakan berkali-kali, asalkan setelah dipakai ia disteril-
kan lagi. Cara mensterilkan harus dilakukan dengan otoklaf, agar ter-
jamin bebas hama; memasak lanset di dalam air tidak dapat dibenarkan
karena bahaya memindahkan virus tidak terhindar. Merendam lanset
dalam alkohol, apalagi sekedar mengapusnya dengan kapas basah
alkohol sama sekali tidak dapat dibenarkan.
a) Kamar hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis-
bagi "improved Neubauer".
2 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Luas "seluruh bidang yang dibagi" adalah 9 mm2 dan bidang itu
dibagi menjadi sembilan "bidang besar" yang luasnya masing-masing
I mm2.
Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 "bidang sedang" yang luasnya
masirg-masing Vr x Vo mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-
tengah berlainan pembagiannya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bi-
dang itu dibagi lagi menjadi 16 "bidang kecil". Dengan demikian
jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya
l/20V1/20 mm2.
Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-
garis dan kaca penutup yang terpasang adalah l/10 mm.
Maka voluma di atas tiap-tiap bidang menjadi sbb.:
I bidang kecil = l/20x1/20x1/10: l/4000mmr
I bidangsedang : l/4 xl/4 xl/10 = l/160 mm3
lbidangbesar :l xl xl/10:l/l0mm]
seluruhbidangyangdibagi : 3 x3 xl/10: 9/l0mm3
Kamar hitung "Neubauer" fiadi bukan "improved Neubauer")
berbeda karena garis-bagi dalam bidang besar di tengah-tengah berlain-
an. Cara menghitung jumlah eritrosit memakai kamar hitung
"Neubauer" sedikit berbeda, agak lebih sukar dari memakai improved
Neubauer dan karena itu tidak dianjurkan.
Ada pula kamar hitung yang garis-garisnya dalam seluruh bidang
yang dibagi berlainan.sekali dari improved Neubauer atau Neubauer,
yaitu yang bergaris bagi menurut "Burker" atau menurut "Thoma".
u Untuk menghitung jumlah sel eosinofil dalam darah sering dipakai
kamar hitung yang volumanya lebih besar, yaitu kamar hitung "Fuchs-
Rosenthal". Ukuran "seluruh bidang yang dibagi" 4 x 4 mm, tingginya
2/10 mm, sedangkan garis-baginya berlainan lagi.
b) Ikca penutup
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan
bagi kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedang-
kan ia dibuat dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca
penutup biasa boleh dipakai. Kaca penutup untuk nienghitung jumlah
trombosit deng'an tehnik fasekontrast lebih tipis daripada yang dipakai
untuk mikroskopi biasa.
Pipet Westergren
Panjangnya kira-kira 300 mm dan diameter dalamnya 2/z mm.
Pada pipet ini terdapat garis-garis millimeter dari 0 sampai 200; garis
200 mm ada di pucuk bawah pipet.
PEMELIHARAAN ALAT.ALAT
Kamar hitung
Membersihkan kamar hitung segera sesudah dipakai penting sekali.
Kotoran yang kecil sekali dapat mengganggu kapilaritas dan akan mem-
beri hasil pemeriksaan yang jauh berbeda.
Cucilah kamar hitung dan kaca penutupnya dengan air suling,
kemudian keringkan dengan kain halus yang bersih. Hati-hatilah jangan
sampai menggores permukaan kamar hitung yang bergaris-garis atau
loji-loji tempat kaca penutup diletakkan.
HEMATOLOGI 5
:
Kamar hitung yang banyak dipakai, baiklah sekali-kali direndam se-
malam dalam larutan detergent dan esok harinya dicuci seperti tertulis di
atas. Sebaiknya memakai detergent yang khusus dibuat untuk alat-alat
Iaboratorium.
Pipet darah
Untuk membersihkan pipet darah (pipet leukosit, eritrosit dan
hemoglobin) isaplah berganti-ganti ke dalam pipet itu air kemudian
aseton ataurcampuran alkohol dan ether sama banyaknya. Lalu diisap
udara ke dalam pipet itu sampai menjadi kering' Janganlah meniup pipet
itu dengan udara napas, sebab uap air dalam udara napas akan meng-
embun dan mengotori pipet. Sekiranya pipet itu tinggal kotor karena
banyak dipakai atau karena tidak selalu segera membersihkannya, maka
isilah pipet itu dengan larutan natrium karbonat atau kaporit dan biar-
kan semalam. Keesokan harinya dicuci lagi seperti diterangkan di atas.
Jika darah membeku dalam pipet, buanglah terlebih dulu darah itu
dengan memakai rambut kuda atau kawat baja yang halus sebelum pipet
dicuci. Jagalah benar-benar jangan sampai ujung pipet yang runcing itu
pecah; pecahan yang kecil sekalipun menyebabkan pipet itu tidak dapat
dipakai lagi karena pengenceran yang berdasarkan voluma menjadi
tidak teliti..
Hemoglobinometer
Alat pembanding yang terbuat dari plastik dan logam itu janganlah
termasuki cairan; kalau terjadi harus segera dikeringkan. Permukaan
batang standard jangan tercemar atau berdebu.
Tabung pengencer perlu dibersihkan tiap kali habis memakainya
dengan air suling dan HCI; baik juga sekali-kali dipergunakan de-
tergent.
Darah kapiler
Pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler; pada bayi dan anak kecil boleh juga
tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih itu tidak boleh yang mem-
perlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat.
l. Bersihkanlah tempat itu memakai alkohot 70v/o dan biarkan sampai
kering lagi.
2. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan se-
jajar dengan itu. Bila memakai anak daun telinga tusuklah pinggir-
nya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah
mudah keluar. Jangan hendaknya sampai menekan-nekan jari atau
telinga itu untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas ke luar
demacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga men-
jadi encer dan menyebabkan kesalahan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering. Tetes darah yang berikutnya boleh dipakai untuk pe-
meriksaan.
Darah vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa
juga
cubiti; pada bayi vena jugularis superficialis dapat dipakai atau
darah dari sinus sagittalis superior.
L Bersihkanlah tempat itu dengan alkohol 7090 dan biarkan sampai
menjadi kering lagi.
2. Jika memakai vena dalam fossa cubiti; pasanglah ikatan pemben-
dung pada lenganlatas dan mintalah orang itu mengepal dan mem-
Uuka iangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan
venatidakperludenganikatanerat-erat,bahkansebaiknyahanya
8 pENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat di-
pakai Sermacam-macam antikoagulans. Tidak semua macam antikoagu-
lans dapat dipakai karena adayang terlalu banyak berpengaruh terhadap
bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Yang
dapat dipakai ialah:
l.*EDTA, (ethylenediaminetetraacetate), sebagai garam natrium atau
kaliumnya. Garam-garam itu mengubah ion calcium dari darah men-
jadi bentuk yang bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar
dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Se-
lain itu EDTA mencegah trombosit bergumpal, karena itu EDTA
sangat baik dipakai sebagai antikoagulans pada hitung trombosit.
Tiap I mg EDTA menghindarkan membekunya I ml darah. Hindar-
kan memakai EDTA dalam jumlah berlebihan, bila dipakai EDTA
lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih
rendah dari yang sebenarnya.
EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 1090. Kalau ingin
menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh di-
pakai, akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncang-
kan wadah berisi darah dan EDTA selama l-2 menit. Sebabnya:
EDTA kering lambat melarut.
HEMATOLOGI 9
Darah trapiier
l. Mengambil darah dari iempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb.), kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam; darah harus diperas-peras keluar.
3. Kulit yang ditusuk masih basah alkohol. Bukan saja darah itu di-
encerkan saja, tetapi darah juga akan melebar di atas kulit sehingga
sukar diisap ke dalam pipet.
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5. Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
Darah vena
1. Menggunakan semprit dan jarum yang basah.
2. Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras;
akibatnya ialah hemokonsentrasi.
3. Terjadinya bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja.
4. Terjadinya bekuan dalam botol karena tidak dicampur semestinya
dengan oxalat kering atau antikoagulans lain.
Cara
L Ke dblam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.
2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 ul darah (kapiler, EDTA atau
oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasuk-
kan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya beberapa kali.
3. Carppurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali' Tin-
dakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin men-
jadi sianmethemoglobin.
4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai
blanko digunakan larutan Drabkin.
5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya de-
ngan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve
tera.
' 5. Hitunglah faktor kurve tera ini dengan cara membagi nilai rata-rata
absorbansi dengan nilai rata-rata kadar hemoglobin ke-empat larutan
itu.
Catatan -
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjur-
kan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard
sianmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat
dibeli. KqJelitian cara ini dapat mencapai + 2o/0.
Larutan Drabkin: natriumbikarbonat I g; kaliumsianida 50 mg;
kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya di-
tambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya per-
ubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam
waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah
tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi ia tidak di-
anggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah sianida itu
sangat kecil.
Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan
dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemo-
globin yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini
dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya glo-
bulin abirormal seperti pada macroglobulinemia.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakbi ca-
ra sianmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut sa-
tu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesu-
dati angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat di-
capai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan
digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa makna.
B. Cara Sahli
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam
alat itu.
Cara
l. Masukkan kira-kira 5 tetes HCI 0, I n ke dalam tabung pengencer
hemometer.
2. Isaplah darah (kapiler, FDTA atau oxalat) dengan pipet hemoglobin
sampai garis tanda 20 ul.
3. Hapuslah darah yang rir'etetat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam
14 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
dasar tabung pengencer yang berisi HCI itu. Hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCI yang jernih itu ke
dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih
tingg-al dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna
campuran menjadi coklat tua.
1 Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang
standard harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan
HCI dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya
tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.
Catatan
Cara Sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metodik berdasar-
kan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin
asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat
distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam
hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemo-
globin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Ketelitian yang biasanya dicapai oleh + l09o Kadar hemoglobin
yang ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain
hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat Yzg/dl, sehingga lapor-
an menjadi ump, ll, ll/2, 12, l2vz, 13 g/dl. Janganlah melaporkan
hdsil dengan memakai angka desimal seperti 8,8, 14,0, 15,5 g/dl dsb;
ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak mem-
bolehkan laporan seperti itu.
Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam me-
nurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-ba-
gian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak dapat
saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter; warna stan-
dard berlainan intensitasnya; dll.
Karena itu penting sekali untuk menggunakan bagian-bagian alat
yang sesuai pabriknya; kelalaian dalam hal ini mengakibatkan salah pe-
netapan yang mungkin jauh melebihi + 1090. Perhatikanlah selalu pe-
tunjuk-petunjuk yang menyertai alat Sahli dari sesuatu pabrik; mungkin
peraturanny a agak berlainan.
Selain cara Sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri
dengan hematin asam; di Indonesia cara Sahli masih banyak dipakai di
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 15
diperhitungkan.
Larutan pengencer ialah larutan Turk yang mempunyai susunan
sbb.: lar. gentianviolet l9o dalam air I ml, asam asetat glasial I ml; aqua
dest ad tOO ml. Saringlah sebelum dipakai.
Cara
A. Mengisi pipet leukosit
l. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) sampai kepada garis-tan-
da 0,5 tepat.
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah
pada garis-tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan
lar. Turk diisap perlahanJahan sampai garis-tanda ll. Hati-hatilah
jangan sampai terjadi gelembung hawa.
4. Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu
lepaskan karet pengisap.
5. Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan di-
hitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.
B. Mengisi kamar hitung
1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih benar dengan kaca penutup-
nyaterpasang mendatar di atas meja.
) Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus; jagalah
jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu di waktu
mengocok.
3.*Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3
atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30
derajat pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir
kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan
dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit-
leukosit dapat mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera, simpan-
lah kamar hitung itu dalam sebuah cawan petri tertutup yang berisi
segumpal kapas basah.
Catatan
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung leukosit
ialah 20 kali; tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leuko-
penia) pegenceran itu dapat diubah sesuai dengan keadaan itu; peng-
enceran dijadikan lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada
leukopenia.
, Jalalah dalam segala tindakan agar pengenceran yang telah dicapai
dalam pipet itu tidak terganggu; itu menimbulkan kesalahan.
Dalam darah oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan
leukosit-leukosit akan bergumpal; peristiwa itu sangat mengurangi ke-
telitian kerja.
Jika darah tepi mengandung banyak sel darah merah berinti, maka
sel-sel itu akan ikut diperhitungkan seperti leukosit. Koreksi dapat di-
adakan dengan memeriksa sediaan apus yang dipakai untuk hitung jenis
leukosit; persentasi sel darah merah berinti dicatat. Misalnya didapat
l0 000 leukosit,'ul darah dan dari hitung jenis ternyata bahwa di sam-
ping tiap 100 leukosit ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah
leukosit yang sebenarnya ialah
25 :
l0 000 - ('100+25 x l0 000 ) 8 000 per ul darah'
l8 HEMATOLOGI
Cara
D. Perhitungan
Pengenceran darah adalah l0 kali; sel-sel eosinofil yang dihitung
terdapat dalam ruang sebesar 0,9 mm3. Jumlah sel eosinofil yang di-
hitung dikali l0 x l0 : 9 ialah jumlahnya per ul darah.
Catatan
garena jumlahnya kecil, menghitung sel eosinofil tidak dapat di-
lakukan dengan ketelitian yang sama seperti menghitung leukosit. Ke-
salahan rata-rata dengan cara di atas mendekati + 35 90.
Ketelitian menghitung dapat dipertinggi jika menggunakan kamar
hitung yang lebih besar volumanya, umpamanya yang menurut Fuchs-
Rosenthal yang luasnya l6mm2 dan tingginya 0,2 mm. Jumlah sel
eosinofil per ul darah menja6; n:r-10 (n adalah angka semua sel
J,Z
eosinofil yang terdapat dalam kamar hitung Fuchs-Rosenthal).
MENGIiITUNG ERITROSIT
Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam voluma tertentu;
dengan menggunakan faktqr konversi jumlah eritrosit per ul darah dapat
diperhitungkan.
Sebagai larutan pengencer dipakai larutan Hayem; natriumsulfat
20 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
Cara
D. Perhitungan
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali. Luas tiap bidang
kecil l/400 mm2, tinggi kamar hitung l/10 mm, sedangkan eritrosit di-
hitung d4lam 5 x l6 bidang kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya
l/5 mm2.
Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5 x l0
x 200 : l0 000.
Catatan
Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung jumlah eritrosit ialah
200 x; tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah
PENUNTUN LABORATORIUNI KLINI K 2t
Cara
l. Sentuhlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis tengah
tidak melebihi 2 mm) dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya,
dan letakkanlah kaca itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah
kanan.
2. Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes
darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah
sampai darah itu mencapai titik kira-kira Vz cm dari sudut kaca peng-
geser.
4. Segeralah geserkan kaca itu ke kiri sambil memegangnya miring
dengan sudut antara 30 dan 45 derajat. Janganlah menekan kaca
penggeser itu ke bawah.
5. Biarkan sediaan itu kering di udara.
6. Tulislah nama penderita dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal.
Catatan
Sediaan apus hendaknya cepat mengering pada kaca; sediaan yang
lambat mengering umpamanya oleh hawa lembab sering mengalami per-
22 HEMATOLOGI
ubahan morfologi eritrosit. Supaya lekas kering, kaca objek boleh di-
kibas-kibaskan di udara; baik juga ditiup angin dari kipas elektrik.
Darah kapiler segar yang sebaiknya dipakai untuk membuat sediaan
apus. Qarah vena yang bercampur heparin atau EDTA boleh dipakai
juga. Janganlah memakai darah oxalat untuk sediaan apus; morfologi
Ieukosit akan sangat berubah.
Sudut miringnya kaca penggeser dengan kaca sediaan dan
kecepatan menggerakkan kaca penggeser berpengaruh terhadap tebalnya
sediaarf yang dibuat: makin kecil sudut makin tipis sediaan dan makin
lambat menggeser makin tipis juga.
Penyebaran leukosit pada sediaan apus yang dibuat secara ini tidak
merata, leukosit kecil-kecil selalu lebih banyak terdapat di tengah-
tengah, sedangkan yang besar-besar lebih banyak di pinggir-pinggir. Se-
makin buruk sediaan semakin kurang baik penyebaran itu.
Cara
l. Sediakan 2kaca yang dipegang masing-masing dalam sebelah tangan
pada ujung-ujung berdampingan.
2. Sentuhlah setetes darah kecil (diameter kira-kira I mm) dengan kaca
penutup yang dipegang dalam tangan kanan.
3. Taruhlah segera kaca penutup itu di atas kaca yang dipegang di
tangan kiri, sedemikian sehingga kaca itu membuat bintang bersudut
8. Darah akan melebar oleh daya kapilaritas.
4. Sebentar sebelum darah itu berhenti menyebar, tariklah kedua kaca
23
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
cara iniinemberi penyebaran leukosit yang lebih baik dari sediaan
apus seperri dibuat dengan dua kaca objek. untuk memulasnya
juga di-
perlukan kurang banyak bahan. Kelemahan ialah bahwa sediaan se-
macam ini harus direkatkan lagi kepada sebuah kaca objek untuk me-
meriksanya.,
Sediaan yang akan dipulas hendaknya yang segar; sediaan yang di-
simpan tanpa difiksasi tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar'
Kebanyakan cara memulas sediaan darah menggunakan prinsip
Romanowski, Yang banyak dipakai ialah pulasan menurut wright, me-
nurut Giemsa dan pulasan aduan May-Gi unwald dan Giemsa'
A. Pulasan Wright
Zat pulas wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau sebagai
cairan siap pakai. Untuk membuat larutan koloid yang siap pakai,
serbuk itu harus dilarutkan ke dalam metilalkohol. Tiap 0,1 g serbuk itu
digerus dalam sebuah mortir dengan metilalkohol yang ditambahkan se-
dikit demi sedikit sampai terpakai 60 ml. Simpanlah larutan itu dalam
botol berwarna yang diisi sampai hampir penuh. Kocoklah isinya tiap
hari. Ijarutan itu liwat l0 hari cukup matang untuk dipakai'
Jauhilah botol larutan wright itu dari uap asam atau basa. Tutup-
lah botol selalu rapat-rapat agil tidak kemasukan hawa lembab'
Cara
l. Letakkan sediaan yang akan dipulas di atas rek tempat memulas
dengan lapisan darahnYa ke atas.
2. Teteskan ke atas sediaan itu 20 tetes larutan wright (untuk sediaan di
atas kaca penurup 5 tetes). Biarkan selama dua menit agar sediaan di-
rekat dalam waktu itu.
3. Teteskan kemudiair sama banyaknya larutan penyanggah pH 6,4 ke
atas sediaan itu dan biarkan selama 5 sampai l2 menit'
4. Siramlah sediaan itu dengan air suling, mula-mula perlahan-lahan
(untuk membuang zal waina yang terapung di atas) kemudian keras-
keras untuk membersihkan sediaan itu dari kotoran'
24 HEMATOLOGI
-5. Taruhlah sediaan itu dalam sikap vertikal agar mengering pada
udara.
Catatan
Karena zat pulas Wright telah mengandung metilalkohol dalam
konsentrasi tinggi, tidak perlulah mengadakan fiksasi tersendiri.
Jagalah jangan sampai zat pulas Wright itu mengering di atas kaca,
zat pulas yang telah mengering sangat sukar dibuang dari perrnukaan
kaca dan sangat mengganggu pemeriksaan.
Larutan penyanggah dengan pH 6,4 dapat dibuat sbb.: kalium-
fosfat primer (KH2PO4.0aq.) 6,63 gi natriumfosfat sekunder
(Na2HPO4.0aq.) 2,56 gi aqua dest ad 1000 ml. Sebagai pengganti pe-
nyanggah itu, dapat juga dipakai air suling biasa yang pHnya diatur
dengan pemberian lar. kaliumkarbonat l9o atau lar. asam hidrochlorida
l9o secara bertetesan terhadap indikator bromthymolblue (larutan da-
lam air 0,04a/o) sampai mencapai warna hijau. Yang terakhir disebut itu
memberikan hasil yang sama bagusnya dan lebih murah.
Waktu 5 sampai l2 menit yang disebut untuk memulas sediaan ialah
yang rata-rata saja. Lamanya waktu itu tergantung dari "batch" zat
pulas larut dan dari tebalnya sediaan. Cara yang sebaik-baiknya ialah
untuk menetapkan masa pulasan tiap kali memakai larutan zat pulas
baru karena mungkin berbeda-beda.
Agar menghemat zat pulas, tidak perlu mewarnakan seluruh
sediaan yang telah dibuat. Dengan memakai pensillilin sebaSan dari
sediaan yang memenuhi persyaratan untuk diperiksa dibatasi dengan
laris-garis tebal; hanya bagian yang dibatasi demikian ditetesi zat pulas
Wright dan kemudian larutan penyanggah.
Apabila zat pulas dibeli dalam keadaan larut, perhatikanlah in-
struksi yang diberikan pada botol itu.
Sediaan darah yang dipulas Wright tidak tahan lama dalam iklim
tropik, akan memucat setelah beberapa tahun. Dengan pulasan aduan
Wright dan Giemsa diperoleh sediaan yang lebih tahan.
B. Pulasan Giemsa
Zat pulas Giemsa biasanya dibeli dalam keadaan larut. Jika hendak
membuatnya s'endiri, pakailah reagensia yang khusus dibuat untuk
hematologi dan bahan-bahan lain yang murni.
Susunan larutan ialah sbb.: azur I!-eosin 3,0 g; azur II 0,8 g; glycerin
250 ml; metilalkohol 250 ml. Sebelum dipakai, larutan pokok ini harus
diencerkan 20 kali dengan penyanggah pH 6,4 (atau dengan aqua dest
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 25
Catatan
Lamanya memulas dengan Giemsa ikut ditentukan oleh batch yang
dipakai darf oleh ciri-ciri sediaan; sebaiknya waktu itu diatur sendiri.
Saran menghemat zat pulas seperti ditulis pada pemakaian zat pulas
Wright juga dapat diterapkan untuk Giemsa; ingatlah supaya menggaris-
batasi sediaan sebelum melakukan fiksasi dengan metilalkohol.
Pulasan Giemsa sama baiknya dengan pulasan Wright untuk darah
yang tidak banyak kelainan morfologinya. Perbedaan: dengan pulasan
Giemsa granula basofil tidak nampak karena granula itu akan larut. Se-
lain itar, eritrosit-eritrosit lebih kelabu warnanya.
Sediaan darah yang berisi banyak sel-sel muda dan sediaan sumsum
tulang baiklah dipulas Wright karena struktur plasma dan inti lebih jelas
terlihat.
Di fihak lain, sediaan darah untuk mempelajari parasit-parasit
darah lebih baik dipulas secara Giemsa, sedangkan pH larutan penyang-
gah dipilih 7,0 untuk maksud itu.
Jika menghendaki aduan pulasan Wright dan Giemsa, dengan
maksud supaya kebaikan kedua macam zat warna didapat bersama-
sama dalam satu sediaan, mulailah memulas secara Wright dan sebagai
pengganti buffer dipakai Giemsa yang telah diencerkan, dengan larutan
penyanggah.
C. Pulasan peroxidasa
Adakalanya membedakan jenis leukosit menemui kesukaran, ter-
26 HEMATOLOGI
istimewa jika menghadapi sel muda atau yang abnormal. Dalam ke-
adaan itu boleh dipergunakan kenyataan bahwa granula dalam sel
jajaran granulosit dan monosit mengandung peroxidasa, sedangkan sel
jajaran limfosit tidak. Salah satu cara yang sering dipakai untuk mem-
bedakan sel jajaran granulosit dan monosit dari jajaran limfosit atas
dasar ada atau tidaknya peroxidasa ialah pulaSan menurut Sato dan Se-
kiya. Untuk pulasan itu diperlukan tiga macam larutan, yaitu:
A. Larutan kuprisulfat: CuSO4.5aq 0,5 g; aqua dest ad 100 ml.
B. Lqrutan benzidine: benzidine basa 0,2 g digerus bersama beberapa
tetes air dalam lumpang porselen sampai menjadi halus sekali' Tam-
bahlah kemudian 200 ml aqua dest, mula-mula sedikit demi sedikit.
Larutan ini harus jenuh. Saringlah dan tambahlah 0,25 ml H2O2
390. Simpan dalam botol coklat dalam keadaan gelap; Iarutan ini
tahan sampai 6 bulan.
C. Larutan safranin: safranin I g; aqua dest ad 100 ml.
Catatan
Plasma dari sel jajaran granulosit menjadi biru sedangkan granu-
lanya yang berisi peroxidasa, menjadi hijau biru. Tidak semua sel ja-
jaran granulosit kelihatan begitu: mieloblast yang belum mempunyai
peroxidasa tidak akan memperlihatkan granula yang hijau-biru itu.
Monosit juga mempunyai granula yang peroxidasa positif, tetapi granula
itu kecil-kecil. Sel-sel jajaran limfosit yang peroxidasa negatif tidak ada
biru-birunya; sel-sel itu tampak merah. Trombosit tidak kelihatan sama
sekali sedangkan eritrosit hanya di sana-sini nampak berbayang-bayang
tidak jelas.
Benzidine sebagai reagens dalam laboratorium klinik makin lama
makin kurang dipakai karena sifarnya sebagai karsinogen. Pulasan
peroxidasa menurut Elias tidak menggunakan benzidine melainkan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 27
Cara Elias
l. Sediaan digenangi reagens peroxidasa selama l0 menit.
2. Bilas dengan air.
3. Pulas-tanding dengan larutan methylgreen selama 2 menit.
4. Bilas dengan air.
' Cara
1. Sediaan apus direkat memakai uap formaldehida dalam wadah ter-
tutup, umpamanya dalam cawan petri, selama l0 menit.
2. Genangi sediaan dengan larutan kerja selama 30 menit.
3. Bilas sediaan dengan etanol absolut.
4. Bilas dengan air.
5. Jika dikehendaki, sediaan itu boleh kemudian dipulas tanding dengan
larutan safranin 0, I 90.
E. Pulasan PAS
Pulasan ini sangat berguna untuk mengenali sel-sel dalam jajaran
limfosit yang mengandung glikogen. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi
glikogen oleh asam periodat (periodic acid) menjadi aldehida, kemudian
aldehida bereaksi dengan reagens Schiff dengan menyusun warna merah.
Singkatan PAS umum dipakai sebagai singkatan Periodic Acid-Schiff.
Larutan yang perlu:
A. Larutan asam periodat:HIO4.2aq I g; aqua dest l0(l ml.
B. Reagens Schiff: fuchsin basic I dimasukkan ke dalam 400 ml air
g
mendidih, biarkan mendingin samfai 50oC; saring; tambah I ml
thionylchloride (SOCI); simpan di tempat gelap selama 24 iam;
tambah 2 g carbo adsorbens; kocok; saring. Simpan dalam lemari es
dalam botol yang tua warnanya.
C. Larutan pulasan tanding; hematoxylin 2 g; aquadest 100 ml.
Cara memulas
l. Sediaan apus direkat dengan uap formaldehida dalam cawan petri
tertutup selama l0 menit.
2. Bilas dengan air selama 15 menit.
3. Genangi sediaan dengan larutan asam periodat selama 30 menit.
4. Bilas dengan air, kemudian'bilas dengan aqua dest.
5. Gertangi dengan reagens Schiff selama 30 menit.
6. Bilas dengan air, kemudian bilas lagi dengan aqua dest selama 5
menit.
7. Genangi dengan larutan pirlasan tanding selama l0 menit.
Hasil pulasan: granula dan bagian-bagian dari sel yang berisi gliko-
gen menjadi merah. Pada umumnya sel-sel jajaran limfosit memperlihat-
kan warna merah tegas dan disebut sebagai "PAS-positive".
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 29
Catatan
Sebenarnya bukan glikogen saja yang menjadi merah oreh pulasan pAS,
tetapi juga polisaccharida lain, mucopolisaccharida dan mucoprotein.
Cara
l. Sediaan apus digenangi larutan perekat yang bersuhu sekitar 5oC
selama 30 detik.
2.. Bilas dengan air mengalii'selama 10 detik.
3. Genangi sediaan dengan larutan substrat selama l5 menit.
30 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Pulasan LAP banyak manfaatnya dalam klinik, tetapi teknik pu-
lasan dan memberikan scoring memerlukan pengalaman' Guna memper-
oleh ketiampilan dianjurkan supaya sering mengadakan latihan me-
mulas dan men-score sediaan apus darah normal dan darah seorang wa-
nita dalam kehamilan tua atau yang baru melahirkan. LAP darah wanita
itu harus memberi score tinggi, jika tidak, mungkin teknik memulas
dan/atau teknik scoring tidak memadai'
Keadaan trombosit
Sediaan apus baik sekali untuk melakukan pemeriksaan penyaring
terhadap jumlah trombosit. Jika menghitung jumlah trombosit dalam
100 lapangan penglihatan, dalam keadaan normal akan didapat lebih
dari 500 rrOmbosit. Angka 500 bukanlah angka mutlak; okuler mikros-
kop modern sering memperlihatkan lapangan yang luas (wide field
ocular), sehingga dilihat lebih banyak trombosit daripada yang dilihat
dengan okuler biasa. Dalam sediaan apus darah tepi normal yang di-
periksA dengan mikroskop berokuler lapangan luas biasanya didapat an-
tara 500 dan I 500 trombosit dalam 100 lapangan penglihatan. Sebaik-
nya membiasakan diri memperoleh kesan tentang jumlah trombosit yang
memadai dalam lapangan penglihatan mikroskop yang dipakai.
Jika dilihat beberapa trombosit dalam tiap lapangan penglihatan,
sedangkan pada pinggir-pinggir dan ujung-ujung sediaan didapat gum-
palan trombosit-trombosit berkelompok, hal itu menandakan sejumlah
yang cukup.
Dalam praktek tidak perlu selalu menghitung. jumlah trombosit
dalam 100 lapangan penglihatan tersendiri; observasi itu bisa berjalan
bersama-sama denganmenghitung jenis leukosit.
Laporkanlah keadaan trombosit dalam hasil pemeriksaan sediaan
apus; dengan angka per 100 lapangan penglihatan atau dengan keterang-
an singkat mengenai jumlahnya tanpa angka.
Silain memperhatikan jumlahnya, pelajarilah juga morfologi trom-
32 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Keadaan eritrosit
Jugi morfologi eritrosit hendaknya diperhatikan pada pemeriksaan
sediaan apus. Pelajarilah sifat "3 S", yaitu: "size, shape and staining
characterislics" dan laporkanlah pendapat.
Keadaan leukosit
Untuk menghitung jenis leukosit bertindaklah sbb.:
l. Pifihlah sebagian dari sediaan yang patut dipakai, yaitu yang cukup
tipis dengan penygbaran leukosit yang merata.
2. Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah ke
arah pinggir bawah dengan menggunakan mikromanipulator mi-
kroskop.
3. Pada pinggir bawah geserlah lapangan ke kanan agak lebih banyak
dari lebarnya lapangan imersi, kemudian ke arah pinggir atas lagi.
4. Sesampai di pinggir atas geserlah ke kanan lagi dan kemudian ke arah
pinggir bawah.
5. Lakukanlah pekerjaan itu terus-menerus sampai 100 sel leukosit di-
hitung menurut jenisnya.
6. Selain melakukan hitung jenis leukosit, catatlah juga kelainan-kelain-
an morfologi yang terdapat pada leukosit itu.
Catatan
Dalam praktek penilaian keadaan trombosit, eritrosit dan leukosit
dilakukan bersama-sama, yaitu pada waktu mengadakan hitung jenis
hukosit sehingga tidak makan waktu tersendiri.
Penting: morfologi eritrosit hanya boleh dinilai pada sel-sel yang
tidak bersentuhan. Tidak benar juga menilai morfologi eritrosit pada
bagian sediaan yang tipis sekali, eritrosit-eritrosit pada sediaan demikian
kelihatan besar-besar tanpa bagian yang lebih pucat di tengah-tengah.
Beberapa kelainan morfologi eritrosit:
A. Anisositosis; ialah variasi abnormal dalam besarnya eritrosit. Aniso-
sitosis itu mungkin disebabkan oleh adanya eritrosit yang lebih kecil
dari normal (mikrosit); keadaan ini dilihat umpama pada anemia
defisiensi besi. Mungkin pula dasarnya makrositosis yang dijumpai
pada anemia makrositik ump. oleh defisiensi asam folat. Kadang-ka-
dang terdapat mikrositosis dan makrositosis berdampingan.
B. Poikilositosis; ialah variasi abnormal dalam bentuk eritrosit dengan
adanya sel-sel yang' tidak bundar. Poikilositosis tidak jarang me-
nyertai anisositosis; keadaan ini dilihat pada orang dengan hemo-
HEMATOLOCI 33
MENGHITUNG RETIKULOSIT
Cara
A. Sediaan basah
la. Taruhlah satu tetes larutan brilliantcresylblue dalam alkohol di
tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai kering. Kaca
dengan bacak zat warna ini boleh disimpan untuk menjadi per-
sediaan yang dapat dipakai. Kalau akan menggunakan larutan
pewarna dalam air garam, langkah la. diganti dengan:
b. Taruhlah satu tetes larutan zat warna tersebut di atas kaca
obyek dan segeralah lanjutkan dengan langkah 2.
2. Taruhlah setetes kecil darah atas bacak kering (atau ke atas
tetes zat warna) dan segeralah campur darah dan zat wdrna itu
dengan memakai sudut kaca obyek lain.
3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup; lapisan darah
dalam sediaari'basah ini harus tipis benar.
4, Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan pe-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 35
B. Sediaan kering
l. Masukkanlah 0,5 sampai I ml larutan pewarna (dalam garam)
ke dalam tabung kecil.
2. Ca-f,rpurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan se-
lama 5 menit.
3. Dari campuran itu diambil setetes untuk membuat sediaan apus
seperti biasa yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa' Cam-
puran di atas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan basah:
setetes diletakkan ke atas'kaca obyek dengan ditutup kemudian
oleh kaca penutuP'
4. Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit
yang terlihat Per I 000 eritrosit.
Catatan
Jumlah retikulosit menggambarkan produksi eritrosit di sumsum
tulang. Nilai normal retikulosit adalah 0,5 - 1,590 dari jumlah eritrosit.
cara yang lebih baik menyebut jumlah eritrosit per ul darah. Nilai
normal 25 000 - 75 000 retikulosit per ul darah'
Baik sediaan kering maupun yang basah harus dibuat tipis benar,
karena eritrosit-eritrosit harus nampak terpisah satu dari yang lain'
Untuk memudahkan menghitung retikulosit di antara eritrosit, baiklah
dalam okuler mikroskop dipasang bundaran logam berlubang untuk
memperkecil lapangan penglihatan.
iak perlulih kiranya diterangkan bahwa pemeriksaan harus dilaku-
kan dengan lensa imersi.
MENGHITUNG TROMBOSIT
Gara
Catatan
Czra
A. Menurut Wintrobe
l. Perolehlah darah oxalat atau darah EDTA.
2. Dengan memakai pipet Wintrobe, masukkanlah darah itu ke dalam
tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm. Jagalah jangan sampai
terjadi gelembung.hawa atau busa.
3. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus pada satu tem-
pat yang tak banyak angin selama 60 menit.
4. Bacalah tingginya lapisan.plasma dengah millimeter dan laporkanlah
angka itu sebagai laju endap darah.
38 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
B. Menurut Westergren
l. Isaplah dalam semprit steril 0,4 ml larutan natriumsitrat 3'890 yang
steril juga.
2. Lakukanlah pungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml darah
sehifrgga mendapatkan 2,0 ml campuran.
3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-
baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergren sampai garis bertanda
0 r4m, kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak
Westergren selama 60 menit.
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah
angka itu sebagai laju endap darah.
Catatan
Indahkanlah segala petunjuk yang telah diberikan pada waktu me-
lakukan pungsi vena; stasis dalam vena menyebabkan darah mengental
dan berakibat kesalahan.
Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung laju endap darah
dalam sikap tegak lurus benar, selisih kecil dari garis vertikal sudah
dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah.
Nilai normal untuk pria dan wanita berbeda; menurut cara Win-
trobe: pria kurang dari l0 mm/l jam, wanita kurang dari 20 mm,/1 jam,
menurut cara Westergren: pria kurang dari 10 mm,/1 jam, wanita kurang
dari 15 mm/l jam.
Oleh karena laju endap darah dipengaruhi oleh jumlah eritrosit'
ftraka ada yang menghendaki supaya nilai laju endap darah cara Win-
trobe dikoreksi terhadap nilai hematokrit. Koreksi semacam itu me-
merlukan grafik khusus.
Hasil pemeriksaan laju endap darah mFmakai cara Westergren dan
cara Wintrobe tidak seberapa selisihnya jika laju endap darah itu dalam
batas-batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan
mencepatnya laju endap darah. Dengan cara Westergren didapat nilai
yang lebih tinggi; hal itu disebabkan pipet Westergren yang hampir dua
kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan para klinisi
lebih menyukai cara Westergren daripada cara Wintrobe'
Pada upaya mengisap darah dengan mulut ke dalam pipet We-
tergren ada bahaya terjadi infeksi kepada pelaku tindakan; oleh karena
itu sangat dianjurkan memakai pipet.Westergren yang dapat diisi tanpa
mengisap pipet berisi darah dengan mulut '
PENUNTUN LABORA'IORIUM KLINIK 39
Cara
B. Mikrometode
l. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat unruk penerapan
mikrohematokrit dengan darah.
2. Tutup{ah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup
khusus.
3. Masukkanlah tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang
mencapai kecepatan besar, yaitu lebih dari 16 000 rpm (sentrifuge
mikrohematokrit).
4. Pusinglahselama3 - 5menit.
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alar
khusus.
Catatan
Padatnya kolom eritrosit yang didapat dengan memqsing darah di-
tentukan oleh faktor: radius sentrifuge, kecepatan sentrifuge dan lama-
nya pemusingan. Dalam sentrifuge yang cukup besar, dengan memakai
makrometode dicapai kekuatan'pelantingan (relative centifugal force)
sebesar 2 260 g. Untuk memadatkan sel-sel merah dengan memakai
40 HEMATOLOGI
INDEX IKTERUS
Catatan
Dalamkeadaannormalnilaiindeksikterusantara4_7satuan.(l
satuan sesuai dengan warna larutan kaliumbichromat I : l0
000).
sedikit saja, sudah dapat mengganggu peme-
Adanya hemolisis biarpun
riksaan ini.
Warna kuning itu dianggap menjadi ukuran kasar untuk kadar
bili-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 4l
rubin; meskipun di samping bilirubin ada pula zat-zar kuning lain yang
ikut menentukan warna seperti karoten, obat-obatan berwarna kuning,
dll.
Pada bayi yang baru lahir sampai berumur beberapa hari, warna
kuning pla'sma menjadi ukuran murni untuk kadar bilirubin bebas dalam
darah. Kadar itu penting untuk diketahui karena ikut menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan pada seorang bayi yang kelihatan
kuning.
Czra
Nilai eritrosit rata-rata itu diperhitungkan dari hasil penetapan
a. jumlah eritrosit b. kadar hemoglobin dan c. nilai hematokrit dengan
menggunakan rumus-rumus di bawah ini. Dalam rumus itu:
Ht = nilai hematokrit disebut dengan 90.
Hb : nilai hemoglobin disebut dengan gram per dl.
B - jumlah eritrosit disebut dengan juta per mikroliter.
VER : l0x Ht : E femtoliter (fl)
HER : l0x Hb : Epikogram (pg)
KHER - 100 x Hb : Ht persent (Eo).
Catatan
Agar supaya index-index tersebut dapat dipakai dalam klinik,
haruslah semua macam penetapan dilaksanakan dengan sangat teliti dan
HEMATOLOGI
42
KETAHANAN OSMOTIK
Cara'
A. Pemeriksaan PenYaring
Yang diperlukan untuk pemeriksaan ini ialah tiga macam larutan
juga larutan
NaCl, yaitu i"rutun pokok NaCl 1,090 dan di samping itu
kerja NaCl0,859o dan larutan kerja NaCl0,59o' Kedua macam larutan
kerja dibuat dari larutan pokok dengan cara sbb':
Larutan kerja NaCl 0,8590 dibuat darilarutan pokok 8'5 ml di-
tambah aqua dest 1,5 ml' Larutan kerja NaCl 0,590 dibuat dari larutan
pokok 5,0 ml ditambah aqua dest 5,0 ml'
l. Ke dalam sebuah tabung kecil dimasukkan I ml dari larutan kerja
NaCI 0,8590. Ke dalam tabung lain yang serupa dimasukkan I ml
larutan kerja NaCl 0,590.
2. Masukkanlah kemudian 0,1 ml darah ke dalam tabung-tabung itu
dan campurlah baik-baik tanpa mengocoknya'
3. Biarkanlah tabung-tabung itu selama 30 menit atau lebih lama'
4. Bersamaan dengan percobaan itu dilakukan percobaan serupa
kontrol'
dengan darah nornial sebagai
S.,A,paUitatabungberisilarutanNaCl0,5goadahemolisisdanyangber'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 43
' isi larutan NaCl 0,8590 tidak, mungkin ketahanan eritrosit ber-
kurang. Kalau begitu lakukanlah pemeriksaan sebenarnya. Jika
tabung berisi larutan NaCl 0,590 tidak memperlihatkan adanya
hemolisis, ketahanan eritrosit normal dan pemeriksaan selanjutnya
tidak diperlukan.
Catatan
Jika sering melakukan pemeriksaan ketahanan osmotik, buatlah
larutan NaCl 10,090. Pada waktu diperlukan larutan itu diencerkan 10
kali untuk mendapat larutan pokok NaCl 1,0090.
Larutan NaCl 10,090 boleh disimpan pada suhu kamar, konsen-
trasinya tidak akan berubah asal saja botolnya disumbat baik-baik.
Larutan lainlain boleh disimpan dalam lemari es tetapi hanya tahan
beberapa minggu. Semua pengenceran harus dibuat dengan labu volu-
metrik.
Darah EDTA, heparin atau darah "defibrinated" dapat dipakai
juga. Darah kontrol hendaknya diambil pada waktu sama seperti darah
yang diperiksa.
Dari bentuk kurve yang digambar dari hasil pemeriksaan cara foto-
kolorimetrik, dapat diambil kesimpulan mengenai ketahanan osmotik
eritrosit.
Dalam keadaan normal didapat:
97 - 1000/o hemolisis dalam 0,3090 NaCl.
50 - 9090 hemolisis dalam 0,4090 NaCl.
5 - 4590 hemolisis dalam 0,4590 NaCl.
. 090 hemolisis dalam 0,5590 NaCl.
Cara visual yang hanya menguji konsentrasi NaCl saja yang me-
nyebabkan "permulaan hemolisis" dan "hemolisis sempurna" mem-
punyai nilai normal sebagai berikut:
permulaan hemolisis pada konsentrasi NaCl 0,42 + 0,02s/0.
hemolisis sempurna pada konsentrasi NaCl 0,32 + 0,02t/o
bagai dasar.
Cara
Catatan
P€mbentukan sel LE berlaku in vitro saja karena memerlukan
adanya leukosit-leukosit yang rusak. Teknik membuat sediaan sangat
berpengaruh terhadap hasilnYa.
Selain mencari sel LE carilah juga adanya rosette dalam sediaan-
sediaen; rosette itu sering dianggap sel LE yang belum sempurna di-
bentuk.
, Faktor LE juga dapat dicari dengan reaksi-reaksi kimia atau immu-
nologik, tetapi reaksi-reaksi itu tidak bersifat spesifik. Dalam hubungan
ini reaksi-reaksi immunologik lebih dapat dipercayai dari reaksi kimia,
sedangkan adanya sel LE merupakan bukti adanya faktor LE. Perlu di-
ingat bahwa tidak menemukan sel LE bukan berarti tak adanya penyakit
SLE pada orang bersangkutan.
Catatan
Jika bahan bercampur antikoagulans, keluarkanlah bahan ke dalam
gelas arloji atau cawan petri; carilah potongan-potongan sumsum dan
buatlah sediaan apus seperti biasa dari potongan-potongan itu. Selain di-
buat sediaan apus, partikel-partikel dalam aspirat ber-antikoagulans
juga dapat dipakai untuk membuat sediaan yang hampir tidak berisi
unsur darah tepi. Dengan memakai ujung jarum terlebih dulu beberapa
partikel dipersatukan, kemudian kumpulan itu digeser-pindahkan tanpa
tekanan di atas kaca objek memakai ujung jarum tadi sehingga pada
akhirhya diperoleh sediaan yang bebas dari eritrosit-eritrosit. Sediaan
yang dibuat dengan cara ini memperlihatkan penyebaran sel-sel sumsum
tulang yang mendekati struktur aslinya.
Apabila hanya sedikit sekali sumsum yang didapat atau sama sekali
tidak kelihatan adanya potongan sumsum, masukkanlah bahan itu ke
dalam tabung-tabung Wintrobe dan pusinglah selama 7 menit pada ke-
cepatan 2 000 rpm. Oleh tindakan itu potongan-potongan sumsum akan
terapung di atas seperti buffy coat dan dapat diambil dengan pipet untuk
membuat sediaan apus. Tindakan memusing bahan aspirasi sumsum
hanya boleh dilakukan sebagai tindakan darurat. proses pemusingan
mungkin sekali mengganggu penyebaran sel-sel berinti dalam bahan itu,
sehingga gambaran sumsum menjadi tidak sesuai dengan keadaan se-
benarnya.
'Catatan
Hasil hitung jenis pada orang dewasa normal sangat berbeda-beda
menurut penyelidik; yang dikemukakan di sini sebagai contoh ialah
angka-angka menurut Wintrobe.
MASA PERDARAHAN
A. Cara Ivy
l. Bersihkanlah bagian voler lengan bawah dengan alkohol 7A0/o dan
biarkan kering lagi.
2. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah
sampai tekanan 40 mm Hg. Selama percobaan berlangsung tekanan
harus tetap setinggi itu.
3. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuk-
lah dengan lanset darah pada satu tempat kira-kira 3 jari di bawah
lipat siku sampai 3 mm dalamnya.
4. Jika terlihat darah mulai keluar jalankanlah stopwatch.
5. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong
kertas saring; jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu
mengisap darah.
6. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat diisap lagi dan
catatlah waktu itu.
Catatan
Masa perdarahan normal antara I dan 6 menit. Apabila liwat l0
menit perdarahan belum berhenti, hentikanlah percobaan; tak ada guna-
nya melanjutkannya. Perdarahan yang berlangsung lebih dari l0 menit
telah membuktikan adanya sesuatu kelainan dalam mekanismus hemo-
stasis. Setelah dibuktikan bahwa masa perdarahan memanjang perlu
mencari lebih lanjut dengan test-test lain di mana letaknya kelainan
hemostatis. Akan tetapi perlu juga menyadari kemungkinan lain apabila
HEMATOLOGI 53
B. Cara Duke
l. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol TOVv dan biarkan kering
lagi.
2. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset sedalam 2 mm.
3 . Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6.
Catatan
Normall-3menit.
Cara Duke kurang memberatkan kepada mekanismus hemostasis
karena tidak diadakan pembendungan; hasil test menurut Ivy lebih
dapat dipercayai. Janganlah melakukan masa perdarahan menurut Duke
itu pada ujung jari; hasilnya teristimewa pada orang dewasa, tidak boleh
dipercaya. Cara Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil
saja, kareha mengenakan ikatan figmomanometer pada lengan atas
tidak mungkin atau sukar dilakukan'
Penetapan masa perdarahan dengan cara apapun, merupakan satu
ikhtiar laboratorium yang sering kurang memuaskan, karena korelasi
antarb hasil test itu dan keadaan klinik tidak begitu baik.
PERCOBAAN PEMBENDUNGAN
Cara
l. Pasanglah ikatan sfigmo'rhanometer pada lengan atas dan pompalah
sampai tekanan 100 mm Hg Cika tekanan sistolik kurang dari
54 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering ber-
beda-beda. Jika ada lebih dari l0 petechiae dalam lingkungan itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal; dikatakan juga: test itu positif.
Seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae, tetapi lebih
jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan test Rumpel -
Leede) positifjuga.
Jika pada test Ivy sudah terjadi petechiae, percobaan pembendung-
an tidak perlu dilakukan tersendiri lagi karena terjadinya petechiae pada
test Ivy berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya.
Pada penderita yang telah mempunyai purpura secara spontan, test
ini juga tidak perlu dilakukan. Hasilnya test pasti positif dan timbulnya
petechiae baru tidak memberi fakta-fakta baru bagi klinik.
" Biarpun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk meng-
ukur ketahanan kapiler, hasil test ini ikut dipengaruhi juga oleh trom-
bosit. Trombositopenia tersendiri dapat menyebabkan test Rumpel-
Leeds menjadi positif, makin berat trombositopenia, makin berat pula
deraj at kepositifannya.
Untuk menguji ketahanan kapiler dapat dilakukan juga percobaan
yang mengenakan tekanan negatif kepada permukaan kulit dalam ling-
karan kecil. Cara ini lebih sering dilakukan pada anak-anak.
Cara
l. Ambillah kira-kira 5 ml darah dan masukkan darah itu ke dalam ta-
bung scntrifuge bergaris. Masukkan pula sebatang lidi ke dalam
tabung tadi. Catatlah voluma darah itu.
2. Biarkan pada suhu kamar selama 2 - 3 jam (atau semalam dalam le-
mari es).
3. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati dari dinding tabung,
miringkan tabung dan angkatlah bekuan dari tabung dengan meng-
angkat lidi itu.
4. Catatlah voluma serum (bersama sel-sel yang masih ketinggalan
dalam tabung) yang ada dalam tabung itu dan sebutlah voluma itu
dengan Vo dari voluma darah semula.
Catatan
Voluma serum yang dikeluarkan secara spontan dari bekuan men-
jadi ukuran bagi retraksi bekuan yang terjadi. Dalam keadaan normal
jumlah serum itu 40 - 60Vo dari jumlah darah; kurang dari 40Vo mung-
kin berarti abnormal.
Selain mengukur jumlah serum yang keluar, perhatikan selalu juga
konsistensi bekuan: konsistensi itu harus kenyal. Kalau retraksi tidak
terjadi dengan baik, konsistensi bekuan menjadi lembek dan lapuk, se-
hingga bekuan lebih mudah dapat dipecahkan.
Retraksi mulai terjadi sejam sesudah darah membeku dan menjadi
sempurna.liwat 24 jam. Cara yang diterangkan tadi memberi nilai yang
(semi)-kuantitatif kepada percobaan ini. Pada hawa tropik test ini boleh
dilakukan pada suhu kamar, tetapi apabila suhu kamar kurang dari
25"C sebaiknya memakai inkubator atau bejana air bersuhu 37"C untuk
menjalankan percobaan ini.
Bekuan darah yang diperoleh dari test retraksi bekuan dapat di-
pakai untuk menguji'adanya lysis bekuan yang mencepat. Bekuan itu di-
simpan dalam inkubator bersuhu 37"C dan liwat 24,48 dan 72 jam di-
periksa apakah terjadi /ysl's, yakni mencairnya bekuan. Dalam keadaan
normal /ysrs baru terjadi liwatT2jam. Agar test clot /ysrb ini tidak di-
ganggu oleh pengaruh kuman, dianjurkan agar menjaga sterilitas darah
56 HEMATOLOGI
Contoh:
Voluma serum yang diperas dari bekuan 40 vol9o
Jadi voluma bekuan adalah 100 - 40 = 60 vol9o
Nilai hematokrit 22 volVo
Voluma cairan bekuan menjadi 60 - 22 = 38 vol9o
Catatan
Dalam keadaan normal voluma cairan bekuan antara 0 - 20 vol9o.
Jika retraksi tidak sempurna, lebih banyak serum ketinggalan dalam
[ekuan dan makin melebihi 20voMo.
MASA PEMBEKUAN
Catatan
Penetapan masa pembekuan dengart menggunakan darah lengkap
sebenarnya satu test yang kasar saja; tetapi di antara test-test yang meng-
gunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik.
Nilai normal untuk masa pembekuan hendaknya ditentukan oleh
tiap laboratorium; pada laboratorium kami masa normal ialah antara 9-
l5 menit, sedangkan masa pembekuan yang melebihi 20 menit dianggap
pasti pbnormal.
Test ini menjadi lebih sempurna jika tabung-tabung yang dipakai
diberi lapisan silikon. Masa pembekuan darah lengkap dengan memakai
tabung berlapisan silikon jauh lebih panjang daripada yang biasa; nilai
normal itu hendaknya ditentukan sendiri oleh masing-masing labora-
torium. Hal-hal yang sama berlaku jika memakai semprit dan tabung-ta-
bung plastik
Bermacam-macam kesalahan teknik cenderung memperpendek
masa itu; percampuran darah dengan tromboplastin jaringan, pungsi
vena yang tidak segera berhasil baik, terjadinya busa dalam semprit atau
dalam tabung, menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang di-
periksa, semprit dan tabung kotor, dsb. Karena itu, masa pembekuan
yang lebih pendek dari 9 menit tidak mempunyai arti apa-apa.
Diameter tabung yang..dipakai berpengaruh pula terhadap hasil:
semakin lebar tabung semakin lama masa pembekuan.
58 PENI]NTTJN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Cara yang menggunakan darah kapiler kurang dapat diandalkan
oleh karena selalu (relatif) banyak cairan jaringan berisikan tromboplas-
tin jaringan bercampur dengan darah yang keluar. Nilai normal: 2 - 6
menit.
Kalau cara kapiler ini yang dipilih, lakukanlah pemeriksaan in
duplo.
MASA PROTROMBIN
" Curuini digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor pembe-
kuan darah pada jalur extrinsik, yaitu kekurangan faktor pembekuan V,
VII, X, protrombin dan fibrinogen. Jika dianggap bahwa faktor lain-
lain dalam proses-proses itu normal, maka masa protrombin ini menjadi
ukuran untuk aktivitas protrombin.
Dasar percobaan: kepada plasma diberi sejumlah tromboplastin
dan ion calcium yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun fi-
brin diukur.
A. Membuat plasma
1. Ke dalam tabung senlrifuge yang bergaris dimasukkan 0,5 ml larutan
natriumsitrat 3,890.
2. Lakukan pungsi vena dan masukkanlah ke dalam tabung sentrifuge
HEMATOLOGI 59
B. Penetapan
l. Masukkanlah tabung serologi 13 x l0 mm ke dalam air bersuhu 37oC.
2. Masukkanlah 0,1 ml plasma ke dalam tabung dan tunggulah bebe-
rapa lama sampai plasma bersuhu 37'C pula.
3. Kemudian tambahkan 0,1 ml tromboplastin dan campurlah.
4. Lalu kepada campuran itu diberi 0,1 ml larutan CaCl20,22Vo (0,02
m). Jalankan stopwatch tepat pada saat larutan calciumchlorida itu
masuk. Campur baik-baik.
5. Biarkan selama l0 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin
dengan berkali-kali memancing memakai kaitan logam dalam cam-
puran tadi.
6. Hentikan stopwatch pada saat adanya fibrin: lamanya yang ditunjuk
ialah masa protrombin plasma.
Catalan
Pemeriksaan inipun bukan satu penetapan kuantitatif dalam arti
kata sebenarnya; hasilnya ikut dipengaruhi oleh kualitas tromboplastin
yang dipakai dan oleh teknik mengerjakan percobaan. Karena itu, peme-
riksaan ini selalu harus dilakukan in duplo dan harus juga disertai kon-
trol dengan plasma normal.
Normal: antara l1 - l5 detik. Kalau kontrol lebih lama dari 16 de-
tik percobaan batal karena mungkin tromboplastin telah menjadi kurang
aktif.
Tromboplastin dapat dibeli atau boleh juga dibuat sendiri dari otak
kelinci; dianjurkan untuk memakai yang diperdagangkan saja, karena
sering tromboplastin buatan sendiri kurang aktif. Jika memakai trom-
boplastin belian, ikutilah instruksi cara melakukan test masa protrombin
dengan seksama; instruksi itu menyertai tiap batch tromboplastin.
Larutan tromboplastin tidak tahan lama, harus disirnpan dalam lemari
es dan aktivitasnya harus tiap kali diuji dengan plasma normal.
Larutan calciumchlorida 0,22V0 tidak tahan lama juga; sebaiknya
membuat larutan pokok 2,22V0 (0,2 m) yang harus diencerkan l0 kali
sebelum memakainya.
60 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Cara kasar ini memerlukan juga dilakukan kontrol dengan darah
riormal dan harus dijalankan beberapa kali berturut-turut pada setiap
pasien. Sadarilah bahwa cara ini satu cara darurat saja dan tidak
dianjurkan dipakai sebagai pemeriksaan rutin.
MASA REKALSIFIKASI
B. Penetapan
l. Tabungtabung yang berisi larutan CaCl2,larutan NaCl dan plasma
pasien $iinkubasi dalam air 37"C supaya semua cairan mencapai suhu
itu.
2. Ke dalam tabung serologi yang lebarnya 13 mm yang juga terlebih
dulu ada dalam air 37"C itu dimasukkan 0,1 ml larutan NaCl dan 0,1
ml plasma. Campur dan biarkan dalam air 37"C.
3. Tiuplah larutan CaCl2 ke dalam campuran yang telah ada dalam ta-
bung tadi, campur dan pada saat bersamaan jalankan stopwatch.
4. Biarkan tabung itu dalam air 37"C selama 90 detik, kemudian angkat
tabung dari air dan periksalah terhadap adanya bekuan.
5. Saat terjadinya bekuan, hentikanlah stopwatch dan catatlah waktu
itu sebagai masa rekalsifikasi.
Catatan
Selain oleh faktor-faktor pembekuan seperti disebut diatas, masa
rekalsifikasi juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit. Makin banyak
trombosit, makin singkat masa rekalsifikasi. Untuk menyingkirkan
pengaruh trombosit dianjurkan memakai plasma rendah trombosit
sepefti diterangkan tadi.
Dalan keadaan normal masa rekalsifikasi berkisar antara g0
detik.
- 250
o
+ + A
+ + B
+ + + AB
Catatan
Serum anti-A biasanya diberi warna hijau atau biru; serum anti-B
kuning.
Darah yang'dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena yang
terlebih dulu membeku dan yang sel-selnya kemudian dilepaskan mema-
kai ujung lidi. Jumlah darah yang dicampur dengan serum baiklah demi-
kian banyaknya sehinggb campuran itu akan mencapai nilai hematokrit
2s/0.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 63
Catatan
Ada yang lebih suka memakai cara dengan tabqng, tetapi ada pula
yang menyukai cara dengan kaca objek. Pada umumnya cara dengan ta-
bung dianggap lebih sensitif dari cara dengan kaca objek.
Tafsiran hasil sama se-perti yang telah diterangkan tadi.
64 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
Cara
l. Buatlah suspensi segar (dalam larutan garam) dari sel-sel golongan A
dan B dengan nilai hematokrit 290.
2. Sedfkan 2 tetes dari serum yang akan diperiksa di dalam masing-
masing tabung berukuran 12x75 mm yang bertandakan A dan B.
3. Masukkanlah setetes sel-sel golongan A ke dalam tabung A dan
setetes sel-sel golongan B ke dalam tabung B. Campur isi tabung.
4. Biarkan tabung-tabung itu pada suhu kamar selama 5 - l5 menit.
5. Pusingtah tabung-tabung itu selama I menit pada I 000 rpm,
6. Goyangkan tabung berhati-hati dan perhatikan secara makroskopik
terhadap adanya aglutinasi'
7. Benarkan ada-tidaknya aglutinasi secara mikroskopik dengan me-
mindahkan setetes dari isi tabung ke atas kaca objek.
Tafsiranhasil: (+ = aglutinasi)
Serum yang diperiksa
Tabung A Tabung B berasal dari darah
golongan
+ + o
+ A
+ B
AB
Catatan
Suspensi sel yang mempunyai nilai hematokrit 2t/o ialah yang
memberikan hasil yang sebaik-baiknya. Jika darah itu mempunyai nilai
hematokrit normal, suspensi tersebut boleh dibuat flengan mencampur 2
tetes darah dengan 3 ml larutan garam 0,8590.
UJI SILANG
donor. Pada uji silang major (major crossmatch) serum penerima dicam-
pur dengan sel donor; pada uji silang minor (minor crossmatch) serum
donor diuji_ dengan sel penerima. Jika golongan darah (sistem ABO)
penerima dan donor sama, baik "major" maupun "minor" tidak be-
reaksi; jita berlainan umpamanya donor golongan O dan penerima go-
longan A, akan terjadi aglutinasi pada test minor.
Uji silang major merupakan tindakan terakhir untuk melindungi kese-
lamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
baik antjzat lengkap (complete antibodies) maupun yang takJengkap
dapat ditemukan. Karena itu dianjurkan agar uji silang hanya dilakukan
dengan cara tabung saja; cara yang menggunakan kaca objek kurang
menjamin hasil pemeriksaan.
Uji silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat
mengesampingkan kemungkinan tak-sesuainya (incompatibility) darah
berdasarkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu badan 37oC.
Lagi pula untuk menemukan antizat Rh sebaiknya digukan cara uji si-
lang dengan high protein method.
Catatan
Peugeraman tidak boleh melewati l5 menit; kalau lebih lama dari
itu ada kemungkinan terjadi aglutinasi nonspesifik. Setelah serum dan
sel dicampur, harus segera dipusing untuk menghindarkan terjadinya
prozone effect.
Adanya aglutinasi atau hemolisis menandakan tak-persesuaian oleh
adanya antizat lengkap atau yang tak-lengkap.
Ada atau tidak adanya aglutinasi pada uji silang sebaiknya dipe-
riksa secara makroskopik dan mikroskopik seperti diterangkan pada
penetapan golongan darah.
PERCOBAAN COOMBS
donor. Pada uji silang major (major crossmatch) serum penerima dicam-
pur dengan sel donor; pada uji silang minor (minor tossmatch) serum
donor diuji,dengan sel penerima. Jika golongan darah (sistem ABO)
penerima dan donor sama, baik "major" maupun "minor" tidak be-
reaksi; jiFa berlainan umpamanya donor golongan O dan penerima go-
longan A, akan terjadi aglutinasi pada test minor.
Uji silang major merupakan tindakan terakhir untuk melindungi kese-
lamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
baik antizat lengkap (complete antibodies) maupun yang tak-lengkap
dapat ditemukan. Karena itu dianjurkan agar uji silang hanya dilakukan
dengan cara tabung saja; cara yang menggunakan kaca objek kurang
menjamin hasil pemeriksaan.
Uji silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat
mengesampingkan kemungkinan tak-sesuainya (incompatibility) darah
berdasarkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu badan 37'C.
Lagi pula untuk menemukan antizat Rh sebaiknya digukan cara uji si-
lang dengan high protein method.
Catatan
Pengeraman tidak boleh melewati 15 menit; kalau lebih lama dari
itu ada kemungkinan terjadi aglutinasi nonspesifik. Setelah serum dan
sel dicampur, harus segera dipusing untuk menghindarkan terjadinya
prozone effect.
Adanya aglutinasi atau hemolisis menandakan tak-persesuaian oleh
adanya antizat lengkap atau yang tak-lengkap.
Ada atau tidak adanya aglutinasi pada uji silang sebaiknya dipe-
riksa secara makroskopik dan mikroskopik seperti diterangkan pada
penetapan golongan darah.
PERCOBAAN COOMBS
A. Percobaan langsung
Indikasi untuk melakukan percobaan ini ialah anemia hemolitik,
icterus neonatorum dan terjadinya reaksi transfusi. Eritrosit-eritrosit
yang ditest terlebih dulu dicuci dan kemudian dicampur dengan serum
Coombs, yiitu serum hewan yang mengandung antizat spesifik terhadap
globulin human.
Cara
1. Sebanyak 0,5 ml darah yang diperiksa dimasukkan ke dalam tabung
l3 x 100 mm.
2. Lakrikanlah empat kali berturut-turut pencucian eritrosit dengan
larutan garam.
3. Buatlah suspensi eritrosit yang tertinggal dalam tabung setelah p€mu-
singan terakhir, dengan menambah sekian banyak larutan garam
sampai suspensi eritrosit akan mempunyai nilai hematokrit kl.2Vo.
4. Sediakanlah tabung serologi l0 x 75 mm; masukkanlah ke dalamnya
2 tetes serum Coombs dan kemudian I tetes dari suspensi eritrosit
tadi.
5. Campurlah dan keramlah pada suhu 37'C selama 30-60 menit.
6. Berhati-hatilah kocok tabung itu untuk melihat adanya aglutinasi;
benarkanlah hasil observasi itu dengan mikroskop juga.
7. Jika hasilnya negatif, pusinglah pada I 000 rpm selama I menit.
8. Periksalah lagi adanya aglutinasi seperti pada langkah 6.
Catatan
_Terjadinya aglutinasi membuktikan adanya antizat yang melapisi
eritrosit.
Test ini sebaiknya didampingi dengan "kontrol negatif", yaitu de-
ngan menggunakan eritrosit-eritrosit yang pasti normal dan dengan
"kontrol positif", yaitu dengan eritrosit-eritrosit yang sengaja dilapisi
antizat spesifik. Tindakan melapisi eritrosit dengan antizat ialah satu
tindakan yang diambil pada "percobaan Coombs tak-langsung '.
B. Percobaan tak-langsung
Percobaan ini berusaha mencari adanya antizat tak-lengkap dalam
serum.
Terlebih dulu dilakukan pelapisan eritrosit-eritrosit normal bergo-
longan O (atau eritrosit-eritrosit yang golongannya sesuai dengan serum
yang diperiksa) dengan serum yang diketahui atau tersangka mengan-
dung antizat penghalang. Langkah berikutnya ialah membuktikan
adanya antizat itu dengan menggunakan serum Coombs.
68 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
:
Cara
l. Buatlah suspensi 2t/o dari eritrosit normal bergolongan O dalam
larutangaram.
2. Campurlah sama banyaknya dari suspensi tadi dengan serum yang
dipeilksa..
3. Keramlah pada suhu 37oC selama 60 menit.
4. tanjutkanlah dengan tindakan-tindakan yang sama (langkah l-8) se-
perti diterangkan pada percobaan langsung.
Catatan
Adanya aglutinasi membuktikan bahwa serum yang diperiksa berisi
antizat yang melapisi eritrosit.
Eritrosit normal dari golongan O boleh ditetapkan sendiri menurut
cara-cara lazim. Akan tetapi, jika dikehendaki (dan ini sangat dian-
jurkan) untuk mempertinggi mutu pemeriksaan, eritrosit-eritrosit go-
longan O yang struktur antigennya diketahui dapat dibeli. Eritrosit-eri-
trosit itu (check cells) merupakan campuran eritrosit golongan O yang
mengandung C, D, E, c dan e dari sistem Rhesus dan di samping itu juga
antigen-antigen yang termasuk sistem Lewis. Kidd, Duffy darr Kell.
BAB II
URINALISIS
A. Urin sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin se-
waktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak diten-
tukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat
khusus.
B. Urin pagi
Yang dimaksudkan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama
dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat
dari urin yang dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedi-
ment, berat jenis, protein, dll., dan baik juga untuk umpamanya test
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadotrophin)
dalam urin.
C. Urin postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria; ia
merupakan urin yang pertama kali dilepaskan lVz - 3 jam sehabis
makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap
adanya glukosuria.
70 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
D. Urin 24 jzm
Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin,
urin sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-
proses metabolik dalam badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama
waktu flang diketahui, dapat diberikan sesuatu kesimpulan. Agar angka
analisa dapat diandali, biasanya dipakai urin 24 jam.
Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervo-
luma I Vz liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus
bersih dan biasanya memerlukan sesuatu zat pengawet (lihat kemudian).
Cara mengumpulkan umpamanya sebagai berikut: jam 7 pagi
penderita mengeluarkan urinnya; urin ini dibuang. Semua urin yang
dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, ha-
rus ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur.
Demikian dikenal juga timed specimen jenis lain, seperti urin siang
12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam dan sebagainya. Urin siang 12
jam ialah umpama yang dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7
malam, sedangkan urin malam 12 jam ialah yang dari jam 7 malam sam-
pai jam 7 esok harinya. Cara mengumpulkan sesuai seperti diterangkan
di atas.
Adakalanya urin 24 jam itu ditampung terpisah-pisah dalam bebe-
rapa b_otol dengan maksud tertentu. Hal itu dapat dilakukan pada dia-
betes mellitus untuk melihat banyaknya glukosa yang dikeluarkan dari
santapan satu hingga santapan berikutnya. Sampel pertama ialah urin
dari makan pagi sampai makan siang; sampel kedua dari makan siang
sqmpai makan malam dan yang ketiga dari makan malam sampai makan
pagi esok harinya.
Dalam menjalankan pemeriksaan terhadap faal sesuatu organ
mungkin diperlukan urin yang dikumpulkan secara khusus pula. Hal itu
akan diterangkan pada cara melakukan percobaan yang bersangkutan.
PENGAWET URIN
1. Toluena
Pengawet ini banyak dipakai; hampir mendekati sifat pengawet "all
round" Perombakan urin oleh kuman dihambat, lebih-lebih dalam
keadaan dingin; baik sekali dipakai untuk mengawet glukosa, aseton
dan asam aseto-asetat. Pakailah sebanyak 2 - 5 ml toluena untuk
mengawet urin 24 jam; jumkih itu dimasukkan ke dalam botol
penampung dan tiap kali ditambahkan urin, botol harus dikocok
baik-baik.
2. Thymol
Sebutir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluena
juga. Kalau jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan terjadi
hasil positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan cara
pemanasan dengan asam acetat.
3. Forinaldehida
Khusus dipakai untuk mengawet sediment; mengawet sediment pen-
ting sekali bila hendak mengadakan penilaian kuantitatif atas unsur-
unsur dalam sediment. Pakailah sebanyak I -
2ml larutan formalde-
" hida 4090 untuk mengawet urin 24 jam. Campur baik-baik tiap kali
ditambah urin. Kelemahan: jika jumlahnya terlalu besar, mungkin
mengadakan reduksi pada test Benedict dan mengganggu test Ober-
mayer untuk menyatakan adanya indikan.
5. Natriumkarbonat
Khusus dipakai untuk mengawet urobilinogen jika hendak menen-
T]RINALISIS 73
Catatan -
Untuk beberapa macam pemeriksaan tidak boleh ditambahkan se-
suatu zat pengawet kepada urin; untuk mengawetnya hanya lemari es
sajalah yang diperbolehkan; contoh: pemeriksaan terhadap porfirin.
Ada juga-beberapa jenis penetapan kuantitatif dalam urin yang meng-
hendaki pengawet atau perlakuan khusus atas urin itu; keterangan ini
biasanya dicantumkan dalam prosedur pemeriksaan.
WADAH URIN
Botol penampung (wadah) urin harus bersih dan kering. Adanya air
dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak
berkembang baik dalam urin dan mengubah susunannya.
Wadah urin yang terbaik ialah yang berupa gelas bermulut lebar
yang dapat disumbat rapat; sebaiknya pula urin dikeluarkan langsung ke
dalam wadah itu. Sebuah wadah yang volumanya 300 ml, mencukupi
untuk urin sewaktu; jika hendak mengumpulkan urin kumpulan, pakai-
lah wadah yang lebih besar.
Jika hendak memindahkan urin dari satu wadah ke dalam yang lain,
kocoklah terlebih dulu, supaya segala endapan ikut serta pindah tempat.
Jagalah jugajangan ada yang terbuang.
tserilah kepada wadah etiket yang jelas memberi keterangan: nama
orang, bangsal, tanggal, jenis urin, pengawet yang dipakai, dsb. Wadah
yang tidak dimaksudkan untuk pemeriksaan bakteriologi tidak perlu ste-
ril, asal mengindahkan syarat-syarat kebersihan.
PEMERIKSAAN RUTIN
JUMLAH URIN
Catatan
Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seorang ke orang lain. Ba-
nyak sekali faktor yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya
umur, berat badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim
dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat di daerah tro-
pik jumlah urin 24 jam antara 800 - 1300 ml untuk orang dewasa.
Jika diperhitungkan per kg berat badan, anak-anak mempunyai
diuresis yang 3 sdmpai 4 kali lebih besar daripada orang dewasa. Tetapi
jika melihat jumlah mutlak, diuresis itu kurang besar; anak berumur 6
- 12 tahun mengeluarkan rata-rata separoh dan yang berumur I - 6
tahun rata-rata seperempat dari orang dewasa'
Jumlah urin siang 12 jam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
URINALISIS 75
besar dari urin malam 12 jam. Perbandingan itu tidak berubah, biarpun
misalnya banyaknya minuman pada malam hari dijadikan sama dengan
yang siang h4ri. Perbandingan antara urin siang 12iam dan urin malam
l2 jam seperti ditulis tadi, tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak'
Penelftian terhadap diuresis 24 jam atau 12 jam menentukan adanya
kelainan seperti poliuria atau oliguria yang dapat dipertalikan dengan
keadaan klinik tertentu.
Timed specimen urin harus diukur jumlahnya dengan sangat teliti
karena sagrpel urin itu akan dipakai untuk penetapan kuantitatif da4
yang dikehendaki bukanlah kadar sesuatu zat dalam urin itu, melainkan
jumlah mutlaknya.
Urin sewaktu tidak perlu diukur dengan teliti. Akan tetapi baiklah
selalu diperhatikan jumlah yang dikeluarkan, karena banyaknya urin itu
bukan hanya bertalian dengan warna dan berat jenis saja, tetapi juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan semikuantitatif seperti peme-
riksaan terhadap protein dan glukosa.
WARNA URIN
Catatan
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis;
makin besar diuresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna nor-
mal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu dise-
babkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan uro-
bilin.
Jika didapat warna abnormal, selidikilah sebabnya. Dalam hal itu
ingatlah kelainan warna dapat disebabkan juga oleh zat warna yang
dalam keadaan normalpun ada, tetapi sekarang adh dalam jumlah besar.
Di samping itu pertimbangkanlah kemungkinan adanya zat warna
abnormal, berupa hasil metabolismus abnormal, tetapi mungkin juga
16 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
berasal dari suatu jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang
yang sakit. Selanjutnya ingatlah bahwa pada beberapa keadaan warna
urin mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
Hiiau
a. Zatwarnanormal dalam jumlah besar: indikan.
b. Obat-obat dan diagnostika: methyleneblue, Evan's blue.
c. Kuman-kuman: Ps. aeruginosa (B.pyocyaneus).
Meralt
a. Zat w arna normal dalam j umlah besar: uroerythrin.
b. Zat' w arna abnormal : hemoglobin, porfi ri n, porfobilin.
c. Obat-obat dan diagnostika: Santonin, PSP, amidopyrin, Congored,
BSP. Zat-zat itu berwarna merah dalam lingkungan lindi. Zat warna
makanan juga perlu dipertimbangkan.
dl Kuman-kuman: B. prodigiosus.
CoHat
a. Zat w arna normal dalam j unrl ah besar: urobilin.
b. Zat warna abnormal:bilirubin, hematin, porfobilin.
Serupa susu
a. Zatnormal dalam jumlah besar: fosfat,.urat.
b. Zat abnormal: pus, g6tah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bak-
teri, protein yang membeku.
URINALISIS 77
KETERNIHAN
sebabnya maka koloid itu ada dalam urin. Urin tidak dapat dijernih-
kan dengan menyaringnya atau memusingnya. Benda-benda koloid
itu tidak nampak pada pemeriksaan mikroskopik dan tidak dapat
juga larut dalam ether.
BERAT JENIS
Catatan
Berat jenis urin sangat erat berhubungan dengan diuresis; makin
besar diuresis, makin rendah berat jenis dan sebaliknya' Berat jenis urin
24 jamdari orang normal biasanya berkisar antara, 1,016 - 1,022 (lazim
ditulis l0l6= 1022sajadengan meniadakan koma). Oleh pengaruh fak-
tor-faktor yang menentukan besarnya diuresis, batas normal boleh
berbeda.beda dhri 1003 - 1030.
Penetapan berat jenis urin yang bukan urin 24 jam juga mempunyai
makna, pugr dalam urin sewaktu. Tingginya berat jenis itu memberi
kesan tentang pekatnya urin: jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Lagi pula, tafsiran hasil pemeriksaan semikuantitatif dalam urin mung-
kin berubah atas dasar pendapat berat jenis.
Batas-batas normal urin sewaktu 1003 - 1030. Jika didapat urin se-
waktu (sering urin pagi) yang mempunyai berat jenis 1025 atau lebih
tinggi, sedangkan reduksi urin itu negatif dan tidak ada protein, maka
hal itu menunjukkan kepada.faal pemekat ginjal yang baik' Berat jenis
yang lebih dari 1030 memberi isyarat akan kemungkinan glukosuria'
Urinometer yang dipakai hendaklah yang ditera pada satu suhu an-
tara 27 dan 32'C. Jika suhu tera berbeda dari suhu kamar (atau dari
suhu urin) harus diadakan koreksi terhadap pembacaan urinometer.
Tambahlah I (sebenarnya 0,001) kepada berat jenis yang dibaca pada
urinometer untuk setiap 3'C perbedaan di atas suhu tera atau kurang I
(sebenarnya 0,001) daripadanya untuk setiap 3oC perbedaan di bawah
suhu tera.
Jika dikehendaki, boleh juga mengadakan koreksi untuk adanya
glukosa atau protein yang ada dalam urin. Angka-angka koreksi itu ia-
lah I (0,001) untuk setiap 0,4 gram protein per 100 ml urin dan I (0'001)
untuk setiap 0,3 gram glukosa per 100 ml urin. Koreksi untuk adanya
glukosa atau protein itu tidak penting, karena pengaruhnya terhadap
berat jenis tidak besar. Hati-hati memeriksa urin dari pasien yang baru
disuntik obat diagnostik rontgen guna memperlihatkan ginjal; berat je-
nis urin menjadi sangat tinggi.
Jika jumlah urin terlalu sedikit dan penetapan berat jenis dipandang
perlu dilakukan, encerkanlah urin itu dengan sama banyak aqua destil-
lata. Untuk mendapat berat jenis sebenarnya, kedua angka terakhir dari
pembacaan harus dikali dua pula.
Sebagai catatan terakhir, berhati-hatilah kalau membeli urinometer
dari sesuatu pabrik atau pembuat yang kurang berpengalaman, sering
didapat kesalahan besar dalam tera! Bahkan sebaiknya tiap urinometer
baru ditera lagi.
80 URINALISIS
BAU URIN
J DERAJATKEASAMAN
pemeriksaan
Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam
pene-
penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa
tapan itu-Aapat memleri t esan tintang keadaan dalam tubuh,
apalagi
jikadisertaip"n"t."p"njumlahasamyangdiexkresikandalamwaktuter-
-- jumlah ion NH4, dsb'
tentu,
d"r"in pada keadaan tadi pemeriksan pH urin segar dapat memberi
petunjukkearahetiologipadainfeksisaiurankencing:infeksiolehE'
coli biasanfa menghasilkan urin asam, sedangkan infeksi oleh Proteus
yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urin menjadi
lindi.
Reaksi atau pH urin dapat ditentukan dengan semudah-mudahnya
memakai kertas indikator.
Catatan
Urin asam mengubah warna kertas lakmus yang biru menjadi me-
jikatelin-
rah. urin lindi mengubah kertas lakmus merah menjadi biru;
jika kertas
dian urin itu disebabkan oleh amoniak, warna biru hilang lagi
itu dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urin netral praktis tidak
kertas lakmus, baik yang merah maupun yang biru'
-6atamwarna
mengubah
beberapa buku masih juga disebut adanya "urin yang be-
men-
reaksi amfoter", yaitu urin yang mengubah kertas lakmus merah
jadibirudanmengubahjugakertaslakmusbirumenjadimerah'Penda-
pat itu tidak masuk akal; sebabnya ialah karena kertas lakmus yang
aipatai tidak baik lagi,. Urin mungkin lindi, mungkin netral' mungkin
pul" urunl, tetapi tid;k mungkin ada yang sekaligus bereaksi asam dan
lindi. Urin amfoter tidak ada.
Penetapanreaksidengankertaslakmusadalahpemeriksaanyang
dari
telah usang. Lakmus bukanlah satu zat murni dan perubahan warna
biru menjadi merah dan sebaliknya tidak terjadi pada pH tertentu'
Lakmus sebagai indikator untuk menentukan derajat keasaman urin
se-
baiknya ditiadakan.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catailn
Kertas nitrazin dapat dipakai untuk menentukan pH antara 4,5 -
7,5. Skala warna memberi kemungkinan membaca antara dua warna.
Pada pH 4,5 warna nitrazin kuning, warna itu berubah lambat laun men-
jadi biru pada pH yang lebih tinggi.
Catatan
Untuk penetapan pH dengan nitrazin atau dengan campuran indi-
kator urin harus benar-benar segar atau diawet supaya jangan terjadi
amonia oleh perombakan ureum. Karena itu, waspadalah kalau pFI urin
mencapai 9; mungkin sekali urin itu sudah mengalami pembusukan se-
hingga selayaknya jangan dipakai untuk pemeriksaan apapun.
Batas-batas normal pH ialah dari 4,6 - 8,5. lJrin24jam mempu-
nyai pH rata-rata 6,2 oleh pengeluaran zat-zat metabolik yang asam.
Keasaman titrasi urin 24 jam rata-rata 300 ml asam l/10 n, dengan
batas-batas dari 100 - 600 ml.
CARIK CELUP
*nya penye-
dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan
rap lain yang masing-masing mengandung reagens-reagens spesifik
terhadapsalahsatuzatyangmungkinadadidalamurin.Adanyadan
pada
banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu
yang menyertai
bagian yung*rn.ngundung reagens spesifik; skala warna
carik celup memungkinkan penilaian semikuantitatif'
Meskipunsensitifdanspesifik,pemakaiancarikcelupmenghendaki
agar cara memakainya mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan
de-
o"leh perusahaan pembuat carik celup itu, Kalau tidak mengikutinya
ngan'seksarfia, hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari keadaan sebe-
narnya.
Beberapa petunjuk yang berlaku secara umum:
L Urin harus dijadikan serba sama sebelum diperiksa; campurlah baik-
baik sampai juga sediment terbagi merata'
2. Celupkan carik hanya sekejap saja dalam urin'
3. Hilangkan kelebihan urin yang melekat pada carik dengan ump'
menyentuhkan pinggir carik celup ke pada pinggir wadah urin'
+. Janian pegang Uagian dari carik celup yang mengandung reagens de-
ngan jari.
5. Keluarkan hanya sebanyak carik celup dari botolnya yang akan sege-
ra dipakai.
6. Botol w.adah carik celup harus selalu ditutup kuat-kuat'
7. Jangan taruh wadah berisi carik celup di sinar matahari'
PROTEIN
Cara
Catatan
Test dengan asam sulfosalicyl tidak bersifat spesifik, meskipun sa- .
ngat peka; adanya protein dalam konsentrasi 0,0020/o dapat dinyatakan-
nya. Kalau hasil test itu negatif, tidak perlu lagi memikirkan kemung-
kinan adanya proteinuria
Penilaian semikuantitatif dari test ini diterangkan kemudian dan yang
diuji ialah derajat kekeruhan sebelum dilakukan pemanasan.
85
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
catatan
Protein yang ada dalam keadaan koloid dipresipitatkan seperti
juga
terjadi pada percobaan dengan asam sulfosalicyl. Pemberian asam acetat
dilakukan. untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein;
pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadilah presipi-
tasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada
dalam urin atau yang sengaja ditambahkan kepada urin'
Fercobaan ini cukup peka untuk klinik; sebanyak 0,00490 protein
dapat dinyatakan dengan test ini.
Carainihanyamemakaisebuahtabunglebihbaikdariyangmeng-
gunakan dua tabung (tabung kedua hanya berisi urin saja sebagai kon-
irol) karena kekeruhan yang sangat ringan lebih jelas nampak jika bagi-
an bawah dipakai untuk perbandingan.
Asam acetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya, tiap kon-
sentrasi antara 3 - 60:ro boleh dipakai, yang penting ialah pH yang dica-
pai dengan pemberian asam acetat. Karena itu ada yang lebih suka
memakai larutan penyanggah pH 4,5 sebagai pengganti larutan asam
acetat. Susunan penyanggah ialah sbb.: asam asetat glacial 56,5 ml; na-
triumacetat ll8 g; aqua dest ad 1000 ml. Dengan reapiens ini adanyaga-
ram-garam untuk mempresipitatkan protein dengan sendirinya terjamin.
Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik dipakai
untuk test ini; jika berat jertis berkisar antara 1003 dan 1006 tambahlah
86 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
larutan Nacl jenuh sebanyak l/5 dari voluma urin. Jika menggunakan
penyanggah seperti disebut di atas, pemberian NaCl tidak perlu lagi.
Hasil yang sebaik-baiknya pada percobaan dengan asam acetat
diperoleh dengan urin yang reaksinya asam. Baiklah sebelum percobaan
dimul3i reaksi urin yang lindi itu dijadikan asam dengan sedikit asam
acetat juga.
Karena kekeruhan yang sangat ringan sukar dilihat, pakailah selalu
tabung yang bagus untuk test terhadap protein; tabung yang telah ber-
gores jangan dipakai.
Stumber reaksi negatif palsu pada percobaan pemanasan dengan
asam acetat ialah pemberian asam acetat yang berlebihan. Kekeruha.n
yang halus mungkin hilang oleh karena itu.
Sumber reaksi positif palsu (kekeruhan yang ridak disebabkan oleh
albumin atau globulin) nungkin:
a' Nucleoprotein. Kekeruhan terjadi pada pemberian asam acetat sebe-
lum pemanasan.
b' Mucin. Kekeruhan yang disebabkan oleh mucin juga terjadi pada saat
pemberian asam acetat sebelum pemanasan.
c. Proteose (albumose). Presipitat oleh zat ini terjadi setelah campuran
reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi.
d. Asam-asam resin. Kekeruhan oleh zat-zat ini larut dalam alkohol.
e. Protein Bence Jones. Lihat di bawah.
Catatan
UntuF memperoleh keseragaman, janganlah memakai cara mela-
porkan hasil yang berbeda dari cara ini. Kata-kata seperti "spoortje"
dan "very faint tracet', "spoor" atau "faint trace", "zwak + ", +;dll.
Janganlah dipergunakan lagi, karena mengacaukan.
Catatan
Perhatikan saat harus membaca warna carik celup sesuai dengan
instruksi yang diberikan oleh pembuat carik celup. Ini lebihlebih pen-
ting jika hendak menilai derajat kepositifan dari warna yang terjadi.
Ingat pula bahwa der4jat kepositifan pada carik celup tidak perlu sama
dengan yang ditentukan untuk cara-cara yang menilai derajat keke-
ruhan.
Ketidaksesuaian antara hasil dengan memakai carik celup dan test-
test kekeruhan juga terjadi karena carik celup itu hanya sensitif terhadap
albumin saja. Globulin-globulin, termasuk protein Bence Jones tidak da-
pat dinyatakan oleh carik celup.
Selain itu pengaruh konsentrasi garam-garam dalam urin dan
pengaruh keasaman urin berbeda untuk test kekeruhan dan test mema-
kai carik celup.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan tadi, se-
88 URINALISIS
PROTEIN BENCEJONES
Protein patologik ini mempunyai sifat larut pada suhu didih urin;
jika ufin mendingin kekeruhan pada test penlanasan dengan asam acetat
akan mulai terlihat pada kira-kira 60oC dan menjadi semakin jelas pada
suhu lebih rendah. Kalau urin dipanasi lagi, kekeruhan oleh protein
Bence Jones menghilang lagi.
Karena sifat itu, mungkin pada test pemanasan dengan asam acetat
adanya protein itu tidak terlihat. Jika keadaan klinik memberi petunjuk
ke arah itu atau jika dilihat pada test dengan asam acetat adanya keke-
ruhan yang menghilang, lakukanlah pemeriksaan terhadap protein Ben-
ce Jones.
Cara 0sgood
l. Masukkanlah kira-kira 5 ml urin dan sebatang termometer ke dalam
tabung reaksi dan masukkanlah tabung itu ke dalam gelas kimia ber-
isi air.
2. Panasilah berhati-hati air dalam gelas kimia itu dan perhatikanlah
suhu yang ditunjuk oleh termometer.
1 Catatlah suhu timbulnya kekeruhan pertama-tama dan juga suhu
kekeruhan itu menjadi maximal.
4. Angkatlah tabung itu dari air dan panasilah di atas nyala api sampai
isinya mendidih selama satu menit.
a. Jika presipitat lenyap, biarkan urin itu mendingin lagi; catatlah
suhu presipitat muncul lagi.
b. Jika presipitat tidak mau menghilang waktu dipanasi, berilah I ml
asam acetat 5090 tetes demi tetes dengan terus memanasi urin itu
hingga mendidih. Jika kekeruhan menetap, maka presipitat itu
setidak-tidaknya mengandung albumin atau globulin atau dua-
duanya. Kalau begitu saringlah cairan keruh dalam keadaan
mendidih dan filtratnya ditinjau. Jika kekeruhan timbuldalam fil-
trat itu pada waktu cairan mendingin dan hilang lagi kalau.dipa-
nasi maka adanya.protein Bence'Jones terbukti.
Jika pada langkah 3 dan langkah 4 a terlihat adanya kekeruhan
yang timbul pada suhu antara 50o - 65'C yang menghilang pada
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 89
Catatan
Protein Bence Jones didapat pada 5090 penderita mieloma multipel,
tetapi tidaf spesifik untuk penyakit itu: kadang-kadang didapat juga
pada beberapa macam tumor tulang, pada leukemia menahun dll.
Protein Bence Jones mungkin ada dalam urin tanpa albumin atau
globulin, tetapi sering tedapat bersama-sama. Dalam hal terakhir itu,
cara Osgodd dapat membedakan antara protein-protein tadi.
Jika test terhadap protein hanya dilakukan saja dengan cara pema-
nasan memakai asam acetat, ada kemungkinan adanya protein Bence
Jones tidak dilihat. Seperti sudah dicantumkan terlebih dahulu, peme-
riksaan memakai carik celup tidak dapat menemukan protein Bence Jo-
nes. Jika test dengan asam sulfosalicyl berhasil negatif, pasti tidak ada
protein Bence Jones.
Catatan
Reagens Esbach: asam.pikrat I g; asam citrat2 g; aqua dest ad l@
ml. Reagens Tsuchiya: asam fosfowolframat 1,5 g;alkohol959o 93,5 ml;
buatlah larutan kemudian tambahkan asam hidrochlorida pekat 5,0 ml.
90 PENUNTUN LABORATORTUM KLINTK
Penting diingat bahwa hasil penetapan ini dibaca dengan gram per
liter urin; sebaiknya hasil penetapan dilaporkan juga dengan jumlah
gram protein yang dikeluarkan per 24 jam.
Jika test kualitatif terhadap protein berhasil 3 + atau 4 + , maka
urin ha?us diencerkan dulu untuk menjalankan penetapan menurut Es-
bach, umpamanya2,4 atau 8 kali. Faktor penggnceran kemudian diper-
hitungkan dalam hasil penetapan.
Tidak ada gunanya untuk melakukan penetapan ini jika urin hanya
mengandung protein sedikit, yaitu kLrang dari 0,0590 (0,5 gram per liter)
yang telah terlihat dari hasil test kualitatif yang hanya I + saja.
Cara Esbach yang asli berbeda sedikit dari modifikasi menurut Tsu-
chiya: tidak diberikan serbuk batu apung dan hasil penetapanbaru boleh
dibacaliwat l8 - 24 jam.
Cara Esbach sebagai penetapan kuantitatif protein dalam urin
sudah amat tua dan sebenarnya tidak lagi sesuai dengan kemajuan
laboratorium klinik masakini. Baik ketelitian maupun ketepatannya
sangat rendah, sehingga hasilnya hanya merupakan sekedar pendekatan
belaka. Kalau menghendaki penetapan yang lebih baik, pilihlah cara
yang mengendapkan protein secara sempurna ump. dengan asam tri-
chloracetat kemudian mereaksikannya dengan reagens biuret dan meng-
ukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer.
GLUKOSA
A. Cara Benedict
l. Masukkanlah 5 ml relgens Benedict.ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan sebanyak 5 - 8 tetes fangan lebih!) urin ke dalam tabung
iru.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 9I
Menilai hasil
Hasifpemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semi-
kuantitatif.
Catatan
Reagens kualitatif Benedict: CuSO4.5aq 17,3 E; natriumcitrat
173 g; Na2CO3.0aq 100 g atau Na2CO3.lOaq 2AO e; aqua dest ad I 000
ml.
Karena hasil disebut dengan cara semikuantitatif, perbandingan ba-
nyak reagens dan urin penting dalam melakukan test ini. Untuk meng-
hemat reagens test ini sering dijalankan dengan 2,5 ml reagens dan 3 - 4
tetes urin; hasilnya tidak berbeda.
Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul; salah
jika hanya memakai air yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa
satu dua pemeriksaan reduksi, pemanasan boleh dilakukan juga dengan
nyala api; dalam hal itu isi tabung harus perlahan-lahan mendidih sela-
ma 2 menit penuh.
Cara menilai hasil yang menyimpang dari yang disebut tadi jangan-
lah dipakai; melaporkan hasil dengan umpamanya +, zwak * , nareduc-
tie, dsb. tidak dapat dibenarkan.
Di antara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menya-
takan reduksi, reagens Benedictlah yang terbaik. Biarpun begitu, selalu
hendaknya diingat bahwa yang ditentukan ialah sifat reduksi sesuatu zat
saja, yang tidak selalu berarti glukosa. Juga monosacharida lain, seperti
galaktosa, fruktosa dan pentosa, disacharida seperti laktosa dan bebe-
rapa zat bukan gula seperti asam homogentisat dan alkapton dapat
mengadakan reduksi. Zat bukan gula dalam urin yang mungkin meng-
92 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Cara dengan memakai carik celup memang spesifik untuk glukosa
dan test hanya memerlukan waktu amat singkat. Tetapi hal itu tidaklah
berarti bahwa tidak ada kelemahan-kelemahannya. Hasil negatif palsu
terjadi bila urin mengandung zat-zat mereduksi seperti vitamin C, keton-
keton dan asam' homogentisat. Penilaian semikuantitatif harus benar-
benar menuruti petunjuk yang diberikan oleh pembuat carik celup
mengenai saat membandingkan warna yang timbul dengan skala warna
yang mendampingi cari( celup. Penilaian semikuantitatif itu tidak selalu
paralel dan sederajat dengan penilaian semikuantitatif yang berlaku un-
URINALISIS 93
Cara
l. Tepat 5,0 ml reagens dimasukkan ke dalam tabung reaksi lebar yang
garis tengahnya kira-kira 4 cm.
2. Bubuhilah kira-kira I - 2 gram natriumkarbonat dan 2 butir kaca.
3. Panasilah di atas nyala api kecil sampai cairan mendidih betul sambil
menggoyangkan terus rnenerus tabung itu.
4. Teteskan urin yang diperiksa ke dalam cairan mendidih itu dengan
memakai pipet I ml bergaris 0,01 ml. Sewaktu meneteskan urin, cair-
an tidak boleh berhenti mendidih.
5. Jika warna birureagens mulai menghilang pemberian urin harus lam-
bat sekali: 30 detik antara tiap tetes.
6. Tftrasi berakhir pada saat warna biru tidak kelihatan lagi. (Jika diper-
lukan kurang dari I ml urin untuk titrasi itu, ulangilah dengan urin
yang diencerkan 5 kali dengan aqua dest).
Catatan
Susunan reagens Benedict kuantitatif: CuSO4.5aq 18,0 gi
Na2CO3.Oaq 100,0 g'atau Na2CO3.l0aq 200,0 g; narriumcirrat
200,0 g; kaliumrhodanida (kaliumsulfosianat) 125,0 g; larutan kalium-
ferrosianida 590 5,0 ml dan aqua dest ad I 000,0 ml.
Jumlah cuprisulfat dipilih demikian sehingga tiap 5,0 ri.rl dari rea-
gens ini direduksi oleh 0,01 g glukosa. .Berdasarkan ketentuan itu per-
hitungkan jumlah gram glukosa yang dikeluarkan umpamanya per 24
jam.
Sebaiknya reagens kuantitatif Benedict diuji dengan larutan stan-
dard gluf,osa pada waktu memakainya.
94 . PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
ZAT.ZAT KETON
Catatan
Pentinglah untuk memakai urin yang segar pada test ini. Perubahan
asam aceto-acetat menjadi aceton dan menguapnya aceton dari urin
yang dibiarkan mengurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang
mengandung zat-zat keton itu.
URINALISIS 95
B. Cara Gerhardt
Test ini berdasar kepada reaksi antara asam aceto-acetat dan ferri-
chlorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur port (warna merah-
coklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran I : 1000 dapat dinya-
takan olehleaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi Rothera), sedangfan
aceton dan asam beta-hidroxibutirat tidak bereaksi.
Karena itu, penting menggunakan urin segar!
t. 5 ml urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diteteskan
larutarferrichlorida l09o ke dalam tabung itu sambil mengocok isi-
nya.
2. Jika terbentuknya presipitat putih ferrifosfat berhenti, saringlah cair-
an itu.
3. Kepada filtrat diberikan beberapa tetes larutan ferrichlorida lagi;
perhatikanlah adanya warna merah coklat yang menandakan test ini
positif.
Catatan
BILIRUBIN
A. Percobaan busa
l. Kocoklah kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung dengan kuat-kuat.
2. Jika terjadi busa kuning, itu tanda bahwa bilirubin sangat mungkin
ada.
97
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Busa urin yang tidak mengandung bilirubin putih atau sangat ku-
ning muda. Percobaan busa ini sangat sederhand dan hanya memberikan
petunjuk saja. Sebait<nya dibenarkan dengan melakukan test yang lebih
peka.
Test busa mungkin menjadi positif palsu pada konsentrasi urobilin
yang tinggi dan juga oleh obat-obatan seperti acriflavine dan pyridium'
B. Percob"gran Harrison
Bilirubin yang ada dalam urin dipekatkan di atas kertas saring de-
ngan jalan mempresipitatkan fosfat-fosfat yang'ada di dalam urin
memakai bariumchlorida dan bilirubin melekat pada presipitat itu. Bili-
rubin yang telah dikumpulkan itu dioxidasi menjadi biliverdin yang hi-
jau dengan reagens Fouchet: asam trichloracetat 25 E;aquadest 100 ml;
buatlah larutan kemudian tambahlah larutan ferrichlorida l09o 10 ml.
Cara
l. 5 ml urin yang lebih dulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung re-
aksi.
2. Tambahlah 5 ml larutan bariumchlorida l09o; campur dan saringlah.
3. Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka
lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong itu. Biarkan bebe-
rapa lama sampai agak kering.
4. Teteskan 2 -3 tetes reagens Fouchet ke atas presipitat di atas kertas
saring itu.
5. Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.
Cara
l. Potongan kertas saring dipegang pada salah satu.ujungnya dan sebe-
lah lain dimasukkan ke dalam urin sampai kira-kira sepertiga dari
panjangnya. Peganglah kertas dalam keadaan sepertiga terendam
dari 30 detik sampai 2 menit.
2. Angkatlah kertas dan biarkan sampai menjadi agak kering.
98 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catrtail
Warna urin sering telah memberi petunjuk tentang kemungkinan
adanya bilirubin. Karena bilirubin berubah menjadi zat-zat lain, warna
itu mungkin berbeda-beda: kuning tua, kuning campur hijau, coklat,
dsb. !
Bilirubin glukuronida adalah semacam zat yang tidak tahan sinar
matahari, zat itu pecah oleh proses oxidasi dan hidrolisis. simpanlah
sampel urin pada tempat bebas sinar matahari langsung dan janganlah
tunda-tunda pemeriksaan.
Dengan reagens Fouchet bilirubin dioxidasi menjadi biliverdin yang
hijau, tetapi di samping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil-hasil oxi-
dasi lain juga yang lain warnanya: biru (bilisianin) atau kuning (chole-
telin). Hanya jika terjadi warna hijaulah test dengan reagens Fouchet
dianggap positif. Meskipun dari intensitas warna dapat diduga konsen-
trasi bilirubin, tetapi sukarlah untuk menilai hasil test secara semikuan-
titatif. Untuk mengadakan perbedaan antara konsentrasi yang rendah
dan yang tinggi, boleh dipakai tanda + dan + + saja.
Urin normal bereaksi negatif pada percobaan ini.
UROBILINOGEN
Tabung no. I ) 3 4 5 6 7 8
Cetataf
Hasil pemeriksaan harus dibaca dalam waku paling lama 5 menit,
karenajika dibiarkan warna merah itu akan menjadi lebih merah lagi
dan mencapai puncaknya liwat 30 menit.
Da.lam keadaan normal urin memberi reaksi positif sampai peng-
enceran 20 x sedangkan yang diencerkan 40 x berhasil negatif. Kalau urin
dalam pengenceran lebih dari 40 x masih bereaksi positif, itulah tanda
exkresi urobilinogen (atau chromogen lain-lain) bertambah banyak. Jika
warna merah hanya timbul dalam urin yang tidak diencerkan atau dalam
urin yang diencerkan kurang dari20 x, rnungkin exkresi urobilinogen ku-
rang dari normal.
Bilirubin harus dibuang dengan calciumhidroxida padat agar peni-
laian semikuantitatif tidak terganggu oleh terjadinya pengenceran. Uro-
bilin tidak ikut bereaksi menyusun warna.
Selain urobilinogen ada beberapa zat la:in (chromogen) yang juga
menyusun warna merah dengan reagens ini; zat-zat itu termasuk golong-
an derivat indol. Di antaranya:
a. 5,6-aihidroxiindol pada melanuria
b. 5-hidroxiindole acetic acid (5HIAA) pada sindroma carcinoid.
c. indoxil dan skatoxil sulfat (indikan)
d. porfobilinogen
' Karena zat-zatyang disebut tadi mempunyai arti besar dalam klinik,
baiklah selaludiingat bahwa reaksi terhadap urobilinogen mungkin men-
jadi positif palsu oleh adanya salah satu daripada zat-zat tadi. Test ini
dapat diganggu oleh zat-zat lain yang tidak segolongan: sulfonamida dan
procain menghasilkan warna hijau; formalin menghambat reaksi. In-
feksi dalam saluran kencing mungkin mengganggu reaksi ini; pada infek-
si mungkin terbentuk nitrit-nitrit dalam urin dan nitrit-nitrit itu menye-
babkan terjadinya warna hijau.
jika dibandingkan
carik celup, tetapi penilaian itu tidak sama halusnya
yang diencerkan berderet
dengan caia konvensional yang memakai urin
seperti sudah dijelaskan.
Pemakaian carik celup tidak menyingkirkan kemungkinan terjadi
reaksiyangpositifpalsudanyangnegatifpalsuolehzat.zatlainyangka.
dang-kadang ditemukan dalam urin.
Carik celup juga menghendaki urin segar yang diperiksa'
UROBILIN
Dalamurinsegarpraktistidakadaurobilin;zatitubarukemudian
timbul oleh oxidasi u.obilinog.n. Pada pemeriksaan terhadap urobilin
sengaja ditambahkan sedikit jodium sebagai larutan Lugol fiodiu-
I g;
kaliumjodid a2 g; aquadest ad 300 ml) untuk menjalankan oxidasi itu.
YangdipakaiuntukmenyatakanurobilinialahreagensSchlesinger,
yaitu larutan zinkacetat atau zinkchlorida yang jenuh dalam alkohol
bSVo. lrirrk-acetat l0 g; alkohol 100 ml; kocok kuat-kuat dan biarkan
bagian yang tidak larut di dalam botol).
Jika ada bilirubin dalam urin zat itu harus dibuang lebih dulu de-
ngan menambah calciumhidroxida padat kepada urin dan menyaring-
nya; pakailah filtrat untuk percobaan.
Cara Schlesinger
l. Masukkanlah 5 ml ke dalam tabung reaksi dan perhatikanlah apakah
ada fluoresensi.
2. Kalau lda fluoresensi, maka urin itu tidak dapat dipakai untuk test
rerhadap urobilin, karena akan menjadikan hasil test positif
palsu'
Lihatlah selanjutnYa di bawah.
3. Kalau tidak ada fluoresensi, tambahlah 2 - 4 tetes larutan Lugol'
campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih'
4. Bubu'hilah 5 ml reagens Schlesinger, campur dan kemudian saringlah'
5. Periksalah adanya fluoresensi dalam filtrat; diuji dengan cahaya
matahari berpantul dengan latar belakang yang hitam'
6. Adanya fluoresensi hijau menandakan hasil positif yang dapat dinilai
sebagai + atau + +.
Catatan
Bilirubin mengganggu percobaan, maka itu harus dibuang
lebih
kin hal itu disebabkan oleh zat-zat yang mempunyai daya fluoresensi. Di
antara zat-zat itu yang sering didapat ialah riboflavin dari tablet multi-
vitamin atau vitamin B-complex dsb., fluoresensi (dipakai sebagai diag-
nostikum), eosin dan erythrosin (dipakai untuk mewarnakan gula-gula),
mercurochrom dan acriflavin.
Fluoresensi yang disebabkan oleh riboflavin dapat dikenal dengan
percobaan menurut Naumann yang diterangkan di bawah ini. Membe-
dakan fluoresensi oleh zat itu penting, karena riboflavin sering diper-
gunakan sebagai obat.
Berlainan dari test terhadap urobilinogen, pada test ini tidak dapat
dipakai cara semikuantitatif untuk menilai hasilnya, meskipun dari
kerasnya fluoresensi dapat juga diduga konsentrasi urobilin. Maka dari
itu, hasil percobaan ini hanya dinilai dengan negatif ( - ), positir ( + ) dan
positif (+ +) saja. Urin normal akan menghasilkan positif (+); jika
didapat hasil negatif (-) atau positif (+ +), mungkin menunjukkan
keadaan abnormal.
Karena itu juga, test terhadap urobilinogen dapat memberi lebih ba-
nyak keterangan dari test Schlesinger. Jika kedua macam test dilakukan
berdampingan dan dilihat bahwri hasil test Wallace dan Diamond jauh
lebih kuat dari hasil Schlesinger, waspadalah akan kemungkinan salah
satu macam derivat indol yang tadi disebut dan yang membuat reaksi
positif palsu pada test terhadap urobilinogen.
Test terhadap urobilin menurut Schlesinger masih juga ada manfaat
lain, yaitu jika terpaksa memeriksa urin yang tidak segar lagi. Biarpun
urin itu tidak lagi berisi urobilinogen, sehingga test menurut Wallace dan
Diamorid menjadi negatif, tetapi reaksi fluoresensi kuat dengan reagens
Schlesinger memberi petunjuk bahwa semula mungkin ada banyak uro-
bilinogen dalam urin yang diperiksa.
PERCOBAAN NAUMANN
i.
Peicobaan ini dilakukan di samping test Schlesinger jika disangka
bahwa fluoresensi keras yang didapat pada test itu tidak disebabkan oleh
urobilin. Percobaan menurut Naumann ini menggunakan sifat urobilin
(dan beberapa macam derivat indol lain) yang larut dalam chloroform
sedangkan riboflavin hanya dapat larut dalam air.
Cara
l. 5 ml urin, 5 ml chloroform, 5 tetes asam hidrochlorida pekat dan I te-
tes tinctura iodii dicampur dan dikocok dalam tabung sentrifuge dan
URINALISIS 103
kemudian dipusing.
2. Lapisan bawah, yaitu chloroform dipisahkan dari lapisan atas
(Chloroform itu akan mengandung urobilin dan lapisan cairan atas
mengandung ribofl avin).
3. Kepada chloroform itu dibubuhi alkohol 9590 kira-kira separoh dari
voluma chloroform kira-kira 0, I g zink acetat dan I tetes amonium
hidroxida pekat; kocoklah dan saringlah.
4. Filtrat yang diperoleh diperiksa terhadap adanya fluoresensi. Jika
ada fluoresensi, sebabnya ialah urobilin.
Catatan
Pada test Naumann zat-zat riboflavin, fluorescein, eosin dan ery-
throsin yang semuanya menyebabkan fluoresensi akan didapat dalam
lapisan air saja.
Di dalam lapisan chloroform didapat urobilin dan beberapa derivat
indol, yaitu indol dan skatol. Indol dan skatol tidak membuat fluoresen-
si pada test dengan zinkacetat.
PORFOBILINOGEN
natriumacetat jenuh.
4. Bubuhilah sekarang 5 ml chloroform, kocoklah kuat-kuat dan biar-
kan cloroform itu berpisah dari lapisan atas (atau pusinglah tabung).
5. Apabila lapisan atas merah warnanya, reaksi terhadap porfobili-
nogen positif.
Catatan
Larutan natriumacetat jenuh (natriumacetat 150 g; aqua dest 100
ml) dipakai untuk menghentikan reaksi.
.Urobilinogen (dan juga indol dan skatol) akan menjadi merah pada
reaksi ini, tetapi akan tinggal dalam lapisan chloroform. Urobilin,
porfobilin dan porfirin-porfirin tidak bereaksi.
Karena perubahan porfobilinogen menjadi porfobilin mudah ter-
jadi, pentinglah untuk memakai urin segar. Kalau dikehendaki, larutan
merah yang berisi porfobilinogen boleh diperiksa dengan spektroskop:
akan terlihat garis absorpsi pada 625 nm. (Garis absorpsi untuk indol-in.
dol dalam larutan chloroform terdapat pada 570 nm).
Jika diperlukan pemeriksaan terhadap porfirin total bersama
koproporfirin dan uroporfirin dalam urin, pemeriksaan itu dapat dila-
kukan dengan extraksi koproporfirin memakai ethylether, sedangkan
uroporfirin dapat diextraksi memakai ethylacetat. Cara-cara itu tidak
diterangkan lebih lanjut.
INDIKAN
Cara Obermayer
l. Masukkanlah 3 ml urin dan kemudian 3 ml reagens obermayer ke
dalam tabung reaksi dan campur baik-baik.
2. Panasilah berhati-hati tabung itu sampai isinya menjadi panas (ia-
ngan sampai mendidih).
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 105
Catatan
Urin normal mungkin menjadikan lapisan chloroform agak biru
muda. Semakin banyak indikan, semakin tua warna chloroform itu.
Beberapa macam zat mengganggun reaksi ini: jodida dan thymol
menimbulkan warna merah-ungu. Hexamin, formalin dan bilirubin
mengganggu reaksi ini. (Bilirubin dapat ditiadakan dengan memakai cal-
ciumhidroxida padat).
Jumlah indikan dalam urin bertambah banyak pada obstruksi da-
lam usus kecil dan proses lain-lain yang mendatangkan pembusukan pro-
tein; adakalanya zat itu juga bertambah tanpa adanya proses patologis
setelah makan banyak protein.
Cara
I - Masukkanlah I- 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan secara bertetesan larutan encer natriumnitroprussida
dalam'kaliumhidroxida 1090.
3. Jika ida indol abnormal itu, akan terjadi warna lembayung yang ber-
ubah menjadi biru setelah diberikan asam acetat glacial sebayak 2 ml.
Catatan
Test ini walaupun tidak sangat peka, dianggap cukup spesifik untuk
melanuria. Indikasi untuk menjalankan test ini datang dari klinik dan
boleh juga dilakukan jika warna merah yang timbul pada reaksi Wallace
dan Diamond tidak sesuai dengan pendapat lainlain.
106 URTNAL|STS
Cara
l. Masukkan 2,5 ml larutan A dan I tetes larutan B ke dalam tabung re-
aksi; campur.
2. Tambah sekarang 2,5 ml urin; campur.
3. Bubuhilah amonia l09o sebanyak 5 ml atau lebih supaya lingkungan
menjadi lindi.
4. Kocoklah tabung kuat-kuat.
5. Reaksi dianggap positif jika busa yang terjadi jelas merah atau me-
rahjambu.
Catatan
Urin normal berhasil negatif pada test ini. Aceton menyebabkan re-
aksi positif palsu, sedangkan sejumlah natrium-nitrit yang berlebihan
mungkin menjadikan reaksi ini negatif palsu.
Hasil positif sejati mungkin didapat pada tuberculosis paru-paru
yang lanjut, pada typhus abdominalis dan pada morbilli. Pada typhus
abdominalis reaksi ini rnenjadi negatif lewat minggu kedua dari penya-
kit.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 107
Catatan
Test benzidine dan guajac positif untuk hemoglobin dan beberapa
macam derivatnya, yaitu methemoglobin, CO-hemoglobin dan hematin.
Hasilnyb positif juga untuk myoglobin.
Percobaan yang dilakukan dengan benzidine basa sangat peka dan
orang harus waspada akan kemungkinan hasil yang positif palsu. Test
dengan benzidine basa dapat menyatakan adanya hemoglobin sampai
pengenceran 100 000 kali. LeukositJeukosit mungkin menjadi sebab
hasil'ycng positif palsu kecuali jika urin itu dimasak terlebih dulu. Selain
itu siSa-sisa cuprioxida (Benedict), bromida, jodida, asam nitrat dan for-
malin'mengakibatkan hasil serupa. Maka itu segala alat-alat gelas yang
dipakai harus bersih betul dan sebaiknya tiap test benzidine dilakukan in
duplo.
Kemungkinan mendapat hasil positif palsu dengan benzidine dihi-
drochlorida dan dengan guajac lebih kecil daripada dengan benzidine
bas4 karena kurang pekanya; zat-zat itu dianggap dapat menyatakan
adanya hemoglobin sampai pengenceran l0 000 kali. Itu sebabnya juga
maka urin tidak perlu dimasak terlebih dulu jika test terhadap darah
URINALISIS IO9
CALCIUM
cara sulkowitch
l. Masukkanlah 3 mlr ,,-:-
urin L-
ke ,roram mecir
dalam masing-masing 2 tabung rt:aksi.
Tabung reaksi kedua hanya dipakai selaku kontrol'
2. Tambahlah kepada tabung pertama 3 ml reagens Sulkowitch' campur
dan biarkan selama 2-3 menit.
3. Bacalah hasil secara semikuantitatif.
ll0 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Urin normal menghasilkan positif I + Jika hasil test i'Ji negatif,
pendapat itu dipertalikan dengan hypocalcemia yang kurang dari 7,5
mgo/o. Pada hypercalcemia (hyperparathyteoidie) exkresi calcium
bertambah besar dan hasil test ini menjadi 3 + atau 4 +
Pemeriksaan ini mudah dapat dilakukan sebagai "bedside test"
untuk diagnosa dan mengikuti hasil terapi pada penderita dengan ke-
lainan metabolismus calcium.
CHLORIDA
Cara Fantus
l. tqtes urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan memakai
l0
pipet tetesan.
2. Cuci-lah pipet yang dipakai tadi beberapa kali dengan aqua dest.
3. Bubuhilah I tetes larutan kaliumchrom at 20s/o dengan pipet itu j uga.
4. Cucilah lagi pipet itu dengan aqua dest.
5. Tambahlah secara bertetesan memakai pipet itu juga, sambil terus-
menerus mengocok tabung reaksi larutan perak nitrat 2,9t/o sampai
saat'terjadinya warna merah yang menetap.
6. Hitunglah kadar chlorida: jumlah tetes larutan perak nitrat yang
dipakai sama dengan jumlah gram NaCl per liter urin. Jika kadar itu
hendak disebut derigan milliequivalent per liter, maka angka itu diba-
gi 58,5 dan dikalikan I 000.
Catrtan
Cara kasar ini sering sudah cukup teliti untuk dipakai dalarh klinik
jika ingin mengikuti pengeluaran chlorida dari sehari ke sehari.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK lll
PEMERIKSAAN SEDIMENT
Cara
A. Makroskopi
Perhatikanlah dulu dengan mata belaka ada-tidaknya sediment
dalam botol penamnulqqrin. Jika ada, catatlah jumlah dan rupanya.
Jika ingin segera mdigetahui jenis sediment itu, kocoklah botol urin
dan tuanglah sebagian urin itu ke dalam tabung reaksi. Fosfat-fosfat
yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi sejumlah
kecil asam acetat encer. Sediment yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50"C.
Malbin.
Hasil pewarnaan menjadi sbb.: set epitel skuameus (gepeng) men-
jadi agak ungu dengan inti ungu-tua; sel-sel berasal dari ginjal berwarna
antara jingga dan ungu dengan inti ungu-tua. Eritrosit tidak berwarna
atau agak merah jambu muda. Leukosit yang berasal dari saluran ken-
cing distal berwarna merah-muda dengan inti ungu sedangkan yang asal-
nya dari ginjal (glitter cells) lebih besar ukurannya dan menjadi biru-
muda. Silinder hialin dan silinder lilin tidak berwarna atau agak merah
jambu muda; silinder berbutir berwarna merah jambu dengan granula
ungu; silinder eritrosit mendapat warna antara ungu dan merah. Unsur-
unsur la'in yang mudah dikenal berbeda-beda hasil pewarnaannya.
Baiklah ditegaskan bahwa pemberian warna kepada sediment urin
hanyalah cara mempermudah pemeriksaan, tetapi pewarnaan itu tidak
boleh menjadi alasan melakukan pemeriksaan sediment secara ceroboh.
Ketrampilan dan ketelitian jauh lebih bernilai daripada pemakaian zat
warna. Mungkin keuntungan pewarnaan Sternheimer-Malbin yang pa-
ling berarti ialah untuk membedakan glitter cplls dari leukosit-leukosit
yang tidak berasal dari ginjal dan untuk menemukan silinder.
Unsur-unsur sediment
Lazimnya unsur-unsur sediment dibagi atas 2 golongan: yang orga-
nik (organized), yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan dan
yang tak-organik (unorganized) yang tidak berasal dari sesuatu jaringan.
Biasanya unsur organik lebih bermakna daripada yang tak-organik.
A. Unsur-rinsur organik
l. Sel epitel. Sel ini berinti satu; ukurannya lebih besar dari leukosit;
bentuknya berbeda menurut tempat asalnya. Sel epitel gepeng (skua-
meus) lebih banyak dilihat dalam urin wanita daripada dalam urin
pria dan berasal dari vulva atau dari urethra bagian distal. Sel epitel
skuarheus mempunyai bentuk yang berbeda-beda, besarnya sering
dua'sampai tiga kali leukosit sedangkan sitoplasma biasanya tanpa
struktur tertentu. Sel-sel epitel yang berasal dari kandung kencing
sering mempunyai tonjolan dan kadang-kadang diberi nama sel
transisional; untuk dapat membedakan sel epitel gepeng dari sel
transisional tidak selalu mudah dan memerlukan pengalaman dan
kejujuran yang mendalam. Sel-sel yang berasal dari pelvis ginjal dan
dari tubuli ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel epitel skuameus.
Dalam laporan mengenai sediment urin hendaknya diusahakan
membedakan sel epitel gepeng dari yang bulat karena implikasinya
mengenai tempat asal itu.
lt4 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
B. Unsur-unsur tak-organik
l. Bahan amorf. Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat dalam
urin lindi.
2. Kristal-kristal dalam urin normal.
a. dalam urin asam; asam urat, natriumurat dan jarang sekali cal-
ciumsulfat. Kristal asam urat biasanya berwarna kuning.
b. dalam urin asam atau yang netral atau yang agak lindi: calcium-
oxalat dan kadang-kadang asam hipurat.
c. dalam urin lindi atau kadang-kadang dalam yang netral: amo-
nium-magnesium fosfat (tripelfosfat) dan jarang-jarang dical-
ciumfosfat.
d. datam urin lindi: calciumkarbonat, amohiumbiurat dan calcium'
fosfat.
3. Kristal-kristal yang menunjukkag kepada keadaan abnormal: cystine,
leucine, tyrosine, cholesterol, bitirubin dan hematoidin'
4.. Kristal-kristal yang berasal dari sesuatu macam obat seperti ber-
macam-macam sulfonamida.
5. Bahan lemak. Warnakan dengan Sudan III atau periksa dengan mi-
kroskop polarisasi.
Addis count
Meskipun jarang dipakai, pengertian tentang ikhtiar ini untuk
mengetahui jumlah unsur sediment yang bermakna dalam urin 24 jam
bermanfaat dalam menafsirkan hasil pemeriksaan sediment' Addis
count berguna untuk mengikuti jalan penyakit, upaya itu tidak untuk tu-
juan diagnostik.
Salah satu cara untuk melakukan Addis count ialah sbb.:
l. Kumpulkanlah urin malam l2 jam dengan pembatasan minuman
dan ukurlah voluma urin itu.
2. Perhitungkanlah voluma urin seperlima jam dan masukkanlah jum-
lah itu ke dalam tabung centrifuge yang bergaris.
3. Pusinglah selama 5 menit pada 2 000 rpm.
4. Dengan menggunakan pipet berujung halus isaplah cairan atas
sampai voluma dalam tabung menjadi 0,5 ml.
5. Campurlah isi tabung sentrifuge sehingga sediment bercampur de-
ngan cairan atas.
Il6 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Pemeriksaan sediment urin merupakan sebagian penting dalam
pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan sediment dapat memberi data
mengenai saluran kencing mulai dari ginjal sampai kepada ujung urethra
yang tak mungkin diperoleh dengan pemeriksaan lain. Hasil pemerik-
saan itu sering dikurangi maknanya oleh salah tindakan. Beberapa sum-
ber kesalahan yang sering didapat:
l. Urin tidak diserbasamakan lebih dulu sebelum memusingnya, sedi-
ment ketinggalan di dasar botol penampung.
2. Cahaya yang masuk mikroskop terlalu terang, sehingga unsur halus
tidak terlihat.
3. Peneriksaan hanya dilakukan dengan objektif 40 x, tidak juga de-
ngan objektif l0 x.
4. Urin yang diperiksa tidak segar, sebagian unsur sediment menjadi
rusak. Kalau akan memeriksa urin kumpulan harus dipakai peng-
awet.
5. Alat-alat yang dipakai, termasuk juga mikroskop tidak bersih. Kotor-
an'kecil pada kaca objek, kaca penutup atau di atas lensa mikroskop
dikira unsur sediment.
Terhadap tyrosine
Campurlah cukup banyak dari sediment yang disangka mengan-
dung tyrosine dengan 2 ml dari reagens Moerner (fonnalin I ril; aqua
dest 45 ml dan asam sulfat pekat 55 ml).
Panasilah berhati-hati sampai mendidih. Timbulnya warna hijau
menandakan adanya tyrosine.
Terhadap leucine
Sediment yang tersangka mengandung leucine dicampur dengan I
tetes larutan cuprisulfat 1090. Terjadilah warna biru menandakan ada-
nya leucine. Kalau kemudian dipanasi tidak boleh terjadi reduksi cupri-
sulfat itu, warna biru tak boleh berubah menjadi kuning.
Terhadap hemosiderin
l. Sediment sebanyak t/z ml dicampur dengan 5 ml larutan segar kalium-
ferrosianida 1090. Biarkan 5 menit.
2. Tambahlah kemudian 5 ml HCI 0,1 n dan biarkan selama 5 menit
lagi. -,
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
nya biasanya jauh lebih dari 100 000, sering lebih dari I 000 000 per
ml urin.
FAALGINJAL
Urin malam:
jam 19 -'7 :. . . ml; berat jenis
Catatan
Dalam menafsirkan hasil percobaan pemekatan diperhatikan baik
voluma maupun berat jenis. Pada seorang normal biasanya dilihat
bahwa jumla-h urin siang (12 jam) 2 - 4 kali lebih banyak dari
urin
malam itZ jam). Selain itu voluma ketiga porsi urin siang menjadi makin
kecil. Karena itu, maka berat jenis ketiga porsi urin siang itu menjadi
semakin tinggi, ada satu porsi yang mencapai berat
jenis l0l8 atau lebih
tinggi, sedangkan perbedaan antara berat jenis terendah dan yang ter-
tinegi tia"t kurang dari 9' Urin malam 12 iam bukan saja kurang ba-
jenisnya juga lebih tinggi
nyal daripada urin siang 12 jam, tetapi berat
dari yang tertinggi di antara porsi-porsi urin siang dan biasanya men-
capai 1025 atau lebih tinggi.
Mengingat pendapat-pendapat itu pada seorang normal' maka
percobaan pemekatan boleh dihentikan jika salah satu daripada porsi
per-
siang telah mencapai berat jenis 1.025. Itu juga menjadi dasar untuk
ny"tluun bahwa faal ginjal boleh dianggap baik jika dalam urin sewaktu
didapat beratjenis 1025 atau lebih.
Kalau faal ginjal menjadi berkurang, akan dilihat perubahan-per.
ubahan dalam voluma dan berat jenis yang lambat laun menuiu kepada
keadaan extrem yang didapat dalam keadaan terakhir sesuatu penyakit
ginjal.
Keadaan terakhir itu disifatkan oleh menetapnya voluma yang dike-
luarkan dalam satuan waktu: ketiga porsi urin siang sama banyaknya'
jenis-
urin siang dan urin malam sama banyak juga; di samping itu berat
pun akan menetap pada satu nilai sekitar l0l0 (1008 - l0l2)' yaitu berat
jenis ultrafiltrat glomeruli yang dikeluarkan tanpa perubahan berat jenis
karena faal pemekat tubuli hilang sama sekali.
Di antara keadaan normal dan keadaan yang extrem buruk itu dida-
pat keadaan yang disifatkan oleh menyempitnya variasi-variasi voluma
dan berat jenis urin yang dikeluarkan pada percobaan ini'
Percobaan pemekatan dapat dilakukan tanpa memerlukan peralat-
an atau laboratorium yang khusus. Tetapi test itu juga ada kelemahan-
nya: yang pertama ialah karena hasil test ini hanya dapat mengatakan
adanya gangguan faal ginjal, tetapi tidak dapat memastikan dengan cara
kuantitatif-berapa berat gangguan itu. Kelemahan yang kedua ialah
ja-
karena percobaan ini tidak selalu dapat dilakukan pada semua orang:
nganlah dilakukan pada orang-orang tua, apalagi yang telah menderita
FAAL GINJAL t2s
kelainan jantung atau ginjal; jangan dilakukan pada seorang yang sakit
keras; jangan dilakukan pada orang-orang yang telah menyatakan re-
tensi nitrogen. Hasil percobaan ini tidak boleh diandali pada orang yang
pengeluaran urinnya terhambat (misalnya oleh hipertrofi prostat) dan
pada tiap macam keadaan yang disertai gangguan kesetimbangan cairan
dan elektrolit (seperti pada ascites, hydrothorax, edema, dsb.).
PERCOBAAN PENGENCERAN
Cara
Orang yang akan menjalankan percobaan ini diberi instruksi supaya
pada malam sebelumnya hanya minum sedikit sedangkan tengah malam
dan esok paginya ia tidak dibenarkan minum. Urin pagi yang dikeluar-
kan harus dibawa ke laboratorium.
Dalam laboratorium:
l. Voluma dan berat jenis urin pagi itu ditentukan.
2. Jika berat jenis urin itu 1022 atau lebih, percobaan dilakukan sebagai
berikut:
a. Penderita diharuskan mengosongkan kandung kencingnya lagi
dan urin ini dibuang saja.
b. Diberikan kepadanya I 500 ml air yang harus habis diminumnya
dalam waktu 30 menit. Saat penderita mulai minum dicatat.
c. Urin dikumpulkan tersendiri 1,2,3, dan 4 jam terhitung dari saat
mulai minum itu.
d. Tiap porsi itu diukur banyaknya dan ditentukan berat jenisnya.
3. Jika berat jenis urin pagi itu kurang dari 1022, percobaan dilakukan
sebagai berikut:
a. Penderita diharuskan mengosongkan kandung kencingnya, ukur-
lah berat jenisnya urin ini: jika berat jenis sekarang 1022 atau le-
bih, lakukanlah percobaan seperti tadi diterangkan pada (2).
b. Jika berat jenis tetap kurang dari 1022, satu jam kemudian urin
penderita diukur lagi berat jenisnya. Dalam waktu satu jam itu, ia
tidak boleh minum apa-apa.
c. Setelah itu berilah I 500 ml air kepada penderita yang harus habis
diminumnya dalam waktu 30 menit.
d. Urin dikumpulkan tersendiri 1,2,3, dan 4 jam terhitung dari saat
126 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
mulai minum'
e. Tiap porsi diukur volumanya dan berat jenisnya'
Catatan
jenis urin pagi lo22 atau le-
Percobaan hanya bermakna jika berat
jam mempunyai voluma pa-
bih. Dalam keadaan norrnal didapat: porsi I
ling sedikit 400 ml dengan berat jenis l00l - 1003' Tiap jam berikutnya
noiu-" menjadi kecil dan berat
,.rn"kin jenis semakin besar' Porsi ke-
..put memiunyai berat jenis antara l1l? - 1016, sedangkan volu-
-"tv." -"tiadi kira-kira tOO *t' Jumlah keempat
porsi urin itu harus
I 200 ml atau lebih.
berat
Kalau faal ginjal tidak sempurna: tanda pertama-tama ialah
jenis urin pagi tidak dapat mencapai 1022' Kemudian' kalau kerusakan
memberattidakdicapai.pengenceransampaiberatjenis1003.Dalamke-
adaan extrem (tubuli tidak berfungsi lagi) didapat fixasi
voluma dan be-
rat jenis. r _
Percobaan pengenceran lebih memberatkan kepada badan
dan gin-
Berhati-hatilah meng-
jal seorang penderiia, maka itu kurang dipakai.
peicoUaan ini pada siorang yang telah menderita gangguan
gunakan
cairan dan elektrolit.
PERCOBAAN PSP
SeiumlahPSP(phenolsulfonphthalein)disuntikkankepadasese.
o,*g;-pSPyangterikatolehalbuminplasmaitudikeluarkandaribadan
teru;ma oleh exkresi sel-sel tubuli ginjal, sedangkan sebagian kecil da-
yang kecil lagi
tang ke dalam urin dengan filtrasi glomeruli' Sebagian
dalam
diei'kresikan oleh hati t<i datam empedu, sehingga tidak sampai
besarnya renal
,rir.-*"ip"tan exkresi oleh tubuli ginjal ditentukan oleh
.
plasmaflow.
sun-
Sedapat-dapatnya zat itu diberikan dengan suntikan intravena;
tikan intramuskulus boleh dipakai juga, tetapi kurang bagus'
Kecepatan exkresi atau lumlah PSP yang didapat dalam urin
liwat
waktu tertentu merupakan satu ukuran fungsi ginjal'
Cara
sebaik-
Orang yang menjalankan percobaan ini tidak perlu' bahkan
nya jangan mengeluarkan urinnya sebelum percobaan dimulai'
Kira-kira Vz jam sebelum percobaan dimulai, kepadanya diberikan
GETAH LAMBUNG I27
minuman air atau teh sebanyak 400 - 500 ml. Cairan itu harus dihabis-
kannya sebelum ia disuntik.
l. Suntiklah secara intravena I ml : 6 mg PSP; catatlah waktu itu.
2. Tepat l5 menit kemudian penderita diminta supaya berkemih habis-
habisan. Urin ini ditampung dan menjadi urin I (15')'
3. Tepat 60 menit setelah suntikan intravena sekali lagi penderita di-
minta berkemih habis-habisan. Urin ini ditampung tersendiri dan
menjadi urin II (60').
4. Tepat 120 menit setelah suntikan intravena sekali lagi begitu. Urin itu
ialah urin III (120').
5. Ketila porsi urin itu tidak dicampur satu sama lain dan banyaknya
itu ditentukan tersendiri sbb.: Porsi urin se-
PSP dalam tiap porsi
luruhnya dimasukkan ke dalam satu silinder 1000 ml; catatlah
volumanya, kemudian bubuhilah kira-kira 2 ml dari larutan NaOH
l09o kepada urin itu sampai warna merah yang terjadi menjadi
maximal.
6. Tambahlah air biasa sampai voluma seluruhnya menjadi kira-kira
900 ml; berilah beberapa tetes "larutan NaOH lagi untuk melihat
apakah warna merah betul-betul telah maximal, kemudian tambah
air sampai 1000 ml.
7. Aduklah benar-benar; masukkanlah sejumlah dari cairan itu ke da-
lam satu tabung kolorimeter PSP dan bandingkanlah warna dengan
ampul-ampul yang tersedia pada kolorimeter itu. catatlah konsen-
trasf yang terdapat pada ampul yang sama warnanya.
8. Laporkanlah sebagai berikut:
urin I ( l5'): ml;berisi 9o PSP
urin II ( 60'): ml;berisi ..9oPSP
urin III (120'): ml: berisi . . 9o PSP
Catatan
orang yang menjalani test ini janganlah dibolehkan berkemih sebe-
lum percobaan, karena semakin besar isi kandung kencingnya semakin
sedikit sisa urin yang tertinggal dalam kandung kencingnya. Pada per-
cobaan ini bukanlah konsentrasi PSP dalam urin yang menentukan, me-
lainkan jumlah mutlaknya. Jumlah mutlak itu kemudian disebut dengan
E/o;6 mg PSP sama dengan 10090.
Apabila suntikan intravena sukar dilakukan, maka suntikan intra-
muskulus dapat dipakai juga meskipun hasil-hasilnya kurang dapat di-
t28 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Cara
l. Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh
minum air atau teh sebanyak 400
nya sebelum test dimulai.
- 500 ml yang harus dihabiskan-
2. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, saat ia
mulai mengeluarkan kencingnya (misalkan pukul P) ialah permulaan
FAAL GINJAL I29
test yang harus dicatat tepat dengan menyebut menit. Urin itu di-
buang.
3. Kira-kira jam kemudian diambil darah vena dari penderita. Jika
satu
mungkin ia berkemih dan urin itu disimpan.
4. Satu jam kemudian lagi, yaitu pukul P + 120 menit, penderita me-
ngosongkan kandung kencingnya lagi dan urin itupun disimpan
untuk pemeriksaan. Catatlah tepat dengan menit waktu itu.
5. Ukurlah panjang badan dan berat badan penderita.
6. Tentukanlah voluma urin yang dikeluarkan tadi selama dua jam dan
tentukanlah pula kadar ureum urin itu.
7. Kadar ureum darah juga dipastikan.
8. Perhitungkanlah nilai urea clearance atas dasar diuresis per menit,
kadar ureum dalam darah dan kadar ureum dalam urin.
Catatan
Nilai urea clearance disebut dengan mllmenit. Jika diuresis sama
dengan atau melebihi 2 mllmenit, pergunakanlah rumus berikut untuk
menghitung besarnya urea clearance:
U
x fr=....ml/menit
- B
Selain menyebut urea clearance dengan mllmenit, ada juga cara lain
yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan 90. Apabila didapat
diuresis 2 mllmenit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan
dengan 75 mllmenit yang dianggap 10090; bilamana diuresis kurang
dari 2 ml/menit nilai clearance dibandingkan dengan 54 mllmenit yang
dianggap 10090 pula.
Nilai normal berkisar antara 70 - ll00/o
Nilai normal itu sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang
mempunyai luas badan 1,73 m2. Jika luas badan seorang penderita tidak
mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas dasar berat badan
dan panjang badan.
Pentinglah sekali untuk mencatat saat mulainya dan berakhirnya
r30 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
CREATININE CLEARANCE
Seperti juga urea clearance, test ini menilai faal glomeruli. Tetapi
berlainan dari ureum, creatinine tidak mendifusi kembali ke dalam
darah; karena itu nilai normal untuk creatinine clearance lebih besar dari
urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rote.
Cara
Percobaan ini biasanya berlangsung selama 24 jam untuk penderita
yang dirawat dan ielama l2 jam untuk pasien poliklinik.
l. Pasien tidak boleh berkemih selama beberapa jam sebelum permula-
an percobaan.
2. Pada saat permulaan test (untuk penderita dirawat jam 7 pagi dan
untuk penderita poliklinik jam 7 malam) kandung kencing dikosong-
kan benar-benar; urin ini dibuang. Saat mengeluarkan urin ini dicatat
tepat dengan menit.
3. Selama 24 jam (atau l2jam) berikut semua urin yang dikeluarkan di-
kurdpulkan, porsi terakhir ialah yang dikeluarkan jam 7 esok hari-
nya. Catatlah tepat dengan menit saat itu.
4. Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah
pasien untuk penetapan kadar creatinine darah.
5. Panjang dan berat badannya diukur pula.
6. Nilai creatinine clearance ditentukan atas dasar kadar creatinine da-
rah, kadar creatinine urin dan diuresis per menit.
Catatan
Rumus yang dipakai sama seperti untuk menghitung urea clearance,
FAAL GINJAL l3l
yaitu:
U
x V =....m\lmenit.
B
P ERcoBAANf,ffi u N ruK
9?ltH^?#il
selain urea clearance dan creatinine clearance juga ada inulin
clearance yang sering disebut sebagai tolok ukur yang lebih tepat bagi
glomerular filtration rate. Inulin clearance lebih tertuju kepada bidang
riset dan lebih sukar pelaksanaannya'
Cara lain lagi untuk menilai fungsi ginjal menggunakan zat-zatyang
mengandung Cr, Hg atau I radioaktif. Dengan memakai radioisotop ada
kemungkinan untuk membandingkan fungsi ginjal kiri dari ginjal
kanan.
BAB IV
GETAH LAMBUNG
Cara
l. Pasien disuruh duduk, ikatlah serbet pada lehernya dan berilah
kaleng atau penampung lain dalam tangannya. Ia harus tenang, ber-
nafas melalui mulutnya dengan kepalanya agak menunduk dan lidah-
nya sedikit diulurkan.
2. M-asukkanlah ujung sonde ke dalam mulutnya sampai hampir ber-
sentuh dengan dinding belakang pharynx.
3. Sekarang suruhlah pasien menutup mulutnya dan menelan sonde itu
berkali-kali. Apabila garis gigi seri telah bertepatan antara garis
kedua dan ketiga sonde, ujung sonde itu ada di dalam lumen lam-
bung; jarak antara gigi seri dan ujung sonde menjadi sekitar 60 cm.
Setelah ujung sonde mencapai kedalaman yang dikehendaki, ujung
luar sonde direkatkan kepada pipi dengan sepotong plester.
GETAH LAMBUNG 133
Cstatan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadi reflex muntah sering di-
anjurkan supaya sonde didinginkan dalam lemari es sebelum ditelan.
Orang yang gugup sering tidak dapat menelan sonde; ia boleh ditolong
dengan mengabutkan tenggorokannya memakai larutan lidocaine l9o.
Boleh juga dalam hal itu sonde dimasukkan ke dalam oesophagusnya
melalui liang hidungnya.
Serbet yang dikalungkan dan kaleng yang dipegang ialah untuk me'
nampung ludah yang keluar jika pemasukan sonde tidak berhasil segera.
Isi'lambung dapat diisap dengan balon atau semprit yang dipasang
pada ujung luar sonde.
MOTILITAS LAMBUNG
Cara
L Penderita diminta datang ke laboratorium dalam keadaan nuchter.
2. Masukkanlah sonde ke dalam lambungnya dan isaplah seluruh isi
lambung yang nuchter itu. Simpanlah porsi itu tersendiri'
3. Limapuiuh ml alkohol 7o/o dimasukkan ke dalam lambung liwat
sonde yang masih pada tempatnya, atau dilakukan penyuntikan se-
perti diterangkan di atas.
4. Tiap 20 menit setelah itu seluruh isi lambung diisap dan tiap porsi di-
simpin tersendiri. Biasanya percobaan boleh dihentikan lvz - 2 jam
setelah perangsangan.
5. Tiap po.sl yang diperoleh diukur banyaknya, kemudian 5 ml diambil
dari tiap porsi itu yang dimasukkan tersendiri ke dalam gelas kimia
kecil. Kalau perlu bolehlah getah itu disaring melalui sepotong kasa'
6. Tiap porsi, yaitu yang berjumlah 5 ml, dititrasi tersendiri sbb':
a. Bubuhilah 2 tetes indikator Toepfer.
b. Lakukanlah titrasi dengan larutan NaOH 0, I n sampai warna
merah mulai berubah menjadi agak kuning'
c. Bacalah pada buret berapa ml terpakai; jumlah itu menentukan
jumlah "HCl bebas".
d. Bubuhilah sekarang 2 tetes indikator fenolftalein l9o dalam
alkohol.
e. Lakukanlah titrasi lagi dengan larutan NaOH 0, I n sampai ter-
capai warna merah jambu.
f. Bacdiah lagi pada buret berapa ml terpakai; jumlah itu menentu-
kan jumlah "asam total".
Catatan
Jika voluma getah lambung yang didapat sebagai satu porsi hanya
I - 2 ml iaja, titrasi harus dijalankan dengan larutan NaOH 0,01 n'
Anlka pqrhitungan untuk asam total ialah jumlah NaOH yang di-
pakai untuhkedua titrasi bersama-sama. Derajat keasaman, baik yang
disebut HCI bebas maupun asam total disebut dengan satuan yang me-
nunjukkan jumlah ml NaOH 0,1 n yang diperlukan untuk menetralkan
100 ml getal lambung. Jumlah ml NaoH yang terpakai pada kedua
titrasi itu harus dikali 20 jika memakai 5 ml getah lambung atau filtrat-
nya. Derajat keasaman itu sama dengan jumlah milliekuivalent HCI per
liter getah lambung.
Nilai keasaman yang ditemukan pada titrasi memakai indikator
136 GETAH LAMBUNG
PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
l. Voluma
Dalam keadaan normal berbeda-beda dari beberapa ml sampai
75 ml; rata-rata didapat 25 ml. Kalau jumlah itu mendekati atau me-
lebihi 100 ml hal itu pasti abnormal, mungkin oleh hipersekresi, oleh ke-
kurangan motilitas lambung atau oleh obstruksi pylorus. Keadaan yang
serupa ditemukan juga pada sindroma Zollinger-Ellison.
2. Warna
Warna normal getah lambung abu-abu mutiara dan agak keruh
(opalesent).
Kelainan warna yang mungkin didapat:
a. Kehijau-hijauan (biliverdin) atau kuning (bilirubin) oleh terjadi-
nya regurgitasi isi duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini ber-
arti bahwa hasil titrasi keasaman tidak mungkin benar (isi duode-
num reaksinya lindi!), berarti juga bahwa jika ada persangkaan
obstruksi pada pylorus, obstruksi itu tidak mungkin obstruksi
total.
b. Merah muda: darah segar. Mungkin oleh trauma pada waktu me-
masukkan sonde, mungkin oleh perdarahan dalam lambung atau
oesophagus (ulcus, carcinoma, dsb.)
c. Coklat: darah tua; hemoglobin telah berubah menjadi hematin
asam.
d. Bermacam-macam warna oleh obat-obatan.
3. Bau '"
4. Lendir
Dalam keadaan normal hampir tidak ada lendir dalam getah lam-
bung; jumlah kecil tidaklah abnormal. Untuk melihat adanya lendir iru,
tuanglah getah lambung itu perlahan-lahan dari satu gelas kimia ke
dalam yang lain.
Dalam keadaan abnormal jumlah lendir itu bisa bertambah. Mung-
kin asalnya dari mulut atau dari jalan pernapasan; dalam hal itu kelihat-
GETAH LAMBUNG
138
an bahwa lendir itu tidak homogen, nampak garis-garis halus dan gelem-
bung-gelembung hawa, dan lendir itu terapung di atas cairan. Kalau di-
periksa secara mikroskopik terlihat banyak sel epitel dan banyak kuman-
kuman.
Lendir itu mengikat sebagian dari asam bebas, karena itu nilai
titrasi asam bebas akan direndahkan oleh adanyg lendir, sedangkan nilai
untuk banyaknya asam total tidak berubah.
5. Sisa-sisa makanan
Dalam keadaan normal tidak ada sisa-sisa makanan'
Jikalau ada, mungkin karena motilitas lambung berkurang. untuk
menguji itu, berilah kepada penderita semalam sebelum akan diadakan
sondage lambung sejenis makanan yang mudah dapat dikenal kembali,
seperti kismis.
Selain kekurangan motilitas retensi isi lambung rnungkin berarti
adanya obstruksi pada pulorus (cicatrix, tumor, dsb')'
6. Pus
Tidak ada dalam keadaanhormal.
Adanya pus jarang sekali dilihat pada pemeriksaan mikroskopik se-
bagai leukosit. Leukosit itu mungkin berasal dari saluran makanan' te-
yang di-
tapi mungkin juga dari saluran pernapasan' yaitu dari sputum
telan.
7. Potonganjaringan
eendipat ini menunjukkan kepada trauma atau tumor dan meng-
haruskan pemeriksaan lebih jauh.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPI
Cara
l. Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif,
yaitu tanpa
diberi apa-apa kepadanya. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit,
leukosit, sel-sel epitel, sisa'sisa makanan, potongan jaringan, dsb'
2. lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
Setetes
mencari adanya butir-butir lemak.
3. Setetes lain lagi dicampur dengan larutan Lugol dan dipergunakan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r39
Catstan
Dalam getah lambung normal boleh didapat sejumlah kecil sel
epitel, leukosit, eritrosit (oleh trauma sondage) dan beberapa butir
amylum. Sering sukar untuk mengatakan bilamana jumlah unsur itu
menjadi abnormal; sukar juga untuk memastikan apakah unsur-unsur
itu berasal dari lambung atau dari fempat lain seperti bronchi atau paru-
paru.
Untuk pemeriksaan terhadap M. tuberculosis diperlukan juga isi
lambung nuchter. Bahan itu dihomogenkan, kemudian dipusing dan
sedimentnya dipakai untuk bakterioskopi biasa, untuk biakan dan per-
cobaan hewan.
ASAM LAKTAT
Pada test ini terjadi reaksi antara ferrichlorida dan asam laktat me-
nyusun ferrilaktat yang kuning. lndikasi untuk melakukan test ini diberi-
kan oleh.hipochlorhydria yang kurang dari 20 satuan asam bebas.
Care Kblling
l.20 ml aqua dest dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Bubuhilah 3 4 tetes larutan ferrichlorida l09o; campur. Cairan itu
-
harus berwarna kuning yang muda benar.
3. Separoh dari isi tabung itu dituang ke dalam tabung reaksi lain; yang
satu dipakai untuk test sendiri, yang kedua digunakan sebagai kon-
trol.
4. Kepada tabung satu diberikan I ml getah lambung yang terlebih dulu
disaring.
140 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Asam laktat mungkin ada jika jumlah HCI bebas jauh berkurang
atau tidak ada sama sekali (carcinoma, gastritis chronica) dan juga di-
dapat pada obstruksi pylorus dengan hipochlorhydria'
Penilaian hasil
Catatan
Selain benzidine basa, benzidine dihidrochlorida, tetrametil benzidi-
ne, atau guajac dapat dipakai juga seperti sudah diterangkan.
Getah lambung normal memberi reaksi negatif. Adanya darah
samar mungkin disebabkan oleh ulcus ventriculi, carcinoma, papil-
tomata, diatesis hemoragik, muntah-muntah hebat, pembendungan
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t4l
vena, dll.
Sering test yang peka ini telah menjadi positif oleh trauma pada
waktu sondage.
Lihat juga catatan pada "Urinalisis".
PEPSIN
Cara
l. Buatlah substrat dari putih telur:
a. Rebuslah sebutir telur ayam perlahan-lahan; kemudian kupaslah
dan buanglah kuningnya.
b. Putih telur yang beku dipotong-potong menjadi lempeng-lempeng
berukuran: tebal I mm, lebar dan panjangnya 5 mm.
2. 7 * 8 ml getah lambung dicampur dengan sama banyaknya HCI
0,1 n; kemudian campuran itu dibagi sama rata ke dalam 3 tabung re-
aksi, yaitu A, B dan C.
3. Kepada tabung A diberi sedikit pepsin (kontrol positiQ, tabung B di-
panasi hingga mendidih (enzim rusak, kontrol negatif). Tabung C
tidak diapa-apakan (test sebenarnya)
4. Kepada tiap tabung diberikan 2 lempeng putih telur beku dan bebe-
rapa tetes toluena; kemudian dimasgkkan ke dalam lemari pengeram
selama satu malam pada suhu 37oC.
5. Bandingkan besarnya lempeng putih telur dalam ketiga tabung itu.
Catatan
Pendapat berikut adalah normal; lempeng putih telur dalam tabung
A harus hilang dan yang ada dalam tabung B harus utuh, sedangkan
yang ada'dalam tabung C harus hilang juga. Kalau jumlah enzim dalam
getah lambung kecil, maka lempeng putih telur dalam tabu4g C hanya
mengecil saja; hal itu paling mudah dilihat dengan memperhatikan ping-
gir-pinggir lempeng.
Apabila lempeng dalam tabung A tidak hilang dan/atau yang dalam
tabung B jelas mengecil atau menghilang, test ini batal.
BAB V
Cars
l. Penderita harus datang dalam keadaan nuchter.
2. Masqkkanlah sonde karet ke dalam lambungnya seperti telah di-
terangkan pada bab IV.
3. Keluarkanlah semua isi lambung dulu, kemudian masukkanlah air
liwat sonde yang diisap kembali. Lakukanlah tindakan mencuci lam-
bung berkali-kali sampai isi lambung menjadi bersih.
4. Penderita dibaringkan di sisi kanannya, pinggulnya disandar dengan
bantal agar meninggi kira-kira 20 cm, sedangkan ia diminta mem-
b€ngkokkan lutut kanan.
5. Daya berat dan peristaltik akan mendorong ujung sonde ke dalam
duodenum; gerakarl ini dibantu dengan mendorong sonde perlahan-
lahan (2 cm tiap menit) sampai garis keempat pada sonde bertepatan
dengan gigi seri. Jardk gigi seri sampai duodenum kurang lebih
75 cm.
6. Pada ujung luar sonde ditaruh tabung atau penampung lain untuk
menangkap cairan yang akan keluar dengan sendirinya karena sikap
penderita itu. Kalau perlu isi duodenum itu boleh juga dihisap dengan
PENUNTUN LABORATORIUM KLTNIK 143
A. Makroskopi
Dalam keadaan normal didapat kurang dari l0 ml getah duodenum
nuchter; rupanya agak kental, jernih dan warnanya agak kuning atau
tidak berwarna.
Jika didapat getah keruh, sebabnya mungkin proses radang atau ka-
rena getah duodenum itu tercampur getah lambung.
Adanya darah mungkin berarti ulcus atau carcinoma.
B. Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopi harus segera dijalankan yaitu dalam
waktu kurang dari 30 menit; kalau tidak, enzim-enzim pencernaan yang
berasal dari pancreas akan merusak unsur-unsur sediment. Pusinglah
getah duodenum itu dan sedimentnya diperiksa dengan lensa objektif
kecil dan besar pada sediaan natif. Sebagian lain dipakai untuk membuat
sediaan pulasan Gram.
, Dalam sediaan natif dapat diharapkan adanya beberapa sel epitel
dan leukosit; jumlah yang besar menunjukkan kepada adanya radang'
Perhatikan pula parasit-parasit yang mungkin ada: Strohgyloides sterco-
ralis, Giardia lamblia, kista dan bentuk vegetatif Entamoeba histolytica,
telur Necator americanus dan Clonorchis sinensis, etc.
Dalam sediaan Gram diperhatikan jenis-jenis bakteri yang ada'
C. Kimia
Dalam getah duodenum dapat dicari adanya dan banyaknya enzim-
enzim seperti trypsin, lipasa dan amilasa yang berasal dari pancreas.
Insufisiensi pancreas dalam mengeluarkan enzim-enzim dipertalikan
dengan keadaan seperti pancreatitis chronica dan fibrosis pancreas'
l4 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Cara
seperti
I " Masukkanlah sonde sampai ujungnya ada dalam duodenum
diterangkan di atas. Isi duodenum yang nuc.hter ditampung seperti
tadi.
2. Masukkanlah kemudian liwat sonde 3 kali berturut-turut 25 ml larut-
an magnesiums ulfat 25s/o dengan waktu antara l0 menit; maksudirya
ialah untuk melemaskan sphincter Oddi dan untuk merangsang
empedu ke luar.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK t45
3. Oleh sikap penderita empedu itu akan keluar dengan spontan dan
akan berubah berangsur-angsur sifatnya. Tampunglah tersendiri
macam-macam empedu sbb. :
a. Empedu A: yang keluar lebih dulu, ia berwarna kuning-emas,
jumlah berbeda-beda dari 5
- 30 ml. Empedu ini berasal dari
ductus choledochus.
b. Empedu B: kuning kehijau-hijauan dan kental, asalnya dari kan-
tong empedu; banyaknya 30 - 60 ml.
c. Empedu C: berasal dari saluran empedu dalam hati, berwa,"na ku-
4.
ning muda, banyaknya berbeda-beda dari 30
-200 ml.
Simpanlah porsi-porsi itu tersendiri untuk pemeriksaan.
PEMERIKSAAN EMPEDU
A. Makroskopi
Perhatikan warna cairan yang "diperoleh secara bertahap tadi dan
bandingkanlah warna itu dengan warna normal empedu A, B dan C'
Observasi ini perlu untuk mengadakan identifikasi tepat bahan mana
empedu A, B dan C. Lagi pula observasi itu dapat menentukan apakah
salah satu macam empedu tidak ada. Jika tidak didapat empedu B, arti-
nya mungkin kantong empedu tidak dapat menimbun atau memekat
empedu.
Catatan
Dalam praktek tidak mudah untuk mendapat empedu A, B dan C
secara berpisah-pisah. Kenyataan ini mengurangi makna kesimpulan
yang dapat diambil dari upaya mengadakan fraksionasi empedu untuk
pemeriks{an.
B. Mikroskopi
Sediment yang diperoleh dengan pemusingan dari tiap macam empedu
diperiksb dengan sediaan natif dan dengan sediaan pulasan Gram.
Dalam keadaan normal hanya beberapa sel epitel akan dilihat.
Kalau jumlah itu sangat bertambah, itulah saran ke arah radang. Ada-
nya tristal cholesterol mOnunjukkan kepada batu empedu; begitu pula
kalau didapat kristal-kristal bilirubin.
146 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
C. Bakteriologi
Empedu yang didapat baik untuk membiak salmonella' terutama
kalau penderita disangka seorang carrier.
BAB VI
PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
pungsi'
l. Jumlah. ukurlah dan catatlah voluma yang didapat dengan
Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang
luasnya kelainan.
PEMERIKSAAN KIMIA
Cara
l. Ke dalam silinder 100 ml dimasukkan 100 ml aqua dest.
2. Tambahlah I tetes asam acetat glacial dan campurlah.
3. Jatuhkanlah I tetes ciaran yang diperiksa ke dalam campuran ini, di-
lepaskan kira-kira I cm dari atas permukaan.
4. Perhatikanlah tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang
mengindung asam acetat. Ada tiga kemungkinan:
a. Tetes itu bercampur dengan larutan asam acetat tanpa menimbul-
kan kekeruhan sama sekali; hasil test adalah negatif.
b. Tetes itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut
halus; hasil test positif lemah.
c. Tetes itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau
dalam keadaan extrem satri presipitat yang putih; hasil test positif.
Catatan
Cara ini berdasarkan seromucin yang terdapat dalam exudat, tetapi
150 PENUNTUN LABORATORI UM KLINIK
Kadar protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat mem-
bantu klinik dalam membedakan transudat dari exudat. Kadar protein
dalam transudat biasanya kurang dati 2,5 g/dl sedangkan exudat berisi
lebih dari 4 g/dl cairan.
Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.
Cara
l. Tetapkan lebih dulu berat jenis cairan itu.
2. Kalau berat jenis l0l0 atau ku'rang, adakanlah pengenceran 5-10 l kali;
kalau berat jenis lebih dari l0l0 buatlah pengenceran 20 kali'
3. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah di-
encerkan itu; dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah peng-
enceran yang tadi dibuat.
Catatan
cdra Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Peng-
enceran yang diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam Cairan
yang diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang memberi
hasil yang seb'aik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai
proteiri dengan memakai rumus:
(berat jenis - 1,007) x 343 = g protein/IO0 ml cairan. Maka atas
perhitungan itu
b.d. 1,010 sesuai I g protein per 100 ml
deng4n
b.d. 1,015 dengan2,5 g protein per 100 ml
sesuai
b.d. 1,020 dengan 4,5 g protein per 100 ml
sesuai
b.d. 1,025 dengan 6 g protein per 100 ml
sesuai
Dalam rumus dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan
1,000.
TRANSUDATDAN EXUDAT l5l
Zat lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur
dengan chylus. Dalam exudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan
oleh'karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya; keadaan itu sering
dipertalikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa susu; dalam hal itu
perlu mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau
oleh zat lain.
Cara
l. Beri,lah larutan NaOH 0,1 n kepada cairan,sehingga menjadi lindi-
2. Lakukanlah extraksi dengan ether. Jika cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin
dalam keadaan emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test
sbb.:
a. Encerkanlah cairan itu 5 x dengan etilalkohol 9590.
b. Panasilah berhati-hati dalar4 bejana air; kalau cairan menjadi
jernih, putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan dengan:
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan
masih panas
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai
voluma menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan
biarkan menjadi dingin lagi.
e. Kaldu menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti; kekeruhan itu
bertarnbah kalau diberi sedikit air.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPI
tvtenghitung jumlah sel dalam cairan exudat atau transudat tidak se-
lalu mendatangkan manfaat.
Jikalau sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan
setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na
citrat200/o; untuk tiap I ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrat itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti
lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb.) saja; menghitung jumlah eritro-
sit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.
F
Cara
sifat
i. Gaiuun apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung
cairan itu: 'diperkirakan
a. Jika cairan jernih, sehingga tidak mengandung
banyak sel, pusinglah l0 - l5 ml bahan; cairan atas dibuang dan
, tseditent Ai"a*p* dengan beberapa tetes serum penderita sendiri'
",Buatlah sediaan apus dari campuran itu'
b. Kalau cairan keruh sekali atau purulent' buatlah sediaan apus
da]am cairan'.
langsung memakai bahan itu' Jika terdapat bekuan
bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis'
2. Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright'
3. Lakukanlah hitung jenii atas 100 - 300 sel; hitung jenis itu hanya
mehbedakan "lim?osit" dari "segment" seperti telah diterangkan.
Catatan
jenis radang;
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang
t54 BAB VII
CAIRAN SENDI
MAKROSKOPI
l. Voluma
Perhatikan voluma cairan sendi yang dapat diaspirasikan. Dalam
keadaan normal susah sekali menyedot cairan itu dan biasapya voluma
normal tidak melebihi 2 ml. voluma yang melebihi 2 ml menandakan
adanya kelainan; makin besar voluma itu, makin luas juga kelainan yang
ada.
2. Warna
Cairan sendi normal tidak berwarna atau mempunyai warna keku-
ning-kuningan yang sangat muda. Perhatikan adanya warna kemerah-
merahan oleh darah. Jika adanya darah disebabkan oleh trauma pungsi,
maka banyaknya darah dalam ketiga tabung penampung tidak sama dan
darah.itu menyusun bekuan. Darah yang dari semula ada oleh perdarah-
an intraartikuler terbagi sama rata.dalam tabung-tabung, ia tidak mem-
beku dan setelah dipusing cairan atas biasa berwarna kuning.
3. Kejernihan
Dalam keadaan normal cairan.sendi jernih' Proses patologis seperti
radang dapat mengubah ciri'ciri itu menjadi agak keruh sampai keruh
sekali. Selain oleh peradangan kekeruhan mungkin juga disebabkan pro-
ses-proses lain, yakni oleh adanya beberapa macam kristal atau oleh sel-
sel synovia yang terlepas.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 155
4. Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu; beberapa keadaan
patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan itu seolah-olah
menjadi lebih encer. Untuk menguji viskositas isaplph cairan sendi ke
dalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu mengalir ke luar dari
semprit (tanpa jarum) dan perhatikan panjangnya benang lendir yang
dapat dibentuk sampai saat cairan jatuh. Dalam keadaan normal pan-
jangnya paling sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu, makin abnormal;
kadang-kadang viskositas itu rendah sekali sehingga menetesnya seperti
air saja.
5. Adanya bekuan
Perhatikan dalam tabung penampung cairan sendi yang tidak diberi
antikoagulans apakah terbentuk bekuan setelah tabung itu ditenangkan
beberapa lama. Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi
fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan menyusupnya fibri-
nogen ke dalam cairan sendi. Kalau ada bekuan laporkanlah besarnya
bekuan itu; semakin besar bekuan,Jemakin berat proses inflamasi.
MIKROSKOPI
3. Kristal-kristal
Untukmemeriksaadanyakristaldalamcairansendiperlir.memakai
cairantanpadibubuhiantikoagulansapapundancairansendiitutidak
ditaruh di
boleh menyusun bekuan. satu sampai 2 tetes dari cairan sendi
atas kaca objek dan segera ditutup dengan kaca
penutup'
Periksalah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan
mikros-
kopbiasaataulebihbaik-denganmikroskoppolarisasiterhadapadanya
kristal-kristal urat yang blntuknya panjang serupa
jarum dan dapat di-
temukanbebasdalamcairanataudidalamleukosit.Mikroskoppola-
ganda
risasi menggambarkan kristal urat mempunyai sifat berkias
(double refroctile)' Adany4 kristal urat sesuai dengan diagnosis arthritis
urica.
Kristal-kristallainyangdapatditemukanialahkristalpirofosfat
pada
(pyrophosphate) pada chondrocalcinosis dan kristal cholesterol
arthritis rheumatoid.
KIMIA
enzym-
Pemeriksaan kimia terhadap glukosa, protein-protein -dY
enzym tidak penting dalam laboratorium klinik
yang tidak berkecim-
pung dalam riset. Hanya satu test dikemukakan di sini' yakni test beku-
an mucin yang menguji kualitas mucin'
BAKTERIOLOGI
Tabung penampung cairan sendi yang berisi heparin dipusing, sedi-
ment yang diperoleh dipakai untuk biakan-biakan dengan menggunaKan
media yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan seperti untuk Neisseria,
Mycobacterium, kurnan-kuman aerob dan anaerob.
BAB VIII
CAIRAN OTAK
dengan
Dalam susunannya' cairan otak tidak boleh dipandang sama
plasma darah; di
cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja daii
sampinl fiitrasi, faktor sekresi oleh plexus chorioideus turut berpenga-
Akan tetapi, se-
ruh. Kaiena itu cairan otak bukanlah transudat belaka.
perti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh kon-
ientrasi beberapa macam zat dalam plasma darah'
diagnostik
Pengambiian cairan otak itu dilakukan dengan maksud
hasil pemeriksa-
atau"untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam
petunjuk ke arah sesuatu penyakit susunan saraf
an dapat memberi
pula se-
pusat, baik yung -"ndudak maupun yang menahun dan berguna
telah terjadi trauma.
pungsi ke dalam
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan
dilakukan
cavum subarachnoidale bagian lumbal. Selain di situ dapat
jug" pungri suboccipital ke dalam cisterna magna atau pungsi ventrikel'
sesuai dengan indikasi klinik.
de-
Jumlah cairan yang diambii dengan pungsi harus disesuaikan
cairan itu;
ngan jenis-jenis pemerifsaan yang akan dilakukan dengan
uitut melakukan bermacam-macam pemeriksaan jarang diperlukan makro-
lebih dari 15 ml. Cairan otak dapat diperiksa dengan cara-cara
Cara menampung
skopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi dan serologi '
jenis pemeriksaan yang
bahan ini hendaknya disesuaikan pula dengan
akan dilakukan dan dengan persangkaan macam penyakit'
PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
l. Warna
Cairal otak normal sama rupanya seperti aqua dest. Jika ada warna
laporkanlah hal itu; kemungkinan-\emungkinan ialah:
a. Merah oleh adanya darah. Dalam hal ini penting untuk membedakan
apakah darah itu disebabkan oleh trauma pungsi atau olbh perdarah-
an subarachnoidal. Jika darah itu berasal dari pungsi, maka dalam
tabung pertama terdapat yang terbanyak, tabung kedua dan ketiga
makin kurang jumlahnya. Lagi pula jika dibiarkan atau dipusing,
cairan atas menjadi jernih. Darah itu sering menyusun bekuan. Pada
fihak lain jika darah itu ada karena perdarahan subarachnoidal,
maka darah dalam ketiga tabung sama jumlahnya, tidak akan mem-
beku dan cairan atas berwarna kuning.
Cairan otak yang nampaknya tanpa warna atau kekeruhan tidak
mengesampingkan kemungkinan perdarahan subarachnoidal; se-
banya! 400 eritrosit atau kurang per ul cairan otak tidak kelihatan
jika dipandang dengan mata belaka.
b. Cok-lat. Warna itu menunjukkan kepada perdarahan yang tua dan di-
sebabkan oleh eritrosit yang mengalami hemolisis; cairan atas ber-
warna kuning setelah dipusing.
c. Kuning (xanthokhromi). Disebabkan oleh perdarahan tua, mungkin
juga oleh icterus berat atau oleh kadar protein yang tinggi.
d. Keabu-abuan; disebabkan oleh leukosit dalam jumlah besar seperti
didapat pada radang purulent.
2. Kekeruhan
Untuk menguji kekeruhan, perlulah juga untuk membandingkan
160 PENUNTUN LABORATORIUN{ KLINIK
tabung berisi cairan otak dengan tabung serupa berisi aqua destillata.
Pada keadaan normal getah otak sejernih aqua dest juga. Umumnya ke-
keruhan dapat disebabkan oleh darah, oleh. sel-sel peradangan (epitel
dan leukosit) dan oleh kuman-kuman.
jumlah sel (pleiositosis) tidak
" Baiklah diingat bahwa bertambahnya
perlu disertai adanya kekeruhan! Keadaan semacam itu dijumpai pada
encephalitis, meningitis tuberculosa, meningitis syphilitica, tabes dor-
salis dan pada poliomyelitis. Pada umumnya sebanyak 200 sel/ul atau
kurang tidak menyebabkan kekeruhan yang dapat dilihat, 200 - 500
sel/ul membuar cairan otak sedikit keruh dan lebih dari 500 sel/ul me-
nimbulkan kekeruhan. Kekeruhan yang jeias menunjukkan kepada me-
ningitis purulenta oleh sesuatu sebab.
Laporkanlah pendapat sebagai: jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh.
3. Sediment
Cairan otak normal, biarpup dipusing, tidak mempunyai sediment
sedikitpun juga. Adanya sedirnent selalu berarti satu hal yang abnormal;
jumlah sediment sejajar dengan kekeruhan cairan otak'
4. Bekuan
Cairan otak normal, berapa lama juga ditenangkan, tidak akan me-
nyusun:bekuan; sebabnya ialah karena cairan otak normal tidak berisi
fibrinogen.
flfi terjadi bekuan, laporkanlah rupa bekuan itu: apakah halus se-
kali, menyusun keping-keping, menyusun serat-serat' berupa selaput'
atau ada bekuan yang kasar dan besar. Bekuan akan terjadi dalam cair-
juga
an otak jika terdapat fibrinogen di dalamnya; keadaan itu biasanya
disertai bertambahnya protein yaitu albumin dan globulin'
P.'iida meningitis tuberculosa dapat dilihat terbentuknya bekuan
yang sangat halui dan sangat rengga-ng yang mulai dibentuk pada per-
nrukuun cairan dan "tumbuh" sampai ke pertengahan cairan itu. untuk
jam
pembentukannya mungkin diperlukan waktu yang lama, yaitu l2
atau lebih. Pada fihak lain: tidak adanya bekuan yang halus dan reng-
gang itu tidak berarti bahwa kemungkinan meningitis tuberculosa boleh
Iitesampingkan! Bekuan yang merupakan selaput tipis di atas permuka-
an juga mungkin didapat pada peradangan yang menahun'
Adanya bekuan yang besar atau kasar mengarahkan kepada meni-
ngitis purulenta. Bekuan en masse' yaitu cairan otak yang membeku
se-
PEMERIKSAAN MIKROSKOPI
Cara
l. Kocokiah dulu cairan otak yang akan diperiksa'
2. Isaplaii lebih dulu larutan Turk pekat sampai garis bertanda 1 dalam
pipet leukosit.
3. Kemudian isaplah cairan otak sampai garis I l '
-
4. Kocoklah pipet benar-benar, buanglah 3 tetes dari pipet dan kemu-
dian isilah kamar hitung Fuchs-Rosenthal dan biarkan kamar hitung
itu mendatar selama 5 menit.
5.'Hitunglah semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi
dengan memakai lensa objektif l0 x.
6. Jumlah sel per ul cairan otak menjadi
r62 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
n l0 50n
_x 5x = kira-kira n,/3
t6 9 t44
n- semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang terbagi.
Catatan
Cara yang diterangkan tadi ialah untuk cairan otak jernih yang jum-
lah selnya kecil. Kalau menghadapi cairan otak keruh, yaitu yang ba-
nyak selnya, pilihlah pengenceran yang sesuai dengan kekeruhan itu,
umpamanya pengenceran yang dipakai untuk menghitung jumlah leuko-
sit dalam darah.
Apabila tidak ada kamar hitung dengan garis-bagi menurut Fuchs-
Rosenthal, kamar hitung improved Neubauer juga boleh dipergunakan.
Dalam hal itu hitunglah semua sel dalam 0,9 mm3 (yaitu seluruh bidang
yang dibagi) dan ingatlah bahwa pengenceran seperti diterangkan tadi
ialah l0/9 kali. Kamar hitung Fuchs-Rosenthal lebih teliti karena lebih
luas dan lebih tinggi daripada improved Neubauer.
Dalam keadaan normal didapat 0 - 5 sel per ul cairan otak. Kalau
terlihat beberapa eritrosit, eritrosit itu tidak ikut dihitung. Sejumlah 6 -
l0 sel/ul berbatas kepada keadaan abnormal, sedangkan lebih dari l0
berarti abnormal. Pada anak-anak di bawah umur 5 tahun sampai 20
sel/ul masih boleh dipandang normal.
Jika ada lesi setempat yang bersifat menahun dan degeneratif, yang
tidak disertai reaksi radang atau radang yang sangat ringan, jumlah sel
tidak meningkat atau hanya meningkat sangat sedikit saja. Keadaan itu
didapdt umpamanya pada meningismus, tumor otak tanpa komplikasi
dan slcerosis multiplex.
Poliomyelitis, encephalitis dan neurosyphilis disertai pleiositosis
ringan sampai 200 sel/ul; begitu juga meningitis tuberculosa. Jumlah sel
VanS.fesa sekali didapat pada meningitis acuta purulenta.
Cara
l. Cairan yang jernih atau yang hanya agak keruh saja, harus dipusing
terlebih dulu dengan kecepatan sedang, umpamanya 1500- 2000
rpm selama l0 menit.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 163
Catatan
Jika cairan keruh, pemusingan tidak perlu dijalankan atau dijalan-
kan singkat sekali.
Jik'a jumlah sel tidak terlalu banyak, yaitu kurang dari 50 per ul,
sering sudah cukup untuk membuat hitung jenis dari kamar hitung saja,
dengan juga hanya membedakan limfosit dari segment. Pada jumlah
yang lebih besar, usaha secara itu janganlah dijalankan.
Dalam keadaan normal hanya dilihat limfosit saja. Pada infeksi
ringan yang menahun dan yang disertai pleiositosis sedang, begitu juga
pada meniirgitis tuberculosa dan meningitis syphilitica, sel-sel yang ter-
dapat terutama limfosit. Pada fiha* lain, peradangan mendadak oleh
causa manapun juga, sel-sel adalah segment. Hal yang terakhir ini lebih-
lebih berlaku pada infeksi dengan cocci pyogen seperti meningococci dan
pneumococci. Jumlah segment besar juga pada infeksi pyogen setempat
seperti abces cerebral atau yang extradural.
Jika jumlah segment sedang meningkat, itu tanda proses sedang
mengheb4t; sebaliknya bertambahnya limfosit berarti proses mereda.
Pulasin hendaknya dikerjakan selekas mungkin dengan bahan yang
segar. Sediaan yang dibuat dari cairan otak yang telah disimpan bebe-
rapa lama sering sukar dipulas.
C. Bakterioskopi
Di antara kuman yang paling sering didapat dalam getah otak ialah:
M. tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H. in-
fluenza-e.
Dengan mengadakan pemeriksaan bakterioskopi, sering sudah da-
pat diperoleh petunjuk ke arah etiologi radang; sebaiknya di samping itu
diusahakan biakan dan percobaan hewan pula. Yang diperlukan untuk
bakterioskopi ialah pulasan menurut Gram dan menurut Ziehl-Neelsen
atau Kinyoun; pulasan itu dikerjakan dengan memakai sediment sebagai
bahan pemeriksaan.
Pulasan terhadap batang tahan asam baik sekali dilakukan dengan
bekuan halus atau dengan selaput permukaan. Tidak terdapatnya batang
164 PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINTK
BAKTERIOLOGI
PEMERIKSAAN KIMIA
PROTEIN
A. Test busa
Fircobaan ini merupakan test kasar terhad-ap kadar protein yang
sangat meningkat. Kalau cairan otak normal dikocok kuat-kuat, maka
busa yang terjadi hanya sedikit saja dan menghilang lagi setelah di-
tenangkan I - 2 menit. Kalau kadar protein sangat meninggi, lebih
banyak busa terbentuk dan busa itu juga belum lenyap lewat 5 menit.
Test ini hanya memberi kesan saja tentang kadar protein dalam
cairan otak.
B. Test PandY
Reagens Pandy, yaitu larutan jenuh fenol dalam air
(phenolum
dalam lemari
liquefactum l0 ml: aqua dest 90 ml; simpan beberapa hari
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r65
Cara
l. Sediakanlah I ml reagens Pandy dalam tabung serologi yang kecil
bergaris tengah 7 mm.
2. ,Tambahkan I tetes cairan otak tanpa sediment.
3. Segeralah baca hasil test itu dengan melihat kepada derajat kekeruh-
an yang terjadi.
Catatan
'Test Pandy ini mudah dapat dilakukan pada waktu melakukan
pungsi dan memang sering dijalankan demikian sebagai bedside test.
Itulah sebabnya maka test Pandy masih juga dipertahankan dalam pe-
nuntun ini, meskipun pada waktu ini dikenal test-test terhadap protein
yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruh-
an yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein,
semakin keruh hasil reaksi ini yang selalu harus segera dinilai setelah
pencampuran liquor dengan reagens.
Tak ada kekeruhan atau kekeruhan yang sangat halus berupa kabut
menandakan hasil reaksi yang negatif. Kekeruhan yang lebih berat ber-
arti test Pandy itu menjadi positif.
C. Test Nonne
Percobaan ini yang juga dikenal seperti test Nonne-Apelt atau test
Ross-Jones, menggunakan larutan jenuh amoniumsulfat sebagai reagens
(amoniumsulfat 80 g: aqua dest 100 ml; saring sebelum memakainya).
Test seperti dilakukan di bawah ini terutama menguji kadar globulin
dalam cairan otak.
Cara,',
l. Taruhlah Vz - | ml reagens Nonne dalam tabung kecil yang bergaris
tengah kira-kira 7 mm.
2. Dengan berhati-hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke dalam
tabung itu, sehingga kedua macam cairan tinggi terpisah menyusun
dua lapisan.
.3
3. Tenangkanlah selama menit, kemudian selidikilah perbatasan
kedua cairan itu.
t66 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Catatan
Seperti juga test Pandy, test Nonne ini sering dilakukan seperti bed'
side test pada waktu mengambil cairan otak dengan pungsi. Sebenarnya
test Nonne ini sudah usang, dalam laboratorium klinik modern ia sudah
kehilangan tempatnya.
Dalam keadaan normal hasil test ini negatif, artinya: tidak terjadi
kekeruhan pada perbatasan. Semakin tinggi kadar globulin semakin
tebal cincin keruh yang terjadi. Laporkan hasil test ini sebagai negatif
atau positif saja.
Test Nonne memakai lebih banyak bahan dari test Pandy, tetapi
lebih bermakna dari test Pandy karena dalam keadaan normal test ini
beihasil negatif: sama sekali tidak ada kekeruhan pada batas cairan.
Catatan
Cara-cara kuantitatif itu mudah dijalankan dan jauh lebih ber-
makna daripada hanya melakukan test Pandy atau Nonne saja. Kalau
cairan,otak bercampur darah hasil penetapan inipun akan menjadi tanpa
arti.
Batas-batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat meng-
ambil cairan otak; semakin kranial, semakin kurang kadar protein.
Kadar protein dalam cairan otak dalam ventriculi: 5 - 15 mg/dl; dalam
cisterna magna l0 - 25 mg/dl dan dari bagian lumbal 15 - 40 mg/dl.
Dalam keadaan normal terutama albumin yang ada dalam cairan
otak, pada keadaan patologik globulin-globulin juga akan muncul be-
serta fibrinogen. Laboratorium klinik modern selayaknya dapat me-
misah-misahkan fraksi-fraksi itu dengan elektroforesis dan dengan
imunoelektroforesis. Untuk melakukan elektroforesis yang biasanya me-
makai cellulose acetat sebagai media pendukung, perlu terlebih dulu me-
lakukan pemekatan dari protein-protein dengan cara dialisis. Dalam
cairan otak normal didapat fraksi-fraksi protein sbb.: prealbumin 4,6 +
1,390; albumin 49,5 + 6,50/o; alfa-l-globulin 6,7 x. 2,lv/oi alfa-2-glo-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 161
GLUKOSA
Catatan
Normal 50 mg/dl glukosa atau kira-kira setengah dari kadar
-80
dalam plasma. Kadar glukosa dalam liquor sangat dipengaruhi oleh
kadar glukosa dalam plasma, maka itu sebaiknya selalu melakukan pe-
netapan kadar glukosa darah di samping kadar dalam liquor untuk
dapat menafsirkan hasil penetapan. Pada hipoglikemia kadar glukosa
merendah dan pada hiperglikemia meningkat.
Indikasi terutama untuk penetapan glukosa dalam cairan otak ialah
persangkaan meningitis. Pada meningitis bakterial kadarnya menurun.
Kadar yang normal yang mendampingi pleiositosis mengarahkan kepada
peradangan nonbakterial. Juga pada meningitis purulenta kadar glukosa
turun, mu,ngkin hingga menjadi nol. Kadar glukosa biasanya tidak ber-
ubah pada encephalitis, tumor otak dan neurosyphilis.
Pemakaian carik celup seperti diterangkan pada bab urinalisis
untuk penetapan kadar glukosa dalam cairan otak tidak dianjurkan' '
CHLORIDA
Seperti juga kadar glukosa, kadar chlorida dalam cairan otak turut
naik turun dengan kadar chlorida dalam plaqma darah, maka dari itu pe-
netapan kadar chlorida serum di samping chlorida liquor membawa
168 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
manfaatnya.
Dalam keadaan normal terdapat 120 mg chlorida per dl (di'
sebut sebagai Nacl) dalam cairan otak. -750
Bandingkanlah nilai normal
sebagai NaCl'
dalam plasma darah: 550
- 62Omg/dl
Penetapan kadar chlorida berguna pada diagnosis meningitis: pada
meningitis acuta kadar itu akan merendah hingga kurang dari 680
mgldl. Pada meningitis tuberculosa didapat penyusutan yang sangat
besar, biasanya sampai kurang dari 600 mg/dl.
Peradangan setempat, peradangan non-bakterial, tumor otak,
encephalitis, poliomyelitis dan neurosyphilis tidak disertai perubahan
dalam kadar chlorida'
Pendapat: cairan otak jernih dengan tekanan meninggi, pleiositosis,
kadar protein meninggi, kadar glukosa dan chlorida kedua-duanya me-
rendah mengarahkan persangkaan kepada meningitis tuberculosa.
. TEST.TEST KIMIAPADAMENINGITIS
TUBERCULOSA
Catatan
cairan otak normal menghasilkan endapan dalam kedua tabung
yang tingginya kurang dari 2 mm; kalau kadar protein meninggi, endap-
an itu lebih banYak juga.
Pada meningitis tuberculosa tinggi endapan dalam tabung mer-
kurichlorida lebih tinggi dari 2 mm, dibandingkan dengan tabung asam
sulfosalisilat tingginya lebih dari dua kali. Pada meningitis purulenta
endapan dalam tabung asam sulfosalisilat lebih tinggi daripada
yang di
dalam tabung merkurichlorida.
Dikatakan bahwa test ini sangat berguna pada diagnosis meningitis
tuberculosa, korelasi positif didapat dalam lebih dari 9090 semua kasus.
B. Test triptofan
Cara
l. -3 ml cairan otak
Masukkanlah 2 ke dalam tabung reaksi'
2. Tambahlah 15 ml asam hidrochlorida pekat dan kemudian 2 3
-
tetes larutan formaldehida 290.
3. Kocok dan biarkan selama 5 menif.
4. Tambahlah berhati-hati beberapa ml dari larutan natriumnitrit
0,06% dalam air, sedemikian hingga larutan ini menyusun lapisan
atas.
5. Perhatikanlah terjadinya cincin violet pada perbatasan kedua cairan
itu; warna itu akan timbul dalam beberapa menit dan akan nampak
selama l5 menit atau lebih lama.
Catatan
Pada meningitis tuberculosa cincin ungu itu akan kelihatan dalam
9590 semua kasus. Encephalitis, poliomyelitis, tumor otak dan meni-
ngitis syp$litica tidak memberikan reaksi ini.
- Haiit.,test ini sebagai pembantu diagnosis meningitis tuberculosa
hanya boleh diandali kalau cairan otak itu jernih. Kalau cairan otak ber-
juga
campur darah, bersifat purulent atau xanthochrom, hasil test ini
menjadi positif, yaitu positif palsu.
TESf.TESTKOLOID
otak itu abnormal, keadaan koloid akan berubah dan akan terlihat per-
ubahan warna atau presipitasi dalam koloid itu. Perubahan yang terjadi
dalam larutan koloid itu tidak terjadi secara uniform dengan semua
pengenceran, melainkan akan memperlihatkan perubahan maximal pada
pengenceran rendah, yang pertengahan atau yang tinggi (first zone' mid-
zone atau end zone)
Dasar reaksi ini bertalian dengan kadar protein dan dengan per-
ubahan kuantitatif .dan kualitatif pada fraksi-fraksi protein.
Suspensi koloid yang pertama-tama dipakai ialah suspensi emas
(cara menurut Lange), di samping itu digunakan pula suspensi zat-zat
lain seperti mastix, benzoe, dll.
Derajat perubahan dalam suspensi koloid biasanya dinilai dengan
angka dari 0 (tanpa perubahan) sampai 5 (perubahan total). Dalam pada
ini tiap tabung diberi penilaian sendiri-sendiri dengan angka; jumlah
tabung yang dipakai aOitatr l0 buah. Cairan otak normal sebagai contoh
menghasilkan 0001 100000.
Perubahan first zone umpamanya 5555542100 didapat pada de-
mentia paralytica dan pada scl,eiosis multiplex (paretic curve)- Perubah-
an dalam pengenceran pertengahan, midzone, juga disebut luetic atau ta-
betic curve, umpamanya 0123100000 dilihat pada bermacam kelainan
susunan saraf pusat. Pada akhirnya dikenal juga meningitic curve,
0000012321, yaitu perubahan-perubahan dalam end zone.
Catatan
Sbperti juga beberapa test Iain, test-test koloid mulai tersingkir oleh
pemeriksaan yang menggunakan elektroforesis dan imunoelektroforesis.
Pertimbangan praktis menyebabkan test koloid masih diterangkan da-
lam penuntun ini.
BAB IX
MANI
Yang diartikan mani ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa
cairan keryal dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-
kelenjar lain dan spermatozoa. Di samping pemeriksaan-pemeriksaan
lain, pemeriksaan mani penting dalam masalah fertilitas dan infertilitas.
Pemeriksaan manidengan cara sederhana meliputi rnakroskopi, mi-
kroskopi dan kimia; yang menyangkut imunologi tidak disinggung
dalam penuntun ini.
MEMPEROLEH SAMPEL
.- . MAKROSKOPI
lang-
pun sudah terbukti bahwa biri-ciri itu tidak mempunyai hubungan
putih
sung dengan banyaknya spermatozoa' Mani biasanya berwarna
untuk
ata; kekuning-kuningan dan kelihatan keruh' Tidak ada manfaat
mencoba menilai derajat kekeruhan.
Pada saat dikeluarkan mani kental sekali, sehingga sukar
berpindah
dalam waktu
tempat dalam wadahnya. Pada suhu kamar mani mencair
l0 - 20 menit. Apabila lewat 20 menit mani belum mencair, itu merupa-
kan keadaan abnormal yang perlu dilaporkan'
pH mani cukup ait.ni.,tun dengan memakai kertas indikator;
dari 6'0 dan
biasanya nilai pH berkisar antara 7,0 - 7,8' Nilai kurang
penampung
lebih dari 8,0 menjadi alasan untuk meragukan kebersihan
mani. Apabila pH mani 6,0 itu mungkin berarti bahwa mani itu
-7,0
hanya berisi sekret prostat saja tanpa bercampur sekret
dari vesiculae
seminales.
MIKROSKOPI
mencair
Untuk menguji motilitas, taruhlah setetes mani yang sudah
dan tutuplah dengan kaca penutup' Pemerik-
di atas kaca objek bersih
saan dilakukan dengan lensa objektif 40 x. Berusahalah
menilai berapa
qr ;"ti ,p..*utoro" itu bergerak aktif dan catatlah angka itu' Angka
berlalu
yang dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang sudah
berkurang
t":ui tuui ejakulasi, semakin banyak waktu lewat' semakin
I jam setelah di-
motilifas spermatozoa. Biasanya didapat bahwa sampai
mani berisi 70s/o ataulebih spermatozoa aktif, angka
itu terus
keluarkan,
jam lewat ejakulasi'
menerus menurun sehingga menjadi 5090 sekitar 5
natam pemeriksaan rutintidak banyak gunanya mengikuti penyusutan
dipengaruhi
motilitas dari jam ke jam; berkurangnya motilitas banyak
Pernyataan itu juga berlaku bagi, usaha
oleh'para menyimpan-sampel.
motilitas spermatozoa dalam golongan
mencoba membagi-bagikan
sangat aktif, aktif dan kurang aktif'
dari
Jika ingin membedakan spermato zoa yang tidak bergerak
eosin 0'590
spermatozoa mati, campurlatr seditcit mani dengan larutan
mati mendapat warna kemerah-merahan'
dalam air; spermatozoayang
'yang hanya non-aktif saja tidak berwarna'
pakai selaku cairan pengencer. Isilah pipet itu sampai garis bertanda 0,5
dat gun mani yang sudah mencair, kemudian air sampai garis bertanda
I l. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung pada permukaan seluas
I mm2; angka itu dikali 200 000 untuk mendapat jumlah spermatozoa
dalam I ml mani.
Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml;
kalau jumlah itu kurang dari 20 juta per ml, ada kemungkinan mani itu
kurang memadai dalam hal fertilitas.
Akan tetapi kita perlu berhati-hati.rnengambil kesimpulan macam
begitu. Tidak jaran! dilihat bahwa hasil pemeriksaan mani berikutnya
atau yang mendahuluinya berbeda jauh. Sikap yang paling baik ialah
mengulangi pemeriksaan mani pada saat lain. Sikap serupa ini juga se-
baiknya dianut apabila pada pemeriksaan motilitas hanya sedikit sekali
spermatozoa kelihatan bergerak aktif. Ingatlah bahwa kualitas mani
pada satu orang dapat berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Reagensia
l. Larutan Ba(OH)2 0,3 n dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.
8aq dalam I 000 ml aqua dest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 m dibuat dari 50 gZnSO4. Taq.larut dalam
I 000 ml aqua dest.
3. Larutan resorcinol 0,lVo dalam 100 ml alkohol 95a/o;larutan ini ber-
tahan2 bulan bila disimpan dalam lemari es.
4. HCI sekitar l0 n dibuat dari I voluma aqua dest ditambah 6 voluma
HCI pekat.
5. a. Standard fruktosa stock. 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml lar.
asam benzo at 0,20/0.
b. Standard fruktosa, larutan kerja. I ml standard fruktosa stock di-
encerkan dengan aqua -dest sampai 100 ml. Pada cara yang di-
cantumkan di bawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg fruk-
tosa/dl mani.
Cara
l. Latukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih
du-lu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian
tambah 0,5 m! lar. Ba(OH)2, campur' tambah 0,5 ml lar. ZnSO4,
campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T di-
isi 2 ml cairan atas dari langkah l, tabung S diisi 2 ml standard fruk-
tosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air.
3. Kepada tabung T, S dan B masing-masing dibubuhkan 2 ml resor-
cinol dan 6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90oC
selama l0 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus ATIAS x 200 = mg fruk-
tosa/dl mani.
Catatan
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara
120 - 450 mg/dl dan 'fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales'
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 175
SPUTUM
Sputum, dahak atau riak ialah sekret yang dibatukkan dan berasal
dari bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau
rnulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahak-
nya akan diperiksa. Sering sekali pemeriksaan sputum menjadi tanpa
arti karena sampel yang diberikan kepada laboratorium bukan sputum
sejati.
Mintalah supaya penderita kumur mulut dulu sebelum mengeluar-
kan sputumnya. Jika hanya spr{um sewaktu saja yang dikehendaki,
sputum pagilah yang sebaiknya. Adakalanya diperlukan sputum
kumpulan, yaitu sputum 12 jam atau sputum 24 jam.
Sputum sewaktu ditampung dalam wadah bermulut lebar seperti
cawan petri, botol bermulut lebar, karton sputum dsb. Harus dijaga
jangan sampai wadah itu dicemari bagian luarnya; sputum selalu harus
dipandang material yang infeksius.
Wadah kaca hendaknya kgmudian disterilkan dalam otoklaf. Kar-
ton sputum harus dibakar. Meja tempat kerja dan mikroskop sebaiknya
dibersihkan dengan larutan lysol 1090.
MAKROSKOPI
l. Banyaknya
Orang sehat tidak mengeluarkan sputum; kalau kadang-kadang
ada,rjumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya
yang;dikeluarkan bukan saja ditentukan oleh penyakit yang tengah di-
derita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Jumlah yang besar, yaitu
lebih dari 100 ml per 24jam., mungkin melebihi 500 ml ditemukan pada
edema pulmonum, abces paru-paru, bronchiectasi, tuberculosis pulmo-
num yang lanjut dan pada abces yang pecah menembus ke paru-paru.
2. Bau
Harus diuji dalam keadaan segar; tiap macam sputum yang dibiar-
kan mungkin busuk jika ditenangkan beberapa lama. Bau busuk dalam
sputum segar didapat pada gangrena dan abces pulmonum, pada tumor
yang mengalami necrosis dan pada empyema yang menembus ke
SPUTUM l7:7
3. Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, juga pada seorang penderita karena
ikut ditentukan oleh stadium penyakitnya. Warna yang abu-abu atau ku-
ning biasanya disebabkan oleh pus dan sel epitel; merah oleh perdarahan
segar, merah-coklat disebabkan oleh darah tua dan didapat pada per-
mulaan pneumonia lobaris, pada gangrena dll.; hitam oleh debu hitam
yang masuk jalan pernapasan.
' Jika ada warna merah oleh darah perhatikan juga apa darah itu ber-
campur baur dengan dahak, atau hanya melapisi secara tidak merata
pada bagian luarnyd saja dan apakah darah itu berbusa dan muda
warnanya. Ciri-ciri itu mungkin memberi petunjuk kepada lokalisasi
perdarahan.
4. Konsistensi
Ciri-ciri ini juga dipengaruhi oleh macam penyakit dan stadiumnya.
Sputum sereus didapat pada edema" pulmonum; dahak mucoid pada
bronchitis, asthma, pneumonia lobaris pada stadium tertentu; yang
purulent pada abces, bronchiectasi, stadium terakhri bronchitis, dll. Se-
lain itu, mungkin dilihat juga konsistensi campuran seperti seropurulent,
mucopurulent, serohemoragik, dll.
Apabila voluma sputum besar, mungkin akan dilihat terjadinya
lapisanJapisan kalau sputum itu dibiarkan: paling di atas lapisan ber-
busa, di tengah-tengah lapisan cairan yang keruh, sedangkan di bawah
sendiri lapisan tersusun dari sediment: pus, jaringan, kuman-kuman,
dsb. Sputum berlapis tiga itu didapat pada bronchiectasi, gangrenB dan
abces paru-paru.
5. Unsur-unsurkhusus
Untuk, mencari unsur-unsur khusus dalam sputum, tuanglah
sputum itu ke dalam cawan petri hingga menyusun lapisan tipiq yang di-
teliti terhadap latar belakang hitam dengan memakai lensa pembesar
(loupe)" Perhatikan adanya:
a. Butir keju, yaitu potongan-potongan kecil berwarna kuning yang ber-
asal dari jaringan nekrotik; didapat pada tuberculosis pulmonum,
gangrena, abces dan pada actinomycosis.
b. Uliran (spiral) Curschmann: benang kuning berulir yang sering mem-
PENUNTUN LABoRAToRIUM KLINIK
178
bronchiale'
dilihat benang pusat' Didapat pada asthma
itu ialah fibrin; besarnya ter-
.. io"ng"r, nronctri. Bahan- tuangan
santuns dari besarnva bronchus tempat *tt"9:tll^1y1:,:id"o"'
pneumonta'
i"J" U-."tritis fibrinosa dan kadang-kadang pada
yang dibentuk dalam
d. Sumbat Dittrich. yaitt' benda kuning-putih bron-
bronchi uron.iioli. Ditemukan pada asthma bronchiale,
"tuuuron.ni..iuri. Sumbat Dittrich berbeda dari tu.angan
chitis dan
bronchikarenaiut-iOuttersusundarifibrintetapidarisel-selrusak'
Dittrich sukar dibedakan
lemak dan Uatcteri. n*am praktek sumbat
--" tuangan fibrin.
dari
Ailii; didapat salah satu macam unsur khusus' asingkanlah
untuk iiperiksa teUitr lanjut secara mikroskopi'
MIKROSKOPI
dan juga
paru (decomp..t",lo cordis, stenosis valvulae mitralis)
Pada infarct Paru-Paru'
pada anthracosis
b. Sel+el yang berisiiarbon berbutir-butir; didapat
dan pada orang-orang yang sangat banyak
merokok'
3.-Serat elastik: i"i"tt t"iui h-alus,- agak kuning' berombak-ombak
" itu menandakan
;.*d';Gnya terUetah' Adanya serat-serat
pu.Jn.ny* paru-paru sedang dirombak' Jika sekiranya dianggap
dengan
penting untuk menemukannya, sejumlah sputum diencerkan
ui, aut,r, kemudian diberikan larutan NaOH l0_-
200/o untuk men-
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 179
Sediaan pulasan
Pulasan yang dipakai ialah menurut Wright atau Giemsa, pulasan
Gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam. Yang penting ialah
pulasan Ziehl-Neelsen dan pulasan Gram.
Agar pemeriksaan Gram bermakna, sebaiknya sputum yang diper-
oleh dicuci beberapa kali dulu delgan larutan garam steril supaya
kuman-kuman yang hanya melekat'pada unsur-unsur sputum dan yang
tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Hanya jika pada pulasan
Gram dilihat satu-dua macam kuman saja, hasil pemeriksaan bakterio-
skopi itu mempunyai makna.
Jika tidak hendak memakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu
untuk mencari batang tahan asam, carilah sebagian dari sputum itu yang
berkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan tipis. Cara langsung
itu kurang baik dari cara pemekatan; cara pemekatan boleh dikerjakan
sbb.:
l. Taruhlah 2 ml sputum dalam tabung sentrifuge dan tambahlah
-4
sama banyaknya larutan NaOH 490.
2. Kocoklah tabung itu selama 5
- l0 menit atau sampai saat sputum
telah nrgncair sempurna.
3. Pusinglah tabung itu selama 15
- 30 menit pada 3 000 rpm.
4. Buanglah cairan atas dan tambahlah I tetes indikator fenol-merah
kepada sediment yang masih ada dalam tabung itu: warnanya men-
jadi merah.
5. Netralkanlah reaksi sediment itu dengan berhati-hati meneteskan
larutan HCI 2 n ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah-
jambu kekuping-kuningan.
6. Sediment ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan
l
(Boleh dipakai juga untuk biakan M. tuberculosis dan untuk per-
I
I
cobaan marmot).
BAB XI
TINJA
MAKROSKOPI
1. Warna
. warna tinja yang dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena
terbentuknya lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan
lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna, sedangkan urobilin berwarna
coklat tua. Selain urobilin yang normal ada, warna tinja dipengaruh oleh
jenis makanan, oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat
yang diberikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat santonin atau
bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang
mengandung banyak sayur-mayur; jarang oleh biliverdin yang belum
ber'ubah. Warna abu-abu mungkin disebabkan oleh karena tidak ada
urobilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus ob-
TINJA l8l
struktif (tinja acholik) dan juga setelah dipakai garam barium pada
pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi kalau
makanan mengandung banyak lemak yang tidak dicernakan karena defi-
siensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar
di bagian distal; mungkin pula oleh makanan seperti bit. Warna coklat
dipertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat,
kopi dsb.-nya. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
2. Baunya
Bau nermal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat' Bau
itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu
protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman.
Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Ada kemung-
kinan juga tinja berbau asam: keadaan itu disebabkan oleh peragian
(fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna karena umpamanya diare.
Reaksi tinja dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam tinja di-
sebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan asam-asam
lemak.
3. Konsistensi
Tinja normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada
konstipasi didapat tinja keras. Peragian karbohidrat dalam usus meng-
hasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas (CO2).
4. Lendir
Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Kalau
lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin usus besar; kalau bercampur-baur dengan tinja mungkin sekali
usus kecil.',Pada dysenteri, intususepsi dan ileocolitis mungkin didapat
lendir saja tanpa tinja. Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.
5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam
dan apakah bercampur-baur atau hanya di bagian luar tinja saja. Makin
proximal terjadinya perdarahan, makin bercampurlah darah dengan
tinja dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin
disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagu, carcinoma atau hemor-
rhoid.
182 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
6. Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dl[' mungkin terlihat'
MIKROSKOPI
telur
Pada pemeriksaan mikroskopi usaha mencari plotozoa dan
Untuk mencari protozoa sering
cacing merupakan maksud terpenting'
atau juga
dipak-ai laruian eosin I - 2o/o sebagai bahan pengencer tinja
dipakai untuk
larutan Lugol I - 2t/0. Selain itu larutan asam acetat l09o
jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain
melihat leikosit lebih
larutan garam 0,990 yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin'
Sediaanhendaknyatipis,agarunsur-unsurjelasterlihatdandapat
yang telah
dikenal; meskipun beiitu, selalu akan dijumpai unsur-unsur
rusak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi'
2. MakrofaC
. Sel-sel besarberinti satu memiliki daya fagositosis; dalam
plasma-
(leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain'
nya sgring dilihat sel-sel lain
Dalamp.-"p"rutnatifsel-selitumenyerupaiameba;perbedaannyaialah
sel ini tidak daPat bergerak.
3. Leukosit
.I-ebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes
seluruh
larqtAn asam acetat 1090. Kalau hanya dilihat beberapa dalam
basiler, colitis ulcerosa dan
sediaan, tidak ada artinya. Pada dysenteri
peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar'
4. Eritrosit
Hanyadilihatkalaulesimempunyailokalisasidalamcolon,rectum
atau anus. Pendapat ini selalu abnormal'
5. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya' Pun dalam tinja normal
PENUNTUN LABORATORIUM KI]INIK 183
6. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan
jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal
yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-
daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat
otot, serat elastik, dll.
untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
Lugol:'pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-
butir biru atau merah. Larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam
alkohol 700/o juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau
jingga.
7. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya me-
ngenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kisfa ameba'
DARAH SAMAR
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
negatif tidak ada perubahan warna atau warna
' yahg samar-samar hijau
positif + hijau
positif 2+ biru bercamPur hijau
posiiif 3+ biru
positif 4+ biru tua
Catatan
Lihat juca apa yang sudah diterangkan mengenai pemakaian ben-
zidine.dalam laboratorium.
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua
lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
UROBILIN
Carz
l. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah
dengan larutan mercurichlorida l09o yang volumanya kira-kira sama
banyak dengan tinja itu.
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya.
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap
dan biarkan selama 6 - 24 jam.
4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.
Catatan
Dalam tinja normal selalu ada urobilin; hasil test ini yang merah
berarti positif. Jumlah urobilin berkurang pada ikterus obstruktif; jika
obstruksi itu total, hasil test menjad negatif.
Test terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan
penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif
itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang
diexkresikan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler.
t86 BAB XII
BATU GINJAL
: Yang dinamai batu "ginjal" di sini ialah segala macam benda padat
yang dibentuk dalam saluran urin dan dapat ditemukan dalam pelvis
renis, ureter dan kandung kencing, sedangkan ia dapat dikeluarkan ber-
sama urin atau diperoleh dengan jalan operasi.
Untuk kepentingan klinis sering dikeheridaki analisis batu ginjal.
Pemeriksaan yang dikemukakan di bawah ini hanya menyangkut segi-
segi kualitatif mengenai beberapa macam zat terpenting dalam batu gin-
jal.
' MAKROSKOPI
.- KIMIA
Fosfat
Gerusan batu dalam tabung reaksi kecil dicampur 4 tetes larut-
-5
an amoniummolibdat kemudian dipanasi di atas nyala api. Reaksi positif
kelihatan dari terjadinya endapan kuning. .Larutan amoniummolibdat:
larutkan 3,5 g amoniummolibdat dalam 75 ml aqua dest kemudian di-
tambah 25 ml HNO3 pekat.
Oxalat
Kepada gerusan batu dibubuhi beberapa tetes HCI l09o kemudian
sedikit .bubuk MnO2. Terlepasnya gas secara bergejolak dari dasar
tabung berarti reaksi ini positif.
Carbonat
Gerusan batu dicampur dengan HCI l09o dengan jumlah berlebih-
an. Reaksi positif apabila pembentukan gas CO2 terjadi secara menyelu-
ruh dalam campuran itu.
Cystine
Gerusan batu diberikan I tetgs amoniumhidroxida, kemudian I
tetes NaCN 5v/o yartg dibuat segar, tunggu 5 menit dan sesudah itu
tambah beberapa tetes larutan natriumnitroprussida 590 yang segar.
Kalau ada cystine timbul warna merah.
Calcium
Filtrat dicampur dengan larutan NaOH 2Ot/0. Teriadi presipitat
putih bile ada calcium.
Magnesium
Lebitr dulu dibubuhi beberapa tetes larutan NaOH 20s/o kepada
filtrat supaya reaksi menjadi alkalis. Kemudian ditambah reagens
magnesium (l mg p-nitrobenzena-azor€sorcinol dalam 100 ml larutan
NaoH I n). Adanya magnesium ditandai oleh perubahan warna reagens
yang semula merah menjadi biru.
r88 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Amonium
Alkaliskan terlebih dulu filtrat dengan beberapa tetes larutan NaOH
2090 kemudian tambah beberapa tetes reagens Nessler. Warna atau
presipitat kuning-coklat timbul bila terdapat gugusan amonium.
Catatan
Dalam perdagangan ada kit untuk melakukan analisis semikuan-
titatif terhadap komponent-komponent batu ginjal. Untuk laboratoria
sederhana analisis kualitatif seperti tertulis di atas sering sudah merupa-
kan bantuan bernilai bagi klinik.
. BATU EMPEDU
KIMIA
Cholesterol
Kg dalam tabung pertama dimasukkan beberapa ml chloroform, di-
bubuh! I ml anhydrida asam acetat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Ta-
bung dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap. Terjadinya warna hijau
menandakan adanya cholesterol.
Calcium
Tabung kedua dipakai untuk memeriksa adanya calcium. Masuk-
kan sedikit HCI 0,2 n ke dalam tabung, kemudian sedikit demi sedikit
larutan natriumacetat jenuh sampai pH menjadi 4 (kontrol dengan
kertas indikator) dan akhirnya berikan beberapa tetes larutan kalium-
KLINIK I89
PENUNTUN LABORATORIUM
Fosfat
TaQung ketiga sedikit HCI 0,2 n. Kemudian diperiksa terhadap
adanya iosiut ,"p"rti diterangkan pada analisis batu ginjal'
Bilirubin
Kepadatabungkeempatdibubuhisedikitmetanol.Lakukapkemu-
dian test reaksi diazo dengan memakai reagens segar' Warna ungu ber-
arti ada bilirubin.
BAB XIII
-
BAKTERIOLOGI
Pada bab ini diberikan beberapa petunjuk yang penting untuk me-
lakukan pemeriksaan bakteriologi sehari-hari dalam klinik dan dalam se-
buah laboratorium kecil.
Tidak jarang terjadi bahwa pemeriksaan bakteriologi menjadi tanpa
arti sama sekali oleh. kesalahan dalam cara memperoleh sampel atau
dalam mengirimkan sampel kepada laboratorium untuk dibuat biakan.
ETUNJUK.PETUNJUK I]MI]M
l. Wadah sampel harus bersih dan steril.
2. Jika bahan biakan hanya sedikit, kumpulkanlah sampel dengan
menggunakan lidi berkapas steril.
3. Bahan cair hendaknya ditampung dalam tabung atau botol steril yang
tidak mudah dicemari, yaitu yang cukup besar dan mempunyai tutup
yang menjaga terhadap pencemaran.
4. Sampel untuk biakan janganlah sampai terkena desinfektans.
5. Apabila telah diberikan antibiotika kepada penderita yang sesuatu
bahannya akan dibiak, jelaskanlah hal itu kepada laboratorium agar
dapat diberikan asam para-amino benzoat (terhadap sulfonamida),
penicillinasa (terhadap penicillin), dsb. sewaktu membiak sampel itu.
6. Jika dikehendaki biakan jasad renik anerob, sebaiknya sebagian dari
bahan itu langsung dimasukkan ke dalam kaldu thioglycollat.
7. Kiri5nlah sampel untuk biakan selekaslekasnya ke laboratorium. Jika
sampel untuk biakan tidak dapat disampaikan kepada laboratorium
dalam waktu pendek, sampel itu harus dimasukkan ke dalam salah
satu media transport yang sesuai, ump. menurut Stuart, Amies dsb.
8. Wadah sampel harus beretiket yang bertuliskan data-data yang perlu:
naina, bahan, bia[an apa dikehendaki, tanggal, dsb,
9. Jika selain biakan juga menghendaki sediaan langsung, kumpulkan
bahan di atas dFa batang lidi berkapas.
PULASAN BAKTERIOSKOPI
Pulasan Gram
Larutan-larutan
l. Carbol-gentianviolet. Gentianviolet I g; fenol kristal 2 g; alkohol
9590 l0 ml; aqua dest ad 100 ml. Gerus gantianviolet dengan alkohol
dalam mortir, tambah fenol dan campur, tambah air sedikit demi se-
dikit dengan mengaduk terus, biarkan 24 jam, kemudian saringlah.
(Gentianviolet boleh diganti dengan crystalviolet atau methylviolet).
2. Larutan jodium. Jodium I g; kaliumjodida 2 g: aqua dest 300 ml'
Geruslah jodium bersama kaliumjodida hingga homogen, tambah air
sedikii-sedikit, biarkan 24 jam, saring' simpan dalam botol coklat'
3. Safranin. Safranin I g: alkohol 95t/o 4 ml; aqua dest 360 ml' Gerus-
lih safranin dengan alkohol, tuang ke dalam botol sedangkan mortir
berkali-kali dicuci dengan air, biarkan24iam, saring'
',
Cara
l. Rekatlah sediaan dengan api; biarkan dingin lagi'
2. Pulas dengan carbol-gentianviolet selama 60 detik'
3. Cuci dengan aqua dest.
4. Pulas dengan larutan jodium selama 30 detik'
5. Cuci dengan aqua dest.
6.Buang*u,n"denganalkohol,gSgosampaitidakadawarnavioletdi-
lepaskan lagi oleh sediaan.
7. Cuci benar-benar dengan aqua dest.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
192
Catatan
Pulasan menurut Grain mempunyai banyak modifikasi; pakailah
hanya salah satu saja di antara yang banyak, supaya mahir benar mem-
pergunakan cara itu. Kesalahan biasa ialah overstaining atau overde-
colorizing. Kuman grampositif menjadi violet sedangkan yang gram-
negatif menjadi merah. Teknik memulas hendaknya dikontrol dengan
memulas jasadrenik yang diketahui sifat pulasan gramnya.
. ml; aqua dest ad 100 ml. Fuchsin digerus dalam mortir dengan
10
- alkohol; tambah fenol, kemudian tambah air sedikit-sedikit dengan
terus mengaduk, pindahkan cairan ke dalam botol, biarkan 24 jam,
saring.
2. Alkohol asam. Asam hidrochlorida pekat 3 ml; alkohol 9590 ad
100 ml.
3. Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g: alkohol 9590
30'ml; larutan KOH l09o 0,1 ml; aqua dest 100 ml. Metilen biru di-
gerus dalam mortir dengan alkohol, pindahkan ke dalam sebuah
botql, tambahlah larutan KOH kepada isi botol itu, kemudian pakai-
lah isi botol untuk berkali-kali mencuci mortir, yang dimasukkan
kembali ke dalam botol, biarkan24 jam dan lalu saringlah'
Cara
l. Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api'
2. Tdruhlah agak banyak carbol-fuchsin di atas kaca objek dan panasi-
lirh kaca itu berhati-hati sampai nampak uap fiangan sampai cairan
itu mendidih) selama 3 menit'
3. Cucilah dengan aqua dest.
4. Buanglah warna dengan alkohol asam sampai tidak ada warna merah
dilepaskan lagi oleh sediaan.
5. Cucilah dengan aqua dest.
6. Pulaslawan dengan metilen biru selama l% - 2 menit.
7. Cucilah dengan aqua dest.
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r93
B. Cara Kinyoun
Carbol-fuchsin menurut Kinyoun: Fuchsin basa 4 g; fenol kristal
8 g; alkohol 95Vo 20 ml; aqua dest 100 ml. Fuchsin digerus dalam mortir
dengan alkohol sampai larut, cucilah berkali-kali mortir itu dengan air
dan pindahkan ke dalam botol. Panasilah fenol di atas penangas air
56'C sampai mencair dan tambahkanlah fenol itu kepada larutan tadi;
biarkan 24 jam, saring.
Cara
l. Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api.
2. Pulaslah dengan carbol-fuchsin menurut Kinyoun selama 3 - 5
menit.
3. Teruskanlah seperti pulasan Ziehl-Neelsen langkah 3 8.
-
Catatan
Jasadrenik yang tahan asam menjadi merah sedangkan yang tidak
tahan dan sel-sel lain mendapat warna biru.
Selain cara Kinyoun masih ada beberapa modifikasi pulasan ini;
pakailah selalu hanya satu cara saja agar memperoleh kemahiran. Per-
bedaan antara pulasan Kinyoun dan Ziehl-Neelsen ialah bahwa pada
cara Kinyoun tidak dipakai pemanasan, ini mungkin karena carbol-fuch-
sin menurut Kinyoun mengandung lebih banyak fenol.
Cara
I . Rekatlah sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api '
2. Pulaslah dengan metilen biru selama lz - 3 menit.
3. Cuci d6ngan aqua dest, keringkan dan periksa.
Catatan
Lamanya pulasan ditentukan oleh bahan yang diperiksa dan oleh
tebalnya sediaan. Dalam pulasan ini bentuk sel-sel badan lebih terjaga
t94 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
Pulasan Neisser
ini dipakai untuk lebih jelas menyatakan granula dalam
Pulasan
bakteri dan sangat berguna jika hendak memeriksa sediaan langsung
dari tenggorokan terhadap C. diphtheriae'
Larutanlarutan
l. Neisser A: Metilen biru 0,1 g; alkohol 95s/o 2 ml; asam acetat glacial
5ml;aquadestg5ml.Metilenbirudigerusdalammortirdengan
alkohol. Campurlah asam acetat dengan air dan tambahkan cam'
puran itu sedikit-sedikit kepada isi mortir sambil mengaduk terus-me-
botol, biarkan24 jam, saring'
-2. nerus. Tuang ke dalam
Neisser B: dentianviolet atau crystalviolet I g; alkohol 9590 l0 ml;
aqua dest 300 ml.
3. Neisser C: Chrysoidin2 g; aqua dest 300 ml' Buatlah larutan dengan
aqua dest panas, kemudian saringlah.
Cara
l. Buatlah campuran dari Neisser A 2 ml dan Neisser B I ml sebentar se-
Catatan
Badan bakteri menjadi kuning, sedangkan granqla (pada C'
diphtheriae pada uj ung-ujungnya) menj adi coklat'
Cara
l. Cucilah dulu tempat akan melakukan pungsi dengan sabun dan air;
biarkan kering.
- 2. Desinfeksikan tempat itu dengan tinctura iodii.
3. Buanglah tct. diodii itu memakai kapas steril dan alkohol 7090.
Taruhlah kapas steril yang basah dengah alkohol 70v/o pada tempat
itu'dan biarkan basah (tambah alkohol jika perlu) sebagai kompres
selama l5 menit.
5. Nyalakan api penyala spiritus.
6. T.akukanlah pungsi vena dengan semprit l0ml; jagalah jangan
sampai jarum tersentuh permukaan lain daripada tempat pungsi.
7. Isaplah 8 ml darah: cabutlah jarum bersama semprit dari vena tanpa
menyentuh permukaan atau bahan lain.
8. Panasilah ujung jarum dalam api, bukalah tabung atau botol pe-
nampung dengan mengangkat sumbat kapasnya.
9. Panasilah mulut penampung dan masukanlah darah dari semprit
tanpa menyentuh apa-apa ke dalam larutan citrat yang steril.
10. Panasi lagi mulut penampung dan tutuplah lagi dengan cara kerja
bakteriologi.
ll. Kirimlah segera ke laboratorium dengan menjelaskan apa yang di-
kehendaki. Kalau tidak dapat segera dikirim, masukkanlah darah
untuk biakan itu ke dalam lemari pengeram 37'C.
5. Sputum
Telah diterangkan dulu.
6. Tinja
salmo-
.Biasanya hanya digunakan untuk biakan saja' Selain terhadap
pa-
nella dan shigella, biakan dapat ditujukan kepada kuman-kuman
togen lain seferti V. cholera9l Cl. welchii, streptococci' dll'
7. Urin
Telah diterangkan dulu.
<l>
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK r97
FAKTOR PERKALIAN
atto a 10-18
femto f 10-15
pico (piko) p rc-12
nano n 10-9
micro (mikro) u 10-6
milli m 10-3
centi (senti) c rc-2
deci(desi) d 1o-1
deca (deka) da 101
hecto (hekto) h rc2
kilo k 103
myria my fi4
mega M 106
giga G 109
tera T rc12
petz P 1015
exa E 1018
Besi,lih Ferrum
Borium B 10,81
Bromium Br 79,90
Cadmium cd 112,4
Calcium Ca 40,08
Carbon c 12,01
Chlor ct 35,45
Chromium Cr 52.00
Cuprum Cu 63,55
Ferrum Fe 55,85
Fluor F 19,00
198 PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
A lempeng kaca
B permukaan Yang bergaris bagi
c loji-loji pendukung"kaca penutup
D kaca penutuP
o tidak dihitung
o dihitung
A B c
A Pipet eritrosit
B Pipet leukosit
c Pipet hemoglobin 20 ul
201
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
?a *'* %t @€P
Eritrosit Leukosit EPitel
bulat gePeng
C\dG Silinder
hialin bergranula
@Kr
"
\3
silindroid Benang lendir SPermatoza
pV
Serat-serat tumbuhan Diatomea
2M PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK
$.* c&cc 6-
ti'.
.
'3 3' wo& q
Fosfat amorf Tripelfosfat CacarbonAt
6
Kristal2 (o
J
dalam o
sediment
ffit
Ca fosfat
1,#
NH4 urat
urin
ac
#
.:1.9 t.
o a'.li
al-l' &0
Urat amorf Asam urat Ca oxalat
E
(o
o
&* x*
(u
/, .$$o
6*"
Na urat Tyrosine Leucine
PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK 205
@ @ ooo
o
@ o
B
#dF''\"
1@n$#,
6,&
4
E
B\r
t*.\--r
ft-
ffiYA
^@@
q,)
oo
O9
k
B c
WS 4$
4
D E
€g ts& H
F "G
7{ w 6t
I J
<__/
K