Anda di halaman 1dari 62

Adaptasi Fisiologi

dan Psikologis
Pada Ibu Post
Partum
1912101010085 MARFIKAH
1912101010086 FARA RISKYA
1912101010130 RAZIKA MARISSA
1912101010131 CUT FIRLY PUTRI UZIRA
1912101010017 SARIYATUN NAJLA
1912101010018 RENI ANISAH
1912101010139 SANIA VAUKA ISMI
1912101010146 NURUL-AI TANYONGSIRIKUL

1912101010055 NISRINA MAWADDAH


1912101010093 RIZKI HADIYATI
1912101010107 ABRAR FAZILLAH
1912101010111 ZAZIRAH S
1912101010112 DEVI YUNDIKA
1912101010013 DESVI CHARYASTI
1912101010014 SHINTA GALUH PERMATA
1912101010006 RAHMI KURNIAWATI
1912101010007 DARA SALISA
1912101010043 NADIA RIZKINA
OUTLINE
 DEFINISI POST PARTUM
 ADAPTASI FISIOLOGIS
 ADAPTASI PSIKOLOGIS
 JENIS-JENIS GANGGUAN POST
PARTUM
 JURNAL
DEFINISI
POST PARTUM
• Post partum adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan
normal sebelum hamil.
• Perubahan fisiologis terjadi sangat jelas. Banyak
faktor termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan
profesional ikut membentuk respon ibu terhadap bayi.
Adaptasi
~Fisiologis~
Sistem Kardiovaskuler
• A. Volume Darah
 Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
 Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
 Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan ( peningkatan sekurang-
kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan kebanyakan
ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
 Tiga perubahan fisiologis pasca partum yang melindungi wanita yaitu :
 Hilangnya sirkulasi utero plasenta yang mengurangi ukuran pembuluh
darah maternal 10% sampai 15%,Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang
menghilangkan stimulus vasodilatasi, Terjadinya mobilisasi air
ekstravaskular yang disimpan selama wanita hamil
Sistem Kardiovaskuler
• B. Curah Jantung
• Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil.
• Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.  
Sistem Kardiovaskuler
• C. Tanda-Tanda Vital
• Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama
sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan.
• Fungsi pernafasan kembali ke fungsi wanita saat tidak hamil
pada bulan ke 6 setelah wanita melahirkan. 
• Aksi jantung kembali normal.
Sistem Kardiovaskuler
• D. Komponen Darah
1. Hematokrit dan Hemogoblin
 Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma
yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang.
 Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah
dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke 3
sampai hari ke-7 pasca partum.  
2. Varises
 Varises akan segera mengecil dengan cepat setelah bayi lahir,
walaupun tidak hilang semuanya.
Sistem Kardiovaskuler
• D. Komponen Darah
3. Hitung Sel Darah Putih
 leukosit normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000. selama
10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, leukosit antara
20.000 dan 25.000 merupakan hal yang umum.  
 
4. Faktor Agulasi
 Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat
selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium.
 Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari
pertama setelah bayi lahir.  
Sistem Muskuloskeletal
• Perubahan muskuluskeletal pada ibu hamil:
tulang belakang menjadi lordosis atau
cenderung cembung kedepan.  
• Setelah melahirkan : muskulus bagian
belakang sudah kembali normal secara
perlahan  
Sistem Reproduksi
• Uterus
1. Involusi
 Uterus kembali ke keadaan normal walaupun ukurannya
tidak akan sekecil ukuran selama nulipara. Atau juga
kembalinya uterus ke keadaan semula seperti sebelum hamil
yang dimulai setelah plasenta lahir (Pillitteri, 2003;
Lowdermik, Perry, Bobak, 2005).
Tabel perubahan uterus setelah melahirkan :

(Sumber : Padila. 2014. Buku ajar keperawatan maternitas.


Yogyakarta : Nuha Medika)
Sistem Reproduksi
2. Afterpain
 Kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas.
 Pada primipara : tonus uterus meningkat, dan otot- otot
masih dalam keadaan retraksi dan kontraksi yang tonik;oleh
karena itu primipara umunya tidak mengalami primipara
 Pada multipara : otot- otot uterus tidak dapat
mempertahankan etraksi yang tetap karena penurunan tonus
dari proses persalinan sebelumnya
Sistem Reproduksi
 Afterpain seringkali terjadi bersamaan dengan proses
menyusui karena kelenjer hipofifis posterior melepaskan
oksitosin. Oksitosin menyebabkan kontraksi saluran
lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum
atau air susu dan menyebabkan otot otot uterus
berkontraksi. Kontraksi uterus selama postpartum untuk
mengurangi resiko pendarahan.
Sistem Reproduksi
3. Lokia
 Lokia yang keluar dari rahim mengalami perubahan
dari waktu ke waktu mencerminkan tahap
penyembuhan
Sistem Reproduksi
Tahap dan karakteristik lokia :
 Lokia Rubra
 berwarna merah
 mengandung darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, desidua,
verniks karsiosa, dan lanugo.
 Masa berlangsung lokia rubra adalah 2 hari postpartum
 Lokia Sanguilenta
 Berwarna merah,kuning
 Mengandung darah dan lendir
 Berlangsung 3-7 hari postpartum
Sistem Reproduksi
 Lokia Serosa
 Berwarna kuning
 Mengandung serum,jaringan desidua,leukosit dan eritrosit
 Berlangsung 7-9 hari postpartum
 Lokia Alba
 Berwarna putih
 Mengandung leukosit dan sel-sel desidua
 Bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir
Sistem Reproduksi
• Serviks
 Serviks mendatar dan sedikit tonus, tampak lunak, dan edema serta
mengalami banyak leserasi kecil. Dalam 24 jam serviks dengan
cepat memendek dan menjadi lebih keras dan lebih tebal. Mulut
serviks secara bertahap menutup ukurannya 2-3 cm setelah beberapa
hari dan 1 cm dalam waktu satu minggu.
 Servik bentuknya menganga seperti corong, lunak, setelah dua jam
postpartum servik dapat dilalui 2-3 jari dan setelah tujuh jam hanya
dapat dilewati oleh satu jari. Dengan demikian apabila persalinan
mengalami permasalahan retensio plasenta dan diketahui sejak awal,
maka dapat dilakukan pembersihan rahim secara manual plasenta.
Sistem Reproduksi
• Vagina dan Perineum
 Vagina menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus
yang buruk setelah persalinan. Vagina dan perineum
mengalami perubahan terkait dengan proses melahirkan,
mulai dari luka ringan akibat peregangan sampai episiotomy.
Ibu akan mengalami rasa sakit ringan sampai berat
tergantung pada tingkat dan jenis trauma vagina dan atau
perineum.
Sistem Reproduksi
 Komplikasi utama adalah infeksi pada luka atau luka episiotomy.
Proses penyembuhan dan pemulihan selama periode postpartum.
 Ruptur Perineum :
• Derajat 1 : Mukosa vagina, lapisan perineum dimana
keadaan ini tidak perlu di anestesi tapi hanya di jahit
• Derajat 2 : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum.
• Derajat 3 : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani.
• Derajat 4 : Springter anus perlu di anestesi
Sistem Reproduksi
• Tuba Fallopi dan Ligamen
 Perubahan histologik tuba fallopi menunjukkan pengurangan
ukuran sel- sel silia, dan atropi epitelium tuba. Setelah 6-8
minggu epitelium mencapai suatu kondisi fase folikular awal
siklus menstruasi.
 Ligamen yang menyokong uterus , ovarium, tuba fallopi yang
telah mengalami ketegangan relaksasi setelah proses
persalinan
Sistem Reproduksi
• Otot penyokong panggul
 Struktur penyokong oto dan fasia uterus dan vagina dapat
mengalami cedera. Cedera ini dapat menyebabkan relaksasi
panggul yang melemah, dan memanjangkan struktur
penyokong uterus dinding vagina, rektum, uretra, dan kandung
kemih
• Dinding Abdomen
 Diastesis otot rektus sehingga organ abdomen tidak tersokong
dengan baik.
Sistem Reproduksi
• Payudara
 Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam
persiapan untuk menyusui. Sekitar hari ke 3 postpartum semua
ibu menyusui maupun tidak menyusui mengalami
pembengkakan payudara, payudara menjadi lebih besar, tegas,
hangat, lembut, dan merasakan nyeri. Kolostrum cairan
kekuningan mendahului produksi ASI, mengandung lebih
tinggi protein dan rendah karbohidrat serta mengandung
imunoglobulin G dan A yang memberikan perlindungan bagi
bayi baru lahir selama beberapa minggu awal kehidupannya.
Sistem Respiratorik
• Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas rongga toraks
setelah melahirkan menghasilkan perubahan yang sangat
cepat pada fungsi pulmonal. Peningkatan terjadi pada
volume residu , ventilasi istirahat, dan konsumsi oksigen
• Terdapat penurunan dalam kapasitas inspirasi, kapasitas
vital, dan kapasitas pernapasan maksimum. Dalam 6 bulan
pasca partum fungsi pulmonal kembali ke kondisi sebelum
hamil. Namun selama waktu tersebut wanita memiliki
respon kurang efisien terhadap olahraga. Kembalinya
posisi dada setelah melahirkan bayi akibat penurunan
tekanan pada diafragma.
Sistem Neurologis
• Perubahan neurologis selama puerperium
merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang
terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
» Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Bobak, Lowdermik,
jensen. 2004
Sistem Urinarius
• Perubahan hormonal pada masa hamil steroid yang tinggi
menyebabkan meningkat fungsi ginnjal, sedangkan kadar
streoid menurun setelah melahirkan . Pasca melahirkan fungsi
ginjal membaik setelah 1 hari.
 Komponen Urine
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.
Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang
normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat selama
masa pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang
berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein didalam sel otot
uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama 1-2
hari setelah melahirkan.
Sistem Urinarius
 Diuresi Pasca Partum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai menbuang kelebihan cairan yang tertimbun
dijaringan selama hamil. Diuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan merupakan mekanisme lain tubuh untuk
mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui urine, keringat dan peningkatan
jumlah urine menyebabkan penurunan berat baca 2,5 kg selama masa pascapartum.
 Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama melahirkan, yakni sewaktu
bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan
edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil hemorogi. Kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi
anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun.
Sistem Integumen
 Kloasma pada masa kehamilan biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir.
 Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
 Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar, tetapi tidak menghilang seluruhnya.
Gambar Kloasma
Gambar Hiperpigmentasi
Gambar Kulit Meregang
Sistem Hematologi
 Terjadinya hemodilusi pada masa hamil.
 Peningkatan cairan pada saat persalinan
mempengaruhi kadar Hb dan Ht serta kadar
eritrosit pada awal postpartum
Sistem Pencernaan
• Nafsu makan
 Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi
makanan ringan. Setelah benar benar pulis dari efek analgesia, anestesia dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
• Motilitas
 Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
• Defekasi
 Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama kehamilan selama satu
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca
partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan
atau dehidrasi.
Sistem Endokrin
• Hormon Plasenta
 Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon
plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun
pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
• Hormon Pituitary
 Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar
gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-
7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.
Sistem Endokrin
• Hormon Oksitosin
 Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan.
 Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri. Hormon
estrogen dan progesteron. Volume darah normal selama
kehamilan, akan meningkat.
Sistem Imunologi
• Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada
sistem imun ibu pada masa postpartum.
• Ibu dinyatakan membutuhkan vaksinasi
rubella atau pencegah isoimunisasi Rh.
Berapa Produksi ASI ?
• jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu
pertama setelah melahirkan adalah 550 ml per hari. Dalam 2-
3 minggu, produksi ASI meningkat sampai 800 ml per hari.
Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya.
Jumlah produksi ASI tergantung dari berapa banyak bayi
menyusu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak
hormon prolaktin dilepaskan, dan semakin banyak produksi
ASI. Sebaliknya, produksi ASI akan berkurang secara
bertahap jika frekuensi menyusui juga berkurang. Bayi baru
lahir butuh sekitar 5-7 ml ASI sekali minum. Sementara bayi
usia 2-6 bulan membutuhkan sekitar 570-900 ml/hari.
Adaptasi
~Psikologis~
Fase Adaptasi Ibu :
1. Taking in – Dependen
 Fokus pada diri sendiri
 Tergantung dan pasif
 Perlu tidur dan makan
 Timbul pada jam pertama kelahiran sampai dengan
1-2 hari
Fase Adaptasi Ibu :
1. Taking Hold – Dependen Mandiri
 Fokus untuk melibatkan bayi
 Mandiri dalam perawatan diri sendiri
 Mulai memiliki rasa tanggung jawab
 Periode ini berlangsung selama 3-10 hari
Fase Adaptasi Ibu :
1. Letting go – Independen
 Meningkatnya kemandirian dalam merawat dirinya
dan bayinya
 Ibu menerima tanggung jawab akan peran barunya
 Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
 Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan
Psikologis Ayah :
 Respon emosi pria terhadap peran seorang ayah,
kekhawatiran, kebutuhannya akan informasi akan berubah-
ubah sepanjang masa hamil disebut adaptasi paternal.
Adaptasi paternal, dimana ayah menunjukkan keterlibatan
yang kuat dengan bayi.
 Beberapa respon sensual, seperti sentuhan dan kontak
mata, keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik
ataupun hal yang sama dengan dirinya merupakan
karakteristik lain yang berkaitan dengan kebutuhan ayah
untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya.
Psikologis Kakek-Nenek :
 Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan
bayi. Dukungan kakek dan nenek dapat menjadi pengaruh yang
menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan,
seperti kehamilan dan menjadi orangtua baru.
 Kakek nenek dapat membantu anak-anak mereka mempelajari
keterampilan menjadi orang tua dan mempertahankan tradisi budaya.
 Salah satu cara untuk membantu kakek-nenek menjembatani
perbedaan generasi dan membantu mereka dalam memahami konsep
menjadi orangtua, yang digunakan oleh anak mereka, ialah dengan
menawarkan mereka untuk mengikuti kelas-kelas persiapan
Psikologis Siblings :
 0rang tua terutama ibu, menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk bisa
membuat saudara kandung menerima bayi yang baru. Anak-anak yang lebih tua
terlibat aktif dalam persiapan kedatangan bayi. Ibu dan ayah menghadapi
sejumlah tugas yang terkait dengan penyesuaian dan permusuhan antar saudara.
Tugas-tugas berikut antara lain :
1.Membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi.
2.Mengatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua
mendapat perhatian dan waktu yang lebih sedikit.
3.Mengembangakan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka mengasuh lebih
dari satu anak.
4.Meyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi yang baru lahir.
5.Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemaah dan
mengalihkan perilaku yang agresif.
Jenis-Jenis Gangguan
~Post Partum~
• Post Partum Blues
 Terjadi pada hari pertama sampai sepuluh hari setelah melahirkan
dan hanya bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa
marah, mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness) nafsu
makan menurun (appetite), sulit tidur (Pillitteri, 2003; Lynn &
Piere, 2007).
 Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan
biasanya akan berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari
dan masih dianggap sebagai suatu kondisi yang normal terkait
dengan adaptasi psikologis postpartum. Apabila memiliki faktor
predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat berlanjut menjadi
depresi postpartum (Wong, 2002).
• Depresi Post Partum
 Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan
(hopelessness), kesedihan, mudah menangis ,
tersinggung, mudah marah, menyalahkan diri sendiri,
kehilangan energi, nafsu makan menurun (appetite), berat
badan menurun, insomnia, selalu dalam keadaan cemas,
sulit berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan
minat untuk melakukan hubungan seksual dan ada ide
bunuh diri (Beck, 2001 ; Lynn & Piere, 2007).
 Beck mengidentifikasi 13 faktor pencetus terjadinya
postpartum depresi, antara lain:
1) Depresi selama kehamilan.
2) stress selama perawatan anak.
3) Life stress , misalnya perceraian, perubahan status pekerjaan,
krisis keuangan atau adanya perubahan pada status kesehatan.
4) Dukungan sosial dan emosional.
5) Kecemasan selama kehamilan.
6) Kepuasan hubungan dengan pasangan atau terhadap
perkawinan, misal terkait dengan status keuangan, perawatan
anak, jalinan komunikasi dan kasih sayang dengan pasangan.
7) Riwayat adanya depresi sebelum kehamilan.
8) Temperamen bayi, bayi yang rewel dan tidak responsive akan
membuat ibu merasa tidak berdaya.
9) Ada riwayat postpartum blues.
10) Harga diri, ibu yang mempunyai harga diri rendah menunjukkan
ibu tersebut mempunyai mekanisme koping yang negatif, merasa
dirinya jelek/negatif dan merasa dirinya tidak mampu.
11) Status sosial ekonomi.
12) Status perkawinan.
13) Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan (Beck,
2001).
• Post Partum Psikosis
 Mengalami depresi berat seperti gangguan yang
dialami penderita postpartum depresi ditambah
adanya gejala proses pikir (delusion, hallucinations
and incoherence of association) yang dapat
mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa
ibu dan bayinya sehingga sangat memerlukan
pertolongan dari tenaga professional, yaitu psikiater
dan pemberian obat (Olds, 2000; Pillitteri, 2003;
Lynn & Piere, 2007).
~Jurnal~
Asuhan Keperawatan Post Partum Dengan Pijat
Oksitosin Untuk Meningkatkan Produksi ASI
Diruang Meranti RSU TRABELO

Penulis : Ni Wayan Sridani , Nur Asia, Fauzan, Hayati


Palesa

Tahun : 2019
Pendahuluan
• Post partum (masa nifas) merupakan periode waktu dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil yang membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Pada ibu post partum akan mengalami perubahan-
perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang
terjadi pada adaptasi fisologis, ibu mengalami perubahan system
reproduksi dimana ibu akan mengalami proses involusio uteri, laktasi dan
perubahan hormonal. Sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis
adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru memiliki
pengalaman tentang proses melahirkan, dan hal ini akan berdampak
kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-
faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya. Menurut
Departemen Kesehatan RI, pencapain pemberian ASI esklusif pada ibu
post partum di Indonesia megalami penurunan pada tiga tahun terahkir.
Pada tahun 2015 sebanyak 55,7%, tahun 2016 sebanyak 54,0 %, dan tahun
2017 sebanyak 35,73%.(Profil Kesehatan Indonesia 2015,2016 dan 2017).
Pendahuluan
• Merujuk pada data tersebut, salah satu penyebab kurangnya
produksi Asi adalah keadaan psikologis ibu seperti stress dan
cemas. Oleh karena itu salah satu tindakan keperawatan yang
bisa dilakukan untuk mengurangi cemas atau stress adalah
dengan cara melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
merupakan pemijatan pada sepanjang tulangtulang belakang.
Pijat ini dilakukan untuk merangsang hormone oksitosin atau
hormone prolaktin ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin
akan merasa lebih rileks dan nyaman.
Tujuan Penelitian
• Tujuan penelitian mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien postpartum dengan
pemberian tindakan pijat oksitosin untuk peningkatan
produksi ASI.
Metode Penelitian
• Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada dua
pasien yang memiliki masalah yang sama dengan pendekatan
proses keperawatan yaitu dengan tahapan pengkajian,
penegakan diagnosa, pembuatan intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Hasil
• Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan, ada perbedaan antara
pasien 1 dan pasien 2 yaitu umur, agama, pendidikan dan
jumlah persalinan, demikian juga pada riwayat penyakit, yaitu
terdapat perbedaan pada skala nyeri. Pada pasien pertama
skala nyeri 7 (sangat nyeri) dan pasien kedua merasakan skala
nyeri 6 (nyeri sedang). Selain itu didapatkan pula persamaan
pada data psikologis di mana pada kedua pasien sama-sama
mengalami cemas. Kecemasan ini terjadi karena pasien 1 dan
2 belum bisa menyusui bayinya karena ASI belum keluar.
Hasil
• Diagnose Keperawatan pada kedua pasien sama yaitu nyeri dan
ketidakefektifan pemberian ASI. Diagnosa ini ditegakan karena klien
mengeluh nyeri akibat adanya luka heacting pada perineum dan belum
adanya produksi ASI. Intervensi pada penelitian ini adalah pijat oksitosin
karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post
partum. Pijat oksitosin dapat mempengaruhi psikologis ibu sehingga
meningkatkan relaksasi dan kenyaman pada ibu, hal ini dapat memicu
produksi hormon oksitosin dan menstimulasi sel-sel dari kelenjar susu
sehingga dapat mengeluarkan ASI.Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
pijat oksitosin pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu pada hari pertama kedua
pasien belum memiliki produksi ASI, hari kedua pasien sudah mulai
memproduksi ASI dan pada hari ketiga produksi ASI sudah semakin
lancar.Selama pelaksanaan pijat oksitosin kedua pasien sangat kooperatif
dan menikmati pijatan yang diberikan, sehingga mereka merasa lebih
nyaman dan rileks.
Kesimpulan
• Pijat oksitosin sangat efektif untuk memberikan rasa nyaman
pada pasien post partum sehingga dengan keadaan pasien yang
rileks akan merangsang produksi serta pengeluaran hormon
oksitosin dan prostaglandin yang dapat membantu produksi
ASI. Karena efektifitas pijat oksitosin sangat baik
meningkatkan kenyamanan pasien sehingga dapat merangsang
pengeluaran ASI, maka perawat harus selalu
mensosialisasikan manfaat dan melatih cara melakukan pijat
oksitosin pada keluarga sehingga mereka bisa melakukannya
secara mandiri untuk membantu peningkatan produksi ASI
sehingga ibu bisa memberikan ASI ekslusif pada bayinya
selama masa post partum dan seterusnya.
Referensi
 Piliteri, 2003 ; Lowdermilk, Perry, Bobak. 2005
 Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
 Reeder, Martin, Griffin. 2014. Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC
 Bobak,Lowdermilk,Jensen. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai