Anda di halaman 1dari 16

I. SKENARIO 6: Kehadiran Sang Buah Hati...

Bidan Lisa, seorang bidan PTT di Desa Suka Menanti sedang memberikan asuhan pada klien
berusia 28 tahun G3P1A1 yang akan bersalin .Jam 09.00 WIB dilakukan pemantauan selanjutnya, his
semakin kuat 3-4x/10 menit lamanya 40 detik. Pengeluaran lendir bercampur darah bertambah banyak.
VT : efficement 100%, kepala Hodge +3, UUK kiri depan, pembukaan lengkap. Bidan menyampaikan
kepada pasien bahwa ia berada pada kala II persalinan dan akan/ segera bersalin. Bidan memimpin ibu
untuk mengedan dan kepala membuka pintu. Bidan terus melanjutkan pimpinan mengedan sampai
kepala engagement.
Pukul 09.20 WIB ibu mengatakan merasa ingin BAB, Bidan Lisa melihat adanya tekanan pada
anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Bidan melakukan persiapan pertolongan persalinan
sesuai dengan langkah-langkah asuhan persalinan normal dengan melakukan pemecahan ketuban.
Setelah 10’ memimpin persalinan, pada saat memeriksa denyut jantung janin diantara kontraksi
diperoleh hasil frekuensi 180x/menit, irama teratur. Bidan Lisa melakukan tindakan resusitasi
intrauterin untuk mencegah fetal distress pada janin. Seiring dengan bertambah his Bidan Lisa
memimpin persalinan pada saat kepala tampak dengan diameter 3-4 cm di depan vulva, bidan
melakukan episiotomi karena perineum terlihat kaku. Bidan Lisa menolong kelahiran kepala, bahu dan
badan janin. Pada pukul
09.35 WIB bayi lahir spontan, segera menangis, warna kemerahan dengan aktivitas baik, jenis kelamin
perempuan sesuai dengan yang diharapkan ibunya.
Bagaimanakah skenario pada kasus diatas?

A. Hasil Langkah 1
Klasifikasi Terminologi
1. Bidan PTT : Bidan yang bukan pegawai negeri, diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pekerjaan sebagai Bidan dalam rangka pelaksanaan
program pemerintah
2. Klien : seseorang yang datang kepada kita yang mengatakan apa yang dibutuhkan
dan keluhan yang dirasakan.
3. G3P1A1 : Gravida (G) yaitu jumlah kehamilan yang dialami wanita. Para/Partus (P)
yaitu jumlah kehamilan yang diakiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk
melangsungkan kehidupan. Abortus (A) yaitu jumlah kelahiran yang diakhiri dengan
aborsi spontan atau terinduksi pada usia kehamilan sebelum 20 minggu atau memiliki
berat kurang dari 500gram.
4. Bersalin : proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut sebagai janin atau
kandungan
5. His semakin kuat : suatu keadaan dimana his normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga mempercepat kelancaran persalinan.
6. Pengeluaran lendir bercampur darah : merupakan suatu tanda awal memulai persalinan.
7. VT : merupakan suatu metode dengan memasukkan dua jari pemeriksa (telunjuk dan
jari tengah) ke dalam vagina ibu untuk memeriksa pembukaan servik atau leher rahim
apakah telah siap untuk proses kelahiran bayi atau belum
8. efficement 100% : pendataran kanalis servikalis yang semula panjangnya 1- 2 cm
menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal ostium yang tipis.
9. Hodge +3 : bidang yang sejajar dengan bidang HodgeI dan II, terletak setinggi spina
ischiadicakanan dan kiri.
10. UUK kiri depan : ubun – ubun kecil kiri depan yang berada di Letak belakang kepala
11. pembukaan lengkap : pembukaan sempurna karena serviks sudah terbuka sebesar 10
sentimeter
12. kala II persalinan : merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir
13. Bidan memimpin ibu untuk mengedan : Mengejan dengan cara yang baik dan benar saat
kontraksi dapat membuat proses melahirkan ibu menjadi lebih efektif
14. kepala membuka pintu : Masuknya kepala janin ke dalam pintu atas panggul
15. Bidan : seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftarkan dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan
16. pimpinan mengedan : mengajar mengejan dengan cara yang baik dan benar saat
kontraksi dapat membuat proses melahirkan ibu menjadi lebih efektif
17. engagement : Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya
kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika bagian
terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah

18. Anus : saluran pendek pada ujung rektum dan menjadi jalur keluarnya feses

19. Perineum : Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.
Perinealis transversus profunda,m.constrictor urethra)

20. Vulva : bagian luar dari organ seksual wanita, yang meliputi labia (minora dan
mayora), klitoris, dan kelenjar Bartholin yang ada di kedua sisi vagina.

21. Persiapan Pertolongan Persalinan : suatu bentuk pelayanan terhadap persalinan ibu
melahirkan yang dilakukan oleh penolong persalinan baik oleh tenakes seperti
dokter dan bidan.

22. Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Normal : Tindakan mengeluarkan janin yang


sudah cukup usia kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat.

23. Pemecahan Ketuban : proses merobek kantong ketuban yang dilakukan secara
sengaja oleh dokter atau bidan.
24. Denyut Jantung Janin : adalah suatu indikator yang digunakan untuk memantau kondisi
kesehatan janin di dalam kandungan
25. Kontraksi : merupakan peregangan pada dinding rahim yang merupakan merupakan
tanda awal persalinan ketika melahirkan
26. Frekuensi 180x/Menit : hasil pemeriksaan bahwa kondisi detak jantung janin tidak
normal
27. Irama Teratur : Sifat bunyi berdetak, dalam keadaan normal lebih cepat dari denyut nadi
28. Resusitasi Intrauterin : pengobatan utama dalam mengatasi gawat janin
29. Fetal Distress : menunjukkan perubahan dalam pola jantung janin, berkurangnya gerakan
janin, hambatan pertumbuhan janin, dan adanya mekonium pada saat persalinan.
30. His : kontraksi otot-otot rahim pada saat persalinan
31. Episiotomi : Insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk memperlebar bagian
lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir
32. Perineum Terlihat Kaku : tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat
meningkatkan resiko terhadap janin
33. Menolong Kelahiran Kepala, Bahu Dan Badan Janin.
34. Lahir Spontan : suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah
cukup bulan, melaluijalan lahir (pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau
tanpabantuan

35. Warna Kemerahan : kondisi normal yang tidak perlu Anda khawatirkan
B. Hasil Langkah 2
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana cara bidan melakukan Asuhan persalihan pada ibu?
2. Bagaimana cara bidan menentukan pemantauan persalinan tersebut?
3. Apa saja tanda-tanda pada persalinan?
4. Bagaiamana cara bidan mengajarkan kepada ibu cara mengedan yang baik?
5. Bagaimana langkah-langkah asuhan persalinan normal dan pemecahan ketuban?
6. Bagaimana cara bidan menjelaskan kepada pasien bahwa ibu memasuki kala II
persalinan?
7. Apa penyebab DJJ meningkat diantara kontraksi?
8. Mengapa tindakan resusitasi dilakukan oleh bidan?
9. Apa penyebab fetal distress pada janin?
10. Mengapa fetal distress pada janin harus dicegah?
11. Bagaimana langkah-langkah resusitasi intrauterine?
12. Bagaimanakah cara bidan mengetahui his bertambah?
13. Apa saja tindakan yang dilakukan bidan pada saat kepala tampak 3-4 cm didepan
vulva?
14. Mengapa bidan melakukan episiotomi?
15. Bagaimana langkah-langkah bidan melakukan episiotomi?
16. Bagaimana cara bidan melakukan penilaian APGAR score pada BBL?

C. Hasil Langkah 3
Menganalisis masalah
1. Bagaimana cara bidan melakukan Asuhan persalihan pada ibu?
Bidan sebagai pemberi asuhan dan pendamping persalinan diharapkan dapat memberikan
pertolongan, bimbingan dan dukungan selama proses persalinan berlangsung. Selama kala II
persalinan, bidan harus tetap membantu dan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan fisiologis
pada ibu bersalin meliputi kebutuhan oksigen, cairan, eliminasi (apabila tidak memungkinkan
dapat dilakukan kateterisasi), istirahat, posisi, dan pertolongan persalinan yang terstandar.
2. Bagaimana cara bidan menentukan pemantauan persalinan tersebut?
a. Patograf
1) Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2007)
2) Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian
dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimanasemua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir( JNPK-KR, 2008).
3) Penggunaan Patograf
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik
persalinan dengan penyulit maupun yangtidak disertai dengan penyuli
4) Penggisian Patograf
a) Pencatatan selama Fase Laten Kala I PersalinanSelama fase laten, semua
asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan
secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju
Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi
juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
dengan seksama, yaitu :
(1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
(2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30menit
(3) Nadi : setiap 30 menit
(4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
(5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
(6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
(7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 –4 jamh)Pencatatan Selama
Fase Aktif Persalinan
b) Pencatatan selama fase aktif persalinanHalaman depan partograf
mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil –hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, meliputi:
(1) Informasi tentang ibu :Nama, umur
(2) Gravida, para, abortus (keguguran)
(3) Nomor catatan medik nomor Puskesmas
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah : tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
c) Waktu pecahnya selaput ketuban
d) Kondisi janin:
(1) DJJ (denyut jantung janin)
(2) Warna dan adanya air ketuban)
(3) Penyusupan ( moulase) kepala janin.
e) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
(2) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin
(3) Garis waspada dan garis bertindak
f) Jam dan wakt
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
g) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya
h) Obat –obatan dan cairan yang diberikan:
(1) Oksitisin
(2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
i) Kondisi ibu :
(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur
(2) Urin ( volume , aseton, atau protein)
j) Asuhan, pengamatan,dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan)(Sarwono, 2014).

3. Apa saja tanda-tanda pada persalinan ?


a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada pada
serviks.
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
4. Bagaiamanakah cara bidan mengajarkan kepada ibu cara mengedan yang baik?
a. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
b. Jika memungkinkan, coba cari posisi yang paling nyaman saat kamu mengejan. Contohnya
bisa dalam posisi jongkok atau berbaring menyamping.
c. Posisikan dagu di atas dada dan tarik kaki ke arah dada. Posisi ini akan membantu semua
otot-ototmu bekerja dengan baik.
d. Ambil napas dalam-dalam ketika kontraksi datang, lalu tahan.
e. Kencangkan otot perut dan mulai mengejan sampai hitungan ke-10.
f. Kemudian ambil napas cepat dan mengejan kembali sampai hitungan 10. Ulang satu kali
lagi.
g. Usahakan untuk mengejan sebanyak tiga kali setiap kali kontraksi.
h. Gunakan seluruh tenagamu saat mengejan. Namun pada waktu tertentu, kamu mungkin
akan diminta untuk mengejan dengan lembut, untuk menghindari robeknya perineum dan
dinding vagina.
5. Bagaimana langkah-langkah asuhan persalinan normal dan pemecahan ketuban?
a. 60 APN
1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol
d) Vulva dan sfingter ani membuka
2) Menyiapkan pertolongan persalinan Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi
segera.
3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior(belakang) menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air
DTT
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap (bila selaput
ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi)
9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/ menit)
11) Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikanibu merasa nyaman.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasaada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18) Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan
membantu lahirnya kepala.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala secara biparietal. Anjurkan ibu
meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakkan kepala ke bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis kemudian gerakan kea rah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang,
tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi
dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
25) Lakukan penilaian sepintas :
a) Apakah menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
26) Meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecualibagian tangan tanpa membersihkan verniks.
27) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus dengan cara sisi tangan kiri (ulnar)
menekan tinggi fundus uteri (TFU) dengan hati-hati jangan terlalu keras, bila
TFU setinggi pusat atau <2 cm menunjukkan tidak ada bayi dalam uterus.
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian
luar yang sudah dipersiapkan sebelum pertolongan kala II dengan cara
memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
30) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3
cm dari pusat bayi.
31) Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayimenempel
didada atau perut ibu.Usahakan kepala bayi berada diantara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting payudara ibu.
33) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan
ditempatkan di abdomen ibu untuk mendeteksi kontraksi dan tangan lain
memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali
pusat.
35) Regangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus
kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri).
36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke
arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,
letakkan telapak tanga di fundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan
lengkap.
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
41) Cek uterus untuk memastikan tetap berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas
sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk.
44) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau sekitar ibu
berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu makan dan minum yang diinginkannya
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% lepas sarungkan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
56) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik,
pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh normal (36,5-37,5
°C) setiap 15 menit
57) Setelah 1 jam pemberian Vitamin K1, berikan suntikan Hepatitis B di paha kanan
bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
disusukan
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60) Lengkapi partograf
b. Langkah – Langkah Amniontomi
1) Petugas mencuci tangan
2) Memakai sarung tangan steril
3) Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam lalu sentuh ketuban yang
menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba tali pusat atau bagian-
bagian kecil lainnya disekitar kepala
4) Pegang 1/2 klem kocher dengan tangan kiri serta masukkan ke dalam vagina
dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan menyentuh selaput
ketuban dengan hati - hati
5) Saat kekuatan his berkurang, dengan 2 tangan kanan menggoreskan klem
6) kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
7) Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan
8) Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher dan rendam dalam larutan klorin
0,5%.
9) Pertahankan 2 jari tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya
kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat.
10) Setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan
kanan dari vagina secara perlahan.
11) Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran bayi) atau
darah.
12) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
13) Cuci kedua tangan.
6. Bagaimana cara bidan menjelaskan kepada pasien bahwa ibu memasuki kala II
persalinan?

a. His menjadi lebih kuat


b. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
c. Pasien mulai mengejan
d. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka

e. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala
membuka pintu”

f. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”
7. Apa penyebab DJJ meningkat diantara kontraksi?
Denyut jantung janin dipengaruhi oleh, kontraksi uterus, dan kecemasan selama
kehamilan. Kecemasan yang dirasakan ibu bersalin. Pemeriksaan DJJ diantara kontraksi
uterus cenderung akan meningkatkan frekuensi DJJ.
8. Mengapa tindakan resusitasi dilakukan oleh bidan?
Tidakan tersebut agar memastikan sirkulasi darah tetap terjaga dan mencukupi
kebutuhan oksigen dalam tubuh pada janin tersebut.
9. Apa penyebab fetal distress pada janin?
Terjadinya kekurangan oksigen sementara atau permanen pada janin, yang dapat
menyebabkan hipoksia janin dan asidosis metabolik. Karena oksigenasi janin tergantung
pada oksigenasi ibu dan perfusi plasenta, gangguan oksigenasi ibu, suplai darah rahim,
transfer plasenta atau transportasi gas janin yang dapat menyebabkan hipoksia janin dan
non-reassuring fetal status.
10. Mengapa fetal distress pada janin harus dicegah?
Bila tidak dicegah maka yang akan terjadi pada bayi tersebut kekurangan oksigen atau
kegagalan peningkatan tekanan udara di paru-paru akan mengakibatkan arteriol di paru-
paru tetap konstriksi sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan
oksigen ke jaringan.
11. Bagaimana langkah-langkah resusitasi intrauterine?
a. Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
b. Memastikan ibu terhidrasi dengan baik.
c. Berikan oksigen 6-8 L/menit
d. Perlu kehadirkan dokter spesialis anak
Biasanya resusitasi intrauterin tersebut diatas dilakukan selama 20 menit..
12. Bagaimanakah cara bidan mengetahui his bertambah?
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Saat pemeriksaan untuk mengetahui his
bertambah yang perlu dinilai adalah durasi ialahberapa lama kontraksi itu berlangsung,
Frekuensi ialah jeda di antara setiap kontraksi yang dirasakan, dan apakah Pola
kontraksinya teratur atau tidak teratur.
13. Apa saja tindakan yang dilakukan bidan pada saat kepala tampak 3-4 cm didepan vulva
a. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
b. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
c. Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan
d. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan
membantu lahirnya kepala.
e. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
f. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
g. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala secara biparietal. Anjurkan ibu
meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakkan kepala ke bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis kemudian gerakan kea rah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
h. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan
yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.
i. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan
jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
14. Mengapa bidan melakukan episiotomi?
Dilakukan episiotomi pada kasus ini di dapatkan bahwa perenium kaku dan pembukaan
sudah lengkap sehingga dilakukan episiotomi tujuannya untuk mencegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin dan untuk mencegah robekan perineum atau
renggangan otot-otot perineum yang berlebihan.
15. Bagaimana langkah-langkah bidan melakukan episiotomi?
a. Menyampaikan salam
b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Menunjukkan sikap sopan, sabar dan teliti
d. Mengatur posisi pasien
e. Tanggap terhadap reaksi pasien
f. Memberitahu dan menjelaskan ibu akan disuntik
g. Menyuntikan lidokain di bawah kulit perineum, teruskejaringan di bawahnya
h. Memastikan bahwa anestesi sudah bekerja
i. Melindungi daerah dalam perineum dengan jari telunjuk dan tengah tangan kiri
j. Insisi dengan gunting episiotomi yang tajam pada comisura posterior ke arah serong
ke kanan atau kiri kurang lebih 3 cm (saat ada His)
k. Tekan dengan kasa daerah insisi perinium
l. Bereskan alat dan rendam ke larutan klorin 0,5%
m. Mencuci tangan
n. Menjaga privasi pasien
o. Memberikan perhatian terhadap respon pasien
p. Melakukan pendokumentasikan hasil
16. Bagaimana cara bidan melakukan penilaian APGAR score pada BBL?
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna Seluruh badan biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh, Appearance
Kulit atau pucat normal merah tangan, dan
muda,tetapi tangan kakinormal merah
dan kaki kebiruan muda, tidak
adasianosis
Denyut tidak ada <100 kali atau >100 kali atau Pulse
Jantung menit menit
Respon tidak ada respons meringis atau meringis atau Grimace
Reflek terhadap stimulas menangis lemah bersin atau batuk
ketika distimulasi saat stimulasi
saluran napas
Tonus Otot lemah atau tidak Sedikit gerak Bergerak aktif Activity
ada
Pernapasn Tidak ada lemah atau tidak menangis kuat, Respiration
teratur pernapasan baik
dan teratur

Tabel 2.2. Interpretasi Skor

Jumlah Skor Interpretasi Catatan


7 – 10 Normal
4–6 Asfiksia Ringan Memerlukan tindakan medis segera seperti
penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas,
atau pemberian oksigen untuk membantu
bernapas
0–3 Asfiksia Berat Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
D. Hasil Langkah 4
Menarik kesimpulan dari L3

Persalinan

Kala II

Pengkajian Interpretasi data Diagnosa Masalah Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi

Sesuai dengan Sesuai dengan Lakukan 60 Melakukan SOAP


Interpretasi data diagnosa masalah APN 60 APN
Data S Data O :

ibu akan pembukaan


merasakan adanya serviks telah
dorongan kuat lengkap,terlihatn
untuk meneran, ya bagian kepala
adanya tekanan bayi dan his
pada anus dan menjadi lebih
tampak perineum kuat, lebih
menonjol, vulva, sering dan
dan spingter ani semakin
membuk
Diagnosa yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktik kebidanan harus
memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan
E. Hasil Langkah 5
Merumuskan sasaran/sumber belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana cara bidan melakukan Asuhan
persalihan pada ibu inpartu?
2. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana cara bidan menentukan pemantauan
persalinan tersebut?
3. Mahasiswa mampu mengetahui Apa saja tanda-tanda pada persalinan?
4. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaiamana cara bidan mengajarkan kepada ibu
cara mengedan yang baik?
5. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana langkah-langkah asuhan persalinan
normal dan pemecahan ketuban?
6. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana cara bidan menjelaskan kepada pasien
bahwa ibu memasuki kala II persalinan?
7. Mahasiswa mampu mengetahui Apa penyebab DJJ meningkat diantara kontraksi?
8. Mahasiswa mampu mengetahui Mengapa tindakan resusitasi dilakukan oleh bidan?
9. Mahasiswa mampu mengetahui Apa penyebab fetal distress pada janin?
10. Mahasiswa mampu mengetahui Mengapa fetal distress pada janin harus dicegah?
11. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana langkah-langkah resusitasi intrauterine?
12. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimanakah cara bidan mengetahui his
bertambah?
13. Mahasiswa mampu mengetahui Apa saja tindakan yang dilakukan bidan pada saat
kepala tampak 3-4 cm didepan vulva?
14. Mahasiswa mampu mengetahui Mengapa bidan melakukan episiotomi?
15. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana langkah-langkah bidan melakukan
episiotomi?
16. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana cara bidan melakukan penilaian
APGAR score pada BBL?

F. Mengumpulkan informasi tambahan baik dari


perpustakaan, internet, dsb

komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan


komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di negara
berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana
tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih
belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar
mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi; menerapkan asuhan
persalinan secara tepat guna dan waktu,baik sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera
melakukan rujukan;maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan
dan kematian.

Peran bidan yang ada sangat berpengaruh dalam meningkatkan rasa percaya diri ibu
yang akan melahirkan. Pengetahuan bidan tentang perubahan fisiologis dan psikologis
kehamilan normal sangat penting sehingga bidan bisa mengidentifikasi perubahan yang
terjadi akibat kehamilan dan mendeteksi abnormalitas, sehingga seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidananyang sesuai.
G. Menyampaikan kesimpulan akhir : Kala II persalina

II. Referensi (minimal 3 buku & 2 jurnal pada 5 tahun


terakhir)
Cunningham, 2016. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Daryanti, Aprina, H P. 2020. Gambaran Yang Mempengaruhi Fetal Distress Pada Sectio
Caesarea Di Rsud Banyumas. Husada Nursing Journal. Vol 6 No 1, Juni 2020/ Hal.59
Katiandagho, N & Kusmiyati, 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianasfiksia
neonatorum. Journal Ilmiah Bidan. pp. 3(2), 28-38.
PN, 2017. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Prawirohardjo, Sarwono.2015.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai