Anda di halaman 1dari 6

KONDILOMA AKUMINATA

1. DEFINISI
Kondiloma akuminata atau kutil kelamin adalah lesi berbentuk
papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human
papillomavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan 11), terdapat di
daerah kelamin dan atau anus.

2. EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian deskriptif retrospektif di Bagian Poliklinik Kulit
Kelamin dan Pusat Rekam Medik RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
didapatkan ada 27 pasien baru kondiloma akuminata dari 1.096 kunjungan
baru (2,46%) pada periode Januari 2012- Desember 2012.
Di RSUD Dr. Pirngadi Medan, prevalensi penderita kondiloma
akuminata tahun 2010 adalah 17 orang dari 1.791 (0,9%) kunjungan, tahun
2011 adalah 21 orang dari 1.830 (1,18%) kunjungan dan tahun 2012 adalah
22 orang dari 1.934 (1,12%) kunjungan ke Poliklinik SMF IKKK Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan.17 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Silitonga JT di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009
terdapat sebanyak 20 orang pasien kondiloma akuminata dari 67 orang pasien
IMS yang berobat ke Poliklinik SMF IKKK RSUP H. Adam Malik Medan.

3. ETIOLOGI
Penyebab kondiloma akuminata adalah HPV yang merupakan virus
deoxy nucleic acid (DNA) kecil dari famili pavoviridae. HPV tipe 6 dan 11
adalah tipe yang paling sering menyebabkan kondiloma akuminata,namun
dapat juga disebabkan oleh tipe lain. Infeksi HPV pada genital ini terutama
ditularkan melalui kontak seksual. Penularan melalui kontak seksual non
penetrasi dapat terjadi. Pada sebuah penelitian terhadap pria dan wanita
penderita kondiloma akuminata, 27% subjek memiliki DNA HPV yang sama
dengan yang terdeteksi pada sampel genital dan sampel sekaan jari. Penularan
HPV melalui darah tidak pernah dilaporkan.

4. PATOGENESIS
Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab
dan berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi
pada saat berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV
untuk menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma
berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus.
Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul
protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya
virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu
tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila
terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubahan
bentuk laten menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus,
dan lingkungan. Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk
pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan untuk menghilangkan
virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun
pejamu karena virus berlokasi di dalam sel.

5. GEJALA KLINIS
Pasien yang datang berobat biasanya mengeluhkan adanya benjolan
baru pada genitalia yang terkadang disertai rasa gatal, panas, nyeri atau
perdarahan. Sebagian besar penderita kondiloma akuminata sering tidak
menyadari keberadaan lesi. Namun apabila terdapat infeksi sekunder, dapat
menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak dan mudah berdarah. Sebagian
besar kondiloma akuminata terjadi pada penis, skrotum, meatus eksterna dan
daerah perianal pada pria dan terjadi pada introitus vagina, vulva, perineum
dan daerah perianal pada wanita. Kutil kelamin ini juga dapat ditemukan pada
serviks dan dinding vagina pada wanita, sedangkan pada daerah pubis, paha
atas atau lipatan krural dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada sebagian
besar pasien kutil kelamin dengan riwayat seks oral dapat memiliki lesi pada
bibir, lidah dan palatum.
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan flour albus atau
pada laki-laki yang tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat
membesar dan bertambah banyak.
Terdapat beberapa morfologi kondiloma akuminata , antara lain:
1) Bentuk akuminata
Bentuk ini memiliki tampilan seperti bunga kol dengan permukaan
yang berjonjot-jonjot seperti jari. Bentuk ini terutama dijumpai
pada daerah lipatan dan lembab.
2) Bentuk papul
Bentuk ini memiliki tampilan papul berbentuk kubah, berwarna
seperti daging, dan berukuran diameter 1-4 mm dengan
permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara
diskret. Lesi ini biasanya didapati didaerah dengan keratinisasi
sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah
perianal, dan perineum.
3) Bentuk keratotik
Bentuk ini memiliki tampilan seperti krusta tebal, dapat tampak
seperti kutil biasa atau keratosis seboroik.
4) Bentuk datar
Bentuk ini memiliki tampilan makula atau sedikit meninggi atau
dapat tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis).
Infeksi subklinis ini diduga terjadi oleh karena respon imun host
yang baik.

Selain bentuk klinis diatas, dijumpai pula bentuk klinis lain bentuk giant
condyloma atau Busche-Lowenstein yang merupakan lesi kondiloma jinak
yang luas, agresif dan destruktif yang sering ditemukan pada keadaan
imunosupresi seperti infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
kehamilan, diabetes, penggunaan steroid jangka panjang dan transplantasi
organ.

6. DIAGNOSIS
Diagnosis KA umumnya dapat ditegakkan berdasar gambaran klinis yang
khas, pemeriksaan fisik dengan pencahayaan yang baik dan kaca pembesar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang
dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih
(acetowhite).
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat
serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang
dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA.
Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif
terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi,
pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi
spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit
(keratinosit berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi
perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete
redges yang memanjang.
4. Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan
lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA
menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa
pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol
(knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
5. Identifikasi genom HPV
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital
secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV.
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA
HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.

7. DIAGNOSIS BANDING
1) Benign penile pearly papules
2) Veruka vulgaris
3) Kondiloma lata
4) Karsinoma sel skuamosa
5) Karsinoma verukosa

8. TATALAKSANA
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran dan bentuk, serta
lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh
pasien dan pengobatan oleh dokter.
1. Kemoterapi
a. Tinktura podofilin 25%
Aplikasi dilakukan oleh dokter. Kulit disekitarnya dilindungi dengan
vaselin agar tidak terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum
ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian
jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Cara
pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada
lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau
berbentuk pipih.
b. Asam triklorasetat (TCA) 80-90%
Obat ini dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap minggu.
Pemberiannya harus berhati-hati, karena dapat menimbulkan iritasi
hingga ulkus yang dalam. Boleh diberikan pada ibu hamil.
c. 5-Fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di
meatus uretra. Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri sampai
lesi hilang.
2. Bedah listrik
3. Bedah beku
4. Bedah scalpel
5. Laser karbondioksida
6. Interferon
7. Imunoterapi

9. PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Perbaiki faktor
predisposisi misalnya hygiene, fluor albus, atau kelembaban pada laki-laki
akibat tidak disirkumsisi, atau keadaan imunosupresi.

Anda mungkin juga menyukai