UNIVERSITAS TADULAKO
PREEKLAMSIA BERAT
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
Di negara berkembang, kejadian penyakit dilaporkan berkisar 4-18%,
dengan gangguan hipertensi menjadi penyebab kebidanan paling umum kedua
dari kejadian lahir mati dan kematian neonatal dini di negara-negara berkembang.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Setiap hari di tahun 2015, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ini terjadi pada daerah yang
memiliki sumber daya rendah, dan sebagian besar dapat dicegah. Hipertensi yang
diinduksi kehamilan seperti preeklamsia adalah salah satu penyebab utama
kematian. Prevalensi preeklamsia di negara berkembang berkisar antara 1,8
sampai 16,7%. Misalnya, prevalensi preeklamsia terjadi pada 10% kehamilan
pada wanita Afrika, yang secara signifikan lebih tinggi daripada rata-rata global
yang sekitar 2%.5
C. Faktor Risiko
3
Faktor risiko terjadinya preeklamsia telah dipelajari secara ekstensif (Tabel
1). Faktor risiko utama termasuk riwayat preeklamsia, hipertensi kronis, diabetes
mellitus pregestasional, sindrom antifosfolipid, dan obesitas, dan lain-lain.2
Faktor risiko lain termasuk ibu yang berusia lanjut, nuliparitas, riwayat
penyakit ginjal kronis, dan penggunaan teknologi alat bantu reproduksi. Faktor
risiko yang relatif jarang adalah riwayat keluarga preeklamsia dan ibu yang
membawa janin trisomi 13.2
Kehamilan ganda
Antiphospholipid syndrome
Nuliparitas
4
Ibu yang membawa janin trisomy 13
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
5
Pada preeklamsia, hampir dapat dipastikan bahwa ada penurunan aliran
darah ke plasenta, terutama pada onset awal, karena remodeling arteri spiralis
yang rusak dan artherosis akut. Temuan ini bisa didapatkan pada Teknik in vivo.6
6
Gambar 1. Patofisiologi preeklamsia 7
F. Diagnosis
Tekanan Systolic ≥140 mm Hg atau diastolic Systolic ≥160 mm Hg atau diastolic ≥110
darah ≥90 mm Hg, usia kehamilan lebih dari mm Hg (pada dua kesempatan setidaknya
20 minggu (pada wanita dengan terpisah enam jam; pada seorang wanita
tekanan darah normal sebelumnya) istirahat di tempat tidur)
7
Gejala Preeklamsi Ringan Preeklamsi Berat
Proteinuria Pengumpulan urin 24 jam ≥0,3 g (tes Pengumpulan urin 24 jam ≥5 g (tes dipstik
dipstick urin ≥1 +) urin ≥3 +; dalam dua sampel urin acak
dikumpulkan setidaknya dengan jarak
empat jam)
(vi) Thrombocytopenia
8
diagnosis preeklamsi menjadi lebih mudah jika dokter dapat membedakan
preeklamsi dari gangguan hipertensi kehamilan lainnya.8
9
rendah). Akhirnya, hipertensi gestasional dapat dibedakan dari preeklamsi karena
ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu
kehamilan,yang menjadi normal dalam 12 minggu setelah melahirkan, bersamaan
dengan tidak adanya proteinuria.8
G. Penatalaksanaan
10
MgSO4 digunakan untuk profilaksis kejang. MgSO4 membantu mencegah
kejang eklampsia dan solusio plasenta pada wanita yang mengalami preeklamsia
dengan gejala berat. MgSO4 lebih efektif untuk mencegah kejang eklampsia
berulang dan menurunkan angka kematian ibu dibandingkan fenitoin (Dilantin),
diazepam (Valium), atau kombinasi klorpromazin, prometazin, dan meperidin
(Demerol). Tekanan darah hanya sedikit meningkat pada 30% hingga 60% wanita
dengan eklampsia. Ibu dengan preeklamsia tanpa gejala berat harus dipantau
secara ketat, dan MgSO4 harus dimulai jika gejala berat berkembang.9
Wanita dengan fungsi ginjal normal tidak memerlukan tes magnesium serum
rutin; namun, pengujian harus dilakukan setiap enam jam pada ibu yang tidak
memiliki refleks, peningkatan kadar kreatinin, atau penurunan produksi urin.
Toksisitas magnesium dapat menyebabkan kelumpuhan pernapasan, depresi
sistem saraf pusat, dan henti jantung. Fungsi vital hilang dalam urutan yang dapat
diprediksi: jika terdapat refleks patella, kadar magnesium jarang bersifat toksik.
Infus MgSO4 harus dihentikan dan kadar magnesium serum segera diperiksa jika
refleks patella hilang, laju pernapasan menurun hingga kurang dari 12 napas per
menit, atau produksi urin kurang dari 30 mL per jam. Overdosis dan kematian ibu
dapat terjadi akibat tindakan yang tidak tepat dari pemberian MgSO4. Penangkal
overdosis MgSO4 adalah 1 g kalsium glukonat yang diberikan secara intravena
selama dua menit.9
11
Nifedipin oral direkomendasikan sebagai alternatif, terutama bila diperlukan
penurunan tekanan darah yang mendesak dan akses intravena belum tercapai.9
2. Labetalol, 20 mg IV dosis awal. Jika dosis awal tidak efektif, gandakan menjadi
40 mg dan kemudian lagi menjadi 80 mg dengan interval 10 menit sampai
target tekanan darah tercapai. Jika TD sistolik 160 mm Hg atau TD diastolik
110 mm Hg setelah dosis 80 mg, ganti ke hidralazin IV. Dosis maksimal
labetalol IV adalah 220 hingga 300 mg dalam 24 jam.
Tes antenatal pada wanita yang mengalami preeklamsia dengan gejala berat
dapat mencakup tes nonstres harian, penilaian cairan ketuban, dan ultrasonografi
berkala untuk menilai pertumbuhan janin. Antara usia kehamilan 24 dan 34
minggu, pematangan paru janin dapat dipercepat dengan penggunaan betametason
(dua dosis intramuskular 12 mg yang diberikan dalam 24 jam) atau deksametason
(empat dosis intramuskular 6 mg yang diberikan dengan interval 12 jam).9
12
manajemen hamil wanita yang memiliki preeklamsia dengan berat fitur antara 24
dan 34 minggu kehamilan. Manajemen obstetri di rumah sakit dengan layanan
perinatal dan neonatologi menurunkan morbiditas neonatal dan rawat inap di unit
perawatan intensif. Namun, banyak wanita bukan kandidat untuk manajemen
hamil dan memerlukan persalinan segera. Persalinan diindikasikan setelah
stabilisasi ibu tanpa menunggu 48 jam setelah pemberian kortikosteroid pada
wanita dengan hipertensi berat yang resisten, eklampsia, edema paru, solusio
plasenta, atau kerusakan organ lainnya. Persalinan harus terjadi setelah 48 jam
pemberian kortikosteroid antenatal pada wanita dengan trombositopenia (jumlah
trombosit kurang dari 100 × 103 per L [100 × 109 per L]), kadar transaminase dua
kali batas atas normal, pembatasan pertumbuhan intrauterin (kurang dari 5
persentil), oligohidramnion berat, arteri umbilikalis membalikkan aliran akhir
diastolik, atau disfungsi ginjal baru atau yang memburuk. Jika kondisi ibu dan
janin memungkinkan, kortikosteroid harus diberikan kepada wanita dengan
preeklamsia dan persalinan prematur atau ketuban pecah sebelum perkiraan usia
kehamilan 34 minggu.9
13
selama kehamilan di selama kehamilan. semua wanita dengan
daerah yang asupan Suplementasi kalsium asupan kalsium rendah
kalsiumnya rendah (<900 selama kehamilan di dan asam asetilsalisilat
mg/hari). daerah di mana tidak dosis rendah untuk
ada kekurangan kelompok tertentu untuk
kalsium. pencegahan PE/E.
Sementara suplementasi
Asam asetilsalisilat dosis Suplementasi vitamin C vitamin dapat bermanfaat
rendah (aspirin, 75 mg) dan vitamin E individu untuk kondisi kesehatan
untuk pencegahan atau gabungan. lainnya, jangan berikan
preeklamsia pada wanita Vitamin C, D, atau E,
yang berisiko tinggi kepada ibu hamil sebagai
mengalami kondisi bagian dari strategi
tersebut. pencegahan PE/E.
Obat antihipertensi untuk Penggunaan diuretik, Berikan obat
ibu hamil dengan terutama tiazid, untuk antihipertensi, tetapi
hipertensi berat. pencegahan preeklamsia bukan diuretik, untuk ibu
dan komplikasinya. hamil dengan hipertensi
berat.
Saran untuk Jangan menyarankan
istirahat di rumah. istirahat atau pembatasan
Istirahat di tempat diet garam untuk wanita
tidur yang ketat hamil untuk mencegah
untuk wanita
pre-eklampsia atau
hamil dengan
hipertensi (dengan komplikasinya.
atau tanpa
proteinuria).
Pembatasan
asupan garam
makanan.
Tabel 5. Rekomendasi Praktik Klinis Untuk Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Pre-Eklampsia Dan Eklampsia Selama Perawatan Antenatal10
Selama Persalinan
14
dengan preeklamsia berat pada usia ibu dengan preeklamsia berat yang jauh
kehamilan ketika janin tidak dapat dari aterm, baik janinnya hidup atau
hidup atau tidak mungkin mencapai tidak.
kelangsungan hidup dalam satu atau
dua minggu.
15
periode postpartum untuk masa nifas yang parah; atau (2) pernah diobati dengan
wanita yang diobati antihipertensi selama kehamilan.
dengan obat
antihipertensi selama
periode antenatal.
H. Prognosis
I. Komplikasi
BAB III
LAPORAN KASUS
16
1. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Usia : 30 tahun
Alamat : Desa tawaeli
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Tanggal masuk : 26 Mei 2021
2. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pasien saat ini hamil anak pertama dengan usia kehamilan 32-34 minggu.
Pasien mengetahui kehamilan saat terlambat haid dua bulan, kemudian
memeriksakan urin dengan testpack hasilnya positif.
Asma ada, Hipertensi tidak ada, DM tidak ada, Penyakit Jantung tidak ada,
Riwayat penyakit yang sama tidak ada, Asma ada, Hipertensi tidak ada, DM
tidak ada, Penyakit Jantung tidak ada,
17
Riwayat kehamilan :
G1P0A0
I : Hamil sekarang
Riwayat menstruasi :
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda vital :
1. Tekanan darah : 180/100 mmHg
2. Respirasi : 20 x/menit
18
3. Nadi : 94 x/menit
4. Suhu : 36,7 ⁰C
d. Status Generalis :
1. Kepala : normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut
i. Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik
tidak ada. reflek cahaya positif
2. THT : tidak ada keluhan
3. Leher : pembesaran limfonodi tidak ada, pembesaran
tiroid tidak ada
4. Thorax : dalam batas normal
5. Mammae : payudara menegang, areola mammae
hiperpigmentasi
6. Cor : S1-S2 regular gallop tidak ada, murmur tidak
ada
7. Pulmo : vesikular pada kedua paru, rhonki tidak ada
wheezing tidak ada
i. Abdomen : peristaltik ada kesan normal, nyeri tekan tidak
ada, timpani ada, tidak ada sikatrik
8. Extremitas : akral hangat, edema tidak ada
e. Pemeriksaan Obstetri
1. Leopold I : 24cm
2. Leopold II : Punggung kanan
3. Leopold III : Presentasi bokong
4. Leopold IV : 4/5
5. HIS : 3x dalam 10 menit, durasi 20-25detik
6. DJJ : 139x/m
7. TBJ : 2860gram
f. Status Ginekologi :
A. Pemeriksaan Luar
19
1. Inspeksi : sikatrik tidak ada, tanda radang tidak ada,
dinding perut datar, linea nigra tidak ada, striae gravidarum
tidak ada, perdarahan flek-flek tidak ada
2. Palpasi : nyeri tekan tidak ada, TFU: 24cm
3. Inspekulo : vulva uretra dan vagina tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Dalam
1. Portio : tebal, lunak
2. Pembukaan : 1cm
3. Pelepasan : darah ada, lendir ada, air tidak ada
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (darah rutin)
- HGB : 13,2 g/dL
- WBC : 18,4 103/ʮL
- HCT : 42,4 %
- PLT : 185.000 /ʮL
- GDS : 91 mg/dL
- Ureum : 35 mg/dl
- Creatinin : 1,2 mg/dl
- HbsAg : non reaktif
- Anti HIV : non reaktif
- SARS-CoV Antigent : negatif
- Hcg Test : positif
- Protein urin : positif 4 (++++)
5. RESUME
Pasien perempuan usia 30 tahun mengeluh nyeri perut tembus
belakang dirasakan sejak tadi malam, keluhan ini tidak disertai dengan
20
pelepasan lendir dan darah. Keluhan lain seperti Penglihatan kabur tidak
ada, nausea ada, vertigo tidak ada, cephalgia tidak ada,konvulsi tidak ada,
nyeri epigastrium tidak ada, vomitus tidak ada, BAB dan BAK biasa dan
lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit
sedang, kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital TD: 180/100 mmHg,
HR: 94 kali/menit, RR: 20 kali/menit, S: 36,7 ºC. Pemeriksaan obstetri :
Leopold I: TFU 24 cm, Leopold II : teraba punggung dibagian dextra,
Leopold III: Teraba bagian terbawah janin bokong. Leopold IV: Bagian
terbawah janin belum masuk PAP. Tafsiran berat janin : 1860 gram. BJF:
139 x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal dan lunak,
pembukaan 1cm, penurunan hodghe 1, pelepasan darah tidak ada, lendir
tidak ada, air tidak ada.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan HGB: 13,2 g/dL, WBC:
18.400/ʮL, HCT: 42,4 %, PLT: 185.000 /ʮL, GDS: 91 mg/dL, Hcg Test:
positif, Protein urin : positif 4 (++++)
6. DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 32-34 minggu dengan Preeklamsi Berat dan
kontraktil uterus
7. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
1) IVFD RL 28 tetes per menit.
2) Drpis MgSO4 40%
3) Antasida syr 3x1
4) Antihipertensi: Nifedipine 3x10mg
B. Non-medikamentosa
1) Rencana persalinan secsio cesaria
2) Observasi tekanan darah dan denyut jantung janin
21
FOLLOW UP
22
S : Nyeri perut tembus belakang ada, penglihatan kabur ada, pusing ada,
sakit kepala ada, kejang tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada,
perdarahan per vaginam tidak ada. BAB biasa dan BAK via kateter.
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 180/100 mmHg
N : 80 x/m
P : 20x/m
S : 36,7 °C
P :
S : Nyeri luka bekas operasi penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada,flatus (+), BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 200/100 mmHg
23
N : 82 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
P :
S : Nyeri luka bekas operasi penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 180/110 mmHg
N : 83 x/m
P : 20 x/m
S : 36,6 °C
24
P :
S : Nyeri luka bekas operasi,penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 190/120 mmHg
N : 88 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
25
5) Cefixime 200mg 2x1
6) Amlodipin 10mg 1-0-0
7) Candesartan 16mg 0-0-1
S : Nyeri luka bekas operasi,penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 180/120 mmHg
N : 78 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
26
S : Nyeri luka bekas operasi,penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 180/120 mmHg
N : 80 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
S : Nyeri luka bekas operasi,penglihatan kabur ada, pusing tidak ada, sakit
kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual tidak
ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
27
Kesadaran : Composmentis
TD : 150/110 mmHg
N : 91 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
S : Nyeri luka bekas operasi,penglihatan kabur tidak ada, pusing tidak ada,
sakit kepala tidak ada, , kejang tidak ada, nyeri uluhati tidak ada, mual
tidak ada, muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK via kateter
O : Ku : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 °C
28
A : P1A0 post SC H7 a/i PEB + IUFD
P :
1) IVFD Ringer Laktat 20 tetes per menit
2) Inj. Furosemid 1 amp/iv/24jam
3) Meloxicam 15mg 2x1
4) Sangobion 2x1
5) Cefixime 200mg 2x1
6) Amlodipin 1-0-0
7) Candesartan 0-0-1
BAB III
29
PEMBAHASAN
Pre-eklamsia terjadi akibat penurunan aliran darah janin oleh karena defek
remodeling arteri spiralis, yang menyebabkan iskemia seluler di plasenta, yang
pada akhirnya mengakibatkan ketidakseimbangan antara faktor anti-angiogenik
dan pro-angiogenik. Ketidakseimbangan yang mendukung faktor anti-angiogenik
30
ini menyebabkan disfungsi endotel yang meluas, yang mempengaruhi semua
sistem organ ibu.6
Ibu yang memiliki preeklamsia dengan gejala berat memerlukan rawat inap
untuk pemantauan yang cermat. Tujuan pengobatan adalah manajemen cairan,
pencegahan kejang, menurunkan tekanan darah untuk mencegah kerusakan organ
pada ibu, dan mempercepat persalinan berdasarkan tingkat keparahan penyakit
dan usia kehamilan. MgSO4 digunakan untuk profilaksis kejang. MgSO4
membantu mencegah kejang eklampsia dan solusio plasenta pada wanita yang
mengalami preeklamsia dengan gejala berat. Output urin harus dipertahankan di
atas 30 mL per jam, dan kateter Foley harus digunakan untuk memantau output
31
urin jika MgSO4 diberikan. Pada pasien ini diberikan MgSO4 pada hari
pertama perawatan, sebanyak 4 gram (10cc) MgSO4 40%.
32
Preeklamsia berat sekitar 25% dari semua kasus preeklamsia. Preeklamsia
berat dapat menyebabkan gagal fungsi hati, gagal ginjal, koagulopati intravaskular
diseminata (DIC), dan kelainan sistem saraf pusat (SSP). Jika kejang terkait
preeklamsia muncul, gangguan tersebut telah berkembang menjadi kondisi yang
disebut eklampsia. Komplikasi utama preeklamsia adalah eklampsia 29,3% dan
gagal ginjal akut 19,5%. Komplikasi lain yaitu kematian ibu 9,8% dan kematian
perinatal adalah 31,7%. Prognosis pada pasien ini baik, oleh karena tidak
adanya komplikasi yang timbul seperti gagal fungsi hati dan ginjal,
koagulopati intravaskular, kelainan SSP, namun ditemukan kematian janin
pada pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA
33
2. Sarosh Rana. Preeclampsia: Pathophysiology, Challenges, and Perspectives.
AHA Journals. 2019
3. Priya soma Pillay. Physiological changes in pregnancy. NCBI. 2016
4. Rachael Fox, et al. Preeclampsia: Risk Factors, Diagnosis, Management, and
the Cardiovascular Impact on the Offspring. PMC. 2019
5. Alemayehu Sayih Belay, et al. Prevalence and associated factors of pre-
eclampsia among pregnant women attending anti-natal care at Mettu Karl
referal hospital, Ethiopia: cross-sectional study. BMC. 2019
6. P Gathiram, et al. Pre-eclampsia: its pathogenesis and pathophysiolgy. NCBI.
2016
7. Christopher W.Ives. Preeclampsia—Pathophysiology and Clinical
Presentations: JACC State-of-the-Art Review. Elsevier. 2020
8. Maria Portelli dan Byron Baron. Clinical Presentation of Preeclampsia and the
Diagnostic Value of Proteins and Their Methylation Products as Biomarkers
in Pregnant Women with Preeclampsia and Their Newborns. NCBI. 2018
9. Lawrence Leeman, et al. Hypertensive Disorders of Pregnancy. AAFP. 2016
10. WHO. Who Recommendations For Prevention And Treatment Of
Preeclampsia And Eclampsia. World Health Organization. 2013
11. Norbert Richard Ngbale, et al. Epidemiological Aspects and Prognosis of
Severe Pre-eclampsia in Bangui, Central African Republic. Gynecol Obstet
(Sunnyvale). 2019
34