Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“HUMAN PAPILLOMAVIRUS”

Oleh :

RITA ERLINDA
NIM : 2102013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UATARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Human
papillomavirus”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Maternitas.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa hambatan
apapun. Demikian tugas makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat dan
dapat menambah ilmu pengetahuan. Aamiin.

Medan, Maret 2022

Rita Erlinda
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................4
Rumusan Masalah..............................................................................................................5
Tujuan 6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
Pengertian 7
Ciri-ciri Human Papilloma Virus.....................................................................................11
Klasifikasi HPV...............................................................................................................11
Cara Penularan Virus HPV ( Human Papilloma Virus ).................................................12
Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks............................................................12
Kanker Serviks.................................................................................................................13
Mekanisme kanker serviks...............................................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
Kesimpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Human papillomavirus (HPV) adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA)

untaian ganda yang menular secara seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan

mukosa epitel (Kahn, 2011). Infeksi HPV pada genitalia merupakan infeksi yang

sering terjadi dan bersifat asimtomatik (Rusmil, 2010). Terdapat 100 tipe HPV

yang telah diketahui. Beberapa diantaranya berperan dalam terbentuknya lesi

prakanker, kanker leher rahim, dan kutil kelamin (WHO, 2011).

Depkes RI melaporkan bahwa penderita kanker leher rahim di Indonesia

diperkirakan mencapai 90-100 diantara 100 000 penduduk pertahun (Pradipta &

Sungkar, 2007) dan masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan

pada wanita (Suwiyoga, 2007). Sekitar 70% kejadian kanker leher rahim

disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18 (WHO, 2007).

Kutil kelamin merupakan penyakit yang sangat menular dan hampir selalu

menular secara seksual, tetapi transmisi vertikal dan autoinokulasi juga dapat

terjadi walaupun jarang (Scheinfeld & Lehman, 2006). Sekitar 90%-100%

kejadian kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Walaupun penyakit

kutil kelamin tidak selalu menyebabkan kematian, penyakit ini dapat

menyebabkan morbiditasyangbermakna dan membutuhkan biaya perawatan

kesehatan yang besar(WHO,2007).

Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA (The U.S. Food and Drug Administration)

telah mengesahkan vaksin HPV (FDA, 2006) dan sudah mendapat izin edar dari

BPOM RI di Indonesia. Vaksin ini mempunyai efektivitas 96%-100% untuk


mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18 (Rusmil,

2008).

Pada tanggal 16 Oktober 2009, FDA telah mengesahkan pemakaian vaksin

HPV sebagai pencegahan kutil kelamin pada pria. Vaksin ini mempunyai

efektivitas sekitar 90% untuk mencegah kutil kelamin yang disebabkan oleh HPV

tipe 6 dan 11. Vaksin ini diberikan kepada wanita dan pria yang berusia 9 sampai

26 tahun dan diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu (FDA, 2009).

Adapun penyebab tingginya angka kejadian dan kematian akibat infeksi HPV

adalah kurangnya pengetahuan akan bahaya, cara penyebaran, dan khususnya

pencegahan terhadap infeksi tersebut (Tarigan, 2009). Hal tersebut juga terbukti

dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh Lenehan, et al. (2007),

Giuseppe,etal.(2008), Walsh, et al. (2008), dan Ragin, et al. (2009) yang

menunjukanbahwa pengetahuan masyarakat mengenai vaksin HPV masih rendah.

Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam memperbaiki pengetahuan

masyarakat mengenai vaksin HPV, perlu diketahui sejauh mana pengetahuan

mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran sebagai calon dokter yang

berkewajiban untuk memaham imanfaat dari vaksin HPV.

Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan HPV (Human papillomavirus)

2. Apa ciri umum Human papillomavirus

3. Bagaimana klasifikasi dari Human papillomavirus

4. Bagaimana cara penularan Human papillomavirus

5. Bagaimana cara Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks

6. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks serta mekanisme dan gejala
7. Bagaimana diagnose untuk HPV (Human papillomavirus)

8. Bagaimana cara menghindari kanker serviks

Tujuan

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan HPV (Human papillomavirus)

2. Mengetahui ciri umum Human papillomavirus

3. Mengetahui klasifikasi dari Human papillomavirus

4. Mengetahui bagaimana cara penularan Human papillomavirus

5. Mengetahui Bagaimana cara Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks

6. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan kanker serviks serta mekanisme dan

gejala

7. Mengetahui Bagaimana diagnose untuk HPV (Human papillomavirus)

8. Mengetahui Bagaimana cara menghindari kanker serviks


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian

Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan

infeksi di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi

virus ini ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh,

seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin.

Menurut Khan (2011), siklus hidup HPV terjadi hanya pada keratinosit yang

sedang berdiferensiasi. Pada infeksi yang tidak menyebabkan keganasan (lesi

jinak), DNA virus diatur secara terpisah dengan DNA sel leher rahim (lokasinya

ekstra Universitas Sumatera Utara kromosom pada nukleus) sebagai episome.

Pada infeksi yang menyebabkan keganasan, DNA virus akan berintegrasi dengan

genom sel leher rahim yang menyebabkan terjadinya mutasi. Integrasi HPV-DNA

mengganggu atau menghilangkan bagian E2. Fungsi E2 adalah sebagai down-

regulation transkripsi E6 dan E7. Gangguan fungsi E2 akan meningkatkan

ekspresi E6 dan E7. Kedua protein tersebut masing-masing mensupresi gen p53

dan gen Rb (retinoblastoma) yang merupakan gen penghambat perkembangan

tumor. Apabila fungsi gen tersebut terganggu, maka neoplasma akan terbentuk

(Pradipta & Sungkar). Pada lesi jinak, protein E6 tidak mengakibatkan efek pada

stabilitas p53 sedangkan E7 mengikat Rb dengan afinitas yang rendah.

Selanjutnya produk protein E5 akan meningkatkan aktivitas mitogen-activated

protein kinase. Hal tersebut menyebabkan peningkatan respon seluler terhadap

faktor pertumbuhan dan diferensiasi (Gomez & Santos, 2007).


Infeksi virus HPV dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit

penderita atau melakukan hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi

HPV tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan

sekitar 70% dari kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini.

Untuk mencegahnya, vaksinasi HPV dapat diberikan kepada pria dan wanita

sejak usia 9 hingga 26 tahun Vaksin adalah suspensi mikroorganisme yang

dilemahkan atau dimatikan, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau

mengobati penyakit-penyakit menular (Harjono, et al., 1994). Imunitas dihasilkan

dari produksi antibodi seseorang atau sel T sebagai hasil infeksi atau pajanan

alami suatu antigen. Pada beberapa kasus, suntikan ulangan diberikan untuk

menstimulasi ulang memori imun dan mempertahankan tingkat perlindungan yang

tinggi (Pradipta & Sungkar, 2007). Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam

tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan (Harjono, et al., 1994). Vaksin HPV

adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah terjadinya kanker.

Sebelumnya, terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker hati (Pradipta &

Sungkar, 2007). Di Indonesia, vaksinasi HPV telah masuk kedalam program

imunisasi yang dianjurkan (Hadinegoro, 2008). Selain itu, guna mengurangi risiko

tertular infeksi virus HPV, disarankan untuk tidak bergonta-ganti pasangan.

Menurut Pradipta & Sungkar (2007), teknologi untuk memproduksi vaksin

HPV adalah dengan rekombinan DNA. Terdapat 3 jenis teknologi yang digunakan

untuk memproduksi vaksin HPV, yaitu: a. Viral Like Particles Vaccines (VLP)

Vaksin dibentuk dengan protein virus, L1, yang bertanggung jawab dalam

membentuk kapsid virus. Protein tersebut memiliki fungsi untuk membentuk

dirinya sendiri menjadi partikel yang menyerupai virus. Partikel tersebut tidak
mengandung DNA virus sehingga tidak bersifat infeksius dan dapat

menghilangkan risiko seseorang terkena infeksi dari vaksin itu sendiri. Partikel

tersebut dapat menstimulasi produksi antibodi yang dapat mengikat dan

menetralkan virus yang bersifat infeksius. Saat ini penelitian mengenai

penambahan polipeptid nonstruktural dari protein virus ke protein minor L1 dan

L2 sedang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan sifat proteksi vaksin. b.

Recombinant Fusion Proteins and Peptides Teknologi ini merupakan gabungan

ekspresi antigen dengan peptida sintetik yang dapat berespons terhadap epitop

imunogenik protein virus. Pada binatang percobaan vaksin ini memiliki kapasitas

untuk menginduksi respons antitumor. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan

efek terapeutik terhadap subyek yang sudah terinfeksi. c. Live Recombinant

Vectors. Vaksin berasal dari virus hidup yang direkombinan dengan virus vaccinia

untuk mengekspresikan gen HPV tipe 16 dan 18. Pengembangan vaksin saat ini

lebih menitikberatkan pada penggunaan teknologi VLP dengan tujuan utama

melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18. Terdapat dua jenis

vaksin yang telah dipasarkan dan sudah melewati uji klinis yakni vaksin bivalen

(untuk HPV tipe 16 dan 18) dan vaksin quadrivalen (untuk HPV tipe 6, 11, 16,

dan 18). Pemikiran terbaru adalah penambahan VLP dari Universitas Sumatera

Utara HPV tipe lain. Meskipun demikian, penambahan VLP pada satu vaksin

tunggal ditakutkan akan memberikan persoalan teknis dalam produksi vaksin.

Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA (The U.S. Food and Drug Administration) telah

mengesahkan vaksin HPV (FDA, 2006) dan sudah mendapat izin edar dari BPOM

RI di Indonesia (Rusmil, 2008). Pada awalnya vaksin ditujukan bagi remaja

wanita ini, namun saat ini pemberian vaksin diupayakan dapat diperluas untuk
remaja pria (Depkes RI). Pemberian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil

kelamin pada pria telah disahkan oleh FDA pada tanggal 16 Oktober 2009 (FDA,

2009).

Mekanisme Perlindungan Vaksin HPV Secara langsung, alasan utama dari

mekanisme perlindungan ditandai oleh tingginya kadar serum neutralizing

antibody yang dihasilkan oleh vaksin. Penelitian menunjukkan bahwa serum IgG

dapat bersifat melindungi terhadap infeksi HPV dan kadar IgG yang tinggi dalam

darah disebabkan oleh adanya vaksin L1 HPV yang telah diberikan sebelumnya.

Pada prinsipnya IgG pada cairan yang keluar dari mulut rahim bersifat melindungi

terhadap infeksi HPV dan hal ini diperantarai oleh serum IgG yang biasa

melakukan transudasi pada epitel mulut rahim terutama pada daerah

squamocolumnar junction dan dalam konsentrasi tinggi mengikat partikel virus

yang akhirnya mencegah infeksi. Kadar sistemik dari IgG secara substansial lebih

tinggi dibandingkan pada cairan mulut rahim, sehingga biasanya menimbulkan

kekebalan sistemik terhadap infeksi virus HPV pada lokasi lain seperti kulit dan

selaput lendir permukaan epitel lainnya. Dari data tentang percobaan tentang

vaksin HPV ditunjukkan bahwa kadar antibodi menurun setelah mencapai

puncaknya setelah imunisasi dan kemudian menetap, tetapi masih lebih tinggi

dibandingkan dengan respon kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami

HPV dan kadar tersebut menetap pada 48 bulan setelah Universitas Sumatera

Utara vaksinasi. Bagaimanapun juga, infeksi HPV dapat berulang setelah

beberapa tahun dan risiko mendapat infeksi baru sangat bergantung ada perilaku

seksual dari individu tersebut. Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami HPV

biasanya stabil pada beberapa tahun dan apabila diikuti, sebesar 50% dari wanita
akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus

HPV pada daerah cervico vaginal (Rasjidi, 2009)

Ciri-ciri Human Papilloma Virus

1. Berdiameter 55 ym

2. Virus ini mempunyai kapsul isohedral

3. Telanjang dengan 72 kapsomer

4. Mengandung DNA sirkuler dengan untaian ganda

5. Berat molekulnya 5 x 106 dalton.

Saat ini telah diindentifikasikan sekitar 100 tipe HPV. Masingmasing tipe

mempunyai sifat tertentu pada kerusakan epitel dan

perubahan morfologi yang ditimbulkan. Kurang lebih 23 tipe HPV

dapat menimbulkan infeksi pada alat kelamin wanita dan laki – laki

yaitu HPV tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 45, 52,

dan 58 ( Sukaca, 2009).

Klasifikasi HPV

1) Berdasarkan tingkat resiko HPV dibagi menjadi 3 yaitu:

HPV risiko rendah yaitu HPV tipe 6, 11, dan 46 jarang ditemukan pada

karsinomainvasive.

2) HPV risiko sedang yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58

3) HPV risiko tinggi yaitu HPV tipe 16, 18, 31 (Sukaca, 2009).

Sedangkan menurut Andrijono, 2007 klasifikasi HPV adalah:

1. HPV risiko tingkat rendah yaitu : HPV tipe 6, 11, 42, 43, dan 44

2. HPV risiko tingkat tinggi yaiitu : HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39,45, 51,

52, 56, dan 58.


HPV terdapat lebih dari 40 tipe yang mempengaruhi salurangenetalia. Tipe

yang resiko tinggi HPV 16,18, 31, 33, dan 35 dikaitkan dengan displasian serviks

yang dapat menyebabkan pekembangan kanker serviks, anus, penis dan vulva dan

tipe yang lain dapat menyebabkan kutil genetelia (Farley dan Tharpe, 2012).

Cara Penularan Virus HPV ( Human Papilloma Virus )

Menurut Sukaca (2009) Cara penularan virus HPV dengan berbagai jalur yaitu:

1) Melalui seksual Wanita yang telah berhubungan intim berisiko

terinveksiHPV, apalagi yang sering berganti pasangan dan kehidupan

seksual tidak bersih, maka lebih dari 75% pernah terinveksi HPV.

2) Melalui jalur non seksua Penularan jalur non seksual adalah dengan cara

penularan langsung. Misalnya yaitu dari ibu kebayinya pada saat persalinan.

Tentu saja ini pada ibu yang telah tertular virus HPV.

3) Tidak melalui kelamin Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian

dalam, alat-alat kedokteran yang tidak steril.

Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks

Menurut Sukaca (2009) ada tiga pola utama pada pra kanker yaitu:

1) Tahap I yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade

Squamous Intraepithelial Lesions (LSILs). Dimulai dengan infeksi pada sel

serta perkembangan sel-sel abnormal. Tahapan ini terjadi perubahan yaitu

sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus

baru.

2) Tahap II yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High

Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSILs). Berlanjut menjadi

Intrapithelial Neoplasia. Dalam tahap ini sel-sel semakin menunjukan


Abnormal pra kanker.

3) Tahap III yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam

tahap ini lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel - sel abnormal dan

semakin menjadi abnormal. Infeksi parsisten dengan HPV onkogenik dapat

berkembang menjadi atau menunjukkan kehadiran lesi pra kanker seperti

CNI I, II dan II dan Carcinoma In Situ (CIS). Kanker serviks yang semakin

invatif yang berkembang dari CIN III, akhirnya menjadi kanker serviks.

Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan: sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam

leher rahim atau serviks. Serviks adalah bagian terendah dari Rahim yang

menempel pada puncak vagina (Sukaca, 2009). Menurut Tilong (2012) “ Kanker

Serviks adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma

Virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam

menyebabkan kanker serviks yaitu sekitar 99,7% ”. Kanker serviks adalah kanker

yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan

liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah

berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker serviks dapat menyerang

wanita berumur 20 sampai 30 tahun (Shadine, 2012).

Mekanisme kanker serviks

1. Displasi

a. Displasia adalah keganasan pra keganasan sebelum terjadi kanker

serviks.

Displasia terbagi menjadi dua yaitu:


1) Low Grade squamous Intraepileal Lesion ( LGSIL )atau displasia ringan.

2) Hight Grade Sil (HIS) atau dysplasia sedang dan berat.

Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan

infeksi di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi

virus ini ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh,

seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin.

Infeksi virus HPV dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit

penderita atau melakukan hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi

HPV tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan

sekitar 70% dari kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini.

Untuk mencegahnya, vaksinasi HPV dapat diberikan kepada pria dan wanita sejak

usia 9 hingga 26 tahun. Selain itu, guna mengurangi risiko tertular infeksi virus

HPV, disarankan untuk tidak bergonta-ganti pasangan.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan

infeksi di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi

virus ini ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh,

seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin.

Infeksi virus HPV dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit

penderita atau melakukan hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi

HPV tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan

sekitar 70% dari kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini.

Untuk mencegahnya, vaksinasi HPV dapat diberikan kepada pria dan wanita sejak

usia 9 hingga 26 tahun. Selain itu, guna mengurangi risiko tertular infeksi virus

HPV, disarankan untuk tidak bergonta-ganti pasangan.

Saran

Dengan selesainya makalah ini kami berterima kasih atas kemauan

pembaca yang mengikuti makalah ini dari awal hingga akhir diharapkan kepada

pembaca agar dapat memahami apa yang penyusun sampaikan dalam makalah ini

dan penulis selalu terbuka apabila ada saran yang tujuannya mengevaluasi dari

segi struktur makalah maupun isi yang disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat

https://ennyetu.wordpress.com/makalah-transudat-eksudat/

http://priyantoamak.blogspot.com/2011/10/makalah-kimia-klinik.html

http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-fikes-transudat-dan-eksudat.html

http://reginareremulyagan.blogspot.com/2011/05/transudateksudat.html

Anda mungkin juga menyukai