Anda di halaman 1dari 40

Kasus 2

Partus Lama
Seorang perempuan berusia 25 tahun, G2P1AO, umur kehamilan 21 minggu
dirujuk oleh bidan ke unit gawat darurat RS jam 7.30 wib. Dengan keluhan
his sejak 19.00 wib karena tidak ada kemajuan dalam proses persalinannya.
His dirasakan setiap 3 menit dan lamanya 30 detik. Keluhan disertai keluar
lendir bercampur bercak darah, tanpa disertai pengeluaran cairan dari jalan
lahir, gerakan janin masih dirasakan oleh ibu.
STEP 1
1. G2P1AO : Gravid (kehamilan) yang ke 2 kali, partus persalinan
satu kali, abortus tiddak pernah.
2. HIS : kontraksi uterus sebelum persalinan untuk mendorong janin
keluar melalui jalan lahir.
3. Jalan lahir : jalan/saluran yang akan dilewati janin.
4. Partus :proses pengeluaran hasil konsepsi mulai jalan lahir.
5. Partus lama : persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primipara; > 18 jam pada multipara.
STEP 2
1. Umur kehamilan ?
2. Mengapa bidan merujuk pasien ke UGD ?
3. Proses persalinan ? (cara, mekanisme, tanda dan gejala)
4. ANC ?
5. Kenapa pada proses persalinan tidak ada kemajuan ? penyebabnya?
6. Apakah normal keluar lendir bercampur bercak darah ?
7. Penatalaksanaan ?
8. Dampak partus lama pada ibu dan janin ?



STEP 3
1. 37-42 minggu : aterm (sudah cukup bulan)
38-42 minggu : aterm
Preterm Aterm Posterm/postmature Abortus
28-36
minggu
37-42 minggu >43 minggu < 28 minggu

2. - Pembukaan belum sempurna
- Tidak ada kemajuan setelah 12 jam
- Ditangani : partus normal tidak ada penyakit
- Dirujuk : partus ada kelainan.
3. Tanda dalam persalinan
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering / susah kencing karena kandung kemih tertekan
janin.
- Sakit perut dan punggung adanya kontraksi lemah uterus.
- Serviks jadi lembek, mendatar, sekresi bertambah darah

Mekanisme
o Kala 1 : keluar darah + lendir dan ada pembukaan.
Fase laten Serviks 3cm
Fase aktif 3-4x/menit, lama 90 detik
o Kala 2 : ada his + kontraksi + rasa mengedan ibu, bayi
lahir.
o Kala 3 : keluarnya plasenta (5-15menit setelah bayi
keluar)
o Kala 4 : pengawasan terhadap ibu dan bayi
HIS 2 cm/detik paling tinggi dan pundus uteri otot
fundus pemendekan serviks sedikit otot serviks terbuka
urin tertarik.

HIS meningkat tekanan intraabdomen dengan duktus
fleksi mengejan seperti defleksi.

4. ANC (antenatal care) untuk mengamati kesehatan ibu
1-28 : Anamnesis lengkap, pf, antopometri.
28-33 : TTI, senam hamil.
34 : Anamnesis, lab TT2
36-42 : Anamnesis, pemeriksaan payudara, persiapan persalinan.

5. Kelainan HIS
- Hipotonik uterin contraction min 100mmHg hontraksi normal.
- Hipertonik uterin contrction persalinan selesei < 3 jam partus
pripitasi kekuatan > 100mmHg
- Inkoordinat uterin contraction tidak sinkron.
Kelainan Dinesesti
Kala I Serviks tebal dan tidak mendatar
Kala II Panggul sempit, bayi besar
Kala Sejati Kala Palsu
Teratur 30 detik Braxton hicks
Posisi ibu berubah Istirahat, hilang hisnya
His tetap Ditubuh bagian depan, semakin
hilang

Plasenta hipotalamus ACTHkortisol PG II Gap
junction

PG F
2
A peca plasenta
Paru janin protein surfaktan di amnion migrasi
makrofag IL-I TNF- nuckar f enzim serviks
perlunakan serviks dilatasi
DHEA dirubah estrogen janin :
o Uterus kontraksi
o reseptor oksitoksin di miomentrum
o kontraksi uterus
o Rangsangan enzim
Faktor ibu
o Tidak ada dukungan keluarga/suami
o Tidak ada ANC
o Tidak ada pengetahuan ibu
o Ibu takut melahirkan
Faktor bayi
o Posisi
o Besarnya bayi
o Sungsang, melintang
o Oksiput posterior persisten tak ada perputaran
Presentasi janin
o Ubun-ubun kecil
o Muka menghadap bawah
6. Normal karena ada perputaran serviks, dan kontraksi serviks.
o Ruptur uterus
o Tekanan janin meningkat
o Plasenta previa
7. Penatalaksanaan
Fase laten memanjang penilaian ulang
Ada kemajuan : induksi
Tak ada : 8jam 5c
Ada infeksi : akselerasi oksitoksin
Insersia hipotrofi
Oksitoksin IV , 20-30 tetes /menit selama 4 jam + PG pada
suami
Mersia hipertonik
Morfin / relaksasi
8. Kematian janin dan ibu
- Infeksi intrauteri
- Cedera otot dasar panggul
- Paca janin :
o Perdarahan tengkorak bayi
o Takikardi janin
o Air ketuban hijau dan berbau
STEP 4


STEP 5
1. Patograf ?
2. Pemeriksaan kehamilan + ANC
3. Penatalaksanaan partus lama ?
4. Dampak/ pada ibu + bayi ?




Persalinan
Umur
Penyulit
kehamilan
Tanda-
tanda
Penatalaksanaa
n
Partus lama :
dampak dan penyebab
ANC
Proses
1. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Kegunaan utama dari patograf adalah :
a. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan
mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi
dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
b. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini
peralinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
c. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka patograf akan
menbantu penolong persalinan untuk :
mencatat kemajuan persalinan
mencatat kondisi ibu dan janinnya.
mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Halaman depan partograf mencantumkan :
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun
adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan
dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepala ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin,
bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran )
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase laten persalinan
Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif
yang dibatasi oleh pembukaan servik
Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan
harus dicatat.
Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan
persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuahan dan intervens harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu
:
a. Denyut jantung janin : setiap jam.
b. Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam.
c. Nadi : setiap jam.
d. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e. Penurunan : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
g. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi,
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam
diagnosa ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi
kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai ulang kesehatan
dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan
dirumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu
dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekwensi kontraksi.
Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )
1. Informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai :
Jam pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam
fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin.
a. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada
bagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung
janin (DJJ) setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit.
Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ
dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka
yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis
tebal angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila
DJJ di bawah 120 atau diatas 160.
b. Warna dan adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban. Jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan- temuan . dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : Ketuban utuh ( belum pecah )
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara
seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin <
100 atau < 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas
kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera
rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric
dan bayi baru lahir.
c. Molase ( penyusupan kepala janin )
Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keraspanggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (
CPD). Ketidak mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila
ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda
disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup
kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut i :
0 : tulang tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 :tulang tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan.
3 : tulang tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan.
a. Pembukaan Servik.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian
pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik
setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit ).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus ditulis di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik.
Beri tanda untuk temuan temuan dari pemeriksaan dalam
yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di
garis waspada.
Hubungankan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (
tidak
terputus )
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik
(setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit,
nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi
kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviksebesar 7 cm.
Kata-kata turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-
5 tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik. Berikan
tanda O pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika
kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda O dinomer 4, hubungkan
tanda O dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan
berakhir pada titik di mana pembukaaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan selam faseaktif
persalinan harus dimulai digaris waspada jika pembukaan ervik
mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1 cm/jam
), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif
yang memanjang, macet, dll ).
Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani
penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera
sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur
kesisi kanan. Jika pembukaan servik berada disebelah kanan garis
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tib ditempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4. Jam dan Waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan .
Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan
penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif.
Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur
kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan
catatkan pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan
wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami
pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris
waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom
paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu
dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri ).
5. Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada
persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan
makin lama, makin sering dan semakin sakit.
Mengamati his.
Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan
setiap setengah jam dalam fase aktif. Yang harus diamati adalah
:
o frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
o lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi
perut sampai hilang.
Mencatat his pada partograf :
Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang
partograf, yang pada sisi kirinya tertulis his/10 menit. Satu
kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit,
ada 2 kotak yang diarsir. Ada 3 cara mengarsir :
1. < 20 detik ( berupa titik-titik)
2. 20-40 detik (garis miring/arsiran)
3. > 40 detik ( dihitamkan penuh).

6. Obat obatan dan cairan yang diberikan
a.Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
b. Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dengan atau
cairan intravena dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperature tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persallinan. (lebih sering jira dicurigai adanya penyulit).
Beri tanda titik pada kolom yang sesuai
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalian (lebih sering jira dianggap akan ada
penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira
meningkat, atau dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam
dan cataat temperatur tubuh dalam kotakyang sesuai.
Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya
setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jira
memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya saetn atau proten dalam urine.

8. Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinikn disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang
kemajuan dalam persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :
Jumlah cairan peroral yang diberikan.
Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn,
bidan, dokter umum) Persiapan sebelum melakukan
rujukan.
Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I sampai persalinan kala IV
(termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam
masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan
penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan
klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutama peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.
Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
a. Data dasar
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.
f. Kala IV.
Cara pengisian :
Berbeda dengan halaaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar paretograf ini diiisi setelah semua proses persalinan
selesai. Adapun caara pengisian acatatatn persalinan pada lembar belakang
partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai
berikut :
A. Data dasar
Terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan
merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data
pada masing-masing tempat yang tealah disediakan,atau dengan cara
memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan no 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertasnyaan no
8njawaban bisa lebih dari 1.
B. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk
pertanyaan no 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya
diiisi jika terdapat masalah laiinya dalam persalinan.
C. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri
tanda pada kotak disamoping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan
no 13, jika jawabannya Ya tulis indikasinya. Sedangkan untuk no 15
dan 16 jika jawabannya Ya , isi jenis tindakan yang telah dilakukan.
Untuk pertanyaan no 14 jawaban bisa lebih dari satu. Sedangkan untuk
masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II.
D. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitoksin, penegangan tali
pust terkendali, massage fundus, plasenta lahir lengkap, placenta tidak
lahir lebih dari 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak disamping jawaban
yang sesuai. Untuk no 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang benar
E. BBL
Informasi tentang BBL terdiri dari berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi BBL, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan serta beri tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
Untuk pertantyaan no 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai
sedangkan untuk no 38 jawaaban bisa lebih dari satu.
F. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah,nadi, suhu, tinggi fundus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala
IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah ada resiko atau
terjadi perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan
setiap 30 menit pada satu jam berikutnaya. Isi setiap kolom sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala
IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak
usah diisi.
































Gambar 1.1 Partograf




2. Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar . Kunjungan Antenatal Care
(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Pelayanan antenatal terintegrasi
merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain
yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan,
yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)

2. Tujuan Antenatal Care

Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas
serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-
baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka
postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus
sama sehatnya atau lebih sehat; Adanya kelainan fisik atau psikologik
harus ditemukan dini dan diobati,

b. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pula fisik dan metal.
3. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan
tumbuh kembang bayi;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi,
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
4. Keuntungan Antenatal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit.
5. Fungsi Antenatal Care

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan
resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
6. Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar
pelayanan

antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama

1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetric

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14
28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28
36) dan sesudah minggu ke 36).

4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat
penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat
dan sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan
ganda.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
7. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat
juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan .

8. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
9. Kebijakan Pelayanan
a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategis Empat Pilar Safe Motherhood yaitu meliputi : Keluarga
Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan
Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap
ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer
(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.

3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan
dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganannya komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).

b. Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh
tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi.
Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang
bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.

Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai

berikut:

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain
meliputi :

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku
KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan
kelompok Kelas Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.
10. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang
diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.

Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :

g. Intervensi Dasar

1) Pemberian Tetanus Toxoid

a) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah
mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT
ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.

b) Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas

c) Jadwal pemberian TT

Tabel : 2.1Jadwal Pemberian TT



Antigen
Interval Lama %
perlindungan

(selang waktu
minimal) perlindungan


TT1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup

keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur
(WUS) tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari Tetanus Neonatorum (TN). (Saifudin, 2002)


2) Pemberian Vitamin Zat Besi

a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas
kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi
60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet.
Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena
mengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)
b. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu
hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:

a) Umur

(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b) Paritas

(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)

(2) Paritas > 3

c) Interval

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya
2 tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm

e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilan

a) Komplikasi obstetri langsung

(1) Perdarahan

(2) Pre eklamasi/eklamsia

(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida

(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar

(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b) Komplikasi obstetri tidak langsung

(1) Penyakit jantung

(2) Hepatitis

(3) TBC (Tuberkolosis)

(4) Anemia

(5) Malaria

(6) Diabetes militus

c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi
akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar
R, 1998:75).

11. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu
dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan,
perawat yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat
dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan
Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum.
12. Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan
pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan
pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan
antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif.
Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam
pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut
perilaku.

Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan factor yang mempengaruhi perilaku
antara lain:

a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur
lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat).
1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan menurut HR Bloom
adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas
fenomena sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya
pengetahuandidefinisikan sebagai berikut :

a) Sesuatu yang ada atau dianggap adab. Sesuatu hasil persesuaian
subjek dan objek.

b) Hasil kodrat manusia.

c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah
satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari
tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal,
seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan
pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara
lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen :
metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara
tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat
atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan
pengetesan.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengetahuan dan penelitian ternyata prilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
2) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup.
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan
adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan
dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap merupakan penentu
penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang yang
memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada
sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaiman respon atau
tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal
gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai
respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya
dapat diketahui dari sikapnya. Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah
positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari
suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu
tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan dari pihak lain.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari
faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang
kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana
masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan
masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa sejak
lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara
keseluruhan.
2) Jarak ANC

Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak
adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat
yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.
Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah
berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Menurut Koenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak
akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan
kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam
Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa jarak merupakan
komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk
memanfaatkan pelayanan pengobatan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

yaitu factor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan
adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh
masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar
pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang
atau meningkatkan derajat kesehatan.
1) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan dilaksanakan
berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang
masing-masing memiliki latar belakang social budaya sendiri-sendiri.
Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki system
kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan,
termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai
tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif.
Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi
recipient. Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu
diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:
a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yamh dapat
menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat
target maupun staf birokrasi inovasi.
b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat
terlaksana dengan lancer keren melibatkan peran serta masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan felt-need, yang berdasarkan
pertimbangan provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat
yang bersangkutan.

c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu
menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan
orang-orang dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan makan yang
dapat dijadikan pedoman, antara lain teori channel dari Kurt Lewin.
Menurut teori ini pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan
emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status social, kesehatan dan harga.
Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih
tergantung pada skala nilai yang diacu.
2) Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan
tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan
dirinya, keluarganya dan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena paksaan.
b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.
c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin
meniru.

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 1987:18).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari
masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena
kemiskinan, kesenjangan social, sistem pengambilan keputusan dari atas
ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat
tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang sangat heterogen,
persepsi masyarakat yang sangat berbede dengan persepsi provider
tentang masalah kesehatan yang dihadapi.

Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider
adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara
provider dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak Partisipasi
masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam
masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi
perubahan perilaku yang merupakan factor penting dan besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
ANTENATAL CARE

1. Umur

Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
(Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka
kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi
dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya
Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan
beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di
atas 35 tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian Woro Tri
Hardjanti (2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah
memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum mencapai umur
dimana kehamilan dan persalinan dapat obyektif.
33

berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat
setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.
Menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau
informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.

Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan
suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.


Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
baik pula tingkat pengetahuannya .
Menurut Suparlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala
kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala
situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh
kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi,
dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan
evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan
individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan
kesehatan (Uhu Suliha dkk, 2002:51). Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
34

tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan
tubuh anak (Achmad Munib, dkk, 2004:32). Menurut dictionary of
Education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004:33) pendidikan adalah
proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses yakni
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang
optimal.

Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan
hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap
tingkah laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda
tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar.(Budioro,
2002). Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru
dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional
karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya
(Maulani, 1999). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia
mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A
dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan
pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
3. Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih
35

dari satu orang. Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan
dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama
kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam
memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang
sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan
bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya.
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram
atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak
diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan
pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan.
Paritas1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
4. Pendapatan Perkapita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan
perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu
keluarga yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh
anggota keluarga tersebut. Pendapatan adalah hasil pencarian atau
perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional 2002:236). Menurut
Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu
seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam
36

penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat
menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun
sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro (2002:108)
keterbatasan sarana dansumber daya, rendahnya penghasilan, adanya
peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi
keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah
perilakunya.

Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan
karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus
menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang
diteliti

berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan Rp
939.756,-/bulan (BPS Semarang 2010).
Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) meskipun
faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap
saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat
dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang
terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu
mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli
meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang
gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.
5. Jarak

37

Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak adalah
ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak
antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Menurut Koenger (1983)
keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan
mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut
Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa
jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk
memanfaatkan pelayanan pengobatan.
Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini
belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan
public termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan
mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai
puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan, perawat. Secara
geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana
kesehatan.
Menurut penelitian Elfi Rahmawati (2008) bahwa jarak tempat
tinggal ketempat layanan kesehatan di ukur dengan kilometer
dikelompokkan dalam jarak.
4. Dampak Partus Lama Pada Ibu dan Janin
Dampak Terhadap Ibu
1. Infeksi Intrapartum





Pecahnya ketuban
saat partus lama
Aspirasi cairan
amnion yang
terinfeksi
Bakteri menginvasi
desidua serta
pembuluh korion
Pneumonia pada
janin
Bakteri dari
dalam cairan
amnion
menembus
amnion
Sepsis dan bakteremia
pada ibu dan janin
38





2. Ruptura Uteri











3. Cincin Retraksi Patologis






4. Pembentukan Fistula








Kista transversal atau oblik
melintang di uterus antara
simfisis dan umbilikus
Segmen bawah
uterus teregang
Partus lama
Tidak terjadi
penurunan janin
ke PAP
Disproporsi antara kepala
janin dan panggul ibu
besar
Ruptur Uterus
Cincin retraksi
Tanda ruptur
uterus
Peregangan dan
penipisan berlebihan
segmen bawah uterus
Persalinan yang
terhambat
Gangguan sirkulasi
Janin tidak maju
untuk waktu yang
lama
Bagian bawah janin
menekan kuat ke pintu
atas panggul
Partus lama
Tekanan berlebihan pada
dinding panggul dan jalan
lahir (vagina)
Nekrosis
Fistula rektovaginal,
vesikovaginal, dan
vesikoservikal
39





1. Cedera Otot Dasar Panggul





Efek Pada Janin
1. Kaput Suksedaneum




2. Molase Kepala Janin











3. Fraktur Tengkorak

Dasar panggul juga
mendapatkan tekanan dari
upaya mengejan Ibu
Tekanan langsung dari
kepala janin ke dasar
panggul
Gaya tersebut dapat
meregangkan dan
melebarkan dasar panggul
Merubah fungsi dan
anatomik otot, saraf, dan
jaringan ikat
Robekan pada jalan lahir terutama robekan
sfingter ani saat persalinan pervaginam pada
36% persalinan
Panggul sempit Partus Lama Kaput suksedaneum yang cukup
besar di bagian terbawah kepala
janin
Tekanan His
sangat kuat
Partus Lama
Molase
Lempeng tengkorak
saling bertumpang tindih
satu sama lain di sutura
besar
Robekan
tentorium
Perdarahan
Intrakranial
Laserasi
pembuluh darah
Fraktur berupa cekungan
berbentuk sendok di
posterior sutura koronaria
Fraktur kepala
janin
Upaya paksa
persalinan
Partus Lama
40

Anda mungkin juga menyukai