Anda di halaman 1dari 131

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A


DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG
IBU DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT
III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DESI REGINA PUTRI


143110208

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D


III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A


DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG
IBU DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT
III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli


Madya Keperawatan di Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang

DESI REGINA PUTRI


143110208

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III


KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-
III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan bimbingan dari ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep selaku
pembimbing I dan ibu Delima,S.Pd. M,Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI


Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu
dan pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurursan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
5. Bapak Direktur Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang yang
telah mengizinkan untuk melakukan penelitian
6. Teristimewa orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan moral dan material.
7. Teman-teman dan rekan sejawat serta para sahabat yang selalu
memberikan semangat serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.

iii
Peneliti menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiyah ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2017

Peneliti

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Regina Putri


NIM : 143110208
Tempat/ Tanggal : Payakumbuh/ 29 Desember 1995
Lahir
Suku : Minang
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Naswar
Ibu : Nina
Kondisi Kesehatan : Baik
Tinggi Badan : 148 cm
Berat Badan : 48 kg
Golongan Darah : B
Alamat : Jl. Bougenvil No. 33 B Kelurahan Padang tinggi,
Kec. Payakumbuh Barat, Prov. Sumatra Barat

Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 TK Aisyah Bunian 2001
2 SD N 26 Bunian 2002-2008
3 SMP N 4 Payakumbuh 2008-2011
4 SMA N 3 Payakumbuh 2011-2014

5 Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

Poltekkes Kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017

DESI REGINA PUTRI

“Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kejang Demam di


Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.Reksodiwiryo
Padang Tahun 2017 “

Xii + 66 halaman, 1 gambar, 7 tabel, 12 lampiran.

ABSTRAK
Masalah pada anak yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38ºC yaitu kejang demam. Angka kejadian penyakit kejang demam di RS Tk.III.
Dr. Reksodiwiryo Padang dalam satu tahun terakhir sekitar 112 kasus kejang
demam. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pasien
dengan kejang demam di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dilakukan pada
tanggal 24 Mei-29 Mei 2017 di ruang Ibu dan Anak RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang . Populasi penelitian ini seluruh pasien kejang demam dengan 2 sampel
diambil dengan teknik purposive sampling. Instrument pengumpulan data yang
digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara, dan studi dokumentasi.
Rencana analisis pada penelitian ini adalah membandingkan asuhan keperawatan
yang sudah dilakukan pada pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.
Hasil penelitian didapatkan kedua partisipan mengalami kejang demam
yang berlangsung ± 10 menit, demam, dan kejang tidak berulang. Diagnosa utama
yang diangkat adalah hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Rencana keperawatan yaitu perawatan demam, pengaturan suhu,
manajemen pengobatan. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa
utama sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan.
Diasarankan dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dapat
meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional khususnya pada pasien kejang demam.

Kata Kunci : Kejang demam sederhana, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka : 32 (2006-2016)

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
LEMBAR ORISINALITAS ......................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7


A. Konsep Kasus Kejang Demam .............................................................. 7
1. Pengertian ........................................................................................ 7
2. Penyebab .......................................................................................... 7
3. Klasifikasi ........................................................................................ 8
4. Patofisiologi ..................................................................................... 9
5. WOC ............................................................................................... 11
6. Manifestasi ...................................................................................... 12
7. Respon Tubuh ................................................................................. 12
8. Penatalaksanaan .............................................................................. 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kejang Demam ............................. 16
1. Pengkajian ....................................................................................... 16
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ............................................. 21
3. Rencana Keperawatan ..................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31


A. Desain Penelitian ................................................................................. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31
D. Alat dan Instrumen Penelitian .............................................................. 32
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 32
F. Rencana Analisis .................................................................................. 36

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ............................. 37


A. Deskripsi Kasus ................................................................................... 37
1. Pengkajian ........................................................................................ 37
2. Diagnosa keperawatan ...................................................................... 39
3. Intervensi Keperawatan .................................................................... 41
4. Implementasi Keperawatan ............................................................... 43

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................ 44

B. Pembahasan Kasus .................................................................................................... 47


1. Pengkajian ............................................................................................................... 47
2. Diagnosa keperawatan ......................................................................................... 52
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 57
4. Implementasi Keperawatan ................................................................................ 59
5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 64


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC ...............................................................................................................11

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penilaian Kekuatan Otot....................................................................................19

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan pada kasus kejang demam ................................... 21

Tabel 4.1. Pengkajian deskripsi kasus ................................................................................ 37

Tabel 4.2. Diagnosa keperawatan ......................................................................................39

Tabel 4.3. Rencana asuhan keperawatan keperawatan ................................................ 41

Tabel 4.4. Implementasi keperawatan .............................................................................. 43

Tabel 4.5. Evaluasi keperawatan ......................................................................................... 44

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran. Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 1
Lampiran Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 2
Lampiran Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran Surat Izin Penelitian dari Kepala RS TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang
Lampiran Absensi Penelitian
Lampiran Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran Dokumentasi

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam
(Ngastiyah, 2012).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi


bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan
menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium
sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun (Ridha, 2014).

Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian


kejang demam terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam
rentang usia 6 hingga 36 bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka
kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan
Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian kejang demam pertahunnya.
Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang 8,8%. Hampir 80%
kasus Kejang demam adalah kejang demam sederhana (kejang<15 menit,
fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang
pada waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang demam
komplek.

Christopher (2012), menyebutkan 2 samapai 5 % dari seluruh anak di dunia yang


berumur ≤5 tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90% terjadi
ketika anak berusia <5 tahun. Insiden tertinggi kejang demam terjadi

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

pada usia dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Hasil penelitian prospektif
Sillanpa, dkk (2008), menyebutkan di Finlandia diperoleh insidens rate
kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun.

Penelitian Kurnia (2015), menyebutkan di RSPI Puri Indah Jakarta terjadi


peningkatan angka kejang demam pada anak sebesar ± 6 kali lipat pada Januari –
Juni 2014 dibandingkan pada tahun 2008, total anak dengan kejang demam ada
sebanyak 135 anak dengan kejang demam. Gunawan, dkk (2012), menyebutkan
bahwa 100 anak kejang demam yang dirawat di RSUD Dr.Soetomo Surabaya
mengalami kejang demam pertama kalinya. Berdasarkan kelompok usia per
bulan pada awal pendataan, didapatkan rata-rata usia saat kejang pertama adalah
16,8 bulan, terbanyak pada usia 12 bulan.

Hasil penelitian Imaduddin (2013), mengatakan kasus kejang demam yang


dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari
2010 sampai Desember 2012 adalah 173 kasus anak dengan kejang demam.
Sedangkan dari survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada 13 Januari 2017 ditemukan 216 orang anak
dengan kasus kejang demam pada tahun 2014. Sedangkan dalam satu tahun
terakhir terdapat skitar 112 kasus kejang demam pada anak diruangan Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Wastoro, dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang
demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile
seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure )
biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih
dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk
(2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi
pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang
demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus


kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%.
Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan
intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian
tentang penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak
sama, 4% pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan
tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Menurut Ngastiyah (2014),
gambaran klinis yang timbul saat anak mengalami kejang demam adalah
gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit,
dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari
terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan mengalami penundaan
pertumbuhan jaringan otak.

Penelitian Putra, dkk (2014), mengatakan diagnosa secara dini serta


pengelolahan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang
lebih parah, yang diakibatkan karena bangkitan kejang yang sering. Untuk itu
tenaga perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu
kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

Christian, dkk (2015), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam
diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,
pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam
yang tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang
demam dan cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang
demam.

Poltekkes Kemenkes Padang


4

Wong (2008), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam


adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang
positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis, dan kebutuhan penangannya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan tanggal 11 Maret 2017 ditemukan 1


orang anak dengan diagnosa medis kejang demam kompleks dengan waktu
rawatan hari ke dua diruang ibu dan anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Dari hasil observasi awal tampak perawat ruangan
melakukan pengkajian pada status kesehatan pasien, dilakukan dengan cara
alloanamnesa. Sedangkan pada pemeriksaan fisik perawat ruangan cendrung
hanya melakukan pemeriksaan fisik secara umum saja pada anak.Perawat
ruangan tidak melakukan pemeriksaan refleks neurologis. Pemeriksaan fisik
yang lengkap (head to toe) dan pemeriksaan neurologis sangat diperlukan
untuk mengangkat diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada
pasien dengan kejang demam. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut
adalah hipertermi, ketidakefektifan pola napas dan resiko jatuh. An. M
mengalami infeksi pada saluran pernafasan, anak tampak batuk-batuk dan
sesak napas. Hasil observasi tampak perawat memberikan oksigen,
pemenuhan cairan klien dengan pemasangan infus, dan untuk mengatasi
kejang berulang perawat sudah berkolaborasi dengan dokter mengenai
sediaan obat diazepam. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
ruangan cendrung memberikan kebutuhan fisiologis anak tanpa memberikan
kebutuhan psikologis dan sosial anak serta keluarga. Evaluasi dilakukan
dengan baik, namun pendokumentasian yang dilakukan lebih berfokus pada
shift sebelumnya, sehingga perkembangan dari kesehatan pasien kurang bisa
dinilai secara tepat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam di
Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada
tahun 2017.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

B. Rumusan Masalah
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
kasus kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III
Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

D. Manfaat
1. Institusi tempat penelitian
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan bagi tenaga kesehatan terutama bagi perawat,

Poltekkes Kemenkes Padang


6

khususnya mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan kejang


demam di Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.
2. Pengembangan keilmuan
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam bagi peneliti selanjutnya. Dan juga dapat mengaplikasikan dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam yang
telah dipelajari.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kasus Kejang Demam


1. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2012).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).

Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.

2. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan
infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi

7
Poltekkes Kemenkes Padang
8

3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam
kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`

Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang


demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada
pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan
disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam
24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.

Poltekkes Kemenkes Padang


9

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat


dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.

4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan

Poltekkes Kemenkes Padang


10

suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


11

Infeksi diantaranya
Kenaikan
: Proses Suhu tubuh ↑ Pireksia MK : metabolisme
 Pneumonia Inflamasi
(demam)
inflamasi Hipertermia basal 10-15 %
 Otitis Media
 ISK

Pelepasan muatan Difusi ion K+ Ketidakseimbangan ↑ sirkulasi Kebutuhan O2 ↑


listrik meluas ke sel dan Na+ membran sel neuron O2 di otak 20 %
oleh neurotrasmiter

MK: ketidakefektifan
Kejang perfusi jaringan serebral
Demam

Kejang demam Kejang demam  Kejang > 15


2
simpleks kompleks mnt Apnea, keb O & energi u/
 Gejala sisa kontraksi otot skeletal ↑
(hemiparis
 EEG
- Kejang < 15 mnt abnormal
- Timbul dlm 16 jam pertama setelah muncul demam hipoksemia
- Umur anak 6 bln- 4 thn Lidah jatuh Cairan/ sekret
- Kejang bersifat umum Epilepsi
kebelakang
, dijalan napas
- Pemeriksan saraf normal Hipotensi,
- EEG normal denyut jantung
- Frekuensi bangkitan kejang dlm 1 thn tdk >4 kali MK: resiko tdk teratur
MK : Resiko keterlambatan
- Tanpa gejala sisa Penyumbatan aspirasi
jalan napas perkembangan
Hiperkapnia

MK :
Ketidakefektifan sesak Sesak napas, Asidosis Metabolisme
pola napas anaerob
akral dingin

MK: Ketidakefektifan
7 MK: gangguan perfusi jaringan perifer
pertukaran gas Poltekkes Kemenkes Padang
12

5. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin

6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


a. Sistem Pernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan
pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada
jaringan perifer (Brunner & Suddart, 2013).
b. Sistem Thermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi
sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”.
Demam terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”.
Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan kejang demam
mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat.
(Suriadi & yuliani, 2010).
c. Sistem Neurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan
otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan
otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak
kejang demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).
d. Sistem Muskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan
terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,

7
Poltekkes Kemenkes Padang
13

keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan
listrik yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan
kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak.

7. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila


masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan
tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang


seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat
badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg.

Poltekkes Kemenkes Padang


14

Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status


konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena
tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan,
tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi
vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya
diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit.
Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah
edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid
misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
3) Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik
dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat
tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua
bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis
pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya

Poltekkes Kemenkes Padang


15

dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan


adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengobatan fase akut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampai bersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti
tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara
yang sama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam


1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6
bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virus influenza.
(3) Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis

Poltekkes Kemenkes Padang


17

2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
6) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
c. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


19

pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,


mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤ 3.
d. Penilaian kekuatan otot
Tabel 2.1
Penilaian Kekuatan Otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu 4
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
e. Pemeriksaan penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika

Poltekkes Kemenkes Padang


20

tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang


menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :


(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )
(2) Mengalami complex partial seizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
(4) Kejang saat tiba di IGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalah normal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-
120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa
3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,
misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala
yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul


a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi otak
c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoksemia
f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan
neurologis atau kejang
h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguan kejang

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
N NANDA NOC NIC
o
1 Hipertermia a. Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
karakteristik 1) Merasa merinding
lainya
saat dingin
a. Apnea 2. Monitor warna kulit
2) Berkeringat saat
b. Bayi tidak dapat dan suhu
panas
mempertahanka 3. Monitor asupan dan
3) Tingkat pernapasan
n menyusu keluaran, sadari
4) Melaporkan
c. Gelisah perubahan kehilangan
kenyamanan suhu
d. Hipotensi cairan yang tak di
5) Perubahan warna
e. Kulit rasakan
kulit
kemerahan 4. Beri obat atau cairan
6) Sakit kepala
f. Kulit terasa IV
hangat 5. Tutup pasien dengan
g. Latergi selimut atau pakaian
h. Kejang ringan

Poltekkes Kemenkes Padang


22

i. Koma 6. Dorong konsumsi


j. Stupor cairan
k. Takikardia 7. Fasilitasi istirahat,
l. Takipnea terapkan pembatasan
m. Vasodilatasi aktivitas jika di
perlukan
Faktor yang 8. Berikan oksigen yang
berhubungan sesuai
a. Peningkatan 9. Tingkatkan sirkulasi
laju udara
metabolisme 10. Mandikan pasien
b. Penyakit dengan spon hangat
c. Sepsis dengan hati-hati.

Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.

Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi

Poltekkes Kemenkes Padang


23

dengan benar.

2 Ketidakefektifan a. Status sirkulasi Terapi oksigen


1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan
sistol dan sekret trakea
serebral 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan
diastol napas yang paten
Faktor resiko
3) Tekanan nadi 3. Atur peralatan
a. Gangguan
4) PaO2 (tekanan oksigenasi
serebrovaskuler
parsial oksigen 4. Monitor aliran oksigen
b. penyakit
dalam darah arteri) 5. Pertahankan posisi
neurologis
5) PaCO2 (tekanan pasien
parial 6. Observasi tanda-tanda
karbondioksida hipoventilasi
dalam darah arteri 7. Monitor adanya
6) Saturasi oksigen kecemasan pasien
7) Urine output terhadap oksigenasi.
8) Capillary refill.
b. Status neurologi Manajemen edema
1) Kesadaran serebral
2) Fungsi sensorik dan 1. Monitor adanya
motorik kranial kebingungan,
3) Tekanan perubahan pikiran,
intrakranial keluhan pusing,
4) Ukuran pupil pingsan
5) Pola istirahat-tidur 2. Monitor tanda-tanda
6) Orientasi kognitif vital
7) Aktivitas kejang 3. Monitor karakteristik
8) Sakit kepala. cairan serebrospinal :
warna,
kejernihan,konsistensi
4. Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan,
PaO2,PaCO2, pH,
Bicarbonat
5. Catat perubahan
pasien dalam berespon
terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong
keluarga/orang yang
penting untuk bicara
pada pasien
9. Posisikan tinggi

Poltekkes Kemenkes Padang


24

kepala 30o atau lebih.

Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai
dankarakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikanagen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya,cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia

Poltekkes Kemenkes Padang


25

dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.

3 Ketidakefektifan a. Status penrnapasan : Terapi oksigen


pola napas ventilasi 1. Bersihkan mulut,
Kriteria hasil hidung dan sekret
Batasan 1) Frekuensi pernapasan trakea dengan tepat
karakteristik 2) Irama pernapasan 2. Pertahankan kepatenan
a. Bradipnea 3) Kedalaman jalan nafas
b. Dispnea pernapasan 3. Berikan oksigen
c. Penggunaan 4) Penggunaan otot tambahan seperti yang
otot bantu bantu nafas diperintahkan
penapasan 5) Suara nafas tambahan 4. Monitor aliran oksigen
d. Penurunan 6) Retraksi dinding dada 5. Periksa perangkat
kapasitas vital 7) Dispnea saat istirahat pemberian oksigen
e. Penurunan 8) Atelektasis. secara berkala untuk
tekanan memastikan bahwa
ekspirasi b. Status pernapasan : kosentrasi yang telah
f. Penurunan kepatenan jalan nafas di tentukan sedang di
tekanan Kriteria Hasil : berikan
inpsirasi 1) frekuensi pernapasan 6. Pastikan penggantian
g. Pernapasan 2) pernapasan cuping masker oksigen/kanul
bibir hidung nasal setiap kali
h. Pernapasan 3) mendesah perangkat diganti
cuping hidung 7. Pantau adanya tanda-
i. Pola nafas tanda keracunan
abnormal oksigen dan kejadian
j. Takipnea. atelektasis.

Faktor yang Monitor neurologi


berhubungan 1. Pantau ukuran pupil,
bentuk kesimetrisan
a. Cedera medula dan reaktivitas
spinalis 2. Monitor tingkat
b. Gangguan kesadaran
neurologis 3. Monitor GCS
c. Nyeri 4. Monitor status
pernapasan.

Poltekkes Kemenkes Padang


26

Poltekkes Kemenkes Padang


27

5. Ketidakefektifan a. Cardiopulmonaly terapi oksigen)


perfusi jaringan status (Status 1) Monitor kemampuan
perifer kardiopulmonal) pasien dalam
mentoleransi kebutuhan
Kriteria hasil : oksigen saat makan
1) Tekanan darah 2) Observasi cara
sistolik masuknya oksigen yang
2) Tekanan darah menyebabkan
diastolik hipoventilalsi
3) Nadi perifer 3) Monitor perubahan
4) Saturasi oksigen warna kulit pasien
5) Indeks kardio 4) Monitor posisi pasien
6) Sianosis untuk membantu
7) Edema perifer masuknya oksigen
8) Kedalaman pernafasan 5) Monitor keefektifan
terapi oksigen
6) Memonitor penggunaan
oksigen saat pasien
b. Status pernafasan beraktivitas
1) Menilai pernafasan
2) Irama pernafasan menajemen sensasi
3) Kedalaman pernafasan perifer
4) Volume tidal 1) Memonitor perbedaan
5) Saturasi oksigen terhadap rasa
6) sianosis tajam,tumpul,panas
7) Clubbing of finger atau dingin
8) Gasping (terengah- 2) Monitor adanya mati
engah) rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang
adanya kehilangan
c. Vital sign sensasi atau perubahan
1) Rentang nadi radial sensasi
2) Rentang pernafasan 4) Minta keluarga untuk
3) Tekanan darah sistolik memantau perubahan
4) Tekanan darah diastol warna kulit setap hari
5) Tekanan nadi
6) Kedalaman saat
inspirasi

7. Gangguan a. pertumbuhan Stimulasi Tumbuh


pertumbuhan Kembang
dan Kriteria hasil: 1. kaji tingkat
perkembangan 1) Persentil berat badan tumbuhkembang anak
untuk usia 2. ajarkan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


28

2) Percentil berat untuk intervensi dengan


tinggi terapi rekreasi dan
3) Tingkatberat badan aktivitas
4) Massa tubuh 3. berikan aktivitas yang
sesuai, menarik, dan
(a) Penggunaandisiplin dapat dilakukan oleh
yang sesuai usia anak
(b) Merangsangperke 4. Rencanakan bersama
mbangan kognitif anak aktivitas dan
(c) Merangsangpemba sasaran yang
ngunan memberikan
kesempatan untuk
keberhasilan
5. Berikan pendkes
stimulasi tumbuh
kembang anak pada
keluarga

manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan
3. nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
6. Berikan substansi gula
7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan

Poltekkes Kemenkes Padang


29

pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

8 Resiko cidera a. Kontrol resiko Manajemen lingkungan


Faktor resiko Kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan
1) Eksternal 1) Klien terbebas dari yang aman untuk
a) Gangguan cidera pasien
fungsi 2) Klien mampu 2. Identifikasi kebutuhan
kognitif menjelaskan cara atau keamanan pasien
b) Agens metode untuk sesuai dengan kondisi
nosokomial mencegah cidera fisik
2) Internal 3) Klien mampu 3. Dan fungsi kognitif
a) Hipoksia menjelaskan faktor pasien dan riwayat
jaringan resiko dari penyakir dahulu
b) Gangguan lingkungan pasien
sensasi 4) Menggunakan 4. Memasang side rail
(akibat dari fasilitas kesehatan tempat tidur
cedera yang ada 5. Menyediakan tempat
medula 5) Mampu mengenali tidur yang aman dan
spinalis, dll) perubahan status bersih
c) Malnutrisi. kesehatan. 6. Membatasi
pengunjunng
b. Kejadian jatuh 7. Memberikan
1) Jatuh dari tempat penerangan yang
tidur cukup
2) Jatuh saat di 8. Berikan penjelasan
pindahkan. pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.

Poltekkes Kemenkes Padang


30

Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan

Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini Kualitatif, dengan desain penelitian studi kasus yang
dijabarkan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, dengan bentuk penelitian studi
kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini menggunakan studi
kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di Ruang
Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang diarahkan
untuk mengetahui semua variable yang berhubungan dengan masalah
penelitian dengan melakukan pengkajian secara rinci dan luas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Juni 2017. Pengambilan kasus atau
melakukan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 24 Mei – 29 Mei
2017. Studi kasus penerapan asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kasus
kejang demam yang dirawat di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017. Jumlah pasien kejang
demam pada bulan Januari sampai Februari 2017 ada 14 orang. Rata – rata
hari rawat pasien dengan kejang demam ada 3 hari. Dan rata- rata usia
pasien ada 2 sampai 3 tahun.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2012).
Sampel penelitian ini adalah 2 orang anak dengan kasus kejang demam.

31
Poltekkes Kemenkes Padang
32

Sampel dalam penelitian ini diteliti dengan teknik purposive sampling disebut
juga judgement sampling, adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien dengan diagnosis kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang
2) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien dengan kejang disertai dengan penyakit lain seperti meningitis,
encephalitis, dll.

D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer,
timbangan, penlight, stetoskop, dan alat perlindungan diri (APD).

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
anak. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil
wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada
responden. Data primer yang diperoleh masing- masing akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi:

Poltekkes Kemenkes Padang


33

identitas pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat


imuisasi dan perkembangan, kebiasaan sehari- hari
2) Hasil observasi langsung berupa: pasien tampak malas makan,
pasien tampak kelelahan, pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran, pasien tampak pucat, pasien tampak kaku dan lain-
lain
3) Pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik head to toe
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan
dokter.

2. Cara pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan
fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain
itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada
pasien, misalnya reaksi pasien setelah dan sesudah memasang
injectpam, reaksi pasien setelah diberikan obat diazepam, dan reaksi
anak setelah mengalami kejang berulang.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,

Poltekkes Kemenkes Padang


34

seperti melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,menghitung intake


dan output pasien, dan penilaian kekuatan otot.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan
wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada
pengarah pembicara secara tegas dan mengarah sesuai dengan
format pengkajian. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang
fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,
pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan
sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden
secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas
sehari-hari pasien.
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan data
yang didapatkan dari studi dokumentasi adalah hasil laboratorium
(darah lengkap), dan pemeriksaan LCS dengan lumbal pungsi, dan
EEG.

Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti


adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian
yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

b. Meminta surat rekomendari ke Rumah Sakit Tingkat III Dr.


Reksodiwiryo Padang
c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Ibu dan Anak
Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak
dengan masalah kejang demam. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling disebut adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan
tentang tujuan penelitian
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk
dijadikan responden dalam penelitian
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk
bertanya
i. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent.
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan
keperawatan dan pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:


a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
b. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada
responden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada responden

Poltekkes Kemenkes Padang


36

f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang


telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian
sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

F. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada anak dengan kejang demam. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan
objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan pada anak dengan kejang demam. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Partisipan dalam penelitian ini ada 2 orang yaitu An.R (partisipan 1)
seorang laki-laki berusia 12 bulan dan An.A (partisipan 2) seorang laki-
laki berusia 48 bulan. Hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Pengkajian

Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A
masuk melalui IGD rumah sakit masuk melalui IGD Rumah Sakit
TK.III Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu
pasien mengeluhkan An.R demam pasien mengeluhkan An.A demam
tinggi sejak 1 hari sebelum masuk sejak tadi pagi dan mengalami
rumah sakit, An.R mengalami kejang kejang 1 kali selama ±10 menit, serta
1 kali yang berlangsung sekitar 10 muntah ± 5 kali.
menit.
Pada saat dilakukan pengkajian pada
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu
tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 mengatakan panas badan anaknya
WIB ibu mengatakan anak demam, naik turun, ibu mengatakan anaknya
ibu mengatakan anaknya tidak mau tidak mau makan, dan malas minum
makan, anak batuk sejak 2 hari yang air putih. Ibu mengatakan cemas
lalu. Ibu mengatakan cemas akan dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu
kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan anak muntah saat
mengatakan ini kejang pertama kali makan. Ibu mengatakan anak kejang
anaknya saat usia 12 bulan, Ibu 1 kali (±10 menit) pada saat kejang
mengatakan tidak tahu berapa suhu badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
anak saat kejang. Ibu mengatakan saat kejang berhenti anak sadar
anak kejang 1 kali (±10 menit) pada kembali. Ibu mengatakan tidak tahu
saat kejang badan anak kaku dan berapa suhu anak saat kejang. Ibu
tidak sadar, lalu saat kejang berhenti mengatakan saat dirawat anak tidak
anak sadar kembali. Ibu mengatakan ada mengalami kejang lagi.
anak rewel dan gelisah, ibu
mengatakan tidak memahami tentang Ibu mengatakan anak pertama kali
penyakit anaknya secara medis, ibu mengalami kejang pada usia 3 tahun.
mengatakan saat dirawat anak tidak Padasaatkejangibutidak
ada kejang lagi. melakukan pengukuran suhu tubuh
anak dirumah. Ibu mengatakan An.A

37
Poltekkes Kemenkes Padang
38

Partisipan 1 Partisipan 2
Ibu mengatakan An.R belum pernah sudah pernah dirawat setahun yang
dirawat dirumah sakit dan lalu dengan penyakit yang sama,
mengalami kejang demam yaitu kejang demam. Ibu mengatakan
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak kondisi anak saat kejang dahulu
ada anggota keluarga yang memiliki sama dengan sekarang. Ibu
riwayat penyakit yang sama dengan mengatakan ada anggota keluarga
pasien. Ibu mengatakan satu minggu dariayahAn.Ayangjuga
yang lalu ada saudara dari An.R yang mempunyai riwayat kejang demam.
menderita penyakit ISPA.
Lingkungan
Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 3 orang
rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal
anggota keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri dari ayah, ibu,
bersama pasien, terdiri dari ayah, dan nenek dari An.A. Dirumah klien
ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. memiliki ventilasi dan penerangan
Dirumah Ny.Z memelihara beberapa yang cukup. Ayah An.A memiliki
ekor kucing. Ayah dan saudara An.R kebiasaan merokok didalam rumah.
memiliki kebiasaan merokok Diluar rumah terdapat tempat
didalam maupun luar rumah. pembakaran sampah dan septitack
Ventilasi dan penerangan rumah yang berjarak 3 m dari rumah.
cukup. Sumber air minum keluarga Sumber air minum berasal dari air
adalah air galon. galon.

ADL ADL
Selama dirawat An.R mendapatkan Selama dirawat An.R mendapatkan
makanan berupa nasi, lauk, sayur, makanan berupa nasi, lauk, sayur,
buah (MB) dan hanya menghabiskan buah (MB) dan hanya menghabiskan
1/5 dari porsinya. An.R lebih sering ¼ dari porsi makannya, saat makan
menyusu. Ny.Z mengatakan selama anak muntah sekali, konsumsi cairan
sakit anaknya jarang tidur siang dan 2000cc/hari. Selama dirawat anak
susah tidur saat malam hari. Ny. Z tidur siang teratur 3 jam. Dan malam
mengatakan An.R BAK lebih dari 5 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya
kali dengan warna pekat dan BAB 1 BAK ±5 x/hari dengan warna kuning
x sehari dengan konsistensi lembek jernih dan BAB 1 x/hari dengan
dan berwarna kuning. Biasanya anak konsistensi padat dan berwarna
bermain dengan saudaranya dan coklat.
selama sakit anak hanya mandi lap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil ,
padatanggal 24Mei2017 Nadi 100 x/i, pernapasan 22x/i suhu
didapatkan hasil , Nadi 112 x/i, 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB
kesadaran compos mentis. Saat ini 125 Bentuk kepala normal, lingkar
BB klien 10 kg, TB 75 cm. Bentuk kepala 49 cm. Posisi mata klien kepala
normal, lingkar kepala 45cm. simetris, konjungtiva tidak anemis,

Poltekkes Kemenkes Padang


39

Partisipan 1 Partisipan 2
fontanel cekung, Posisi mata klien mukosa bibir kering, KGB tidak
simetris, tampak cekung, mukosa teraba, turgor kulit kembali cepat,
bibir kering, tonsil hiperemis, KGB kering, kulit teraba hangat, CRT
teraba, turgor kulit kembali cepat, kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, pemeriksaan tanda rangsangan
terpasang infus pada tangan kiri, meningeal negatif.
pemeriksaan tanda rangsangan
meningeal negatif. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Data penunjang 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8
Hasil pemeriksaan laboratorium 24 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit
Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl 13.820/mm3 (normal 5.000-
(normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 10.000/mm3), Trombosit 462.000
/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Trombosit 180.000 /mm3 (normal Ht 31,4 % (normal 40-48 %).
150.000-400.000/mm3, Ht 36 %
(normal 40-48 %). Terapi Pengobatan
Terapi yang diberikan, donperidon
Terapi Pengobatan syr 3x 60mg, PCT syr 3 x 250 mg,
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN diazepam (T=39⁰C) 3 x 2 mg, IVFD
1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, KaEN 1 B 20 tts/i
OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5
mg (P.O).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.R dan An.A
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang
didapatkan dari studi dokumentasi : didapatkan dari studi dokumentasi :
Kekurangan volume cairan Diagnosa keperawatan pertama
berhubungan dengan kegagalan adalah hipertermi berhubungan
mekanisme regulasi yang ditandai dengan peningkatan laju
denganibumengatakanbadan metabolisme yang ditandai dengan
anaknya panas naik turun, mata anak ibu mengatakan anaknya gelisah

Poltekkes Kemenkes Padang


40

Partisipan 1 Partisipan 2
tampak cekung, mukosa bibir kering, dan badannya teraba hangat, ibu
suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengatakan panas anaknya naik mengalami
kejang satu kali, anak turun, anak kejang satu kali, suhu
tampak lemah dan lesu. tubuh anak 38,3⁰ C, akral teraba
hangat. Dan anak tampak gelisah.
Diagnosa yang pertama diangkat oleh
peneliti adalah kekurangan volume Diagnosa yang kedua adalah resiko
cairan berhubungan dengan kegagalan infeksi berhubungan dengan faktor
mekanisme regulasi yang ditandai resiko ketidakadekuatan pertahanan
dengan ibu mengatakan badan sekunder ditandai dengan anak
anaknya panas naik turun, mata anak sebelumnya sudah pernah dirawat
tampak cekung, mukosa bibir kering, dengan penyakit yang sama, ibu
suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengatakan anak mudah demam,
mengalami kejang satu kali, anak pengukuran didapatkan hasil suhu
tampak lemah dan lesu. tubuh 38,3⁰C, leukosit 13.820/mm3.

Peneliti mengangkat diagnosa yang Diagnosa keperawatan yang


kedua adalah hipertermi berhubungan diangkat peneliti :
dengan peningkatan laju metabolisme Diagnosa keperawatan pertama
yang ditandai dengan ibu mengatakan adalah hipertermi berhubungan
anaknya gelisah dan badannya teraba dengan peningkatan laju
hangat, ibu mengatakan panas anaknya metabolisme yang ditandai dengan
naik turun, anak kejang satu kali, suhu ibu mengatakan anaknya gelisah
tubuh anak 39⁰C, tonsil hiperemis, dan badannya teraba hangat, ibu
teraba KGB, akral teraba hangat. Dan mengatakan panas anaknya naik
anak tampak gelisah. turun, anak kejang satu kali, suhu
tubuh anak 38⁰C, tonsil hiperemis,
akral teraba hangat. Dan anak
Peneliti mengangkat diagnosa yang tampak gelisah.
ketiga yaitu defesiensi pengetahuan
pada berhubungan dengan kurangnya Peneliti mengangkat diagnosa yang
informasi yang ditandai dengan ibu kedua yaitu defesiensi pengetahuan
mengatakan cemas dengan kondisi pada ibu berhubungan dengan
anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak kurangnya informasi yang ditandai
mengerti tentang penyakit anaknya dengan ibu mengatakan cemas
secara medis, ibu tampak panik saat dengan kondisi anaknya saat ini,
suhu tubuh anaknya meningkat, orang ibu mengatakan tidak mengerti
tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit anaknya secara
tentang penyakit yang diderita medis, orang tua tampak antusia
anaknya. Ibu mengatakan tidak saat dijelaskan tentang penyakit
mengetahui bagaiman penatalaksanaan yang diderita anaknya. Ibu
anak kejang demam. mengatakan tidak mengetahui
bagaiman penatalaksanaan anak
kejang demam. Ibu takut anaknya
mengalamigangguan
perkembangan.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan
mengacu pada NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan
keperawatan pada kedua partisipan :
Tabel 4.3
Rencana Asuhan Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana asuhan keperawatan Rencana asuhan keperawatan yang
diagnosa kekurangan volume cairan dilakukan pada partisipan 2 dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC : diagnosa pertama, hipertermi
tekanan darah, keseimbangan intake berhubungan dengan laju
dan output dalam 24 jam, turgor peningkatan metabolisme dengan
kulit, kelembaban membran mukosa. kriteria hasil berdasarkan NOC :
Rencana intervensi tersebut melaporkan melaporkan kenyamanan
diantaranya : a) manajemen cairan suhu, tidak terjadi kejang,
tindakan yang dilakukan timbang berkeringat saat panas, tingkat
berat badan setiap hari dan monitor pernapasan. Rencana intervensi
status pasien, hitung atau timbang tersebut diantaranya a) perawatan
popok dengan baik , jaga intake/ atau demam tindakan yang dapat
asupan yang akurat dan catat output, dilakukan monitor suhu dan tanda-
monitor status hidrasi, monitor tanda vital lainnya, monitor warna
tanda-tanda vital, pantau suhu dan kulit dan suhu,beri obat atau cairan
tanda-tanda vital, monitor warna IV b) pengaturan suhu tindakan yang
kulit dan suhu, dorong konsumsi dapat dilakukan, tingkatkan intake
cairan. cairan dan nutrisi adekuat, berikan
pengobatan antipiretik sesuai
Rencana asuhan keperawatan yang kebutuhan, monitor suhu tubuh
dilakukan diagnosa hipertermi setiap 2 jam sekali, lakukan kompres
berhubungan dengan laju hangat jika suhu tubuh tinggi. c)
peningkatan metabolisme dengan manajemen kejang tindakan yang
kriteria hasil berdasarkan NOC : dapat dilakukan pertahankan jalan
melaporkan kenyamanan suhu, tidak napas, longgarkan pakaian, catat
terjadi kejang, berkeringat saat lama kejang,
panas, tingkat pernapasan. Rencana
intervensi tersebut diantaranya a) Rencana asuhan keperawatan yang
perawatan demam tindakan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan
dapat dilakukan monitor suhu dan diagnosa kedua, resiko infeksi
tanda-tanda vital lainnya, monitor berhubungan dengan faktor resiko
warna kulit dan suhu,beri obat atau ketidakadekuatan pertahanan
cairan IV b) pengaturan suhu sekunder kriteria hasil berdasarkan
tindakan yang dapat dilakukan, NOC : mengidentifikasi faktor
tingkatkan intake cairan dan nutrisi Resiko infeksi, mencuci tangan,
adekuat, berikan pengobatan memonitor perubahan status.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

Partisipan 1 Partisipan 2
antipiretik sesuai kebutuhan, monitor kesehatan. Rencana intervensi
suhu tubuh setiap 2 jam sekali, diantaranya : a) kontrol infeksi
lakukan kompres hangat jika suhu tindakan yang dilakukan tingkatkan
intake nutrisi yang tepat, dorong
tubuh tinggi. c) manajemen kejang
intake cairan yang sesuai, ajarkan
tindakan yang dapat dilakukan
pasien pasien dan keluarga mengenai
pertahankan jalan napas, longgarkan tanda dan gejal infeksi, monitor suhu
pakaian, catat lama kejang, tubuh dan tanda-tanda vital lainnya,
ajarkan cara menghindari infeksi

Rencana asuhan keperawatan yang Rencana asuhan keperawatan yang


dilakukan pada partisipan 1 dengan dilakukan pada partisipan 1 dengan
Rencana asuhan keperawatan yang diagnosa ketiga defesiensi
dilakukan pada partisipan 1 dengan pengetahuan pada ibu berhubungan
diagnosa ketiga defesiensi dengan kurangnya informasi dengan
pengetahuan pada ibu berhubungan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a)
dengan kurangnya informasi dengan berinteraksi positif dengan anak,
kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) membantu menyediakan kebutuhan
berinteraksi positif dengan anak, fisik anak, memberikan nutrisi sesuai
membantu menyediakan kebutuhan kebutuhan, menggambarkan perilaku
fisik anak, memberikan nutrisi sesuai yang mengurangi resiko tinggi.
kebutuhan, menggambarkan perilaku Rencana intervensi diantaranya
yang mengurangi resiko tinggi. gunakan (a) pendekatan yang tenang
Rencana intervensi diantaranya dan meyakinkan,(b) berusaha untuk
gunakan (a) pendekatan yang tenang memahami perspektif pasien dari
dan meyakinkan,(b) berusaha untuk situasi stress, (c) anjurkan pasien dan
memahami perspektif pasien dari keluarga dalam menggunakan teknik
situasi stress, (c) anjurkan pasien dan relaksasi, (d) Identitafikasi faktor
keluarga dalam menggunakan teknik internal maupun eksternal yang dapat
relaksasi, (d) Identitafikasi faktor meningkatkan atau mengurangi
internal maupun eksternal yang dapat motivasi untuk perilaku sehat, (e)
meningkatkan atau mengurangi Identifikasi (pribadi, ruang dan uang)
motivasi untuk perilaku sehat, (e) yang diperlukan untuk melaksanakan
Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) program kesehatan, (f) Prioritaskan
yang diperlukan untuk melaksanakan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan
program kesehatan, (f) Prioritaskan manajemen kejang pada keluarga.
kebutuhan pasien, (g) pengetahuan
manajemen kejang pada keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing partisipan.
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan

Poltekkes Kemenkes Padang


43

keperawatan yang telah dibuat. Berikut adalah implementasi yang


dilakukan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada
diagnosa kekurangan volume cairan diagnosa hipertermi berhubungan
dengan tindakan keperawatan yang dengan laju peningkatan
dilakukan: a) timbang berat badan metabolisme, tindakan keperawatan
setiap hari dan monitor status pasien yang dilakukan : a) monitor suhu
dengan hasil BB 10 kg dan anak dan tanda-tanda vital lainnya,
tampak lemah, lesu. b) jaga intake/ dengan hasil TD 100/70 mmHg,
atau asupan yang akurat dan catat suhu 38,3⁰ C, nadi 120 x/i,
output, ibu mengatakan anaknya pernapasan 22x/i b) monitor warna
merasa haus dan BAK anak lebih dari kulit dan suhu dengan hasil kulit
5kali/hari dengan output 80cc, c) tampak kemerahan dan suhu 38,3⁰
monitor status hidrasi dengan hasil C c) beri obat atau cairan PCT syr 3
membran mukosa tampak kering,x 250 mg dan terpasang IVFD
denyut nadi normal, kesadaran normal KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan
d) monitor tanda-tanda vital dengan intake cairan dan nutrisi adekuat e)
hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i berikan pengobatan antipiretik
suhu 39⁰C f) monitor warna kulit dan sesuai kebutuhan PCT syr 3 x 250
suhu dengan hasil kulit tampak mg f) monitor suhu tubuh setiap 2
kemerahan dan suhu 39⁰C g) dorong jam sekali dengan hasil 38,3⁰ C
konsumsi cairan, anak tampak rajin pada 2 jam pertama dan 2 jam
menyusu h) lembabkan bibir dan selanjutnya 37,8⁰C g) lakukan
mukosa hidung yang kering. kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi,tampak ibu sudah melakukan
Implementasi keperawatan pada kompres hangat.
diagnosa hipertermi berhubungan
dengan laju peningkatan metabolisme, Rencana asuhan keperawatan yang
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan 2 dengan
dilakukan pada An.R adalah a) diagnosa kedua, resiko infeksi
monitor suhu dan tanda-tanda vital berhubungan dengan faktor resiko
dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan ketidakadekuatan pertahanan
35x/i suhu 39⁰C b) monitor warna sekunder tindakan keperawatan
kulit dan suhu dengan hasil kulit yang dilakukan: a) tingkatkan
tampak kemerahan dan suhu 39⁰C. c) intake nutrisi yang tepat, anak
beri obat atau cairan, obat yang dianjurkan untuk menghabiskan diit
diberikan PCT syr 3x250 mg, dan yang diberikan b) dorong intake
terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, cairn yang sesuai, anak dianjurkan
d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat hasil yang ditemukan An.R
rajin menyusui e) berikan pengobatan
antipiretik sesuai kebutuhan obat yang

Poltekkes Kemenkes Padang


44

Partisipan 1 Partisipan 2
diberikan PCT syr 3x250 mg, OBH Implementasi keperawatan pada
syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg diagnosa defesiensi pengetahuan
(P.O) f) monitor suhu tubuh setiap 2 pada ibu berhubungan dengan
jam sekali dengan hasil pada 2 jam kurangnya informasi dengan
pertama dan 2 jam selanjutnya 38,8⁰C tindakan keperawatan yang
g) lakukan kompres hangat jika suhu dilakukan: (a) pendekatan yang tubuh
tinggi, tampak ibu sudah tenang dan meyakinkan dengan
melakukan kompres hangat. hasil terbinanya hubungan saling
percaya dengan peneliti (b)
Implementasi keperawatan pada berusaha untuk memahami
diagnosa defesiensi pengetahuan pada perspektif pasien dari situasi stress
ibu berhubungan dengan kurangnya dengan hasil pasien tampak masih
informasi dengan tindakan cemas dengan kondisi anaknya, (c)
keperawatan yang dilakukan: (a) anjurkan pasien dan keluarga dalam
pendekatan yang tenang dan menggunakan teknik relaksasi,
meyakinkan dengan hasil terbinanya keluarga sudah diajarkan teknik
hubungan saling percaya dengan napas dalam (d) pengetahuan
peneliti (b) berusaha untuk memahami manajemen kejang pada keluarga.
perspektif pasien dari situasi stress
dengan hasil pasien tampak masih
cemas dengan kondisi anaknya, (c)
anjurkan pasien dan keluarga dalam
menggunakan teknik relaksasi,
keluarga sudah diajarkan teknik napas
dalam (d) Identifikasi (pribadi, ruang
dan uang) yang diperlukan untuk
melaksanakan program kesehatan, (e)
Prioritaskan kebutuhan pasien, (f)
pengetahuan manajemen kejang pada
keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap An.R
(selama 4 hari dirumah sakit dan satu hari kunjungan rumah) dan An.A
(selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan rumah), didapatkan
perkembangan pasien yaitu :

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan Evaluasi keperawatan pada An.A
diagnosa kekurangan volume cairan dengan diagnosa hipertermi
dengan metoda SOAP pada hari pertama berhubungan dengan laju
memperoleh hasil data subjektif, ibu peningkatan metabolisme dengan
mengatakan anak rewel dn gelisah, badan metoda SOAP pada hari pertama
anak panas, ibu mengatakan anak kuat memperoleh hasil data subjektif,
menyusu, dan data objektif didaptkan ibu mengatakan anak masih
mata anak tampak cekung, mukosa bibir demam, anak gelisah, ibu
kering, tonsil hiperemis, suhu 38,8⁰C, mengatakan satu kali muntah
nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i. Maslah sejak dirawat dan data objektif
keperawatan belum teratasi dan saat dilakukan pemeriksaan suhu
Intervensi masih dilanjutkan sampai hari anak 37,8⁰C, nadi 122 x/i,
ke-3. pernapasan 22 x/i, anak tampak
rewel, leukosit 13.820/mm3
Sedangkan pada hari ke-4 ditemukan sampai hari ke-3 suhu badan
data subjektif ibu mengatakan panas anak masih tinggi dan naik turun,
anak sudah turun, data objektif anak diberikan terapi IVFD
didapatkan anak mukosa bibir lembab, KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr
tonsil hiperemis, badan teras hangat, 3x250 mg, donperidon syr 3x 60
IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x1 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i dan
mg. Masalah terasi sebagian dan ibu tampak sudah melakukan
intervensi dihentikan. kompres hangat pada anaknya.
Masalah keperawatan belum
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan teratasi dan Intervensi masih
diagnosa hipertermi berhubungan dengan dilanjutkan.
laju peningkatan metabolisme dengan
metoda SOAP pada hari pertama Pada hari ke-3 didapatkan
memperoleh hasil data subjektif, ibu evaluasi data subjektif ibu
mengatakan anak masih demam, anak mengatakan anak sudah tidak
batuk, anak rewel dan gelisah, dan data demam lagi, muntah sudah tidak
objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu ada dan suhu anak 37,4⁰C.
anak 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 Masalah teratasi dengan kriteria
x/i, anak tampak rewel, leukosit 12.780 hasil: melaporkan kenyamanan
3
/mm , sampai hari ke-3 suhu badan anak suhu (4), terjadi kejang, (4)
masih tinggi dan naik turun, anak berkeringat saat panas (3), dan
diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tingkat pernapasan (5). dan
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 intervensi dihentikan di rumah
½ sdk, anak juga mendapat diazepam sakit. Sedangkan pada hari ke-4
3x1,5 mg (P.O) pemberian diazepam saat dilakukan kunjungan rumah hanya
sampai hari ke-2. dan ibu tampak didapatkan data subjektif, ibu
sudah melakukan kompres hangat pada mengatakan anaknya demam lagi
anaknya. Masalah keperawatan belum tadi pagi, ibu mengatakan sudah
teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan dilakukan kompres dan anak
sampai hari ke 3. tidak kejang.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

Partisipan 1 Partisipan 2
Sedangkan pada hari ke-4 didapatkan Data objektinya suhu anak
data subjektif, ibu mengatakan demam 37,7⁰C, nadi 100x/i, pernapasan
anaknya sudah mulai turun, anak sudah 22 x/i, Masalah keperawatan
mau makan, dan data objektif didapatkan belum teratasi dan intervesi
suhu anak 37,4⁰C, nadi 110x/i, dilanjutkan dengan kunjungan
pernapasan 32 x/i, batuk sudah hilang. rumah pada hari ke-5 didapatkan
Masalah keperawatan sudah teratasi data subjektif mengatakan badan
sebagian intervesi dirumah sakit anaknya tidak panas lagi, dan
dihentikan. Dilanjutkan dengan data objektif suhu 36,5⁰C, nadi
kunjungan rumah pada hari ke-5. 110x/i, pernapasan 20 x/i, terapi
Didapatkan data subjektif mengatakan pengobatan yang didapatkan
saat dirumah badan anaknya panas lagi, PCT syr 3x250 mg. Masalah
ibu sudah melakukan kompres hangat keperawatan teratasi dan
dan data objektif suhu 37,3⁰C, nadi intervensi dihentikan.
120x/i, pernapasan 29 x/i, terapi
pengobatan yang didapatkan PCT syr Evaluasi keperawatan pada An.A
3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi dengan diagnosa resiko infeksi
intervensi dilanjutkan dengan terapi obat. berhubungan dengan faktor
resiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dengan
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan metoda SOAP pada hari pertama
diagnosa defesiensi pengetahuan pada memperoleh hasil data subjektif,
ibu berhubungan dengan kurangnya ibu mengatakan badan anak
informasi dengan metoda SOAP pada panas, kejang sudah tidak ada,
hari pertama memperoleh hasil data ibu mengatakan badan anaknya
subjektif ibu mengatakan cemas dengan tampak lemah, dan data objektif
kondisi anaknya, ibu mengatakan takut didapatkan suhu 38,3⁰ C, nadi
jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu 112 x/i, pernapasan 30 x/i,
mengatakan masih belum paham dengan leukosit 13.820/mm3. Masalah
kondisi anaknya saat ini. Data objektif teratasi pada hari ketiga dengan
yang didapatkan ibu tampak cemas. dan intervensi dihentikan.
Masalah teratasi sebagian Intervensi
dilanjutkan dengan kunjungan rumah Evaluasi keperawatan pada
pada hari ke-5 dengan didapatkan hasil An.R dengan diagnosa defesiensi
objektif ibu mengatakan sudah paham pengetahuan pada ibu
bagaimana penangan dan pertolongan berhubungan dengan kurangnya
pertama saat anak kejang dirumah dan informasi dengan metoda SOAP
perawatan anak demam. Data objektif pada hari pertama memperoleh
yang didapatkan ibu mampu mengulang hasil data subjektif ibu
kembali materi yang diberikan peneliti. mengatakan cemas dengan
Masalah teratasi dan intervensi kondisi anaknya, ibu mengatakan
dihentikan. takut jika anaknya mengalami
kejang lagi, ibu mengatakan
masih belum paham dengan
kondisi anaknya saat ini. Data
objektif yang didapatkan ibu
tampak cemas. Pada hari kedua

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Partisipan 1 Partisipan 2
masalah teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan dengan
kunjungan rumah. Pada hari
keempat dan kelima dengan
didapatkan hasil objektif ibu
mengatakan sudah paham
bagaimana penangan dan
pertolongan pertama saat anak
kejang dirumah dan perawatan
anak demam. Data objektif yang
didapatkan ibu mampu
mengulang kembali materi yang
diberikan peneliti. Masalah
teratasi dan intervensi
dihentikan.

B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada
bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus kejang demam pada
partisipan 1 yaitu, An.R dan partisipan 2 yaitu, An.A yang telah dilakukan
pengkajian pada tanggal 24-28 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan
keperawatan mulai tanggal 24- Mei 2017 di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang, yang dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An. R berusia 12 bulan
mengalami kejang demam pertama kali dan partisipan An.A berusia 48
bulan mengalami kejang demam kedua. An.R dan An.A berjenis kelamin
laki laki dan diagnosa saat dirawat adalah kejang demam simpleks.

Widagdo (2012), mengatakan bahwa anak laki-laki menunjukkan angka


kejadian kejang demam lebih sering dari anak perempuan. Salah satu dari

Poltekkes Kemenkes Padang


48

kriteria kejang demam menurut Livingstone yaitu umur anak ketika


kejang antara 6 bulan - 4 tahun (Ngastiyah, 2012).

Menurut analisa peneliti ada kecenderungan pengaruh jenis kelamin


dalam kasus kejang demam. Kejang demam lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Dan juga kelompok usia terjadinya kejang
demam sederhana yakni, usia 6 bulan sampai 4 tahun. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada tentang kejang demam sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama pada An.R yaitu ibu
mengatakan anak demam sejak kemarin malam, dan juga anak
mengalami kejang (±10 menit) satu kali saat dirumah. Sedangkan pada
An.A ibu mengatakan anaknya demam sejak tadi pagi, anak muntah ± 5
kali tadi pagi dan anak mengalami kejang (±10 menit) satu kali sebelum
dibawa kerumah sakit. Saat dilakukan pengkajian pada An.R dan An.A
didapatkan data ibu mengatakan anaknya demam dan mengalami kejang
satu kali yang berlangsung ±10 menit. Saat kejang anak tidak sadar dan
sekujur tubuh kaku, setelah kejang anak kembali sadar.

Ngastiyah (2012) menyebutkan ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur


anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15
menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama
setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal, Pemeriksaan EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan
dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. Kejang demam yang tidak
memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut digolongkan
pada demam kompleks dan mengacu pada epilepsi.

Menurut Dewanto (2009) menyebutkan gambaran klinis yang dapat


dijumpai pada saat pasien kejang demam yaitu suhu tubuh mencapai >

Poltekkes Kemenkes Padang


49

38⁰C, anak sering kehilangan kesadaran saat kejang, mata mendelik,


tungkai dan lengan mulai kaku, kulit pucat, akral mendingin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat kesehatan dahulu dan


keluarga pada An.R ibu mengatakan An.R tidak pernah dirawat
sebelumnya dan baru pertama kali mengalami kejang saat usia 12 bulan.
Ibu mengatakan An.R mengalami ISPA sejak 2 hari yang lalu, penyakit
ini menular dari saudaranya yang juga tinggal serumah dengan An.R
mengalami ISPA sejak 1 minggu yang lalu. Ibu mengatakan tidak ada
anggota keluarga lainnya yang juga mempunyai riwayat penyakit kejang
demam. Sedangkan pada partisipan 2, ibu mengatakan An.A pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama. An.A mengalami
kejang demam pertama saat berusia 36 bulan. An.A mengalami demam
sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit dan tidak memiliki riwayat
penyakit ISPA, ISK, Otitis media dan penyakit infeksi lainnya. Ibu
mengatakan keluarga dari ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit
kejang demam.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lestari (2016) dan
ridha (2014) yang mengatakan bahwa demam biasa disebabkan kerena
ISPA, pneumoni, otitis media, infeksi saluran kemih, faktor genetik,
gangguan metabolisme. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu tubuh diatas 38°C karena terjadi kelainan ekstrakr anium. Pada
keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel

Poltekkes Kemenkes Padang


50

maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”

dan terjadi kejang.

Menurut analisa peneliti penyebab kejang demam pada An.R dan An.A
kejang pada kedua partisipan sama yaitu anak mengalami demam
sebelum kejang. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
kejang demam dapat terjadi karena kenaikkan suhu tubuh yang
diakibatkan oleh proses ekstrakranium. Dan faktor resiko yang
menyebabkan An.R mengalami kejang demam diakibatkan karena ISPA
yang tertular dari saudaranya yang juga mengalami ISPA. Sedangkan
pada An.A salah satu faktor resiko yang memungkinkan terjadinya
kejang demam berulang pada An.R adalah faktor genetik (keturunan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik yang telah


dilakukan pada An.R dan An.A memiliki perbedaan yaitu pada An.R
ditemukan mata cekung, KGB teraba kulit teraba hangat sedangkan pada
An.A hasil pemeriksaan pada mata normal. Suhu tubuh kedua anak
>38⁰C (An.A = 39⁰C, An.A = 38,3⁰C) Sedangkan tanda dan gejala
lainnya umumnya sama. Hasil pemeriksaan neurologis nya normal.

Suriadi & yuliani (2010), Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput


otak akan menstimulasi sel host inflamasi. Hipotalamus akan
menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan pada
“set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan kejang
demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat.
Biasanya pada pemeriksaan fisik juga ditemukan tonsil hiperemis, KGB
teraba yang diakibatkan dari proses peradangan akibat dari infeksi yang
terjadi didalam tubuh.

Sarah (2016), mengatakan pasien kejang demam sederhana berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang hasilnya disesuaikan dengan
kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


51

membuat diagnosis kejang demam sederhana. Sesuai dengan anamnesis


didapatkan umur penderita <6 thn (13 bulan), kejang didahului demam,
kejang berlangsung satu kali selama 24 jam, kurang dari 5 menit, kejang
umum, tonik-klonik, kej
ang berhenti sendiri, pasien tetap sadar setelah kejang. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu tubuh 38oC dan tidak ditemukan kelainan
neurologis setelah kejang.

Menurut peneliti tanda dan gejala yang ditemukan pada An.A dan An.R
dengan kejang demam sederhana (simpleks) sama dengan teori yang ada
pada hasil pemeriksaan fisik serta tanda dan gejala yang dialami kedua
anak.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada An.R 24 Mei 2017 ditemukan Hb


11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-
10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Ht 36 % (normal 40-48 %). Dan pada An.A Hasil pemeriksaan
laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-18
gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit
462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48
%).

Peningkatan leukosit disebabkan oleh peningkatan neutrofil atau


eosinofil. Bebrapa penyebab leukositosis adalah neutrofilia (infeksi akut,
inflamasi, dan nekrosis jaringan), eosinofilia (alergi, parasit), monositosis
(infeksi kronik, gangguan inflamasi). Penelitian menunjukkanbahwa
pada populasi demam dengan kejang, RNA virus mampu merangsang
leukosit menstimulasi peningkatan kadar IL-1B secara bermakna jika
dibandingkan dengan populasi demam tanpa kejang. Oleh karena itu
leukosit tidak dapat dijadikan marker untuk terjadinya kejang demam
sederhana. Leukosit yang tinggi, normal, atau rendah dapat terjadi pada
kejang demam sederhana. Hal ini sesuai bahwa factor genetic dan

Poltekkes Kemenkes Padang


52

lingkungan (infeksi bakteri maupun virus) dapat berperan dalam kejang


demam sederhana (Nurindah, D, dkk, 2014).

Menurut analisa peneliti kedua partisipan sudah mengalami peningkatan


leukosit. Peningkatan leukosit dapat terjadi karena kedua partisipan
sudah memngalami infeksi, dan demam.

2. Diagnosa Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An.R dan An.A ditemukan 3
diagnosa pada An.A yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada An.A peneliti mengangkat
2 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme dan defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.

Diagnosa yang ditemukan pada studi dokumentasi adalah pada An.R


diangkat diagnosa yaitu, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi sedangkan pada An.A diangkat diagnosa
yaitu, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan
resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan.

Menurut Suriadi dan Yulianni (2016), Lestari (2016) kemungkinan


diagnosa yang muncul pada penyakit kejang demam yaitu hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan sirkulasi
diotak, resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi, resiko
aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan
perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi.

Poltekkes Kemenkes Padang


53

a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.


Pada saat melakukan pengkajian ditemukan data pada kedua
partisipan yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(36,5⁰C -37,5⁰C), mengalami kejang sebelumnya, kulit teraba hangat,
tonsil hiperemis. Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua
partisipan, diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme dapat diangkat.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
Batasan karakteristiknya yaitu konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan
suhu tubuh diatas kisaran normal, kejang, takikardia, takipnea, kulit
terasa hangat (NANDA, 2015).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Lestari,2016).

Menurut asumsi peneliti, dari data yang ditemukan pada kedua


pasrtisipan sama yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal (normal 36,5⁰C - 37,5 ⁰C), mengalami kejang sebelumnya,
kulit teraba hangat, tonsil hiperemis. Sehingga diagnosa Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dapat diangkat
untuk kedua partisipan. Karena kedua partisipan mengalami
peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah kejang.

b. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan mekanisme regulasi.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data pada An.R ibu
mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak tampak cekung,
mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami kejang
satu kali. Berdasarkan data yang diperoleh dari pertisipan

Poltekkes Kemenkes Padang


54

diagnosa Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat.

Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan mekanisme regulasi. Didefenisikan sebagai
penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/ intra selular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan
natrium. Batasan karakteristiknya yaitu perubahan status mental,
penurunan tekanan darah, nadi, penurunan turgor kulit, penurunan
turgor lidah, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan
hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan konsentrasi urine,
penurunan berat badan tiba-tiba, haus, dan kelemahan (NANDA,
2015).

Maling, B dkk (2012), mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan


hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan
sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Perawat sangat
berperan untuk mengatasi hipertermia melalui peran mandiri maupun
kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat mengatasi hipertermia bisa
dengan melakukan kompres hangat.

Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan pada An.R ibu
mengatakan anak demam, mengalami kejang satu kali, anak merasa
haus dan data objektifnya didapatkan pengukuran suhu tubuh anak
39⁰C, mukosa bibir kering, mata anak cekung. Sehingga diagnosa
ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat untuk
mengatasi masalah pada An.R. sedangkan pada An.A data yang
ditemukan tidak seseuai dengan kriteria yang ada pada NANDA
(2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


55

c. Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko


ketidakadekuatan.
Pada saat melakukan pengkajian pada An.A ditemukan data suhu
tubuh 38⁰C, hasil labor : b 11,8 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit
13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48 %)., suhu
tubuh anak naik turun.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmadi, dkk (2012)
mengatakan peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam
adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas
reaksi demam yang terjadi. Infeksi virus paling sering ditemukan pada
kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan karena infeksi virus
memang lebih sering menyerang pada anak. Kebanyakan penyakit
yang berhubungan dengan kejang demam disebabkan oleh infeksi
umum seperti tonsilitis, infeksi saluran pernapasan atas, otitis media.
Mekanisme penting dari infeksi virus dalam etiologi kejang demam
adalah derajat suhu demam dan ambang kejang bervariasi antara
individu.

Diagnosa Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko


ketidakadekuatan menurut peneliti tidak sesuai dengan teori yang ada
pada kemungkinan diagnosa kejang demam, dan diagnosa ini tidak bias
diangkat karena pada saat pengkajian didapatkan data anak mengalami
demam, dan mengalami peningkatan leukosit (leukosit : 13.820/mm3).

Nugroho, W (2014) menyebutkan bahwa penyebab penyerta dari kejang


demam dikarenakan oleh infeksi bakteri sehingga pada
penatalaksanaannya dapat dipertimbangkan dalam pemberian terapi
antibiotik.

Poltekkes Kemenkes Padang


56

Masalah keperawatan yang dapat diangkat kepada kedua partisipan


namun tidak diangkat oleh perawat ruangan adalah defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Masalah
keperawatan defesiensi didefenisikan sebagai ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan
karakteristiknya yaitu perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti
perintah, ketidakakuratan melakukan tes, perilaku tidak tepat,
pengungkapan masalah (NANDA, 2015).

Menurut asumsi peneliti diagnosa ini dapat ditegakkan pada kedua


partisipan ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi
anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit
anaknya secara medis, ibu tampak panik saat suhu tubuh anaknya
meningkat, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit
yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaimana
penatalaksanaan anak kejang demam.

Masalah keperawatan yang terdapat pada teori dan tidak ditemukan pada
partisipan 1 maupun partisipan 2 adalah resiko aspirasi berthubungan
dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
(kejang), ketidak efektifan perfusi jaringan serebral.

Menurut analisa peneliti masalah ini tidak diangkat karena tidak ada data
yang mendukung pada kedua partisipan dan sesuai teori menyebutkan
ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur anak ketika kejang antara 6
bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15 menit, kejang bersifat
umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam,
pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal, Pemeriksaan
EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan

Poltekkes Kemenkes Padang


57

kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4


kali. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh
kriteria tersebut digolongkan pada demam kompleks dan mengacu pada
epilepsi.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada An.R didasarkan pada tujuan
intervensi masalah keperawatan yang muncul yaitu, Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada
An.A ditemukan 3 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme, resiko infeksi berhubungan dengan faktor
resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan defesiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan


pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tujuannya
agar tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil
berdasarkan NOC yaitu : melaporkan kenyamanan suhu, berkeringat saat
panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a)
perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan
tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau
cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan
intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres
hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat
dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama
kejang, berikan obat anti kejang dengan benar,dan dokumentasikan
informasi mengenai kejang dengan benar.

Poltekkes Kemenkes Padang


58

Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
saat tinggi yaitu kompres tepid sponge, yaitu sebuah teknik kompres
hangat pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (suprati,
2008). Menurut penelitian Setiawati, (2009) rata- rata penurunan suhu
tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik
ditambah tepid sponge yaitu sebesar 0,53⁰C dalam waktu 30 menit.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan


pada An.R kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : tekanan
darah, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit,
kelembaban membran mukosa. Rencana intervensi tersebut diantaranya :
a) manajemen cairan tindakan yang dilakukan timbang berat badan setiap
hari dan monitor status pasien, hitung atau timbang popok dengan baik ,
jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, monitor status
hidrasi, monitor tanda-tanda vital, pantau suhu dan tanda-tanda vital,
monitor warna kulit dan suhu, dorong konsumsi cairan.

Menurut analisa peneliti tindakan dalam pemenuhan kebutuhan cairan


yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat yaitu menganjurkan
pasien banyak mengkonsumsi air putih, mencatat output dan input.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan


pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan yaitu Rencana
asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa
ketiga defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan
anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi
sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko
tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang
tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien
dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan
teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang

Poltekkes Kemenkes Padang


59

dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e)


Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk
melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g)
pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
pada An.R dan AN.A dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada
An.R asuhan atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai
tanggal 24 Mei sampai dengan tanggal 28 Mei 2017. Sedangkan untuk
An.A tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 25 mei 2017 sampai
dengan 29 Mei 2017.

Implementasi yang dilakukan pada An.R selama 5 hari untuk sesuai


dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan
tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna
kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)
memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat
jika suhu tubuh tinggi h) berikan obat anti kejang

Implementasi yang dilakukan pada An.A selama 5 hari untuk sesuai


dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan
tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna
kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)
memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat
jika suhu tubuh tinggi

Poltekkes Kemenkes Padang


60

Memberikan pengobatan rumat. Setelah kejang diatasi harus disusul


pengobatan rumat. Daya kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar
antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu harus diberikan
obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan
rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas
dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
profilaksis jangka panjang Ngastiyah (2012).

Menurut asumsi peneliti implementasi pada masalah keperawatan


hipertermi pada kedua partisipan hampir sama hanya saja An.R pada
masalah hipertermi dilakukan tindakan keperawatan manajemen kejang
yaitu pemberian obat anti kejang dan terapi yang diberikan diazepam
dengan dosis diazepam 3x1,5 mg (P.O) yang diberikan sampai hari
rawatan kedua pasien. Hali ini dikarenakan suhu tubuh klien tetap tinggi
setelah diberi obat antipiretik dan dilakukan kompres. Dalam hal ini
diazepam yang diberikan berfungsi sebagai terapi rumatan untuk
pencegahan kejang berulang.

Implementasi pada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kegagalan mekanisme regulasi telah dilakukan tindakan a)
timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien b) hitung atau
timbang popok dengan baik c) jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output d) monitor status hidrasi e) monitor tanda-tanda vital f)
pantau suhu dan tanda-tanda vital g) monitor warna kulit dan suhu h)
dorong konsumsi cairan i) lembabkan bibir dan mukosa hidung yang
kering.

Menurut analisa peneliti salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan cairan pada anak yaitu dengan pemasangan infus.
Cairan yang digunakan berupa KaEN 1 B , yang bisa digunakan untuk
menggantikan cairan yang hilang pada pasien anak dengan masalah
demam, dehidrasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


61

Implementasi pada masalah keperawatan defesiensi pengetahuan


berhubungan dengan kurangnya informasi telah dilakukan tindakan (a)
pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami
perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga
dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal
maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi
untuk perilaku sehat, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan
manajemen kejang pada keluarga.

Orang tua dan keluarga perlu diberikan penjelasan tentang kejang demam
yang terjadi pada anaknya, kecemasan dikurangi dengan cara
memberitahukan bahwa kejang demam umumnya tidak berat, perlu
penanganan yang tepat saat anak kejang, dan perlu diberitahukanb bahwa
kejang demam sederhana tidak membuat anak menjadi keterlambatan
perkembangan otak atau kesulitan sekolah. Kejang demam yang
berlangsung kurang dari 30 menit tidak merusak otak. Keluarga juga
perlu diberitahukan kemungkinan adanya kejang berulang. Resiko
terjadinya kejang demam pada kejadian kejang pertama kali ialah 33%
memiliki faktor resiko terjadi berulang terutama pada anak usia muda
(Darmadi, dkk, 2012).

5. Evaluasi keperawatan
Hasil penelitian An.R (selama 4 hari dirumah sakit dan 1 hari kunjungan
rumah) dan pada An.A (selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan
rumah). Didapatkan evaluasi keperawatan pada kedua partisipan tidaklah
sama untuk masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, pada An.R didapatkan data subjektif pada hari pertama dan
sampai hari ke-3 ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan badan
anak teraba hangat dan gelisah. Sedangkan pada hari ke-4 suhu tubuh
anak sudah normal, namun pada hari kelima anak sempat demam lagi.
Sedangkan data objektif yang ditemukan pengukuran suhu anak pada hari
pertama 38,3⁰C, sedangkan pada hari ke-4 suhu anak sudah kembali

Poltekkes Kemenkes Padang


62

normal yaitu 37,4⁰C dan batuk sudah tidak ada lagi. Masalah teratasi dan
intervensi dilanjutkan. Pada An.A didapatkan hasil evaluasi data subjektif
pada hari pertama ibu mengatakan anak masih demam, kejang sudah tidak
ada, data objektif suhu 38,8⁰C. Pada hari ke tiga suhu tubuh partisipan 2
sudah kembali normal. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak berumur 1-10 tahun yang
dirujuk ke unit gawatdarurat pediatrik. Sebagian besar hipertermia
berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemik. Oleh karena itu hipertermia harus ditangani dengan benar. Dari
segi usia juga mempengaruhi terjadinya hipertermia, usia sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga
memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Semakin muda usia
anak maka akan rentan mengalami hipertermia (Maling.B,dkk, 2012).

Menurut analisa peneliti masalah hipertermia ini muncul pada An.R dan
An.A karena pada kedua anak sudah terjadi infeksi didalam tubuhnya.
Meningkatnya suhu tubuh merupakan respon dari tubuh terhadap proses
peradangan yang terjadi didalam tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah kekurangan


volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang
terjadi pada An.R ditemukan data subjektif: ibu mengatakan badan
anaknya tidak panas lagi, ibu mengatakan kulit anaknya tidak kering
seperti awal sakit. objektif: BB 10 gr, suhu 37,4⁰C pernafasan 33 x/mnt,
HR: 120x/mnt, mukosa bibir lembab, masalah teratasi dan intervensi
dihentikan.

Menurut analisa peneliti masalah kekurangan volume cairan pada anak


disebabkan karena anak mengalami hipertermia. Saat masalah demam
pada anak teratasi dan asupan cairan yang diberikan pada anak cukup,

Poltekkes Kemenkes Padang


63

tidak ditemukan masalah pada turgor kulit anak. Maka masalah


kekurangan volume cairan dapat teratasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah defesiensi


pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditemukan data
subjektif : ibu mengatakan sudah memahami tentang cara penangan anak
saat demam dan kejang, ibu mengatakan sudah memahami penyebab sakit
anaknya. Data objektif: ibu tampak tenang, ibu mampu mengulangi
kembali penjelasan yang diberi tahukan peneliti tentang kejang demam,
sehingga masalah teratasi dan intervensi hentikan.

Menurut analisa peneliti pemberian penkes tentang kejang demam sangat


diperlukan untuk ibu dan keluarga pada anak dengan riwayat kejang
demam. Karena usia yang rentan untuk terjadinya kejang berulang dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang penatalaksaan anak saat kejang. Hal
ini dibuktikan ibu sudah mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada
saat anak kejang dirumah dan pencegahan kejang saat anak mulai demam.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An.R dan An.A
berjenis kelamin laki-laki. An.R berusia 12 bulan dan An.A berusia 48 bulan.
Dirawat dengan diagnosa dengan kejang demam sederhana di Rumah Sakit
Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data An.R dan An.A sama pada keluhan
utama yaitu pasien mengeluhkan demam dan mengalami kejang (±10
menit) satu kali saat dirumah. Kejang bersifat umum. Pada An.R tidak
memiliki riwayat kejang demam pada keluarganya dan An.R tidak pernah
mengalami kejang demam sebelumnya, namun saat ini ada anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan An.R mengalami ISPA. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan suhu 39⁰C, RR: 30x/i, HR: 112xi, mata
tampak cekung, ubun-ubun cekung, mukosa mulut kering. Sedangkan
pada An.A memiliki riwayat kejang pertama saat usia tiga tahun dan
pernah dirawat dengan penyakit yang sama. An.A memiliki riwayat
keluarga dengan kejang demam. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu
38,3⁰C, RR: 22x/i, HR: 100x/i,
2. Diagnosa keperawatan An.R ada tiga yaitu, hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, dan defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan sedangkan
pada An.A ada dua diagnosa yaitu, hipertermi berhubungan dengan laju
peningkatan metabolisme, dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Diagnosa utama pada An.R dan An.A sama
yaitu hipertermia.
3. Intervensi keperawatan yang pada direncanakan pada kedua anak dengan
masalah hipertermia yaitu a) perawatan demam, b) pengaturan suhu, c)
manajemen pengobatan.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan selam 5 hari pada masalah
hipertermia sama yang pada An.R dan An.A untuk diagnosa hipertermi

64
Poltekkes Kemenkes Padang
65

sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan yaitu a) memonitor suhu


dan tanda-tanda vital lainnya b) memonitor warna kulit dan suhu c)
berikan obat atau cairan d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat e)
berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan f) memonitor suhu tubuh
setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari pada diagnosa hipertermia
pada An.R a) ibu mengatakan anak tidak demam, suhu 37,5⁰C b) ibu
mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak tampak berkeringat saat
panas d) pernapasan tidak mengalami masalah atau gangguan RR: 29 x/i.
Dan pada An.A didapatkan hasil a) ibu mengatakan anak tidak demam,
suhu 36,5⁰C b) ibu mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak
tampak berkeringat saat panas d) pernapasan tidak mengalami masalah
atau gangguan RR: 20 x/i. Pada kedua partisipan masalah hipertermia
teratasi dan intervensi dihentikan.

B. Saran
1. Bagi Direktur Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua
staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan
meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak
Bagi perawat ruangan diharapkan melakukan pengkajian lebih dalam dan
secara lengkap agar dapat mengetahui masalah-masalah yang ada dan
pada diagnosa keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama
saja, perawat lebih memperhatikan rencana yang sudah dilakukan dan
melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah
dirumuskan agar intervensi berjalan secara optimal dan
berkesinambungan.
3. Bagi instiusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


66

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode


etik keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang
didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus
terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik pada pasien dengan kejang demam.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC

Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan


Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma
Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes
tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children.
Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
Diakses pada 10 januari 2017

Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11
Juni 2016

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana


Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017

Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang
Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16
Januari 2017

Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor
pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita
di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada
tanggal 6 April 2017.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia
di RSUD Tugurejo Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes
paada tanggal : 11 Juni 2016

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2012-2014. (Budi


Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Poltekkes Kemenkes Padang


Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Nugroho, W.W., dkk, 2014. Penyakit-penyakit yang Menyertai Kejadian Kejang


Demam Anak di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada 15 Januari 2017

Nurindah,D, dkk (2014). Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor Alpha
Plasma Dengan Kejang Demam Sederhana Pada Anak.
http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 19 Juni 2017
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam:
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodologi_Nursalam_EDISI%204-
21%20NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari 2017

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Purnasiswi, S, dkk, 2008. Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam pada Anak di
Instalasi Rawat Inap Rs. Bethesda Yogyakarta, Vol.03 No. 02 Mei 2008.
http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 09 Januari 2017

Putra, H.R., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Kejang Demam
dengan Penanganan Kejang Demam pada Anak di Instalasi Rawat Darurat
Anak (IRDA) dan Ruangan Perawatan Intensif (RIP) IRNA E RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada
tanggal 10 Januari 2017,

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit

RST.TK.III Dr. Reksodiwiryo, 2016. Laporan Rekam Medik Chronic Kidney


Desease. Padang: Bagian Rekam Medik
Sarah, R.E. (2016). Manajemen Kejang Demam Sederhana dengan Riwayat
Kejang Demam pada Balita Usia 13 Bulan. Lampung.
http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta : Fakultas Ilmu


Kedokteran Universitas Indonesia. http://download.portalgaruda.org.
diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Suprapti. (2008). Perbedaan Pengaruh Kompres Hangat dengan Kompres Dingin


Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Anak karena Infeksi di BP
RSUD Djojonegoro Temanggung. http://digilib.unimus.ac.id/ diaskes pada
tanggal 13 Juni 2016

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta:
Sagung Seto

Poltekkes Kemenkes Padang


Wastoro Dadiyanto, M. Heru Muryawan, Anindita S, Buku ajar IKA. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;
2011;13

Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam.
Jakarta : CV Agung Seto

Wijaya, Andra.S & Yessi,M.P. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha
Medika

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku


Ajar Keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
24 Mei 2017 Rabu 17.00

Rumah Sakit / Klinik/Puskesmas: Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang


Ruangan : Sakura II
Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2017
No. Rekam Medik : 166356
Sumber informasi : Ibu pasien
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An.R
Tanggal lahir / Umur 24 mei 2016/ 12 bulan
Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke / jumlah saudara 3/3
Diagnosa Medis Kejang demam sederhana
2. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny.Z Tn.Z
Umur 38 tahun 45 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Sopir
Alamat Jalan Raya Indarung Pitameh, Jalan Raya Indarung Pitameh, Padang
Padang
3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
Nama Usia Jenis Hub.dg Pendi Status
No Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin KK dikan kesehatan
1 An.T 16 th Lk Anak SMP ISPA Ibu klien
mengatakan
An.T sudah
seminggu
mengalami
2 An.B 14 th Lk Anak SMP

II. RIWAYAT KESEHATAN

Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III
KELUHAN Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi
UTAMA sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali
yang berlangsung sekitar 10 menit.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak
demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu
mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya
saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak
kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang
berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak
memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada
kejang lagi.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam
sebelumnya.
a. Prenatal
Riwayat gestasi G3P3A0H3
HPHT
Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll
Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah
Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif
Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil
Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v Tidak ada
Perokok Ya v Tidak
Alkohol Ya v Tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 24 Mei 2016
BBL / PBL 3800 gr / 48 cm
Usia gestasi saat lahir 32 mg
Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah
Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji
Jenis persalinan spontan alat v Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan v ada, sebutkan posisi bayi lintang......................... tidak
ada
c. Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =
Pemberian Vit K Ada
Tidak
Koord. reflek hisap dan reflek v Baik Buruk
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak
BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak
Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak ada

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Tidak v Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B
ada ISPA
Riwayat penyakit keturunan v Tidak Ada, sebutkan penyakitnya:
ada
Genogram
Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/: Klien
/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG v Simpulan :
DPT v1 v2 v3
Polio v1 v2 v3 v4 v lengkap sesuai usia
Hepatitis B v0 v1 v2 v3 tidak lengkap
Campak v
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat :
1. Berguling 3 bl
2. Duduk 7 bl
3. Merangkak 8 bl
4. Berdiri 11 bl
5. Berjalan ............. bl
6. Tersenyum pertama kali pada orang tua ............. bl
7. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 8 bl kata yang d ucapkan maa
8. Berpakaian tanpa bantuan ............. bl

Hasil Penilaian Perkembangan anak dengan An. R tidak mengalami keterlambatan


Denver II/ KPSP (coret salah satu) perkembangan
Kesimpulan :

V. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah


didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga
yang tinggal bersama klien, terdiri dari ayah,
ibu, klien dan 2 orang saudaranya. Dirumah
Ny.Z memelihara beberapa ekor kucing. Ayah
dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok
didalam maupun luar rumah. Wc klien berada
didalam rumah dan memiliki septictank berjarak
2 m dari rumah pasien. Ventilasi dan penerangan
rumah cukup. Sumber air minum keluarga
adalah air galon.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS


A. ANAK
1) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran v CM ApatisSoporusSomnolenComa

Poltekkes Kemenkes Padang


GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 39 oC RR : 33 x/m HR : 112 x/m TD : mmHg

c. Posture BB : 10 kg PB/TB : 75 cm

d. Kepala Bentuk : v Normal Makrocepal MikrocepalHidrocepal


Kebersihan : v Bersih Kotor
Lingkar kepala : 45 cm
Fontanel anterior : v Ada tidak
Fontanel posterior : v menutup belum
Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............ v tidak ada
Data lain : fontanel cekung

e. Mata v Simetris Tidak simetris Menonjol


Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v tidak
Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema tidak
Pupil : v isokor anisokor
Data lain : mata cekung
f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris
Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak
Kebersihan : v Bersih Kotor
g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : merah
Gigi : _____________

Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak


h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris
Kebersihan : v Bersih Kotor
Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : v ada tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak terlihat adanya retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler

Palpasi : vremitus kir – kanan sama

Perkusi :

Lingkar dada : 45 cm
- Jantung Inspeksi : cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama teratur/regular.

Palpasi : teraba di RIC 4 midklafikula

k. Abdomen Inspeksi : tidak tampak tonjolan dan terdapat luka

Auskultasi : bising usus normal

Poltekkes Kemenkes Padang


Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tympani.

Lingkar perut : cm
l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat
Kelembaban: Lembab v Kering
Warna: v Merah muda Pucat

m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : cm


Atas Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk
Data lain yang ditemukan
n. Ekstremitas capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema tidak ada
Bawah
o. Genitalia dan Laki-laki Perempuan
anus Bentuk : v Normal Tidak Labia minora&mayora : Normal Tdk
Ukuran penis : v Normal Kebersihan : bersih kotor
Tidak Data lain :
Testis : v Turun Belum

p. Pemeriksaan 1. Kaku kuduk :positif v negatif


tanda 2. Kernig sign :positif v negatif
rangsangan 3. Brudzinsky sign :positif v negatif
meningeal 4. Refleks babyski :positif v negatif
2) Temperamen dan Easy child
daya adaptasi Karakteristik santai ( v )
Temperamen mudah ( v )
Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi ( v)
Mudah beradaptasi terhadap perubahan ( v )
Difficult child
Sangat aktif ( )
Peka rangsang ( )
Kebiasaan yang tidak teratur ( )
Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru ( )
Sering menangis ( )
Slow-to-warm up child
Reaksi negatif terhadap stimulus baru ( )
Lambat beradaptasi ( )
Tidak aktif ( )
3) Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi dan cairan ASI PASI v ASI + PASI
> 6 bl : Makanan yang diberikan :
Jenis : nasi tim
Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari
Pola makan : teratur v tidak teratur
Minum : Jenis : Air putih + ASI
b. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : teratur v tidak Pola tidur : v teratur tidak teratur
teratur Jumlah jam : tidur 8 jam/hari

Poltekkes Kemenkes Padang


Jumlah jam tidur 3 jam/hari Masalah : tidak ada masalah
Masalah : tidak ada masalah
c. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning
Masalah : tidak ditemukan masalah
BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat
Konsistensi : padat
Masalah : tidak ditemukan masalah
Bayi mengunakan diapers : v ya tidak
Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak
d. Personal higiene Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi :
x/hr
e. Aktivitas bermain sendiri v saudara/temandalam rumah luar rumah
f. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal
14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit
180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %).
Terapi medis Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr
3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

Perawat Yang Melakukan


Pengkajian

(___________________________)
Desi Regina Putri

Poltekkes Kemenkes Padang


Analisa Data
Tabel. 1.1
Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: Peningkatan laju hipertermi
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun metabolisme
2. Ibu mengatakan anaknya batuk
3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah
DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 112 x/ menit
3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit
4. Leukosit 12.870/mm3
5. Tonsil hiperemis

2. DS: Kegagalan mekanisme Kekurangan volume


1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun regulasi cairan
2. ibu mengatakan anak sering haus
DO:
1. tonsil hiperemis
2. mata tampak cekung
3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg
4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering
6. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i

3. DS: Kurang informasi Defesiensi pengetahuan


1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini
2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis
DO:
1. Ibu tampak cemas dan gelisah
2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
kondisi sakit anaknya

2. Diagnosa keperawatan
Tabel. 2.1
Diagnosa keperawatan

Ditemukan masalah Dipecahkan masalah


No Diagnosa keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme 24 Mei 2017 24 Mei 2017

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan 24 Mei 2017 24 Mei 2017
mekanisme regulasi

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017

3. Intervensi keperawatan

Tabel. 3.1
Intervensi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Hipertermi b. Termoregulasi Perawatan demam
berhubungan Kriteria hasil :
dengan Peningkatan 7) Merasa merinding saat dingin 11. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
laju metabolisme 8) Berkeringat saat panas 12. Monitor warna kulit dan suhu
9) Tingkat pernapasan 13. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
10) Melaporkan kenyamanan suhu yang tak di rasakan
11) Perubahan warna kulit 14. Beri obat atau cairan IV
12) Sakit kepala 15. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
16. Dorong konsumsi cairan
17. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan
18. Berikan oksigen yang sesuai
19. Tingkatkan sirkulasi udara
20. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

Pengaturan suhu
5. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
6. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia
7. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
8. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan

3. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep


dan/atau protokol
4. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Manajemen kejang

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Pertahankan jalan nafas
8. Balikkan badan pasien ke satu sisi
9. Longgarkan pakaian
10. Tetap disisi pasien selama kejang
11. Catat lama kejang
Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.
2. Kekurangan a. Keseimbangan cairan Manajemen cairan
volume cairan
berhubungan Kriteria hasil : 1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
dengan Kegagalan 1) Tekanan darah 2. Hitung atau timbang popok dengan baik
mekanisme regulasi 2) Keseimbangan intake output dalam 24 3. Jaga dan catat intake dan output
jam 4. Monitir status hidrasi
3) Berat badan stabil 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi
4) Turgor kulit cairan
5) Kelembaban membran mukosa 6. Monitor status hemodinamik
6) Serum elektrolit 7. Monitor tanda-tanda vital
7) Hematokrit 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
8) Edema perifer 9. Berikan cairan dengan tepat
9) Bola mata cekung dan lembek 10. Tingkatkan asupan oral
10) Kehausan 11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
11) Pusing. makan dengan baik
12. Berikan produk-produk darah.

Manajemen elektrolit
b. Dehidrasi
1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal
Kriteria hasil : 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
1) Warna urine keruh 3. Pertahankan kepatenan akses IV
2) Fontanela cekung 4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
3) Nadi cepat dan lambat 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis
4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen) level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Peningkatan suhu tubuh. 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk
7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

Manajemen muntah

1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau


berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)
2. Posisikan untuk mencegah aspirasi
3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum
menawarkan cairan kepada pasien
4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada
muntah yang terjadi selama 30 menit.

3. Defesiensi NOC : NIC :


pengetahuan
berhubungan 1) Parenting performance (kinerja Pendidikan Kesehatan
dengan Kurang pengasuhan)
informasi Kriteia hasil: 1. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat
1) Kinerja pengasuhan 2. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk
2) Menyediakan kebutuhan fisik anak melaksanakan program kesehatan
3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 3. Prioritaskan kebutuhan pasien
4) Menghilangkan bahaya lingkungan
5) Berinteraksi positif dengan anak Fasilitasi pembelajaran
6) Menyediakan untuk kebutuhan anak a. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan
7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia untuk belajar
8) Merangsang perkembangan kognitif b. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
9) Merangsang pembangunan sosial c. Atur informasi dalam urutan yang logis
10) Merangsang pertumbuhan emosi d. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai
11) Merangsang pertumbuhan rohani

Poltekkes Kemenkes Padang


12) Merangsang pertumbuhan normal pengurangan kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2) Pengetahuan b. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi
keselamatan diri stress
c. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi
Kriteria hasil: d. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan
(a) Menggambarkan untuk mengurangi
risiko cedera
(b) Menggambarkan perilaku yang
berisiko tinggi

3) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan

4. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


Tabel. 4.1
Implementasi keperawatan

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal keperawatan
1. Rabu/ 24 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - ibu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi O:

Poltekkes Kemenkes Padang


metabolisme adekuat - Pasien tampak gelisah
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai Pasien diberi obat PCT syr 3 x
kebutuhan 250 mg, diazepam 3x1,5 mg
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali (P.O).
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh - Suhu 38,8oC, nadi 110x/i,
tinggi. pernapasan 35x/i
- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mengatakan badan anak
Kegagalan catat output panas
mekanisme 4. monitor status hidrasi e O:
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

2. Kamis / 25 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk

Poltekkes Kemenkes Padang


Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi O:
metabolisme adekuat - Pasien tampak gelisah
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai - Pasien diberi obat PCT syr 3 x
kebutuhan 250 mg, diazepam 3x1,5 mg
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali (P.O), OBH syr
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh - Suhu 38oC, nadi 110x/i,
tinggi. pernapasan 33x/i
- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mekatakan badan anak panas
Kegagalan catat output O:
mekanisme 4. monitor status hidrasi - BB: 10 kg
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mata cekung
7. monitor warna kulit dan suhu - Suhu 38,⁰C
8. dorong konsumsi cairan A: Masalah belum teratasi
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung P: intervensi dilanjutkan

3. Jumat/ 26 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi sudah berkurang

Poltekkes Kemenkes Padang


metabolisme adekuat O:
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai - Pasien tampak gelisah
kebutuhan Pasien diberi obat PCT syr 3 x
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh 110x/i, pernapasan 30x/i
tinggi. - Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mekatakan badan anak panas
Kegagalan catat output berkurang
mekanisme 4. monitor status hidrasi e O:
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 37,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Defesiensi 1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, S:


pengetahuan 2. berusaha untuk memahami perspektif - Ibu mengatakan cemas akan
berhubungan pasien dari situasi stress, kondisi anaknya
dengan kurang 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam - Ibu mengatakan takut karena
informasi menggunakan teknik relaksasi, panas anaknya naik turun
4. Identitafikasi faktor internal maupun - Ibu mengatakan takut jika anak
eksternal yang dapat meningkatkan atau kejang berulang
mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, O:
5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) - Ibu tampak cemas

Poltekkes Kemenkes Padang


yang diperlukan untuk melaksanakan - Ibu tampak antusias
program kesehatan, mendengarkan penjelasan dari
6. Prioritaskan kebutuhan pasien, perawat
7. pengetahuan manajemen kejang pada A: Masalah belum teratasi
keluarga. P: Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
25 Mei 2017 Kamis 18.00

Rumah Sakit / : Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang


Klinik/Puskesmas
Ruangan : Sakura I
Tanggal Masuk RS : 25 Mei 2017
No. Rekam Medik : 166449
Sumber informasi : Ibu pasien
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An.A
Tanggal lahir / Umur 7 November 2012/ 48 bulan
Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke / jumlah 1/-
saudara
Diagnosa Medis Kejang demam sederhana
5. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny.E Tn.S
Umur 35 tahun 47 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Security
Alamat Kampung jua, padang Kampung jua, padang
6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
Nama Usia Jenis Hub.dg Pendi Status
No Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin KK dikan kesehatan
Ny.E 35 PR istri SMA
tahun

III. RIWAYAT KESEHATAN

Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit
KELUHAN Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A
UTAMA
demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10
menit, serta muntah ± 5 kali.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu mengatakan
panas badan anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan malas
minum air putih. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu
mengatakan anak muntah saat makan. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit)
pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar
kembali. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada mengalami kejang lagi.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Ibu mengatakan An.A sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan penyakit yang
sama, yaitu kejang demam. Ibu mengatakan ada anggota keluarga dari ayah An.A yang
juga mempunyai riwayat kejang demam.
d. Prenatal
Riwayat gestasi G1P1A0H1
HPHT
Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll
Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah
Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif
Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil
Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v
Tidak ada
Perokok Ya v Tidak
Alkohol Ya v Tidak
e. Intranatal
Tanggal persalinan 7 November 2012
BBL / PBL 3400 gr / 48 cm
Usia gestasi saat lahir 32 mg
Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah
Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji
Jenis persalinan v spontan alat SECTIO CAESARIA (SC)
Penyulit persalinan ada, sebutkan......................... v tidak ada
f. Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =
Pemberian Vit K Ada
Tidak
Koord. reflek hisap dan reflek v Baik Buruk
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak
BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak
Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak
ada

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit v Tidak Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B
ada ISPA
Riwayat penyakit keturunan Tidak v Ada, sebutkan penyakitnya:
ada
Genogram

Ket :
: Laki-laki O :

Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG v Simpulan :
DPT v1 v2 v3
Polio v1 v2 v3 v4 v lengkap sesuai usia
Hepatitis B v0 v1 v2 v3 tidak lengkap
Campak v

IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN


Usia anak saat :
9. Berguling ......3....... bl
10. Duduk ......7...... bl
11. Merangkak ......8....... bl
12. Berdiri ......11... bl
13. Berjalan ......12...... bl
14. Tersenyum pertama kali pada .......4...... bl
orang tua .......8...... bl kata yang d ucapkan maa..
15. Bicara pertama kali (satu kosa .....36........ bl
kata)
16. Berpakaian tanpa bantuan An. R tidak mengalami keterlambatan
perkembangan
Hasil Penilaian Perkembangan anak
dengan Denver II/ KPSP (coret salah
satu)
Kesimpulan :

V. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah


didapatkan data ada 3 orang anggota
keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri

dari ayah, ibu, dan nenek dari An.A.


Dirumah klien memiliki ventilasi dan
penerangan yang cukup. Ayah An.A
memiliki kebiasaan merokok didalam
rumah. Diluar rumah terdapat tempat
pembakaran sampah dan septitack yang
berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum

Poltekkes Kemenkes Padang


berasal dari air galon.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS


A. ANAK
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran v CM Apatis Soporus Somnolen Coma
GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 38,3 oC RR : 22 x/m HR : 100 x/m TD : 100/70
mmHg

c. Posture BB : 17 kg PB/TB : cm

d. Kepala Bentuk : v Normal Makrocepal Mikrocepal


Hidrocepal
Kebersihan : v Bersih Kotor
Lingkar kepala : 49 cm
Fontanel anterior : Ada v tidak
Fontanel posterior : v menutup belum
Benjolan : ada, lokasi.......................... ukuran ............ v
tidak ada

e. Mata v SimetrisTidak simetris Menonjol


Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v
tidak
Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema v
tidak
Pupil : v isokor anisokor

f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris


Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak
Kebersihan : v Bersih Kotor
g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : merah
Gigi : _____________

Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak


Data lain : .....................................................................

h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris


Kebersihan : v Bersih Kotor
Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus
mata
Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................
Data lain : .....................................................................

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : ada v tidak ada


j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak terlihat adanya retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler

Poltekkes Kemenkes Padang


Palpasi : vremitus kir – kanan sama

Perkusi :

- Jantung Inspeksi : cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama teratur/regular.

Palpasi : teraba di RIC 4 midklafikula

k. Abdomen Inspeksi : tidak tampak tonjolan dan terdapat luka

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tympani.

Lingkar : cm
perut
l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat
lambat
Kelembaban: Lembab v Kering
Warna: v Merah muda Pucat
Data lain : ......................................................................................

m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : cm


Atas Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk
n. Ekstremitas capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema
Bawah tidak ada
o. Genitalia dan Laki-laki Perempuan
anus Bentuk : v Normal Tidak Labia minora&mayora : Normal
Ukuran penis : v Normal Tdk
Tidak Kebersihan : bersih kotor
Testis : v Turun Belum Data lain :
Data lain .............................................................

:..................................... ....

p. Pemeriksaan 1. Kaku kuduk : positif v negatif


tanda 2. Kernig sign : positif v negatif
rangsangan 3. Brudzinsky sign : positif v negatif
meningeal 4. Refleks babyski : positif v negatif
4) Temperamen dan Easy child
daya adaptasi Karakteristik santai ( v)
Temperamen mudah (v)
Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi ( v)
Mudah beradaptasi terhadap perubahan (v)
Difficult child
Sangat aktif ( )
Peka rangsang ( )

Poltekkes Kemenkes Padang


Kebiasaan yang tidak teratur ( )
Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru ( )
Sering menangis ( )
Slow-to-warm up child
Reaksi negatif terhadap stimulus baru ( )
Lambat beradaptasi ( )
Tidak aktif ( )
3) Kebiasaan sehari-hari
g. Nutrisi dan ASI PASI v ASI + PASI
cairan > 6 bl : Makanan yang diberikan :
Jenis : nasi lunak
Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari
Pola makan : teratur v tidak teratur
Minum : Jenis : Air putih
Jumlah : 7 gls/ hari
Masalah : tidak ditemukan masalah
h. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : v teratur tidak Pola tidur : teratur v m/hari
teratur Masalah : tidak ada masalah
Jumlah jam tidur 3 jam/hari
Masalah : tidak ada masalah
i. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning
Masalah : tidak ditemukan masalah
BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat
Konsistensi : padat
Masalah : tidak ditemukan masalah
Bayi mengunakan diapers : ya v tidak
Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak
j. Personal Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi
higiene : 1 x/hr
Masalah : tidak ditemukan masalah
k. Aktivitas sendiri v saudara/teman dalam rumah luar
bermain rumah
l. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8
gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-
10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Ht 31,4 % (normal 40-48 %).

Terapi medis Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x ¼ mg, PCT syr 3 x 250 mg,
diazepam T= 9⁰C x mg, IVFD KaEN B tts/i

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________)
Desi Regina Putri

Poltekkes Kemenkes Padang


Analisa Data
Tabel. 1.1
Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: Peningkatan laju hipertermi
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun metabolisme
2. Ibu mengatakan anaknya batuk
3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah
DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 112 x/ menit
3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit
4. Leukosit 12.870/mm3
5. Tonsil hiperemis

2. DS: Kegagalan mekanisme Kekurangan volume


1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun regulasi cairan
2. ibu mengatakan anak sering haus
DO:
1. tonsil hiperemis
2. mata tampak cekung
3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg
4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering
5. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i

3. DS: Kurang informasi Defesiensi pengetahuan


1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini
2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis
DO:
1. Ibu tampak cemas dan gelisah
2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
kondisi sakit anaknya

5. Diagnosa keperawatan
Tabel. 2.1
Diagnosa keperawatan

Ditemukan masalah Dipecahkan masalah


No Diagnosa keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme 24 Mei 2017 24 Mei 2017

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan 24 Mei 2017 24 Mei 2017
mekanisme regulasi

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017

6. Intervensi keperawatan

Tabel. 3.1
Intervensi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Hipertermi c. Termoregulasi Perawatan demam
berhubungan Kriteria hasil :
dengan Peningkatan 1) Merasa merinding saat dingin 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
laju metabolisme 2) Berkeringat saat panas 2. Monitor warna kulit dan suhu
3) Tingkat pernapasan 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
4) Melaporkan kenyamanan suhu yang tak di rasakan
5) Perubahan warna kulit 4. Beri obat atau cairan IV
6) Sakit kepala 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan

1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep


dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Poltekkes Kemenkes Padang


Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang
Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.
2. Kekurangan c. Keseimbangan cairan Manajemen cairan
volume cairan
berhubungan Kriteria hasil : 1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
dengan Kegagalan 1) Tekanan darah 2. Hitung atau timbang popok dengan baik
mekanisme regulasi 2) Keseimbangan intake output dalam 24 3. Jaga dan catat intake dan output
jam 4. Monitir status hidrasi
3) Berat badan stabil
5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi
4) Turgor kulit
5) Kelembaban membran mukosa cairan
6) Serum elektrolit 6. Monitor status hemodinamik
7) Hematokrit 7. Monitor tanda-tanda vital
8) Edema perifer 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
9) Bola mata cekung dan lembek 9. Berikan cairan dengan tepat
10) Kehausan
10. Tingkatkan asupan oral
11) Pusing.
11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
12. Berikan produk-produk darah.
d. Dehidrasi
Manajemen elektrolit
Kriteria hasil :
1) Warna urine keruh 1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal
2) Fontanela cekung 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
3) Nadi cepat dan lambat
3. Pertahankan kepatenan akses IV

Poltekkes Kemenkes Padang


4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen) 4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
5) Peningkatan suhu tubuh. 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis
level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat
6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk
7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

Manajemen muntah

1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau


berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)
2. Posisikan untuk mencegah aspirasi
3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum
menawarkan cairan kepada pasien
4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada
muntah yang terjadi selama 30 menit.

3. Defesiensi NOC : NIC :


pengetahuan
berhubungan 4) Parenting performance (kinerja Pendidikan Kesehatan
dengan Kurang pengasuhan)
informasi Kriteia hasil: 6. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat
1) Kinerja pengasuhan 7. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk
2) Menyediakan kebutuhan fisik anak melaksanakan program kesehatan
3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 8. Prioritaskan kebutuhan pasien
4) Menghilangkan bahaya lingkungan
5) Berinteraksi positif dengan anak Fasilitasi pembelajaran
6) Menyediakan untuk kebutuhan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia e. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan
8) Merangsang perkembangan kognitif untuk belajar
9) Merangsang pembangunan sosial f. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
10) Merangsang pertumbuhan emosi g. Atur informasi dalam urutan yang logis
11) Merangsang pertumbuhan rohani h. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai
12) Merangsang pertumbuhan normal
pengurangan kecemasan
5) Pengetahuan e. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
keselamatan diri f. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi
stress
Kriteria hasil: g. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi
(c) Menggambarkan untuk mengurangi h. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan
risiko cedera
(d) Menggambarkan perilaku yang
berisiko tinggi

6) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan

7. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


Tabel. 4.1
Implementasi keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal keperawatan
1. Rabu/ 24 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - ibu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi O:
metabolisme adekuat - Pasien tampak gelisah
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai Pasien diberi obat PCT syr 3 x
kebutuhan 250 mg, diazepam 3x1,5 mg
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali (P.O).
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh - Suhu 38,8oC, nadi 110x/i,
tinggi. pernapasan 35x/i
- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mengatakan badan anak
Kegagalan catat output panas
mekanisme 4. monitor status hidrasi e O:
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Kamis / 25 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi O:
metabolisme adekuat - Pasien tampak gelisah
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai - Pasien diberi obat PCT syr 3 x
kebutuhan 250 mg, diazepam 3x1,5 mg
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali (P.O), OBH syr
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh - Suhu 38oC, nadi 110x/i,
tinggi. pernapasan 33x/i
- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mekatakan badan anak panas
Kegagalan catat output O:
mekanisme 4. monitor status hidrasi - BB: 10 kg
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mata cekung
7. monitor warna kulit dan suhu - Suhu 38,⁰C
8. dorong konsumsi cairan A: Masalah belum teratasi
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung P: intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Jumat/ 26 Hipertermi 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya S: - bu mengatakan An. R masih
Mei 2017 berhubungan 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat demam
dengan atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
Peningkatan laju 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi sudah berkurang
metabolisme adekuat O:
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai - Pasien tampak gelisah
kebutuhan Pasien diberi obat PCT syr 3 x
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi
6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh 110x/i, pernapasan 30x/i
tinggi. - Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5
Kekurangan 1. timbang berat badan setiap hari dan S:
volume cairan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih
berhubungan 2. hitung atau timbang popok dengan baik sering haus
dengan 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan - Ibu mekatakan badan anak panas
Kegagalan catat output berkurang
mekanisme 4. monitor status hidrasi e O:
regulasi 5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 37,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa hidung A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Defesiensi 1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, S:


pengetahuan 2. berusaha untuk memahami perspektif - Ibu mengatakan cemas akan
berhubungan pasien dari situasi stress, kondisi anaknya
dengan kurang 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam - Ibu mengatakan takut karena

Poltekkes Kemenkes Padang


informasi menggunakan teknik relaksasi, panas anaknya naik turun
4. Identitafikasi faktor internal maupun - Ibu mengatakan takut jika anak
eksternal yang dapat meningkatkan atau kejang berulang
mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, O:
5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) - Ibu tampak cemas
yang diperlukan untuk melaksanakan - Ibu tampak antusias
program kesehatan, mendengarkan penjelasan dari
6. Prioritaskan kebutuhan pasien, perawat
7. pengetahuan manajemen kejang pada A: Masalah belum teratasi
keluarga. P: Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai