Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-
III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan bimbingan dari ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep selaku
pembimbing I dan ibu Delima,S.Pd. M,Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
iii
Peneliti menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiyah ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 TK Aisyah Bunian 2001
2 SD N 26 Bunian 2002-2008
3 SMP N 4 Payakumbuh 2008-2011
4 SMA N 3 Payakumbuh 2011-2014
ABSTRAK
Masalah pada anak yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38ºC yaitu kejang demam. Angka kejadian penyakit kejang demam di RS Tk.III.
Dr. Reksodiwiryo Padang dalam satu tahun terakhir sekitar 112 kasus kejang
demam. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pasien
dengan kejang demam di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dilakukan pada
tanggal 24 Mei-29 Mei 2017 di ruang Ibu dan Anak RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang . Populasi penelitian ini seluruh pasien kejang demam dengan 2 sampel
diambil dengan teknik purposive sampling. Instrument pengumpulan data yang
digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara, dan studi dokumentasi.
Rencana analisis pada penelitian ini adalah membandingkan asuhan keperawatan
yang sudah dilakukan pada pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.
Hasil penelitian didapatkan kedua partisipan mengalami kejang demam
yang berlangsung ± 10 menit, demam, dan kejang tidak berulang. Diagnosa utama
yang diangkat adalah hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Rencana keperawatan yaitu perawatan demam, pengaturan suhu,
manajemen pengobatan. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa
utama sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan.
Diasarankan dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dapat
meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional khususnya pada pasien kejang demam.
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam
(Ngastiyah, 2012).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
pada usia dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Hasil penelitian prospektif
Sillanpa, dkk (2008), menyebutkan di Finlandia diperoleh insidens rate
kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun.
Wastoro, dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang
demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile
seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure )
biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih
dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk
(2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi
pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang
demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
Christian, dkk (2015), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam
diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,
pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam
yang tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang
demam dan cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang
demam.
B. Rumusan Masalah
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
kasus kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III
Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
D. Manfaat
1. Institusi tempat penelitian
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan bagi tenaga kesehatan terutama bagi perawat,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.
2. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan
infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
7
Poltekkes Kemenkes Padang
8
3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam
kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
Infeksi diantaranya
Kenaikan
: Proses Suhu tubuh ↑ Pireksia MK : metabolisme
Pneumonia Inflamasi
(demam)
inflamasi Hipertermia basal 10-15 %
Otitis Media
ISK
MK: ketidakefektifan
Kejang perfusi jaringan serebral
Demam
MK :
Ketidakefektifan sesak Sesak napas, Asidosis Metabolisme
pola napas anaerob
akral dingin
MK: Ketidakefektifan
7 MK: gangguan perfusi jaringan perifer
pertukaran gas Poltekkes Kemenkes Padang
12
5. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
7
Poltekkes Kemenkes Padang
13
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan
listrik yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan
kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak.
7. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengobatan fase akut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampai bersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti
tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara
yang sama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.
2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
6) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
c. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
N NANDA NOC NIC
o
1 Hipertermia a. Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
karakteristik 1) Merasa merinding
lainya
saat dingin
a. Apnea 2. Monitor warna kulit
2) Berkeringat saat
b. Bayi tidak dapat dan suhu
panas
mempertahanka 3. Monitor asupan dan
3) Tingkat pernapasan
n menyusu keluaran, sadari
4) Melaporkan
c. Gelisah perubahan kehilangan
kenyamanan suhu
d. Hipotensi cairan yang tak di
5) Perubahan warna
e. Kulit rasakan
kulit
kemerahan 4. Beri obat atau cairan
6) Sakit kepala
f. Kulit terasa IV
hangat 5. Tutup pasien dengan
g. Latergi selimut atau pakaian
h. Kejang ringan
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai
dankarakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikanagen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya,cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan
3. nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
6. Berikan substansi gula
7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini Kualitatif, dengan desain penelitian studi kasus yang
dijabarkan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, dengan bentuk penelitian studi
kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini menggunakan studi
kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di Ruang
Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang diarahkan
untuk mengetahui semua variable yang berhubungan dengan masalah
penelitian dengan melakukan pengkajian secara rinci dan luas.
31
Poltekkes Kemenkes Padang
32
Sampel dalam penelitian ini diteliti dengan teknik purposive sampling disebut
juga judgement sampling, adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien dengan diagnosis kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang
2) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien dengan kejang disertai dengan penyakit lain seperti meningitis,
encephalitis, dll.
F. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada anak dengan kejang demam. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan
objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan pada anak dengan kejang demam. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Partisipan dalam penelitian ini ada 2 orang yaitu An.R (partisipan 1)
seorang laki-laki berusia 12 bulan dan An.A (partisipan 2) seorang laki-
laki berusia 48 bulan. Hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Pengkajian
Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A
masuk melalui IGD rumah sakit masuk melalui IGD Rumah Sakit
TK.III Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu
pasien mengeluhkan An.R demam pasien mengeluhkan An.A demam
tinggi sejak 1 hari sebelum masuk sejak tadi pagi dan mengalami
rumah sakit, An.R mengalami kejang kejang 1 kali selama ±10 menit, serta
1 kali yang berlangsung sekitar 10 muntah ± 5 kali.
menit.
Pada saat dilakukan pengkajian pada
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu
tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 mengatakan panas badan anaknya
WIB ibu mengatakan anak demam, naik turun, ibu mengatakan anaknya
ibu mengatakan anaknya tidak mau tidak mau makan, dan malas minum
makan, anak batuk sejak 2 hari yang air putih. Ibu mengatakan cemas
lalu. Ibu mengatakan cemas akan dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu
kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan anak muntah saat
mengatakan ini kejang pertama kali makan. Ibu mengatakan anak kejang
anaknya saat usia 12 bulan, Ibu 1 kali (±10 menit) pada saat kejang
mengatakan tidak tahu berapa suhu badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
anak saat kejang. Ibu mengatakan saat kejang berhenti anak sadar
anak kejang 1 kali (±10 menit) pada kembali. Ibu mengatakan tidak tahu
saat kejang badan anak kaku dan berapa suhu anak saat kejang. Ibu
tidak sadar, lalu saat kejang berhenti mengatakan saat dirawat anak tidak
anak sadar kembali. Ibu mengatakan ada mengalami kejang lagi.
anak rewel dan gelisah, ibu
mengatakan tidak memahami tentang Ibu mengatakan anak pertama kali
penyakit anaknya secara medis, ibu mengalami kejang pada usia 3 tahun.
mengatakan saat dirawat anak tidak Padasaatkejangibutidak
ada kejang lagi. melakukan pengukuran suhu tubuh
anak dirumah. Ibu mengatakan An.A
37
Poltekkes Kemenkes Padang
38
Partisipan 1 Partisipan 2
Ibu mengatakan An.R belum pernah sudah pernah dirawat setahun yang
dirawat dirumah sakit dan lalu dengan penyakit yang sama,
mengalami kejang demam yaitu kejang demam. Ibu mengatakan
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak kondisi anak saat kejang dahulu
ada anggota keluarga yang memiliki sama dengan sekarang. Ibu
riwayat penyakit yang sama dengan mengatakan ada anggota keluarga
pasien. Ibu mengatakan satu minggu dariayahAn.Ayangjuga
yang lalu ada saudara dari An.R yang mempunyai riwayat kejang demam.
menderita penyakit ISPA.
Lingkungan
Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 3 orang
rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal
anggota keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri dari ayah, ibu,
bersama pasien, terdiri dari ayah, dan nenek dari An.A. Dirumah klien
ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. memiliki ventilasi dan penerangan
Dirumah Ny.Z memelihara beberapa yang cukup. Ayah An.A memiliki
ekor kucing. Ayah dan saudara An.R kebiasaan merokok didalam rumah.
memiliki kebiasaan merokok Diluar rumah terdapat tempat
didalam maupun luar rumah. pembakaran sampah dan septitack
Ventilasi dan penerangan rumah yang berjarak 3 m dari rumah.
cukup. Sumber air minum keluarga Sumber air minum berasal dari air
adalah air galon. galon.
ADL ADL
Selama dirawat An.R mendapatkan Selama dirawat An.R mendapatkan
makanan berupa nasi, lauk, sayur, makanan berupa nasi, lauk, sayur,
buah (MB) dan hanya menghabiskan buah (MB) dan hanya menghabiskan
1/5 dari porsinya. An.R lebih sering ¼ dari porsi makannya, saat makan
menyusu. Ny.Z mengatakan selama anak muntah sekali, konsumsi cairan
sakit anaknya jarang tidur siang dan 2000cc/hari. Selama dirawat anak
susah tidur saat malam hari. Ny. Z tidur siang teratur 3 jam. Dan malam
mengatakan An.R BAK lebih dari 5 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya
kali dengan warna pekat dan BAB 1 BAK ±5 x/hari dengan warna kuning
x sehari dengan konsistensi lembek jernih dan BAB 1 x/hari dengan
dan berwarna kuning. Biasanya anak konsistensi padat dan berwarna
bermain dengan saudaranya dan coklat.
selama sakit anak hanya mandi lap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil ,
padatanggal 24Mei2017 Nadi 100 x/i, pernapasan 22x/i suhu
didapatkan hasil , Nadi 112 x/i, 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB
kesadaran compos mentis. Saat ini 125 Bentuk kepala normal, lingkar
BB klien 10 kg, TB 75 cm. Bentuk kepala 49 cm. Posisi mata klien kepala
normal, lingkar kepala 45cm. simetris, konjungtiva tidak anemis,
Partisipan 1 Partisipan 2
fontanel cekung, Posisi mata klien mukosa bibir kering, KGB tidak
simetris, tampak cekung, mukosa teraba, turgor kulit kembali cepat,
bibir kering, tonsil hiperemis, KGB kering, kulit teraba hangat, CRT
teraba, turgor kulit kembali cepat, kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, pemeriksaan tanda rangsangan
terpasang infus pada tangan kiri, meningeal negatif.
pemeriksaan tanda rangsangan
meningeal negatif. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Data penunjang 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8
Hasil pemeriksaan laboratorium 24 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit
Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl 13.820/mm3 (normal 5.000-
(normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 10.000/mm3), Trombosit 462.000
/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Trombosit 180.000 /mm3 (normal Ht 31,4 % (normal 40-48 %).
150.000-400.000/mm3, Ht 36 %
(normal 40-48 %). Terapi Pengobatan
Terapi yang diberikan, donperidon
Terapi Pengobatan syr 3x 60mg, PCT syr 3 x 250 mg,
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN diazepam (T=39⁰C) 3 x 2 mg, IVFD
1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, KaEN 1 B 20 tts/i
OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5
mg (P.O).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.R dan An.A
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang
didapatkan dari studi dokumentasi : didapatkan dari studi dokumentasi :
Kekurangan volume cairan Diagnosa keperawatan pertama
berhubungan dengan kegagalan adalah hipertermi berhubungan
mekanisme regulasi yang ditandai dengan peningkatan laju
denganibumengatakanbadan metabolisme yang ditandai dengan
anaknya panas naik turun, mata anak ibu mengatakan anaknya gelisah
Partisipan 1 Partisipan 2
tampak cekung, mukosa bibir kering, dan badannya teraba hangat, ibu
suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengatakan panas anaknya naik mengalami
kejang satu kali, anak turun, anak kejang satu kali, suhu
tampak lemah dan lesu. tubuh anak 38,3⁰ C, akral teraba
hangat. Dan anak tampak gelisah.
Diagnosa yang pertama diangkat oleh
peneliti adalah kekurangan volume Diagnosa yang kedua adalah resiko
cairan berhubungan dengan kegagalan infeksi berhubungan dengan faktor
mekanisme regulasi yang ditandai resiko ketidakadekuatan pertahanan
dengan ibu mengatakan badan sekunder ditandai dengan anak
anaknya panas naik turun, mata anak sebelumnya sudah pernah dirawat
tampak cekung, mukosa bibir kering, dengan penyakit yang sama, ibu
suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengatakan anak mudah demam,
mengalami kejang satu kali, anak pengukuran didapatkan hasil suhu
tampak lemah dan lesu. tubuh 38,3⁰C, leukosit 13.820/mm3.
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana asuhan keperawatan Rencana asuhan keperawatan yang
diagnosa kekurangan volume cairan dilakukan pada partisipan 2 dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC : diagnosa pertama, hipertermi
tekanan darah, keseimbangan intake berhubungan dengan laju
dan output dalam 24 jam, turgor peningkatan metabolisme dengan
kulit, kelembaban membran mukosa. kriteria hasil berdasarkan NOC :
Rencana intervensi tersebut melaporkan melaporkan kenyamanan
diantaranya : a) manajemen cairan suhu, tidak terjadi kejang,
tindakan yang dilakukan timbang berkeringat saat panas, tingkat
berat badan setiap hari dan monitor pernapasan. Rencana intervensi
status pasien, hitung atau timbang tersebut diantaranya a) perawatan
popok dengan baik , jaga intake/ atau demam tindakan yang dapat
asupan yang akurat dan catat output, dilakukan monitor suhu dan tanda-
monitor status hidrasi, monitor tanda vital lainnya, monitor warna
tanda-tanda vital, pantau suhu dan kulit dan suhu,beri obat atau cairan
tanda-tanda vital, monitor warna IV b) pengaturan suhu tindakan yang
kulit dan suhu, dorong konsumsi dapat dilakukan, tingkatkan intake
cairan. cairan dan nutrisi adekuat, berikan
pengobatan antipiretik sesuai
Rencana asuhan keperawatan yang kebutuhan, monitor suhu tubuh
dilakukan diagnosa hipertermi setiap 2 jam sekali, lakukan kompres
berhubungan dengan laju hangat jika suhu tubuh tinggi. c)
peningkatan metabolisme dengan manajemen kejang tindakan yang
kriteria hasil berdasarkan NOC : dapat dilakukan pertahankan jalan
melaporkan kenyamanan suhu, tidak napas, longgarkan pakaian, catat
terjadi kejang, berkeringat saat lama kejang,
panas, tingkat pernapasan. Rencana
intervensi tersebut diantaranya a) Rencana asuhan keperawatan yang
perawatan demam tindakan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan
dapat dilakukan monitor suhu dan diagnosa kedua, resiko infeksi
tanda-tanda vital lainnya, monitor berhubungan dengan faktor resiko
warna kulit dan suhu,beri obat atau ketidakadekuatan pertahanan
cairan IV b) pengaturan suhu sekunder kriteria hasil berdasarkan
tindakan yang dapat dilakukan, NOC : mengidentifikasi faktor
tingkatkan intake cairan dan nutrisi Resiko infeksi, mencuci tangan,
adekuat, berikan pengobatan memonitor perubahan status.
Partisipan 1 Partisipan 2
antipiretik sesuai kebutuhan, monitor kesehatan. Rencana intervensi
suhu tubuh setiap 2 jam sekali, diantaranya : a) kontrol infeksi
lakukan kompres hangat jika suhu tindakan yang dilakukan tingkatkan
intake nutrisi yang tepat, dorong
tubuh tinggi. c) manajemen kejang
intake cairan yang sesuai, ajarkan
tindakan yang dapat dilakukan
pasien pasien dan keluarga mengenai
pertahankan jalan napas, longgarkan tanda dan gejal infeksi, monitor suhu
pakaian, catat lama kejang, tubuh dan tanda-tanda vital lainnya,
ajarkan cara menghindari infeksi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing partisipan.
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada
diagnosa kekurangan volume cairan diagnosa hipertermi berhubungan
dengan tindakan keperawatan yang dengan laju peningkatan
dilakukan: a) timbang berat badan metabolisme, tindakan keperawatan
setiap hari dan monitor status pasien yang dilakukan : a) monitor suhu
dengan hasil BB 10 kg dan anak dan tanda-tanda vital lainnya,
tampak lemah, lesu. b) jaga intake/ dengan hasil TD 100/70 mmHg,
atau asupan yang akurat dan catat suhu 38,3⁰ C, nadi 120 x/i,
output, ibu mengatakan anaknya pernapasan 22x/i b) monitor warna
merasa haus dan BAK anak lebih dari kulit dan suhu dengan hasil kulit
5kali/hari dengan output 80cc, c) tampak kemerahan dan suhu 38,3⁰
monitor status hidrasi dengan hasil C c) beri obat atau cairan PCT syr 3
membran mukosa tampak kering,x 250 mg dan terpasang IVFD
denyut nadi normal, kesadaran normal KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan
d) monitor tanda-tanda vital dengan intake cairan dan nutrisi adekuat e)
hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i berikan pengobatan antipiretik
suhu 39⁰C f) monitor warna kulit dan sesuai kebutuhan PCT syr 3 x 250
suhu dengan hasil kulit tampak mg f) monitor suhu tubuh setiap 2
kemerahan dan suhu 39⁰C g) dorong jam sekali dengan hasil 38,3⁰ C
konsumsi cairan, anak tampak rajin pada 2 jam pertama dan 2 jam
menyusu h) lembabkan bibir dan selanjutnya 37,8⁰C g) lakukan
mukosa hidung yang kering. kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi,tampak ibu sudah melakukan
Implementasi keperawatan pada kompres hangat.
diagnosa hipertermi berhubungan
dengan laju peningkatan metabolisme, Rencana asuhan keperawatan yang
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan 2 dengan
dilakukan pada An.R adalah a) diagnosa kedua, resiko infeksi
monitor suhu dan tanda-tanda vital berhubungan dengan faktor resiko
dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan ketidakadekuatan pertahanan
35x/i suhu 39⁰C b) monitor warna sekunder tindakan keperawatan
kulit dan suhu dengan hasil kulit yang dilakukan: a) tingkatkan
tampak kemerahan dan suhu 39⁰C. c) intake nutrisi yang tepat, anak
beri obat atau cairan, obat yang dianjurkan untuk menghabiskan diit
diberikan PCT syr 3x250 mg, dan yang diberikan b) dorong intake
terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, cairn yang sesuai, anak dianjurkan
d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat hasil yang ditemukan An.R
rajin menyusui e) berikan pengobatan
antipiretik sesuai kebutuhan obat yang
Partisipan 1 Partisipan 2
diberikan PCT syr 3x250 mg, OBH Implementasi keperawatan pada
syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg diagnosa defesiensi pengetahuan
(P.O) f) monitor suhu tubuh setiap 2 pada ibu berhubungan dengan
jam sekali dengan hasil pada 2 jam kurangnya informasi dengan
pertama dan 2 jam selanjutnya 38,8⁰C tindakan keperawatan yang
g) lakukan kompres hangat jika suhu dilakukan: (a) pendekatan yang tubuh
tinggi, tampak ibu sudah tenang dan meyakinkan dengan
melakukan kompres hangat. hasil terbinanya hubungan saling
percaya dengan peneliti (b)
Implementasi keperawatan pada berusaha untuk memahami
diagnosa defesiensi pengetahuan pada perspektif pasien dari situasi stress
ibu berhubungan dengan kurangnya dengan hasil pasien tampak masih
informasi dengan tindakan cemas dengan kondisi anaknya, (c)
keperawatan yang dilakukan: (a) anjurkan pasien dan keluarga dalam
pendekatan yang tenang dan menggunakan teknik relaksasi,
meyakinkan dengan hasil terbinanya keluarga sudah diajarkan teknik
hubungan saling percaya dengan napas dalam (d) pengetahuan
peneliti (b) berusaha untuk memahami manajemen kejang pada keluarga.
perspektif pasien dari situasi stress
dengan hasil pasien tampak masih
cemas dengan kondisi anaknya, (c)
anjurkan pasien dan keluarga dalam
menggunakan teknik relaksasi,
keluarga sudah diajarkan teknik napas
dalam (d) Identifikasi (pribadi, ruang
dan uang) yang diperlukan untuk
melaksanakan program kesehatan, (e)
Prioritaskan kebutuhan pasien, (f)
pengetahuan manajemen kejang pada
keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap An.R
(selama 4 hari dirumah sakit dan satu hari kunjungan rumah) dan An.A
(selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan rumah), didapatkan
perkembangan pasien yaitu :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan Evaluasi keperawatan pada An.A
diagnosa kekurangan volume cairan dengan diagnosa hipertermi
dengan metoda SOAP pada hari pertama berhubungan dengan laju
memperoleh hasil data subjektif, ibu peningkatan metabolisme dengan
mengatakan anak rewel dn gelisah, badan metoda SOAP pada hari pertama
anak panas, ibu mengatakan anak kuat memperoleh hasil data subjektif,
menyusu, dan data objektif didaptkan ibu mengatakan anak masih
mata anak tampak cekung, mukosa bibir demam, anak gelisah, ibu
kering, tonsil hiperemis, suhu 38,8⁰C, mengatakan satu kali muntah
nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i. Maslah sejak dirawat dan data objektif
keperawatan belum teratasi dan saat dilakukan pemeriksaan suhu
Intervensi masih dilanjutkan sampai hari anak 37,8⁰C, nadi 122 x/i,
ke-3. pernapasan 22 x/i, anak tampak
rewel, leukosit 13.820/mm3
Sedangkan pada hari ke-4 ditemukan sampai hari ke-3 suhu badan
data subjektif ibu mengatakan panas anak masih tinggi dan naik turun,
anak sudah turun, data objektif anak diberikan terapi IVFD
didapatkan anak mukosa bibir lembab, KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr
tonsil hiperemis, badan teras hangat, 3x250 mg, donperidon syr 3x 60
IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x1 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i dan
mg. Masalah terasi sebagian dan ibu tampak sudah melakukan
intervensi dihentikan. kompres hangat pada anaknya.
Masalah keperawatan belum
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan teratasi dan Intervensi masih
diagnosa hipertermi berhubungan dengan dilanjutkan.
laju peningkatan metabolisme dengan
metoda SOAP pada hari pertama Pada hari ke-3 didapatkan
memperoleh hasil data subjektif, ibu evaluasi data subjektif ibu
mengatakan anak masih demam, anak mengatakan anak sudah tidak
batuk, anak rewel dan gelisah, dan data demam lagi, muntah sudah tidak
objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu ada dan suhu anak 37,4⁰C.
anak 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 Masalah teratasi dengan kriteria
x/i, anak tampak rewel, leukosit 12.780 hasil: melaporkan kenyamanan
3
/mm , sampai hari ke-3 suhu badan anak suhu (4), terjadi kejang, (4)
masih tinggi dan naik turun, anak berkeringat saat panas (3), dan
diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tingkat pernapasan (5). dan
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 intervensi dihentikan di rumah
½ sdk, anak juga mendapat diazepam sakit. Sedangkan pada hari ke-4
3x1,5 mg (P.O) pemberian diazepam saat dilakukan kunjungan rumah hanya
sampai hari ke-2. dan ibu tampak didapatkan data subjektif, ibu
sudah melakukan kompres hangat pada mengatakan anaknya demam lagi
anaknya. Masalah keperawatan belum tadi pagi, ibu mengatakan sudah
teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan dilakukan kompres dan anak
sampai hari ke 3. tidak kejang.
Partisipan 1 Partisipan 2
Sedangkan pada hari ke-4 didapatkan Data objektinya suhu anak
data subjektif, ibu mengatakan demam 37,7⁰C, nadi 100x/i, pernapasan
anaknya sudah mulai turun, anak sudah 22 x/i, Masalah keperawatan
mau makan, dan data objektif didapatkan belum teratasi dan intervesi
suhu anak 37,4⁰C, nadi 110x/i, dilanjutkan dengan kunjungan
pernapasan 32 x/i, batuk sudah hilang. rumah pada hari ke-5 didapatkan
Masalah keperawatan sudah teratasi data subjektif mengatakan badan
sebagian intervesi dirumah sakit anaknya tidak panas lagi, dan
dihentikan. Dilanjutkan dengan data objektif suhu 36,5⁰C, nadi
kunjungan rumah pada hari ke-5. 110x/i, pernapasan 20 x/i, terapi
Didapatkan data subjektif mengatakan pengobatan yang didapatkan
saat dirumah badan anaknya panas lagi, PCT syr 3x250 mg. Masalah
ibu sudah melakukan kompres hangat keperawatan teratasi dan
dan data objektif suhu 37,3⁰C, nadi intervensi dihentikan.
120x/i, pernapasan 29 x/i, terapi
pengobatan yang didapatkan PCT syr Evaluasi keperawatan pada An.A
3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi dengan diagnosa resiko infeksi
intervensi dilanjutkan dengan terapi obat. berhubungan dengan faktor
resiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dengan
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan metoda SOAP pada hari pertama
diagnosa defesiensi pengetahuan pada memperoleh hasil data subjektif,
ibu berhubungan dengan kurangnya ibu mengatakan badan anak
informasi dengan metoda SOAP pada panas, kejang sudah tidak ada,
hari pertama memperoleh hasil data ibu mengatakan badan anaknya
subjektif ibu mengatakan cemas dengan tampak lemah, dan data objektif
kondisi anaknya, ibu mengatakan takut didapatkan suhu 38,3⁰ C, nadi
jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu 112 x/i, pernapasan 30 x/i,
mengatakan masih belum paham dengan leukosit 13.820/mm3. Masalah
kondisi anaknya saat ini. Data objektif teratasi pada hari ketiga dengan
yang didapatkan ibu tampak cemas. dan intervensi dihentikan.
Masalah teratasi sebagian Intervensi
dilanjutkan dengan kunjungan rumah Evaluasi keperawatan pada
pada hari ke-5 dengan didapatkan hasil An.R dengan diagnosa defesiensi
objektif ibu mengatakan sudah paham pengetahuan pada ibu
bagaimana penangan dan pertolongan berhubungan dengan kurangnya
pertama saat anak kejang dirumah dan informasi dengan metoda SOAP
perawatan anak demam. Data objektif pada hari pertama memperoleh
yang didapatkan ibu mampu mengulang hasil data subjektif ibu
kembali materi yang diberikan peneliti. mengatakan cemas dengan
Masalah teratasi dan intervensi kondisi anaknya, ibu mengatakan
dihentikan. takut jika anaknya mengalami
kejang lagi, ibu mengatakan
masih belum paham dengan
kondisi anaknya saat ini. Data
objektif yang didapatkan ibu
tampak cemas. Pada hari kedua
Partisipan 1 Partisipan 2
masalah teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan dengan
kunjungan rumah. Pada hari
keempat dan kelima dengan
didapatkan hasil objektif ibu
mengatakan sudah paham
bagaimana penangan dan
pertolongan pertama saat anak
kejang dirumah dan perawatan
anak demam. Data objektif yang
didapatkan ibu mampu
mengulang kembali materi yang
diberikan peneliti. Masalah
teratasi dan intervensi
dihentikan.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada
bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus kejang demam pada
partisipan 1 yaitu, An.R dan partisipan 2 yaitu, An.A yang telah dilakukan
pengkajian pada tanggal 24-28 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan
keperawatan mulai tanggal 24- Mei 2017 di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang, yang dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An. R berusia 12 bulan
mengalami kejang demam pertama kali dan partisipan An.A berusia 48
bulan mengalami kejang demam kedua. An.R dan An.A berjenis kelamin
laki laki dan diagnosa saat dirawat adalah kejang demam simpleks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama pada An.R yaitu ibu
mengatakan anak demam sejak kemarin malam, dan juga anak
mengalami kejang (±10 menit) satu kali saat dirumah. Sedangkan pada
An.A ibu mengatakan anaknya demam sejak tadi pagi, anak muntah ± 5
kali tadi pagi dan anak mengalami kejang (±10 menit) satu kali sebelum
dibawa kerumah sakit. Saat dilakukan pengkajian pada An.R dan An.A
didapatkan data ibu mengatakan anaknya demam dan mengalami kejang
satu kali yang berlangsung ±10 menit. Saat kejang anak tidak sadar dan
sekujur tubuh kaku, setelah kejang anak kembali sadar.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lestari (2016) dan
ridha (2014) yang mengatakan bahwa demam biasa disebabkan kerena
ISPA, pneumoni, otitis media, infeksi saluran kemih, faktor genetik,
gangguan metabolisme. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu tubuh diatas 38°C karena terjadi kelainan ekstrakr anium. Pada
keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
Menurut analisa peneliti penyebab kejang demam pada An.R dan An.A
kejang pada kedua partisipan sama yaitu anak mengalami demam
sebelum kejang. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
kejang demam dapat terjadi karena kenaikkan suhu tubuh yang
diakibatkan oleh proses ekstrakranium. Dan faktor resiko yang
menyebabkan An.R mengalami kejang demam diakibatkan karena ISPA
yang tertular dari saudaranya yang juga mengalami ISPA. Sedangkan
pada An.A salah satu faktor resiko yang memungkinkan terjadinya
kejang demam berulang pada An.R adalah faktor genetik (keturunan).
Menurut peneliti tanda dan gejala yang ditemukan pada An.A dan An.R
dengan kejang demam sederhana (simpleks) sama dengan teori yang ada
pada hasil pemeriksaan fisik serta tanda dan gejala yang dialami kedua
anak.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An.R dan An.A ditemukan 3
diagnosa pada An.A yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada An.A peneliti mengangkat
2 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme dan defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Lestari,2016).
Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan pada An.R ibu
mengatakan anak demam, mengalami kejang satu kali, anak merasa
haus dan data objektifnya didapatkan pengukuran suhu tubuh anak
39⁰C, mukosa bibir kering, mata anak cekung. Sehingga diagnosa
ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat untuk
mengatasi masalah pada An.R. sedangkan pada An.A data yang
ditemukan tidak seseuai dengan kriteria yang ada pada NANDA
(2015).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmadi, dkk (2012)
mengatakan peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam
adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas
reaksi demam yang terjadi. Infeksi virus paling sering ditemukan pada
kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan karena infeksi virus
memang lebih sering menyerang pada anak. Kebanyakan penyakit
yang berhubungan dengan kejang demam disebabkan oleh infeksi
umum seperti tonsilitis, infeksi saluran pernapasan atas, otitis media.
Mekanisme penting dari infeksi virus dalam etiologi kejang demam
adalah derajat suhu demam dan ambang kejang bervariasi antara
individu.
Masalah keperawatan yang terdapat pada teori dan tidak ditemukan pada
partisipan 1 maupun partisipan 2 adalah resiko aspirasi berthubungan
dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
(kejang), ketidak efektifan perfusi jaringan serebral.
Menurut analisa peneliti masalah ini tidak diangkat karena tidak ada data
yang mendukung pada kedua partisipan dan sesuai teori menyebutkan
ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur anak ketika kejang antara 6
bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15 menit, kejang bersifat
umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam,
pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal, Pemeriksaan
EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada An.R didasarkan pada tujuan
intervensi masalah keperawatan yang muncul yaitu, Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada
An.A ditemukan 3 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme, resiko infeksi berhubungan dengan faktor
resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan defesiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
saat tinggi yaitu kompres tepid sponge, yaitu sebuah teknik kompres
hangat pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (suprati,
2008). Menurut penelitian Setiawati, (2009) rata- rata penurunan suhu
tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik
ditambah tepid sponge yaitu sebesar 0,53⁰C dalam waktu 30 menit.
4. Implementasi Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
pada An.R dan AN.A dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada
An.R asuhan atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai
tanggal 24 Mei sampai dengan tanggal 28 Mei 2017. Sedangkan untuk
An.A tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 25 mei 2017 sampai
dengan 29 Mei 2017.
Menurut analisa peneliti salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan cairan pada anak yaitu dengan pemasangan infus.
Cairan yang digunakan berupa KaEN 1 B , yang bisa digunakan untuk
menggantikan cairan yang hilang pada pasien anak dengan masalah
demam, dehidrasi.
Orang tua dan keluarga perlu diberikan penjelasan tentang kejang demam
yang terjadi pada anaknya, kecemasan dikurangi dengan cara
memberitahukan bahwa kejang demam umumnya tidak berat, perlu
penanganan yang tepat saat anak kejang, dan perlu diberitahukanb bahwa
kejang demam sederhana tidak membuat anak menjadi keterlambatan
perkembangan otak atau kesulitan sekolah. Kejang demam yang
berlangsung kurang dari 30 menit tidak merusak otak. Keluarga juga
perlu diberitahukan kemungkinan adanya kejang berulang. Resiko
terjadinya kejang demam pada kejadian kejang pertama kali ialah 33%
memiliki faktor resiko terjadi berulang terutama pada anak usia muda
(Darmadi, dkk, 2012).
5. Evaluasi keperawatan
Hasil penelitian An.R (selama 4 hari dirumah sakit dan 1 hari kunjungan
rumah) dan pada An.A (selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan
rumah). Didapatkan evaluasi keperawatan pada kedua partisipan tidaklah
sama untuk masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, pada An.R didapatkan data subjektif pada hari pertama dan
sampai hari ke-3 ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan badan
anak teraba hangat dan gelisah. Sedangkan pada hari ke-4 suhu tubuh
anak sudah normal, namun pada hari kelima anak sempat demam lagi.
Sedangkan data objektif yang ditemukan pengukuran suhu anak pada hari
pertama 38,3⁰C, sedangkan pada hari ke-4 suhu anak sudah kembali
normal yaitu 37,4⁰C dan batuk sudah tidak ada lagi. Masalah teratasi dan
intervensi dilanjutkan. Pada An.A didapatkan hasil evaluasi data subjektif
pada hari pertama ibu mengatakan anak masih demam, kejang sudah tidak
ada, data objektif suhu 38,8⁰C. Pada hari ke tiga suhu tubuh partisipan 2
sudah kembali normal. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak berumur 1-10 tahun yang
dirujuk ke unit gawatdarurat pediatrik. Sebagian besar hipertermia
berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemik. Oleh karena itu hipertermia harus ditangani dengan benar. Dari
segi usia juga mempengaruhi terjadinya hipertermia, usia sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga
memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Semakin muda usia
anak maka akan rentan mengalami hipertermia (Maling.B,dkk, 2012).
Menurut analisa peneliti masalah hipertermia ini muncul pada An.R dan
An.A karena pada kedua anak sudah terjadi infeksi didalam tubuhnya.
Meningkatnya suhu tubuh merupakan respon dari tubuh terhadap proses
peradangan yang terjadi didalam tubuh.
64
Poltekkes Kemenkes Padang
65
B. Saran
1. Bagi Direktur Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua
staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan
meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak
Bagi perawat ruangan diharapkan melakukan pengkajian lebih dalam dan
secara lengkap agar dapat mengetahui masalah-masalah yang ada dan
pada diagnosa keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama
saja, perawat lebih memperhatikan rencana yang sudah dilakukan dan
melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah
dirumuskan agar intervensi berjalan secara optimal dan
berkesinambungan.
3. Bagi instiusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11
Juni 2016
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang
Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16
Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor
pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita
di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada
tanggal 6 April 2017.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurindah,D, dkk (2014). Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor Alpha
Plasma Dengan Kejang Demam Sederhana Pada Anak.
http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 19 Juni 2017
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam:
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodologi_Nursalam_EDISI%204-
21%20NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari 2017
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Purnasiswi, S, dkk, 2008. Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam pada Anak di
Instalasi Rawat Inap Rs. Bethesda Yogyakarta, Vol.03 No. 02 Mei 2008.
http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 09 Januari 2017
Putra, H.R., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Kejang Demam
dengan Penanganan Kejang Demam pada Anak di Instalasi Rawat Darurat
Anak (IRDA) dan Ruangan Perawatan Intensif (RIP) IRNA E RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada
tanggal 10 Januari 2017,
Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta:
Sagung Seto
Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam.
Jakarta : CV Agung Seto
Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III
KELUHAN Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi
UTAMA sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali
yang berlangsung sekitar 10 menit.
c. Posture BB : 10 kg PB/TB : 75 cm
Auskultasi : vesikuler
Perkusi :
Lingkar dada : 45 cm
- Jantung Inspeksi : cordis tidak terlihat
Perkusi : tympani.
Lingkar perut : cm
l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat
Kelembaban: Lembab v Kering
Warna: v Merah muda Pucat
(___________________________)
Desi Regina Putri
2. Diagnosa keperawatan
Tabel. 2.1
Diagnosa keperawatan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan 24 Mei 2017 24 Mei 2017
mekanisme regulasi
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017
3. Intervensi keperawatan
Tabel. 3.1
Intervensi Keperawatan
Pengaturan suhu
5. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
6. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia
7. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
8. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan
Manajemen kejang
Manajemen elektrolit
b. Dehidrasi
1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal
Kriteria hasil : 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
1) Warna urine keruh 3. Pertahankan kepatenan akses IV
2) Fontanela cekung 4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
3) Nadi cepat dan lambat 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis
4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen) level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat
Manajemen muntah
3) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan
2. Kamis / 25 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
3. Jumat/ 26 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi sudah berkurang
Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit
KELUHAN Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A
UTAMA
demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10
menit, serta muntah ± 5 kali.
Ket :
: Laki-laki O :
Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG v Simpulan :
DPT v1 v2 v3
Polio v1 v2 v3 v4 v lengkap sesuai usia
Hepatitis B v0 v1 v2 v3 tidak lengkap
Campak v
c. Posture BB : 17 kg PB/TB : cm
Auskultasi : vesikuler
Perkusi :
Perkusi : tympani.
Lingkar : cm
perut
l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat
lambat
Kelembaban: Lembab v Kering
Warna: v Merah muda Pucat
Data lain : ......................................................................................
:..................................... ....
Terapi medis Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x ¼ mg, PCT syr 3 x 250 mg,
diazepam T= 9⁰C x mg, IVFD KaEN B tts/i
(___________________________)
Desi Regina Putri
5. Diagnosa keperawatan
Tabel. 2.1
Diagnosa keperawatan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan 24 Mei 2017 24 Mei 2017
mekanisme regulasi
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017
6. Intervensi keperawatan
Tabel. 3.1
Intervensi Keperawatan
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan
Manajemen muntah
6) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan