Anda di halaman 1dari 68

BAB I

nPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Olahraga adalah kegiatan yang mudah dinikmati oleh banyak orang di

dunia, tanpa mengenal ras, gender, atau yang berkait dengan status sosial

siapapun. Fungsi utama olahraga adalah untuk menyehatkan tubuh. Akan tetapi,

biasanya olahraga mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Olahraga

mempunyai kemampuan untuk menciptakan perasaan bahwa orang termasuk

dalam kelompok atau komunitas yang mencintai hidup sehat. Ketika bermain

olahraga, semua pemain menjadi sama tanpa memperhatikan suku bangsa,

kekayaan, warna kulit atau agama. Dalam konteks ini, olahraga dapat disebut

bahasa internasional karena semua orang bisa ikut dan bermain bersama-sama

tanpa harus memahami bahasa orang lain secara verbal. Olahraga dapat dinikmati

oleh semua masyarakat, anak kecil sampai orang yang tua. Keterlibatan seseorang

dapat dilakukan secara tidak langsung seperti menonton olahraga di televisi,

mengantar anak untuk berolahraga sepulang sekolah atau menonton langsung

pertandingan olahraga di lapangan. Selain itu, keterlibatan dapat juga secara

langsung seperti bermain untuk klub, propinsi atau negara. Permainan olahraga

dapat diciptakan atau dimodifikasikan berdasarkan daerah atau situasi. Oleh

karena itu, olahraga bisa menjadi gaya hidup untuk beberapa orang dan dapat

berfungsi sebagai cara untuk mengisi waktu luang yang positif.

1
2

Olahraga mengandung arti adanya sesuatu yang berhubungan dengan

aktifitas atau kegiatan mengolah yaitu mengolah raga atau mengolah jasmani.

Selaras dengan hal itu, Enik Yuliatin (2012: 11) mengatakan bahwa olahraga

adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak

(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan

kualitas hidup). Oleh karena itu, terdapat slogan mens sana in corpore sano yang

artinya di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.

Menurut Lutan, (2000: 7) dalam olahraga yang sesuai fungsi dan tujuan

ada beberapa kegiatan olahraga seperti: 1) Olahraga pendidikan yang mempunyai

tujuan yang bersifat mendidik. 2) Olahraga rekreasi yang memiliki tujuan yang

bersifat rekreatif. 3) Olahraga kesehatan bertujuan untuk pembinaan kesehatan. 4)

Olahraga rehabilitasi bertujuan untuk rehabilitasi. 5) Olahraga kompetitif

(prestasi) bertujuan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya.

Minat masyarakat akan olahraga rekreasi sangat meningkat dikarenakan

olahraga rekreasi mampu memberikan sensasi dan pengalaman yang berbeda dari

jenis-jenis olahraga lainnya, serta kegiatan olahraga rekreasi merupakan salah satu

kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut merupakan

kebutuhan dikarenakan banyak orang yang merasa jenuh dengan rutinitas sehari-

hari sehingga manusia membutuhkan kegiatan yang menyenangkan diluar

rutinitas sehari-hari. Salah satu cara masyarakat dalam memberikan kenyamanan

dan melepas penat yaitu dengan rekreasi, di Indonesia banyak sekali wahana

rekreasi yang menyediakan berbagai macam wahana, dengan tujuan masyarakat

dapat memilih dan menggunakan sesuai dengan yang di inginkan oleh masyarakat
3

itu sendiri, wahana rekreasi menjadi lebih di gemari oleh masyarakat di karenakan

rekreasi bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

Jawa Tengah telah dikenal sebagai tujuan wisata yang kaya dengan

keanekaragaman budaya, keindahan alam dan berbagai wahana wisata yang bisa

dipilih untuk mengisi kegiatan liburan dan wisata. Jawa tengah merupakan salah

satu provinsi yang ada di Indonesia yang menyajikan keindahan pesona wisata

yang sangat alami dan menarik untuk di kunjungi serta memberikan sajian wisata

yang indah. Mulai dari wisata sejarah seperti candi, wisata di dataran tinggi

seperti gunung, dan wisata laut hingga bawah laut.

Paradigma pembangunan pendidikan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang diarahkan guna untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia di Indonesia seutuhnya. Sebagai bagian dari Pendidikan Nasional,

upaya pendidikan jasmani perlu dilaksanakan dengan lebih terencana, teratur serta

berkesinambungan. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan

sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya

manusia terutama di Indonesia saat ini. Pendidikan jasmani dan olahraga di

lembaga pendidikan baik di sekolah maupun diperguruan tinggi sebagai salah satu

bagian kurikulum pendidikan pelaksanaannya secara berkelanjutan melalui

kegiatan pengembangan keterampilan pada unit kegiatan yang ada.

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi sendiri di perguruan tinggi

dimaksudkan untuk mempersiapkan calon-calon guru penjas yang siap berperan

dalam dunia pendidikan baik di dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, saat

ini semakin banyak sarjana pendidikan yang berasal dari jurusan pendidikan
4

jasmani kesehatan dan rekreasi (PJKR) di Indonesia, namun sayangnya hal

tersebut tidak dibarengi dengan lapangan kerja yang ada sehingga menyebabkan

beberapa lulusan PJKR memutuskan untuk menekuni pekerjaan lain yang tidak

sesuai dengan juruan yang mereka ambil sewaktu kuliah. Hal itu terjadi disekitar

peneliti sendiri, baik dari kakak tingkat satu almamater, maupun kakak tingkat

dari kampus yang lain. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai pegawai bank,

sales mobil, hingga ada yang mandiri dan memutuskan membuka usaha sendiri.

Sebenarnya, selain menjadi guru penjas, lulusan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) bisa juga mendalami bidang olahraga di luar

sekolah, seperti menjadi trainer outbond, instruktur senam, instruktur rafting, dan

berbagai aktifitas olahraga lain diluar sekolah. Selain menjadi profesional

dibidang olahraga luar sekolah, lulusan PJKR juga bisa menjadi seorang

entrepreneur dibidang olahraga, semisal bisa mendirikan agensi training outbond,

mengelola wisata olahraga, dan sebagainya.

Saat ini, olahraga diluar ruangan seperti outbond, dan aktifitas lainnya

berkembang pesat, hal itu dibuktikan dengan banyaknya tempat wisata

bermunculan yang menawarkan kegiatan diluar ruangan (Outdoor Activity) ini.

Outdoor Activity biasanya dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok

dengan tujuan yang beragam. Misal untuk perusahaan, bertujuan untuk

menyegarkan kembali karyawannya, dan meninggalkan sejenak kepenatan

pekerjaan, untuk sekolah biasanya bertujuan untuk memberikan pengalaman

belajar yang berbeda kepada peserta didik.


5

Sesuai dengan salah satu profil lulusan PJKR UNNES, lulusan PJKR

dapat menjadi Pembina, Intertainer dan Instruktur keolahragaan. Oleh karena itu,

sebagai lulusan mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi harus

bisa terlibat dalam pengembangan bisnis jasa Outdoor Activity ini. Baik secara

langsung sebagai praktisi, maupun sebagai pengelola sebuah tempat wisata

outdoor. Peran alumni mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

sangat penting dalam perkembangan bisnis jasa Outdoor Activity ini.

Dalam eksistensi bisnis dalam bidang olahraga dalam hal ini jasa Outdoor

Activity, menurut pengamatan peneliti secara langsung dengan rekan

mahasiswa/alumni PJKR yang berkecimpung di industri Outdoor Activity, baik

terjun langsung pada bisnis ini maupun hanya sekedar praktisi. Hasil yang didapat

peneliti, di dalam sebuah tim atau kelompok penggiat Outdoor Activity,

mahasiswa/alumni PJKR tidak mendominasi dalam kegiatan tersebut, sedangkan

menurut peneliti seharusnya mahasiswa/alumni PJKR bisa berkontribusi banyak

dalam kegiatan dan pengembangan Outdoor Activity tersebut, karena mereka

selama 4 tahun atau lebih telah menempuh perkuliahan dibidang olahraga.

Menurut peneliti, alumni PJKR harusnya lebih cakap dalam merancang dan

mengelola bisnis jasa Outdoor Activity ini, karena peneliti menganggap alumni

PJKR lebih dekat dengan hal ini dibanding dengan alumni dari program studi dan

fakultas lain. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Peran

Alumni PJKR dalam Pengembangan dan Eksistensi Industri jasa Outdoor

Activity”.
6

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi

beberapa masalah yang timbul antara lain :

1. Lapangan kerja guru bagi alumni PJKR terbatas.

2. Alumni PJKR lebih memilih pekerjaan diluar bidang pendidikan

maupun bidang olahraga.

3. Di beberapa bisnis Outdoor Activity tidak banyak alumni PJKR yang

berkecimpung didalamnya.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian diatas, peneliti membatasi

masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk membatasi ruang lingkup permasalah yang akan diteliti, sehingga jelas

batasannya guna menghindari kesalahan dalam penafsiran judul skripsi. Maka

penulis membatasi pada salah satu permasalahan yaitu “Peran Alumni PJKR

dalam Pengembangan dan Eksistensi Industri jasa Outdoor Activity”.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis menemukan beberapa

permasalahan yang menyangkut alumni PJKR, sehingga penulis perlu meneliti

untuk memecahkan permasalahan yang telah ditemukan. Permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana Peran Alumni PJKR dalam Pengembangan dan

Eksistensi Industri Outdoor Activity?


7

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui Peran Alumni PJKR dalam Pengembangan dan Eksistensi

Industri jasa Outdoor Activity.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakekat Olahraga

Menurut Husdarta (2011: 13) olahraga merupakan kegiatan otot yang

energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya atau

performa”. Menjelaskan kegiatan aktivitas fisik dilakukan manusia untuk

memperagakan kemampuan gerak secara maksimal sesuai dengan pola gerak yang

digerakkan oleh beberapa faktor fisik. Kemudian dijelaskan kembali tentang

faktor fisik atau organo biologic oleh Apta Mylsidayu (2014: 18) 11 yang

menyatakan bahwa “faktor fisik masih berkaitan dengan keturunan, meliputi

struktur anatomis, fisiologis, fungsi otot, dan perkembanganya membantu

pencapaian prestasi olahraga”. Maka dapat dilihat kemampuan gerak yang

dipengaruhi oleh struktur anatomis, fisiologi, otot, dan perkembangan gerak

sehingga menghasilkan keterampilan gerak yang maksimal sesuai dengan pola

gerak yang diinginkan. Pengertian olahraga secara luas maupun sempit menurut

Jonasson (2013: 11) menyatakan bahwa “sport means all forms of physical

activity which, through casual or organised participation, aim at expressing or

improving physical fitness and mental well being, forming social relationships or

obtaining results in competition at all levels”. Menjelaskan bahwa olahraga

merupakan performa merupakan bentuk partisipasi aktivitas fisik yang

terorganisir, bertujuan mengekspresikan atau meningkatkan kebugaran fisik dan

8
9

kesejahteraan mental mental, membentuk hubungan sosial atau memperoleh hasil

dalam kompetisi disemua tingkatan. Menurut Abduljabbar Bambang (2012: 7)

Olahraga adalah suatu aktivitas gerak tubuh. Gerak yang dimaksud seperti

berjalan, berlari, berdiri, jongkok, melompat, meloncat, melempar, menggenggam

dan sebagainya. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan adalah olahraga, walaupun

demikian, masih banyak orang yang aktivitas geraknya atau olahraganya yang

kurang untuk kebugaran tubuhnya. Sehingga diperlukan aktivitas tambahan untuk

mengolah tubuhnya. Seperti jogging, berenang, basket, sepakbola, bulu tangkis

dan lain sebagainya. Artinya olahraga merupakan suatu aktivitas gerak yang dapat

dilakukan untuk menjaga serta meningkatkan kebugaran tubuh.

Dilihat dari tujuannya, olahraga dibedakan menjadi beberapa kelompok,

yaitu :

1. Olahraga Pendidikan, digunakan dalam kurikulum pendidikan,

2. Olahraga Rekreasi, digunakan untuk bersenang-senang, bergembira,

3. Olahraga Prestasi, digunakan dalam kejuaraan, dilombakan,

4. Olahraga Rehabilitas, digunakan untuk memperbaiki keadaan tubuh

Seseorang,

Olahraga memiliki banyak sekali manfaat bagi setiap orang yang

melakukannya. Manfaatnya yaitu meningkatkan percaya diri, memperlancar

peredaran darah, meningkatkan kinerja otak, mengurangi risiko stress,

meningkatkan daya tahan tubuh. Adapun manfaat olahraga secara terperinci

adalah sebagai berikut:


10

1. Meningkatkan percaya diri

Karena seseorang yang mahir dalam suatu bidang akan

meningkatkan kepercayaan diri orang tersebut. Begitu juga halnya

dengan olahraga.

2. Memperlancar peredaran darah

Karena aktivitas gerak yang dilakukan secara teratur dapat

membantu memperlancar peredaran darah, sehingga orang yang rutin

berolahraga tidak akan mengalami penyakit tekanan darah ataupun

stroke

3. Meningkatkan kinerja otak,

Karena olahraga yang teratur dapat meningkatkan konsentrasi,

kreativitas, koordinasi serta mental. Karena olahraga dapat

meningkatkan suplai oksigen keotak melalui peredaran darah yang

semakin lancar.

4. Mengurangi risiko stress,

Stress merupakan kondisi seseorang yang merasa gelisah

terhadap sesuatu. kegelisahan ini dapat dikurangi dengan olahraga

berjenis aerobik dominan seperti, berjalan, jogging, mendaki, senam.

5. Meningkatkan daya tahan tubuh

Orang yang bugar adalah orang yang sehat, kalau sudah sehat

pasti sulit untuk sakit. Karena orang yang bugar memiliki kekebalan

tubuh yang lebih baik akibat dari peningkatan kemampuan hormon

dalam tubuhnya.
11

Olahraga merupakan bagian dari kehidupan manusia, trend masa kini

memungkinkan seseorang ambil bagian untuk selalu berolahraga, baik individu

maupun kelompok.

Menurut Pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional, ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan:

a. olahraga pendidikan

b. olahraga rekreasi

c. olahraga prestasi

Menurut Pasal 18 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional:

1. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses

pendidikan.

2. Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal

maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau

ekstrakurikuler.

3. Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini.

4. Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada

setiap jenjang pendidikan.

5. Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

6. Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) dan Ayat

(5) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga

keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.


12

7. Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (6)

berkewajiban menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan

sesuai dengan tingkat kebutuhan.

8. Setiap satuan pendidikan dapat melakukan kejuaraan olahraga sesuaI

dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara

berkala antar satuan pendidikan yang setingkat.

9. Kejuaraan olahraga antar satuan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada Ayat (8) dapat dilanjutkan pada tingkat daerah, wilayah,

nasional, dan internasional.

Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional:

1. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali

kesehatan dan kebugaran.

2. Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan

pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.

3. Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bertujuan:

a. memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan

kegembiraan;

b. membangun hubungan sosial; dan/atau melestarikan dan

meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.

4. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban

menggali, mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi.


13

5. Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang

mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan

sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:

a. menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai

dengan jenis olahraga; dan

b. menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai

pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis

olahraga.

6. Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau

organisasi olahraga.

Menurut Pasal 20 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional:

1. Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan

harkat dan martabat bangsa.

2. Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat,

kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi.

3. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan

pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan

dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan


14

4. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban

menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan olahraga

prestasi.

5. Untuk memajukan olahraga prestasi, Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat dapat mengembangkan:

a. perkumpulan olahraga;

b. pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi keolahragaan;

c. sentra pembinaan olahraga prestasi;

d. pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan;

e. prasarana dan sarana olahraga prestasi;

f. sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga;

g. sistem informasi keolahragaan; dan

h. melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada

tingkat daerah, nasional, dan internasional sesuai dengan

kebutuhan.

6. Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan pada tiap

penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan tenaga medis

dan/atau paramedis sesuai dengan teknis penyelenggaraan olahraga

prestasi.

2.1.2 Outdoor Activity

Outdoor Activity atau aktifitas luar ruangan sering juga disebut rekreasi.

Dalam hal ini, peneliti membahas aktifitas luar ruangan yang berhubungan dengan
15

olahraga, yang bisa juga disebut olahraga rekreasi. Menurut Kusnadi (2002: 4)

olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi.

Sedangkan menurut Herbert Hagg (1994) olahraga rekreasi adalah bentuk aktifitas

fisik di waktu luang dibawah perspektif waktu. Ini terdiri dari olahraga setelah

bekerja, pada akhir pecan, dalam liburan, di masa pension, atau selama periode

(malang) pengangguran.

Sesuai dengan UU SKN, olahraga rekreasi dapat dimaknai sebagai

olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat

setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kesenangan. Olahraga rekreasi

dilakukan sebagai bagian dari proses pemulihan kembali kesehatan dan

kebugaran, oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau

organisasi olahraga, bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani,

dan kegembiraan, membangun hubungan sosial, dan/atau melestarikan dan

meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional, pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat sama-sama memiliki kewajiban untuk menggali,

mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi, dilaksanakan memenuhi

ketentuan dan aturan jenis keolahragaannya yang ditetapkan oleh perkumpulan

dan organisasi olahraga dimaksud (pasal 19 UU SKN).

Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada

waktu senggang sehingga memperoleh kepuasan secara emosional seperti

kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-


16

fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga

tercapainya kesehatan secara menyeluruh (Husdarta, 2010:148).

Peran masyarakat menjadi salah satu nilai penting dalam pembangunan

pariwisata, termasuk pelestaria wisata alam atau ekowisata. Dikarenakan dengan

adanya peran tersebut menjadikan masyarakat akan sadar dengan kelestarian alam

dan pentingya menjaga hutan guna kelangsungan hidup berkelanjutan. sehingga

dapat serta memajukan daerah kita sendiri. Apalagi dengan adanya suatu

pelestarian membuat bangga akan kekayaan alam yang luar biasa yang diwariskan

oleh nenek moyang untuk ditunjukkan kepada anak cucu kita nantinya. Dalam

studi pelestarian ekowisata danau gunung tujuh ini menarik peneliti untuk

mengkaji pentingnya sebuah peran masyarakat dalam community based tourism

untuk pelestarian ekowisata danau gunung tujuh. Melalui metode wawancara,

studi kepustakaan, dan catatan lapangan menghasilkan sebuah penelitian yang

bertajuk peran masyarakat terhadap pelestarian wisata alam danau gunung tujuh

pada wilayah TNKS (Awiska dkk, 2022)

Olahraga rekreasi ialah olahraga yang mengarah kepada aktifitas gerak

yang bertujuan untuk kesenangan dan bergembira. Banyak yang dapat

menemukan olahraga rekreasi di tempat wisata, jenisnya juga semakin bervariasi

dari mulai bermain di lapangan luas, berpetulang, hingga olahraga yang ekstrim

yang memicu adrenalin.

Di Kota Semarang, ada banyak sekali lokasi Outdoor Activity yang bisa

dimanfaatkan masyarakat, antara lain :

1. Outbound
17

Menurut Djamaludin Ancok (2003: 2) Outbound berasal dari kata out of

boundaries, artinya keluar dari batas. Merupakan istilah di bidang kelautan,

arti menurut istilah Outbond merupakan proses mencari pengalaman melalui

alam terbuka. Kegiatan ini sudah dimulai sejak zaman Yunani kuno.

Sedangkan dalam bentuk pendidikan formal, dimulai sejak 1821, ditandai

dengan didirikannya Round Hill School, di Inggris. Tetapi secara sistematik

kegiatan ini baru dipopulerkan di Inggris tahun 1941. Lembaga pendidikan

outbond dibangun oleh seorang pendidik berkebangsaan Jerman bernama Kurt

Hahn bekerjasama dengan pedagang Inggris bernama Lewrence Holt. Kedua

orang ini membangun pendidikan berdasarkan petualangan (adventured based

education). Sedangkan menurut Badiatul Muchlisin Asti (2009) Outbound

training adalah kegiatan pelatihan di luar ruangan atau di alam terbuka

(outdoor) yang menyenangkan dan penuh tantangan. Bentuk kegiatannya

berupa simulasi kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang

kreatif, rekreatif dan edukatif baik secara individual maupun kelompok,

dengan tujuan untuk mengembangkan diri (personal development) maupun

kelompok (team development). Melalui pelatihan outbound, diharapkan lahir

pribadi-pribadi baru yang penuh motivasi, berani, percaya diri, berpikir

kreatif, memiliki rasa kebersamaan, tanggung jawab, kooperatif, rasa saling

percaya dan lain-lain (Badiatul muchlisin Asti 2009).

Adapun jenis-jenis outbound, yaitu outbound yang lebih menekankan

terhadap kemampuan fisik (real outbound) dan outbound yang lebih ringan

dan lebih mudah dilakukan (fun outbound).


18

a) Real Outbound

Kegiatan outbound ini memerlukan suatu ketahanan dan

fisik yang cukup besar. pada outbound ini, peserta akan melakukan

suatu petualangan (adventure), yang penuh tantangan. Adapun

kegiatan-kegiatannya seperti; bertahan di hutan/jungle survival,

mendaki gunung, arung jeram, panjat dinding atau panjat tebing,

kegiatan di arena tali, dan lain sebagainya. Real outbound inilah

yang merupakan kegiatan outbound aslinya, yang kegiatannya

memerlukan suatu lokasi yang khusus/berpotensi untuk kegiatan

ini. Selain itu perlengkapan maupun fasilitas yang dibutuhkan

harus tepat, lengkap dan cukup rumit, yang juga harus didampingi

oleh instruktur yang ahli dibidangnya, mengingat outbound jenis

ini merupakan kegiatan berisiko tinggi.

Setiap peserta outbound tidak hanya harus memiliki fisik

yang kuat, tetapi juga kesiapan mental. Dengan persiapan yang

matang tersebut, risiko-risiko terburuk kemungkinan besar dapat

dihindari, sedangkan rintangan-rintangan yang ada dapat dilewati

dan diatasi tanpa adanya masalah yang berarti.

Kegiatan real outbound yang berisiko dan rumit ini,

mengingatkan pada para peserta yang mengikutinya agar tetap

waspada dan tidak melakukan hal-hal diluar prosedur kegiatan.

Para peserta wajib untuk mengikuti segala peraturan yang telah

dibuat agar kegiatan berjalan dengan lancer dan demi tercapainya


19

tujuan pelatihan. Selain itu, dengan menaati semua prosedur

pelatihan, tentu para peserta dapat melewati rintangan tanpa adanya

kesulitan dan gangguan, serta dapat terhindar dari kecelakaan yang

fatal.

Karena adanya risiko yang besar, beberapa pendapat

mengatakan bahwa kegiatan outbound training ini adalah hal yang

konyol untuk dilakukan. Namun melihat dari manfaat kegiatan ini,

tentu banyak pendapat juga yang mengatakan kegiatan ini pantas di

coba karena memiliki sangat banyak manfaat.

b) Fun Outbound

Pada Fun Outbound kegiatan di dalamnya tidak begitu

menekankan pada kekuatan fisik pesertanya, sehingga banyak

pendapat yang mengatakan bahwa fun outbound bukanlah

outbound yang sesungguhnya. Di dalam fun outbound, para peserta

hanya terlibat dalam permainan-permainan ringan (games), tetapi

sangat menyenangkan dan berisiko kecil, namun tetap mengandung

manfaat yang besar terhadap pengembangan diri. Adapun

manfaatnya adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial,

seperti membangun karakter, sifat-sifat kepimpinan, dan

kemampuan kerja sama tim atau kelompok.

Fun outbound dapat dilakukan di mana saya sesuai dengan

kebutuhan dari games yang dimainkan. Beberapa dari games yang


20

tergolong ke dalam fun outbound ada yang menggunakan

peralatan, bahkan ada juga yang tidak menggunakan sama sekali.

Jenis outbound seperti ini biasanya dilakukan oleh anak-

anak sekolah hingga remaja, karena mereka yang mengikuti fun

outbound tidak perlu memiliki kemampuan fisik seperti yang

diperlukan dalam real outbound. Orang dewasa juga dapat

menikmati, tergantung kondisi fisik serta jenis permainan yang

dimainkan.

Apapun jenisnya, outbound dengan berbagai jenis petualangan

(adventure) dan permainan (games) yang biasa dijalankan sebenarnya

memiliki manfaat yang beragam, diantaranya (Dzikron, 2011).

1. komunikasi efektif (effective communication)

2. pengembangan tim (team building)

3. pemecahan masalah (problem sulving)

4. kepercayaan diri (self confidence)

5. kepemimpinan (leadership)

6. kerja sama (sinergi)

7. permainan yang menghibur dan menyenangkan (fun games)

8. konsentrasi/fokus (concentration)

9. kejujuran/sportivitas.

Ragam manfaat tersebut bermuara pada tercapainya pengembangan diri

(personal development) dan tim (team development) yang dapat dirasakan oleh

para peserta. Karena sukses seseorang dalam kehidupannya, terutama dalam


21

karier bisnis dan organisasi, sangat ditentukan oleh kepercayaan diri (self

efficacy), kemampuan mengontrol emosi, dan kemampuan berinteraksi dengan

orang lain. Para pakar di bidang kecerdasan emosi berpendapat bahwa sukses

dalam karier di perusahaan (juga di ranah kehidupan lainnya) lebih ditentukan

oleh kecerdasan emosional dibangdikan dengan kecerdasan intelektual. Oleh

karena itu, upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional mendapat

perhatian yang semakin besar.

Ada beberapa ciri yang menandai apakah seseorang memiliki kecerdasan

emosional yang baik. Ciri-ciri tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut.

a. Mentalitas Berkelimpahan (abundance mentalitaty)

Sifat kepribadian ini dimiliki oleh orang yang suka membagi-bagi

apa yang dimiliki kepada orang lain. Orang yang demikian selalu meras

bahwa dengan memberikan apa yang dia miliki kepada orang lain akan

membuat dia merasa lebih kaya. Sifat ini adalah lawan dari mentalisasi

yang pelit (scarcity mentality). Orang yang memiliki sifat pelit selalu

ketakutan dan dia tidak akan mendapatkan sesuatu bila orang lain sudah

mendapatkannya.

b. Pikiran Positif pada Orang Lain

Bila seseorang memiliki sifat ini, dia akan melihat orang lain

sebagai bagian dari kebahagiaan hidupnya sendiri. Selain itu dia selalu

melihat sisi positif hal-hal yang dilakukan dan dipikirkan oleh orang lain.

Covey (1990) menggunakan istilah “seek first to understand than to be

understood” (berusaha mengerti orang lain lebih dahulu baru diri sendiri
22

dimengerti). Orang yang memiliki sifat kepribadian ini tidak akan segera

menarik kesimpulan tentang apa yang dikatakan orang lain sebelum dia

mengerti apa yang dipikirkan oleh orang lain.

c. Kemampuan Berempati

Sifat ini dimiliki oleh orang yang bisa merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain. Kepekaan perasaan yang dimilikinya membuat

dia mudah merasakan kegembiraan dan kesusahan orang lain. Orang yang

tidak memiliki kemampuan berempati biasanya sangat sulit untuk

berhubungan baik dengan orang lain. Perasaannya tumpul dalam

memahami kebutuhan orang lain.

d. Komunikasi Transformasional

Sifat ini dimiliki oleh orang yang selalu memilih kata-kata yang

enak didengar telinga dalam berbicara pada orang lain, dia tetap memilih

kata-kata yang menyejukkan hati dan pikiran dalam menanggapi

perbedaan tersebut.

e. Berorientasi sama-sama Puas

Sifat ini dimiliki oleh orang yang dalam interaksinya dengan orang

selalu ingin membuat orang lain merasa gembira dan dia juga gembira.

Orang yang demikian memiliki rasa respek pada orang lain.

f. Sifat Melayani (Serving Attitude)


23

Orang yang memiliki sifat demikian ini sangat senang melihat

orang lain senang dan sangat susah melihat orang lain susah. Sifat ini

adalah lawan dari sifat egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau

golongannya sendiri. Orang yang memiliki sifat melayani, kalau menjadi

pemimpin, dia bukan minta dilayani tapi melayani kepentingan orang

yang dipimpinnya.

g. Kebiasaan Apresiatif

Orang yang memiliki sifat ini suka memberikan apresiasi pada apa

yang dilakukan oleh orang lain. Apresiasi yang diberikan pada orang lain

membuat orang lain merasa dihargai.

Sifat-sifat diri itu memang tidak semua dapat tercapai “hanya” dengan

sebuah kegiatan outbound yang hanya berlangsung dalam hitungan hari (1-4

hari). Tapi, kegiatan outbound, terutama yang dirancang khusus untuk tujuan-

tujuan tertentu, bisa menjadi starting point (titik pijakan) bagi seseorang untuk

menemukan konsep diri dan perilaku yang lebih baik pada hari-hari berikutnya.

Dengan konsep-konsep interaksi antara peserta dan dengan alam, melalui

kegiatan simulasi di alam terbuka, diyakini dapat memberikan suasana yang

kondusif untuk membentuk sikap, cara berpikir, dan persepsi yang kreatif dan

positif dari setiap peserta guna membentuk rasa kebersamaan, keterbukaan,

toleransi, dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapnya akan mampu

memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam

kehidupannya. Melalui simulasi Outdoor Activity ini, peserta juga akan mampu

mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development)


24

maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi

dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi pemipin,

manajemen riksiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif.

Gambar 2.1 Outbound


Sumber : G-Adventure Semarang

2. Paralayang

Perkembangan olahraga ini berawal di kawasan Eropa pada dasawarsa

1970an, terutama di negara-negara yang berdekatan dengan pegunungan

Alpen antara lain Perancis Swiss Australia dan Jerman.

Selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah dunia lainnya misalnya

di Amerika dan Asia. Di kawasan Asia Tenggara perkembangan olahraga ini

dipelopori Indonesia yang mengenalnya sejak tahun 1990.


25

Yogyakarta didirikan sebuah perkumpulan paralayang “Merapi” yang

didirikan oleh Dudi Arif Wahyudi dan Gendon Subandono. Parasut yang

digunakan adalah keyboard berakar dari parasut de France tahun 1987.

Kemudian pada tahun 1991 muncul peminatan minat baru yaitu David

A. Teak dari Jakarta, feri maskulin dari Bali dan Daweris Tahir dari Padang.

Sedangkan Bernard Fode seorang penerbang paralayang berkewarganegaraan

Prancis yang menetap di Denpasar mulai memperkenalkan olahraga ini di

Bali. Pada akhir tahun 1991 Wien Suharjo, dua orang pecinta alam skineige,

juga mulai tertarik dengan olahraga ini setelah merasakan kenikmatannya.

Akan tetapi jumlah penerbang maupun peralatan olahraga paralayang

masih sangat sedikit. Baru pada tahun-tahun berikutnya perkembangan

olahraga ini kelihatan pesat dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Para penggemar olahraga itu lebih banyak datang dari atlet-atlet pendaki

gunung.

Pada tahun 1993, untuk pertama kalinya terjadi jika kecelakaan yang

menimpa atlet Dudy Arif Wahyudi. Pada waktu itu 6 Februari 1993, dia tewas

saat sedang berusaha melakukan pendaratan darurat di bawah sebuah tebing

yang terletak di sebelah timur pantai Parang Endog Parangtritis.

Walaupun demikian peristiwa itu tidak membuat kendur para keluarga

pelayan bahkan sejak 1995 mulai bermunculan perkumpulan berhubungan

baru antara lain: klub paralayang timbis di Bali, club paralayang Merapi di

Jakarta, divisi paralayang skineige paraglider Jakarta, paralayang aranyacala

Trisakti Jakarta, papatong Bogor, papaya Jakarta dan Krakatau aerosport


26

Cilegon. Pada tahun 1996, perkumpulan ini sepakat untuk bergabung ke dalam

induk organisasi FASI. (Ananda Fitriani, 2011: 41)

Gambar 2.2 Paralayang


Sumber : www.CNN.Indonesia.com

3. Panjat Tebing dan Panjat Dinding

a. Panjat Tebing

Pada dasarnya panjat tebing adalah bagian dari mountaineering

(kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat

yang tinggi), hanya saja disini kita menghadapi medan yang khusus.

Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, mountaineering

dapat dibedakan menjadi: Hill Walking, Rock Climbing, dan Ice/Snow

Climbing. Hill walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian


27

hutan dan perbukitan dengan berbakal pengetahuan peta/kompas dan

survival (bertahan hidup). Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya

suatu perjalanan. Untuk panjat tebing, medan yang dihadapi berupa

perbukitan atau tebing dimana bantuan tangan sangat dibutuhkan untuk

menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian.

(Munasifah, 2019: 15)

Menurut Sutejo (2011) pertama kali panjat tebing dikenal di

kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan

alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas

pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki

dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru

dalam panjat tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan

panjat sangat dibatasi dalam penggunaan piton dengan alasan merusak

lingkungan. Hal itulah yang menyebabkan ketinggalan dari Jerman.

Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun

1920.

Tahun 1970, para pemanjat Amerika mulai mengembangkan teknik

baru di kawasan Yosemite. Memasuki tahun 1980 panjat tebing mulai

terpisah dari induknya (mendaki gunung). Sementara di Indonesia sendiri

mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri

antaranya; Harry Sulistyarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, dan

Dedi Hikmat yang mulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat. Kantor

kementerian Negara Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan Pusat


28

Kebudayaan Perancis (CCP) tahun 1989 mengundang para pemanjat

Perancis Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corriene Lebrune serta Jean

Harau seorang instruktur teknis panjat tebing.

Berdirinya FPTGI diikrarkan di Tugu Monas 21 April 1988 yang

dilakukan sekitar 40-an orang dari berbagai OPA dari Jakarta, Bandung,

Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang.

Kemudian FPTGI berubah menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing

Indonesia). Tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des

Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing

dan gunung Internasional.

Tahun 1994 FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan mulai ikut even Pekan

olahraga Nasional (PON) sejak 1996 dengan menggunakan dinding panjat

buatan atau panjat dinding.

Gambar. 4.3 Panjat Tebing


Sumber : Liputan6.com
29

b. Panjat Dinding

Panjat Dinding adalah olahraga yang muncul dari olahraga alam

bebas yaitu panjat tebing yang diresmikan pada tahun 1996 pada Pekan

Olahraga Nasional (PON). Olahraga panjat dinding memiliki kategori

yang telah dikembangkan menurut teknik pemanjatannya (Kunto Aji 2010:

22)

Pada olahraga panjat dinding terdapat 3 kategori pemanjatan yaitu

(1) kategori lead, (2) kategori boulder, dan (3) kategori speed. Kategori

lead adalah kategori pemanjatan rintisan atau pemanjat memasang sendiri

pengaman pada tiap runner pengait dari suatu jalur pemanjatan. Tinggi

papan 15 sampai 20 meter. Kategori boulder adalah kategori yang

menuntut pemanjat hanya menggunakan matras sebagai pengaman dalam

menyelesaikan jalur, karakter jalur pemanjatan boulder relatif sulit. Tinggi

papan/dinding boulder 5 – 8m. Kategori speed/kecepatan adalah kategori

yang menuntut pemanjat harus menyelesaikan suatu jalur dengan waktu

yang relatif cepat, karena penilaian terhadap kategori kecepatan adalah

waktu yang diperoleh pemanjat dalam menyelesaikan suatu jalur. Tingkat

kesulitan pada jalur kecepatan biasanya menggunakan jalur tangga/classic

(Harry Sulistyarto 1999: 23).


30

Gambar 4.4 Panjat Dinding


Sumber : unnes.ac.id
2.1.3 Industri Olahraga

Menurut Sigit Nugroho (2019) Industri olahraga adalah sebuah industri

yang menciptakan nilai tambah dengan memporduksi dan menyediakan olahraga

yang berkaitan dengan peralatan dan layanan. Pada Undang-undang Republik

Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bahwa

industri olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk barang

dan/atau jasa. Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang

diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat.

Menurut Danang Aji (2017) Industri olahraga merupakan proses mengolah

barang dan jasa menjadi barang jadi ataupun setengah jadi dalam bidang olahraga

dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sehingga dapat memenuhi

kebutuhan. Berdasarkan penjelasan di atas, industri terbagi menjadi dua yaitu

industri barang dan industri jasa. Begitupun dengan industri olahraga, dimana

hasil akhir atau produk yang dihasilkan bisa berupa barang maupun jasa.

Industri barang cakupan bidang olahraga diantaranya adalah pembuatan

alat-alat olahraga, penjualan perlengkapan olahraga seperti sepatu, baju, aksesoris


31

dan sebagainya. Sedangkan industri jasa dalam bidang olahraga seperti pembuatan

sekolah olahraga seperti akademi futsal, bola basket, dan sebagainya, pengadaan

event olahraga, penyewaan sarana olahraga dan sebagainya.

2.1.4 Outdoor Activity Sebagai Industri Olahraga

Sesuai dengan definisi industri olahraga diatas, yang menerangkan bahwa

industri olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk barang

dan/atau jasa. Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang

diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat.

Oleh karena itu Outdoor Activity merupakan salah satu bentuk jasa yang

dapat diperjualbelikan atau disewakan untuk masayarakat. Seperti contoh wisata

paralayang, outbond, camping, dan sebagainya. Outdoor Activity merupakan salah

satu aktivitas yang dibutuhkan banyak orang dengan tujuan yang berbeda-beda.

Jadi Industri Olahraga khususnya Outdoor Activity bisa dikatakan sangat bisa

berkembang dan tetap eksis dalam jangka waktu sangat lama.

Agar tercapai Industri Olahraga yang baik dan terjaga eksistensinya

diperlukan SDM yang baik pula. Karena dalam industri ini dituntut untuk selalu

kreatif dan cepat beradaptasi dengan keadaan terkini agar masyarakat tetap ingin

menggunakan produk dari industri ini, baik produk jasa ataupun produk dalam

bentuk barang.

Salah satu Outdoor Activity dengan pelaku industri yang cukup banyak

yaitu outbound. Outbound training merupakan metode terbaru dalam menggugah

kecerdasan kolektif sebuah tim kerja. Kecerdasan kolektif dibangun dari

kematangan-kematangan individu, kemampuan koordinasi kilat, kepercayaan


32

antar anggota tim dan semangatyang saling mendukung. Outbund adalah sebuah

desain pelatihan yang dikemas untuk dilakukan diluar ruangan. Selain

mendekatkan diri kepada alam, fungsi rekreatif dan edukatifnya lebih mengena di

hati peserta (Risang Sutawijaya, 2008).

2.1.5 Masyarakat Pengguna Jasa Outdoor Activity

Masyarakat pengguna jasa Outdoor Activity sangatlah beragam, serta

dengan tujuannya masing-masing. Karena Outdoor Activity ini sangat universal

sifatnya dan tidak terpaku pada peraturan tertentu, sehingga kegiatan ini cocok

untuk semua umur, mulai dari bayi hingga lansia.

2.1.6 Eksistensi Jasa Outdoor Activity

Pengertian Eksistensi Eksistensialisme merupakan aliran yang melihat

manusia pada eksistensinya, yakni sejauh mana keberadaannya diakui oleh

masyarakat sekitarnya. Semakin diakui, maka semakin eksis ia. Aliran ini tidak

memperhitungkan materi beserta atribut yang dimiliki seseorang sebagai nilai

kemanusiaan. Abraham Maslow mengatakan bahwa, pengakuan tentang eksistensi

sebagai kebutuhan tertinggi manusia, jauh melampaui kebutuhan rasa aman,

kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

1. Eksistensi bukan hanya berarti “ada” atau “berada” seperti “ada” atau

“beradanya” barang lain, akan tetapi eksistensi sebagai pengertian

khusus hanya untuk manusia, yakni berada secara khusus manusia.

Manusia yang dalam keberadaannya itu sadar akan dirinya sedang

berada, berada di dunia dan menghadapi dunia, sebagai subjek yang

menghadapi objek, bersatu dengan realitas sekitarnya.


33

2. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , eksistensi adalah

keberadaan, kehadiran, yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan

dalam kamus 1 Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi,

(Jakarta: Kencana, 2015), Cet, Ke-4,hlm. 101. 2 Ibid, hlm.103. filsafat

Lorens, eksistensi berasal dari bahasa latin Exitere disusundari ex yang

artinya keuar dan sistere yang artinya tampil atau muncul.

3. Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan

menjadi empat pengertin. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada.

Kedua, eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga,

eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa

sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan. Rollo May

mengatakan, eksistensialisme lebih menekankan eksistensi dari pada

esensi. Ini menunjukan bahwa tidak ada kebenaran atau realitas,

kecuali kita berpartisipasi di dalamnya.

4. Philip dan Duncan mengemukakan dalam manajemen cara

mempertahankan sebuah perusahaan dapat dilakukan melalui

pemasaran. 3 Sary Eva Yanti, “ Eksistensi Radio Repubik Indonesia

(RRI) Palembang pada Era Media Online”, Skripsi Jurusan Jurnalistik,

(Palembang: Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang, 2015), hlm.

40. t.d 4 Irwansyah, “Eksistensi Komunitas Waria di Tengah

Perkembangan edia Informasu (Facebook) di Kota Palembang” Skripsi

Jurusan Jurnalistik, (Palembang: Perpustakaan UIN Raden Fatah


34

Palembang, 2016), hlm.26. t.d. 5 Sary Eva, Op. Cit., hlm. 42. 6 Anton

Bakker, Filsafat Sejarah, (Yogyakarta: Thafa Media, 2018), hlm. 149.

2.1.7 Hakikat Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Menurut profil program studi UNNES, Pendidikan Jasmani, Kesehatan

dan Rekreasi adalah program studi yang menyelenggarakan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi dengan tujuan menghasilkan lulusan dalam bidang

pengajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dilingkungan Satuan

Pendidikan. Lulusan jurusan Pendidikan Jasmani kesehatan dan Rekreasi juga

dibekali keterampilan manajemen penyelenggaraan pertandingan olahraga,

entertainment olahraga, sport enterpreneurship, journalism, dan kemampuan

menjadi pelatih cabang olahraga.

Adapun tujuan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi menurut profil

program studi UNNES antara lain:

1. Menyiapkan tenaga ahli di bidang pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan

2. Menyiapkan tenaga ahli di bidang Olahraga dan Rekreasi

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi serta mengupayakan penggunaannya untuk

meningkatkan taraf hidup para lulusan dan masyarakat guna mencapai

tujuan nasional.

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi dalam lingkup FIK UNNES

juga didesain untuk memiliki kompetensi lulusan sebagai berikut:

1. Kompetensi utama
35

a. Mampu mengelola dan menyelenggarakan pembelajaran

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan secara

inovatif dengan menggunakan teknologi pembatasan

mutakhir dalam suasana demokratis.

b. Mampu memberikan pembinaan dan pelatihan olahraga

dengan menggunakan pendekatan inovatif dan teknologi

mutakhir yang berwawasan budaya dan konservasi,

menjunjung nilai-nilai sportivitas dan nasionalisme

c. Mampu dengan cerdas memberikan bimbingan dalam

pembelajaran dan terampil dalam berolahraga

d. Mampu menjadi model bagi pembelajar sebagai warga

negara yang berkarakter dan bertanggungjawab

e. Mampu mengelola kegiatan pengembangan kepribadian

yang berkarakter melalui pendekatan aktivitas keolahragaan

2. Kompetensi Pendukung

a. Mampu menjadi pelatih olahraga

b. Mampu mengelola penyelenggaraan event olahraga

c. Mampu mengelola hiburan dan bisnis olahraga

d. Mampu mengembangkan industri keolahragaan

3. Kompetensi Lain

a. Mampu mengaplikasikan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk mendukung kelancaran tugas dan

peranannya
36

b. Mampu mengaplikasikan statistika dalam bidang

keolahragaan

Adapun, profil lulusan mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Universitas Negeri Semarang, antara lain:

1.) Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2.) Widyaiswara Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

3.) Tutor Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4.) Pembina, Intertainer dan Instruktur keolahragaan

Pada hakikatnya pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik

anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk

membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik

tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di

sepanjang hayatnya (Rusli Lutan, 2000:1). Jadi, secara sederhana pendidikan

jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk :

1.) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan

dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan

sosial.

2.) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam

aneka aktivitas jasmani.

3.) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang

optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan

terkendali.
37

4.) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas

jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan. Berpartisipasi

dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan

sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam

hubungan antar orang.

5.) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani,

termasuk permainan olahraga.

(Rusli Lutan, 2000:1)

2.2 Kerangka Berpikir

Peneliti menemui banyak sekali alumni PJKR yang bekerja diluar

jalur pendidikannya. Namun ada beberapa alumni yang berkecimpung

dibidang olahraga, misalnya sebagai trainer di gym, menjadi instruktur

senam, ataupun menjadi outbound trainer. Menurut peneliti, alumni PJKR

harusnya lebih cakap dalam merancang dan mengelola bisnis Outdoor

Activity ini, karena menurut peneliti, alumni PJKR lebih dekat dengan hal

ini dibanding dengan alumni dari program studi dan fakultas lain. Oleh

karena itu penelitian ini membahas tentang peran alumni Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi dalam pengembangan dan eksistensi

industri Outdoor Activity.

Berdasarkan uraian tersebut, maka model kerangka berpikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pendidikan Guru

Meningkatkan dan
membuka lapangan
Olahraga Founder
kerja baru bagi
lingkungan sekitar

Alumni PJKR Membantu


Trainer mengembangkan
38

Gambar. 2.5 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Latar dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif yang menjelaskan dan

menggambarkan keadaan dengan menggunakan deskripsi berupa kata-

kata. Menurut Bogdam dan Taylor dalam Moleong Lexy J (2010: 3)

metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dengan dasar penelitian kualitatif yang dilakukan

berarti untuk mendapatkan teori dasar dengan menggunakan landasan

untuk menghasilkan teori-teori dari data yang bukan angka-angka atau

numerik.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono 2008:222).

Jadi penelitian kualitatif deskriptif yang di maksud adalah prosedur

atau cara memecahkan masalah dengan memaparkan objek yang diteliti

(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta

aktual pada saat sekarang. Rancangan penelitian kualitatif deskriptif ini

39
40

digunakan peneliti untuk mengetahui Peran Alumni PJKR dalam

Pengembangan dan Eksistensi Industri Outdoor Activity.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Karena keterbatasan peneliti, peneliti memutuskan lokasi dalam

penelitian ini adalah Wisata Umbul Sidomukti. Karena menurut peneliti,

lokasi tersebut terdapat banyak industri Outdoor Activity.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan

tentang suatu fakta atau pendapat (Suharsimi Arikunto 2010:188). Sasaran

dalam penelitian ini adalah pelaku industri Outdoor Activity dari lulusan

PJKR.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006:

129). Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1) Observasi

Menurut Moleong (2010: 175) observasi atau pengamatan

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Teknik observasi

pengamatan secara langsung merupakan cara yang baik dalam melihat


41

kejadian yang sebenarnya. Teknik ini juga sangat menguntungkan bagi

peneliti karena memungkinkan peneliti untuk memahami situasi yang

serumit apapun dan dapat memahami beberapa tingkah laku yang muncul

secara bersama-sama. Observasi ditujukan untuk mengetahui keadaan

yang sebenarnya pada saat itu juga dan langsung mengetahui obyek yang

diteliti. Observasi digunakan diawal penelitian yang fungsinya mengetahui

keadaan obyek penelitian.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya pada industri Outdoor Activity yang

ada di Semarang dan sekitarnya dengan mendatangi beberapa lokasi

Outdoor Activity yang ada.

2) Wawancara

Menurut Moleong (2010: 186) wawancara atau interview adalah

percakapan yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara merupakan salah

satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam

penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

wawancara secara langsung yaitu wawancara yang diadakan secara

langsung dengan narasumber dan dilakukan tanpa adanya pihak ketiga

atau perantara. Panduan wawancara digunakan untuk memandu

pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung.

Wawancara secara langsung diangggap cara yang paling baik, karena


42

dengan wawancara secara langsung dengan narasumber, peneliti dapat

mengetahui keadaan dan situasi obyek penelitian secara rinci.

Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada 2 subyek

penelitian yaitu pemilik/pengelola usaha dan praktisi Outdoor Activity.

3) Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010: 274) metode dokumentasi merupakan

metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya. Pada penelitian ini, dokumentasi

digunakan oleh peneliti sebagai metode pengumpulan data yang ketiga

setelah wawancara dan observasi. Dokumentasi salah satu fungsinya

adalah sebagai penguat data yang telah diteliti. Dimana selain penguat

dokumentasi merupakan metode yang mendukung agar hasil yang diteliti

lebih bervariatif dan lengkap. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah

data yang berkaitan dengan kegiatan industri Outdoor Activity, data

pegawai usaha Outdoor Activity, dan foto kegiatan observasi dan

wawancara.

3.4 Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif keabsahan data merupakan hal yang

sangat penting, karena keabsahan data merupakan jaminan kepercayaan

dalam pemecahan permasalahan yang diteliti. Selain jaminan kepercayaan


43

keabsahan data juga berfungsi sebagai alat untuk menyatakan suatu data

tersebut adalah valid. Untuk menjamin kepercayaan data, peneliti

menggunakan 4 kriteria terkait dengan keabsahan data. Uji keabsahan data

dalam penelitian ini meliputi uji credibility (derajat kepercayaan),

transferability (derajat ketepatan), dependability (keabsahan), dan

confirability (objektivitas).

1) Uji Credibility (Derajat kepercayaan)

Dalam penelitian kualitatif untuk menguji suatu kredibilitas data

atau kepercayaan suatu data hasil penelitian dapat dilakukan dengan

berbagai cara pengujian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3

teknik untuk pengujian kredibilitas atau derajat kepercayaan dengan

triangulasi. Menurut Moleong (2011: 330) triangulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data yang ada. Untuk menentukan data yang didapat

sah atau tidak peneliti menggunakan 2 jenis triangulasi, yaitu:

(1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Nilai dari

teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk

mengetahui data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan


44

pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data,

bila dibandingkan dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2011: 241).

Sumber data dalam hal ini yaitu informan. Data yang telah

diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa informan,

kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang

sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari sumber data

tersebut, sehingga menghasilkan suatu simpulan yang selanjutnya

dimintakan kesepakatan dengan beberapa informan tersebut

(member check).

(2) Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2011: 241) triangulasi teknik berarti

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Teknik

pemeriksaan data dilakukan peneliti yaitu dengan membandingkan

data hasil observasi dengan wawancara kepada praktisi industri

iOutdoor Activity.

2) Pengujian Transferability (ketepatan data)

Tahapan dalam keabsahan data selanjutnya yaitu dengan pengujian

transferability. Transferability merupakan validitas eksternal atau disebut

sebagai derajat ketepatan suatu data dalam penelitian kualitatif. Dalam

pengujian ini, penelitian dilakukan dengan cara mendeskripsikan secara

rinci, sistematis, dan dapat dipercaya dengan tujuan agar orang lain mampu

memahami hasil penelitian kualitatif tersebut, sehingga ada suatu


45

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian. Sehingga penelitian ini

bisa diterapkan dikemudian hari oleh umum.

3) Pengujian Dependability (keabsahan)

Dalam penelitian kualitatif, pengujian keabsahan data dilakukan

dengan cara melakukan uji dependability. Uji dependability dilakukan

dengan cara melakukan audit terhadap semua proses penelitian. Kriteria

untuk menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak disebut dengan

dependabilitas. Dalam uji dependability untuk menetapkan bahwa proses

penelitian dapat dilakukan penelitian adalah dengan menyatukan

dependabilitas dan konfirmabilitas.

4) Pengujian Konfirmability (objektivitas)

Pengujian konfirmability merupakan kebenaran yang natural yang

menunjukkan bahwa proses penelitian sesuai dengan sistematis dan tanpa

manipulasi. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007: 173)

konfirmability berkaitan dengan masalah kebenaran naturalistik yang

ditunjukkan dengan dilaksanakannya proses alur pemeriksaan audit trail.

Trail artinya jejak yang dapat dilacak atau ditelusuri, sedangkan audit

artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang dihasilkan sehingga timbul

keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu benar-benar apa adanya. Dengan

kata lain, maksud dari trail dan audit adalah menunjukkan bukti bahwa

penelitian dilakukan dengan sistematis, jujur, dan menggunakan berbagai

sumber agar hasil penelitian ini dapat dipercaya kebenarannya.


46

Menurut Moelong (2011: 320) keabsahan data adalah bahwa setiap

keadaan pengambilan data harus memenuhi:

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari

prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusannya.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi

‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntunan pengetahuan, kriteria dan

paradigmanya sendiri. Agar memperoleh temuan yang valid dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya maka data dalam penelitian ini

dilakukan uji kredibilitas atau validitas internal, validitas eksternal,

reliabilitas (Moleong, 2011: 322).

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasil yang lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap

dan sistematis sehingga mudah diolah (Sugiyono, 2011: 222).

Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang

digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan menguji hipotesis melalui instrumen tersebut.


47

Agar kualitas instrumen baik maka dalam menyusun instrumen

harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) masalah dan variabel yang

diteliti harus jelas, sehingga dapat memudahkan dalam menentukan jenis

instrumen yang akan digunakan; 2) sumber data/informasi baik jumlah

maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau

dasar dalam menentukan isi instrumen penelitian; 3) jenis data yang

diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat

memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian; 4)

mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang

diperlukan.

Pada penelitian ini, peneliti menyusun instrumen berdasarkan pada

POAC (Plan, Do, Check, Action). POAC merupakan dasar manajemen

untuk organisasi manajerial. Oleh karena itu POAC dapat

mengidentifikasikan atau mengetahui peran alumni PJKR terhadap

pengembangan dan eksistensi industri outdoor activity di Semarang.

Menurut Yohanes Dakhi (2016) fungsi POAC sendiri dalam suatu

organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu

organisasi dalam pencapaian tujuannya.

1) Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana

untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai

fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer

kerjakan. Di dalam Planning, manajer memperhatikan masa depan,


48

mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan

melakukannya”. Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari

perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian

setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam

menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer

harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian

organisasi.

2) Organizing

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia

dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan

mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga

meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap

tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk

mengerjakan beberapa tugas. Aspek utama lain dari Organizing adalah

pengelompokan kegiatan ke departemen atau beberapa subdivisi lainnya.

Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya manusia

diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk

pekerjaan merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian

adalah suatu aktifitas utama yang terkadang diklasifikasikan sebagai

fungsi yang terpisah dari Organizing.

3) Actuating

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang

sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana,


49

berbeda dari Planning dan Organizing. Actuating membuat urutan rencana

menjadi tindakan dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata,

rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi

kenyataan.

4) Controlling

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal

ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan

yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya

mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan

penjualan. Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana

awal perlu direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh

ada perubahan, maka seorang manajer akan kembali pada proses Planning.

Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari

controlling.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta

membuat simpulan sehingga mudah dipahami. Pengelolaan data dilakukan secara

bertahap.Kegiatan analisis data dalam penelitian ini yang digunakan oleh peneliti
50

adalah membaca, mengamati, dan memahami serta mempelajari secara teliti

seluruh data yang sudah terkumpul yang didapat dari hasil kegiatan wawancara,

observasi, dan dokumentasi, serta studi pustaka (Sugiyono, 2010: 335). Analisis

data diartikan sebagai penyusunan dan perumusan sebuah data secara runtut dan

sistematis yang diperoleh dari berbagai data yang didapat melalui wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi dan kemudian dijabarkan secara rinci dan

jelas. Analisis data terbagi menjadi beberapa tahapan agar memperoleh data yang

runtut dan sitematis, antara lain:

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan data, dimana data yang

diperoleh dari lapangan dirangkum menjadi sebuah ringkasan dan

difokuskan menjadi data yang pokok. Reduksi data merupakan

penyimpulan data dari data yang masih rancu dan belum tertata dijadikan

data yang pokok dan diambil inti dari data yang diperoleh di lapangan dan

disederhanakan menjadi data yang mudah dipahami dan maksud artinya

tersampaikan.

2) Penyajian Data (Data Display)

Kegiatan kedua setelah data direduksi adalah penyajian data yang

digunakan untuk menyampaikan suatu informasi yang telah diperoleh di

lapangan, disusun secara sistematis, baik, dan runtut. Dalam penelitian

kualitatif penyajian data yang digunakan adalah dengan teks yang bersifat

naratif. Penyajian data yang baik meliputi berbagai jenis matrik, grafik,

bagan yang semuanya tersusun secara rapi dalam bentuk yang terpadu,
51

sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Penyajian data juga harus

memperhatikan dari tulisan itu sendiri, dari penataan kata, penulisan yang

benar dan penyajian gambar yang jelas agar dapat dipahami dan diartikan

dengan baik.

3) Penarikan Simpulan (Verification / Conclution Drawing)

Penarikan simpulan merupakan menyimpulkan data dimulai dari

pengumpulan data hingga penulisan data. Peneliti mulai mencatat data dan

mengadakan pengamatan di lapangan mengenai sumber-sumber data baik

yang berupa orang maupun berbentuk barang atau dokumen. Verifikasi

dan penarikan simpulan berusaha mencari makna dari semua komponen

yang disajikan. Dalam melakukan verifikasi dan penarikan simpulan,

dilakukan kegiatan peninjauan kembali terhadap penyajian data dan

catatan lapangan.

4) Variabel penelitian

Menurut Sugiono (2011) variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Peran Alumni PJKR pada penelitian sebagai Variabel bebas

2. Eksistensi Jasa Outdoor Activity sebagai Variabel terikat


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Industri Olahraga di Semarang

Industri olahraga di Semarang sangatlah beragam, mulai dari

industri skala kecil hingga skala besar. Mulai dari yang lingkup Kelurahan

hingga lingkup Provinsi bahkan Nasional. Karena banyaknya industri

olahraga di Semarang, memudahkan masyarakat dalam memilih olahraga

apa yang ingin dilakukan. Apabila ingin olahraga yang tanpa

mengelurakan biaya besar, masyarakat bisa dating ke GOR Jatidiri

Seamarang, GOR Tri Lomba Juang, atau ke taman-taman yang telah

disediakan pemerintah di tiap-tiap keluarahan. Apabila ingin berolahraga

dengan fasilitas yang lebih masyarakat bisa bermain bulutangkis di

berbagai GOR yang dapat disewa mulai dari harga Rp.10.000. Masyarakat

juga bisa bermain futsal dengan tempat yang memadai di berbagai

lapangan futsal di Kota Semarang. Masyaarkat juga bisa melakukan

aktivitas berenang di berbagai kolam renang yang ada di Semarang.

Untuk kepentingan sekolah, kantor dan kegiatan yang dilakukan

beramai-ramai masyarakat bisa memanfaatkan jasa outdoor activity

dimana mereka menyediakan berbagai macam kegiatan yang dapat

dilakukan secara Bersama-sama dan mampu meningkatkan keakraban satu

sama lain. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah melakukan

52
53

outbound, tracking, hiking, dan berbagai permainan yang diberikan oleh

tim outdoor activity. Di semarang sangat banyak penyedia jasa outdoor

activity, salah satunya adalah Ra’Gentar Adventure yang berlokasi di

kawasan wisata umbul sidomukti Kab. Semarang.

4.1.2 Gambaran Umum Ra’Gentar Adventure

Ra’Gentar Adventure merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang Outbound Training, family gathering, adventure trip, team

building dan pengelola camping. Ra’Gentar Adventure sudah

berpengalaman lebih dari 15 tahun, tepatnya mereka berdiri sejak tahun

2007. Mereka menyediakan beberapa paket-paket wisata olahraga, dari

mulai yang ringan dan mudah hingga olahraga yang ekstrim. Selain dari

paket-paket yang mereka tawarkan, ra’gentar adventure tidak membatasi

apapun yang diinginkan customer, karena mereka menyadari bahwa

kebutuhan tiap orang dan tiap kelompok itu berbeda-beda. Sehingga

ra’gentar adventure siap melayani dan memenuhi kebutuhan customer

nya. Hal tersebut menjadikan salah satu faktor ra’gentar adventure mampu

bertahan sampai sejauh ini. Ra’gentar adventure beroperasi di Kawasan

wisata Umbul Sidomukti, Desa Sidomukti, Kec. Bandungan, Kab.

Senarang, Jawa Tengah.


54

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Wawancara

1. Planning

- Bagaimana awal terbentuknya ra’gentar adventure ini?

o Awalnya para pendiri melihat begitu besar potensi yang ada di

wisata umbul sidomukti ini. Awalnya wisata ini digunakan

masyarakat untuk menikmati suasana dan pemandangan alam

yang sangat menawan. Oleh karena itu kami berfikir bahwa ini

bisa dijadikan sesuatu yang lebih daripada sekarang ini.

Awalnya kami membuka jasa outbound dengan beberapa

permainan.

- Tujuan apa yang ingin di capai ra’gentar adventure saat pertama kali di

bentuk?

o Tujuannya jelas ingin berbisnis di bidang industri olahraga ini

khususnya outbound. Kemudian bertujuan juga untuk

memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat

melalui olahraga outbound. Karena memang kami melihat

peluang yang bagus dan cocok untuk dikembangkan.

- Kendala apa yang dihadapi ketika awal memulai membangun ra’gentar

adventure?

o Kendala yang kami hadapi yang pertama adalah perijinan,

karena lokasi yang ingin kami gunakan adalah kawasan wisata


55

sehingga membutuhkan effort lebih untuk memproses perijinan

pendirian usaha di sini. Kendala kedua adalah mengenai

pendanaan, karena kami memulai bukan dari PT yang besar,

sehingga kami menggunakan dana yang kami miliki untuk

mencoba mendirikan usaha ini. Dengan kesabaran dan mulai

dari yang terkecil terlebih dahulu. Kendala selanjutnya adalah

melakukan promosi dan membuat masyarakat tertarik dengan

jasa yang kami tawarkan dan akhirnya bersedia menggunakan

jasa kami.

2. Organizing

- Bagaimana cara ra’gentar adventure mengatur jobdesk para

karyawannya?

o Dalam hal pengorganisasian kami memilki keterbatasan

sumber daya manusia. Jadi kami membuat satu orang megang

lebih dari 1 jobdesk. Misalnya saya saya menjabat sebagai

bidang SDM, perekruta, trainer, perencana program, serta

fasilitator. Namun ada 1 orang yang hanya memegang satu

jabatan yaitu bagian keuangan.

- Bagaimana cara ra’gentar melakukan perekrutan karyawan?


o Cara melakukan perekrutan anggota baru dalam upaya

regenerasi ra’gentar adventure dilakukan melalui sosmed

(sosial media). Selain melalui sosmed (sosial media) dilakukan

juga perekrutan dengan membuka kesempatan kepada


56

masyarakat sekitar. Khusus untuk warga sekitar, ada beberapa

pilihan pekerjaan yaitu sebagai fasilitator dan marketing.

Sampai saat ini dalam ra’gentar adventure terdapat 8 orang

masayarakat yang ikut serta bekerja. Untuk masyarakat umum

saat ini baru dilakukan perekrutan sebagai fasilitator. Setelah

dilakukan perekrutan tim ra’gentar memberikan pelatihan

selama 3 bulan dalam rangka mematangkan kemampuan

anggota baru agar siap bersama-sama mengembangkan

ra’gentar adventure. Dalam hal perekrutan ini saya mengawal

dari tahap interview hingga training selesai dan siap bekerja.

3. Actuating
- Bagaimana cara ra’gentar memastikan semua proses berjalan dengan
baik?
o Peran pimpinan dalam ra’gentar adventure sangat dibutuhkan

dalam mengambil keputusan, yang biasa dilakukan pimpinan

ra’gentar adventure adalah mengambil keputusan berdasarkan

hasil kesepakatan bersama. Pembuatan keputusan digunakan

juga saat akan mengeksekusi ide-ide baru seperti membuat

permainan baru, merealisasikan permintaan dari klien, dan lain

sebagainya.

- Bagaimana cara menjaga konsistensi karyawan?


o Ra’gentar adventure juga memiliki jadwal pertemuan rutin tiap

1 bulan sekali untuk melakukan evaluasi, perencanaan jangka

pendek, jangka panjang, dan brainstorming mengenai gagasan-


57

gagasan yang dimiliki demi kemajuan ra’gentar adventure.

Evaluasi digunakan sebagai bahan penilaian dan perbaikan

apabila ada hal yang tidak sesuai dengan SOP dan ada kendala

dalam bekerja. Apabila tidak terjadi kesalahan, dapat

mendorong karyawan untuk mempertahankan performa di

bulan berikutnya.

4. Controlling

- Bagaimana cara ra’gentar memastikan semua proses berjalan dengan

baik?

o Tindakan yang biasa dilakukan oleh ra’gentar adventure untuk

mengontrol seluruh operasional perusahaan adalah dengan

melakukan pengecekan dan penilaian kinera menggunakan KPI

(Key Performance Index). Hal ini digunakan agar konsistensi

tetap terjaga, dan juga tidak memberikan pelayanan yang buruk

kepada klien yang mengakibatkan klien mendapatkan

pengalaman yang tidak baik bersama ra’gentar adventure.

- Bagaimana cara menjaga konsistensi karyawan?

o Untuk memotivasi dan menjaga konsistensi anggota ra’gentar

juga diajak melihat dan merasakan pengalaman menjadi klien

dengan mencoba pelayanan dari jasa outdoor activity yang lain.

Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan memotivasi agar


58

selalu menjadi yang terbaik dan pada akhirnya menarik klien

untuk menggunakan jasa kami.

4.2.2 Planning dalam pengembangan dan eksistensi Ra’Gentar Adventure

Menurut hasil wawancara dengan alumni PJKR yang ikut serta dan

tergabung dalam Ra’gentar Adventure sebagai salah satu industri yang bergerak di

bidang sport outdoor activity. Beliau menjelaskan bahwa industri ini terbentuk

karena melihat begitu besar potensi lokasi wisata umbul sidomukti sebagai salah

satu lokasi wisata keluarga yang menarik untuk dikunjungi. Umbul sidomukti

memiliki lokasi dengan udara yang segar dan dengan pemandangan yang luar

biasa indahnya. Awal membentuk ra’gentar adventure dengan tujuan

menyediakan jasa outbound karena di umbul sidomukti saya lihat saat itu

masyarakat hanya datang untuk menikmati indahnya alam dan sejuknya udara di

sana, jadi saya berfikir harus ada alternatif lain untuk menikmati umbul sidomukti.

Dalam prosesnya bukan tanpa kendala, kendala yang dihadapi antara lain

permasalahan perijinan karena lokasi yang ingin kami gunakan adalah lokasi

wisata. Kemudian permasalahan lain yaitu mengenai pendanaan dan promosi agar

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat agar bersedia dan tertarik

menggunakan jasa outbound kami.

4.2.3 Organizing dalam pengembangan dan eksistensi Ra’Gentar Adventure

Dalam hal pengorganisasian karena kami memiliki keterbatasan sumber

daya manusia, satu orang merangkap beberapa jabatan seperti saya misalnya, saya

mejabat sebagai bidang SDM, perekrutan, trainer, perencanaan program, serta


59

fasilitator. Namun ada orang khusus yang memegang jabatan khusus seperti

bagian keuangan.

Menurut hasil wawancara, cara melakukan perekrutan anggota baru dalam

upaya regenerasi ra’gentar adventure dilakukan melalui sosmed (sosial media).

Selain melalui sosmed (sosial media) dilakukan juga perekrutan dengan membuka

kesempatan kepada masyarakat sekitar. Khusus untuk warga sekitar, ada beberapa

pilihan pekerjaan yaitu sebagai fasilitator dan marketing. Sampai saat ini dalam

ra’gentar adventure terdapat 8 orang masayarakat yang ikut serta bekerja. Untuk

masyarakat umum saat ini baru dilakukan perekrutan sebagai fasilitator. Setelah

dilakukan perekrutan tim ra’gentar memberikan pelatihan selama 3 bulan dalam

rangka mematangkan kemampuan anggota baru agar siap bersama-sama

mengembangkan ra’gentar adventure.

4.2.4 Actuating dalam pengembangan dan eksistensi Ra’Gentar Adventure

Peran pimpinan dalam ra’gentar adventure sangat dibutuhkan dalam

mengambil keputusan, yang biasa dilakukan pimpinan ra’gentar adventure adalah

mengambil keputusan berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Pembuatan

keputusan digunakan juga saat akan mengeksekusi ide-ide baru seperti membuat

permainan baru, merealisasikan permintaan dari klien, dan lain sebagainya.

Ra’gentar adventure juga memiliki jadwal pertemuan rutin tiap 1 bulan

sekali untuk melakukan evaluasi, perencanaan jangka pendek, jangka panjang,

dan brainstorming mengenai gagasan-gagasan yang dimiliki demi kemajuan

ra’gentar adventure.
60

4.2.5 Controlling dalam pengembangan dan eksistensi Ra’Gentar Adventure

Tindakan yang biasa dilakukan oleh ra’gentar adventure untuk mengontrol

seluruh operasional perusahaan adalah dengan melakukan pengecekan dan

penilaian kinera menggunakan KPI (Key Performance Index). Hal ini digunakan

agar konsistensi tetap terjaga, dan juga tidak memberikan pelayanan yang buruk

kepada klien yang mengakibatkan klien mendapatkan pengalaman yang tidak baik

bersama ra’gentar adventure. Selain itu, untuk memotivasi dan menjaga

konsistensi anggota ra’gentar juga diajak melihat dan merasakan pengalaman

menjadi klien dengan mencoba pelayanan dari jasa outdoor activity yang lain.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.3 Kesimpulan

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan dan dipaparkan di

atas dapat disimpulkan bahwa peran alumni PJKR terhadap

pengembangan dan eksistensi industri outdoor activity antara lain :

1. Planning

Dalam hal perencanaan awal, alumni PJKR ikut melakukan perancangan

kegiatan seperti membuat wahana permainan baru, ikut berdiskusi dengan

klien dan memberikan solusi atas keinginan klien sesuai dengan

kebutuhannya.

2. Organizing

Dalam hal pengorganisasian, alumni PJKR berperan sebagai fasilitator,

perekrutan SDM dari mulai pembukaan lowongan hingga masa training.

3. Actuating

Dalam hal manajemen pergerakan, alumni PJKR ikut berperan dalam

memberikan gagasan-gagasan baru namun tidak dalam pengambilan

keputusan di akhir. Namun, gagasan-gagasan apapun yang sudah disetujui

oleh pimpinan ikut di eksekusi dengan sebaik-baiknya oleh alumni PJKR

tersebut.

61
62

4. Controling

Dalam hal manajemen pengontrolan, alumni PJKR berperan sebagai yang

melakukan pengawasan terhadap kinerja fasilitator khususnya dan

memastikan fasilitator bekerja sesuai dengan SOP Ra’gentar Adventure.

Sehingga dapat disimpulkan alumni PJKR sangat berperan

terhadap eksistensi industri outdoor activity mulai dari perancangan

kegiatan, eksekusi kegiatan, hingga pelestarian industri dan perekrutan

anggota demi memajukan industri ini.

4.4 Saran

Diharapkan kepada alumni PJKR UNNES dapat meneruskan ilmu

dan pembelajaran yang telah di dapat pada jenjang pendidikannya. Tidak

hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dapat diajarkan dan

diimplementasikan kepada semua orang. Baik dikalangan mahasiswa

sendiri, maupun di kalangan masyarakat. Kemudian penulis juga berharap

agar selanjutnya PJKR UNNES mampu meluluskan mahasiswa dengan

kualitas yang terbaik yang mampu menghadapi era globalisasi.

Semoga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

cermin bagi alumni PJKR khususnya dan pembaca pada umumnya agar

terus menyebarluaskan ilmu-ilmu yang telah didapat. Dan dapat

meningkatkan kemampuan lagi sehingga mampu bersaing di dalam dunia

pekerjaan kelak.
63
64

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2012). The Joy of Movement. Bandung: Rizqi Press.


Aji, K. (2010). Keterampilan Olahraga Panjat Dinding Speed Klasik. Jakarta: PT.
SImar.
Alfata, A., Malihah, E., & Andari, R. (2022). Peran Masyarakat Terhadap
Pelestarian Wisata Alam Danau Gunung Tujuh Pada Wilayah TNKS.
Journal UPI. Retrieved from
https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/
1763/1100
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi .
Jakarta : PT. Asdi mahasatya.
Dakhi, Y. (2016). Implementasi POAC Terhadap Kegiatan Organisasi Dalam
Mencapai Tujuan Tertentu. Jurnal Warta Edisi : 50.
Fitriyanto, E. (2018). Peran Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata dan
Pemusatan Latihan Pelajar Daerah dalam Meningkatkan Prestasi Pelajar
di Kabupaten Kendal. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Alfabeta.
Husdarta. (2011). Manajemen Pendidikan Jasmani . Alfabeta.
jonasson, K. (2013). Sport Has Never Been Modern. Gothenburg: Acta
Universitatis Gothoburgensis.
Lutan, R. (Asas-asas Pendidikan Jasmani Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar).
2000. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Munasifah. (2019). Mengenal Olahraga Panjat Tebing. Tangerang: Loka Aksara.
Mylsidayu, A. (2014). Psikologi Olahraga. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, S. (2019). Industri Olahraga. Yogyakarta: UNY Press.
Nugroho, S. (2019). Industri Olahraga. Yogyakarta: UNY Press.
Pratama, A. F., & Nashshar, F. M. (2011). Ensiklopedi Olahraga di Udara.
Jakarta Barat : Multi Kreasi Sautdelapan.
65

Prayoga, A. S. (2018). Memajukan Olahraga Rekreasi dan Industri Olahraga


Sebagai Bentuk Pembangunan Bangsa. Madiun: Universitas PGRI
Madiun.
Setiawan, D. A. (2017). Strategi Kebudayaan dan Tantangan Ketahanan Nasional
Kontemporer . Seminar Nasional Keindonesiaan II .
Setyawan, D. A. (2017). Upaya Meningkatkan Industri Olahraga. Semarang:
Universitas PGRI Semarang.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung:
Alfabeta.
Sulistiyanto, H. (1999). Keterampilan Memanjat Dinding . Bandung : PT. Remaja
Roskka Karya.
Sutawijaya, R. (2008). Super Creative Games for Outbound Training.
Yogyakarta: Cemerlang Publishing.
Sutejo. (2011). Panjat Dinding Speed Indonesia . Bandung: PT. Kaifa.
Undang-Undang Republik Indonesia no. 3 Tahun 2005, *Sistem Keolahragaan
Nasional. (2005). Jakarta.
Yuliatin, E., & Noor, M. (2012). Bugar Dengan Olaraga. Jakarta Timur: PT.
Balai Pustaka (PERSERO).
66

LAMPIRAN
67

Pertanyaan Wawancara
1. Planning
- Bagaimana awal terbentuknya ra’gentar adventure ini?
- Tujuan apa yang ingin di capai ra’gentar adventure saat pertama kali di
bentuk?
- Kendala apa yang dihadapi ketika awal memulai membangun ra’gentar
adventure?
2. Organizing
- Bagaimana cara ra’gentar adventure mengatur jobdesk para
karyawannya?
- Bagaimana cara ra’gentar melakukan perekrutan karyawan?
3. Actuating
- Bagaimana cara ra’gentar memastikan semua proses berjalan dengan
baik?
- Bagaimana cara menjaga konsistensi karyawan?
4. Controlling
- Bagaimana cara ra’gentar memastikan semua proses berjalan dengan
baik?
- Bagaimana cara menjaga konsistensi karyawan?
68

Anda mungkin juga menyukai