Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Diajukan kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD)
dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan dan Rawat Inap)
Disusun oleh:
dr. Rujitra Tanaya Namaskara
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS GAWAT DARURAT
PNEUMONIA KOMUNITI
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS GAWAT DARURAT
PNEUMONIA KOMUNITI
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Jalan dan Rawat Inap
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....i
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI..iv
BAB 1 Pendahuluan...1
2.1 Identitas.............2
2.2 Anamnesa..2
3.7 Komplikasi.....37
BAB 4 Kesimpulan...39
Daftar Pustaka..40
4
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7
di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia
dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per
1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi
pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika
adalah 10 %.
Identitas.
Nama : Tn. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 34 tahun
Status : Menikah
Suku : Madura
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Pekerja proyek pembangunan
Anamnesa.
1. Keluhan Utama.
Sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien mengeluh sesak 2 minggu SMRS dan makin memberat 2 hari SMRS.
Sesak dipicu bila pasien batuk. Sesak tidak berkurang dengan istirahat. Pasien
mengeluhkan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu dan tidak mereda setelah
minum obat obatan warung. Sehari-hari pasien sulit tidur karena sesaknya. Saat
tidur pasien menggunakan 1 bantal. Nyeri dada tipikal disangkal. Keluhan batuk
disangkal, penurunan berat bdan disangkat dan berkeringat pada malam hari
disangkal. Nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar. Pasien memiliki riwayat
hipertensi.
2
Tidak ada keluarga maupun kerabat yang mengalami gejala yang sama.
5. Riwayat Sosial
Pasien saat ini bekerja sebagai pekerja proyek pembangunan di bagian
pembangunan lahan parkiran. Lingkungan tempat bekerja sangat berdebu. Debu
berupa semen sika yang terbawa angin (untuk pembangunan lahan parkir). Pasien
dalam bekerja senantiasa menggunakan masker.
3
f. Hidung : sekret (-) jernih, pernafasan cuping hidung(-), perdarahan
(-), hiperemi (-).
g. Mulut : mukosa bibir kering, mucosa sianosis (-), lidah kotor (-)
4. Leher
a. Inspeksi : massa (-/-).
b. Palpasi : pembesaran kelenjar limfa regional (-/-).
5. Thoraks
a. Inspeksi : bentuk dada kesan normal dan simetris; retraksi dinding
dada (-), tidak didapatkan deformitas.
b. Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di MCL (S) ICS V(S).
Perkusi : batas jantung normal.
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-), gallop (-),
murmur (-).
c. Paru:
Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding
dada,retraksi (-),RR 28 kali/menit, teratur, simetris.
Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi : bronkial di seluruh lapang paru.
+ + - -
Rh + + Wh - -
+ + - -
4
6. Abdomen
a. Inspeksi : datar, kulit abdomen : jaringan parut (-).
b. Auskultasi: soefl, bising usus (+), normal.
c. Perkusi : timpani, shifting dullnes (-).
d. Palpasi : H/L tidak teraba.
7. Ekstremitas
a. Edema -/-
b. Ikterik -/-
c. Akral hangat +/+
d. CRT < 2
e. Ptechiae (-)
5
Bacaan Radiologi :
Foto thorax AP
Soft Tissue: Normal
Bone: Fracture -, Intercostae space hemithorax kiri atas menyempit
Trachea: tidak deviasi
Sudut konstovertebral: kiritampak perkabutan; Kanan Lancip
Diagfragma: Normal
Hilus: kananperkabutan, Kiri normal
Jantung: CTR < 50%
Paru: kirifibroinfiltrat pada bagian medial, coracan vascular normal,
konsolidasi()
Kanan Normal
2.6. Resume.
Tn. A/ Laki-laki/ 34 tahun
Anamnesis
Keluhan utama: Sesak
Pasien mengeluh sesak 2 minggu SMRS dan makin memberat 2 hari SMRS. Sesak
dipicu bila pasien batuk. Sesak tidak berkurang dengan istirahat. Pasien mengeluhkan
demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu dan tidak mereda setelah minum obat obatan
6
warung. Sehari-hari pasien sulit tidur karena sesaknya. Saat tidur pasien
menggunakan 1 bantal. Riwayat hipertensi (+)
Pemeriksaan fisik
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis
Tanda vital
Laju denyut jantung :96x/menit reguler.
Laju pernapasan : 32 x/menit.
Suhu aksiler : 39,9OC.
Tekanan Darah : 150/90
Kepala : tidak ditemukan kelainan.
Leher : tidak ditemukan kelainan.
Thoraks : bronkial di seluruh lapang paru.
+ + - -
Rh + + Wh - -
+ + - -
Pemeriksaan Radiologi
7
2.7 Diagnosis.
a. Diagnosis Kerja:
Community acquired Pneumonia
b. Rencana diagnosis: Sputum BTA SPS
BAB III
8
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Dari hasil survei kesehatan
rumah tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bagian bawah
menempati urutan ke dua sebagai penyebab kematian. ISNBA dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Laporan WHO 1999
adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia. Di Indonesia, dari buku
enam.
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut,
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%,
Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis, berbentuk
kerucut atau konus, terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma, diselubungi
9
oleh membran pleura. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul
di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal.
Pembuluh darah paru, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada
bagian hilus.
pada paru-paru kanan adalah lobus superius, lobus medius, dan lobus inferius. Lobus
dipisahkan fissura oblique. Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus
inferius yg dipisahkan oleh fissura oblique. Pada paru-paru kiri ada bagian yang
menonjol seperti lidah yang disebut lingula. Jumlah segmen pada paru-paru sesuai
dengan jumlah bronchus segmentalis, biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan. Sejalan
10
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
11
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
Epidemiologi Pneumonia
dapat menyerang siapa saja, meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Di
Amerika Serikat pneumonia mencapai 13% dari penyakit infeksi saluran nafas pada
hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak. Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan. Dari data
pada anak dibawah 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang. Pneumonia yang
musim, banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, dinegara tropis
12
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
pneumonia pada bayi: 2,2%, balita: 3%, angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
Etiologi Pneumonia
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien,
parainfluenza virus, influenza virus dan adenovirus. Secara umum bakteri yang
pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia. Selain
13
pneumokokkus, sedangkan pada Community-acquired atypical pneumonia penyebab
14
Rhinovirus
Adenovirus
Measles
15
Pneumonia kronis
Nocardia
Actinomyces
Granulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria, Histoplasma
capsulatum,
Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis
a. Pneumonia primer, yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD, terutama juga bagi
dan kanker,dll.
2. Berdasarkan Kuman penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
influenza.
16
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari 48 jam.
b. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) merupakan
pneumonia yang terjadi di rumah sakit, infeksi terjadi setelah 48 jam berada
a. Pneumonia lobaris
Pneumonia focal yang melibatkan satu / beberapa lobus paru. Bronkus besar
Konsolidasi yang timbul merupakan hasil dari cairan edema yang menyebar
Streptococcus pneumoniae. Jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang
terjadi pada satu lobus atau segmen. Kemungkinan sekunder disebabkan oleh
17
adanya obstruksi bronkus seperti aspirasi benda asing, atau adanya proses
keganasan.
disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang
c. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
18
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.
Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Ada beberapa cara
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian
kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
antibodi.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
19
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
20
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
21
kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
2.7.3 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
22
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling
akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.6
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
23
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer.
Foto Thorax
24
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri.
CT Scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar
sampai perifer.
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
25
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
26
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah)
Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
dengan akuades biasa, setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya. Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat.
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam). Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak, dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3%. Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu
bila ditemukan sel PMN > 25/lpk dan sel epitel < 10/lpk.
saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang
produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan
27
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
B.Atelektasis
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia
tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum
ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit.
28
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura.
29
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
Penatalaksanaan
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
sebagai berikut :
1. Pemberian Antibiotik
30
TMP-SMZ
Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
Marolid baru dosis tinggi
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin gen. 2 atau 3
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
31
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
32
Kategori -Pneumonia -S.pneumoniae - Sefalosporin -Piperasilin +
-H.influenzae
III berat. Generasi 2 atau tazobaktam
-Polimikroba
- Perlu -Sulferason
3
termasuk Aerob
dirawat di - Betalaktam +
-Batang Gram (-)
Penghambat
RS,tapi tidak -Legionalla sp
-S.aureus Betalaktamase
perlu di ICU
M.pneumoniae
+makrolid
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
33
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2. Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan.
4. Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik, termasuk pada
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak
adalah:
pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal ini perlu
b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau
34
c. Respiratory arrest.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial. Perubahan ini dapat diberikan secara
sequential (obat sama, potensi sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan
step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Pasien beralih dari
intravena ke oral terapi ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti
secara secara klinis, dapat menelan obat-obatan, dan memiliki saluran pencernaan
berfungsi normal.
35
Komplikasi Pneumonia
1. Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi
steril. Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.
2. Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi
4. Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi
5. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonas aeruginosa.
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
Prognosis Pneumonia
36
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar dan
sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi
yang buruk misalnya gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif
kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus dan
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik, karena itu perlu perawatan di
RS kecuali bila penyakitnya ringan. Orang dewasa (<60 tahun) dapat berobat jalan
kecuali:
3. Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi yaitu:
b. Dijumpai adanya gejala pada saat masuk perawatan RS: frekuensi napas > 30
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia. Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
37
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam, batuk
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Gambaran khas pada
thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga pemeriksaan
laboratorium.
Penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah pemberian antibiotik yang
Prognosis pneumonia secara umum baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat,
DAFTAR PUSTAKA
38
4. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM;
2007.
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti.2003
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial.2003
7. Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin
infect Dis 2000; 31: 347-82
8. Mandell LA, IDSA/ATS consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults, CID 2007;44:S27
9. Menendez R, Treatment failure in community-acquired pneumonia,
007;132:1348
10. Niederman MS, Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient
and outpatient, Chest 2007;131;1205
39