Pembimbing
dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Refrat
Judul
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PNEUMONIA
Oleh:
Reggy Ambardy Dwi Putra, S.Ked
(04091001046)
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
Muhammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Periode 25 Agustus 2013 - 4 Mei 2013.
Palembang,
April 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Prof. dr. Eddy Mart Salim,
SpPD, K-AI selaku koordinator pendidikan di Bagian Peyakit Dalam yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dan ketrampilan di
bagian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama
pengerjaan refrat, yang berjudul Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia, ini
kepada dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P. Dan terakhir, bagi semua pihak yang terlibat,
baik secara langsung maupun tidak langsung, rela maupun tidak rela, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan terima kasih atas
bantuannya hingga refrat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan yang telah
diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam refrat ini masih banyak kekurangan baik
itu dalam penulisan maupun isi refrat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya refrat ini. Penulis berharap refrat
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,
Penulis
Maret 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................
iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
2.1. Definisi......................................................................................................
2.2. Epidemiologi..............................................................................................
2.3. Etiologi......................................................................................................
2.5. Klasifikasi..................................................................................................
10
2.6 Diagnosis...................................................................................................
11
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................
14
2.8 Pencegahan................................................................................................
19
20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
21
LAMPIRAN.....................................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan infeksi saluran napas bawah yang masih menjadi
masalah utama di bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara
maju. Laporan World Health Organization (WHO) 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza.1 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
Departemen Kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran
napas menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama pada pasien rawat
jalan di rumah sakit Indonesia, yaitu dengan persentase 15,1%.2
Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim
paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. 3 Hasil penelitian Centers for Diseases
Control and Prevention sekitar 1,1 juta orang di Amerika Serikat masuk rumah
sakit dengan pneumonia dan lebih dari 50.000 orang mati karena pneumonia pada
tahun 2009.4 Menurut data statistik rumah sakit di Indonesia, angka kematian
penderita yang disebabkan pneumonia untuk semua kelompok umur menurun dari
tahun 2004 ke tahun 2005, akan tetapi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 belum
terlihat penurunan angka kematian. Jumlah pasien rawat jalan penderita
pneumonia tahun 2004-2007 cenderung meningkat, kemudian pada tahun 2008
penderita pneumonia menurun tajam, yaitu tahun 2004-2007 berkisar 34.000
sampai 50.000 kasus, sedangkan pada tahun 2008 hanya 10.000 kasus. 1
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya.1 Anamnesis epidemiologi yang dilakukan haruslah
mencakup keadaan lingkungan pasien, tempat yang dikunjungi dan kontak dengan
orang atau binatang yang menderita penyakit yang serupa. Pneumonia diharapkan
akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu dicurigai adanya
infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikobakterium atau parasit. Karena masih besarnya angka kematian akibat
pneumonia maka pengobatan awal harus diberikan secara empiris.3 Dampak
pneumonia bagi dunia kesehatan pun sangat signifikan dari segi morbiditas, biaya,
Oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan akut yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. 6
Pada saat ini, pneumonia dikenal menjadi 2 kelompok utama yaitu
pneumonia komunitas yang merujuk kepada sumber kuman yang berasal dari
lingkungan dan pneumonia nosokomial yaitu sumber kuman yang berasal dari
rumah sakit.3 Pneumonia nosokomial didefinisikan sebagai pneumonia yang
terjadi 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum
ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator.
3,4,11
American Thoracic
Society (ATS) membagi pneumonia nosokomial menjadi dua, yaitu onset awal
(biasanya kurang dari empat hari pertama sejak masuk rumah sakit) dan onset
lambat (biasanya muncul setelah 5 hari di rumah sakit). Pneumonia nosokomial
onset awal memiliki prognosis yang lebih baik dari pada pneumonia nosokomial
onset lambat. 11
Untuk pneumonia pada pasien yang dirawat di ICU dengan memakai
ventilator setalah 48-72 jam atau intubasi tracheal, dikenal dengan istilah
pneumonia berhubungan ventilator (PVB). 3,4,11 Healthcare-Associated Pneumonia
adalah pasien yang dirawat lebih dari 2 hari atau 90 hari terakhir, tinggal di
perawatan jangka panjang, mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi,
perawatan luka 30 hari, dan menjalani hemodialisa. 11
2.2 Epidemiologi
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas
bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. 3 Hasil
penelitian Centers for Diseases Control and Prevention sekitar 1,1 juta orang di
Amerika Serikat masuk rumah sakit dengan pneumonia dan lebih dari 50.000
orang mati karena pneumonia pada tahun 2009.4 Kejadian pneumonia di Inggris
diperkirakan sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk usia 18-39 tahun. Pada
orang-orang dengan usia > 75 tahun angka kejadiannya menjadi 75 kasus untuk
setiap 1000 orang. Penelitian prospektif pada pasien dewasa di Malaysia tahun
2004, menunjukkan 13 pasien (12%) meninggal di rumah sakit dan 95 (88%)
pasien sembuh. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pneumonia komuniti
menduduki peringkat ke-empat dari sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat
pertahun. Angka kematian pneumonia komuniti yang dirawat inap berkisar antara
20-35%.1
Pneumonia nosokomial merupakan salah satu infeksi nosokomial yang
paling sering ditemukan, dengan dampak yang signifikan terhadap morbiditas dan
mortalitas pasien, serta pada biaya perawatan kesehatan. Pneumonia nosokomial
merupakan penyakit nosokomial kedua yang paling sering terjadi di Amerika
Serikat. 5 Angka kematian kasar untuk PN sekitar 30-70%. 4 Secara keseluruhan
risiko PBV diperkirakan sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama penggunaan
ventilasi mekanis, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari selama lebih dari
10 hari penggunaan ventilasi mekanis, dengan setiap hari ventilasi mekanis
menambahkan risiko infeksi. 5
2.3 Etiologi
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab
yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar negara, antara satu
daerah dengan daerah lain pada satu negara, di luar RS dan di dalam RS, antara
RS besar/tersier dengan RS yang lebih kecil. 3
2.3.1. Etiologi Pneumonia Komunitas
Pada pneumonia komunitas (PK) etiologi penyebab sering berbeda-beda
seperti: 4
a. Usia Lanjut
melalui
barrier
anatomi
dan
mekanis
terhadap
masuknya
Surfaktan
Suatu Glikoprotein yang kaya lemak. Terdiri dari beberapa
komponen SP-A, SP-B, SP-C dan SP-D yang berfungsi memperkuat
daya fagositosis terhadap bakteri oleh makrofag.
Apabila
terjadi
ketidakseimbangan
antara
daya
tahan
tubuh,
Risiko
terjadinya
infeksi
sangat
bergantung
pada
kemampuan
Inokulasi langsung
/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001-1,1 ml) dapat
2.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis1
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
a. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia)
b. Pneumonia aspirasi
2.6 Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian
terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat
penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Diagnosis didasarkan pada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang teliti dan pemeriksaan
penunjang. 3
2.6.1. Anamnesis9
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil ( 38oC),
batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak
napas dan nyeri dada.
2.6.2. Pemeriksaan Fisik9
Pada pemeriksaan fisik dada bergantung dari luas lesi di paru. Pasien
dengan pneumonia akan mengalami peningkatan frekuensi pernapasan. Pada
inspeksi terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pada palpasi
stremfremitus dapat meningkat, pada perkusi redup, pada auskultasi dapat
terdengar suara napas (bronkovesikuler) sampai bronchial, dapat disertai ronki
basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang9
a. Pemeriksaan radiologis: foto toraks PA/lateral, Gambaran radiologis dapat
berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air bronchogram", penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavitas. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan
petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh
Steptococcus
pneumoniae,
Pseudomonas
Konsolidasi
Kavitasi
Onset awal atau batuk yang semakin parah, atau dispneu, atau takipneu
: rawat jalan
: rawat inap
2.7 Tatalaksana
Poin
1
1
1
1
1
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
rawat jalan)
Fluorokuinolon respirasi
c. Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
e. Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Fluorokuinolon respirasi
f. Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
g. Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
h. Chlamydia pneumoniae
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
Pneumonia Komunitas
Tatalaksana pneumonia komunitas dewasa berdasarkan derajat keparahan dengan
menggunakan skor CURB-65, yaitu:
Doksisiklin
obat-obat
imunosupresif;
sebelumnya
(3
bulan)
Respiratory
fluroquinolone
(moxifloxacin,
gemifloxacin,
atau
Respiratory fluroquinolone
Beta-laktam (cefotaxime, ceftriaxone, and ampicillin) ditambah
makrolida
c. Pasien rawat inap ICU
Beta-laktam (cefotaxime, ceftriaxone, atau ampicillin-sulbactam)
ditambah azithromycin atau fluoroquinolone
Pada
infeksi
Pseudomonas,
antipseudomonal
-laktam
digunakan
antipneumococcal,
(pipeacillin-tazobactam,
cefepime,
atau
beta-laktam
ditambah
aminoglikosida
antipneumococcal fluroquinolone
Pada infeksi MRSA, ditambahkan vancomycin atau linezolid
Pneumonia Nosokomial
adan
Immunocompromised
Legionella; jamur
2.8 Pencegahan
Terapi Empirik
Ceftriaxone 1 g IV
(1x1hari)
atau
Moxifloxacin 400 mg IV PO
(1x1hari)
Piperacillin/tazobactam 4,5 g IV
(1x6 hari)
atau
Cefepime 1 g IV
(1x8 hari)
atau
Ciprofloxacin 400 g IV +
Clindamycin 600 g IV
(1x8 hari)
Ceftriaxone 1 g IV
(1x1hari)
atau
Moxifloxacin 400 mg IV/PO
(1x1hari)
Piperacillin/tazobactam 4,5 g IV
(1x6hari)
aminoglycoside
atau
ciprofloxacin 400 mg IV
(1x12 hari)
aminoglycoside
atau
cefepime 1 g IV
(1x8 hari)
aminoglycoside
+ vancomycin 15 mg/kgBB IV
(1x12 hari)
atau
linezolid 600 mg IV
(1x12 hari)
Azithromycin 500 mg IV
(1x1 hari)
fluconazole 200 mg IV
(1x1 hari)
penampungan
penyakit
kronik,
dan
usia
diatas
65
tahun. 3
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa kini terlihat perubahan pola mikroorganisme penyebab infeksi
saluran nafas bawah akut akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan
antibiotika yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan karakteristik kuman.
Dampak pneumonia bagi dunia kesehatan sangat signifikan dari segi morbiditas,
biaya, dan kemungkinan mortalitas pasien. Pengetahuan mengenai diagnosis dan
pengobatan dapat memperbaiki kondisi dan hasil dari perawatan pasien. Terapi
pneumonia dilandaskan pada diagnosis empirik berupa antibiotik untuk
mengeradikasi mikroorganisme yang diduga sebagai kausalnya. Manifestasi
penyakit dan tingkat berat penyakit sangat dipengaruhi oleh faktor usia, adanya
penyakit dasar/penyakit yang menyertai, dan perbedaan pola kuman setempat.
Tingkat berat penyakit juga mempunyai implikasi etiologik karena penyebab
tertentu seperti L. pneumophilia, kuman Gram (-) dan Staph. aureus cenderung
menimbulkan gejala yang berat. Dengan demikian dalam rangka terapi empirik
perlu tercakup pada diagnosis adanya bentuk manifestasi pneumonia/ISNBA,
beratnya penyakit, kemungkinan kuman penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Kieninger
AN,
Pamela
AL.
Hospital-Acquired
Pneumonia:
7.
Cunha BA, Fred AL, Francisco T, Charles VS, Michael SB. CommunityAcquired Pneumonia. Medspace; 2013. p. 88-70.
8.
9.
10.
Mandell LA, Richard GW, Antonio A, John GB, Douglas C, Nathan CD,
et al. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society
Consensus Guidelines on The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Adults. Supplement 2; 2007; p. 72-27.
11.
guyton
https://twitter.com/PenyakitDalam
Pada tahun 2004-2006, dan 2008 proporsi penderita laki-laki (54,9%) lebih tinggi
dari proporsi penderita perempuan (47,6%) sedangkan tahun 2007 proporsi lakilaki(45,1%) lebih rendah dari proporsi perempuan(54,9%).
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa atau
seluruh alveoli terisi cairan dan sel sel darah. Jenis pneumonia yang umum
adalah pneumonia bakterial, yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus.
Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli; membran paru mengalami
peradangan dan berlobang-lobang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah
dan sel darah putih keluar dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian,
alveoli yang terinfeksi secara progresif terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
menyebar melalui perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus.
Akhirnya, daerah luas pada paru, menjadi berkonsolidasi yang berarti bahwa
paru terisi cairan dan sisa-sisa sel.
Pada pneumonia, fungsi pertukaran udara paru berubah dalam berbagai stadium
penyakit yang berbeda-beda. Pada stadium awal, proses pneumonia dapat
dilokalisasikan dengan baik hanya pada satu paru, disertai dengan penurunan
ventilasi alveolus, sedangkan aliran darah yang melalui paru tetap normal. Ini
mengakibatkan dua kelainan utama paru: (1) penurunan luas permukaan total
membran pernafasan dan (2) menurunnya rasio ventilasi-perfusi. Kedua efek ini
menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan hiperkapnia (karbon
dioksida darah tinggi).
Efek penurunan rasio ventilasi-perfusi pada pneumonia, memperlihatkan bahwa
darah yang mengalir melalui paru yang teraerasi menjadi 97% tersaturasi dengan
oksigen, sedangkan yang mengalir melalui sisa paru yang tidak teraerasi hanya
60% tersaturasi. Oleh karena itu, saturasi rata-rata darah dipompakan oleh jantung
kiri ke dalam aorta hanya sekitar 78%, yang jauh dibawah normal.