Anda di halaman 1dari 43

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH

PERAN PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


“HEMANGIOMA” DI POLIKLINIK ANAK REGULER RSUD DR.
MOEWARDI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Bentuk Tugas Pengembangan Profesi

DWI MARYATI, AMK


NIP. 198103052008012016

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI


RUANG POLIKLINIK ANAK REGULER
SURAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan
“Hemangioma” di Ruang Poliklinik Anak Reguler RSUD dr. Moewardi”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan guna
memenuhi tugas pengembangan profesi bagi perawat penyelia yang telah penulis
tempuh. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. dr. Cahyono, Sp.OG., selaku Direktur RSUD dr. Moewardi
2. Ibu Nining Sri W, S. Kep., Ns selaku kepala ruang dan penanggung jawab
di ruang Poliklinik Anak Reguler.
3. Teman-teman di Poliklinik Anak Reguler, serta seluruh pegawai/karyawan
di RSUD dr. Moewardi yang telah banyak memberi kritik dan saran.
4. Bapak dan Ibunda serta keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan
dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
menyelesaikan makalah ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penulis

ii

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN TEORI.................................................................. 3

BAB III. TINJAUAN KASUS............................................................... 14

BAB IV. PEMBAHASAN...................................................................... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemangioma merupakan Tumor jinak endotel vaskular yang paling

sering dijumpai pada masa bayi (10 % - 12 % dari seluruh anak mendekati

umur 1 tahun), ditandai dengan fase proliferasi yang berlangsung cepat

selama 8 hingga 18 bulan, diikuti dengan fase involusi spontan selama 5

sampai 8 tahun. Hemangioma umumnya mengenai kulit, terutama kepala dan

leher (60 %), dan anggota gerak (25 %). Ukurannya dapat bervariasi mulai

dari beberapa milimeter hingga sentimeter. Hampir pada semua kasus,

diagnosis dapat ditegakkan secara ekslusif berdasarkan pemeriksaan fisis dan

riwayat penyakit. Namun demikian, beberapa jenis hemangioma dapat

disalahartikan sebagai malformasi vaskular atau jenis tukor lain, sehingga

diperlukan pemeriksaan penunjang. Umumnya hemangioma tidak

menimbulkan komplikasi, dan dapat diobservasi hingga terjadi involusi

spontan. Pada beberapa kasus pengobatan, banyak pillihan terapi pada

hemangioma, namun sampai saat ini pemberian obat-obatan masih menjadi

pilihan utama di banding operasi atau terapi lain. Terapi steroid merupakan

terapi pilihan utama walaupun masih banyak kontroversi sehubungan dengan

efek samping yang mungkin terjadi. Pada kasus yang berat dan gagal dengan

terapi steroid sebanyak 2 siklus dapat dipertimbangkan untuk melakukan

operasi, radioterapi, dan pemberian sitostatiska seperti vinkristin dan

bleomisin. (Sari Pediatri 2010)

1
Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini akan mengangkat judul

: Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan “Hemangioma” di Poliklinik

Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

“Bagaimana Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan “Hemangioma” di

Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi?”

C. TUJUAN

Adapun tujuan ini meliputi 2 hal yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus :

1) Tujuan Umum
Penulis dapat memahami dan memaparkan hasil dari asuhan keperawatan
pada pasien dengan Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr.
Moewardi.
2) Tujuan Khusus
a) Dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi
b) Dapat merumuskan masalah dan membuat asuhan keperawatan pada
pasien dengan Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr.
Moewardi
c) Dapat membuat perencanaan yang akan dilakukan pada pasien dengan
Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi
d) Menjelaskan implementasi yang akan dilakukan sesuai dengan
penerapan pemberian terapi cairan pada pasien dengan Hemangioma di
Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi

2
e) Menjelaskan hasil evaluasi keperawatan yang didapat dalam melakukan
proses keperawatan pada pasien dengan Hemangioma di Poliklinik
Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi

D. MANFAAT

1) Bagi Rumah sakit Umum Daerah Moewardi


Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan
untuk mengambil kebijakan dalam upaya peningkatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Hemangioma di Poliklinik Anak
Reguler RSUD Dr. Moewardi
2) Bagi Profesi Keperawatan
Hasil dari penulisan laporan ini diharapkan menjadi alternative atau
inovasi baru dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi
3) Bagi keluarga dan pasien
Sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang hemangioma
4) Bagi Penulis
Memberikan wawasan dan pemahaman pada penulis dalam memberikan
dan menyusun penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemangioma di Poliklinik Anak Reguler RSUD Dr. Moewardi

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pneumonia


1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parencim paru, dari
broncheolus yang mencakup terminalis yang mencakup broncheeolus
respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas (Dahlan, 2014). Pneumonia adalah
peradangan paru dimana sinus paru terisi cairan radang dengan atau
tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dingding alveoli dan
rongga interstisium (Ardiansyah, 2012).
2. Manifestasi Klinik
Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia
adalah demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi
interkostal, nyeri dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping
hidung, sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk produktif
dengan adanya ronkhi basah, frekuensi nafas > 50 kali per menit
(Marni, 2014). Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan didapatkan
gejala takikardi dan pada pemeriksaan neurologis terdapat nyeri
kepala, gelisah, susah tidur.
3. Etiologi
Menurut Mansjoer (2010), etiologi terjadinya pneumonia
diantaranya :
a. Bakteri
1) Pneumotorakokus, merupakan penyebab utama pneumonia.
Pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokokus
serotype 1 sampai dengan 8. Sedangkan pada anak-anak
serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden meningkat pada usia lebih kecil
4 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.

3
4

2) Steptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus


lain, seperti mobildan varisela atau komlikasi penyakit kuman
lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh pnemokokus.
3) Himiphilus influenza, pneumokokus aureginosa, tuberculosa.
4) Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat
progresif, resisten terhadap pengobatan dan sering menimbulkan
komplikasi seperti : abses paru, empiema dan tension
pneumotoraks.
b. Virus : Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno
dan virus sistomegalik.
c. Aspirasi Makanan, pada tetanus neonatorum, benda asing dan
koreson.
d. Pneumonia hipostatik : Penyakit ini disebabkan tidur terlentang
terlalu lama, misal pada anak sakit dengan kesadaran menurun.
e. Jamur : Histoplasmamosis capsultatum candi dan abicans,
biastomokasis, kalsedis mikosis, aspergilosis dan aktino mikosis.
4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru
dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap
dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibody maternal yang didapat secara pasif
yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme
organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini
dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya
pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
5

saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,


partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering
terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut
dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan
virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan
bakteri pathogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang
ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui
penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/
viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma,
dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis (Brunner and Suddarth, 2010).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax
Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak
jelas ialah dengan foto thorax.Foto thorax dapat menampakkan
daerah opak (terlihat putih) yang menggambarkan konsolidasi.Foto
thorax juga digunakan untuk evaluasi adanya komplikasi dari
pneumonia.
b. Sinar X
6

Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar X. Selain karena


penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai
bagian paru tentu yang sulit dilihat dengan sinar x. sinar x dapat
menyesatkan, karena masalah lain, seperti parut pada paru dan
gagal jantung kongestif dapat menyerupai pneumonia pada foto
thorax sinar x.
c. CT (Computed Tomography)
Dalam beberapa kasus CT (computed tomography) dapat
menunjukkan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax
sinar x.
d. Kultur
Jika seseorang tidak membaik dengan pemberian antibiotic atau
jika teliti dan peduli mengenai diagnose, permintaan kultur sputum
dari orang tersebut. Kultur sputum umumnya memerlukan kurang
lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar dari sputum
digunakan untuk konfirmasi antibiotika yang sudah diberikan dan
sensitive terhadap infeksi itu. Pada contoh darah dapat dikultur
dengan cara yang sama untuk mencari infeksi dalam darah (kultur
darah). Setiap bakteri yang terindentifikasi kemudian di uji untuk
melihat antibiotic mana yang paling efektif.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap akan menunjukkan jumlah sel darah putih
yang meningkat, indikasi adanya suatu infeksi atau inflamasi. Pada
beberapa orang dengan masalah pada system imun, jumlah sel
darah putih menunjukkan hasil seperti normal.Tes darah digunakan
untuk menilai fungsi ginjal (penting jika ingin memberikan resep
antibiotika tertentu) atau untuk mencari sodium darah yang
terendah. Sodium darah yang rendah pada pneumonia sering
diartikan sama dengan ADH ekstra yang diproduksi ketika paru-
paru terkena penyakit. Tes serologi darah yang spesifik untuk
bakteri lain (Mycoplasma, Legionella dan Chlamydophila) dan tes
7

urine untuk antigen Legionella yang tersedia. Sekresi dari


pernafasan dapat juga dicoba untuk menunjukkan virus seperti
influenza, virus syncyal respiratory dan adenovirus.

B. Tinjauan Tentang Penatalaksanaan dan Askep Pneumonia


1. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Oksigen
2) Jumlah Cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status
hidrasi
3) Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan normal
saline dan beta antagonis untuk memperbaiki transpost mukosilier
4) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa
5) Nutrisi dengan kalori cukup
b. Medis
1) Pemberian antibiotic :
a. Penicillin G merupakan antibiotic pilihan untuk infeksi oleh S.
pneumonia
b. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin,
sefalosporin, penisilin lainnya dan trimetoprimsulfa
metokzazol
2) Terapi inhalasi
c. Komplikasi
1) Empyema
2) Arthritis
3) Meningitis

2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data
secara subjektif (data yang didapatkan dari Klien/keluarga) melalui
metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau
8

observasi). Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan


adalah :
1) Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin
2) Riwayat sakit dan kesehatan
- Keluhan utama: Klien mengeluh batuk dan sesak napas
- Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan
batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau
kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
- Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah Klien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
- Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
- Riwayat alergi: dikaji apakah Klien memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa oba, makanan, udara, debu.
3) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
- Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa
somnolen
 Tanda-tanda vital:
 TD: biasanya normal
 Nadi: takikardi
9

 RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal


 Suhu: hipertermi
- Kepala: tidak ada kelainan
- Mata: konjungtiva nisa anemis
- Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak
simetris, terdapat penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal
fremitus pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada
gangguan
Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika
dehidrasi, kelemahan

b. Diagnosis Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan (0001)
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernafasan (0005)
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplay dan kebutuhan oksigen (D.0056)
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (0019)

c. Intervensi keperawatan
Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas


10

tidak efektif b.d keperawatan selama 3x24 (I.01011)


sekresi yang tertahan jam bersihan jalan nafas - Monitor pola nafas
(L.0001) meningkat dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha nafas)
- Produksi sputum menurun - Monitor bunyi nafas
- Dispnea menurun tambahan (wheezing)
- Sianosis menurun - Posisikan semi-fowler
- Frekuensi nafas membaik atau fowler
- Pola nafas membaik - Berikan minuman hangat
Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
nebulisasi

Pemantauan Respirasi
(I.01014)
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil x-ray
thoraks
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas
b.d depresi pusat keperawatan selama 3x24 (I.01011)
pernafasan jam maka pola nafas - Monitor pola nafas
(L.0005) membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha nafas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi nafas
- Orthopnea menurun tambahan (wheezing)
- Pernafasan pursed-lip - Posisikan semi-fowler
menurun atau fowler
11

- Pernafasan cuping hidung - Lakukan penghisapan


menurun lendir kurang dari 15
- Pola nafas membaik detik
- Kapasitas vital membaik - Berikan oksigen, jika
perlu

Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi


ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 (I.03119)
menelan makanan jam maka status nutrisi
- Identifikasi status nutrisi
(L.0019) membaik dengan
- Identifikasi perlunya
kriteria hasil:
NGT
- Kekuatan otot
- Lakukan oral hygiene
mengunyah, menelan
- Fasilitasi menentukan
meningkat
pedoman diet
- Pengetahuan tentang
- Kolaborasi dengan
pilihan makanan/
penyelia gizi
minuman yang sehat
meningkat
- Penyiapan dan
penyimpanan
makanan/minuman yang
aman
- Berat badan membaik
- Nafsu makan membaik

C. Tinjauan Tentang Peran Perawat


1. Peran Perawat
Menurut Konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri
dari :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan.
12

Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana


sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien. Peran ini dilakukan perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai
informasi dari pem beri pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan.
c. Sebagai educator. Peran ini dilakukan dengan membantu klien
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
d. Sebagai coordinator. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Sebagai kolaborator. Peran ini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi,
penyelia gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan.
f. Sebagai konsultan. Perawat berperan sebagai tempat konsultasi
dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
g. Sebagai pembaharu. Perawat mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai metode
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Fungsi Perawat
a. Fungsi independen. Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
13

b. Fungsi Dependen. Merupakan fungsi perawat dalam


melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun lainnya.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada asuhan keperawatan ini yang perlu diungkap adalah sebagai berikut :
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Identitas klien : Identitas Penanggungjawab
Nama : An. A Ny. Y
Umur : 2 tahun 29 tahun
Jenis kelamin : perempuan perempuan
Alamat : Mojosongo Mojosongo
Agama : islam islam
No. RM : 01516554 Pendidikan : SMA
Tgl masuk : 18-11-2020 Hub. Dengan klien : ibu
Tgl pengkajian : 19-11-2020
Diagnose medis : Pneumonia
B. Keluhan Utama
Keluhan utama sesak napas.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 15 November 2020 klien mengalami batuk dan demam, dibawa
ke klinik Mojosongo dan anak diberi obat, tidak menjalani perawatan di
klinik tersebut. Kemudian sampai pada tanggal 17 November 2020 anak tidak
mengalami perbaikan dan An. A mengalami sesak nafas kemudian pihak
keluarga langsung membawa klien ke RS Dr. Moewardi. Setelah dilakukan
pengkajian pada tanggal 19 November 2020 klien mengalami sesak nafas.
Terdengar auskultasi paru ronkhi, dan anak tampak tidak mampu untuk
mengeluarkan sputum, frekuensi nafas 46x/menit, suhu 38,5oC. Klien tampak
lemah dan hanya bisa berbaring ditempat tidur. Klien mendapat terapi
oksigen dengan NRM 6 ltr/mnt, infus D1/4 NS 40cc/jam, ampicillin
200mg/8jam, paracetamol 200mg/jam.

14
15

D. Riwayat Masa Lampau


1. Prenatal
Ibu klien mengatakan bahwa An. A tidak ada masalah ketika dalam
kandungan, ibu juga melakukan pemeriksaan rutin ke bidan setiap 1 bulan
sekali.
2. Natal
An. A dilahirkan secara spontan di bidan yang berada tidak jauh dari
rumahnya. Saat lahir An. A menangis kencang, tidak ada kelainan. Klien
lahir dengan BB 3200 gram dan PB 46 cm.
3. Postnatal
An. A tidak mengalami gangguan kesehatan
4. Penyakit waktu kecil
Keluarga mengatakan bahwa An. A belum pernah menderita sakit parah.
An. A hanya sakit demam, batuk pilek seperti anak pada umunya.
5. Pernah dirawat di rumah sakit
Keluarga mengatakan An. A belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
6. Obat-obatan yang digunakan
Sebelum dibawa ke RSUD Dr. Moewardi An. A mengkonsumsi obat
demam dan batuk yang didapatkan saat ia diperiksakan di Klinik
Mojosongo.
7. Alergi
Keluarga mengatakan An. A tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
8. Kecelakaan
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
9. Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa An. A mendapatkan imunisasi lengkap.
16

E. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
: tinggal serumah
: klien
: garis keturunan
F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh dan alasannya
Klien di asuh oleh ibunya sendiri karena ibunya ingin memberikan
yang terbaik untuk anaknya.
2. Pembawaan secara umum
Sebelum sakit An. A cukup aktif bermain dengan adik dan juga
tetangganya, saat ini anak tampak lesu berbaring ditempat tidur dan
tidak dapat beraktivitas seperti biasa.
3. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan bahwa lingkungan rumahnya bersih akantetapi
setiap hari suaminya merokok didalam rumah.
17

G. Terapi Medis
- O2 NRM 6 lpm
- Infus : D ¼ NS
- Ceftriaxone 200 mg/ 24 jam (IV)
- Paracetamol 60 mg/ 6 jam (IV)
- Ambroxol 2,5 mL/8 jam (P.O)

H. Pemeriksaan Laborat

Parameter Hasil Satuan Nilai normal

Hemoglobin 10 Gr/ dl 9,4-13


Hematocrit 30 % 28-42
Trombosit 420 Ribu/ ul 150-450
Eritrosit 3,31 Juta/ ul 3,10-4,30
Leukosit 25,2 Ribu/ ul 5,0-19,5

Kimia Klinik
GDS 50 Mg/dl 50-80
Albumin 3,5 gr/dl 3,8-5,4

Eletrolit
Natrium 130 mmol/L 129-147

Analisa Gas Darah


PH 7,39 7,35-7,45
BE 7,1 mmol/L -2 - +3
PCO2 48,0 mmHg 27,0-41,0
PO2 91,5 mmHg 83,0-108,0
Hematocrit 35 % 37-50
HCO3 33,0 Mmol/L 21-28
Total CO2 34,9 Mmol/L 19-24
O2 saturasi 98 % 40-90
18

Pemeriksaan radiologi :
Hasil Thorax
Cor : Ukuran dan bentuk kesan normal
Pulmo : Tampak infitrat dengan air bronchogram di lapang paru kiri
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Trakhea di tengah
Sistema tulang baik
Distribusi gas usus normal berxcampur fecal material
Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
Contour ginjal kanan kiri dalam batas normal
Tak tampak bayangan radioopaque sepanjang traktus urinarius
Psoas shadow kanan kiri simetris
Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis tampak baik
Kesimpulan : Pneumonia

I. Pengkajian Pola Gordon


1) Nutris-pola metabolisme
Keluarga mengatakan anak tidak mau makan, BB turun 2 kg dalam 2
minggu terakhir, anak juga tidak pernah menghabiskan porsi makan
yang disediakan.

 Antropometri : IMT = 2n + 8
= 2 (2 th) + 8
= 12
 Biomechanical :
- Hemoglobin : 10 g/dl
- Hematokrit : 30%
- Trombosit : 420 ribu/ul
- Leukosit : 25,2 ribu/ul
19

- Eritrosit : 3,31 juta/ul


- Albumin : 3,5 gr/dl
 Clinical Sign : ananemis, kulit teraba hangat
 Diit : TKTP
2) Pola eliminasi
Keluarga pasien mengatakan BAK klien lancar, tidak ada masalah.
Selama di RS An. A belum BAB.
3) Aktivitas-pola latihan
Keluarga mengatakan saat ini An. A tidak mampu melakukan
aktivitas dan hanya berbaring ditempat tidur.
4) Pola istirahat-tidur
Keluarga pasien mengatakan An. A bisa tertidur tetapi sering
terbangun karena batuk.
5) Pola kognitif persepsi
Keluarga klien mengatakan An. A masih bisa berbicara dengan
normal meskipun belum jelas
6) Persepsi diri-pola konsep diri
Klien mengatakan meempunyai teman dirumahnya yaitu ayah ibu,
kakak dan tetangga-tetangganya.
7) Pola peran-hubungan
Keluarga klien mengatakan An. A sering bermain dengan ayah ibu,
kakak dan tetangga samping rumahnya.
8) Seksualitas
Keluarga klien mengatakan anaknya seorang perempuan dan anak
kedua dari 2 bersaudara.
9) Koping-pola toleransi stress
Keluarga mengatakan An. A jika anak banyak bermain dengan ayah
dan ibunya.
10) Nilai-pola keyakinan
Klien beragama islam dan selalu di ajarkan berdoa oleh ibunya untuk
meminta kesembuhan.
20

J. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
TTV : Suhu : 38,5oC
Nadi : 98x/menit
RR : 46x/menit
TD : -
TB/BB : 80cm/12 kg
Mata : konjungtiva anemis, penglihatan normal, pupil
isokor, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
Telinga : tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan.
Dada :
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis (IC) tidak tampak
- Palpasi : IC teraba di ICS 5 teraba kuat
- Perkusi : bunyi jantung pekak
- Auskultasi : bunyi jantung I Lub II Dub, tidak ada bunyi
jantung tambahan
Paru-paru :
- Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada jejas
- Palpasi : vocal vermitus ka/ki sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : ronkhi pada area paru kanan
Perut : tidak ada distensi, bising usus 14x/menit, perkusi
tympani, tidak ada pembesaran hepar.
Genetalia : tidak ada kelainan.
21

Ekstremitas : kekuatan otot 5/5, tidak ada edema, akral teraba


dingin, tidak ada kelainan bentuk tulang. Terpasang infus pada tangan
kanan.
Kulit : kulit merah dan teraba hangat.
II. ANALISA DATA
No. Data Problem Diagnosis

1 DS : Klien mengatakan sesak nafas Bersihan jalan nafas Sekresi yang


tidak efektif tertahan
DO :
(D.0149)
- Klien tampak sesak nafas
- RR : 46x/ menit
- Auskultasi paru ronchi
- Anak tampak tidak mampu
mengeluarkan sputum

2 DS : Ibu klien mengatakan anaknya Hipertermi (D.0130) Proses infeksi


demam sudah 3 hari

DO :

- Suhu tubuh 38,5oC


- Kulit teraba hangat
- Kulit tampak merah
- Leukosit 25,2 ribu/ ul
3 DS : Ibu klien mengatakan bahwa Defisit nutrisi Peningkatan
anaknya mengalami penurunan (D.0019) kebutuhan
BB sebanyak 2 kg dalam 2 metabolism
minggu terakhir dan tidak mau
makan.
DO :
- Klien terlihat lemas
- Hb 10 g/dl
- Konjungtiva anemis
22

- An. A tampak hanya menghabiskan


¼ porsi makannya
- A : IMT 12
- B:
Hemoglobin : 10 g/dl
Leukosit : 25,2 ribu/ul
Albumin : 3,5 gr/dl
- C : ananemis, kulit teraba hangat
- D : TKTP

III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0149)
2. Hipertermi b.d proses infeksi (D.0130)
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism (D.0019)

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN


Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas


tidak efektif b.d keperawatan selama 3x24 (I.01011)
sekresi yang tertahan jam bersihan jalan nafas - Monitor pola nafas
(D.0149) (L.0001) meningkat dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha nafas)
- Produksi sputum menurun - Monitor bunyi nafas
- Dispnea menurun tambahan (wheezing/
- Sianosis menurun ronkhi)
- Frekuensi nafas membaik - Posisikan semi-fowler
- Pola nafas membaik atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
23

jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
nebulisasi

Pemantauan Respirasi
(I.01014)
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil x-ray
thoraks
Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi
infeksi (D.0130) keperawatan selama 3x24 (I.15505)
jam diharapkan - Monitor suhu tubuh
Termoregulasi (L.14134) - Longgarkan atau
membaik dengan kriteria lepaskan pakaian
hasil : - Berikan oksigen bila
- Kulit merah menurun perlu
- Pucat menurun - Anjurkan tirah baring
- Suhu tubuh membaik - Kolaborasi pemberian
- Takipnea menurun antipiretik

Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi


ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 (I.03119)
menelan makanan jam maka status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
(D.0019) (L.0019) membaik dengan - Identifikasi perlunya
kriteria hasil: NGT
- Kekuatan otot - Lakukan oral hygiene
mengunyah, menelan - Fasilitasi menentukan
meningkat pedoman diet
24

- Pengetahuan tentang - Kolaborasi dengan


pilihan makanan/ penyelia gizi
minuman yang sehat
meningkat
- Penyiapan dan
penyimpanan
makanan/minuman yang
aman
- Berat badan membaik
- Nafsu makan membaik

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal / No
Implementasi Respon Klien TTD
waktu Dx
19-11-2020 1 Memonitor pernafasan S : keluarga mengatakan
08.00 klien batuk berdahak
sehingga sulit bernafas
O: RY
- RR 46x/menit
- Pola nafas ireguler
- Auskultasi paru
ronkhi
19-11-2020 1,2 Memberikan terapi S:-
08.10 ampicilin 200 mg/8 O:
jam, paracetamol 200 -Tidak terjadi phlebitis
mg/8 jam pada daerah infus
-Tidak ada tanda - tanda RY
alergi pada klien
- Terapi ampicilin 200
mg/8 jam, paracetamol
200 mg/8 jam
19-11-2020 2 Memposisikan semi- S:-
08.30 fowler atau fowler O : An. A tampak rileks, RY
RR
25

19-11-2020 1 Mengkaji Tanda - S:-


10.00 WIB Tanda vital O:
-Suhu tubuh 38,5oC
RY
-Nadi 98x/menit
-Akral teraba hangat
-RR 46x/menit
19-11-2020 1 Mengkaji keadaan S : Keluarga Klien RY
11.15 WIB umum klien mengatakan An. A.B
mengalami sesak nafas
O:
- Klien tampak sesak
napas
- O2 NRM 6 lpm
- Pernapasan 46x/menit
19-11-2020 1 Melakukan fisioterapi S:- RY
11.30 WIB dada O : anak tampak belum
dapat mengeluarkan
sputum
12.00 WIB 2 Mengobservasi suhu S : keluarga mengatakan RY
tubuh anaknya masih demam
O : Suhu 37,9oC, kulit
teraba hangat
19-11-2020 3 Mengidentifikasi status S : ibu mengatakan RY
12.30 WIB nutrisi bahwa anaknya masih
tidak mau makan
O:
Anak tampak kurus
BB 12kg, TB 80 cm
20-11-2020 1 Memonitor pernafasan S : keluarga RY
08.00 WIB mengatakansesak sedikit
berkurang
O:
- RR 38x/menit
- Pola nafas ireguler
26

- Auskultasi paru
ronkhi
20-11-2020 1,2 Memberikan terapi S:- RY
08.10 ampicilin 200 mg/8 O:
jam, paracetamol 200 -Tidak terjadi phlebitis
mg/8 jam pada daerah infus
-Tidak ada tanda - tanda
alergi pada klien
- Terapi ampicilin 200
mg/8 jam, paracetamol
200 mg/8 jam telah
diberikan
20-11-2020 2 Memposisikan semi- S:- RY
08.30 fowler atau fowler O : An. A tampak rileks,
RR
20-11-2020 1 Mengkaji Tanda - S:- RY
10.00 WIB Tanda vital O:
-Suhu tubuh 36,8oC
-Nadi 94x/menit
-Akral teraba hangat
-RR 38x/menit
20-11-2020 1 Mengkaji keadaan S : Keluarga Klien RY
11.15 WIB umum klien mengatakan An. A
sudah sedikit membaik
O:
- Sesak nafas tampak
berkurang
- O2 NRM 6 lpm
- Pernapasan 38x/menit
- SPO2 98%
20-11-2020 1 Melakukan fisioterapi S:- RY
11.30 WIB dada O : anak tampak dapat
mengeluarkan sputum
27

meskipun sedikit
dengan konsistensi
kental
20-11-2020 2 Mengobservasi suhu S : keluarga mengatakan RY
12.00 WIB tubuh badan anaknya masih
hangat
O : Suhu 36,8oC, kulit
teraba hangat
20-11-2020 3 Mengidentifikasi status S : ibu mengatakan RY
12.30 WIB nutrisi bahwa anaknya masih
tidak mau makan
O : Anak tampak hanya
menghabiskan ½ porsi
makan yang disediakan.
21-11-2020 1 Memonitor pernafasan S : keluarga mengatakan RY
08.00 WIB sesak berkurang
O:
- RR 30x/menit
- Pola nafas reguler
- Auskultasi paru
ronkhi
21-11-2020 1,2 Memberikan terapi S:- RY
08.10 ampicilin 200 mg/8 O:
jam, paracetamol 200 -Tidak terjadi phlebitis
mg/8 jam pada daerah infus
-Tidak ada tanda - tanda
alergi pada klien
- Terapi ampicilin 200
mg/8 jam, paracetamol
200 mg/8 jam telah
diberikan
21-11-2020 2 Memposisikan semi- S:- RY
08.30 fowler atau fowler O : An. A tampak rileks,
RR : 30x/menit
28

21-11-2020 1 Mengkaji Tanda - S:- RY


10.00 WIB Tanda vital O:
-Suhu tubuh 36,8oC
-Nadi 94x/menit
-Akral teraba hangat
-RR 30x/menit
21-11-2020 1 Mengkaji keadaan S : Keluarga Klien RY
11.15 WIB umum klien mengatakan An. A
sudah membaik
O:
- Sesak nafas tampak
berkurang
- O2 3 lpm
- Pernapasan 30x/menit
- SPO2 98%
21-11-2020 1 Melakukan fisioterapi S:- RY
11.30 WIB dada O : anak tampak dapat
mengeluarkan sputum
dengan konsistensi
kental
21-11-2020 2 Mengobservasi suhu S : keluarga mengatakan RY
12.00 WIB tubuh anak sudah tidak demam
O : Suhu 36,8oC, kulit
tidak teraba hangat
21-11-2020 3 Mengidentifikasi status S : ibu mengatakan RY
12.30 WIB nutrisi bahwa anaknya masih
tidak nafsu makan
O : Anak tampak hanya
menghabiskan ¾ porsi
makan yang disediakan.
29

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal /
No No Dx Evaluasi TTD
Waktu
1 21-11-2020 1 S : Ibu klien mengatakan sesak nafas telah RY
13.30 berkurang dan serta dapat mengeluarkan
sputum
O:
- Terpasang O2 3 lpm
- Pernapasan 30x/menit
- SPO2 98%
- Produksi sputum kental
- Auskultasi paru ronkhi
- Pola nafas reguler
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor status pernafasan
- Posisikan semi fowler
- Lakukan fisioterapi dada
2 20-11-2020 2 S : Ibu klien mengatakan suhu badan RY
13.45 anaknya sudah turun
O:
-Suhu tubuh 36,8oC
-Nadi 94x/menit
-Klien tampak nyaman
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 20-11-2020 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya masih RY
14.00 tidak nafsu makan
O:
- Klien tampak lemah
- Kunjungtiva anemis
- Klien hanya menghabiskan ¾ porsi
30

makan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor BB
- Kolaborasi dengan hli gizi

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada
pasien Pneumonia di ruang HCU Anak Melati 2 RSUD Dr. Moewardi. Selain itu,
penulis akan membahas mengenai kesesuaian dan kesenjangan yang terjadi antara
teori dan kenyataan pada pasien tersebut yang meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
31

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien


(Budiono & Pertami, 2016). Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19
November 2020 didapatkan klien mengalami sesak nafas. Terdengar auskultasi
paru ronkhi, dan anak tampak tidak mampu untuk mengeluarkan sputum,
frekuensi nafas 46x/menit, suhu 38,5oC. Klien tampak lemah dan hanya bisa
berbaring ditempat tidur. Keluarga juga mengatakan bahwa anaknya
mengalami penurunan BB sejak 2 minggu yang lalu. Klien mendapat terapi
oksigen dengan NRM 6 ltr/mnt, infus D1/4 NS 40cc/jam, ampicillin
200mg/8jam, paracetamol 200mg/jam.
Hal ini sesuai dengan Marni (2014), yang menyatakan bahwa gejala yang
sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia adalah demam, batuk,
kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi interkostal, nyeri dada, penurunan
bunyi nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis, batuk kering kemudian
berlanjut ke batuk produktif dengan adanya ronkhi basah, frekuensi nafas
abnormal.
B. Diagnosis Keperawatan
Menurut Herdman (2015), sesuai dengan data subjektif dan dan objektif
yang didapatkan, dibandingkan dengan batasan karakteristik maka pada
pasien pneumonia akan didapatkan diagnosa ketidakefektifan pola nafas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, defisit
pengetahuan, kecemasan orang tua, resiko infeksi, resiko perdarahan.
29
Pada kasus ini diagnosis keperawatan yang diangkat tidak sesuai dengan
teori karena sesuai dengan kondisi yang dialami klien. Adapun diagnosis yang
muncul pada An. A yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang
tertahan (D.0149), hipertermi b.d proses infeksi (D.0130) dan defisit nutrisi b.d
peningkatan kebutuhan metabolism (D.0019). Prioritas diagnosis pada kasus
ini adalah bersihan jalan nafas tidak efektif karena masalah kebutuhan
oksigenasi merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (Mubarak dan Wahid, 2015).
C. Intervensi Keperawatan
32

Pada tahap perencanaan dibuat rencana keperawatan berdasarkan SIKI


(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Adapun intervensi pada diagnosis
bersihan jalan nafas tidak efektif adalah Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
dengan monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas), monitor bunyi
nafas tambahan (wheezing/ ronkhi), posisikan semi-fowler atau fowler, berikan
minuman hangat, lakukan fisioterapi dada, jika perlu, berikan oksigen, jika
perlu kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, nebulisasi.
Pada diagnosis hipertermi intervensi difokuskan pada pemberian terapi
antipiretik sedangkan pada diagnosis deficit nutrisi intervensi yang disusun
adalah Manajemen nutrisi (I.03119) dengan identifikasi status nutrisi, lakukan
oral hygiene, fasilitasi menentukan pedoman diet dan kolaborasi dengan
penyelia gizi (PPNI, 2018).
D. Implemetasi
Pada tahap ini implementasi yang dilakukan menyesuaikan dengan
kondisi klien. Salah satu intervensi pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak
efektif yang tidak dilakukan pada An. A adalah mengajarkan batuk efektif
karena
umur pasien tidak memungkinkan dan tidak mampu untuk melakukan
batuk efektif, sehingga dilakukan intervensi pengganti yaitu memberikan
fisioterapi dada untuk membantu merontokkan mucus yang tertahan di paru-
paru. Pada diagnosis hipertermi implementasi di fokuskan pada pemberian
terapi paracetamol 200mg/8 jam.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang
dimana perawat menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi pada An. A disesuaikan dengan kriteria hasil yang diharapkan baik
secara objektif maupun secara subjektif. Dari 3 masalah keperawatan yang
diangkat pada An. A masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan deficit
nutrisi teratasi sebagian sehingga intervensi dilanjutkan. Untuk diagnosis
hipertermi sudah teratasi pada hari kedua sehingga intervensi dihentikan.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari asuhan keperawatan serta pembahasan pada kasus An.
A, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengkajian pada klien Tn. A dengan pneumonia dilakukan dengan data
subyektif dan obyektif. Data subyektif dilakukan melalui wawancara
dalam hal ini lebih di fokuskan kepada keluarga karena klien belum
mampu mengungkapkan apa yang dirasakan dan data obyektif diperoleh
dari hasil observasi pada keadaan klien.
b. Diagnosis keperawatan dapat ditetapkan setelah proses pengkajian selesai.
Penulis mentetapkan diagnosis keperawatan pada An. A yaitu :
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0149)
- Hipertermi b.d proses infeksi (D.0130)
- Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism (D.0019)
c. Dalam intervensi yang dilakukan pada klien An. A disusun berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
d. Implementasi yang dilakukan pada klien An. A dilakukan secara
menyeluruh dan tindakan keperawatan dilakukan sesuai intervensi
keperawatan yang telah dibuat. Jenis tindakan keperawatan yang
dilakukan berupa tindakan mandiri perawat serta tindakan kolaborasi
dengan tim medis lainnya. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan
keadaan klian. Seluruh tindakan yang dilakukan sudah mendapat
persetujuan dari keluarga klien. Implementasi dilakukan selama 2x24 jam
dengan hasil sesuai dengan kondisi klien yang membaik ataupun tanpa
perubahan.
e. Evaluasi pada klien Tn.A dengan 3 masalah keperawatan hasilnya adalah
masalah teratasi sebagian.

32
33

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan secara kontinu mengadakan pelatihan bagi perawat sehingga
dapat memberikan pelayanan yang maksimal.
2. Bagi dunia keperawatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih memahami bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia dan dapat memberikan intervensi
berbasis penelitian.
3. Bagi Penulis
Agar penulis selalu membuat pendokumentasian terhadap tindakan dan
respon klien setiap selesai melakukan tindakan keperawatan, karena
pendokumentasian sangat diperlukan sebagai evaluasi dari setiap tindakan
yang dilakukan serta sebagai pelindung bagi perawat dalam hal tanggung
jawab dan tangung gugat dalam hal pemberian asuhan keperawatan.
34
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media


Aesculapius.

Brunner & Suddarth, (2010). Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, Vol 2. Jakata;.
EGC.

Dahlan, Z. (2014). Pneumonia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 6.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen


P2PL). (2012). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta :
Kemenkes. RI

Kemenkes. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta : Kementrian


Kesehatan Indonesia

Marni. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan. Pernapasan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu.
Keperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan.


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
35

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan riteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
WHO, (2014). Recommended Surveilance Standards Second Edition. Departemen
of Communicable Desease Surveilance and Response.

Anda mungkin juga menyukai