Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK
dianjurkan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang di ampuh oleh : Bapak Asep Novi.M.Kep.,Ners

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Ade Susanti (170711012)


2. Anisah Desma Fitria (170711057)
3. Lia Aprilliya suhamdani (170711035)
4. Rina Lusiana (170711059)
5. Rifqoh al mazida (170711031)
6. Silfa Ramadani (170711078)
7. Jatmika Wirakusuma (170711053)
8. Firyaal Salsabila (170711045)
9. Tuslirih (170711076)
10. Teti (170711012)
11. Elyas (170711012)
12. Dwi (170711012)

FAKULTSA ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDY IlMU KEPERAWATA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2019
KUTIPAN HADITS DAN AYAT AL-QUR’AN

wa nunazzilu minal-qur`āni mā huwa syifā`uw wa raḥmatul lil-mu`minīna wa lā yazīduẓ-


ẓālimīna illā khasārā

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan
menambah kerugian.”
VISI MISI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

VISI
1. Unggul : Sebagai pusat penyelenggara pendidikan,penelitian dan pengabdian serta
menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang kesehatan.
2. Islami : Fakultas menyelenggarakan menejemen pendidikan dan Tri Dharma perguruan
Tinggi berdasarkan prinsip dan nilai – nilai islami
3. Professional : Fakultas menyelenggarakan menejemen pendidikan kesehatan
sesuai tuntutan kebutuhan pengguna di bidang pelayanan kesehatan, dan
menggunakan ilmu dan teknologi sesuai perkembangan jaman.
4. Mandiri : Alumni Fakultas Ilmu kesehatan memiliki jiwa kemandirian.

MISI
1. Menyelenggarakan proses pendidikan di bidang kesehatan untuk
menghasilkanlulusan yang professional dan mandiri.
2. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui pelayanan dan pendidikan
kesehatan untuk mendukung masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas.
3. Melaksanakan aktifitas penelitian di bidang kesehatan yang memiliki daya ungkit
bagi pengembangan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan.
4. Menanamkan nilai – nilai islam kepada seluruh civitas akademik secara komperehensif.
TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta


memanfaatkannya bagi kemajuan islam dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.
2. Menghasilkan lulusan professional, siap kerja dan berjiwa interpreneurship berdasarkan
ni;lai islami.
3. Menghasilkan penelitian dan pengabdian yang inovatif di bidang kesehatan dan sesuai
dengan masalah kesehatan yang sedang di hadapi masyarakat.
4. Mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak dan pemerintah untuk
menciptakan profesionalitas mahasiswa dan lulusan.
5. Mengembangkan system organisasi dan managemen yang rapi, efektif dan efisien
sehingga mampumemberikan pelayanan administrasi yang memuaskan pengguna.
VISI MISI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

VISI
“Menjadi Program StudiIlmu Keperawatan dan Ners yang islami, profesional dan mandiri di
bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022”

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami
sesuai catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan
kompetensikeperawatan
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah berikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syfa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik mauapun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar II dengan judul “Laporan
Pendahuluan Katarak”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terjadi kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari para pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Cirebon, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HADITS DAN AYAT AL-QUR’AN.................................................................i


VISI MISI FAKULTAS KESEHATAN.........................................................ii
VISI MISI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN.........................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujan Penulisan....................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN DAN TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi.................................................................................................4
2.2 Etiologi.................................................................................................5
2.3 Klasifikasi............................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................8
2.5 Anatomi Fisiologi................................................................................8
2.6 Patofisiologi.......................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Diagnostic.....................................................................14
2.8 Komplikasi ........................................................................................14
2.9 Penatalaksanaan ..............................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996.
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat menyebabkan
kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan
setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan
kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas & Universitas
2013).  Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007).
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury,
2007). Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya
terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia
sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab
kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang
lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-
faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara
tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin,
riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa
faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah
percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.(Utara 2009)
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan
dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini
bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang
menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup
airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan
menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan
karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996. Katarak adalah
suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata
katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien
katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas,
2006) hal 2.

2.2 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini
disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus
lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa
dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua
nukleus ini menjadi keras.
Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat
berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat
dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda.
Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat diakibatkan
oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan katarak, yaitu
umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit diabetes melitus (DM),
pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alkohol, nutrisi,
merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Tana dkk., 2009).
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara berkembang,
menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal ini dapat
menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan sendirinya jumlah
kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis (lebih dari 40 tahun)
merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan pada orang usia lanjut. Pada
penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi katarak sekitar 50 % pada usia
antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada usia di atas 75 tahun (Wisnujono,
2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada perempuan dari
pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang (71,7%)
penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%) penderita
katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana sinar
ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi juga
dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan dengan
kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga munculnya
tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena dirasakan masih
belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi tempat
pelayanan kesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu
juga  penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya adalah
katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi sorbitol, hal
ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-kelamaan akan
menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah merokok.
Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama paparan asap
rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat-serat yang ada
pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim di
dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (United For Sigth, 2003 )
Pada penelitian dengan menggunakan kasus-kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang
dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok
dapat meningkatkan kejadian katarak 2 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.

2.3 Klasifikasi
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor
genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan
dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi
lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai
seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa
dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan
syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid
yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

2.4 Manifestasi Klinis


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun ,
dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang
mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).
Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens, matur,
imatur, dan hipermatur.
Insipiens Matur Imatur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Tertodong Normal Tremulas
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis,glaukoma
2.5 Anatomi dan fisilogis
1. Anatomi Mata
a) Struktur mata

Struktur mata eksternal


(Smeltzer, 2001)
1. Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhibulu. Alis dikaitkan
pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar
matahari.
2. Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,
dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan
bola mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh
kulit tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal, terletak
pada batas kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva.
b) Struktur Mata Internal

Struktur mata internal


(Smeltzer, 2001)
1. Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila sklera mengalami
penipisan maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior,
sklera mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina
sentralis. Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera
diselubungi secara longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi struktur mata
yang sangat halus serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2. Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakanranting-ranting arteria
oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris
yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput
berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian
menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya.
Khoroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris.
Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara
khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut
yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler
menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama
membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.
Peradangan pada masing masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan
khoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu
bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka penyakitnya akan segera
menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.
3. Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel
saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang
merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju
jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus
optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini
disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka
pada retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus,
persis berhadapan dengan pusat pupil.
4. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang
putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi
adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
5. Bilik anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
6. Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi
dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu
mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil
itu Sendiri.
7. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana
cahaya dapat masuk untuk mencapai retina
8. Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang
diisi dengan aqueus humor.
9. Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah
pada sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran
Schlemm.
10. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm
dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni)
yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah
membran semipermiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan
terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi
sehingga lensa.
11. Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk
memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan
antara retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan. Saraf
ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf optikus.
Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis optikus, memasuki rongga
cranium lantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki 3
pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya kuat dan
fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid, sementara
lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh darah). Pada saat serabut-
serabut itu mencapai khiasma optikum, maka separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke
traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus optikus sisi yang
sama. Dengan perantara serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan
dengan kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas
cahaya pada retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak (Pearce, 1997).
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan
perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada
otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang difokuskan
pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea, lensa badan aqueus dan
vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina, bersatu
menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan. Gangguan lensa adalah kekeruhan,
distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien yang mengalami gangguan- gangguan
tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa rasa nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina. Bayangan
dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang jatuh
pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik reseptor, selanjutnya mengirim
bayangan dua dimensi ke otak untuk direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi.
Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk
elips, titik fokus jatuh didepan retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk melihat
lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa
bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik
fokus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Sedangkan
pada presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga
bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda dekat
dengan mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh,
maka siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat pupil mengecil dan melebar.
Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya masuk ke
dalam mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam
hal melihat benda, jika mata melihat jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi
agar terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh
mekanisme umpan balik negatif secara otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus
optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut
yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke
korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan secara tepat ke korteks jika
seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di
otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.

2.6 Pathofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A scan ultrasound (echography) dan hitung
sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).

2.8 Komplikasi
1. Hilangnya vitreous
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk
ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina.
Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis
Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.

2.9 Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk
menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk
menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan
bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari
penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas
kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa
dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi
lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak
mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea
atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular.
Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan
melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan
menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan
karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2011 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas. Hasil survei
Kesehatan Indonesia Penglihatan dan Pendengaran Jakarta.

Ilyas SH. (2004). Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.

Tamsuri, A.(2011).Klien Gangguan Mata dan Penglihatan.Jakarta : EGC

Tauqir MZ, Tanveer AC, M Sehreen, Ahmad K. 2012. Knowledge of patients’ visual
experience during cataract surgery: a survey of eye doctors in Karachi, Pakistan. RESERCH
ARTICLE. BMC Ophthalmology 2012, 12:55 http://www.biomedcentral.com/1471-
2415/12/55

Anda mungkin juga menyukai