Anda di halaman 1dari 7

A.

Gambaran Tiga Kasus Kelolaan


Ketiga kasus dapat digambarkan sebagai berikut
1. Kasus 1
Pasien mengatakan mengetahui punya penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun lalu. Pasien
pernah dirawat di RS pada tahun 2017 dengan luka pada bagian punggung pasien dan
dilakukan tindakan operasi untuk membersihkan luka. Sejak 2 minggu terakhir paha kanan
bagian luar pasien bengkak, teraba keras. Pada tanggal 14 Oktober 2019 bagian paha kanan
pasien mulai melepuh dan ada nanahnya, pasien kemudian diantarkan keluarga ke rumah
sakit dan mendapatkan perawatan luka sehari dirawat pasien kemudian dirujuk ke RSUD
Sleman. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada luka di bagian paha kanan, pasien juga
mengeluhkan badan terasa lemah, sesak nafas, dan pusing.
2. Kasus 2
Pada tahun 2014 pasien mengatakan pernah dirawat di puri husada dengan diagnosis gagal
ginjal dan amputasi jari kaki, kemudian pada tanggal 2017 pasien pernah dirawat untuk
cuci darah dengan jadwal rutin dua kali seminggu, tanggal 30 september 2019 pasien
mengeluh bagian kaki melepuh dan cair, diobati di griya puspa dan menjadi luka sampai
sekarang. Pasien mengeluh nyeri perut sejak 10 hari yang lalu dan tidak bisa BAB, mual
tapi tidak muntah, lemes dan nyeri bagian kaki kiri.
3. Kasus 3
Pasien mengatakan telah menderita penyakit diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu.
Kemudian pada tanggal 19 Oktober 2019 pasien datang ke IGD RSUD Sleman keluhan
lemes, sesek, pusing, mual-mual, kaki bengkak. Pasien saat ini mengeluh lemas, sesak,
pusing.
B. Pembahasan
Tabel 1. Analisis Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman
No Asuhan Keperawatan Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
1. Diagnosa medis Diabetes Melitus, anemia, Chonic Diabetes Melitus, Chronic Kidney Diabetes Melitus, Chronic Kidney
Kidney Disease, hipertensi, Strok Disease, hiperglikemi Disease, Congestive Heart Failure
Non Hemoragik

Pembahasan
a. Kasus 1
Diabetes akan mempengaruhi keadaan vaskuler atau pembuluh darah, dimana akan terjadi proses penumpukan plaquekolesterol
yang mempersempit aliran darah atau aterosklerosis. Ketika aterosklerosis menyumbat sirkulasi darah, saat itulah stroke terjadi.
(Simon, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2018) yang menunjukkan seseorang yang
mempunyai riwayat penyakit DM memiliki resiko terjadinya SNH lebih besar.
b. Kasus 2
Dari kadar glukosa yang tinggi menyebabkan terjadinya glikosilasi protein membran basalis, sehingga terjadi penebalan selaput
membran basalis, dan terjadi pula penumpukkan zat serupa glikoprotein membran basalis pada mesangium sehingga lambat laun
kapiler-kapiler glomerulus terdesak, dan aliran darah terganggu yangdapa menyebabkan glomerulosklerosis dan hipertrofi nefron
yang akan menimbulkannefropati diabetik (Hendromartono, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Pranandari (2015) diabetes
melitus memiliki hubungan yang dengan kejadian gagal ginjal kronik pada pasien hemodialisis.
c. Kasus 3
Penyebab tersering dari timbulnya gangguan jantung pada seorang penderita diabetes adalah pengerasan arteri koroner
(aterosklerosis), yang disebabkan oleh penumpukkan lemak di dalam dinding pembuluh darah yang berfungsi untuk mensuplai
oksigen dan nutrisi ke dalam jantung. Penumpukkan lemak di dalam dinding pembuluh darah ini biasanya telah dimulai sebelum
terjadinya peningkatan kadar gula darah pada seorang penderita diabetes tipe 2, Artinya berbagai faktor resiko gangguan jantung
sebenarnya telah ada sebelum diabetes terjadi. Saat lemak yang menumpuk di dalam dinding pembuluh darah ini robek atau hancur,
maka hal ini akan memicu terbentuknya bekuan darah, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada
pembuluh darah. Keadaan ini dapat memicu terjadinya serangan jantung. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2014) yang
menunjukkan terdapat hubungan antara lama menderita DM dan penyakit jantung.
2. Usia 43 tahun 60 tahun 58 tahun
Pembahasan
Peningkatan usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dalam
darah dan terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk kedalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari umur responden saat
pertamakali menderita DM maka dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya umur seseorang maka semakin besar kejadian DM tipe
II(Brunner dan Suddarth, 2013). Namun beberapa tahun terakhir makin banyak ditemukan pada usia dewasa muda kurang dari 30 tahun
bahkan pada anak-anak dan remaja.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kistianita (2018) yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara umur.
3. Keluhan utama nyeri pada luka di paha kanan susah BAB 10 hari sesak nafas
Pembahasan
a. Kasus 1
Salah satu gejala dari komplikasi kronik DM yaitu vaskulopati dimana terjadi ketidakrataan permukaan lapisan dalam arteri sehingga
aliran lamellar berubah menjadi turbulen yang berakibat pada mudahnya terbentuk trombus. Pada stadium lanjut seluruh lumen arteri
akan tersumbat dan mana kala aliran kolateral tidak cukup, akan terjadi iskemia dan bahkan gangren yang luas. (Suyono, 2011)
.Luka yang timbul secara spontan maupun karena trauma dapat menyebabkan luka terbuka yang mampu menghasilkan gas gangrene.
Gangren kaki merupakan penyebab utama dilakukan amputasi kaki non traumatik. Penderita DM sangat rentan mengalami amputasi
disebabkan kondisi penyakit yang kronik dan risiko komplikasi yang lebih besar (Fitria, 2017).
b. Kasus 2
Dari hasil pemeriksaan USG pasien mengalami meteosrismus, yaitu kondisi terperangkapnya udara (gas) dalam rongga abdomen
atau usus hal ini dapat terjadi karena aerofagia (menelan udara baik dengan atau tanpa disengaja, dalam jumlah yang cukup banyak)
sehingga menghambat makanan yang difermentasi bakteri dalam usus. Proses ini mengakibatkan menurunnya gerakan peristaltik
usus sehingga menghambat pengeluaran udara berlebih melalui proses buang gas (flatus), peristaltik usus berjalan, namun alirannya
terhambat oleh karena ada sumbatan pada usus (Sjamsuhidajat, 2010). Pasien juga mengidap DM yang merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi ini.Diabetes akan mempengaruhi keadaan vaskuler atau pembuluh darah, dimana akan terjadi
proses penumpukan plaque kolesterol yang mempersempit aliran darah atau aterosklerosis. Ketika aterosklerosis menyumbat
sirkulasi darah, saat itulah stroke terjadi. (Simon, 2009). Pada pasien stroke akan terjadi suatu kerusakan pada sistem saraf. Bila
kerusakan sistem saraf tersebut terjadi pada persarafan sistem pencernaan, maka dapat menyebabkan konstipasi. Penilitian yang
dialakukan Wilcahyanti (2017) menunjukkan sebagian besar pasien stroke mengalami konstipasi.
c. Kasus 3
Faktor risiko utama pada penyakit yang berkaitan dengan gangguan jantung yaitu hipertensi, diabetes mellitus, sindrom metabolik,
dan penyakit aterosklerosis. Insidensi gangguan jantung pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yaitu 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa diabetes mellitus tipe II. Insidensi HF juga meningkat pada penderita hipertensi, kumpulan abnormalitas yang
dapat ditimbulkan hipertensi meliputi left ventricularhypertrophy (LVH), disfungsi sistolik dan diastolik, serta gagal jantung
simptomatik (American Heart Association, 2013). Selain memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami berbagai gangguan
jantung, seorang penderita diabetes juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami gagal jantung, suatu kondisi medis berat
di mana jantung tidak dapat memompa darah dengan baik. Keadaan ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di dalam paru-paru
dan membuat penderitanya kesulitan bernapas (Arisman, 2010).
4. pemeriksaan fisik
konjungtiva anemis tidak anemis tidak anemis
Pembahasan
Kondisi konjungtiva yang anemis dapat disebabkan oleh anemia. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara gambaran konjungtiva dengan status hemoglobin. Berdasarkan data pasien yang mengalami anemis didapatkan nilai
Hemoglobin adalah 9 sedangkan nilai normal hb adalah 12-18 (Qalbi, 2014).
suara nafas dan foto - Wheezing - creckles - creckles
thorax - Rontgen thorax:udem pulmo, - Rontgen thorax:udem pulmo, - Edema pulmo ringan dengan
cardiomegali cardiomegali efusi pleura bilateral
Pembahasan
Ketiga pasien mengalami edema paru terlihat dari hasil foto thorak. Pada kasus 2 dan 3 terdengar bunyi crekles, crackles merupakan
suara nafas seperti daun dipatahkan, kresek-kresek atau bergumam. Crackles terjadi ketika alveoli (kantung udara) pada paru-paru
berisi cairan dan terdapat pergerakan udara pada kantung tersebut. Gambaran klinis edema paru yaitu dari anamnesis ditemukan
adanya sesak napas yang bersifat tiba-tiba yang dihubungkandengan riwayat nyeri dada dan riwayat sakit jantung. Perkembangan
edema paru bisa berangsur-angsur atau tiba-tiba seperti pada kasus edema paru akut. Pada auskultasi dapat didengar suara-suara paru
yang abnormal, seperti ronki atau crakles (Harun, 2009).
integumen 1)Inspeksi: Kulit bersih, distribusi 1) Inspeksi : kulit kering, tegang 1) Inspeksi: tidak ada luka, warna
rambut di kulit merata, terdapat bagian kaki, terdapat luka kulit coklat normal, tidak ada
luka pada bagian paha kanan luar, dikaki kiri (terdapat pus, luka
luas luka 15x12 cm, terdapat pus, terdapat jaringan nekrotik, 2) Palpasi: turgor kulit elastis
terdapat slough, terdapat jaringan pangjang luka 7 cm dan lebar 3) Pitting Oedem : negatif
nekrotik, tepi luka jelas, luka 5 cm, berbau), warna kulit 4) Akral: teraba hangat
sudah mulai meluas ke jaringan bagian atas sawo matang,
otot, luka berbau bagian kaki ada yang berwarna
2)Palpasi : teraba pengumpulan gelap, bagian atas tubuh
cairan pada bagian kulit perut dan elastis, bagian bawah tubuh
ekstremtias kurang elastis terutama
3)Pitting oedem : >4detik di ektremitas bagian kiri
ekstremitas 2) Palpasi : turgor kulit bagian
ektrmitas bawah tegang,
kering, bagian atas elastis,
perut membesar, ascites, nyeri
tekan perut kanan dan kiri
bawah
3) Pitting oedem : bagian kiri
tubuh pitting odem 5 detik

Pembahasan
Edema merupakan tanda dan gejala yang umum pada kelebihan volume cairan untuk diperhatikan khusus. Edema terbentuk dari
perluasan cairan dalam kompartemen cairan interstisiel, yang dapat terlokalisisr. Edema pitting terjadi jika sebuah lubang terbentuk
ketika seseorang menekankan jari ke jaringan yang edema. Dengan penekanan jari cairan didalam jaringan edema tidak digerakkan
kepermukaan lain. Asites adalah bentuk edema yang terjadi pada kavitas peritoneal akibat sindroma nefrotik atau sirosis (Smeltzer,
2013).
5. Hasil pemeriksaan - Hemoglobin : 9 g/dl (rendah) - Hemoglobin: 12 g/dl (normal) - Hemoglobin: 12 g/dl (normal)
laboratorium - Hematokrit : 27 % (rendah) - Ureum 88 mg/dl (tinggi) - Ureum 120 mg/dl (tinggi)
- Leukosit: 21.5 ribu/ul (tinggi) - Kreatinin 3.5 mg/dl (tinggi) - Kreatinin4.01 mg/dl (rendah)
- Eritrosit: 3,31 ribu/ul (rendah) - Natrium 132 mmol/l (kurang) - Gula darah sewaktu 190 mg/dl
- Ureum: 214 mg/dl (tinggi) - Asam urat 8 (tinggi) (tinggi)
- Kreatinin :4.35 mg/dl (tinggi) - Gula darah sewaktu 585 mg/dl
- Albumin: 1,8 g/dl (rendah) (tinggi)
- Gula darah sewaktu: 136 mg/dl
(tinggi)

Pembahasan
Gagal ginjal kronik melibatkan kerusakan nefron yang kehilangan fungsi ginjal secara bertahap. Total GFR (Gromerular filtration rate)
menurun, menyebabkan kadar ureum nitrogen dan kreatinin menjadi meningkat. Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsetrasikan urin yang cukup. Untuk dapat mengeksresikan larutan secara terus, urin yang encer dapat keluar yang membuat klien
dapat terhindar dari deplesi cairan ekstrasel. Tubulus pelan-pelan akan kehilangan kemampuan untuk menyerap lagi elektrolit yang
berakibat pengeluaran garam pada urine (Smeltzer, 2013)

Anda mungkin juga menyukai