Anda di halaman 1dari 33

Infeksi Alat Genital

Wanita
Tri Wahyudi

Modul Reproduksi FK Untan Pontianak, 30 September 2020


Mekanisme pertahanan alat
genitalia wanita
 Vulva: lebih resisten thd
infeksi
 Vagina: epitel tebal;
Glikogen+kuman
Döderlein
 Serviks: lendir serviks
alkalis dan kental
 Cavum uteri: endometrium
meluruh tiap bulan
 Tuba fallopii: silia
Radang

 Kuman dapat masuk tractus dengan berbagai jalan


 Misal:
 Coitus: penyakit kelamin (STD/ Sexual Transmitted Disease)
 Trauma vulva dan vagina
 Korpus alienum
 Dapat menjalar dari alat sekitar: appendisitis, TB paru menyebabkan
adneksitis tuberkulosa
Leukorea
Leukorea (Fluor albus/ keputihan): cairan yang dikeluarkan dari
alat genital yang tidak berupa darah

Dibedakan:
 Leukorea fisiologik: cairan mukus, banyak
epitel, sedikit leukosit
 Misal: bayi baru lahir, menjelang menarche, wanita
yg dirangsang, sekitar ovulasi

 Leukorea patologik: banyak leukosit


 Misal: infeksi vulva, vagina, adneksitis, neoplasma (jinak
maupun ganas)
 Cairan banyak leukosit, warna agak kekuningan s.d. hijau,
kental, berbau
Vulva

 Mons pubis / mons


veneris
 Labia mayora
 Labia minora
 Clitoris
 Vestibulum dgn intoitus
urethrae ext
 Gld. Bartholini
 Gld. paraurethralis
Vulva
 Radang vulva (vulvitis)
 Bersifat lokal
Misal: infeksi pada kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea dan
keringat, infeksi dari OUE, gland. Paraurethralis, gland. Bartholini)
 Timbul bersama/ sbg akibat vaginitis
 Permulaan manifestasi dr penyakit umum
 Bartholinitis
 Infeksi: Neisseria gonorrhoe, Staphylococcus aureus,
Streptococcus faecalis, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Chlamydia trachomatis, Bacteroides fragilis,
Clostridium perfringens
 Akut: kelenjar membesar, merah, nyeri/ panas, isinya cepat menjadi
nanah/ abses
 Penatalaksanaan: bila masih ada radang diberi antibiotika;
Abses: dikeluarkan dengan sayatan
 Bila berulang-ulang: Kista Bartholini
Gland. Bartholini –
Abses Gland. Bartholini
Marsupialization
Herpes Genitalis
 Infeksi: HSV 2
 Ditularkan melalui hubungan seks (3 s/d 7
hari pasca coitus)
 Gejala: ditengah daerah radang dan edema
tampak sejumlah vesikel. Biasanya di labia minora/
bagian dalam labia mayora dan preputium klitoridis
 Diagnosis: gejala klinis, pembiakan dari luka dan tes
serologis
 Management: simptomatis; aplikasi lokal lar. 0.1%
proflavine diikuti dgn penyinaran sinar fluoresensi
(20-30 watt) 10 s.d. 15 mnt dgn jarak 15-20 cm
Kondiloma akuminata

 Berbentuk cauliflower (kembang kubis), bisa


kecil sampai besar, sendiri atau berkelompok
 Lokasi: vulva, perineum, perianal, vagina,
serviks
 Etilogi: virus; lebih mudah ditemukan pada
wanita hamil
 Manajemen: bila kecil dgn larutan 10
pedofilin dlm alkohol/ gliserin; luas dgn
pembedahan (kauterisasi)
Kondiloma akuminatum
Vagina

 Flora normal vagina: banyak (basil


Doderlein,streptokokus,stafilokokus, difteroid)
 Simbiosis terganggu  vaginitis nonspesifik
 Terapi: antibiotika
Vagina

 Infeksi pada vagina: vaginitis; wanita masa


pra pubertas dan menopause lebih mudah
 Gejala: leukorea; disertai gatal dan terasa
panas; kadang disertai vulvitis
 Trikomoniasis: vulvovaginitis ok
trikomonas vaginalis (parasit)
 Penularan: hubungan seks; pada pria tidak
manifes (urethra atau prostat)
 Management: metronidazole 500mg tiap 12
jam (selama 5 hari)
Vagina

 Kandidiasis: infeksi kandida albikans


 Gejala: leukorea berwarna keputihan, sangat
gatal
 Manajemen: gentian violet 5-1%; Nistatin;
Mycostatin tablet vagina; derivat Imidiazole
Vaginitis

• Masalah ginekologi yang umum pada wanita di


semua umur
• Gejala tidak spesifik  perlu konfirmasi
laboratorium
• Seringkali merupakan akibat dari infeksi
• Penyebab non infeksi : hipersensitif, alergi, reaksi
kimia, atau dermatitis kontak
Bacterial vaginosis
• Akibat ketidakseimbangan flora vagina
• Laktobasilus Menurun, the lactobacilli menurun, dan bacteria
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealyticum, and anaerobes are plentiful
• Discharge putih homogen, pH > 4.5
• Fishy odor bila discharge dicampur dengN KOH
• Whiff tes (+)
• Dengan Wet mount technique menunjukkan gambaran clue cells
(sel epitel vagina ditaburi coccobacilli)
• Treatment dengan Metronidazole (500 mg sehari 2 kali selama 7
harior 7 days) has been shown to achieve cure rates of 80% to 90%
Vulvovaginal kandidiasis
• Gejala yang menonjol gatal
• Perasaan panas seperti terbakar terutama saat buang air kecil
atau besar atau saat berhubungan seksual
• Discharge seperti keju, cottage cheese–like,’’ dengan vulva
kemerahan karena iritasi,hiperemic and irritated vulva and
edematous vagina.
• Faktor predisposisi yaitu aktifitas seksual, , kontrasepsi oral,
diabetes melitus dan kebiasaan memakai celana yang ketat
Diagnosis
•pH vagina 4.5
•Pada preparat basah dengan penambahan potassium
hydroxideakan menunjukkan gambaran jamur atau hifa

Terapi
Pemberian anti fungal Topical seperti of imidazoles (clotrimazole,
miconazole, butoconazole, tioconazole, and econazole) or
triazoles (terconazole). Lama terapi 3-7 hari
Orally, fluconazole in a single dose of 150 mg
Trichomoniasis
• Disebabkan protozoa Trichomonas vaginalis.
• Biasanya ditularkan melalui hubungan seksual
• Gejala dan tanda merupakan kombinasi discharge vagina kuning atau
hijau dan adanya vulvovaginal irritation

Diagnosis
Pada preparat basah, trichomonas motil dan pear-shaped,
Metode yang lain dengan direct fluorocil antibodi staining,
latex agglutination, DNA probes, and polymerase chain reaction.
Terapi
A single oral dose of 2 g of metronidazole, 250 mg 3 times a day for 7
days, or 500 mg twice a day for 7 days
Chlamydia trachomatis
• Chlamydia trachomatis merupakan penyakit infeksi menular seksual
• Dapat menyebabkan urethritis, cervicitis, pelvic inflammatory
disease (therefore contributing to ectopic pregnancy [9]), infertility,
and chronic pelvic pain
• Dapat bertahan lama di alat kemaluan wanita

Diagnosis
• Tes imunologi di bawah ini dapat untuk mengidentifikasi chlamidya
dengan sampel endoserviks, swab uretra atau urin
• direct fluorescent antibody, enzyme immunoassay, nonamplified
nucleic acid hybridization, polymerized chain reaction, ligase chain
reaction, strand-displacement assay, hybrid caphresystem, and
transcription-mediated amplification of RNA
Terapi
•urogenital chlamydia yang tidak menyebar ke atas, doxycycline is
given as 100 mg orally twice daily for 7 days , erythromycin 500 mg
4 times per day for 7 days as the first alternative). Azithromycin,
given as a single 1-g dose,
•Untuk wanita hamil , erythromycin 250 mg 4 times a day for 14
days or amoxicillin 500 mg 3 times a day for 7 to 10 days .
Azithromycin also may be given in a single oral dose of 1 g.
Gonorrhea
• Banyak terjadi pada pria
• Pada wanita infeksi bersifat asimptomatik

Diagnosis
• Anamnesis
• Pem fisik, discharge putih kental, tidak nyeri, tidak ada keluhan
• Identifikasi organisme dengan Gram, kultur atau immunochemical
atau molecular diagnostic techniques.

Terapi
• Cefixime: 400 mg orally in a single dose
• Ceftriaxone: 125 mg intra muscularly (IM) in a single dose
• Ofloxacin: 400 mg orally in a single dose
• Levofloxacin: 250 mg orally in a single dose
• Ciprofloxacin: 500 mg orally in a single dose
Human papillomavirus infection

• Asimptomatik
• Human papillomavirus types 6 and 11 menyebabkan genital warts.
• Types 16, 18, 31, 33, and 35 berhubungan dengan keganasan
serviks
• Genital warts dapat berlokasi mulai dari vulva sampai serviks
• Terapi dengan mengangkat seluruh bagian lesi
• Podofilox 0.5% solution or gel may diusap dengan lidi kapas 2kali
sehari selama 3 hari, diulang 4 hari kemudian
• Couter atau dengan pembedahan
Genital herpes

• Termasuk penyakit menular seksual


• Penyebab adalah herpes simplex virus (HSV-1 dan HSV2)
• Kasus yang rekuren biasanya disebabkan oleh HSV-2
• Infeksi awal tidak ada gejala
• Infeksi lanjut terdapat vesikel pada daerah labia-dinding vagina.
Vesikel kadang mengalami ulserasi, nyeri dan panas di daerah lesi
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan serologi
Terapi
• Acyclovir: 400 mg orally 3 times a day for 7 to 10 days
• Acyclovir: 200 mg orally 5 times a day for 7 to 10 days
• Famciclovir: 250 mg orally 3 times a day for 7 to 10 days
• Valacyclovir: 1 g orally twice a day for 7 to 10 days
Serviks uteri

 Penghalang penting bagi masuknya kuman ke dalam


genitalia interna
 Servisitis akuta:
 GO, infeksi postabortum/ postpartum
 serviks merah, membengkak, lekorea mukopurulen
 Servisitis kronika:
 Tidak khas
 Berupa kelanjutan dari servisitis akuta
Korpus uteri

 Endometritis akuta:
 endometrium mengalami edema dan hiperemi
 Penjalaran ascenden dari infeksi servisitis akuta;
infeksi postabortum/ postpartum; tindakan lain yg
dilakukan dalam cavum uteri
 Penting: pencegahan agar infeksi tidak menjalar
Korpus uteri
 Endometrirtis kronika
 Jarang
 Gejala klinis: leukorea dan menoragia
 Terapi: tergantung penyebanya
 Ditemukan pada:
 TB
 Sisa jaringan abortus/partus
 Bila terdapat corpus alienium di cavum uteri
 Polip uterus
 Tumor ganas uterus
 Salpingo-ooforitis
Korpus uteri

 Piometra
 Pengumpulan nanah di kavum uteri krn stenosis
kanalis servikalis
 Metritis/miometritis
 Radang pada miometrium
 Perimetritis
 Radang serosa yg meliputi uterus
Adneksa dan jaringan sekitarnya

Salpingo-ooforitis atau adneksitis ( Pelvic inflammatory disease)


 Radang tuba falopii dan radang ovarium (biasanya
bersamaan)  salphingo-ooforitis atau adneksitis
 Biasanya merupakan infeksi ascenderens (uterus) atau ekstra
vaginal
 Penyebab infkesi:
 Infeksi polimikroba
 Infeksi GO
 Infkesi puerperal
 Infeksi post abortum
Diagnosis
•PID akut dapat ditemukan C. trachomatis di traktus
urogenital sekitar 20% kasus.
•Terdapat endometritis pada 40% kasus pada PID yang
disertai servisitie mukopurulen atau progresif dari salfingitis
yang tidak diterapi adekuat

Terapi
•doxycycline 100 mg 2 kali sehari.
•Ofloxacin 400 mg 2 kali sehari
•levofloxacin 500 mg sekali sehari, diberikan per oral selama
14 hari
•Pada kasus berat dilakukan rawat inap dengan antibiotic
cefotaksim 2 gram per 12 jam dilanjutkan dengan doxycycline
100 mg 2 kali sehari selama 14 hari
Salpingo-ooforitis atau adneksitis

1. Salpingo-ooforitis akuta
• Mis.: Salpingo-ooforitis akuta
• Gejala: demam, lekositosis, rasa nyeri
• Terapi:
 Tirah baring, antibiotika, analgetika. Jarang pembedahan
 Diperlukan jika:
1. Ruptur piosalping atau abses
2. Terdapat gejala ileus
2. Salpingo-ooforitis kronika:
a) Hidrosalping
b) Piosalping
c) Salpingitis kronika
d) Kista tubo-ovarial, abses tubo-ovarial
e) Abses ovarial
f) Salpingitis tuberkulosa
Salpingo-ooforitis atau adneksitis

 Terapi operasi pada Salpingo-ooforitis kronika:


1. Keluhan tetap ada setelah berulangkali
pengobatan dan diatermi
2. Sering kambuh (reaktivasi)
3. Ada tumor
4. Apabila ada keluhan infertilitas

Anda mungkin juga menyukai