dan Psikologis
Pada Ibu Post
Partum
1912101010085 MARFIKAH
1912101010086 FARA RISKYA
1912101010130 RAZIKA MARISSA
1912101010131 CUT FIRLY PUTRI UZIRA
1912101010017 SARIYATUN NAJLA
1912101010018 RENI ANISAH
1912101010139 SANIA VAUKA ISMI
1912101010146 NURUL-AI TANYONGSIRIKUL
Tahun : 2019
Pendahuluan
• Post partum (masa nifas) merupakan periode waktu dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil yang membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Pada ibu post partum akan mengalami perubahan-
perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang
terjadi pada adaptasi fisologis, ibu mengalami perubahan system
reproduksi dimana ibu akan mengalami proses involusio uteri, laktasi dan
perubahan hormonal. Sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis
adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru memiliki
pengalaman tentang proses melahirkan, dan hal ini akan berdampak
kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-
faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya. Menurut
Departemen Kesehatan RI, pencapain pemberian ASI esklusif pada ibu
post partum di Indonesia megalami penurunan pada tiga tahun terahkir.
Pada tahun 2015 sebanyak 55,7%, tahun 2016 sebanyak 54,0 %, dan tahun
2017 sebanyak 35,73%.(Profil Kesehatan Indonesia 2015,2016 dan 2017).
Pendahuluan
• Merujuk pada data tersebut, salah satu penyebab kurangnya
produksi Asi adalah keadaan psikologis ibu seperti stress dan
cemas. Oleh karena itu salah satu tindakan keperawatan yang
bisa dilakukan untuk mengurangi cemas atau stress adalah
dengan cara melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
merupakan pemijatan pada sepanjang tulangtulang belakang.
Pijat ini dilakukan untuk merangsang hormone oksitosin atau
hormone prolaktin ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin
akan merasa lebih rileks dan nyaman.
Tujuan Penelitian
• Tujuan penelitian mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien postpartum dengan
pemberian tindakan pijat oksitosin untuk peningkatan
produksi ASI.
Metode Penelitian
• Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada dua
pasien yang memiliki masalah yang sama dengan pendekatan
proses keperawatan yaitu dengan tahapan pengkajian,
penegakan diagnosa, pembuatan intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Hasil
• Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan, ada perbedaan antara
pasien 1 dan pasien 2 yaitu umur, agama, pendidikan dan
jumlah persalinan, demikian juga pada riwayat penyakit, yaitu
terdapat perbedaan pada skala nyeri. Pada pasien pertama
skala nyeri 7 (sangat nyeri) dan pasien kedua merasakan skala
nyeri 6 (nyeri sedang). Selain itu didapatkan pula persamaan
pada data psikologis di mana pada kedua pasien sama-sama
mengalami cemas. Kecemasan ini terjadi karena pasien 1 dan
2 belum bisa menyusui bayinya karena ASI belum keluar.
Hasil
• Diagnose Keperawatan pada kedua pasien sama yaitu nyeri dan
ketidakefektifan pemberian ASI. Diagnosa ini ditegakan karena klien
mengeluh nyeri akibat adanya luka heacting pada perineum dan belum
adanya produksi ASI. Intervensi pada penelitian ini adalah pijat oksitosin
karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post
partum. Pijat oksitosin dapat mempengaruhi psikologis ibu sehingga
meningkatkan relaksasi dan kenyaman pada ibu, hal ini dapat memicu
produksi hormon oksitosin dan menstimulasi sel-sel dari kelenjar susu
sehingga dapat mengeluarkan ASI.Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
pijat oksitosin pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu pada hari pertama kedua
pasien belum memiliki produksi ASI, hari kedua pasien sudah mulai
memproduksi ASI dan pada hari ketiga produksi ASI sudah semakin
lancar.Selama pelaksanaan pijat oksitosin kedua pasien sangat kooperatif
dan menikmati pijatan yang diberikan, sehingga mereka merasa lebih
nyaman dan rileks.
Kesimpulan
• Pijat oksitosin sangat efektif untuk memberikan rasa nyaman
pada pasien post partum sehingga dengan keadaan pasien yang
rileks akan merangsang produksi serta pengeluaran hormon
oksitosin dan prostaglandin yang dapat membantu produksi
ASI. Karena efektifitas pijat oksitosin sangat baik
meningkatkan kenyamanan pasien sehingga dapat merangsang
pengeluaran ASI, maka perawat harus selalu
mensosialisasikan manfaat dan melatih cara melakukan pijat
oksitosin pada keluarga sehingga mereka bisa melakukannya
secara mandiri untuk membantu peningkatan produksi ASI
sehingga ibu bisa memberikan ASI ekslusif pada bayinya
selama masa post partum dan seterusnya.
Referensi
Piliteri, 2003 ; Lowdermilk, Perry, Bobak. 2005
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Reeder, Martin, Griffin. 2014. Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC
Bobak,Lowdermilk,Jensen. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC