TUTOR KASUS II
DISUSUN OLEH:
SILVI SALSABILA
G1B119016
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KASUS TUTOR II
KEPERAWATAN MATERNITAS I
Ny. A usia 17 tahun, agama Islam, IRT, pendidikan SD, suku Sumatera dibawa ke ruang bersalin
RS mengaku hamil anak pertama dan sudah waktunya melahirkan. Keluhan pasien perut mules,
menjalar ke pinggang, dan keluar lendir merembes dari jalan lahir. Pasien mengatakan mules
sejak sekitar 8 jam yang lalu jam 24.00 wib. Pasien tampak meringis kesakitan dan memegang
perut bagian bawah dan pinggangnya. Berdasarkan anamnesa G1P0A0, mengaku HPHT 20-1-
2020, skala nyeri 5, mules/nyeri hilang timbul, semakin bertambah dan lama. Pemeriksaan fisik
menunjukkan TD 110/90 mmHg, Nadi 80 x/mnt, R 20 x/mnt, suhu 36,5 celcius, BB 65 kg,
tampak strie pada perut pasien. Kontraksi uterus dalam 10 menit frekuensi 3 kali, durasi 20 detik,
intensitas sedang. Pemeriksaan Leopold 1 menunjukkan bokong di fundus dan TFU 2 jari di
bawah prosessus xifoideus. Leopold II posisi punggung kiri, DJJ 140 x/mnt. Leopold III
presentasi kepala, kepala janin masuk PAP. Leopold IV divergen. Pemeriksaan dalam diketahui
portio tebal, selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 3 cm .
Ny. A dan suaminya (Tn B) tampak cemas. Tn B tidak tahu apa yang meski dilakukan untuk
membantu mengurangi nyeri istrinya.
Pada pukul 14.00, dalam 10 menit kontraksi 3 kali, durasi 35 detik, DJJ 140 x/mnt, pembukaan 5
Kala II
Pada pukul 21.00 WIB ibu mengeluh kontraksi semakin kuat, ingin meneran, nyeri skala 9.
Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 155 x/mnt, pembukaan lengkap, presentasi
belakang kepala, penyusupan kepala molage berjauhan. Perawat dan bidan mendekatkan partus
set dan pasien diposisikan lithotomi. Ibu dilakukan episiotomy 3 cm pada perineum. Bayi lahir
spontan pada pukul 23.00, berat badab 3000 gr, panjang badab 48 cm, lingkar kepala 30 cm,
menangis spontan.
Kala III
Ibu diberikan injeksi oksitosin 1 ampul IM dan 21.30 plasenta lahir lengkap.
Kala IV
Ibu dilakukan observasi. Kontraksi uterus baik. TD 100/80 mmHg, Nadi 76x/mnt, suhu 37
celsius, respirasi 18 x/mnt. Perdarahan normal
LO:
2. Kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual ibu dan keluarga pada masa intranatal
3. Jelaskan asuhan keperawatan pada ibu bersalin partus normal pada kala 1, II,III, IV
STEP 1
1. Episiotomi
2. Pemeriksaan Leopold
3. Partio
4. Oksitosin
5. Px
6. Strie
7. Divergen
8. G1P0A0
9. HPHT
10. Molage
11. TFU
12. PAP (Masuk PAP)
13. DJJ
14. Mules (Verbal Pasien)
15. Kontraksi Uterus pada Persalinan
16. Leopold 1
17. Leopold 2
18. Leopold 3
19. Leopold 4
20. Fundus
21. Presentasi Kepala
22. Janin Masuk PAP
23. Portio Tebal
24. Pembukaan Serviks
25. Pemeriksaan Dalam
26. Pembukaan Tiga
27. Pembukaan Lima
28. Meneran
29. Pembukaan Lengkap
30. Presentasi Belakang Kepala
31. Penyusutan Kepala
32. Molase Berjauhan
33. Partus Set
34. Plasenta Lengkap
35. Perdarahan Normal
36. Posisi Janin Punggung Kiri
37. kehamilan aterm
JAWAB
1. Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk memperlebar
vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan
di garis tengah atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari vulva, dilakukan di bawah bius
lokal dan dijahit kembali setelah melahirkan.
Dokter mungkin akan menganjurkan episiotomi pada pasien dengan kondisi berikut:
a. Adanya risiko robekan besar dan dalam selama persalinan
b. Letak bayi yang tidak normal, misalnya bayi sungsang
c. Ukuran bayi yang lebih besar dari normal
d. Persalinan premature
Prosedur ini juga dapat langsung dilakukan oleh dokter di tengah persalinan normal jika
dianggap perlu. Misalnya pada beberapa kondisi medis di bawah ini:
e. Distosia bahu, yakni bahu bayi yang terjepit di tulang panggul sang ibu
f. Denyut jantung bayi yang tidak teratur selama persalinan
g. Calon ibu membutuhkan persalinan normal dengan bantuan alat, seperti forsep atau
vakum
2. Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan metode perabaan yang berfungsi untuk
memperkirakan posisi bayi dalam rahim. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan saat menjalani
pemeriksaan kandungan rutin ditrimester 3 kehamilan, atau saat kontraksi sebelum persalinan.
3. Partio adalah istilah medis dari bagian mulut rahim yang menonjol kedalam vagina. Fungsinya
adalah menghasilkan lendir atau mukus yang berguna untuk mengalirkan sperma dari vagina
ke rahim, selain itu juga sebagai jalan lahir dan jalan keluar darah mestruasi.
4. Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk melancarkan proses
persalinan. Obat ini tersedia dalam bentuk cairan injeksi (suntikan) dan semprotan hidung.
Selain itu, oksitosin juga bisa memicu keluarnya ASI. Preparat hormon oksitosin memiliki
fungsi yang serupa dengan hormon oksitosin alami yang diproduksi oleh tubuh. Oksitosin alami
diproduksi oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini bisa menurunkan stres dan
rasa cemas, menurunkan tekanan darah, serta menyebabkan kontraksi otot. Dosis oksitosin
yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tujuan pemberiannya.
5. Px adalah bagian bawah tulang dada yang berbentuk seperti taju pedang.
6. Striae gravidarum atau stretch mark adalah Garis-garis merah yang muncul di kulit tubuh ibu
memang biasa muncul pada wanita hamil. biasanya muncul setelah kehamilan minggu ke-24
atau 25, terutama pada daerah perut, bokong, pinggul, dan paha. Setelah melahirkan, lama-
kelamaan warnanya akan pudar, kembali ke warna kulit atau sedikit putih. Munculnya garis-
garis ini dipengaruhi oleh keadaan kulit yang teregang dengan peningkatan berat badan serta
peningkatan hormon kehamilan selama kehamilan. Sebetulnya tidak semua ibu hamil
mengalami hal ini. Kemungkinan kesalahan tanda ini lebih besar jika ibu atau nenek Ibu dulu
juga mengalami hal ini, karena adanya sifat genetik atau diturunkan. Setelah melahirkan, dapat
diberikan krim tretinoin untuk membantu menghilangkan stretch mark ini.
7. Mengamati pertemuan ujung-ujung jari kedua tangan, bila ujung-ujung jari kedua tangan bisa
saling dipertemukan disebut konvergen, merupakan pertanda bahwa bagian janin yang berada
di bawah uterus belum masuk pintu atas panggul; bila ujung-ujung jari kedua tangan tidak
dapat saling dipertemukan disebut Divergen
a. GPAG= Gravid
b. P=Partus
c. A= Abortus
Misal G1P0A0 artinya kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah
abortus
9. HPHT adalah singkatan dari Hari Pertama Haid Terakhir. Bentuknya berupa tanggal yang
menunjukkan hari pertama periode haid ibu yang terakhir. Lama kehamilan pada umumnya
adalah antara 38-40 minggu. Dan siklus haid pada umumnya adalah 28 minggu. Tapi memang,
bisa jadi meleset atau tidak sama. Itulah sebabnya ini merupakan tanggal perkiraan. Cara
menghitung HPL secara umum adalah menggunakan rumus HPHT + 7 hari - 3 bulan. Contoh :
Jika HPHT Mom adalah tanggal 1 Februari 2020, maka cara hitungnya adalah
a. 1 February 2020 + 7 hari = 8 February 2020
b. 8 February 2020 - 3 bulan = 8 November 2020
Jadi, usia kehamilan Ibu telah memasuki minggu ke 24
10. Molase adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang
saling overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan memungkinkan
terjadinya pergeseran sepanjang garis sambungnya. Molase (Molding) melibatkan seluruh
tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh
struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molase akan memungkinkan diameter yang
lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui panggul ibu.
Molase ( penyusupan ) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup /
tumpang tindih menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( Chepalo Pelvic
Disproportion ) CPD.
11. Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah jarak antara titik simfisis pubis dan fundus uteri. Biasanya
dilakukan pemeriksaan pada 12 minggu hingga 14 minggu usia kehamilan. Metode ini dapat
mengetahui dan memantau pertumbuhan janin di dalam rahim Ibu. Tinggi fundus sendiri
dihitung dari puncak tulang panggul ke bagian paling atas perut. Tinggi fundus yang normal
adalah memiliki angka 2 cm dari usia kehamilan. Misalnya saat menginjak 32 minggu hamil,
kisaran normal tinggi fundus adalah 30 hingga 34 sentimeter. Ukuran yang lebih besar atau
lebih rendah memerlukan evaluasi kehamilan Moms. Salah satu cara pengecekan adalah dengan
USG. Tujuan dari pengukuran tinggi fundus uteri adalah untuk menghitung usia kehamilan dan
mengukur perkembangan dan pertumbuhan janin. Hasil dari tinggi fundus uteri atau tfu ibu
hamil akan menunjukkan usia kehamilan.
12. Posisi bayi yang telah masuk pintu atas panggul (PAP) jadi ciri yang menandakan sang bayi
siap untuk keluar dari rahim Ibu. ciri-ciri perubahan posisi bayi yang telah masuk PAP
Sebagian besar perubahan posisi bayi ini terjadi pada minggu ke-33 atau ke-34. Bayi akan
secara perlahan mengubah posisi kepala menuju ke arah panggul. Perubahan ini biasanya
membuat tekanan pada perut dan paru-paru yang kerap tiba-tiba terjadi. Gerakan bayi ini akan
membuat Ibu merasakan tekanan di bagian tersebut dengan cukup sering. Selain itu, Ibu
mungkin merasakan sesak napas dan rasa panas yang muncul. Kondisi ini disebabkan oleh
perubahan yang tiba-tiba. Ketika Ibu menjadi lebih sering ngos-ngosan, itu bisa menandakan
perubahan posisi bayi dalam perut.
13. Denyut jantung janin atau DJJ adalah suatu indikator yang digunakan untuk memantau kondisi
kesehatan janin di dalam kandungan. Denyut jantung janin umumnya dapat terdengar usia
kandungan 16 minggu. Detak jantung janin normal per menit yaitu sekitar 120- 160x/menit
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Sementara DJJ janin Anda
masih dalam batas normal, sebab masih antara 120-160x/menit.
14. Mulas saat hamil merupakan salah satu keluhan yang kerap dirasakan oleh setiap ibu hamil.
Keluhan ini bisa muncul di awal kehamilan atau menjelang persalinan. Mulas saat hamil dapat
disebabkan oleh banyak hal. Bagi ibu hamil yang telah memasuki kehamilan trimester akhir,
keluhan ini bisa menjadi pertanda awal persalinan. Rasa mulas saat hamil yang merupakan
tanda persalinan biasanya akan muncul ketika usia kandungan sudah mendekati hari perkiraan
lahir. Munculnya rasa mulas umumnya juga akan disertai gejala-gejala lain, seperti :
a. Pecahnya ketuban
b. Munculnya lendir kecokelatan atau bercampur darah dari vagina
c. Lebih sering buang air kecil
d. Kontraksi rahim yang terasa semakin kuat dan kencang
e. Nyeri punggung bagian bawah
15. Kontraksi uterus merupakan indikator utama dalam penentuan proses persalinan. Kontraksi
uterus tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua fase, yakni fase laten dan fase aktif. Pada fase
laten, kontraksi otot uterus mengakibatkan serviks uterus mendatar dan mulai membuka.
Pembukaan serviks yang paling besar pada fase laten adalah sekitar 3 cm. Fase laten pada
umumnya berlangsung sekitar 4 sampai 24 jam. Beberapa wanita ada yang mengalami fase
laten selama seminggu. Kontraksi otot uterus padafase laten kadang berhenti dan kadang terjadi
dengan durasi 30-40 menit. Kontraksinya tidak lama dan tidak bertambah (Loi et al.,2012).
Selanjutnya, berdasarkan penelitian Peisner dan Rosen menemukan 90% wanita yang bersalin
normal melewati fase aktif dengan kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam. Sifat kontraksi fase
aktif adalah semakin lama semakin kuat. Durasi kontraksi otot uterus menjadi > 40 detik
(Savona-Ventura, 2011). Kontraksi uterus pada proses persalinan akan mendorong pengeluaran
janin dari dalam kavum uterus. Pada awal kala I persalinan intensitas kontraksi uterus
adalah sekitar 25 mmHg, dan akan meningkat secara progresif mencapai 55-80 mmHg pada
akhir kala I.Intensitas terbesar kontraksi uterus berada pada bagian fundus uteri. Maka untuk
mengukur kontraksi uterus secara eksternal menggunakan Cardiotocografy(CTG), alat tersebut
dipasang pada fundusuteri. Pada saat yang bersamaan frekuensi kontraksi juga meningkat 3-5
kali dalam 10 menit. Masalah kontraksi yang menimbulkan gangguan pada kemajuan
persalinan pada fase laten atau pembukaan serviks jika kekuatan kontraksi kurang dari 15
mmHg. Kelemahan kontraksi ini akan berakibat lamanya proses kemajuan persalinan.
Sementara permasalahan kontraksi yang terjadi pada fase aktif menimbulkan masalah
pada kemajuan persalinan. Kelainan yang timbul adalah pembukaan servik tidak bertambah
selama 2 jam atau lebih (Cunningham and Williams, 2014).
16. Leopold 1
Berfungi ntuk menentukan letak bagian tertinggi rahim.
a. Pemeriksa menghadap ke arah wajah ibu hamil
b. Dengan menggunakan kedua tangan, pemeriksa menentukan tinggi fundus uteri (jarak
fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan sentimeter jarak dari pinggir
atas simphisis ke fundus uteri)
c. Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan untuk
menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.
Bokong akan teraba sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala akan teraba
sebagai bagian yang keras, bulat, dan lebih mudah untuk digerakkan.
17. Leopold 2
Untuk mengetahui bayi Bunda menghadap ke kanan atau ke kiri.
a. Pemeriksa masih menghadap ke arah wajah ibu hamil.
b. Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada sisi kiri-kanan
abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
c. Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil janin.
d. Pada letak lintang, tentukan di mana letak kepala janin.
Pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang merupakan punggung
janin, dan di sisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang lebih mudah digerakkan yang
merupakan ekstremitas dari janin. Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis akan
19. Leopold 4
Untuk membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah turun sampai rongga tulang
panggul (jalan lahir) atau masih di area perut.
a. Pemeriksa sekarang menghadap ke arah kaki ibu
b. Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan, maka selain dapat ditentukan bagian
terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki
pintu atas panggul.
Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang berada di pihak
bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang
berada di pihak punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa
melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan
menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah
masuk lebih jauh ke dalam panggul. Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala
dengan mudah dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dan teraba ballotement. Kedua jari
tangan dapat berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala saja
yang dapat teraba dan kepala tidak dapat digerakkan, maka ia sudah memasuki PAP
(engaged).
20. Fundus adalah istilah medis dari bahasa latin yang berarti bagian yang terjauh dari daerah pintu
masuk sebuah organ. Fundus pada anatomi organ berada di beberapa bagian organ seperti mata,
lambung, otak, kandung empedu, rahim dan kandung kemih. Secara awam umumnya fundus
sering diasosiasikan dengan tinggi fundus uteri (rahim) untuk mengukur usia kehamilan. Disini
dimaksudkan bahwa untuk mengukur usia kehamilan seorang pemeriksa (dokter atau bidan)
dapat mengukur tinggi fundus uteri (tinggi rahim) untuk menentukan usia tersebut. Tinggi
fundus uteri bisa diukur dengan meraba perut secara langsung untuk menentukan bagian
tertinggi dari rahim yang teraba dari kulit luar. Umumnya tinggi fundus uteri diukur dengan
menggunakan meteran (diukur dari arah pubis vagina) atau diukur dengan menggunakan
batasan seperti contoh setinggi pusar, 3 jari atas pusar dan lain-lain.
21. Presentasi adalah apa yang menjadi bagian terendah dari janin. Dipakai untuk menentukan apa
yang menjadi bagian janin yang terendah dan tiap presentasi terdapat dua macam posisi : kanan
dan kiri dan tiap posisi terdapat tiga macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang ( kiri
depan, kiri lintang, dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan kanan belakang). Untuk
melahirkan normal jika posisi kepala bayi dalam kandungan ada di bawah paling dekat dengan
jalur lahir dengan wajah menghadap punggung ibu dan dagu menempel di dada. Posisi ini
disebut dengan presentasi kepala, dan memungkinkan bayi untuk menyembul keluar dengan
kepala lebih dulu.
22. Janin Masuk PAP, artinya janin telah masuk ke Pintu Atas Panggul yang menandakan bahwa
wanita hamil akan dekat dengan waktu persalinan.
23. Portio Tebal dalah suatu istilah yang dipakai dalam dunia medis yang berati mulut rahim yang
tebal.
24. Pembukaan adalah proses membukanya leher rahim atau serviks per sentimeter (cm) sebagai
jalur lahir bayi saat persalinan atau melahirkan. Pembukaan umumnya dialami oleh ibu yang
hendak melahirkan dengan jenis persalinan berupa melahirkan normal. Proses pembukaan atau
yang juga dikenal dengan nama dilatasi menjadi salah satu cara bagi dokter kandungan atau
bidan untuk melacak waktu saat ibu melahirkan. Proses pembukaan persalinan biasa
dihitung dengan angka 1-10. Namun, jangka waktu dari terbukanya serviks hingga tiba
waktunya melahirkan dapat berbeda pada setiap ibu hamil. Ada tiga fase penting yang terbagi
selama proses persalinan dengan pembukaan leher rahim. Meliputi fase laten (awal), fase
aktif, dan fase transisi. Masing-masing fase tersebut memiliki tingkat pembukaan kelahiran
serviks yang berbeda-beda.
25. Internal examination atau periksa dalam adalah tindakan yang biasanya dilakukan dokter atau
bidan untuk memastikan perkembangan proses persalinan, dengan cara memasukkan jari
tangan ke dalam vagina dan leher rahim. Saat dilakukan tindakan periksa dalam, beberapa
informasi sekaligus dapat. Termasuk seberapa terbuka serviks Ibu (yang sering disebut dengan
‘pembukaan’), dengan mengukur dari 1 hingga 10 cm. Saat sudah mendekati 10 cm, berarti
waktunyaIbua untuk mengejan sudah semakin dekat. Selama proses persalinan, posisi serviks
Ibu juga akan dipantau. Saat proses persalinan semakin berlanjut, serviks akan bergerak maju
dan membuat kepala bayi lebih mudah teraba. periksa dalam kadang-kadang juga akan
dilakukan untuk memeriksa sudah di mana posisi bayi. Dari situ, jika ketuban belum pecah,
akan diketahui juga kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemecahan secara manual. Dapat
merasakan seberapa jauh kepala bayi sudah turun dan mengukur perkembangan posisi ini mulai
dari hitungan minus 3 sampai plus 3. Minus 3 adalah ketika posisi kepala bayi masih jauh dan
belum terpantau, sementara plus 3 adalah ketika kepala bayi sudah mulai terlihat di jalan lahir.
Kemungkinan besar, periksa dalam umumnya akan dilakukan dalam 4 jam sekali. Tetapi
jumlah ini bisa berbeda-beda pada tiap perempuan, bergantung pada kondisi masing-masing.
Menurut Association for Improvements in the Maternity Services (AIMS), risiko paling umum
dari periksa dalam yang dirasakan oleh Ibu adalah rasa nyeri, tidak nyaman dan malu. Selain
itu, tindakan periksa dalam juga bisa berisiko menimbulkan infeksi, terutama jika dilakukan
tidak sesuai dengan aturan medis. Misalnya saat ketuban sudah pecah, biasanya periksa dalam
tidak lagi dilakukan terus- menerus untuk mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak
nyaman akibat periksa dalam kadang-kadang juga memengaruhi persalinan akibat adanya
proses pelepasan hormon adrenalin, yang menghambat hormon oksitosin. Pada sebagian
perempuan, kondisi ini dapat memperlambat persalinan.
26. Pembukaan 3 adalah fase dimana serviks sudah terbuka sebesar 3 sentimeter. Meski gerakan
janin belum signifikan, kepala janin mulai bergerak untuk masuk ke area tulang panggul. Itu
sebabnya di tahap ini ibu hamil akan merasakan kontraksi yang lebih kuat sehingga
menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan. Karena kontraksi sudah mulai terasa kuat, ibu
hamil dianjurkan untuk menuju rumah bersalin untuk mendapatkan pantauan dan penanganan
yang tepat dari dokter.
27. Pembukaan 5 adalah fase dimana Serviks sudah terbuka sebesar 5 sentimeter. Kontraksi yang
dialami akan semakin menguat dengan frekuensi yang semakin rapat, yaitu berlangsung 2-5
menit dengan jeda antar kontraksi 30 menit–1 jam. Pada fase ini, kepala janin sudah berada di
bagian tulang panggul dan sudah dalam posisi melintang. Bagi ibu yang belum mengalami
ketuban pecah pada pembukaan 4 mungkin akan mengalaminya di pembukaan 5 atau
pembukaan 6.
28. Menurut Harry Oxorn, 2008 Meneran adalah tahapan saat pembukaan atau dilatasi mulut rahim
mencapai puncaknya, yaitu 10 cm. Pada saat itu konsentrasi terasa semakin kuat dan secara
insting akan merasakan dorongan kuat untuk meneran, mendorong bayi keluar. Dengan teknik
meneran yang benar, bayi bisa didorong keluar tanpa perlu habis-habisan menguras tenaga.
Menurut Ariyanti, 2008 Keinginan meneran adalah reaksi tidak sadar terhadap tekanan bayi
pada dasar panggul. Rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam panggul, yang menyebabkan
keinginan yang tak tertahan untuk meregang, yang merupakan karakteristik dari keinginan
meneran
29. Pembukaan lengkap adalah tahapan proses terbukanya jalan lahir saat persalinan. Pembukaan
lengkap terdiri dari 10 tahapan
1) Pembukaan 1
Leher rahim (serviks) sudah terbuka sebesar 1 sentimeter. Pada fase ini, ibu hamil mulai
mengalami kontraksi yang ditandai dengan rasa mulas dan nyeri di bagian punggung dan
pinggang. Kepala janin juga sudah berada di tempat yang tepat menuju jalan lahir.
Namun, janin belum melakukan pergerakan apapun untuk menembus jalan lahir. Itu
sebabnya di fase ini ibu masih bisa beraktivitas ringan di rumah sambil memantau
pergerakan janin serta kontraksi rahim.
2) Pembukaan 2
Meskipun di fase ini serviks sudah terbuka sebesar 2 sentimeter, posisi janin masih sama
dengan fase pembukaan 1. Umumnya, fase ini akan berlangsung selama 12-14 jam untuk
kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Beberapa hal yang ibu
hamil rasakan pada fase ini adalah rasa mulas, perut kram, mual, kembung, nyeri
punggung, hingga gangguan pada sistem pencernaan. Itu sebabnya di fase ini ibu
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya serat dan perbanyak minum air putih
supaya pencernaan tetap berjalan lancar.
3) Pembukaan 3
Di fase ini, serviks sudah terbuka sebesar 3 sentimeter. Meski gerakan janin belum
signifikan, kepala janin mulai bergerak untuk masuk ke area tulang panggul. Itu sebabnya
di tahap ini ibu hamil akan merasakan kontraksi yang lebih kuat sehingga menimbulkan
rasa sakit yang tak tertahankan. Karena kontraksi sudah mulai terasa kuat, ibu hamil
dianjurkan untuk menuju rumah bersalin untuk mendapatkan pantauan dan penanganan
yang tepat dari dokter.
4) Pembukaan 4
Serviks sudah terbuka sebesar 4 sentimeter. Kontraksi yang dialami juga akan semakin
kuat dan semakin mendorong bayi untuk menyeruak masuk ke dalam serviks. Akibatnya,
serviks akan menjadi lebih tipis dan lebih lebar. Fase ini juga ditandai dengan pecahnya
air ketuban, sehingga semakin memudahkan janin untuk menembus jalan lahir.
5) Pembukaan 5
Serviks sudah terbuka sebesar 5 sentimeter. Kontraksi yang dialami akan semakin
menguat dengan frekuensi yang semakin rapat, yaitu berlangsung 2-5 menit dengan jeda
antar kontraksi 30 menit–1 jam. Pada fase ini, kepala janin sudah berada di bagian tulang
panggul dan sudah dalam posisi melintang. Bagi ibu yang belum mengalami ketuban
pecah pada pembukaan 4 mungkin akan mengalaminya di pembukaan 5 atau pembukaan
6.
6) Pembukaan 6
Serviks sudah terbuka sebesar 6 sentimeter. Kontraksi juga akan semakin kuat dan
berlangsung selama 1-1,5 menit dengan jeda waktu antar kontraksi 3-5 menit. Pada fase
ini, kepala janin telah sepenuhnya berada di dalam tulang panggul dan diameter kepala
bayi yang terlebar telah melewati pinggir tulang panggul.
7) Pembukaan 7
Serviks sudah terbuka sebesar 7 sentimeter. Frekuensi kontraksi juga semakin rapat
dengan intensitas yang kuat. Oleh karena itu, di fase ini ibu hamil perlu mengatur napas
untuk relaksasi, yaitu dengan mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya
perlahan.
8) Pembukaan 8
Serviks sudah terbuka sebesar 8 sentimeter. Di fase ini, ibu hamil akan merasakan
tekanan yang sangat kuat di bagian bawah punggung dan anus. Akibatnya, ibu akan
merasakan panas di sekujur tubuh dan mulai muncul keringat dingin. Ibu hamil juga akan
merasa kelelahan karena kontraksi yang kuat dan munculnya rasa kantuk akibat oksigen
di dalam kepala lebih terfokus pada daerah persalinan. Karena itu, ibu hamil memerlukan
dukungan dari suami dan keluarga agar ia tetap sadarkan diri dan semangat melalui
proses persalinan.
9) Pembukaan 9
Di fase ini, ibu hamil akan merasakan rasa mulas dan dorongan yang sangat kuat untuk
mengejan. Ini karena serviks sudah terbuka sebesar 9 sentimeter dan ada tekanan yang
sangat kuat di bagian perut bawah. Namun, di fase ini ibu tidak dianjurkan untuk
mengejan agar tidak “mengganggu” pembukaan 10 nantinya. Ibu lebih dianjurkan untuk
mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sambil menunggu
pembukaan sempurna.
10) Pembukaan 10
Pembukaan 10 merupakan pembukaan sempurna karena serviks sudah terbuka sebesar 10
sentimeter. Kontraksi di bagian otot-otot panggul akan semakin kuat terasa, sehingga
membuat ibu hamil refleks untuk mengejan. Bagian anus, vulva, dan perineum (area di
antara lubang miss V dan lubang dubur) sudah terbuka cukup lebar sehingga kepala bayi
sudah mulai terlihat. Karena ibu hamil mengejan, kepala janin akan semakin menekan
dan merobek bagian perineum. Untuk memudahkan jalan lahir, tidak jarang bagian
perineum digunting meski sebenarnya bagian tersebut sangat elastis.
30. Presentase belakang kepala dengan petunjuk ubun-ubun kecil di segmen depan, di sebelah kiri
depan ( kira-kira 2/3), dan disebelah kanan depan ( kira-kira 1/3). Presentase belakang kepala
adalah posisi yang normal atau normoposisi. Presentase belakang kepala dengan petunujuk
ubun-ubun kecil di belakang dapat di sebelah kiri belakang, kanan belakang, dan dapat pula
ubun-ubun kecil terletak melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak
normal atau malposisi.
Etiologi Presentase belakang kepala :
1) Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
2) Letak punggung janin dorsoposterior
3) Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
1. Perut gantung
2. Janin kecil atau janin mati
3. Arkus pubis sangat luas
4. Dolichocephali
5. Panggul sempit
31. Penyusupan Tulang Kepala Janin (Molase/Molding) adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin
besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan
risiko disporposi kepala panggul ( CPD ).. Pencatatan penyusupan antar tulang kepala janin
berada tepat di bawah kolom air ketuban, pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam sekali.
Pencatatan penemuan menggunakan lambang-lambang berikut ini:
0: Sutura terpisah
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki
3: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
32. Molase berjauhan artinya (0) = tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dipalpasi.
33. Partus set adalah set alat bedah yang digunakan oleh petugas medis untuk persalinan normal.
Partus Set terdiri dari :
a. Bak instrument berfungsi sebagai tempat wadah untuk membawa alat steril yang
dibutuhkan saat persalinan.
b. 2 pasang Handscoon (sarung tangan steri) berfungsi sebagai alat perlindungan diri agar
tidak terkena darah dan virus dari luar. Sarung tangan ini biasa di pakai oleh tenaga
medis agar terhindar dari infeksi serta mencegah terjadinya penularan kuman.
c. 1 buah Kateter Nelaton untuk menghisap lendir yang ada di saluran pernapasan bayi yang
di akibatkan terkena air ketuban.
d. 2 buah klem koher untuk menjepit atau menekan sesuatu benda. Klem arteri bermanfaat
untuk menghentikan pendarahan pembuluh darah kecil yang tanpa menimbulkan
kerusakan yang tidak dibutuhkan.
e. 1 buah ½ koher berfungsi sebagai alat untuk memecahkan ketuban saat persalinan.
Pemecahan ketuban dilakukan jika kepala bayi sudah turun tetapi ketuban belum pecah.
f. 1 gunting Episotomi berfungsi untuk menggunting jalan lahir searah jarum angka 5.
Episiotomi dilakukan jika perenium kaku atau bayi yang dilahirkan terlalu besar yang
menyebabkan persalinan lama.
g. 1 gunting Tali Pusat berfungsi sebagai alat untuk memotong pusat yang menyatukan
aliran darah ibu dengan bayi.
h. Penjepit tali pusat berfungsi untuk mengikat tali pusat supaya tidak terjadi infeksi jika di
ikat menggunakan benang saja.
i. Gunting lurus yang berfungsi untuk memotong benang heating pada robekan jalan lahir.
j. Pinset cirugis penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
k. Pinset anatomis penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka
menjepit jaringan yang tipis dan lunak
34. Plasenta lengkap artinya ari-ari bisa keluar secara alami dan lengkap setelah bayi lahir dan tidak
mengalami Retensio plasenta di mana ari-ari tertinggal di rahim. Pada kondisi Normal, rahim
akan tetap berkontraksi setelah bayi lahir untuk mengeluarkan plasenta
35. Perdarahan normal ini disebut juga dengan perdarahan nifas, yang bisa berlangsung 2-6 minggu
usai melahirkan. Perdarahan setelah melahirkan umumnya berasal dari robekan pada vagina
atau akibat tindakan episiotomi yang dilakukan saat persalinan. Selain itu, perdarahan juga bisa
terjadi selama proses pelepasan plasenta. Sesaat setelah bayi lahir, kontraksi pada rahim akan
memicu lepasnya plasenta. Pada kondisi yang normal, kontraksi akan terus terjadi hingga
perdarahan terhenti. Beberapa hari usai persalinan, darah akan keluar secara bertahap. Ini
adalah salah satu hal yang dialami wanita setelah melahirkan. Beberapa tanda perdarahan
setelah melahirkan yang tergolong normal adalah:
a. Perdarahan dapat diawali dengan keluarnya darah yang cukup deras dan berwarna merah
terang. Kadang perdarahan disertai keluarnya gumpalan darah.
b. Secara bertahap, darah akan berubah warna menjadi merah muda, cokelat, dan akhirnya
digantikan oleh cairan berwarna putih kekuningan.
36. Posisi janin punggung kiri artinya pada posisi ini punggung bayi menghadap ke sisi kiri Ibu
dengan bagian belakang kepala menghadap sisi belakang tubuh Ibu biasanya disebut dengan
Oksiput posterior kiri. Posisi oksiput posterior (OP) ini ditandai dengan kepala bawah dari bayi
yang menghadap sisi perut Ibu. Dengan kata lain, bayi dalam posisi telentang dengan kepala di
bagian bawah dalam jalan lahir.
37. Kehamilan aterm adalah istilah untuk menunjukkan usia kehamilan normal. Bayi lahir dalam
waktu normal ketika berumur kurang lebih 39 hingga 41 minggu. Bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 hingga 42 minggu (280-300 hari) disebut sebagai bayi yang lahir dalam waktu
normal/aterm.
STEP 2
ANALISIS MASALAH
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dikarenakan adanya pertambahan hormon baru sehinggal menyebab kan adanya lendir.lendir
ini disebut leukorrhea. Lendir ini pada umum nya hal yang normal pada ibu hamil muda
maupun tua tapi jika lendir yang keluar itu banyak lebih baik langsung periksa ke dokter.
Karena untuk membuka jalan lahir, lediledir tersebut merupakan tanda-tanda akan terjadinya
kehamilan. Lendir tersebut merupakan Leucorrea (Sekret keputihan atau keabu-abuan dan
sedikit apek) lendir ini merupakan adaptasi fisiologi kehamilan dari ibu akibat produksi hormon
estrogen dan progesteron. Lendir ini berfungsi sebagai sawar terhadap infeksi selama
kehamilan.
2. Menyarankan ibu untuk beristirahat tidur dg posisi nyaman seperti meninggikan kepala dan
meletakan bantal di bawah kaki supaya asam lambung tidak naik ke kerongkongan. Bisa jg dg
tidur miring agar mulas berkurang. Pada kasus tersebut, mulas ibu merupakan tanda fase
persalinan dini. Selama fase tersebut, tubuh ibu akan bekerja keras untuk menyiapkan diri
menghadapi kontraksi yang lebih intensif dan persalinan. Sangat direkomendasikan ketika
masih dalam fase persalinan dini, ibu melakukan hal-hal berikut:
1. Beristirahat
Ibu hamil beristirahat atau tidur sebanyak yang ibu bisa. Jangan menghabiskan energi dengan
berteriak-teriak apalagi sampai histeris. Ibu harus menjaga kondisi tubuh tetap fit karena
persalinan dan mengejan akan sangat menguras energi. Dengarkan suara rekaman gemericik
air, musik atau apapun yang bisa membuat ibu tenang.
2. Relaksasi
Jika merasa gelisah atau tidak nyaman, fokuslah pada aktivitas yang santai. Minta pasangan
untuk memijat atau sekedar menyalakan aromaterapi. Atur napas, tarik panjang lewat hidung
dan buang perlahan lewat mulut.
3. Makan minumKebutuhan tubuh sangat penting di awal persalinan. Jika haus, segera minum
untuk menghindari dehidrasi. Makan makanan sehat yang mudah dicerna yang memberi energi.
Seperti telur rebus, ikan, daging serta roti dan susu.
3. DJJ pada kasus normal yaitu 140x/mnt. Karena DJJ yang normal berkisar antara120-160 x/mnt.
4. Kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka.
Kala II ditandai dengan rasa ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksi, rasa tekanan
pada rektum/vagina, Vulva-vagina membuka, peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah.
Kala III ditandai denagn bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.
Kala IV dimulai saat plasenta lahir dan berakhir 2 jam setelahnya.
(tambahan)
Kala 1
Ditandai dengan perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap
(10cm) yang berlangsung kirakira 13 jam.
Kala 2 (kala pengeluaran janin)
Ditandai dengan seorang ibu ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, dan ibu biasanya
merasakan peningkatan tekanan pada vagina seperti ingin membuang air besar, serta
peningkatan pengeluaran lendir darah. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan anus membuka,labia mulai mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva
Kala 3 (pengeluaran plasenta)
Ditandai dengan perubahan bentuk dan tinggi fundus,tali pusat memanjang,serta semburan
darah tiba-tiba.
Kala 4 (kala pengawasan)
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Yang tujuannya untuk
mengobservasi persalinan. Dan sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui
dapat membantu uterus berkontraksi.
5. Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah
yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2. Persalinan yang lama dan sulit.
Merupakan persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah.
3. Kematian ibu saat melahirkan.
Disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan/prematur.
Yaitu kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2. Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. hal ini dipengaruhi
kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3. Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
4. Kematian bayi.
kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal, yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.
Untuk mengurangu terjadinya komplikasi persalinan atau nifas, sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan ANC sesuai standar, sehingga perkembangan janin dan
kegawatdaruratan yang mungkin
terjadi dapat di pantau secara
berkala dan dapat atau
diminimalisir sedini mungkin.
Faktor penghambat pada proses persalinannya yakni:
1. Emosional ibu belum stabil dan mudah tegang.
2. Organ reproduksi yang belum kuat untuk melahirkan.
3. Tekanan darah tinggi karena organ reproduksi belum siap untuk mengandung.
4. Otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
5. Panggul terlalu sempit.
6. Hal tersebut normal terjadi, karena pada kala 1 itu biasa terjadi selama 18-24 jam. Dimana pada
Kala 1 terjadi proses pembukaan lengkap. Pada kala 1 terdapat 2 fase. Yaitu fase laten, dimana
pada fase ini terjadi penipisan serviks, penurunan janin dan pembukaan 3 dengan durasi 8 jam.
Yang kedua adalah fase aktif yang terjadi selama > 7 jam hingga pembukaan lengkap.
8. Tidak ada perbedaan kala pada anak yang pertama dan anak yang kedua/lebih. Hanya saja,
persalinan paad anak kedua/lebih itu biasanya dilakukan pada kondisi yang lebih siap serta
mental yang lebih siap juga. Lalu, proses mengejan pada anak kedua/lebih bisa dilakukan
dengan lebih efektif dan pandai dalam mengatur nafas
STEP 4
MIND MAPPING
DS :
DO :
Pemeriksaan Dalam
(LEARNING OBJEKTIVE)
intranatal Jawaban :
1. Konsep persalinan
Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup bulan yaitu setelah 37 minggu tanpa
adanya penyulit persalinan. Persalinan dikatakan normal apabila pengeluaran hasil
konsepsi dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau
tanpa bantuan. (Reeder S J,2011)
Etologi
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang
dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk
meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, danmekanis. Sedangkan,
hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk,
2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian
dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani
(2013) sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadimulaiumur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebihsensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening
pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas
seperti primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
a. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar
ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakinberaktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadi perdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks,
pendataran seviks, dan pembukaan serviks.
Tahapan Persalinan
Selama proses persalinan dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan
dalam persalinan yaitu :
a. Kala I
Kala I sering disebut juga fase pembukaan. Pada fase ini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin meningkatbaikfrekuensi, durasi
dan intensitasnya. Selain itu pada kala I juga ditandai dengan melunaknya
servik. Kala I berlangsung selama pembukaan 0 sampai pembukaan servik
lengkap (10 cm). Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
danfase aktif. (Damayanti, 2014)
1) Fase laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala I. Fase laten dimulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm. Fase laten membutuhkan waktu 8
jam (Damayanti,2014)
2) Fase aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten. Dalam fase
aktif,frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat
secara bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :
Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3 menjadi 4
cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam.
Fase dilatasi maksimal merupakan fase dimana
pembukaan servik terjadi secara cepat yaitu dari
pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam waktu 2 jam.
Fase deselerasi merupakan fase dimanaterjadi perlambatan
pembukaanservik dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap.
Dalam fase ini membutuhkan waktu 2 jam. (Sursilah,2010)
b. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu kelahiran,
maka dari itu kala II sering disebut dengan kala pengeluaran bayi. Kala II
dimulai setelah terjadi pembukaan lengkap sampai bayi dilahirkan. Dalam
fase kala II lendir darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Selama
fase kala II kontrakasi yang terjadi akan semakin meningkat, sehingga pasien
akan merasa ingin mengejan secara terus menerus. Selain itu rektum akan
terasa seperti tertekan sehingga menimbulkan rasa seperti ingin BAB. (Oxoen,
2010)
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan yang
mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan lengkap. Ketuban pecah
akan diikuti dengan rasa ingin mengejan terus-menerus karena tertekannya
fleksus frankenhauser. Dengan gabungan antara kekuatan his dan
mengejan makaakan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka jalan
lahir dengan suboksiput dibawah simfisis, secara berurutan lahir dahi, muka
dan dagu melewati perinium.(Oktarina, 2016)
Setelah kepala lahir, maka bayi akan melakukan putaran paksi luar
yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Berputarnya bahu kedepan
berlawanan arah dengan putaran kepala kedepan. Kemudian bahu depan
akan lahir dibawah simfisis pubis, setelah itu bahu belakang lahir melalui
perinuim dengan gerakan flexi lateral. Setelah bahu dikelurkan, maka anggota
tubuh yang lain akan lahir saat ibu mengejan lagi tanpa mekanisme khusus
dan tanpa kesulitan. (Hakimi, 2010)
Batas normal pada kala II persalinan yaitu 2 jam untuk nulipara dan
1 jam untuk multipara dan ditambah satu jam untuk masing-masing jika
mendapatkan analgetik epidural. (Leveno, 2009)
c. Kala III
Kala III disebut juga kala pengeluaran Uri atau plasenta. Kala III
dimulai sejak bayi dilahirkan sampailahirnya plasenta lengkap. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan pada kala III adalah 15-20 menit untuk multipara
dan nulipara. Dalam kala III dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pelepasan
plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Menurut Schultz, mekanisme pelepasan
plasenta dimulai dari bagian tengah hingga terjadi bekuan retroplasenta.
Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan tidakadaperdarahan sebelum
plasenta tersebut benar-benar lahir. Setelah plasenta lepas dan menempati
segmen bahwah rahim, kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan ke
introitus vaginal (Oktarina,2016)
d. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2
jam plasenta lahir. Hal yang haru diperhatikan selama kala IV adalah
observasi adanya perdarahan primer post partum pada 2 jam pertama.
Perdarahan yang mungkin terjadi berasal dari plasenta rest, lupa episiotomi
maupun perlukaan pada serviks. (Damayanti, 2014)
Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
a. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksidari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.His atau kontraksi uterus
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His dibedakan menjadi dua
yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his palsu
(false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi braxton hicks.His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri
di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar daripinggang ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh terhadap serviks. His persalinanmerupakan
suatukontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan
dengan kontraksi fisiologis lainnya danbersifat nyeri.Kontraksi rahim bersifat
otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani,
2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air
besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul,
timbul suatu reflek yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya
kebawah. Tenaga meneran pasien akan menambah kekuatan kontraksi
uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan
meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janinakan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah
dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong
janin keluar. Apabila dalam persalinan melakukan valsava maneuver
(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan
menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma serviks.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang
panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis,
dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul
yang membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas
merupakan penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang
krista iliaka yang menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina
iliaka postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam
tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata
atau linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas panggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang
usus, sebelah samping belakang menonjol yang disebut spina ichiadika.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber ichiadika) yang berfungsi
menopang badan saat duduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan
depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen
obturatorium.Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus
disebut ramus superior tulang pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan
melalui artikulasi atau sambungan yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak diantara
kedua tulang pangkal paha. Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian
atas dan mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang
yang berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas
ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah
terdapat lubang yang dilalui oleh saraf yang disebut foramen sakralia
anterior. Tulang kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke
depan yang disebut promontorium. Bagian samping tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasi sarco-illiaca.
Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging atau
tulang koksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang
berbentuk segitiga dengan ruas3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang
ini terdapat hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang
disebut artikulasi sarco-koksigis.Diluar kehamilan artikulasi hanya
memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan
persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung
tulang koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan
lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan
corongyang melengkung ke depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm.
Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90
derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan
merupakan satu bidang tetapi dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Jarak antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang
disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5
sampai 13 cm yang disebut diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul
merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini
memiliki batas anterior yakni pada titik tengah permukaan belakang tulang
pubis. Pada lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium,
sedangkan batas posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan
ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul
merupakan bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang
paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan.Bidang
ini terbentang dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke
sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 danke
5. Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah
simfisis pubis, garis putih pada fasia yang menutupi
foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum, dan
tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari
bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior
dibatasi oleh lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita
isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.Bidang hodge
tersebut antara lain:
1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium
2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang
koksigis(Sulistyawati, 2013)
c. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari
janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagian-bagian tulang
kepala janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga
kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut
molase (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki
struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm
sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram,
terletak di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus.
Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers
maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam
proses persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuandalam menentuan
diagnosa kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau
benturan, memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin
agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan
lahir(Sulistyawati, 2013).
d. Psikologis
A. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup bulan yaitu setelah 37 minggu tanpa
adanya penyulit persalinan. Persalinan dikatakan normal apabila pengeluaran hasil
konsepsi dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau
tanpa bantuan. (Reeder S J,2011)
B. Etologi
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang
dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk
meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, danmekanis. Sedangkan,
hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk,
2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum
diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian
dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani
(2013) sebagai berikut :
e. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus.
f. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadimulaiumur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebihsensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
g. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dimulai.
h. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
C. Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening
pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger(penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas
seperti primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
e. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar
ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
semakinberaktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
f. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadi perdarahan.
g. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
h. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks,
pendataran seviks, dan pembukaan serviks.
D. Tahapan Persalinan
Selama proses persalinan dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan
dalam persalinan yaitu :
e. Kala I
Kala I sering disebut juga fase pembukaan. Pada fase ini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin meningkatbaikfrekuensi, durasi
dan intensitasnya. Selain itu pada kala I juga ditandai dengan melunaknya
servik. Kala I berlangsung selama pembukaan 0 sampai pembukaan servik
lengkap (10 cm). Dalam kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
danfase aktif. (Damayanti, 2014)
3) Fase laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala I. Fase laten dimulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm. Fase laten membutuhkan waktu 8
jam (Damayanti,2014)
4) Fase aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten. Dalam fase
aktif,frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat
secara bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :
Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3 menjadi 4
cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam.
Fase dilatasi maksimal merupakan fase dimana
pembukaan servik terjadi secara cepat yaitu dari
pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam waktu 2 jam.
Fase deselerasi merupakan fase dimanaterjadi perlambatan
pembukaanservik dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap.
Dalam fase ini membutuhkan waktu 2 jam. (Sursilah,2010)
f. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu kelahiran,
maka dari itu kala II sering disebut dengan kala pengeluaran bayi. Kala II
dimulai setelah terjadi pembukaan lengkap sampai bayi dilahirkan. Dalam
fase kala II lendir darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Selama
fase kala II kontrakasi yang terjadi akan semakin meningkat, sehingga pasien
akan merasa ingin mengejan secara terus menerus. Selain itu rektum akan
terasa seperti tertekan sehingga menimbulkan rasa seperti ingin BAB. (Oxoen,
2010)
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan yang
mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan lengkap. Ketuban pecah
akan diikuti dengan rasa ingin mengejan terus-menerus karena tertekannya
fleksus frankenhauser. Dengan gabungan antara kekuatan his dan
mengejan makaakan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka jalan
lahir dengan suboksiput dibawah simfisis, secara berurutan lahir dahi, muka
dan dagu melewati perinium.(Oktarina, 2016)
Setelah kepala lahir, maka bayi akan melakukan putaran paksi luar
yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Berputarnya bahu kedepan
berlawanan arah dengan putaran kepala kedepan. Kemudian bahu depan
akan lahir dibawah simfisis pubis, setelah itu bahu belakang lahir melalui
perinuim dengan gerakan flexi lateral. Setelah bahu dikelurkan, maka anggota
tubuh yang lain akan lahir saat ibu mengejan lagi tanpa mekanisme khusus
dan tanpa kesulitan. (Hakimi, 2010)
Batas normal pada kala II persalinan yaitu 2 jam untuk nulipara dan
1 jam untuk multipara dan ditambah satu jam untuk masing-masing jika
mendapatkan analgetik epidural. (Leveno, 2009)
g. Kala III
Kala III disebut juga kala pengeluaran Uri atau plasenta. Kala III
dimulai sejak bayi dilahirkan sampailahirnya plasenta lengkap. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan pada kala III adalah 15-20 menit untuk multipara
dan nulipara. Dalam kala III dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pelepasan
plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Menurut Schultz, mekanisme pelepasan
plasenta dimulai dari bagian tengah hingga terjadi bekuan retroplasenta.
Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan tidakadaperdarahan sebelum
plasenta tersebut benar-benar lahir. Setelah plasenta lepas dan menempati
segmen bahwah rahim, kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan ke
introitus vaginal (Oktarina,2016)
h. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2
jam plasenta lahir. Hal yang haru diperhatikan selama kala IV adalah
observasi adanya perdarahan primer post partum pada 2 jam pertama.
Perdarahan yang mungkin terjadi berasal dari plasenta rest, lupa episiotomi
maupun perlukaan pada serviks. (Damayanti, 2014)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
f. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksidari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.His atau kontraksi uterus
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His dibedakan menjadi dua
yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his palsu
(false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi braxton hicks.His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri
di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar daripinggang ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh terhadap serviks. His persalinanmerupakan
suatukontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan
dengan kontraksi fisiologis lainnya danbersifat nyeri.Kontraksi rahim bersifat
otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani,
2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air
besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul,
timbul suatu reflek yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya
kebawah. Tenaga meneran pasien akan menambah kekuatan kontraksi
uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan
meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janinakan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah
dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong
janin keluar. Apabila dalam persalinan melakukan valsava maneuver
(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan
menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma serviks.
g. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang
panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis,
dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul
yang membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas
merupakan penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang
krista iliaka yang menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina
iliaka postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam
tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata
atau linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas panggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang
usus, sebelah samping belakang menonjol yang disebut spina ichiadika.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber ichiadika) yang berfungsi
menopang badan saat duduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan
depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen
obturatorium.Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus
disebut ramus superior tulang pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan
melalui artikulasi atau sambungan yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak diantara
kedua tulang pangkal paha. Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian
atas dan mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang
yang berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas
ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah
terdapat lubang yang dilalui oleh saraf yang disebut foramen sakralia
anterior. Tulang kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke
depan yang disebut promontorium. Bagian samping tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasi sarco-illiaca.
Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging atau
tulang koksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang
berbentuk segitiga dengan ruas3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang
ini terdapat hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang
disebut artikulasi sarco-koksigis.Diluar kehamilan artikulasi hanya
memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan
persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung
tulang koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan
lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan
corongyang melengkung ke depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm.
Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90
derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan
merupakan satu bidang tetapi dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Jarak antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang
disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5
sampai 13 cm yang disebut diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul
merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini
memiliki batas anterior yakni pada titik tengah permukaan belakang tulang
pubis. Pada lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium,
sedangkan batas posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan
ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul
merupakan bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang
paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan.Bidang
ini terbentang dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke
sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 danke
5. Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah
simfisis pubis, garis putih pada fasia yang menutupi
foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum, dan
tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari
bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior
dibatasi oleh lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita
isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.Bidang hodge
tersebut antara lain:
5) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium
6) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
7) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
8) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang
koksigis(Sulistyawati, 2013)
h. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari
janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagian-bagian tulang
kepala janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga
kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut
molase (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki
struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm
sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram,
terletak di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus.
Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers
maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam
proses persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuandalam menentuan
diagnosa kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau
benturan, memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin
agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan
lahir(Sulistyawati, 2013).
i. Psikologis
Sylvana, Fatma. 2018. Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam Pada Masa Kehamilan
dan Persalinan. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 5, No. 1 (2018): 1—12.
file:///C:/Users/WIN10P~1/AppData/Local/Temp/54-Article%20Text-127-1-10-20180627.pdf
Nur, Erma. 2018. Dukungan Sosial bidan Dalam Persalinan. Jurnal Kesehatan Karya
Husada/Vol.6, No. 2 Tahun 2018. file:///C:/Users/WIN10P~1/AppData/Local/Temp/281- Article
%20Text-451-1-10-20191002.pdf
Puji, Rizky. 2016. Prosedur Pemeriksaan Leopold. Diakses pada 25 Oktober 2020 :
http://www.softilmu.com/2015/11/prosedur-pemeriksaan-leopold.html