Kasus : Tipoid
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Lapangan Keperawatan Dasar
Perawat
Diampu Oleh:
DISUSUN OLEH :
Adillah 210721008
Profesi Ners
VISI
MISI
TUJUAN
VISI
Visi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Cirebon adalah :
“Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang Islami, professional dan
mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022”.
MISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul “ Diabetes Militus Tipe II “ dengan baik. Penyususnan laporan ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Perawat yang diampu oleh
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan Laporan ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan didalam penulisan laporan ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun
isi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk orang lain, dan terutama untuk diri saya.
Penyusun
A. Defenisi
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,
kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang
buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaui
kuman, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypii (Azis H.A. 2006).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A
2009). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(Seoparman, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam
tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. Etiologi
Salmonella thypi dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram
negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polosakarida. Mempunyai makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan
dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
C. Patofisologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah
berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid
usus halus (terutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-
organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan
berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar
disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam
darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama
kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk
lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses
peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah
dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. (PPNI Klaten. 2009)
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-
NOC. 2015) :
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan shock, Stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. Pusing
12. Nyeri otot
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta
tremor)
17. Hepatomegali
18. Splenomegali
19. Meteroismus
20. Gangguan mental berupa samnolen
21. Delirium atau psikosis
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik
dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang
baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
F. Penataksanaan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
c. Diet.
d. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
h. Obat-obatan.
i. Klorampenikol
j. Tiampenikol
k. Kotrimoxazol
l. Amoxilin dan ampicillin
G. Komplikasi
Menurut Corwin (2000)
a. · Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
c. hepatitis, kolesistitis.
1) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritisdan
perinepritis.
2) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
3) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register
dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien
dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakitanaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu
waham pad klien.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat
di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38
– 410 C, muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam
dengan gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut
agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa
tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi
didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella
thypii.
2. Nyeri berhubungan dengan agens cidera biologi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual muntah
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
5. Konstipasi/diare berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola
makan)
6. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di
lidah
C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella
thypii.
Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Tujuan : thermoregulation
Criteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
a. Observai tanda-tanda vital
b. Anjurkan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila
c. Anjurkan banyak minum air putih
d. Berikan antiperetik dan antibiotic
2. Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Tujuan :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
a. Mampu mngontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri tulang berkurang
Intervensi :
1. Pain management
a. Lakukan pengakjian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
prespitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
faramakologi dan interpersonal)
d. Ajarkan tentang teknik non faramakologi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolic
Tujuan :
a. Nutritional status
b. nutristional status : food and fluid intake
c. Intake
d. Weight control
Kriteri hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
2. Nutrition Monitoring
a. Monitor adanya penurunan berat badan
b. Monitor lingkungan selama makan
c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
Defenisi : Beresiko mengalami dehidrasi vaskluar, selular,
atau intraseluler.
Tujuan :
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional status : food and Fluid intake
Criteria hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1. Fluid Management
a. Monitor vital sign
b. Monitor masukan makanan/caoran dan hitung intake kalori
harian
c. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
2. Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
b. Monitor hb dan hematokrit
c. Dorong pasien untuk menambah intake oral
5. Konstipasi / diare berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola
makan)
Defenisi : penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai
oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses
yang kering, keras, dan banyak.
Tujuan :
a. Bowel elimination
b. Hydration
Criteria hasil :
a. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1 – 3 hari
b. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
d. Feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
b. Monitor bising usus
c. Identifikasi factor penyebab dan kontribuais konstipasi
d. Dukung intake cairan
e. Kolaborasikan pemberian laktasif
f. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat.
6. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di
lidah
Defenisi : Sensasi seperti gelombang di belakang
tenggorokan, epigastrium, atau abdomen yang
bersifat subyektif yang mengarah pada keinginan atau
desakan untuk muntah.
Tujuan :
a. Nausea
b. Fluid volume, Risk For Dificient
Criteria hasil :
a. Pasien menyatakan penyebab mual dan muntah
b. Pasien mengambil langkah untuk mengatasi episode mual dan
muntah
c. Pasien mengingesti gizi yang cukup untuk mempertahankan
kesehatan
d. Pasien mengambil langkah untuk meyakinkan nutrisi yang adekuat
pada saat mual
e. Pasien mempertahan berat badan dalam rentang tertentu yang
diharapkan.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan makan klien
b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Berikan nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
d. Anjurkan untuk menghindari makanan yang menusuk hidung dan
berbau tidak sedap
e. Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
f. Ajarkan teknik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan teknik
tersebut selama waktu makan.
E. PATHWAY
Empedu Endotoksin
Nyeri
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama inisial : Ny. U
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan :-
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Kertasari
Tanggal masuk : 19-12-2021
Tanggal pengkajian : 20-12-2021
No register : 892267
Diagnose medis : Demam Thypoid
2. Identitas penanggung jawab
Nama inisial : Tn. A
Umur :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien : Suami
B. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 19 desember
2021 dan dikaji pada tanggal 20 desember 2021, klien ditemani oleh
suaminya dengan keluhan demam naik turun sejak 3 hari yang lalu.
Klien juga mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah
kanan, dengan skala nyeri 3 yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk ketika
bangun dari tempat tidur, selain itu nyeri yang dirasakan tidak menjalar.
Klien juga mengatakan saat sakit dirinya malas makan karena merasa
semua makanan hambar saat sakit. Mual (-) muntah (-).
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat penyakit
yang sama, klien juga mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di
rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama.
5. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan bahwa semua keluarganya sangat mendukung dalam
kesembuhannya.
6. Kesehata Spiritual
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dialami adalah ujian dari tuhan.
C. PENGKAJIAN FISIK
Keadaan umum : klien tampak lemah
Kesadaran : compos mentis
GCS : 14 E : 4 V : 5 M : 6
Tekanan darah : 110/70 Mmhg
Nadi : 97x/menit
Respirasi :24x/menit
SPO2 : 97%
Suhu : 38℃
Nyeri :skana nyeri 3 (numeric)
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 47 kg
IMT : 17,73
HAED TO TOE
a. Kepala
Inspksi : Kepala tampak simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
b. Mata
Inspeksi : mata tampak simetris, pegerakan bolan mata normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak adanya tekan
d. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : gigi tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi :dada tampak simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
h. Abdomen
Inspeksi : perut tampak simetris
Palpasi : terdapat adanya nyeri tekan pada perut disebelah kanan bagian
bawah.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
VI. EVALUASI 1