M DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI
KRONIS PADA PASIEN CA SERVIX DI RUANG WIJAYAKUSUMA
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
Disusun Oleh:
2022030071
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
2022030071
( ) ( )
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Pengertian.............................................................................................1
B. Etiologi.................................................................................................2
C. Batasan Karakteristik............................................................................3
D. Tanda dan Gejala..................................................................................4
E. Patofisiologi..........................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................6
G. Penatalaksanaan....................................................................................7
H. Fokus Pengkajian..................................................................................7
I. Masalah Keperawaan............................................................................9
J. Intervemsi Keperawatan.......................................................................9
BAB II Tinjauan Kasus....................................................................................10
BAB III Pembahasan........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat
terbanyak yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling
sering pada negara berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016). Kanker
serviks merupakan suatu keganasan yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013).
Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7% disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim. Kanker serviks
merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim (serviks), yaitu
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Hartati
dkk., 2014). Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang
dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan kanker ganas
yang tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus.
Salah satu keluhan yang seriny dirasakan oleh pasien adalah nyeri.
Nyeri adalah sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi.
(NANDA, 2015).
Nyeri lronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
1
B. Etiologi Ca Servix
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV).
Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung
DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik
berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat
menyebar melalui hubungan seksual terutama pada hubungan seksual yang
tidak aman. Virus HPV menyerang selaput pada mulut dan kerongkongan
serta anus dan akan menyebabkan terbentunya sel-sel pra-kanker dalam
jangka waktu yang panjang (Ridayani, 2016).
Virus HPV akan menempel pada reseptor permukaan sel dengan
perantara virus attachment yang tersebar pada permukaan virus. HPV yang
menempel pada reseptor permukaan sel akan melakukan penetrasi, adanya
luka mempermudah virus memasuki sel. Virus masuk dan mengeluarkan
genom setelah itu kapsid dihancurkan. Setelah virus masuk ke dalam inti sel,
virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi MRNA
(Yanti, 2013). Mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan
siklus sel yang diekspresikan oleh HPV.
Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7.
Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan
terpotong diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA
manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6
berikatan dengan p53 dan E7 berikatan dengan pRb (Yanti, 2013). Ikatan
antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak berfungsi sebagai
gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan menghentikan
siklus sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu agar sel dapat
memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja p53
adalah dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang akan merangsang sel
memasuki fase selanjutnya jika E6 berikatan dengan p53 maka sel terus
bekerja sehingga sel akan terus membelah dan menjadi abnormal (Yanti,
2013).
2
Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130
dan p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F.
Ikatan pRb dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari
fase G1, jika pRb berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak
terikat sehingga menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal
sehingga sel tersebut menjadi sel karsinoma (Yanti, 2013).
C. Batasan Karakeristik Nyeri
Batasan karakteristik nyeri akut menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Batasan Karakteristik Mayor
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
b. Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misal, waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
3
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala.
Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum
gejala kanker serviks yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a. Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan
periode menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta
perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul.
b. Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan
mungkin terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul
d. Trias Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan
tanda kanker serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul
yang luas..
E. Patofisiologi dan Pathway
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukati virus
HPV telah menginfeksi dan menyebabkan kanker serviks dengan prevalensi
di dunia sebesar 99,7%. Infeksi HPV terjadi setelah wanita melakukan
hubungan seksual. Sudah banyak virus HPV ini menyerang wanita dengan
prevalensi 80% dari wanita yang terinfeksi sebelum usia 50 tahun. Sebagian
infeksi HPV bersifat hilang timbul, oleh karena itu banyak wanita yang tidak
menyadarinya dan menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi prakanker.
Tetapi tidak semua virus HPV berkembang menjadi kanker serviks. Sebagian
besar virus HPV (sekitar 50-70%) akan menghilang melalui respon imun
alamiah setelah melalui masa beberapa bulan hingga dua tahun.
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik akan mejadi kanker serviks
jika infeksi ini menetap di beberapa sel yang terdapat di serviks (sel epitel
pipih atau lonjong di zona transformasi serviks). Sel-sel ini sangat rentan
4
terhadap infeksi HPV, dan jika sel ini telah terinfeksi maka ia akan
berkembang melampui batas wajar atau abnormal dan akan mengubah
susunan sel di dalam serviks. Perkembangan sel abnormal pada epitel serviks
dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut Cervical Intraepithelial
Neoplasia (CIN). Jika memperhatikan infeksi HPV onkogenik ini secara
persisten, maka akan ditemukan tiga pola utama pada prakanker dimulai
dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel-sel abnormal hingga dapat
berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia dan pada akhirnya menjadi kanker
serviks. Dari serviks HPV sampai terjadinya kanker ini memerlukan waktu
cukup lama, sekitar 20 tahun. Tahapan perkembangan sel-sel abnormal
hingga menjadi kanker serviks adalah, sebagai berikut :
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Grade Squamous
Intraepithelial Lesions (GSILs). Dalam tahap ini, terjadi perubahan yaitu
sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus
baru.
2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squmous
Intraepithelial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin
menunjukan gejala abnormal prakanker.
3. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan
permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin
menjadi abnormal.
4. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang atau
menunjukan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III dan
Carcinoma In Situ (CIS).
5. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN III.
Pathway keperawatan
5
\
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kanker serviks meliputi inspeksi, kolposkopi,
biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, ultrasonography (USG), BNO-IVP,
foto toraks dan bone scan, CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi
dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan
klinik. Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada
kasus dengan stadium IB2 atau lebih (Kemenkes RI, 2016).
Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena
itu pemeriksaan harus cermat bila perlu dilakukan dalam narkose. Stadium
klinik ini tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Keraguan dalam
penentuan diagnose maka dipilih stadium yang lebih rendah (Kemenkes RI,
2016).
G. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis.
Dua terapi standar yang digunakan antara lain ialah :
1. Radiasi
2. Kemoterapi
H. Fokus Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2. Biodata penanggung jawab pasien
3. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan
dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
6
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan
dari orang tua.
e. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga,
teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
f. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mengalami cholelithiasis
dan telah dilakukan operasi laparotomy explorasi cholesistektomi
dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup
sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien post op laparotomy menurun karena menahan
nyeri pasca operasi
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena luka operasi laparotomy
explorasi cholesistektomi sehingga menyebabkan mobilitas fisik
terganggu.
4. Pola eliminasi
Pola eliminasi BAK dan BAB pasien post operasi laparotomy normal,
untuk BAK dibantu dengan alat DC
a. Pola tidur dan istirahat
7
Klien post op laparotomy explorasi cholesistektomi biasanya tidur
dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya rasa nyeri pasca
operasi
Fokus Pengkajian Nyeri
PQRST
P: Provokatif/paliatif
Q: Qualitas/Quantitas
R: Region/Radiasi
S: Skala Sevirtas/Skala Nyeri
T: Timing
I. Masalah Keperawatan yang Muncul
a. Nyeri
b. Gangguan eleminasi urine
c. Resiko kekurangan cairan
d. HDR
e. Ansietas
J. Intervensi Keperawatan
No SLKI SIKI
(TUJUAN)
Diagnosa (INTERVENSI)
8
penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
menurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi nafas dalam,
terapi dzikir) untuk
mengurangi nyeri
2. kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
c. Edukasi
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
No. RM :
Jenis Kelamin :
Dx Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umum :
9
Alamat :
Hub dengan klien :
2 Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
10
Pengkajian Pola fungsional Virginia Henderson
a. Pola bernapas
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
Saat dikaji :
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
d. Pola aktivitas
11
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
e. Pola Istirahat
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
Saat dikaji :
.
h. Pola Kebersihan diri
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
12
i. Pola Aman Nyaman
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
k. Pola Beribadah
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
j. Pola Produktivitas
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
k. Pola Rekreasi
Sebelum sakit :
Saat dikaji :
13
Saat dikaji :
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
GCS :
BB :
TB :
TD :
S :
RR :
Nadi :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kapala dan Rambut :
b. Mata :
c. Hidung :
e. Telinga :
f. Leher :
g. Ekstermitas
Ek. Atas :
Ek. bawah :
14
h. Dada
a. Paru
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
b. Jantung
Inspeksi :
Palpasi : .
Perkusi :
i. Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi :
Palpasi :
Pengkajian nyeri
P:
Q:
R:
S:
T:
Program Terapi
Program Terapi Dosis Waktu Pemberian
15
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tgl 16/10/2022 (Abnormal)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
16
17
ANALISA DATA
Tanggal: 17/10/2022
No Data Pathway Masalah Keperawatan Etiologi
1
17
3
18
19
INTERVENSI
Tanggal:
No. SLKI SIKI RASIONAL
DX
20
21
22
Implementasi Keperawatan
23
24
Evaluasi Keperawatan
25
2.
26
3.
27
28
BAB III
PEMBAHASAN
28
penderita kanker servik. Nyeri pasien kanker servik stadium lanjut masuk dalam
nyeri kronis dengan nyeri yang bisa dirasakan terus menerus dengan jangka waktu
kurang lebih sampai enam bulan bahkan lebih. Pasien yang mengalami nyeri
kronis akan berpengaruh terhadap aktivitas kesehariannya seperti makandan tidur,
apabila terjadi kurang dukurang keluarga pasien yang mengalami nyeri juga akan
mengalami frustasi (Natosba, 2019).Nyeri yang dirasakan pada penderita kanker
servik dirasakan dari panggul atau ekstremitas bawah di daerah lumbal dirasa
semakin progresif apabila pasien sudah mengalami stadium lanjut (Rahmania,
2017).
Intervensi yang cocok untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
merilekskan tubuh dari rasa nyeri pada ppasien kanker servik stadium III B yaitu
intervensi nyeri non farmakologi salah satunya dengan menggunakan teknik
relaksasi. Teknik relaksasi membantu mengembangkan otot, sehingga
menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan toleransi nyeri karena dapat
mengubah persepsi kognitif dan motivasi efektif pasien. Teknik relaksasi
membuat pasien dapat menontrol diri ketika rasa tidak nyaman atau nyeri, stress
fisik dan emosi pada nyeri ( Potter 2016).
Teknik relaksasi dengan pernafasan dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktifitas simpatik dalam system saraf otonom. Caranya yaitu
perawat mengajarkan pada pasien bagaimana melakukan nafas dalam, nafas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
nafas secara perlahan. Selain untuk menurunkan intensitas nyeri teknik ini juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah ( Ayu, 2019). Terapi
komplementer merupakan pengobatan yang bisa digunakan untuk penderita
kanker servik yang ditimbulkan dari keselarasan tubuh serta pikiran yang diyakini
bisa menjadi fasilitas bagi penyembuhan fisik dan psikologis.Terapi
komplementer yang bisa digunakan salah satunya yaitu terapi spiritual emosional
freedom technique ( SEFT) yang bisa digabungkan dengan latihan nafas dalam.
Terapi ( SEFT)termasuk dalam hypnoterapi yang termasuk kedalam
penatalaksanaan non farmakologi nyeri pada pasien kanker servik. Pengaruh yang
29
dirasakan pada pasien kanker servik saat diberikanterapi hypnosis dan self-
hypnosis yaitu lebih bisa menahan rasa sakit dan rasa nyaman (Natosba, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Aziyah, A., Sumarni, S., & Ngadiyono, N. (2017). Faktor Resiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Servik; Studi Kasus Di Rsup Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal Riset Kesehatan, 6(1), 20.
https://doi.org/10.31983/jrk.v6i1.2085
Brahmantia, B., Program, T. H., & Keperawatan, S. M. (2018). Pengaruh Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Nyeri Dan
Kecemasan Pada Pasien Pasca Bedah Transurethiral Resection Prostate
(TURP) Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
Karya Husada, 6(2), 18.
Dan, R., & Payudara, K. (2018). Analisis Peran Puskesmas Kedungmundu Kota
Semarang Dalam Melaksanakan Program Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim Dan Kanker Payudara. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
6(4), 42–50
Gasshani. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Pernafasan terhadap Penurunan
Skala Nyeri. Hakam, M., Yetti, K., & Hariyati, R. T. S. (2010). Intervensi
Spiritual Emotional Freedom Technique untuk Mengurangi Rasa Nyeri
Pasien Kanker. Makara Journal of Health Research, 13(2), 91–95.
https://doi.org/10.7454/msk.v13i2.375
Meihartati. (2017). Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Kanker Servik
(Relationship Of Medical Predisposition Factors To Servic Cancer). Jurnal
Darul Azhar, 4(1), 8–13. Retrieved from
https://studylibid.com/doc/1134006/hubung an-faktor-predisposisi-ibu-
terhadap-kanker.
Natosba, J., Rahmania, E. N., & Lestari, S. A. (2019). Studi Deskriptif : Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation Dan Hypnotherapy Terhadap Nyeri Dan
Kecemasan Pasien Kanker Serviks Descriptive Study : the Effect of
Progressive Muscle Relaxation and Hypnotherapy on Pain and Anxiety of
Cervical Cancer Patients.
Puspita, (Erlin). (2018). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft)
terhadap Penurunan Dismenore Primer pada Remaja Putri. Quality, 12(1),
14–19. https://doi.org/10.36082/qjk.v12i1.25
Eichler, S., Rabe, S., Salzwedel, A., Müller, S., Stoll, J., Tilgner, N., … Völler, H.
(2017). Effectiveness of an interactive telerehabilitation system with
home-based exercise training in patients after total hip or knee
replacement: Study protocol for a multicenter, superiority, noblinded
30
randomized controlled trial. Trials, 18(1), 1–7. Retrieved from
https://doi.org/10.1186/s13063- 017-2173-3
31