Persalinan Normal
dan Pengkajian Janin
ISS 3
Our Team
1. Pengertian Persalinan
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Kala IV
6. Pengkajian Janin
7. Pola DJJ
5. Posisi ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan fisiologis untuk
bersalin. (Atin Karjatin, 2016)
PROSES
PERSALINA
N (Kala I)
KALA 1
Pada Kala I terjadi perubahan dalam perkembangan serviks (leher Rahim). Sering disebut Kala Pembukaan.
Karakteristik kala 1:
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap
10 cm.
Kala 1 ialah tahap terpanjang, biasa berlangsung 12 jam untuk primigravida dan 8 jam di multigravida
Selaput membran amnion atau selaput janin biasanya pecah selama tahap ini
Ibu mengalami sakit terkait kontraksi uterus saat serviks membuka dan menipis
Fase-fase Kala 1:
a) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi sampai penipisan dan pembukaan serviks bertahap
a) Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap (kontraksi 3x dalam 10 menit ,
selama 40 detik/lebih)
Dari pembukaan 4-10 cm dengan kecepatan rataa-rata 1 cm/jam (primigravida) atau >1-2 cm
(multipara).
Data Pasien (Nama, usia, Berat Badan, Alergi, Gol. Darah) Perdarahan
Kaji TTV, Berat badan, status jantung serta pernapasan dipantau sebagai berikut :
Kala I fase laten : Kaji Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan dikaji setiap jam (jika tekanan >
140/90 atau jika denyut nadi lebih dari 100x/menit, hubungi dokter). Kaji suhu setiap 4 jam (setiap 2
jam jika sudah ruptur). Kaji frekuensi kontraksi setiap 30 menit
Ukur TFU
Status persalinan (misal, kontraksi, membrane, perdarahan, dilatasi serviks dan penurunan janin)
ditentukan
D. Pengkajian psikososial
Kecemasan,
Sistem pendukung
Tujuan hasil: Tingkat ansietas menurun, perilaku pasien tenang, dan dapat melakukan teknik relaksasi. (SLKI, 2019)
Intervensi Keperawatan:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Tujuan hasil: Adanya kemampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga, anggota keluarga saling mendukung
(pasangan), anggota keluarga menjalankan peran yang diharapkan. (SLKI, 2019)
Intervensi Keperawatan:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Diagnosa 2: Penurunan koping keluarga b.d kurangnya saling mendukung, kurangnya orang terdekat
dalam memberikan dukungan
d. Pengkajian Psikososial
Tujuan hasil: Kemampuan mengontrol nyeri, verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun, adanya
dukungan sosial dari keluarga. (SLKI, 2019)
Intervensi Keperawatan :
Observasi
Edukasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
a. Demonstrasikan dan latih teknik rel
intensitas nyeri
( mis: napas dalam, imajinasi terbimbi
b. Identifikasi respon nyeri non-verbal
b. Anjurkan memonitor nyeri secara te
c. Identifikasi penurunan tingkat energy
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
Terapeutik (mis: miring kiri). (SIKI, 2018)
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
Diagnosa 2: Resiko cedera pada janin berhubungan dengan besarnya ukuran janin, nyeri pada jalan lahir
Tujuan hasil: Klien terhindar dari resiko cedera pada janin (SLKI, 2019)
Intervensi Keperawatan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi.
a. Periksa TTV (Nadi, suhu, respirasi), tanda-tanda persalinan kala II dimulai sejak pukul,
evaluasi terhadap persalinan kala II (dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka).
b. Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks, status selaput
amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi rongga panggul, kontraksi meliputi
intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
c. DJJ, vesika urinaria (penuh/kosong).
d. Respon perilaku (Tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan mengedan, sikap
ibu sat masuk kala II, intensitas nyeri).
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit kelima.
A (Appearance/warna kulit)
P (Pulse/denyut jantung)
G (Grimace/respon refleksi)
A (Activity/tonus otot)
R (Rrespiration/pernapasan)
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan. Interpretasi hasil yang diperoleh:
a. Bila jumlah skor antara 7-10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
b. Bila jumlah skor antara 4-6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti
pengisapan lender dengan suction atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas. ( Atin
Karjatin, 2016)
2. Diagnosa kala II
Observasi
a. Monitor kesejahteraan ibu (mis: tanda vital, kontraksi: lama, frekuensi dan kekuatan)
b. Monitor tanda-tanda persalinan (dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka)
c. Lakukan pemeriksaan leopold
d. Monitor DJJ
e. Monitor gerakan janin
f. Monitor TTV
g. Identifikasi posisi janin dengan USG
Terapeutik
Edukasi
Observasi Edukasi
a. Monitor tekanan darah
a. Anjurkan dalam posisi duduk atau terlentang
b. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
b. Ajarkan cara memeriksa pulsasi radial. (SIKI, 2018)
jantung
c. Monitor intake dan output cairan
d. Monitor aritmia
Terapeutik
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam beberapa
menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding rahim,
rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya
memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi
secara spontan.
c. Tidak ada hematuria dan hematemesis b. Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan
d. Monitor TTV
Kolaborasi
Terapeutik
c. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
e. Pertahankan ber rest selama pendarahan
f. Lakukan pengelolaan resiko secara efektif
g. Dokumentasikan temuan resiko secara akurat
3. Intervensi Kala III
Diagnosa 1: Risiko Perdarahan berhubungan dengan komplikasi pascapartum (atonia uteri, retensi plasenta)
Tujuan hasil: Klien terhindar dari resiko pendarahan, adanya pemulihan perineum, pemulihan insisi, tidak ada
hematuria dan hematemesis (SLKI, 2019)
Tindakan keperawatan :
Observasi Terapeutik
a. Monitor tanda dan gejala pendarahan
a. Pertahankan ber rest selama pendarahan
b. Monitor tanda-tanda vital ortostik
b. Lakukan pengelolaan resiko secara efektif
c. Tidak ada hematuria dan hematemesis
c. Dokumentasikan temuan resiko secara akurat
d. Monitor TTV
Diagnosa 2: Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan hasil: Pemenuhan kebutuhan cairan pasien membaik, tidak ada hematuria dan hematemesis, kelembaban
membrane mukosa, turgor kulit membaik, TTV membaik. (SLKI, 2019)
Tindakan Keperawatan :
Edukasi
Kolaborasi
Adaptasi psikologis:
Observasi Edukasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Observasi
a. Inspeksi payudara (mis: ukuran, bentuk, tekstur, dan warna kulit seperti kemerahan, retraksi
kulit payudara)
b. Periksa apakah terdapat cairan yang keluar dari putting dengan menempatkan jempol dan jari
telunjuk sekitar putting, lalu tekan perlahan, dan perhatikan apakah ada cairan yang terkeluar
c. Monitor kemampuan ibu untuk menyusui
d. Monitor kemampuan bayi menyusu
e. Identifikasi tujuan dan keinginan menyusui
Terapeutik
Edukasi
1) Sampel Darah
Digunakan untuk menentukan PH janin guna mencegah asidosis.
Sampel darah dari kulit kepada janin diambil secara transvertikal setelah
ketuban pecah.
2) Stimulasi Janin
Stimulasi kulit kepala dengan memakai tekanan digital selama
pemeriksaan dalam dan stimulasi vibroakustik.
7. Mengenal Pola EFM
Terbagi atas :
1. Pola DJJ yang Pasti
DJJ normal memiliki rentang normal 110-160 denyut/menit dengan variabilitas nilai normal rata-rata
Akselerasi
Deselerasi dini
Deselerasi variasi ringan
Bobak. I.M, Lowdermilk, D.L, Jensen, M.D. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Fauziah, Siti. 2015. Keperawatan Maternitas Vol:2 Persalinan. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan
Karjatin, Atin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Maternitas. Pusdik SDM
Kesehatan
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Ed:3. Jakarta:EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI