Anda di halaman 1dari 36

OVERVIEW OF

MISCARRIAGE
TRI WAHYUDI
Pendahuluan
Etiologi

OUTLINE Diagnosis

Penatalaksanaan

Take home massage


PENDAHULUAN
PROGESTERONE AND THE MENSTRUAL
CYCLE

• POST-OVULATION, PROGESTERONE IS SECRETED BY THE CORPUS LUTEUM

• IF NO FERTILIZATION OCCURS, THE CORPUS LUTEUM DEGRADES,


PROGESTERONE LEVELS FALL,
AND MENSTRUAL BLEEDING OCCURS
4
Nováková L, Blanková B. VIII. Reproductive Systems. 1. Female Reproductive System, Pregnancy and Childbirth. In: Functions of Cells and Human Body. 2016.
http://fblt.cz/en/skripta/viii-rozmnozovaci-soustavy/1-zenske-pohlavni-organy-tehotenstvi-a-porod/. Accessed 02 October 2018
PROGESTERONE AND EARLY PREGNANCY

• IF FERTILIZATION OCCURS, THE CORPUS LUTEUM IS STIMULATED BY HCG


AND CONTINUES PRODUCING PROGESTERONE
5
hCG, human chorionic gonadotropin
Nováková L, Blanková B. VIII. Reproductive Systems. 1. Female Reproductive System, Pregnancy and Childbirth. In: Functions of Cells and Human Body. 2016.
http://fblt.cz/en/skripta/viii-rozmnozovaci-soustavy/1-zenske-pohlavni-organy-tehotenstvi-a-porod/. Accessed 21 June 2016
Miscarriage / keguguran / abortus /early pregnancy loss.
Abortus adalah berakhirnya dan dilepaskannya kehamilan dengan usia gestasi < 20 minggu
atau berat janin < 500 gram dari tempat implantasinya

Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi sebelum janin dapat
PENDAHULU
hidup di luar kandungan, yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau jika berat janin kurang
AN dari 500 gram.
dari 500 gram.

American college of obstetricians and gynecologists (ACOG) mendefinisikan abortus jika


terjadi pada 13 minggu pertama kehamilan.
Kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta kasus setiap tahunnya.
The incidence of clinically recognizable miscarriage in general population studies has been consistently
reported as 12±15%

Dari penelitian WHO di perkirakan 20–60 persen aborsi di Indonesia adalah aborsi
disengaja (induced abortion), 15–50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran
kandungan yang tidak aman

Kasus aborsi di perkotaan dilakukan secara diam-diam oleh tenaga kesehatan (70%),
sedang kan di pedesaan dilakukan oleh dukun (84%).

Klien aborsi terbanyak berada pada kisaran usia 20–29 tahun ,


Abortus menyumbang 5% dari Angka Kematian Ibu di Indonesia (SDKI 2007)
INCIDENCE OF PREGNANCY LOSS

30% Live births


Clinical pregnancy loss
10% Miscarriage
Preclinical loss
30% Early pregnancy loss

30% Failure of implantation

Conception

• AROUND 70% OF CONCEPTIONS ARE LOST PRIOR TO LIVE BIRTH1

• ONCE A WOMAN HAS HAD A POSITIVE PREGNANCY TEST, THERE IS AROUND A


12% RISK OF HAVING A MISCARRIAGE2,3
8
1. Macklon NS, et al. Hum Reprod Update 2002;8(4):333–343; 2. Everett C. BMJ 1997;351(7099):32–34; 3. Regan L, et al. BMJ 1989;299(6698):541–545
[Full reference details are available in the slide notes]
ETIOLOGI
• lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
pertama, setengahnya disebabkan anomali kromosom.
• frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi, meningkat dari 12%
pada wanita berusia < 20 tahun menjadi 26% pada wanita yang
usianya lebih dari 40 tahun
• faktor penyebab terdiri dari faktor janin, faktor ibu, faktor ayah
FAKTOR JANIN

Perkembangan zygot abnormal, berupa kelainan morfologi pada


perkembangan zygot, mudigah, janin bentuk awal atau plasenta
FAKTOR IBU

Infeksi
• Herpes simpleks berkaitan dengan insiden abortus
setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan
• Antibodi HIV, sifilis, β-streptokokus
• Bakterial vaginosis

Kelainan endokrin
• Defisiensi iodine akibat hipotiroidisme
• Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor
meningkat pada wanita dengan diabetes dependen
insulin.
Defisiensi progesterone
• Kurangnya sekresi hormone progesterone oleh korpus lluteum atau plasenta
meningkatkan insidens abortus

Tembakau
• Merokok dapat
menyebabkan
peningkatan abortus
euploidi
• Wanita yang merokok
risiko abortus 2 kali
lipat dibanding kontrol
normal
Alkohol
• Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat konsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
• Angka abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang minum 2 kali seminggu

Imunologi
• Dari berbagai studi, 15% dari 1000 lebih pasien dengan kematian janin
berulang memiliki faktor autoimun
• Antibodi yang signifikan memiliki spesifisitas terhadap fosfolipid
bermuatan negative
• Terdeteksi dengan pemeriksaan antikoagulan lupus dan antibodi
anticardiolipin
Trombofilia herediter
Abnormalitas organ reproduksi
• Mioma uteri
• Sindroma Asherman
• Kelainan bawaan uterus
• Serviks inkompeten

FAKTOR AYAH
• Tidak banyak informasi
• Abnormalitas kromosome pada
sperma berkaitan dengan abortus

In this systematic review and meta-analysis of 10 population-based cohort


and case-control studies, advanced paternal age 40 years was found to be
significantly associated with an increased risk of spontaneous miscarriage,
adjusted for maternal age. This paternal age effect was also observed in a
subgroup of studies focusing on first trimester miscarriage.
PATOFISIOLOGI
Abnormalitas kromosom
Adanya janin  peningkatan TNF dan IL-1-0  gangguan
perkembangan plasenta. Abnormalitas kromosom  invasi trofoblas
abnormal di desidua apoptosis janin.

Kadar progesteron serum dan PIBF (Progesterone Induced Blocking


Factor ) yang rendah akan meningkatkan risiko abortus.
Defek Fase Luteal

Peningkatan Kadar Kortisol , kortisol meningkatkan produksi


estrogen – menurunkan produksi progesterone.
Kadar estrogen tinggi – meningkatkan prostaglandin - respon otot
uterus terhadap oksitosin meningkat – kontraksi uterus

Gangguan oksidasi plasenta


Defisiensi karnitin - gangguan oksidasi asam lemak plasenta –
hipoglikemi – kolaps kardiovaskuler
DIAGNOSIS
KLASIFIKASI
Abortus spontan
Abortus buatan / abortus provokatus medisinalis
penyakit sistemik
induksi haid atau menstrual regulation
cacat genetik

Abortus provokatus kriminalis


bukan atas indikasi medik
dilaksanakan oleh tenaga non-professional

Abortus habitualis
Missed abortion
ANAMNESIS
terlambat haid
perdarahan per vaginam
spasme atau nyeri perut bawah
keluarnya massa kehamilan/konsepsi

PEMERIKSAAN FISIK
pemeriksaan dalam sesuai dengan tanda kehamilan
muda
teraba ketuban dengan disertai pembukaan serviks
pada abortus insipiens
PEMERIKSAAN PENUNJANG
kadar hemoglobin
hCG
progesteron
ultrasonografi
Gangguan kesehatan (penyakit sistemik) yang
sangat mengancam keselamatan ibu §
Indikasi Abortus
Medisinalis

Dipastikan terjadi cacat berat pada janin (severe


physical deformities) atau retardasi mental
Diagnosis Perdarahan serviks Besar uterus Gejala lain

Abortus iminens Sedikit-sedang Tertutup, Sesuai usia Kram ringan


lunak kehamilan Uterus lunak

Abortus insipiens Sedang-banyak Terbuka, Sesuai usia Kram sedang-kuat


lunak kehamilan Uterus lunak

Abortus Sedikit-banyak Terbuka, Lebih kecil dari Kram kuat Keluar


inkomplitus lunak usia kehamilan jaringan Uterus lunak

Abortus Sedikit-tidak ada Tertutup, Lebih kecil dari Sedikit/tanpa kram


komplitus lunak usia kehamilan Massa kehamilan (+/-)
Uterus agak kenyal
• Kadar hCG < 1000IU/ml, kadar progesterone <5ng/ml
menunjukkan prognosis yang jelek
• Kehamilan intrauterine janin hidup dapat dilihat dengan USG
transvaginal pada hari ke 41 gestasi
• Gerakan jantung janin dapat terlihat dengan USG real-time
pada hari ke 45 setelah hari terakhir

MISSED ABORTION
• Retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama
beberapa minggu
• Uterus mengecil
• Perlu diperhatikan adanya komplikasi hipofibrinogenemi
ABORTUS BERULANG

• Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih


• Abortus berulang berhubungan dengan kelainan kromosome,
endokrin dan sistem imun

Diagnosis abortus pada wanita normal dan wanita dengan abortus berulang

Diagnosis Normal Abortus berulang


(%) (%)
Genetik (parentral) 0,2 2-5
Endokrinologis 3-8 5-29
Anatomis 5-15 1-28
Imunologis 1-3 6-65
Idiopatik - 15-50
PENATALAKSANAAN
Abortus Iminens –
pertahankan bila produk
gestasi baik

The results of this metaanalysis of 660 patients show


that the effect of dydrogesterone on the risk of
miscarriage in women with threatened miscarriage
appears to be substantiated. There was a statistically
significant reduction in the odds ratio for miscarriage
after dydrogesterone compared to standard care of 0.47
(CI = 0.31–0.7) rate. The 24% miscarriage rate in
control women (78/325) was reduced to 13% (44/335)
after dydrogesterone administration (11% absolute
reduction in the miscarriage rate).
Prinsip penatalaksanaan abortus inkomplit adalah pembersihan
sisa konsepsi dari dalam kavum uteri

Metode
Medikamentosa
antiprogesterone
oksitosin
prostaglandin E2
prostaglandin F2α
misoprostol
Operatif
kuretase
dilatasi dan kuretase
AVM
dilatator higroskopis
hasil penelitian aspirasi vakum lebih aman dibandingkan
dengan kuret tajam
efek samping kuretase : perforasi uterus, laserasi serviks,
perdarahan, infeksi
TAKE HOME MASSAGE
• Abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau
jika berat janin kurang dari 500 gram
• lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama,
setengahnya disebabkan anomali kromosom.
• faktor penyebab terdiri dari faktor janin, faktor maternal, faktor paternal
• Progesteron merupakan hormon yang dominan dalam mempertahankan
kehamilan
• Penatalaksanaan sesuai diagnosis yang ditegakkan
• efek samping kuretase : perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan,
infeksi
REFERENS
I
1. A. Y. Weintraub and E. Sheiner, In Bleeding During Pregnancy: A Comprehensive Guide, 2011, 25-
44. DOI 10.1007/978-1-4419-9810-1
2. E. E. Puscheck. Early Pregnancy Loss. 2018.
3. J. Calleja-Agius, E. Jauniaux, S. Muttukhrishna. Inflammatory Cytokines in Maternal Circulation
and Placenta of Chromosomally Abnormal First Trimester Miscarriages. 2012,1-6
www.http://dx.doi.org/10.1155/2012/175041
4. C. W. Ku, Z. W Tan, M. K. Lim, et al. Spontaneous Miscarriage In First Trimester Pregnancy Is
Associated With Altered Urinary Metabolite Profile. 2017,8, 48-55.
https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.bbacli.2017.07.003
5. S.V. Gaufberg. Early Pregnancy Loss In Emergency Medicine. 2018.
6. Dr. dr. Budi Handono, SpOG(K), Prof. Dr. dr. Firman FW, SpOG(K), Prof. Dr. dr. Johanes C. Mose,
SpOG(K). Abortus Berulang. Subbag Kedokteran Fetomaternal UNPAD, 2009

Anda mungkin juga menyukai