Anda di halaman 1dari 72

LOGBOOK KEPERAWATAN MATERNITAS 1

TUTOR KASUS II

DOSEN PEMBIMBING: Ns. LURI MEKEAMA, M.Kep.

DISUSUN OLEH:

SILVI SALSABILA

G1B119016

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KASUS TUTOR II
KEPERAWATAN MATERNITAS I

Ny. A usia 17 tahun, agama Islam, IRT, pendidikan SD, suku Sumatera dibawa ke ruang bersalin
RS mengaku hamil anak pertama dan sudah waktunya melahirkan. Keluhan pasien perut mules,
menjalar ke pinggang, dan keluar lendir merembes dari jalan lahir. Pasien mengatakan mules
sejak sekitar 8 jam yang lalu jam 24.00 wib. Pasien tampak meringis kesakitan dan memegang
perut bagian bawah dan pinggangnya. Berdasarkan anamnesa G1P0A0, mengaku HPHT 20-1-
2020, skala nyeri 5, mules/nyeri hilang timbul, semakin bertambah dan lama. Pemeriksaan fisik
menunjukkan TD 110/90 mmHg, Nadi 80 x/mnt, R 20 x/mnt, suhu 36,5 celcius, BB 65 kg,
tampak strie pada perut pasien. Kontraksi uterus dalam 10 menit frekuensi 3 kali, durasi 20 detik,
intensitas sedang. Pemeriksaan Leopold 1 menunjukkan bokong di fundus dan TFU 2 jari di
bawah prosessus xifoideus. Leopold II posisi punggung kiri, DJJ 140 x/mnt. Leopold III
presentasi kepala, kepala janin masuk PAP. Leopold IV divergen. Pemeriksaan dalam diketahui
portio tebal, selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 3 cm .
Ny. A dan suaminya (Tn B) tampak cemas. Tn B tidak tahu apa yang meski dilakukan untuk
membantu mengurangi nyeri istrinya.
Pada pukul 14.00, dalam 10 menit kontraksi 3 kali, durasi 35 detik, DJJ 140 x/mnt, pembukaan 5

Kala II
Pada pukul 21.00 WIB ibu mengeluh kontraksi semakin kuat, ingin meneran, nyeri skala 9.
Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 155 x/mnt, pembukaan lengkap, presentasi
belakang kepala, penyusupan kepala molage berjauhan. Perawat dan bidan mendekatkan partus
set dan pasien diposisikan lithotomi. Ibu dilakukan episiotomy 3 cm pada perineum. Bayi lahir
spontan pada pukul 23.00, berat badab 3000 gr, panjang badab 48 cm, lingkar kepala 30 cm,
menangis spontan.

Kala III
Ibu diberikan injeksi oksitosin 1 ampul IM dan 21.30 plasenta lahir lengkap.
Kala IV
Ibu dilakukan observasi. Kontraksi uterus baik. TD 100/80 mmHg, Nadi 76x/mnt, suhu 37
celsius, respirasi 18 x/mnt. Perdarahan normal

LO:

1. Jelaskan konsep persalinan

2. Kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual ibu dan keluarga pada masa intranatal

3. Jelaskan asuhan keperawatan pada ibu bersalin partus normal pada kala 1, II,III, IV

4. Pendidikan kesehatan pada ibu dan keluarga di masa intranatal

STEP 1

IDENTIFIKASI KATA SULIT

1. Episiotomi
2. Pemeriksaan Leopold
3. Partio
4. Oksitosin
5. Px
6. Strie
7. Divergen
8. G1P0A0
9. HPHT
10. Molage
11. TFU
12. PAP (Masuk PAP)
13. DJJ
14. Mules (Verbal Pasien)
15. Kontraksi Uterus pada Persalinan
16. Leopold 1
17. Leopold 2
18. Leopold 3
19. Leopold 4
20. Fundus
21. Presentasi Kepala
22. Janin Masuk PAP
23. Portio Tebal
24. Pembukaan Serviks
25. Pemeriksaan Dalam
26. Pembukaan Tiga
27. Pembukaan Lima
28. Meneran
29. Pembukaan Lengkap 
30. Presentasi Belakang Kepala
31. Penyusutan Kepala
32. Molase Berjauhan
33. Partus Set
34. Plasenta Lengkap
35. Perdarahan Normal
36. Posisi Janin Punggung Kiri
37. kehamilan aterm

JAWAB

1. Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk memperlebar
vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan
di garis tengah atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari vulva, dilakukan di bawah bius
lokal dan dijahit kembali setelah melahirkan.
Dokter mungkin akan menganjurkan episiotomi pada pasien dengan kondisi berikut:
a. Adanya risiko robekan besar dan dalam selama persalinan
b. Letak bayi yang tidak normal, misalnya bayi sungsang
c. Ukuran bayi yang lebih besar dari normal
d. Persalinan premature
Prosedur ini juga dapat langsung dilakukan oleh dokter di tengah persalinan normal jika
dianggap perlu. Misalnya pada beberapa kondisi medis di bawah ini:
e. Distosia bahu, yakni bahu bayi yang terjepit di tulang panggul sang ibu
f. Denyut jantung bayi yang tidak teratur selama persalinan
g. Calon ibu membutuhkan persalinan normal dengan bantuan alat, seperti forsep atau
vakum

2. Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan metode perabaan yang berfungsi untuk
memperkirakan posisi bayi dalam rahim. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan saat menjalani
pemeriksaan kandungan rutin ditrimester 3 kehamilan, atau saat kontraksi sebelum persalinan.

3. Partio adalah istilah medis dari bagian mulut rahim yang menonjol kedalam vagina. Fungsinya
adalah menghasilkan lendir atau mukus yang berguna untuk mengalirkan sperma dari vagina
ke rahim, selain itu juga sebagai jalan lahir dan jalan keluar darah mestruasi.

4. Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk melancarkan proses
persalinan. Obat ini tersedia dalam bentuk cairan injeksi (suntikan) dan semprotan hidung.
Selain itu, oksitosin juga bisa memicu keluarnya ASI. Preparat hormon oksitosin memiliki
fungsi yang serupa dengan hormon oksitosin alami yang diproduksi oleh tubuh. Oksitosin alami
diproduksi oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini bisa menurunkan stres dan
rasa cemas, menurunkan tekanan darah, serta menyebabkan kontraksi otot. Dosis oksitosin
yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tujuan pemberiannya.

5. Px adalah bagian bawah tulang dada yang berbentuk seperti taju pedang.

6. Striae gravidarum atau stretch mark adalah Garis-garis merah yang muncul di kulit tubuh ibu
memang biasa muncul pada wanita hamil. biasanya muncul setelah kehamilan minggu ke-24
atau 25, terutama pada daerah perut, bokong, pinggul, dan paha. Setelah melahirkan, lama-
kelamaan warnanya akan pudar, kembali ke warna kulit atau sedikit putih. Munculnya garis-
garis ini dipengaruhi oleh keadaan kulit yang teregang dengan peningkatan berat badan serta
peningkatan hormon kehamilan selama kehamilan. Sebetulnya tidak semua ibu hamil
mengalami hal ini. Kemungkinan kesalahan tanda ini lebih besar jika ibu atau nenek Ibu dulu
juga mengalami hal ini, karena adanya sifat genetik atau diturunkan. Setelah melahirkan, dapat
diberikan krim tretinoin untuk membantu menghilangkan stretch mark ini.
7. Mengamati pertemuan ujung-ujung jari kedua tangan, bila ujung-ujung jari kedua tangan bisa
saling dipertemukan disebut konvergen, merupakan pertanda bahwa bagian janin yang berada
di bawah uterus belum masuk pintu atas panggul; bila ujung-ujung jari kedua tangan tidak
dapat saling dipertemukan disebut Divergen

8. Untuk memahami keadaan ibu hamil, perhatikan istilah

a. GPAG= Gravid
b. P=Partus
c. A= Abortus

Misal G1P0A0 artinya kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah
abortus

9. HPHT adalah singkatan dari Hari Pertama Haid Terakhir. Bentuknya berupa tanggal yang
menunjukkan hari pertama periode haid ibu yang terakhir. Lama kehamilan pada umumnya
adalah antara 38-40 minggu. Dan siklus haid pada umumnya adalah 28 minggu. Tapi memang,
bisa jadi meleset atau tidak sama. Itulah sebabnya ini merupakan tanggal perkiraan. Cara
menghitung HPL secara umum adalah menggunakan rumus HPHT + 7 hari - 3 bulan. Contoh :
Jika HPHT Mom adalah tanggal 1 Februari 2020, maka cara hitungnya adalah
a. 1 February 2020 + 7 hari = 8 February 2020
b. 8 February 2020 - 3 bulan = 8 November 2020
Jadi, usia kehamilan Ibu telah memasuki minggu ke 24

10. Molase adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang
saling overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan memungkinkan
terjadinya pergeseran sepanjang garis sambungnya. Molase (Molding) melibatkan seluruh
tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh
struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molase akan memungkinkan diameter yang
lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui panggul ibu.
Molase ( penyusupan ) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup /
tumpang tindih menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( Chepalo Pelvic
Disproportion ) CPD.
11. Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah jarak antara titik simfisis pubis dan fundus uteri. Biasanya
dilakukan pemeriksaan pada 12 minggu hingga 14 minggu usia kehamilan. Metode ini dapat
mengetahui dan memantau pertumbuhan janin di dalam rahim Ibu. Tinggi fundus sendiri
dihitung dari puncak tulang panggul ke bagian paling atas perut. Tinggi fundus yang normal
adalah memiliki angka 2 cm dari usia kehamilan. Misalnya saat menginjak 32 minggu hamil,
kisaran normal tinggi fundus adalah 30 hingga 34 sentimeter. Ukuran yang lebih besar atau
lebih rendah memerlukan evaluasi kehamilan Moms. Salah satu cara pengecekan adalah dengan
USG. Tujuan dari pengukuran tinggi fundus uteri adalah untuk menghitung usia kehamilan dan
mengukur perkembangan dan pertumbuhan janin. Hasil dari tinggi fundus uteri atau tfu ibu
hamil akan menunjukkan usia kehamilan.

12. Posisi bayi yang telah masuk pintu atas panggul (PAP) jadi ciri yang menandakan sang bayi
siap untuk keluar dari rahim Ibu. ciri-ciri perubahan posisi bayi yang telah masuk PAP
Sebagian besar perubahan posisi bayi ini terjadi pada minggu ke-33 atau ke-34. Bayi akan
secara perlahan mengubah posisi kepala menuju ke arah panggul. Perubahan ini biasanya
membuat tekanan pada perut dan paru-paru yang kerap tiba-tiba terjadi. Gerakan bayi ini akan
membuat Ibu merasakan tekanan di bagian tersebut dengan cukup sering. Selain itu, Ibu
mungkin merasakan sesak napas dan rasa panas yang muncul. Kondisi ini disebabkan oleh
perubahan yang tiba-tiba. Ketika Ibu menjadi lebih sering ngos-ngosan, itu bisa menandakan
perubahan posisi bayi dalam perut.

13. Denyut jantung janin atau DJJ adalah suatu indikator yang digunakan untuk memantau kondisi
kesehatan janin di dalam kandungan. Denyut jantung janin umumnya dapat terdengar usia
kandungan 16 minggu. Detak jantung janin normal per menit yaitu sekitar 120- 160x/menit
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Sementara DJJ janin Anda
masih dalam batas normal, sebab masih antara 120-160x/menit.

14. Mulas saat hamil merupakan salah satu keluhan yang kerap dirasakan oleh setiap ibu hamil.
Keluhan ini bisa muncul di awal kehamilan atau menjelang persalinan. Mulas saat hamil dapat
disebabkan oleh banyak hal. Bagi ibu hamil yang telah memasuki kehamilan trimester akhir,
keluhan ini bisa menjadi pertanda awal persalinan. Rasa mulas saat hamil yang merupakan
tanda persalinan biasanya akan muncul ketika usia kandungan sudah mendekati hari perkiraan
lahir. Munculnya rasa mulas umumnya juga akan disertai gejala-gejala lain, seperti :
a. Pecahnya ketuban
b. Munculnya lendir kecokelatan atau bercampur darah dari vagina
c. Lebih sering buang air kecil
d. Kontraksi rahim yang terasa semakin kuat dan kencang
e. Nyeri punggung bagian bawah

15. Kontraksi uterus merupakan indikator utama dalam penentuan proses persalinan. Kontraksi
uterus tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua fase, yakni fase laten dan fase aktif. Pada fase
laten, kontraksi otot uterus mengakibatkan serviks uterus mendatar dan mulai membuka.
Pembukaan serviks yang paling besar pada fase laten adalah sekitar 3 cm. Fase laten pada
umumnya berlangsung sekitar 4 sampai 24 jam. Beberapa wanita ada yang mengalami fase
laten selama seminggu. Kontraksi otot uterus padafase laten kadang berhenti dan kadang terjadi
dengan durasi 30-40 menit. Kontraksinya tidak lama dan tidak bertambah (Loi et al.,2012).
Selanjutnya, berdasarkan penelitian Peisner dan Rosen menemukan 90% wanita yang bersalin
normal melewati fase aktif dengan kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam. Sifat kontraksi fase
aktif adalah semakin lama semakin kuat. Durasi kontraksi otot uterus menjadi > 40 detik
(Savona-Ventura, 2011). Kontraksi uterus pada proses persalinan akan mendorong pengeluaran
janin dari dalam kavum uterus. Pada awal kala I persalinan intensitas kontraksi uterus
adalah sekitar 25 mmHg, dan akan meningkat secara progresif mencapai 55-80 mmHg pada
akhir kala I.Intensitas terbesar kontraksi uterus berada pada bagian fundus uteri. Maka untuk
mengukur kontraksi uterus secara eksternal menggunakan Cardiotocografy(CTG), alat tersebut
dipasang pada fundusuteri. Pada saat yang bersamaan frekuensi kontraksi juga meningkat 3-5
kali dalam 10 menit. Masalah kontraksi yang menimbulkan gangguan pada kemajuan
persalinan pada fase laten atau pembukaan serviks jika kekuatan kontraksi kurang dari 15
mmHg. Kelemahan kontraksi ini akan berakibat lamanya proses kemajuan persalinan.
Sementara permasalahan kontraksi yang terjadi pada fase aktif menimbulkan masalah
pada kemajuan persalinan. Kelainan yang timbul adalah pembukaan servik tidak bertambah
selama 2 jam atau lebih (Cunningham and Williams, 2014).
16. Leopold 1
Berfungi ntuk menentukan letak bagian tertinggi rahim.
a. Pemeriksa menghadap ke arah wajah ibu hamil
b. Dengan menggunakan kedua tangan, pemeriksa menentukan tinggi fundus uteri (jarak
fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan sentimeter jarak dari pinggir
atas simphisis ke fundus uteri)
c. Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan untuk
menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.
Bokong akan teraba sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala akan teraba
sebagai bagian yang keras, bulat, dan lebih mudah untuk digerakkan.

17. Leopold 2
Untuk mengetahui bayi Bunda menghadap ke kanan atau ke kiri.
a. Pemeriksa masih menghadap ke arah wajah ibu hamil.
b. Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada sisi kiri-kanan
abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
c. Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil janin.
d. Pada letak lintang, tentukan di mana letak kepala janin.

Pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang merupakan punggung

janin, dan di sisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang lebih mudah digerakkan yang

merupakan ekstremitas dari janin. Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis akan

membuat bagian-bagian janin tersebut dapat diidentifikasi.


18. Leopold 3
Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh bayi yang berada
di bagian bawah rahim.
a. Pemeriksa menghadap ke arah wajah ibu hamil.
b. Dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan jari-jari tangan lainnya untuk
menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba di daerah abdomen bagian
bawah atau tepat di atas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan fiksasi pada
bagian fundus uteri.

19. Leopold 4
Untuk membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah turun sampai rongga tulang
panggul (jalan lahir) atau masih di area perut.
a. Pemeriksa sekarang menghadap ke arah kaki ibu
b. Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan, maka selain dapat ditentukan bagian
terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki
pintu atas panggul.

Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang berada di pihak
bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang
berada di pihak punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa
melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan
menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah
masuk lebih jauh ke dalam panggul. Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala
dengan mudah dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dan teraba ballotement. Kedua jari
tangan dapat berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala saja
yang dapat teraba dan kepala tidak dapat digerakkan, maka ia sudah memasuki PAP
(engaged).

20. Fundus adalah istilah medis dari bahasa latin yang berarti bagian yang terjauh dari daerah pintu
masuk sebuah organ. Fundus pada anatomi organ berada di beberapa bagian organ seperti mata,
lambung, otak, kandung empedu, rahim dan kandung kemih. Secara awam umumnya fundus
sering diasosiasikan dengan tinggi fundus uteri (rahim) untuk mengukur usia kehamilan. Disini
dimaksudkan bahwa untuk mengukur usia kehamilan seorang pemeriksa (dokter atau bidan)
dapat mengukur tinggi fundus uteri (tinggi rahim) untuk menentukan usia tersebut. Tinggi
fundus uteri bisa diukur dengan meraba perut secara langsung untuk menentukan bagian
tertinggi dari rahim yang teraba dari kulit luar. Umumnya tinggi fundus uteri diukur dengan
menggunakan meteran (diukur dari arah pubis vagina) atau diukur dengan menggunakan
batasan seperti contoh setinggi pusar, 3 jari atas pusar dan lain-lain.

21. Presentasi adalah apa yang menjadi bagian terendah dari janin. Dipakai untuk menentukan apa
yang menjadi bagian janin yang terendah dan tiap presentasi terdapat dua macam posisi : kanan
dan kiri dan tiap posisi terdapat tiga macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang ( kiri
depan, kiri lintang, dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan kanan belakang). Untuk
melahirkan normal jika posisi kepala bayi dalam kandungan ada di bawah paling dekat dengan
jalur lahir dengan wajah menghadap punggung ibu dan dagu menempel di dada. Posisi ini
disebut dengan presentasi kepala, dan memungkinkan bayi untuk menyembul keluar dengan
kepala lebih dulu.

22. Janin Masuk PAP, artinya janin telah masuk ke Pintu Atas Panggul yang menandakan bahwa
wanita hamil akan dekat dengan waktu persalinan.

23. Portio Tebal dalah suatu istilah yang dipakai dalam dunia medis yang berati mulut rahim yang
tebal.
24. Pembukaan adalah proses membukanya leher rahim atau serviks per sentimeter (cm) sebagai
jalur lahir bayi saat persalinan atau melahirkan. Pembukaan umumnya dialami oleh ibu yang
hendak melahirkan dengan jenis persalinan berupa melahirkan normal. Proses pembukaan atau
yang juga dikenal dengan nama dilatasi menjadi salah satu cara bagi dokter kandungan atau
bidan untuk melacak waktu saat ibu melahirkan. Proses pembukaan persalinan biasa
dihitung dengan angka 1-10. Namun, jangka waktu dari terbukanya serviks hingga tiba
waktunya melahirkan dapat berbeda pada setiap ibu hamil. Ada tiga fase penting yang terbagi
selama proses persalinan dengan pembukaan leher rahim. Meliputi fase laten (awal), fase
aktif, dan fase transisi. Masing-masing fase tersebut memiliki tingkat pembukaan kelahiran
serviks yang berbeda-beda.

25. Internal examination atau periksa dalam adalah tindakan yang biasanya dilakukan dokter atau
bidan untuk memastikan perkembangan proses persalinan, dengan cara memasukkan jari
tangan ke dalam vagina dan leher rahim. Saat dilakukan tindakan periksa dalam, beberapa
informasi sekaligus dapat. Termasuk seberapa terbuka serviks Ibu (yang sering disebut dengan
‘pembukaan’), dengan mengukur dari 1 hingga 10 cm. Saat sudah mendekati 10 cm, berarti
waktunyaIbua untuk mengejan sudah semakin dekat. Selama proses persalinan, posisi serviks
Ibu juga akan dipantau. Saat proses persalinan semakin berlanjut, serviks akan bergerak maju
dan membuat kepala bayi lebih mudah teraba. periksa dalam kadang-kadang juga akan
dilakukan untuk memeriksa sudah di mana posisi bayi. Dari situ, jika ketuban belum pecah,
akan diketahui juga kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemecahan secara manual. Dapat
merasakan seberapa jauh kepala bayi sudah turun dan mengukur perkembangan posisi ini mulai
dari hitungan minus 3 sampai plus 3. Minus 3 adalah ketika posisi kepala bayi masih jauh dan
belum terpantau, sementara plus 3 adalah ketika kepala bayi sudah mulai terlihat di jalan lahir.
Kemungkinan besar, periksa dalam umumnya akan dilakukan dalam 4 jam sekali. Tetapi
jumlah ini bisa berbeda-beda pada tiap perempuan, bergantung pada kondisi masing-masing.
Menurut Association for Improvements in the Maternity Services (AIMS), risiko paling umum
dari periksa dalam yang dirasakan oleh Ibu adalah rasa nyeri, tidak nyaman dan malu. Selain
itu, tindakan periksa dalam juga bisa berisiko menimbulkan infeksi, terutama jika dilakukan
tidak sesuai dengan aturan medis. Misalnya saat ketuban sudah pecah, biasanya periksa dalam
tidak lagi dilakukan terus- menerus untuk mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak
nyaman akibat periksa dalam kadang-kadang juga memengaruhi persalinan akibat adanya
proses pelepasan hormon adrenalin, yang menghambat hormon oksitosin. Pada sebagian
perempuan, kondisi ini dapat memperlambat persalinan.

26. Pembukaan 3 adalah fase dimana serviks sudah terbuka sebesar 3 sentimeter. Meski gerakan
janin belum signifikan, kepala janin mulai bergerak untuk masuk ke area tulang panggul. Itu
sebabnya di tahap ini ibu hamil akan merasakan kontraksi yang lebih kuat sehingga
menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan. Karena kontraksi sudah mulai terasa kuat, ibu
hamil dianjurkan untuk menuju rumah bersalin untuk mendapatkan pantauan dan penanganan
yang tepat dari dokter.

27. Pembukaan 5 adalah fase dimana Serviks sudah terbuka sebesar 5 sentimeter. Kontraksi yang
dialami akan semakin menguat dengan frekuensi yang semakin rapat, yaitu berlangsung 2-5
menit dengan jeda antar kontraksi 30 menit–1 jam. Pada fase ini, kepala janin sudah berada di
bagian tulang panggul dan sudah dalam posisi melintang. Bagi ibu yang belum mengalami
ketuban pecah pada pembukaan 4 mungkin akan mengalaminya di pembukaan 5 atau
pembukaan 6.

28. Menurut Harry Oxorn, 2008 Meneran adalah tahapan saat pembukaan atau dilatasi mulut rahim
mencapai puncaknya, yaitu 10 cm. Pada saat itu konsentrasi terasa semakin kuat dan secara
insting akan merasakan dorongan kuat untuk meneran, mendorong bayi keluar. Dengan teknik
meneran yang benar, bayi bisa didorong keluar tanpa perlu habis-habisan menguras tenaga.
Menurut Ariyanti, 2008 Keinginan meneran adalah reaksi tidak sadar terhadap tekanan bayi
pada dasar panggul. Rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam panggul, yang menyebabkan
keinginan yang tak tertahan untuk meregang, yang merupakan karakteristik dari keinginan
meneran

29. Pembukaan lengkap adalah tahapan proses terbukanya jalan lahir saat persalinan. Pembukaan
lengkap terdiri dari 10 tahapan
1) Pembukaan 1
Leher rahim (serviks) sudah terbuka sebesar 1 sentimeter. Pada fase ini, ibu hamil mulai
mengalami kontraksi yang ditandai dengan rasa mulas dan nyeri di bagian punggung dan
pinggang. Kepala janin juga sudah berada di tempat yang tepat menuju jalan lahir.
Namun, janin belum melakukan pergerakan apapun untuk menembus jalan lahir. Itu
sebabnya di fase ini ibu masih bisa beraktivitas ringan di rumah sambil memantau
pergerakan janin serta kontraksi rahim.
2) Pembukaan 2
Meskipun di fase ini serviks sudah terbuka sebesar 2 sentimeter, posisi janin masih sama
dengan fase pembukaan 1. Umumnya, fase ini akan berlangsung selama 12-14 jam untuk
kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Beberapa hal yang ibu
hamil rasakan pada fase ini adalah rasa mulas, perut kram, mual, kembung, nyeri
punggung, hingga gangguan pada sistem pencernaan. Itu sebabnya di fase ini ibu
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya serat dan perbanyak minum air putih
supaya pencernaan tetap berjalan lancar.
3) Pembukaan 3
Di fase ini, serviks sudah terbuka sebesar 3 sentimeter. Meski gerakan janin belum
signifikan, kepala janin mulai bergerak untuk masuk ke area tulang panggul. Itu sebabnya
di tahap ini ibu hamil akan merasakan kontraksi yang lebih kuat sehingga menimbulkan
rasa sakit yang tak tertahankan. Karena kontraksi sudah mulai terasa kuat, ibu hamil
dianjurkan untuk menuju rumah bersalin untuk mendapatkan pantauan dan penanganan
yang tepat dari dokter.
4) Pembukaan 4
Serviks sudah terbuka sebesar 4 sentimeter. Kontraksi yang dialami juga akan semakin
kuat dan semakin mendorong bayi untuk menyeruak masuk ke dalam serviks. Akibatnya,
serviks akan menjadi lebih tipis dan lebih lebar. Fase ini juga ditandai dengan pecahnya
air ketuban, sehingga semakin memudahkan janin untuk menembus jalan lahir.
5) Pembukaan 5
Serviks sudah terbuka sebesar 5 sentimeter. Kontraksi yang dialami akan semakin
menguat dengan frekuensi yang semakin rapat, yaitu berlangsung 2-5 menit dengan jeda
antar kontraksi 30 menit–1 jam. Pada fase ini, kepala janin sudah berada di bagian tulang
panggul dan sudah dalam posisi melintang. Bagi ibu yang belum mengalami ketuban
pecah pada pembukaan 4 mungkin akan mengalaminya di pembukaan 5 atau pembukaan
6.
6) Pembukaan 6
Serviks sudah terbuka sebesar 6 sentimeter. Kontraksi juga akan semakin kuat dan
berlangsung selama 1-1,5 menit dengan jeda waktu antar kontraksi 3-5 menit. Pada fase
ini, kepala janin telah sepenuhnya berada di dalam tulang panggul dan diameter kepala
bayi yang terlebar telah melewati pinggir tulang panggul.
7) Pembukaan 7
Serviks sudah terbuka sebesar 7 sentimeter. Frekuensi kontraksi juga semakin rapat
dengan intensitas yang kuat. Oleh karena itu, di fase ini ibu hamil perlu mengatur napas
untuk relaksasi, yaitu dengan mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya
perlahan.
8) Pembukaan 8
Serviks sudah terbuka sebesar 8 sentimeter. Di fase ini, ibu hamil akan merasakan
tekanan yang sangat kuat di bagian bawah punggung dan anus. Akibatnya, ibu akan
merasakan panas di sekujur tubuh dan mulai muncul keringat dingin. Ibu hamil juga akan
merasa kelelahan karena kontraksi yang kuat dan munculnya rasa kantuk akibat oksigen
di dalam kepala lebih terfokus pada daerah persalinan. Karena itu, ibu hamil memerlukan
dukungan dari suami dan keluarga agar ia tetap sadarkan diri dan semangat melalui
proses persalinan.
9) Pembukaan 9
Di fase ini, ibu hamil akan merasakan rasa mulas dan dorongan yang sangat kuat untuk
mengejan. Ini karena serviks sudah terbuka sebesar 9 sentimeter dan ada tekanan yang
sangat kuat di bagian perut bawah. Namun, di fase ini ibu tidak dianjurkan untuk
mengejan agar tidak “mengganggu” pembukaan 10 nantinya. Ibu lebih dianjurkan untuk
mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sambil menunggu
pembukaan sempurna.
10) Pembukaan 10
Pembukaan 10 merupakan pembukaan sempurna karena serviks sudah terbuka sebesar 10
sentimeter. Kontraksi di bagian otot-otot panggul akan semakin kuat terasa, sehingga
membuat ibu hamil refleks untuk mengejan. Bagian anus, vulva, dan perineum (area di
antara lubang miss V dan lubang dubur) sudah terbuka cukup lebar sehingga kepala bayi
sudah mulai terlihat. Karena ibu hamil mengejan, kepala janin akan semakin menekan
dan merobek bagian perineum. Untuk memudahkan jalan lahir, tidak jarang bagian
perineum digunting meski sebenarnya bagian tersebut sangat elastis.

30. Presentase belakang kepala dengan petunjuk ubun-ubun kecil di segmen depan, di sebelah kiri
depan ( kira-kira 2/3), dan disebelah kanan depan ( kira-kira 1/3). Presentase belakang kepala
adalah posisi yang normal atau normoposisi. Presentase belakang kepala dengan petunujuk
ubun-ubun kecil di belakang dapat di sebelah kiri belakang, kanan belakang, dan dapat pula
ubun-ubun kecil terletak melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak
normal atau malposisi.
Etiologi Presentase belakang kepala :
1) Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
2) Letak punggung janin dorsoposterior
3) Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
1. Perut gantung
2. Janin kecil atau janin mati
3. Arkus pubis sangat luas
4. Dolichocephali
5. Panggul sempit

31. Penyusupan Tulang Kepala Janin (Molase/Molding) adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin
besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan
risiko disporposi kepala panggul ( CPD ).. Pencatatan penyusupan antar tulang kepala janin
berada tepat di bawah kolom air ketuban, pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam sekali.
Pencatatan penemuan menggunakan lambang-lambang berikut ini:
0: Sutura terpisah
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki
3: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

32. Molase berjauhan artinya (0) = tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dipalpasi.
33. Partus set adalah set alat bedah yang digunakan oleh petugas medis untuk persalinan normal.
Partus Set terdiri dari :
a. Bak instrument berfungsi sebagai tempat wadah untuk membawa alat steril yang
dibutuhkan saat persalinan.
b. 2 pasang Handscoon (sarung tangan steri) berfungsi sebagai alat perlindungan diri agar
tidak terkena darah dan virus dari luar. Sarung tangan ini biasa di pakai oleh tenaga
medis agar terhindar dari infeksi serta mencegah terjadinya penularan kuman.
c. 1 buah Kateter Nelaton untuk menghisap lendir yang ada di saluran pernapasan bayi yang
di akibatkan terkena air ketuban.
d. 2 buah klem koher untuk menjepit atau menekan sesuatu benda. Klem arteri bermanfaat
untuk menghentikan pendarahan pembuluh darah kecil yang tanpa menimbulkan
kerusakan yang tidak dibutuhkan.
e. 1 buah ½ koher berfungsi sebagai alat untuk memecahkan ketuban saat persalinan.
Pemecahan ketuban dilakukan jika kepala bayi sudah turun tetapi ketuban belum pecah.
f. 1 gunting Episotomi berfungsi untuk menggunting jalan lahir searah jarum angka 5.
Episiotomi dilakukan jika perenium kaku atau bayi yang dilahirkan terlalu besar yang
menyebabkan persalinan lama.
g. 1 gunting Tali Pusat berfungsi sebagai alat untuk memotong pusat yang menyatukan
aliran darah ibu dengan bayi.
h. Penjepit tali pusat berfungsi untuk mengikat tali pusat supaya tidak terjadi infeksi jika di
ikat menggunakan benang saja.
i. Gunting lurus yang berfungsi untuk memotong benang heating pada robekan jalan lahir.
j. Pinset cirugis penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
k. Pinset anatomis penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka
menjepit jaringan yang tipis dan lunak

34. Plasenta lengkap artinya ari-ari bisa keluar secara alami dan lengkap setelah bayi lahir dan tidak
mengalami Retensio plasenta di mana ari-ari tertinggal di rahim. Pada kondisi Normal, rahim
akan tetap berkontraksi setelah bayi lahir untuk mengeluarkan plasenta
35. Perdarahan normal ini disebut juga dengan perdarahan nifas, yang bisa berlangsung 2-6 minggu
usai melahirkan. Perdarahan setelah melahirkan umumnya berasal dari robekan pada vagina
atau akibat tindakan episiotomi yang dilakukan saat persalinan. Selain itu, perdarahan juga bisa
terjadi selama proses pelepasan plasenta. Sesaat setelah bayi lahir, kontraksi pada rahim akan
memicu lepasnya plasenta. Pada kondisi yang normal, kontraksi akan terus terjadi hingga
perdarahan terhenti. Beberapa hari usai persalinan, darah akan keluar secara bertahap. Ini
adalah salah satu hal yang dialami wanita setelah melahirkan. Beberapa tanda perdarahan
setelah melahirkan yang tergolong normal adalah:
a. Perdarahan dapat diawali dengan keluarnya darah yang cukup deras dan berwarna merah
terang. Kadang perdarahan disertai keluarnya gumpalan darah.
b. Secara bertahap, darah akan berubah warna menjadi merah muda, cokelat, dan akhirnya
digantikan oleh cairan berwarna putih kekuningan.

36. Posisi janin punggung kiri artinya pada posisi ini punggung bayi menghadap ke sisi kiri Ibu
dengan bagian belakang kepala menghadap sisi belakang tubuh Ibu biasanya disebut dengan
Oksiput posterior kiri. Posisi oksiput posterior (OP) ini ditandai dengan kepala bawah dari bayi
yang menghadap sisi perut Ibu. Dengan kata lain, bayi dalam posisi telentang dengan kepala di
bagian bawah dalam jalan lahir.
37. Kehamilan aterm adalah istilah untuk menunjukkan usia kehamilan normal. Bayi lahir dalam
waktu normal ketika berumur kurang lebih 39 hingga 41 minggu. Bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 hingga 42 minggu (280-300 hari) disebut sebagai bayi yang lahir dalam waktu
normal/aterm.
STEP 2

ANALISIS MASALAH

1. Apa penyebab keluarnya lendir merembes pada jalan lahir ?


2. Apa yang perlu dilakukan sejak ibu yg dikasus tersebut merasa mulas ?
3. Apakah DJJ pada kasus 140x/mnt normal ? Jika iya mengapa ?
4. Apa yang mnandakan terjadinya kala 1, kala 2, kala 3 dan kala 4 ?
5. Berdasarkan kasus disebutkan bahwa usia ibu 17 tahun, untuk usia tersebut rahim ibu
masih lemah, apa saja resiko yang akan dialami ibu saat persalinan dan apa saja faktor
penghambat dalam persalinan tersebut ?
6. Apa penyebab lama kontraksi pada kala 1 dan 2 terkait kasus tidak normal? Dan apa kah
hal tersebut berbahaya dalam proses persalinan serta berbahaya bagi keselamatan ibu dan
janin ?
7. Apa saja tanda tanda yang sering terjadi pada ibu yang akan membutuhkan persalinan ?
8. Apakah ada perbedaan kala pada kemahilan anak pertama dan kehamilan anak yang
kedua atau lebih ?
STEP 3

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dikarenakan adanya pertambahan hormon baru sehinggal menyebab kan adanya lendir.lendir
ini disebut leukorrhea. Lendir ini pada umum nya hal yang normal pada ibu hamil muda
maupun tua tapi jika lendir yang keluar itu banyak lebih baik langsung periksa ke dokter.
Karena untuk membuka jalan lahir, lediledir tersebut merupakan tanda-tanda akan terjadinya
kehamilan. Lendir tersebut merupakan Leucorrea (Sekret keputihan atau keabu-abuan dan
sedikit apek) lendir ini merupakan adaptasi fisiologi kehamilan dari ibu akibat produksi hormon
estrogen dan progesteron. Lendir ini berfungsi sebagai sawar terhadap infeksi selama
kehamilan.

2. Menyarankan ibu untuk beristirahat tidur dg posisi nyaman seperti meninggikan kepala dan
meletakan bantal di bawah kaki supaya asam lambung tidak naik ke kerongkongan. Bisa jg dg
tidur miring agar mulas berkurang. Pada kasus tersebut, mulas ibu merupakan tanda fase
persalinan dini. Selama fase tersebut, tubuh ibu akan bekerja keras untuk menyiapkan diri
menghadapi kontraksi yang lebih intensif dan persalinan. Sangat direkomendasikan ketika
masih dalam fase persalinan dini, ibu melakukan hal-hal berikut:
1. Beristirahat
Ibu hamil beristirahat atau tidur sebanyak yang ibu bisa. Jangan menghabiskan energi dengan
berteriak-teriak apalagi sampai histeris. Ibu harus menjaga kondisi tubuh tetap fit karena
persalinan dan mengejan akan sangat menguras energi. Dengarkan suara rekaman gemericik
air, musik atau apapun yang bisa membuat ibu tenang.
2. Relaksasi
Jika merasa gelisah atau tidak nyaman, fokuslah pada aktivitas yang santai. Minta pasangan
untuk memijat atau sekedar menyalakan aromaterapi. Atur napas, tarik panjang lewat hidung
dan buang perlahan lewat mulut.
3. Makan minumKebutuhan tubuh sangat penting di awal persalinan. Jika haus, segera minum
untuk menghindari dehidrasi. Makan makanan sehat yang mudah dicerna yang memberi energi.
Seperti telur rebus, ikan, daging serta roti dan susu.

3. DJJ pada kasus normal yaitu 140x/mnt. Karena DJJ yang normal berkisar antara120-160 x/mnt.
4. Kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka.
Kala II ditandai dengan rasa ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksi, rasa tekanan
pada rektum/vagina, Vulva-vagina membuka, peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah.
Kala III ditandai denagn bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.
Kala IV dimulai saat plasenta lahir dan berakhir 2 jam setelahnya.
(tambahan)
Kala 1
Ditandai dengan perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap
(10cm) yang berlangsung kirakira 13 jam.
Kala 2 (kala pengeluaran janin)
Ditandai dengan seorang ibu ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, dan ibu biasanya
merasakan peningkatan tekanan pada vagina seperti ingin membuang air besar, serta
peningkatan pengeluaran lendir darah. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan anus membuka,labia mulai mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva
Kala 3 (pengeluaran plasenta)
Ditandai dengan perubahan bentuk dan tinggi fundus,tali pusat memanjang,serta semburan
darah tiba-tiba.
Kala 4 (kala pengawasan)
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Yang tujuannya untuk
mengobservasi persalinan. Dan sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui
dapat membantu uterus berkontraksi.

5. Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah
yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2. Persalinan yang lama dan sulit.
Merupakan persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
3. Kematian ibu saat melahirkan.
Disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Dari bayinya :
1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan/prematur.
Yaitu kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2. Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. hal ini dipengaruhi
kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3. Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
4. Kematian bayi.
kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal, yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.
Untuk mengurangu terjadinya komplikasi persalinan atau nifas, sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan ANC sesuai standar, sehingga perkembangan janin dan
kegawatdaruratan yang mungkin
terjadi dapat di pantau secara
berkala dan dapat atau
diminimalisir sedini mungkin.
Faktor penghambat pada proses persalinannya yakni:
1. Emosional ibu belum stabil dan mudah tegang.
2. Organ reproduksi yang belum kuat untuk melahirkan.
3. Tekanan darah tinggi karena organ reproduksi belum siap untuk mengandung.
4. Otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
5. Panggul terlalu sempit.

6. Hal tersebut normal terjadi, karena pada kala 1 itu biasa terjadi selama 18-24 jam. Dimana pada
Kala 1 terjadi proses pembukaan lengkap. Pada kala 1 terdapat 2 fase. Yaitu fase laten, dimana
pada fase ini terjadi penipisan serviks, penurunan janin dan pembukaan 3 dengan durasi 8 jam.
Yang kedua adalah fase aktif yang terjadi selama > 7 jam hingga pembukaan lengkap.

7. Adapun tanda-tanda persalinan:


1. Ibu ingin mengejan
2. Perineum menonjol
3. Vulva dan anus membuka
4. Terjadinya his persalinan yang bersifat:
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
b. Sifat teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar.
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
d. Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
e. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda).
5. Terjadi perubahan servix yang menimbulkan:
a. Pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
c. Terjadinya perdarahan karena pembuluh darah kapiler karena pergeseran serviks.

8. Tidak ada perbedaan kala pada anak yang pertama dan anak yang kedua/lebih. Hanya saja,
persalinan paad anak kedua/lebih itu biasanya dilakukan pada kondisi yang lebih siap serta
mental yang lebih siap juga. Lalu, proses mengejan pada anak kedua/lebih bisa dilakukan
dengan lebih efektif dan pandai dalam mengatur nafas
STEP 4
MIND MAPPING

Ny. A usia 17 tahun

DS :
DO :

1. Pasien mengaku hamil


1. Pasien tampak meringis
anak pertama dan sudah
kesakitan dan memegang
waktunya melahirkan.
perut bagian bawah dan
2. Perut mules, menjalar ke
pinggangnya.
pinggang, dan keluar
2. Mules/nyeri hilang timbul,
lendir merembes dari jalan
semakin bertambah dan
lahir.
lama.
3. Pasien mengatakan mules
3. Pemeriksaan fisik
sejak sekitar 8 jam yang
menunjukkan TD 110/90
lalu jam 24.00 wib.
mmHg, Nadi 80 x/mnt, R 20
x/mnt, suhu 36,5 celcius, BB
65 kg, tampak strie pada
perut pasien.
4. Kontraksi uterus dalam 10
menit frekuensi 3 kali, durasi
20 detik, intensitas sedang.

Pemeriksaan Leopold I-IV

Pemeriksaan Dalam

Suami tampak cemas dan bingung

Konsep Dasar Persalinan


Kala I Kala II Kala III Kala IV
STEP 5

(LEARNING OBJEKTIVE)

1. Jelaskan konsep persalinan


2. Kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual ibu dan keluarga pada masa intranatal
3. Jelaskan asuhan keperawatan pada ibu bersalin partus normal pada kala 1, II,III, IV
4. Pendidikan kesehatan pada ibu dan keluarga di masa

intranatal Jawaban :

1. Konsep persalinan
 Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup bulan yaitu setelah 37 minggu tanpa
adanya penyulit persalinan. Persalinan dikatakan normal apabila pengeluaran hasil
konsepsi dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau
tanpa bantuan. (Reeder S J,2011)
 Etologi
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang
dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk
meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, danmekanis. Sedangkan,
hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk,
2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian
dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani
(2013) sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadimulaiumur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebihsensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
 Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening
pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas
seperti primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
a. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar
ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakinberaktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadi perdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks,
pendataran seviks, dan pembukaan serviks.

 Tahapan Persalinan
Selama proses persalinan dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan
dalam persalinan yaitu :
a. Kala I
Kala I sering disebut juga fase pembukaan. Pada fase ini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin meningkatbaikfrekuensi, durasi
dan intensitasnya. Selain itu pada kala I juga ditandai dengan melunaknya
servik. Kala I berlangsung selama pembukaan 0 sampai pembukaan servik
lengkap (10 cm). Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
danfase aktif. (Damayanti, 2014)
1) Fase laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala I. Fase laten dimulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm. Fase laten membutuhkan waktu 8
jam (Damayanti,2014)
2) Fase aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten. Dalam fase
aktif,frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat
secara bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :
 Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3 menjadi 4
cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam.
 Fase dilatasi maksimal merupakan fase dimana
pembukaan servik terjadi secara cepat yaitu dari
pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam waktu 2 jam.
 Fase deselerasi merupakan fase dimanaterjadi perlambatan
pembukaanservik dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap.
Dalam fase ini membutuhkan waktu 2 jam. (Sursilah,2010)
b. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu kelahiran,
maka dari itu kala II sering disebut dengan kala pengeluaran bayi. Kala II
dimulai setelah terjadi pembukaan lengkap sampai bayi dilahirkan. Dalam
fase kala II lendir darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Selama
fase kala II kontrakasi yang terjadi akan semakin meningkat, sehingga pasien
akan merasa ingin mengejan secara terus menerus. Selain itu rektum akan
terasa seperti tertekan sehingga menimbulkan rasa seperti ingin BAB. (Oxoen,
2010)
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan yang
mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan lengkap. Ketuban pecah
akan diikuti dengan rasa ingin mengejan terus-menerus karena tertekannya
fleksus frankenhauser. Dengan gabungan antara kekuatan his dan
mengejan makaakan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka jalan
lahir dengan suboksiput dibawah simfisis, secara berurutan lahir dahi, muka
dan dagu melewati perinium.(Oktarina, 2016)
Setelah kepala lahir, maka bayi akan melakukan putaran paksi luar
yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Berputarnya bahu kedepan
berlawanan arah dengan putaran kepala kedepan. Kemudian bahu depan
akan lahir dibawah simfisis pubis, setelah itu bahu belakang lahir melalui
perinuim dengan gerakan flexi lateral. Setelah bahu dikelurkan, maka anggota
tubuh yang lain akan lahir saat ibu mengejan lagi tanpa mekanisme khusus
dan tanpa kesulitan. (Hakimi, 2010)
Batas normal pada kala II persalinan yaitu 2 jam untuk nulipara dan
1 jam untuk multipara dan ditambah satu jam untuk masing-masing jika
mendapatkan analgetik epidural. (Leveno, 2009)
c. Kala III
Kala III disebut juga kala pengeluaran Uri atau plasenta. Kala III
dimulai sejak bayi dilahirkan sampailahirnya plasenta lengkap. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan pada kala III adalah 15-20 menit untuk multipara
dan nulipara. Dalam kala III dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pelepasan
plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Menurut Schultz, mekanisme pelepasan
plasenta dimulai dari bagian tengah hingga terjadi bekuan retroplasenta.
Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan tidakadaperdarahan sebelum
plasenta tersebut benar-benar lahir. Setelah plasenta lepas dan menempati
segmen bahwah rahim, kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan ke
introitus vaginal (Oktarina,2016)
d. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2
jam plasenta lahir. Hal yang haru diperhatikan selama kala IV adalah
observasi adanya perdarahan primer post partum pada 2 jam pertama.
Perdarahan yang mungkin terjadi berasal dari plasenta rest, lupa episiotomi
maupun perlukaan pada serviks. (Damayanti, 2014)
 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
a. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksidari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.His atau kontraksi uterus
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His dibedakan menjadi dua
yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his palsu
(false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi braxton hicks.His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri
di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar daripinggang ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh terhadap serviks. His persalinanmerupakan
suatukontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan
dengan kontraksi fisiologis lainnya danbersifat nyeri.Kontraksi rahim bersifat
otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani,
2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air
besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul,
timbul suatu reflek yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya
kebawah. Tenaga meneran pasien akan menambah kekuatan kontraksi
uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan
meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janinakan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah
dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong
janin keluar. Apabila dalam persalinan melakukan valsava maneuver
(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan
menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma serviks.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang
panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis,
dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul
yang membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas
merupakan penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang
krista iliaka yang menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina
iliaka postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam
tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata
atau linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas panggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang
usus, sebelah samping belakang menonjol yang disebut spina ichiadika.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber ichiadika) yang berfungsi
menopang badan saat duduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan
depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen
obturatorium.Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus
disebut ramus superior tulang pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan
melalui artikulasi atau sambungan yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak diantara
kedua tulang pangkal paha. Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian
atas dan mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang
yang berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas
ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah
terdapat lubang yang dilalui oleh saraf yang disebut foramen sakralia
anterior. Tulang kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke
depan yang disebut promontorium. Bagian samping tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasi sarco-illiaca.
Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging atau
tulang koksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang
berbentuk segitiga dengan ruas3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang
ini terdapat hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang
disebut artikulasi sarco-koksigis.Diluar kehamilan artikulasi hanya
memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan
persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung
tulang koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan
lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan
corongyang melengkung ke depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm.
Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90
derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan
merupakan satu bidang tetapi dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Jarak antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang
disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5
sampai 13 cm yang disebut diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul
merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini
memiliki batas anterior yakni pada titik tengah permukaan belakang tulang
pubis. Pada lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium,
sedangkan batas posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan
ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul
merupakan bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang
paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan.Bidang
ini terbentang dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke
sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 danke
5. Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah
simfisis pubis, garis putih pada fasia yang menutupi
foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum, dan
tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari
bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior
dibatasi oleh lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita
isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.Bidang hodge
tersebut antara lain:
1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium
2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang
koksigis(Sulistyawati, 2013)
c. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari
janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagian-bagian tulang
kepala janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga
kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut
molase (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki
struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm
sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram,
terletak di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus.
Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers
maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam
proses persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuandalam menentuan
diagnosa kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau
benturan, memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin
agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan
lahir(Sulistyawati, 2013).
d. Psikologis

Faktor Psikologis menurut Rohani (2013) yakni :

1) Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual


2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu
e. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
tergantungdari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan (Rohani, 2013).
 Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan
kebutuhan dasar, yang dimaksud kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat
penting dan mutlak untuk dipenuhi selama proses persalinan antara lain:
a. Makan dan minum per oral.
Pemberian makanan pada pasien yang kemungkinan sewaktu-waktu
memerlukan tindakan anestesi tidak disetujui, karena makanan yang
tertinggal di lambung akan menyebabkan aspirasi pneumoni.
Dikarenakan pada proses persalinan, motilitas lambung; absorpsi lambung;
dan sekresi asam lambung menurun. Sedangkan cairan tidak terpengaruh dan
akan meninggalkan lambung dengan durasi waktu yang biasa, oleh karena itu
pada pasien sangat dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan berenergi
sehingga kebutuhan kalorinya akan tetap terpenuhi.
b. Akses intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien.
Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, darah
untuk mempertahankan keselamatan jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan
darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien
c. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
(selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain rekumben lateral(miring), lutut-dada, tangan-lutut,
duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
d. Eliminasiselama persalinan (BAB atau BAK)
1) Buang Air Kecil(BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga
penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika
pasien masih berada dalam awal kala I, ambulansi dengan berjalan
seperti aktivitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal
ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
2) Buang Air Besar(BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir akan lebih mendominasi daripada
perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi karena pasien tidak tau
mengenai caranya serta khawatir akan responorang lain terhadap
kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga dan bidan untuk
menunjukan respon yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan
bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa risih atau
sungkan untuk melakukannya.(Sulistyawati, 2013)
2. Kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual ibu dan keluarga pada masa intranatal
 Kebutuhan fisik
1) Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat
banyak,karena itu biasanya ia sanagt mendambakan kesempatan untuk mandi atau
bersiran jika bisa. Jika ibu bisa berdiri maka ia akan senang bila bisa digosok
tubuhnya dengan air dingin dengan spons. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan
menggosok gigi atau mungkin ingin mengulum es.
2) Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal dan harus
berlangsung. Bidan mendukung ibu dalam memilih posisi apa pun yang
diinginkan atau menyarankan alternative- alternative apabila tindakan ibu tidak
efektif atau membahayakan diri sendiri atau bayi nya. Bila ada anggota keluarga
yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu maka bidan bisa menawarkan
dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.
3) Kontak Fisik
Ibu mungkin tidak ingin berbincang tetapi ia mungkin akan merasa nyaman
dengan kontak fisik. Pendamping ibu hendaknya didorong untuk mau
berpegangan tangan dengan ibu,menggosok punggung,menyeka wajah dengan
spons, atau mungkin hanya memberikan dukungan. Mereka yang menginginkan
kelahiran aktif bisa mencoba dengan stimulasi putting dan klitoris untuk
mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjer pituitary sehingga akan merangsang
kontraksu uterus secara alamiah.
4) Pijatan
Ibu yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan
merasa bahwa pijatan akan sangat mengerikan . sebagian wanita mungkin akan
merasa bahwa pijatan pada abdominal adalah suatu yang menyenangkan : belaian
ringan diatas seluruh perut dapat menimbulkan rasa nyaman yaitu dengan
menggunakan kedua tangan dan ujung jari menyentuh daerah simpisis
pubismelintas diatas fundus uterus dan kemudian turun kedua sisi perut.
 Kebutuhan Psikologis
1) Persiapan Untuk Persalinan
Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari
keharusan untuk melahirkan anaknya.
2) Memberikan Informasi
Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk
membentuk hubungan dengan seorang bidan tertentu agar supaya advis bisa
diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas
meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan
informasi sebanyak yang diinginkannya.
3) Mengurangi Kecemasan
Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa
aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa hal
tersebut tidaklah berdasar.
4) Keikutsertaan Dalam Perencanaan
Pasangan – pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka
dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para
pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh
pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan –
pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang
belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan bahwa mungkin saja
mereka belum pernah datang ke tempat seperti itu.
 Kebutuhan Spiritual
1) Tidak meninggalkan Ibadah merupakan bentuk spiritulitas pada aspek
connecting (menghubungkan diri kepada sesuatu yang divine/keIlahian)
2) Kekonsistenan do’a adalah do’a yang langsung (shalat), atau mengingat Tuhan
dan membaca kitab sesuai dengan kepercayaan
3) Menyeimbangkan fisik dan psikis yang dialaminya dengan spiritual pada aspek
connecting (menghunungkan sesuatu kepada yang lebih besar/keilahian/devine).
 Kebutuhan sosio
1) Memanggil ibu sesuai namanya
2) Menganjurkan pada ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
kekhawatirannya dan menghormati praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu
3) Menjaga privasi ibu
4) Menghargai dan memperlakukan ibu sesuai martabatnya
5) Menganjurkan ibu untuk ditemani suami/keluarganya
3. Asuhan keperawatan pada ibu bersalin partus n ormal pada kala 1, II,III, IV
 Asuhan Keperawatan Kala I
a. Pengkajian
Pengkajian data meliputi kapan, dimana, dan oleh siapa pengkajian
dilakukan. Adapun pengkajian data meliputi pengkajian data subjektif dan
objektif yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Data Subjektif
 Biodata
o Nama Suami/istri : sebagai identitas agar kita lebih mudah dalam
memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan
komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab
(Sulistyawati, 2013).
o Usia/tanggal lahir : digunakan untuk menentukan apakah ibu
dalam persalinan berisiko karena usiareproduktifatau tidak
(Sulistyawati, 2013).
o Agama : sebagai dasar dalam memberikan dukungan mental
spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat
persalinan (Sulistyawati, 2013).
o Pendidikan terakhir : sebagai dasar untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik
melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat
mempengaruhi daya tanggap pasien terhadap instruksi yang
diberikan pada proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
o Pekerjaan : menggambarkan tingkat social ekonomi, pola sosialisasi
dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang
akan dipilih selama asuhan (Sulistyawati, 2013).Suku /
bangsa:berhubungan dengan social budaya yang dianut oleh
pasien dankeluarga yang berkaitan dengan pasien
(Sulistyawati,2013).
o Alamat : selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data
ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditemouh pasien menuju lokasi persalinan. Berkaitan dengan
keluhan terakhir atau tanda persalinan yang disampaikan dengan
patokan saat terakhir sebelum berangkat ke lokasi
persalinan (Sulistyawati, 2013).
 Alasan Datang
Mengetahui alasan ibu datangke tempat pelayanan kesehatan.
 Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas kesehatan. Pada persalinan, informasi yang harus didapat dari
pasien adalah kapan mulai terasa ada kencang-kencang di perut,
bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan
dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang disertai darah serta pergerakan janin untuk
memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati, 2013).
 Riwayat Menstruasi
Data dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksinya. Data yang harus
diperoleh dari riwayat menstruasi adalah menarche (usia pertama kali
menstruasi), siklus menstruasi, volume (banyaknya menstruasi),
keluhan disaat mengalami menstruasi (Sulistyawati, 2013).Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) merupakandata dasar yang diperlukan untuk
menetukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau premature tetapi
apabila HPHT tidak dapat diingat oleh ibu maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu Ultra Sonografi (USG) (Rohani dkk,
2013).Hari Perkiraan Lahir (HPL) merupakan data dasar yang digunakan
untuk menentukanperkiraan bayi akan dilahirkandimana akandihitung
dari HPHT (Rohani, 2013).
 Riwayat Kesehatan
Dapat digunakan untuk peringatan akan adanya penyulit saat
persalinan. Data yang perlu dikaji adalah pernah atau sedang
menderitakeputihan, infeksi, gatal karena jamur, tumor,penyakit jantung,
diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau anemia
(Sulistyawati, 2013).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga memberi informasi tentang keluarga dekat pasien,
termasuk orangtua, saudara kandung, dan anak-anak. Hal ini
membantu mengidentifikasi gangguan genetik atau familial dan kondisi-
kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita atau
janin.Data yang perlu dikajiadalahpernah atau sedang menderita kanker,
penyakit jantung, diabetes mellitus, TBC, penyakit jiwa, kelainan
bawaan, kehamilan ganda dan kelainan genetic
 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
o Kehamilan
Pengkajian mengenai berapa jumlah kehamilan pada ibu, apakah
ibu mengkonsumsi tablet Fe, apakah ibu mengalami
masalah/gangguan saat kehamilan
sepertianemia,hyperemesis,abortus,perdarahan pervaginam, pusing
hebat, pandangan kabur, dan bengkak-bengkak ditangan dan wajah.
o PersalinanCara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau
prematur, perdarahan dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada
kelahiran terdahulu melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan
saat ini mungkin melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung
pada lokasi insisi di uterus, jika insisi uterus berada dibagian
bawah melintang, bukan vertikal maka bayi diupayakan untuk
dikeluarkan pervaginam.
o Nifas
Pengkajian dilakukan apakah ibu mengalami keluhan secara
emosional (baby blues) terhadap bayinya dan keluhan fisik seperti
demam, perdarahan, kejang –kejang, dan gangguan laktasi.
 Riwayat Pernikahan
Sebagai gambaran mengenal suasana rumah tangga pasangan serta
kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi persalinan.
Data yang dikaji adalah: usia menikah petama kali, status pernikahan
sah/tidak, lama pernikahan dan perkawinan yang sekarang dengan
suami yang keberapa (Sulistyawati, 2013).
 Riwayat Kehamilan Sekarang
o Trimester I : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil
muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
o Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa
merasakan gerakan janin(gerakan pertama fetus pada primigravida
dirasakan pada usia 18 minggu dan padamultigravida 16
minggu), serta imunisasi yang didapat.
o Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhanselama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat.
 Riwayat KB
Apakah selama sebeleum hamilibu menggunakan KB, jika iya ibu
menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan
selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal
ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB
atau tidak
 Pola Kebiasaan Sehari-hari
o Pola Makan
Digunakan untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asuhan gizinya selama hamil sampai awal
persalinan. Data fokusnya dikaji kapan atau jam berapa
terakhir makan, makanan yang dimakan, jumlah yang
dimakan.
o Pola Minum
Digunakan untuk mengetahui intake cairan yang akan
menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data
fokusnya kapan terakhir kali minum, jumlah yang diminum, dan
apa yang diminum.
o Pola Istirahat
Diperlukan untuk mempersiapkan energy menghadapi proses
persalinan. Data fokusnya adalah: kapan terakhir tidur, berapa lama
dan aktivitas sehari-hari
o Aktifitas Seksual
Data yang diperlukan adalah: keluhan, frekuensi dan kapan
terakhir melakukan hubungan seksual(Sulistyawati, 2013).
 Riwayat Psikososial dan Budaya
Hal ini penting untuk kenyamanan psikologis ibu. Adanya respon yang
positif dari keluarga terhadap persalinan akan mempercepat proses
adaptasi pasien dalam menenrima kondisi dan perannya.Untuk
mendapatkan data tentang adat istiadat yang dilakukan ketika
menghadapi persalinan.
2) Data Objektif
 Keadaan UmumData ini dapat mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan (Sulistyawati, 2013).
o Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan (Sulistyawati, 2013).
o Lemah
Pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
mampu berjalan sendiri (Sulistyawati, 2013).
 Tanda Vital
Untuk mengenali dan mendeteksi kelainan dan penyulit atau
komplikasi yang berhubungan dengan tanda-tanda vital pasien
(Sulistyawati, 2013).
o Tekanan Darah
Kenaikan atau penurunan tekanan darah merupakan indikasi
adanya gangguan hipertensi dalam kehamilan atau
syok.Peningkatan tekanan darah sistol dan diastole dalam batas
normal dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri (Rohani dkk,
2013).
o Nadi
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan adanya infeksi, syok,
ansietas atau dehidrasi. Nadi yang normal adalah tidak lebih dari
100 kali per menit (Rohani dkk, 2013).
o Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukkan ansietas
atau syok (Rohani dkk, 2013).(4)SuhuPeningkatan suhu
menunjukkan adanyaproses infeksi atau dehidrasi (Rohani dkk,
2013).
 Kepala
Untuk menilai tentang nutrisi, hygiene dan kelainan pada organ-
organ pasien yang dapat menghambat atau mempersulit proses
persalinan (Sulistyawati, 2013).
o Rambut
Dikaji tentang warna, kebersihan danmudah rontok atau tidak
(Sulistyawati, 2013 ).
o Telinga
Dikaji tentang kebersihan dan adanya gangguan pendengaran
(Sulistyawati, 2013 ).
o Mata
Dikaji apakah konjungtiva pucat(apabila terjadi pucatpada
konjungtiva maka mengindikasikan terjadinya anemia pada pasien
yang mungkin dapat menjadi komplikasi pada
persalinannya), dikaji sklera, kebersihan, kelainan pada mata dan
gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (Rohani, 2013 ).
o Hidung
Dikaji tentang kebersihan dan adanya polip (Sulistyawati, 2013 ).
o Mulut
a) Bibir
Dikaji apakah ada kepucatan pada bibir (apabila terjadi
kepucatan pada bibir maka mengindikasikan terjadinya
anemia pada pasien yang mungkin dapat menjadi
komplikasi pada persalinannya), integritas jaringan
(lembab, kering atau pecah-pecah) (Rohani, 2013).
b) Lidah
Dikaji apakah ada kepucatan pada lidah (apabila terjadi
kepucatan pada lidah maka mengindikasikan terjadinya anemia
pada pasien yang mungkin dapat menjadi komplikasi
pada persalinannya), kebersihannya (Rohani, 2013).
c) Gigi
Dikaji tentang kebersihan, adanya karies gigi (Sulistyawati, 2013).
d) Gangguan pada mulut (bau mulut) (Sulistyawati, 2013).
 Leher
Digunakan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
pembesaran pada kelenjar getah bening, kelenjar tyroid, dan
bendungan vena julgularis serta adanya parotitis (Sulistyawati, 2013).
 Dada
Untuk menilai adanya kelainan atau penyakit yang berhubungan
dengan sistem respirasi dan kardiovaskuler serta digunakan untuk menilai
apakah kolostrum sudah keluar (Sulistyawati, 2013).
o Bentuk
Dikaji tentang bentuknyaapakah simetris atau tidak serta apakah
ada retraksi intercosta (apabila ada retraksi intercostal menandakan
adanya masalah pada sistem respirasi)
o Payudara
Dikaji apakah ada kelainan bentuk pada payudara, apakah ada
perbedaan besar pada masing-masing payudara, adakah
hiperpigmentasi pada areola, adakah teraba nyeri dan masa pada
payudara,apakahkolostrumsudah keluar, keadaan puting (menonjol,
datar atau masuk ke dalam)dankebersihan.
o Denyut Jantung
Dikaji apakah ada bunyi tambahan pada jantung dan adanya
disritmia jantung(4)Gangguan PernafasanDikaji adanya retraksi
intercosta, adanya bunyi tambahan pada paru-paru (wheezing, ronchi)
 Perut
Digunakan untuk menilai adanya kelainan pada abdomen serta
memantau kesejahteraan janin, kontraksi uterus dan
menetukankemajuan proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
o Bentuk
o Bekas operasi SC
Digunakan untuk melihat apakah ibu pernah mengalami
operasi SC, sehingga dapat ditentukan tindakan selanjutnya
(Rohani dkk, 2013).
o Striae
o Linea
o Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU bekaitan dengan usia kehamilan (dalam minggu). Berat janin
dan tinggi fundus yang lebih kecil daripada perkiraan
kemungkinan menunjukkan kesalahan dalam menentukan tanggal
HPHT, kecil masa kehamilan (KMK) atau
oligohidramnion.Sedangkan berat janin dan tinggi fundus yang
lebih besar menunjukkan ibu salah dalam menentukan tanggal
HPHT, bayi besar (mengindikasikan diabetes), kehamilan atau
polihidramnion. Bayi yang besar memberi peringatan terjadinya
atonia uteri pascapartum, yang menyebabkan perdarahan atau
kemungkinan distosia bahu (Rohani dkk, 2013).
o Pemeriksaan Leopold
Digunakan untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan variasi
janin.Pemeriksaan digunakan untuk memastikan letak (misalnya
lintang), presentasi (misalnya bokong) (Rohani dkk, 2013).
o Kontraksi Uterus
Frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi digunakan untuk
menetukan status persalinan (Rohani dkk, 2013).
o Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Untuk menentukan TBJ dapat menggunakan rumus dari
Jhonson Thusak yang didasarkan pada TFUyang dapat dibuat variasi
berdasarkan turunnya bagian terendah pada panggul(Ummi Hani,
dkk, 2010)
o Denyut Jantung Janin (DJJ)
Normal apabila DJJ terdengar 120-160 kali per menit (Rohani dkk,
2013).
o Palpasi Kandung Kemih
 Genital
Digunakan untuk mengkaji tanda-tanda inpartu, kemajuan
persalinan, hygiene pasien dan adanya tanda-tanda infeksi vagina
(Sulistyawati, 2013).
o Kebersihan
o Pengeluaran pervaginamAdanya pengeluaran lendir darah (bloody
show)
o Tanda-tanda infeksi vagina
o Pemeriksaan dalam
Pembukaan: 1-10
cm
Penipisan: 25-100 %Bagian terdahulu kepala, bagian terendah UUK,
tidak adabagian kecil/berdenyut di sekitar bagian terdahuluMolase:
0/+1/+2/+3/+4
 Anus
Digunakan untuk mengetahui kelainan pada anus seperti
hemoroid yang berpengaruh dalam proses persalinan
(Sulistyawati, 2013).
 Data Penunjang
Digunakan untuk mengetahui keadaanibu dan janin untuk
mendukung proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
o USG
o Laboratorium meliputi: kadar Hemoglobin (Hb) , Golongan Darah.
b. Diagnosa
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan
sistem pendukung.
6) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
7) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
8) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
9) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
10) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan 1. Orientasikan klien pada lingkungan,
situasi kebutuhan keperawatan selama staf dan prosedur
tidak terpenuhi ……..diharapkan ansietas 2. Berikan informasi tentang perubahan
pasien berkurang dengan psikologis dan fisiologis pada
kriteria hasil: persalinan
1. TTV 3. Kaji tingkat dan penyebab ansietas
2. Pasien dapat 4. Pantau tekanan darah dan nadi sesuai
mengungkapkan indikasi
perasaan cemas-nya 5. Anjurkan klien mengungkapkan
3. Lingkungan sekitar perasaannya
pasien tenang dan 6. Berikan lingkungan yang tenang dan
kondusif nyaman untuk pasien

2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji persiapan,tingkat pengetahuan


tentang kemajuan keperawatan dan harapan klien
persalinan b/d kurang selama….,pengetahuan 2. Beri informasi dan kemajuan
mengingat informasi pasien tentang persalinan persalinan normal
yang diberikan, meningkat dengan criteria 3. Demonstrasikan teknik pernapasan
kesalahan interpretasi hasil: atau relaksasi dengan tepat untuk
informasi. 1. Pasien dapat setiap fase persalinan
mendemonstrasikan
teknik pernafasan dan
posisi yang tepat untuk
fase persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji latar belakang budaya klien.
infeksi maternal b/d keperawatan 2. Kaji sekresi vagina, pantau tanda-
pemeriksaan vagina selama….diharapkan tanda vital.
berulang dan infeksi maternal dapat 3. Tekankan pentingnya mencuci
kontaminasi fekal. terkontrol dengan criteria tangan yang baik.
hasil: 4. Gunakan teknik aseptic saat
1. TTV pemeriksaan vagina.
2. Tidak terdapat tanda- 5. Lakukan perawatan perineal setelah
tanda infeksi eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau masukan dan haluaran.
kekurangan cairan b/d keperawatan 2. Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih
masukan dan selama…,diharapkan sering bila suhu tinggi, pantau tanda-
peningkatan cairan seimbang dengan tanda vital. DJJ sesuai indikasi.
kehilangan cairan kriterian hasil: 3. Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
melalui pernafasan 1. TTV 4. Kolaborasi pemberian
mulut. 2. Input dan output cairan cairan parenteral.
seimbang 5. Pantau kadar hematokrit.
3. Turgor kulit baik
5. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan harapan
koping individu tidak keperawatan terhadap proses persalinan
efektif b/d selama…..,diharapkan 2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
koping pasien efektif 3. Beri anjuran kuat thd
ketidakadekuatan
dengan criteria hasil: mekanisme koping positif dan
system pendukung. 1. Pasien dapat 4. Bantu relaksasi
mengungkapkan
Perasaannya
6. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji derajat ketidaknyamanan
berhubungan dengan keperawatan secara verbal dan nonverbal
tekanan mekanik dari selama…..,diharapkan 2. Pantau dilatasi servik
nyeri terkontrol dengan 3. Pantau tanda vital dan DJJ
bagian presentasi.
criteria hasil: 4. Bantu penggunaan teknik
1. TTV pernapasan dan relaksasi
2. Pasien dapat 5. Bantu tindakan kenyamanan spt.
mendemonstrasikan 6. Gosok punggung, kaki
kontrol nyeri 7. Anjurkan pasien berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-obatan/tidak
10. Berikan lingkungan yang tenang
7. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1. Palpasi di atas simpisis pubis
urin b/d perubahan keperawatan 2. Monitor masukan dan haluaran
masukan dan selama….,diharapkan 3. Anjurkan upaya berkemih
eliminasi urine pasien sedikitnya 1-2 jam
kompresi mekanik
normal dengan criteria 4. Posisikan klien tegak dan cucurkan air
kandung kemih. hasil: hangat di atas perineum
1. Cairan seimbang 5. Ukur suhu dan nadi, kaji adanya
2. Berkemih teratur peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit dan membrane
mukosa
8. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan harapan
koping individu tidak keperawatan terhadap proses persalinan
efektif b/d krisis selama….,diharapkan 2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
koping pasien efektif 3. Beri anjuran kuat terhadap
situasi.
dengan criteria hasil: mekanisme koping positif dan bantu
1. Pasien dapat relaksasi
mengungkapkan
Peraannya
9. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau aktivitas uterus secara manual
cedera maternal b/d keperawatan 2. Lakukan tirah baring saat
efek obat-obatan selama….,diharapkan persalinan menjadi intensif
cidera terkontrol dengan 3. Hindari meninggikan klien
pertambahan mobilitas
criteria hasil: tanpa perhatian
gastrik. 1. TTV 4. Tempatkan klien pada posisi tegak,
2. Aktivitas uterus baik miring ke kiri
3. Posisi pasien nyaman 5. Berikan perawatan perineal selama
4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik (IV)
10. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi yang menurunkan
kerusakan gas janin keperawatan situasi uteri plasenta
b/d perubahan suplay selama….,diharapkan 2. Pantau DJJ dengan segera bila pecah
janin dalam kondisi baik ketuban
oksigen dan aliran
dengan criteria hasil: 3. Instuksikan untuk tirah baring bila
darah 1. DJJ presentasi tidak masuk pelvis
2. Presentasi kepala (+) 4. Pantau turunnya janin pada jalan lahir
3. Kontraksi uterus 5. Kaji perubahan DJJ selama kontraksi
teratur

 Asuhan Keperawatan Kala II


a. Pengkajian
 Aktivitas/ istirahat
o Melaporkan kelelahan
o Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
o Lingkaran hitam di bawah mata
 Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
 Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
 Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
 Nyeri / ketidaknyamanan
o Dapat merintih / menangis selama kontraksi
o Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
o Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
o Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
 Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
 Seksualitas
o Servik dilatasi penuh (10 cm)
o Peningkatan perdarahan pervagina
o Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
o Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
tekanan mekanis keperawatan derajat
pada bagian selama….,diharapkan ketidaknyamanan
presentasi nyeri terkontrol dengan 2. Berikan tanda/ tindakan
criteria hasil: kenyamanan seperti
1. TTV perawatan kulit, mulut,
2. Pasien dapat perineal dan alat-alat
mendemostrasikan tahun yang kering
nafas dalam dan teknik 3. Bantu pasien memilih
mengejan posisi yang nyaman
untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Perubahan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama…..,diharapkan menit
kondisi cardiovaskuler 2. Anjurkan pasien untuk
pasien membaik dengan inhalasi dan ekhalasi
criteria hasil: selama upaya mengedan
1. TD dan nadi 3. Anjurkan klien /
2. Suplay O2 tersedia pasangan memilih posisi
persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi
3. Risiko tinggi Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
terhadap kerusakan keperawatan pasangan pada posisi
integritas kulit b/d selama….,diharapkan tepat
pada interaksi integritas kulit terkontrol 2. Bantu klien sesuai
hipertonik dengan criteria hasil: kebutuhan
1. Luka perineum 3. Kolaborasi epiostomi
tertutup (epiostomi) garis tengah atau medic
lateral
4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

 Asuhan Keperawatan Kala III


a. Pengkajian
 Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
 Sirkulasi
o Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
o Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
o Nadi melambat
 Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
 Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
 Seksualitas
o Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
o Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
terhadap kekurangan asuhan keperawatan mendorong pada kontraksi
volume cairan b/d selama….,diharapkan 2. Kaji tanda vital setelah
kurang masukan cairan seimbang pemberian oksitosin
oral, muntah. denngan criteria hasil: 3. Palpasi uterus
1. TTV 4. Kaji tanda dan gejala shock
2. Darah yang keluar ± 5. Massase uterus dengan
200 – 300 cc perlahan setelah
pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan asuhan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama….,diharapkan 2. Berikan kompres es pada
nyeri terkontrol dengan perineum setelah
criteria hasil: melahirkan
1. Pasien dapat control 3. Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri dan
terhadap cedera asuhan keperawatan massase dengan perlahan
maternal b/d posisi selama….,diharapkan 2. Kaji irama pernafasan
selama persalinan cidera terkontrol 3. Bersihkan vulva dan
dengan criteria hasil: perineum dengan air dan
1. Plasenta keluar utuh larutan antiseptic
2. TTV 4. Kaji perilaku klien dan
perubahan system saraf
pusat
5. Dapatkan sampel darah tali
pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

 Asuhan Keperawatan Kala IV


a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon
pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan
400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
hormone, asuhan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama….,diharapkan 2. Beri informasi yang tepat
jaringan, kelelahan nyeri terkontrol dengan tentang perawatan selama
fisik dan psikologis, criteria hasil: periode pascapartum
ansietas 1. Pasien dapat control 3. Lakukan tindakan
nyeri kenyamanan
4. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5. Beri analgesic sesuai
kemampuan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien
kekurangan volume asuhan keperawatan pada posisi rekumben
cairan b/d selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan cairan simbang dengan memperberat kejadian
miometri criteria hasil: intrapartal
1. TD 3. Kaji masukan dan
2. Jumlah dan warna haluaran
lokhea 4. Perhatikan jenis persalinan
dan anastesi, kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk
proses keluarga b/d asuhan keperawatan menggendong, menyentuh
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan bayi
anggota keluarga proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
dengan criteria hasil: interaksi bayi
1. Ada kedekatan ibu 3. Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI,
tergantung pada pilihan
klien

4. Pendidikan kesehatan pada ibu dan keluarga di masa intranatal


1) Kehadiran pendamping selama proses persalinan.
persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan orang yang diinginkan
ibu untuk mendampingi selama proses persalinan.
2) Perubahan posisi dan pergerakan. Penolong persalinan tidak boleh memaksakan
posisi yang telah dipilih ibu.
3) Sentuhan. Sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan
menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Sentuhan seseorang yang peduli dan
ingin menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah dan takut.
4) Masase. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan
nyaman selama persalinan. Pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endhorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endhorphin juga dapat
menciptakan perasaan nyaman dan enak. Bagian tubuh yang dapat dipijat adalah
kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat
menggunakan minyak sayur, minyak pijat atau sedikit bedak agar tangan agak licin
dan ibu merasa nyaman.
Ada dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan yaitu :endamping ibu saat
prosesa. Panas buatan dan dingin buatan. Pemanasan merupakan metode sederhana
yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan panas buatan
dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus dengan
handuk di punggung, menggunakan kantong kain berisi kulit ari beras atau gandum
yang dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan dengan cara
menggosokkan tangan pendamping persalinan di punggung ibu. Pijatan ini akan
menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan senyawa alamiah
pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu
menggunakan waslap yang dicelupkan dengan air es atau kantong kompres
khususuntuk es.
5) Pencelupan di dalam air. Air dapat mengatasi rasa sakit karena dapat
menyebabkanrelaksasi. Air membantu ibu lebih rileks dan lebih dapat
mengendalikan diri menghadapi kontraksi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selain
itu di dalam air otot-otot ibu mengendur.
6) Teknik pernapasan. Dibedakan menjadi dua :
a. Teknik pernapasan pada kala I awal. Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi
dari awal sampai akhir kontraksi, ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam
dan teratur melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi
bernafaslah dengan ringan dan pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan
terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.
b. Teknik pernapasan kala I akhir. Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama
menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta
ibu untuk mengatakan "huh huh, pyuh", sambil bernafas pendek-pendek lalu
bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa
transisi ini merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat,
tetapi serviks belum membuka seluuruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan
mengejan terlebih dahulu karena akan menyebabkan serviks edem.8. Visualisasi
dan pemusatan perhatian. Pemberdayaan otak kanan untuk persalinan yang
bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan "melahirkan itu tidak sakit".
Otak kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah
itu kenyataan. Misalnya membayangkan seolah-olah sedang berada di taman
bunga dan bayi sudah bersama ibu. Setiap ibu bisa melakukan visualisasi,
sebaiknya latihan dilakukan sejak kandungan berusia 2 bulan atau paling lambat
7 bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk tenang dan menghilangkan
trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat berlatih visualisasi dalam
waktu 7x2,5 jam.
KONSEP DASAR PERSALINAN

A. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup bulan yaitu setelah 37 minggu tanpa
adanya penyulit persalinan. Persalinan dikatakan normal apabila pengeluaran hasil
konsepsi dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau
tanpa bantuan. (Reeder S J,2011)
B. Etologi
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang
dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk
meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, danmekanis. Sedangkan,
hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk,
2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian
dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani
(2013) sebagai berikut :
e. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus.
f. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadimulaiumur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebihsensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
g. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dimulai.
h. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
C. Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening
pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas
seperti primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
e. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar
ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakinberaktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
f. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadi perdarahan.
g. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
h. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks,
pendataran seviks, dan pembukaan serviks.

D. Tahapan Persalinan
Selama proses persalinan dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan
dalam persalinan yaitu :
e. Kala I
Kala I sering disebut juga fase pembukaan. Pada fase ini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin meningkatbaikfrekuensi, durasi
dan intensitasnya. Selain itu pada kala I juga ditandai dengan melunaknya
servik. Kala I berlangsung selama pembukaan 0 sampai pembukaan servik
lengkap (10 cm). Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
danfase aktif. (Damayanti, 2014)
3) Fase laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala I. Fase laten dimulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm. Fase laten membutuhkan waktu 8
jam (Damayanti,2014)
4) Fase aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten. Dalam fase
aktif,frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat
secara bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :
 Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3 menjadi 4
cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam.
 Fase dilatasi maksimal merupakan fase dimana
pembukaan servik terjadi secara cepat yaitu dari
pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam waktu 2 jam.
 Fase deselerasi merupakan fase dimanaterjadi perlambatan
pembukaanservik dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap.
Dalam fase ini membutuhkan waktu 2 jam. (Sursilah,2010)
f. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu kelahiran,
maka dari itu kala II sering disebut dengan kala pengeluaran bayi. Kala II
dimulai setelah terjadi pembukaan lengkap sampai bayi dilahirkan. Dalam
fase kala II lendir darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Selama
fase kala II kontrakasi yang terjadi akan semakin meningkat, sehingga pasien
akan merasa ingin mengejan secara terus menerus. Selain itu rektum akan
terasa seperti tertekan sehingga menimbulkan rasa seperti ingin BAB. (Oxoen,
2010)
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan yang
mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan lengkap. Ketuban pecah
akan diikuti dengan rasa ingin mengejan terus-menerus karena tertekannya
fleksus frankenhauser. Dengan gabungan antara kekuatan his dan
mengejan makaakan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka jalan
lahir dengan suboksiput dibawah simfisis, secara berurutan lahir dahi, muka
dan dagu melewati perinium.(Oktarina, 2016)
Setelah kepala lahir, maka bayi akan melakukan putaran paksi luar
yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Berputarnya bahu kedepan
berlawanan arah dengan putaran kepala kedepan. Kemudian bahu depan
akan lahir dibawah simfisis pubis, setelah itu bahu belakang lahir melalui
perinuim dengan gerakan flexi lateral. Setelah bahu dikelurkan, maka anggota
tubuh yang lain akan lahir saat ibu mengejan lagi tanpa mekanisme khusus
dan tanpa kesulitan. (Hakimi, 2010)
Batas normal pada kala II persalinan yaitu 2 jam untuk nulipara dan
1 jam untuk multipara dan ditambah satu jam untuk masing-masing jika
mendapatkan analgetik epidural. (Leveno, 2009)
g. Kala III
Kala III disebut juga kala pengeluaran Uri atau plasenta. Kala III
dimulai sejak bayi dilahirkan sampailahirnya plasenta lengkap. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan pada kala III adalah 15-20 menit untuk multipara
dan nulipara. Dalam kala III dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pelepasan
plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Menurut Schultz, mekanisme pelepasan
plasenta dimulai dari bagian tengah hingga terjadi bekuan retroplasenta.
Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan tidakadaperdarahan sebelum
plasenta tersebut benar-benar lahir. Setelah plasenta lepas dan menempati
segmen bahwah rahim, kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan ke
introitus vaginal (Oktarina,2016)
h. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2
jam plasenta lahir. Hal yang haru diperhatikan selama kala IV adalah
observasi adanya perdarahan primer post partum pada 2 jam pertama.
Perdarahan yang mungkin terjadi berasal dari plasenta rest, lupa episiotomi
maupun perlukaan pada serviks. (Damayanti, 2014)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
f. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksidari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.His atau kontraksi uterus
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His dibedakan menjadi dua
yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his palsu
(false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi braxton hicks.His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri
di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar daripinggang ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh terhadap serviks. His persalinanmerupakan
suatukontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan
dengan kontraksi fisiologis lainnya danbersifat nyeri.Kontraksi rahim bersifat
otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani,
2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air
besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul,
timbul suatu reflek yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya
kebawah. Tenaga meneran pasien akan menambah kekuatan kontraksi
uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan
meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janinakan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah
dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong
janin keluar. Apabila dalam persalinan melakukan valsava maneuver
(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan
menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma serviks.
g. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang
panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis,
dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul
yang membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas
merupakan penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang
krista iliaka yang menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina
iliaka postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam
tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata
atau linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas panggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang
usus, sebelah samping belakang menonjol yang disebut spina ichiadika.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber ichiadika) yang berfungsi
menopang badan saat duduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan
depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen
obturatorium.Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus
disebut ramus superior tulang pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan
melalui artikulasi atau sambungan yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak diantara
kedua tulang pangkal paha. Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian
atas dan mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang
yang berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas
ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah
terdapat lubang yang dilalui oleh saraf yang disebut foramen sakralia
anterior. Tulang kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke
depan yang disebut promontorium. Bagian samping tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasi sarco-illiaca.
Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging atau
tulang koksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang
berbentuk segitiga dengan ruas3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang
ini terdapat hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang
disebut artikulasi sarco-koksigis.Diluar kehamilan artikulasi hanya
memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan
persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung
tulang koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan
lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan
corongyang melengkung ke depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm.
Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90
derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan
merupakan satu bidang tetapi dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Jarak antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang
disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5
sampai 13 cm yang disebut diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul
merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini
memiliki batas anterior yakni pada titik tengah permukaan belakang tulang
pubis. Pada lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium,
sedangkan batas posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan
ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul
merupakan bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang
paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan.Bidang
ini terbentang dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke
sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 danke
5. Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah
simfisis pubis, garis putih pada fasia yang menutupi
foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum, dan
tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari
bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior
dibatasi oleh lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita
isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.Bidang hodge
tersebut antara lain:
5) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium
6) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
7) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
8) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang
koksigis(Sulistyawati, 2013)
h. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari
janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagian-bagian tulang
kepala janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga
kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut
molase (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki
struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm
sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram,
terletak di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus.
Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers
maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam
proses persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuandalam menentuan
diagnosa kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau
benturan, memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin
agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan
lahir(Sulistyawati, 2013).
i. Psikologis

Faktor Psikologis menurut Rohani (2013) yakni :

5) Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual


6) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
7) Kebiasaan adat
8) Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu
j. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
tergantungdari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan (Rohani, 2013).
F. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan
kebutuhan dasar, yang dimaksud kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat
penting dan mutlak untuk dipenuhi selama proses persalinan antara lain:
e. Makan dan minum per oral.
Pemberian makanan pada pasien yang kemungkinan sewaktu-waktu
memerlukan tindakan anestesi tidak disetujui, karena makanan yang
tertinggal di lambung akan menyebabkan aspirasi pneumoni.
Dikarenakan pada proses persalinan, motilitas lambung; absorpsi lambung;
dan sekresi asam lambung menurun. Sedangkan cairan tidak terpengaruh dan
akan meninggalkan lambung dengan durasi waktu yang biasa, oleh karena itu
pada pasien sangat dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan berenergi
sehingga kebutuhan kalorinya akan tetap terpenuhi.
f. Akses intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien.
Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, darah
untuk mempertahankan keselamatan jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan
darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien
g. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
(selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain rekumben lateral(miring), lutut-dada, tangan-lutut,
duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
h. Eliminasiselama persalinan (BAB atau BAK)
3) Buang Air Kecil(BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga
penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika
pasien masih berada dalam awal kala I, ambulansi dengan berjalan
seperti aktivitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal
ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
4) Buang Air Besar(BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir akan lebih mendominasi daripada
perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi karena pasien tidak tau
mengenai caranya serta khawatir akan responorang lain terhadap
kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga dan bidan untuk
menunjukan respon yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan
bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa risih atau
sungkan untuk melakukannya.(Sulistyawati, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Sylvana, Fatma. 2018. Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam Pada Masa Kehamilan
dan Persalinan. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 5, No. 1 (2018): 1—12.
file:///C:/Users/WIN10P~1/AppData/Local/Temp/54-Article%20Text-127-1-10-20180627.pdf

Nur, Erma. 2018. Dukungan Sosial bidan Dalam Persalinan. Jurnal Kesehatan Karya
Husada/Vol.6, No. 2 Tahun 2018. file:///C:/Users/WIN10P~1/AppData/Local/Temp/281- Article
%20Text-451-1-10-20191002.pdf

Puji, Rizky. 2016. Prosedur Pemeriksaan Leopold. Diakses pada 25 Oktober 2020 :
http://www.softilmu.com/2015/11/prosedur-pemeriksaan-leopold.html

Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Diakses pada 25 Oktober 2020 :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Maternitas-
Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai